+ All Categories
Home > Documents > Tugas-makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026-131202072756-phpapp01 (1)

Tugas-makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026-131202072756-phpapp01 (1)

Date post: 23-Feb-2023
Category:
Upload: trunojoyoac
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Islam pada intinya adalah sebagai wahana pembentukan manusia yang bermoralitas tinggi. Di dalam ajaran Islam moral atau akhlak tidak dapat dipisahkan dari keimanan. Keimanan merupakan pengakuan hati. Akhlak adalah pantulan iman yang berupa perilaku, ucapan, dan sikap atau dengan kata lain akhlak adalah amal saleh. Iman adalah maknawi (abstrak) sedangkan akhlak adalah bukti keimanan dalam bentuk perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran dan karena Allah semata. Berkaitan dengan pernyataan di atas bahwa akhlak tidak akan terpisah dari keimanan, dalam al-Qur'an juga sering dijelaskan bahwa setelah ada pernyataan “orang-orang yang beriman,” maka langsung diikuti oleh “beramal saleh.” Dengan kata lain amal saleh sebagai manifestasi dari akhlak merupakan perwujudan dari keimanan seseorang. Pemahaman moralitas dalam bahasa aslinya dikenal dengan dua istilah yaitu al-akhlaq al-karimah dan al-akhlaq al-mahmudah. Keduanya memiliki pemahaman yang sama yaitu akhlak yang terpuji dan mulia, semua perilaku baik, terpuji, dan mulia yang diridlai Allah. Satu masalah sosial/kemasyarakatan yang harus mendapat perhatian kita bersama dan perlu ditanggulangi dewasa ini ialah tentang kemerosotan akhlak atau dekadensi moral. Di samping kemajuan teknologi akibat adanya era globalisasi, kita melihat pula arus kemorosotan akhlak yang semakin melanda di kalangan sebagian pemuda-pemuda kita. Dalam surat-surat kabar sering
Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Islam pada intinya adalah sebagai wahana pembentukan

manusia yang bermoralitas tinggi. Di dalam ajaran Islam moral atau

akhlak tidak dapat dipisahkan dari keimanan. Keimanan merupakan

pengakuan hati. Akhlak adalah pantulan iman yang berupa perilaku,

ucapan, dan sikap atau dengan kata lain akhlak adalah amal saleh.

Iman adalah maknawi (abstrak) sedangkan akhlak adalah bukti

keimanan dalam bentuk perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran

dan karena Allah semata.

Berkaitan dengan pernyataan di atas bahwa akhlak tidak akan

terpisah dari keimanan, dalam al-Qur'an juga sering dijelaskan

bahwa setelah ada pernyataan “orang-orang yang beriman,” maka

langsung diikuti oleh “beramal saleh.” Dengan kata lain amal saleh

sebagai manifestasi dari akhlak merupakan perwujudan dari keimanan

seseorang. Pemahaman moralitas dalam bahasa aslinya dikenal dengan

dua istilah yaitu al-akhlaq al-karimah dan al-akhlaq al-mahmudah.

Keduanya memiliki pemahaman yang sama yaitu akhlak yang terpuji

dan mulia, semua perilaku baik, terpuji, dan mulia yang diridlai

Allah.

Satu masalah sosial/kemasyarakatan yang harus mendapat perhatian

kita bersama dan perlu ditanggulangi dewasa ini ialah tentang

kemerosotan akhlak atau dekadensi moral.

Di samping kemajuan teknologi akibat adanya era globalisasi, kita

melihat pula arus kemorosotan akhlak yang semakin melanda di

kalangan sebagian pemuda-pemuda kita. Dalam surat-surat kabar sering

kali kita membaca berita tentang perkelahian pelajar, penyebaran

narkotika, pemakaian obat bius, minuman keras, penjambret yang

dilakukan oleh anak-anak yang berusia belasan tahun, meningkatnya

kasus-kasus kehamilan dikalangan remaja putrid dan lain sebagainya.

