Date post: | 15-May-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | independent |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
Worldwide Governance Indicators
the ability of the government to formulate and implement sound policies and regulations (world bank, 2014)
4
: Telah Menjadi UU
: RUU Prioritas
: Sudah selesai drat RUU
: Proses Penyusunan Draft RUU
REFORMASI BIROKRASI
UU No. 39 Tahun 2008
Kementerian Negara
UU No 25 Tahun 2009 Pelayanan
Publik
UU 30/2014 Adminsitrasi
Pemerintahan
U 5/2014U Aparatur Sipil
Negara
RUU Etika Penyeleng-gara Negara
RUU Tata
HubunganKewenangan Pempus dg
Pemda, antar Pemda
RUU Sistem Pengendalian
Internal Pemerintah
RUU Akuntabilitas Penyeleng-gara Negara
RUU Pemrintahan
ElektronisRevisi
UU PTUN
5
UU-AP merupakan standarisasi konsep dalam praktek hukum
administrasi pemerintahan di Indonesia
UU-AP merupakan standardisasi instrumen administrasi pemerintah,
yang menjadi payung hukum (pedoman) bagi UU sektoral. -> Hukum
Materil Administrasi Pemerintah
UU-AP Memberikan payung hukum bagi Hakim TUN dalam membuat
Putusan atas gugatan masyarakat terhadap KTUN -> Hukum Materil
Tujuan UU AP
• Tertib administrasi pemerintahan
• Menciptakan kepastian hukum
• Mencegah penyalahgunaan wewenang
• Menjamin akuntabilitas Badan/Pejabat
• Perlindungan hukum bagi warga negara
• Perlindungan hukum bagi pejabat
• Menerapkan AUPB
6
KEDUDUKAN HUKUM UU AP
Hukum PrivatHukum Publik
Hukum Tata Negara
Hukum Adm Negara
• UUD/Konstitusi
• UU tentang DPR/DPD
• UU Parpol
• UU Pemilu
HAN Umum HAN Khusus
• UU Kementerian Negara
• UU Pelayanan Publik
• UU ASN
• UU Pemerintahan Daerah
• UU Perpajakan
• UU Lingkungan Hidup
• UU Kepolisian
• UU PTUN (Peradilan Tata Usaha Negara) (Hukum Formal)
• UU ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (Hukum Materiil)
• RUU Sistem Pengawasan Internal Pemerintah (SPIP)
• Dan lain lain
Hukum Pidana
8
Aplikasi
Dengar Pendapat
Melihat Dokumen
Bantuan Kedinasan
KAP
Upaya Administratif
Perubahan;
Pencabutan;
Penundaan;/
Pembatalan
PTUN
Pelibatan masyarakat/pihak yg terkait
Ketentuan Tambahan
Pemberian alasan
Prosedur Pembuatan Keputusan/tindakan Prosedur Upaya Administratif
Gugatan
Keputusan Atas Upaya Administratif
UU Administrasi Pemerintah UU PTUN
UU AP dalam Proses Administrasi Pemerintahan
• Rechmatigheids van bestuur;
• Presumptio iustae causa;
• Contrarius actus;
• Audi et alteram partum;
• Accepti (fictum positiva);
• Ius nosse imperium;
• Geen bevoegdheid zonder varaantwoordelijkheid.
Rechmatigheids van bestuur
• Setiap tindakan/putusan pemerintah harus berdasarkan hukum.
• Hukum dimaksud tidak boleh dilihat secara sempit hanya sebagai aturan tertulis/undang-undang.
Presumption iustae causa
• Dalam Hukum AP keputusan pejabat itu selalu dipandang/dianggap falid/sah sampai dibatalkan oleh pejabat ybs/atasannya.
• Prinsip ini diletakkan agar pejabat pemerintah harus hati hati dalam mengambil keputusan. Karena sekali mengambil keputusan, maka dianggab sah untuk melakukan keputusan.
Contrarius actus
• Menegaskan bahwa perbuatan-perbuatansejenis harus diperlakukan juga/ diproses sama ketika perbuatan ini dibuat.
• Ada rambu-rambu (SOP) dalam membuat keputusan.
