34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Penelitian ini melibatkan variabel yang terdiri dari delapan variabel bebas
(independen) dan satu variabel terikat (dependen). Variabel independen dalam
penelitian ini meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, jumlah
komite audit, frekuensi perrtemuan komite audit, komposisi dewan komisaris,
leverage, profitabilitas, dan ukuran perusahaan.. Variabel dependennya adalah
manajemen laba.
3.1.1 Variabel Independen
3.1.1.1 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Institusional adalah sejumlah saham di perusahaan yang
dimiliki oleh perusahaan asuransi, reksa dana, perusahaan investasi, private
foundation, dan entitas besar lainnya yang mengelola dana mengatasnamakan
orang lain (Investopedia.com).
Rumus yang digunakan untuk mencari kepemilikan institusional adalah :
∑
∑
3.1.1.2 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan tingkat kepemilikan saham pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan
(direktur dan komisaris). Karena jumlah kepemilikan manajerial di sebagian besar
perusahaan berkisar kurang dari 1%, maka variabel ini menggunakan dummy,
Universitas Sumatera Utara
35
yaitu 0 jika tidak terdapat kepemilikan manajerial, dan 1 jika terdapat kepemilikan
manajerial.
3.1.1.3 Jumlah Komite Audit
Berdasarkan Surat Edaran Bapepam Nomor. SE-03/PM/2000 menyatakan
komite audit terdiri dari tiga atau lebih anggota yang bukan merupakan bagian
dari manajemen atau perusahaan untuk melakukan pengujian dan penilaian atas
kewajaran laporan yang dibuat oleh perusahaan. Variabel jumlah komite audit
diukur dengan menggunakan angka absolut jumlah keseluruhan anggota komite
audit yang ada di peusahaan itu.
3.1.1.4 Frekuensi Pertemuan Komite Audit
Komite Audit menurut BAPEPAM sekurangnya mengadakan empat kali
pertemuan dalam setahun. Frekuensi pertemuan komite audit dapat diukur dengan
menggunakan angka absolut frekuensi pertemuan komite audit suatu perusahaan
dalam setahun.
3.1.1.5 Komposisi Dewan Komisaris
Komposisi dewan komisaris (BOD) adalah keanggotaan yang tersusun
atas komisaris dari dalam perusahaan (inside director) dan komisaris dari luar
perusahaan (outside director). Variabel ini dapat dihitung dengan rumus :
3.1.1.6 Leverage
Tingkat hutang (leverage) adalah perbandingan total hutang perusahaan
dengan total aset yang dimiliki perusahaan yang menunjukkan seberapa besar
Universitas Sumatera Utara
36
perusahaan tergantung pada kreditur dalam pembiayaan ekuitas perusahaan.
Leverage dapat dihitung dengan cara :
3.1.1.7 Profitabilitas
Profitabilitas adalah tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba pada suatu periode. Perusahaan yang memiliki tingkat
profitabilitas rendah cenderung melakukan manajemen laba untuk meyakinkan
investor bahwa perusahaan dalam kondisi baik. Rasio profitabilitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA). Cara untuk
menghitung ROA adalah :
3.1.1.8 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan (SIZE) adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan.
Ukuran perusahaan dihitung dengan menggunakan nilai logaritma total aset pada
akhir tahun. Penggunaan logaritma dilakukan untuk menghindari problem data
natural yang tidak berdistribusi normal.
3.1.2 Variabel Dependen
3.1.2.1 Manajemen Laba
Manajemen laba diukur dengan proksi Discretionary Accruals (DA).
Perhitungan akrual yang tidak normal diawali dengan perhitungan total akrual.
Total akrual suatu perusahaan dipisahkan menjadi non discretionary accrual
(tingkat akrual yang normal) dan discretionary accrual (tingkat akrual yang tidak
Universitas Sumatera Utara
37
normal). Tingkat akrual yang tidak normal ini merupakan tingkat akrual hasil
rekayasa laba yang dilakukan oleh manajer. Perhitungan manajemen laba
menggunakan model Jones modifikasi yang banyak digunakan dalam penelitian
karena model ini yang paling baik dalam mendeteksi manajemen laba dan
memberikan hasil yang paling akurat.