Hal tersebut adalah merupakan suatu masalah  yang dihadapi

masyarakat yang kini semakin marak, Oleh kerena itu persoalan remaja

seyogyanya mendapatkan perhatian yang serius dan terfokus untuk

mengarahkan remaja ke arah yang lebih positif,  yang titik beratnya

untuk terciptanya suatu sistem dalam menanggulangi kemerosotan

akhlak dan moral dikalangan remaja.

1.2 Tujuan

a. Mengetahui Pengertian dan perbedaan dari akhlak, etika, dan

moral

b. Mengetahui modernisasi dan globalisasi serta dampaknya

terhadap akhlak, etika, dan moral remaja

c. Mengetahui kondisi akhlak remaja saat ini dan permasalahan

yang ditimbulkan

d. Dapat menentukan solusi yang tepat untuk menangani

permasalahan akhlak, etika, dan moral remaja berdasar atas

dalil naqli dan aqli

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Etika

Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari

bahasa yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam

Kamus Umum Bahasa Indonesia etika berarti ilmu pengetahuan tentang

asas-asas akhlak (moral). Sedangkan etika menurut filsafat dapat

disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang

buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat

diketahui oleh akal pikiran. Pada dasarnya,etika membahasa tentang

tingkah laku manusia.

Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide

yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang

ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui

oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan

itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing

golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran

(kriteria) yang berlainan.

Secara metodologi, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat

dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan

sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan

suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku

manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti

juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif,

yaitu melihat perbuatan manusia dari sudut baik dan buruk .

Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi

konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan

etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).

Adapun Jenis-jenis Etika adalah sebagai berikut:

1. Etika Filosofis

Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika

yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang

dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah

bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.

Ada dua sifat etika, yaitu:

a. Non-empiris Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris.

Ilmu empiris adalah ilmu yang didasarkan pada fakta atau

yang kongkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat

berusaha melampaui yang kongkret dengan seolah-olah

menanyakan apa di balik gejala-gejala kongkret. Demikian

pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada apa yang

kongkret yang secara faktual dilakukan, tetapi bertanya

tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh

dilakukan.

b. Praktis Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu

“yang ada”. Misalnya filsafat hukum mempelajari apa itu

hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu, melainkan

bertanya tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian

etika sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena

langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh

dilakukan manusia. Etika tidak bersifat teknis melainkan

reflektif, dimana etika hanya menganalisis tema-tema pokok

seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb,

sambil melihat teori-teori etika masa lalu untuk menyelidiki

kekuatan dan kelemahannya.

2. Etika Teologis

Terdapat dua hal-hal yang berkait dengan etika teologis.

Pertama, etika teologis bukan hanya milik agama tertentu,

melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya

masing-masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari

etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya

yang terdapat dalam etika secara umum, dan dapat dimengerti

setelah memahami etika secara umum.

Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika

yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi teologis.

Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika

filosofis dan etika teologis.

Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unik

berdasarkan apa yang diyakini dan menjadi sistem nilai-nilai

yang dianutnya. Dalam hal ini, antara agama yang satu dengan

yang lain dapat memiliki perbedaan di dalam merumuskan etika

teologisnya.

2.2 Moral

Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang

berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral

diartikan sebagai susila. Moral adalah hal-hal yang sesuai dengan

ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik

dan mana yang wajar.

Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke

manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai

positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya

dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia

lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh

manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan

dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa

melakukan proses sosialisasi. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam

kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur

dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah

laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila

yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku

di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan

lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral

yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya

dan Agama.

2.3 Akhlak

Secara linguistik atau bahasa, akhlak   berasal dari bahasa arab

yakni  khuluqun    yang menurut loghat diartikan:   budi 

pekerti,perangai,   tingkah   laku   atau   tabiat.   Kalimat  

tersebut   mengandung   segi-segi persesuaian denga perkataan

khalakun yang berarti kejadian, serta erat hubungan dengan khaliq

yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan. Perumusan

pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya

hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan

makhluk.