• Semua harus dilakukan mengikuti prosedur.
Audi et alteram partum
• Pejabat pemerintah wajib mendengarkan pendapat masyarakat terhadap rencana pengambilan keputusan.
• Tentu kewajiban tsb tidak mutlak, namun apa yang disampaikan kepada masyarakat sudah menjadi bagian dari pertimbangan
Accepti (fictum positiva)
• Jika waktu yang ditentukan dalam membuatkeputusan telah melewati batas waktu yang ditentukan, dan keputusan belum dikeluarkan maka, pejabat dianggap mengabulkan
Ius nosse imperium
• Hakim tidak boleh menolak memberikan keputusan karena tidak ada peraturan yang mengaturnya
• Hakim harus mengeluarkan keputusan berdasarkan AUPB
• Pemerintah tidak boleh menolak permohonan masyarakat jika peraturan tidak mengaturnya
• Ada diskresi (sebagai Rechtsfindung)
Geen bevoegdheid zonder varaantwoordelijkheid
• Tidak ada kewenangan tanpa tanggungjawab.
• Pemerintah seakan-akan powerfull dengan diskresi, tetapi untuk itu harus ada tanggung jawab jabatan
• Juga harus ada tanggungjawab pribadi (walaupun masih kontroversial)
18
Titik Tolak UU Administrasi Pemerintahan :
1Indonesia adalah negara hukum (Pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945):
Semua keputusan atau tindakan pejabat harus berdasarkan hukum Pejabat diberi kepercayaan oleh pemerintah untuk menjalankan wewenang :
1. Wewenang Atributif
2. Wewenang Delegatif
3. Mandat
Prinsip : Praesumptio iustae causa: bahwa pejabat akan melaksanakan
tanggung jawab sesuai kewenangan dan tujuan konstitusi
2Reformasi Birokrasi : Mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) Ukurannya : efektif, efisien, bebas dari KKN
Berlaku bagi siapa?
• Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan di lingkup:
– Lembaga eksekutif
– Lembaga yudikatif
– Lembaga legislatif
– Pejabat lain yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan
19
Asas Penyelenggaraan Pemerintahan
• Asas legalitas (peraturan Per-UU-an):
– Dasar kewenangan pejabat
– Dasar kewenangan dalam penetapan
• Asas pelindungan terhadap Hak Asasi Manusia
• AUPB
Pejabat memiliki kewenangan, hak, kewajiban dan diskresi sebagaimana diatur dalam UU AP
20
AUPB dalam UU AP
• Kepastian hukum
• Kemanfaatan
• Ketidakberpihakan
• Kecermatan
• Tidak menyalahgunakan kewenangan
• Keterbukaan
• Kepentingan umum
• Pelayanan yang baik
21
Kalau tidak ada Per-UU-an?
• Tidak menghalangi Badan dan/atau Pejabat yang berwenang untuk menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan sepanjang:
– Memberikan kemanfaatan umum, dan
– Sesuai dengan AUPB
22
23
Adanya Kekosongan Hukum Yang Mengatur Sumber Kewenangan :
Atribusi; Delegasi; Mandat.
ATRIBUSI
Sumber :
• Diberikan oleh MPR/DPR
• ditetapkan & diatur dalam UUD
1945 dan/atau Undang-Undang;
dan
• merupakan wewenang baru
atau sebelumnya tidak ada
• Diberikan kepada Badan
dan/atau Pejabat Administrasi
• Tanggang jawab berada pada
Pejabat ybs.
• Tidak dapat didelegasikan
kecuali diatur dalam UUD dan
UU
Sumber Kewenangan Pemerintahan
DELEGASI
Sumber :
• diberikan oleh Badan/Pejabat
Pemerintahan kepada Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan
lainnya (dari atasan ke bawahan);
• ditetapkan dalam PP, Perpres,
dan/atau Perda; dan
• merupakan wewenang pelimpahan
atau sebelumnya telah ada
• Tidak dapat didelegasikan lebih
lanjut ditentukan Per-UU-an
• Tanggung jawab berada pada
Pejabat penerima delegasi
• Jika disubdelegasikan harus:• Dituangankan dalam Peraturan
• Dilakukan dalam lingkungan sendiri
• Paling banyak satu tingkat di bawah
MANDATSumber :
• ditugaskan oleh atasan pejabatkepada bawahan; dan
• merupakan pelaksanaan tugasrutin/ sehari-hari;
• Penerima mandat harusmenyebutkan atas nama (a.n)Pejabat yang memberikanmandat.
• Tanggung jawab tetap padapemberi mandat.
• Pelaksana Harian (PlH) pejabatberhalangan sementara
• Pelaksana Tugas (PlT) pejabatberhalangan tetap
• Dapat ditarik kembali• Tidak mengambil keputusan
strategs (organisasi, pegawai dll)
Kekosongan Hukum Tentang Diskresi
24
Dalam praktek, pemahaman diskresi sama dengan fries ermessen, yang dipahami
sebagai “kewenangan bebas” menurut pendapat sendiri (subyektif). -> membukapenyalahgunaan wewenang.
Tidak ada pengaturan jelas membuat pejabat ragu-ragu -> akselerasi pemerintah
melambat.
UU AP mengatur penggunaan Diskresi oleh Pejabat Pemerintahan :
• Hanya dapat dilakukan oleh pejabat yang memiliki kewenangan
• Harus sesuai dengan tujuan, AUPB, alasan2 objektif, tidak menimbulkan konflik
kepentingan, dan itikad baik (tidak didasarkan pada kebebasan bertindak)
• Tujuan Diskresi :– melancarkan penyelenggaraan pemerintahan;
– mengisi kekosongan hukum;
– memberikan kepastian hukum; dan
– mengatasi stagnasi pemerintahan dalam keadaan tertentu guna kemanfaatan dan kepentingan umum.
• Meliputi pengambilan Keputusan /Tindakan berdasarkan ketentuan perUUan yang :– memberikan suatu pilihan;
– tidak mengatur/tidak lengkap /tidak jelas; dan
– adanya stagnasi pemerintahan guna kepentingan yang lebih luas.
Ditandai: pejabat dapat, pejabat boleh, pejabat diberikan wewenang
25
Syarat-Syarat Penggunaan Diskresi
• Sesuai dengan tujuan Diskresi
• Tidak bertentangan dengan Per-UU-an
• Sesuai dengan AUPB
• Berdasarkan alasan alasan objektif
• Tidak menimbulkan konflik kepentingan
• Dilakukan dengan iktikad baik
26
JENIS-JENIS DISKRESI
27
JENIS/BENTUK DISKRESI KONDISI
PRA/SYARATMELAKUKAN DISKRESI
DISKRESI
Diskresi dalamkeadaan normal
• Berpotensi mengubahalokasi anggaran; atau
• Membebani keuangannegara.
Persetujuan AtasanSebelum Diskresidilakukan
Paling lama 5 hariharus ditetapkan
Diskresi dalamkeadaan tidaknormal
• Menimbulkankeresahan masyarakat,
• Keadaan darurat,
• Mendesak, dan/atau
• Bencana alam
Pemberitahuan AtasanSebelum Diskresidilakukan
(5 hari disampaikan)
PelaporanSesudah Diskresidilakukan
(5 hari setelah)
Akuntabilitas Kebijakan Pemerintah
Syarat sahnya keputusan/tindakan: Kewenangan;
3 bentuk kewenangan. dibatasi oleh 3 hal yaitu:
Masa/tenggang waktu berlakunya wewenang
Wilayah/daerah berlakunya wewenang
Cakupan bidang/materi wewenang
Prosedur; Sesuai SOP
Tidak menimbulkan konflik kepentingan
Melibatkan warga masyarakat yg berkepentingan
Substansi Isi/materi sesuai dengan tujuan keputusan dikeluarkan
28
Menyalahgunakan wewenang:a. Melampaui wewenang;b. Mencampuradukan wewenangc. Sewenang-wenang
tidak sah
dapat dibatalkan
Fiktif Negatif (UU PTUN) -> Fiktif Positif (UU AP)
Melampaui Kewenangan
• Melampaui masa jabatan atau batas waktu berlakunya wewenang
• Melampaui batas wilayah berlakunya wewenang
• Bertentangan dengan ketentuan peraturan Per-UU-an
• Status hukum: tidak sah apabila telah diuji dan ada Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
• Ex Tunc: tidak berlaku sejak awal diterbitkan
29