Menurut Al Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa

seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan

lagi. Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu

adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat

itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul

dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hari.

Defenisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan

darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan

akhlak, yaitu :

1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa

seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.

2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan

tanpa pemikiran. Ini berarti bahwa saat melakukan sesuatu

perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang

ingatan, tidur, atau gila.

3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri

orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari

luar. Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan atas dasar

kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa ilmu

akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang

dapat dinilai baik atau buruk.

4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan

sesunggunya, bukan main-main atau karena bersandiwara

5. Sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya

akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena

keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan karena dipuji orang

atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.

Secara garis besar, akhlak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu

akhlak baik (akhlak al-karimah) dan akhlak yang buruk (akhlak

madzmumah). Yang termasuk akhlak baik misalnya seperti berbuat adil,

jujur, sabar, pemaaf, dermawan, amanah, dan lain sebagainya.

Sedangkan, yang termasuk akhlak buruk adalah seperti berbuat dhalim,

berdusta, pemarah, pendendam, kikir, curang, dan lain sebagainya.

Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena

akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabiat, perangai,

karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya

dengan Khaliq atau dengan sesama rnakhluk. Rasulullah saw bersabda:

" Sesungguhnya hamba yang paling dicintai Allah ialah yang paling

baik akhlaknya".

Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim

mashdar (bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu,

ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu

if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan,

tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah

(peradaban yang baik) dan al-din (agama).

Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas

tampaknya kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan

akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat

yang mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid

atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata,

melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya.

2.4 Modernisasi

Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang

bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra

modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern. Pengertian

modernisasi berdasar pendapat para ahli adalah sebagai berikut.

Menurut Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi

total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam

arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomis

dan politis. Sedangkan Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah

modernisasi memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut.

a. Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa

ataupun masyarakat.

b. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan

birokrasi.

c. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang

terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu.

d. Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap

modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.

e. Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti

disiplin, sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan.

f. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.

Dalil-dalil yang berhubungan dengan akhlak, moral, dan etika

Firman Allah swt:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih

bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang

yang berakal. (QS. Ali Imran: 190)

Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan mereka, kecuali

pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (manusia) memberi

sedekah, atau berbuat maruf, atau mengadakan perdamaian diantara

manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari

keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang

besar. (QS. An-nisa: 114)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut

nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-

ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada

Tuhanlah mereka bertawakkal. (QS. Al Anfal:2)

Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan

memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan

serta rezki (nimat) yang mulia. (QS. Al Anfal:4)

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mumin, diri dan

harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang

pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah

menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-

Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada

Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan

itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At Taubah: 111)

Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu

tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata

bagi kamu, (QS. Yasin: 60)

Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan

kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan

(manusia) kepada negeri akhirat. (QS. Sad: 46)

Sabda Rasulullah:

‘Sesungguhnya aku Muhammad s.a.w. tidak diutus melainkan untuk

menyempurnakan kemuliaan akhlak.’

‘Ketahuilah kamu di dalam badan manusia terdapat segumpal darah.

Apabila baik maka baiklah keseluruhan segala perbuatannya dan

apabila buruk maka buruklah keseluruhan tingkah lakunya. Ketahuilah

kamu bahawa ia adalah hati’

‘Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa paras kamu dan tidak

kepada tubuh badan kamu, dan sesungguhnya Allah tetap melihat kepada

hati kamu dan segala amalan kamu yang berlandaskan keikhlasan hati.’

‘Seseorang itu tidak beriman sehinggalah dia mengasihi terhadap

saudaranya seperti mana dia kasih terhadap dirinya sendiri’

(Riwayat Bukhari dan Muslim)

‘Sesunggubnya amalan yang sangat dicintai Allah selepas melakukan

ibadat fardhu oleh hambanya ialah mengembirakan hati saudaranya

sesama Islam’

(Riwayat Baihaqi)

BAB III

PEMBAHASAN

Apabila kita menelusuri lebih mendalam, maka kita dapat menemukan

secara jelas persamaan dan perbedaan etika dan akhlak. Persamaan

diantara keduanya adalah terletak pada objek yang akan dikaji,

dimana kedua-duanya sama-sama membahas tentang baik buruknya tingkah

laku dan perbuatan manusia. Sedangkan perbedaannya sumber norma,

dimana akhlak mempunyai basis atau landasan kepada norma agama yang

bersumber dari hadist dan al-Quran.

Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang

sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran

tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh

akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu,

etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing golongan

dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang

berlainan.

Para ahli dapat segera mengetahui bahwa etika berhubungan dengan

empat hal sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi objek

pembahasannya, etika berupaya membahas perbutaan yang dilakukan oleh

manusia. Kedua, dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada

akal pikiran dan filsafat. Sebagai hasil pemikiran maka etika tidak

bersifat mutla, absolut dan tidak pula universal. Ketiga, dilihat

dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan

penetap terhadap suatu perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk,

mulia, terhormat, terhina dsb. Dan keempat, dilihat dari segi

sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-rubah sesuai

tuntutan zaman. Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih

merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan

perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk.

Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang

dihasilkan oleh akal manusia.

Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang

berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral

diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah sesuai dengan ide-

ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan

mana yang wajar.

Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Namun, ada pula

berbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan

moral lebih banyak bersifat praktis. Menurut pandangan ahli

filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan manusia secara

universal (umum), sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan

ukuran, etika menjelaskan ukuran itu.

Namun demikian, dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki

perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan

nilai perbutan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal

pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran moral tolak ukur yang

digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan

berlangsung di masyarakat.

Dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan.

Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai

perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal

pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan

adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di

masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis

dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam dataran

realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di

masyarakat.

Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada

sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang

sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system

nilai yang ada.

Namun, etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan

membutuhkan. Uraian tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa

etika, moral dan susila berasala dari produk rasio dan budaya

masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan

baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari

wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-Qur'an dan

Hadis. Dengan kata lain jika etika, moral dan susila berasal dari

manusia sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.

3.1 Dampak modernisasi dan globalisasi terhadap akhlak, etika, dan

moral remaja

Modernisasi merupakan suatu proses transformasi dari suatu perubahan

ke arah yang lebih maju atau meningkat di berbagai aspek dalam

kehidupan masyarakat. Sedangkan, globalisasi yang berasal dari kata

global atau globe artinya bola dunia atau mendunia. Jadi,

globalisasi berarti suatu proses masuk ke lingkungan dunia.

Modernisasi dan globalisasi dapat memperngaruhi sikap masyarakat

dalam bentuk positif maupun negatif. Penjelasannya adalah sebagai

berikut:

Sikap Positif

1) Penerimaan secara terbuka (open minded); lebih dinamis, tidak

terbelenggu hal-hal lama yang bersikap kolot

2) Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif kepekaan

(antisipatif) dalam menilai hal-hal yang akan atau sedang

terjadi.

Sikap Negatif

1) Tertutup dan was-was (apatis)

2) masyarakat yang telah merasa nyaman dengan kondisi kehidupan

masyarakat yang ada

3) Acuh tah acuh

4) masyarakat awam yang kurang memahami arti strategis

modernisasi dan globalisasi

5) Kurang selektif dalam menyikapi perubahan modernisasi

6) dengan menerima setiap bentuk hal-hal baru tanpa adanya

seleksi/filter

Modernisasi dan globalisasi dapat masuk ke kehidupan masyarakat

melalui berbagai media, terutama media elektronik seperti internet.