Mencampuradukan wewenang
• Diluar cakupan bidang atau materi wewenang yang diberikan dan/atau
• Bertentangan dengan tujuan wewenang yang diberikan
– Status hukum: dapat dibatalkan apabila telah diuji dan ada Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
– Ex Nunc: tidak berlaku sejak dibatalkan
30
Sewenang-wenang
• Tanpa dasar kewenangan dan/atau
• Bertentangan dengan Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
– Status hukum: tidak sah apabila telah diuji dan ada Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
– Ex Tunc: tidak berlaku sejak awal diterbitkan
31
Pengawasan Penyalahgunaan Wewenang
• Pengawasan dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
• Hasil pengawasan berupa:
– Tidak terdapat kesalahan
– Terdapat kesalahan administratif
– Terdapat kesalahan administratif yang menimbulkan kerugian keuangan negara
• Jika hanya kesalahan admistratif dilakukan tindak lanjut dalam bentuk penyempurnaan administrasi sesuai Per-UU-an
• Jika ada kerugian keuangan egara maka yang pihak menimbulkan kerugian mengembalikan kerugian dalam waktu 10 hari sejak ditetapkan dan diterbitkannya hasil pengawasan
• Apabila tidak unsur penyalahgunaan wewenang dibebankan kepada Badan Pemerintahan
• Apabila tidak ada unsur penyalahgunaan wewenang dibebankan kepada Pejabat yang bersangkutan
32
Pengujian Penyalahgunaan Wewenang
• PTUN berhak menerima, memeriksa dan memutuskan ada tidaknya penyalahgunaan wewenang
• Badan/Pejabat dapat memohon kepada pengadilan menilai ada tidaknya penyalahgunaan wewenang
• Pengadilan wajib memutus dalam 21 hari kerja dan dapat diajukan banding ke PTTUN serta diputus dalam 21 hari kerja
• Putusan PTTUN bersifat final dan mengikat
33
34
Konflik Kepentingan
Pejabat dilarang mengambil Keputusan jika ada konflik kepentingan Pejabat harus mendeklarasikan adanya Konflik Kepentingan dalam
proses pembuatan Keputusan
Jika ketentuan ini dilanggar, ada 2 konsekuensi:1. Pejabat ybs dikenakan sanksi administrasi berat:
pemberhentian tetap dengan atau tanpa memperoleh hak-hak keuangan dan
fasilitas lainnya; atau
pemberhentian tetap dengan atau tanpa memperoleh hak-hak keuangan dan
fasilitas lainnya serta dipublikasikan di media massa.
2. Keputusannya dapat dibatalkan
Jika ada konflik kepentingan, keputusan dibuat oleh atasan atau pejabat lain
35
Keputusan Berbentuk Elektronik
Keputusan yang dibuat atau disampaikan dengan menggunakan atau
memanfaatkan media elektronik
wajib dibuat atau disampaikan apabila Keputusan tidak dibuat atau tidak
disampaikan secara tertulis.
berkekuatan hukum sama dengan Keputusan yang tertulis dan berlaku
sejak diterimanya Keputusan tersebut oleh pihak yang bersangkutan.
Jika Keputusan dalam bentuk tertulis tidak disampaikan, maka yang berlakuadalah Keputusan berbentuk elektronis.
Dalam hal terdapat perbedaan antara Keputusan berbentuk elektronik dan
Keputusan tertulis, yang berlaku adalah Keputusan tertulis.
Keputusan yang mengakibatkan pembebanan keuangan negara wajib
dibuat dalam bentuk tertulis.