Karena dengan fasilitas ini semua orang dapat dengan bebas

mengakses informasi dari berbagai belahan dunia. Pengetahuan dan

kesadaran seseorang sangat menentukan sikapnya untuk menyaring

informasi yang didapat. Apakah nantinya berdampak positif atau

negatif terhadap dirinya, lingkungan, dan masyarakat. Untuk itu,

diperlukan pemahaman agama yang baik sebagai dasar untuk menyaring

informasi. Kurangnya filter dan selektivitas terhadap budaya asing

yang masuk ke Indonesia, budaya tersebut dapat saja masuk pada

masyarakat yang labil terhadap perubahan terutama remaja dan

terjadilah penurunan etika dan moral pada masyarakat Indonesia.

Jika dilihat pada kenyataannya, efek dari modernisasi dan

globalisasi lebih banyak mengarah ke negatif. Kita dapat kehilangan

budaya negara kita sendiri dan terbawa oleh budaya barat, jika

masyarakat Indonesia sendiri tidak mempelajari pengetahuan tentang

kebudayaan Indonesia dan tidak menjaga kebudayaan tersebut. Ada

baiknya budaya barat yang kita serap disaring terlebih dahulu.

Karena tidak semua budaya barat adalah baik. Jika kita terus

menerima dan menyerap budaya asing yang tidak sesuai dengan karakter

bangsa Indonesia, dapat terjadi penyimpangan etika dan moral bangsa

Indonesia sendiri. Melalui penyimpangan etika dan moral tersebut,

dapat tercipta pola kehidupan dan pergaulan yang menyimpang. Tidak

hanya akibat negatif yang dihasilkan modernisasi dan globalisasi.

Proses ini juga menghasilkan akibat positif, yaitu terciptanya

masyarakat yang lebih intelek dan melek terhadap perubahan dan

perkembangan dunia.

3.2 Kondisi akhlak remaja saat ini dan permasalahan yang

ditimbulkan

Berikut ini adalah beberapa fakta mengenai penurunan akhlak

masyarakat yang diadapat dari berbagai masyarakat.

15-20 persen dari remaja usia sekolah di Indonesia sudah

melakukan hubungan seksual di luar nikah

15 juta remaja perempuan usia 15-19 tahun melahirkan setiap

tahunnya

hingga Juni 2009 telah tercatat 6332 kasus AIDS dan 4527 kasus

HIV positif di Indonesia, dengan 78,8 persen dari kasus-kasus

baru yang terlaporkan berasal dari usia 15-29 tahun

Diperkirakan terdapat sekitar 270.000 pekerja seks perempuan

yang ada di Indonesia, di mana lebih dari 60 persen adalah

berusia 24 tahun atau kurang, dan 30 persen berusia 15 tahun

atau kurang

setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia di

mana 20 persen diantaranya adalah aborsi yang dilakukan oleh

remaja

Berdasarkan data kepolisian, setiap tahun penggunaan narkoba

selalu naik. Korban paling banyak berasal dari kelompok

remaja, sekitar 14 ribu orang atau 19% dari keseluruhan

pengguna.

jumlah kasus kriminal yang dilakukan anak-anak dan remaja

tercatat 1.150 sementara pada 2008 hanya 713 kasus. Ini

berarti ada peningkatan 437 kasus. Jenis kasus kejahatan itu

antara lain pencurian, narkoba, pembunuhan dan pemerkosaan.

Sejak Januari hingga Oktober 2009, Kriminalitas yang dilakukan

oleh remaja meningkat 35% dibandingkan tahun sebelumnya,

Pelakunya rata-rata berusia 13 hingga 17 tahun.

Kemorosotan akhlak di atas disebabkan oleh beberapa faktor, antara

lain:

Salah pergaulan, apabila kita salah memilih pergaulan kita

juga bisa ikut-ikutan untuk melakukan hal yang tidak baik.

Orang tua yang kurang perhatian, apabila orang tua kuran

memperhatikan anaknya, bisa-bisa anaknya merasa tidak nyaman

berada di rumah dan selalu keluar rumah. Hal ini bisa

menyebabkan remaja terkena pergaulan bebas.

Ingin mengikuti trend, bsia saja awalmya para remaja merokok

adalah ingin terlihat keren, padahal hal itu sama sekali tidak

benar. Lalu kalu sudah mencoba merokok dia juga akan mencoba

hal-hal yang lainnya seperti narkoba dan seks bebas.

Himpitan ekonomi yang membuat para remaja stress dan butuh

tempat pelarian.

Kurangnya pendidikan Agama dan moral.

Faktor-faktor di atas sebagian besar dipengaruhi oleh perkembangan

teknologi. Dengan berkembang pesatnya teknologi pada zaman sekarang

ini, arus informasi menjadi lebih transparan. Kemampuan masyarakat

yang tidak dapat menyaring informasi ini dapat mengganggu akhlak.

Pesatnya perkembangan teknologi dapat membuat masyarakat melupakan

tujuan utama manusia diciptakan, yaitu untuk beribadah.

Untuk mengatasi masalah ini, penulis memeberikan beberapa solusi

berdasarkan dalil naqli dan akli sebagai berikut.

Untuk meghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah

dan memilih teman dekat. Karena pergaulan akan sangat

berpengaruh terhadap etika, moral, dan akhlak.

Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter

seseorang, terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak

dini. Perhatian dari orang tua juga sangat penting. Karena

pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat

menyebabkan dampak buruk pada sikap anak.

Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk

menyaring pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan

merokok. Dewasa ini, orang-orang menganggap bahwa merokok

meningkatkan kepercayaan diri dalam pergaulan. Padahal jika

dilihat dari sisi kesehatan, merokok dapat menyebabkan banyak

penyakit, baik pada perokok aktif maupun pasif. Sehingga

kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri,

melainkan juga orang-orang di sekelilingnya.

Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar,

dan beramal sholeh.

BAB IV

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Perbedaaan antara akhlak, moral, dan etika adalah terletak

pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan

buruk. Pada etika, penilaian baik buruk berdasarkan pendapat

akal pikiran, dan pada moral berdasarkan kebiasaan yang

berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang

digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah al-Qur'an dan

al-hadis.

2. Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu

perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat di berbagai

aspek dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan globalisasi adalah

suatu proses masuk ke lingkungan dunia, dimana semua informasi

dari berbagai belahan dunia dapat diakses dengan mudah dan

cepat. Kedua hal ini dapat memberi pengaruh positif dan

negatif tergantung pada kemampuan masyarakat untuk menyaring

informasi tersebut.

3. Berdasarkan fakta yang ada, dapat dilihat bahwa terjadi

kemerosotan nilai akhlak, seperti tingkat kriminalitas yang

tinggi, tingkat aborsi yang tinggi, dan lain-lain. Jika hal-

hal seperti ini tidak diperbaiki, hal ini akan menyebabkan

rusaknya generasi masyarakat di masa yang akan datang.

Sehingga tidak mungkin zaman akan berganti lagi seperti zaman

jahiliyah dahulu.

4. Untuk mencegah dan atau memperbaiki kemorosotan akhlak ini,

ada berbagai macam solusi yang dapat dilakukan seperti yang

telah disebutkan di atas. Namun pada dasarnya, semua solusi

tersebut mengarah pada pemahaman dan pengamalan yang

sebenarnya pada ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits.

DAFTAR PUSTAKA

http://wizanies.blogspot.com/2007/08/akhlak-etika-moral.html

http://grms.multiply.com/journal/item/26

http://dewon.wordpress.com/2007/11/03/kategori-19/

ETIKA MORAL DAN AKHLAK

TUGAS AGAMA

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah

Agama dan Etika Islam (KU 2061)

Disusun oleh:

Marissa Fitri (13508001)

Vega Annisa ( 15308014)

Tia Fitriani (15308026)

Anissa Sukma Safitri (15308027)

Rosetyati Retno (153080 )

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2010


Recommended