Izin, Dispensasi dan Konsesi• Izin:
– Diterbitkan persetujuan sebelum kegiatan dilaksanakan
– Merupakan kegiatan yang memerlukan perhatian khusus dan atau memenuhi Per-UU-an
• Dispensasi:
– Diterbitkan persetujuan sebelum kegiatan dilaksanakan
– Merupakan kegiatan pengecualian terhadap larangan
• Konsesi:
– Diterbitkan sebelum kegiatan dilaksanakan
– Persetujuan berdasarkan kesepakatan dua segi
– Kegiatan yang memerlukanperhatian khusus
Ketiganya:
------ paling lama 10 hari kerja harus ditetapkan
------ dan tidak boleh menyebabkan kerugian negara
36
• Waktu kewajiban untuk menetapkan keputusan sesuai dengan perUUan,atau 10 hari kerja setelah permohonan diterima.
• Jika pejabat tidak juga menetapkan keputusan/tindakan dalam waktunya,maka permohonan tersebut dianggap dikabulkan secara hukum.
• Pemohon mengajukan permohonan kepada Pengadilan untukmemperoleh putusan penerimaan permohonan.
• Pengadilan wajib memutuskan permohonan tsb max 21 hari kerja sejakpermohonan diajukan.
• Badan/pejabat wajib menetapkan keputusan untuk melaksanakanputusan Pengadilan max 5 hari kerja sejak putusan Pengadilan ditetapkan.
37
KEPUTUSAN FIKTIF POSITIF
Sifat Keputusan AP• Konstitutif
– Bersifat penetapan mandiri oleh pejabat administrasi pemerintahan
• Deklaratif
– Keputusan yang bersifat pengesahan setelah melalui proses pembahasan di tingkat pejabat pemerintahan yang menetapkan keputusan konstitutif
Setiap keputusan harus diberikan landasan pertimbangan yuridis, sosiologis dan filosofis.
Jika tidak maka dianggap Ex Tunc
38
Perubahan Keputusan
• Apabila terdapat:
– Kesalahan konsideran
– Kesalahan redaksional
– Perubahan dasar pembuatan keputusan
– Adanya fakta baru
– Dilakukan 5 hari sejak ditemukannya alasan perubahan dan tidak boleh merugikan masyarakat
– Dilakukan pejabat yang membuat Keputusan AP
39
Pencabutan Keputusan
• Apabila terdapat cacat:
– Wewenang
– Prosedur dan/atau
– Substansi
– Dilakukan oleh pejabat pembuat keputusan (5 hari kerja), atasan pejabat pembuat keputusan (5 hari kerja) dan pengadilan (21 hari kerja)
– Wajib dibuat keputusan yang baru
40
Penundaan Keputusan
• Apabila berpotensi:
– Kerugian negara
– Kerusakan lingkungan dan/atau
– Konflik sosial
• Dilakukan oleh:
– Pejabat
– Atasan pejabat
• Atas permintaan:
– Pejabat pemerintahan terkait
– Putusan pengadilan
41
Pembatalan Keputusan
• Dapat dibatalkan apabila:
– Wewenang
– Prosedur dan/atau
– Substansi
• Dilakukan oleh:
– Pejabat yang menetapkan (5 hari kerja)
– Atasan pejabat yang menetapkan (5 hari kerja)
– Putusan pengadilan (21 hari kerja)
42
Ketentuan lain UU AP
• Bantuan kedinasan
• Pemberian Kuasa
• Pemberian akses kepada warga masyarakat
• Partisipasi masyarakat dalam keputusan AP
• Berlaku dan mengikatnya keputusan AP
• Penyampaian keputusan AP
43
Complain Handling (Upaya Administrasi)
Keberatan
Pejabat ybs
10 hari kerja
Banding
Atasan pejabat
10 hari kerja
PTUN
44
HAK MASYARAKAT
MENGAJUKAN
KEBERATAN
Dalam hal Badan/Pejabat Pemerintahan tidak menyelesaikankeberatan/banding dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud,keberatan/banding dianggap dikabulkan.
1. Perubahan mind set dan culture set aparatur penyelenggara pemerintahan
2. Terbangunnya perubahan sistem penyelenggaraan pemerintahan yang lebihmodern dan mewujudkan pemerintahan yang baik
3. Pencegahan terhadap KKN oleh Pejabat Pemerintahan sejak sebelumkeputusan dan tindakan pemerintahan ditetapkan
4. Membangun kepercayaan masyarakat dan implikasinya pada peningkatanpertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan
45