Pengukuran akrual diskresioner menggunakan model Jones (1991) yang
dimodifikasi oleh Dechow et al. (1995). Model ini menggunakan akrual total
(TA) yang diklasifikasikan menjadi komponen akrual diskresioner (DA) dan non
akrual diskresioner (NDA) yang dirumuskan sebagai berikut:
TA= NDA+DA
Dimana:
TA = Total Akrual
NDA = Nilai nondiscretionary accrual
DA = Discretionary accrual
Langkah pertama untuk mengukur discretionary accrual adalah
menhitung TA dengan rumus:
TA = Laba bersih - Arus kas operasi
Selanjutnya menghitung estimasi akrual non diskrisioner dengan
menggunakan model Jones (1991) yang diestimasi dengan persemaan regresi OLS
(Ordinary Least Square) sebagai berikut:
TAit/ Assetit-1 = α1 (1/Assetit-1) + α α2 [(ΔREV it – ΔREC it) / Asset
it-1] + α3 (PPEit/Assetit-1) + εit
Universitas Sumatera Utara
38
Dimana:
TAit = Total accrual perusahaan i pada tahun t
Assetit-1 = Total aset perusahaan i pada tahun t-1
ΔREV it = Perubahan pendapatan perusahaan i antara tahun t
ΔRECit = Perubahan piutang perusahaan i antara tahun t dan tahun t-1
PPEit = Nilai perolehan plan, property, equipment pada perusahaan I pada
tahun t
εit = error term
Nilai nondiscretionary accrual dalam penelitian ini menggunakan model
modifikasian Jones dengan rumus :
NDAit = α1 (1/Assetit-1) + α2 [(ΔREV it – ΔREC it) / Assetit-1] + α3
(PPEit /Assetit-1)
Dimana :
ΔRecit = Perubahan piutang perusahaan i antara tahun t dan tahun t-1
α = merupakan fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi dari
perhitungan total akrual
Selanjutnya untuk menghitung discretionary accrual dapat dihitung
sebagai berikut :
DAit =(TA it/Asset it-1) – NDA it
Jika nilai discretionary accruals perusahaan negatif, ini berarti manajemen
laba yang dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan cara menurunkan laba,
sebaliknya jika nilai discretionary accruals perusahaan positif berarti manajemen
yang dilakukan perusahaan yaitu dengan menaikkan laba perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
39
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2011), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan
transportasi yang terdaftar di BEI selama tahun pengamatan 2012-2014.
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling atau judgment
sampling. Purposive sampling atau judgment sampling adalah metode penarikan
sampel yang dilakukan dengan memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang
ditetapkan oleh peneliti (Kuntjojo, 2009:35).
Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Perusahaan sektor infrstruktur, utilitas, dan transportasi terdaftar di BEI yang
menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit berturut-turut selama
periode 2011-2014.
2) Perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi terdaftar di BEI yang
listing berturut-turut di BEI selama periode 2011-2014.
3) Perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang menerbitkan
laporan keuangan dalam satuan mata uang rupiah.
4) Perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang memiliki
kelengkapan data-data menegenai variabel penelitian yang diteliti dalam
laporan keuangan tahunan perusahaan periode 2011-2014.
Universitas Sumatera Utara
40
Tabel 3.1
Penentuan Sampel Penelitian
Kriteria Populasi Sasaran Jumlah Perusahaan
Populasi perusahaan Infrastruktur, utilitas, dan
transportasi yang terdaftar di BEI
Perusahaan infrastruktur, utilitas, dan
transportasi yang tidak listing secara berturut-
turut selama tahun 2011-2014 di BEI
Perusahaan infrastruktur, utilitas, dan
transportasi yang tidak menerbitkan annual
report atau laporan secara berturut-turut selama
periode 2011-2014
Perusahaan infrastruktur, utilitas, dan
transportasi yang menerbitkan laporan
keuangan tidak dalam mata uang rupiah.
Perusahaan infrastruktur, utilitas, dan
transportasi yang tidak menyediakan data-data
variabel penelitian dalam laporan keuangan
tahunan 2011-2014.
53
(10)
(3)
(15)
(4)
Total Sampel 21
3.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan tergabung dalam sektor infrastruktur, utilitas, dan
transportasi selama periode 2012-2014. Laporan tahunan dan laporan keuangan
tersebut diperoleh dari website BEI (www.idx.co.id) di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
41
3.4 Metode Analisis dan Rancangan Pengujian Hipotesis
3.4.1 Metode Analisis
3.4.1.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan variabel-variabel
dalam penelitian ini. Statistik deskriptif akan memberikan gambaran umum atau
sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk dipahami dari setiap variabel
penelitian. Gambaran atau deskripsi suatu data dapat dilihat dari nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, maksimum dan minimum.
3.4.1.2 Uji Asumsi Klasik
Salah satu syarat yang mendasari penggunaan analisis regresi adalah
terpenuhinya uji asumsi klasik. Pengujian tersebut dilakukan untuk menghindari
atau mengurangi bias atas hasil penelitian yang diperoleh. Pengujian asumsi
klasik terdiri dari pengujian normalitas data, pengujian multikolinearitas,
pengujian heteroskedasitas, dan pengujian autokorelasi.
3.4.1.2.1 Uji Normalitas
Menurut Sunyoto (2013), uji normalitas dilakukan untuk menguji data
variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang
dihasilkan tersebut berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah model regresi yang memiliki nilai residual yang mengikuti distribusi
normal. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov-
Smirnov Test. Nilai residual dapat diketahui berdistribusi normal atau tidaknya
dilihat dari nilai asymptotic significance, jika nilai asymptotic significance di
bawah tingkat signifikan sebesar 0,05 maka diartikan bahwa nilai residual
Universitas Sumatera Utara
42
terdistribusi tidak normal, sebaliknya jika nilai asymptotic significance di atas
tingkat signifikan maka diartikan bahwa nilai residual terdistribusi normal.
(Ghozali, 2011:160).
Pengujian secara visual dapat juga dilakukan untuk mendukung
analisis uji Kolmogorov-Smirnov dengan metode grafik normal probability
plots. Pada metode ini, jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, berarti data tersebut telah memenuhi asumsi
normalitas.
3.4.1.2.2 Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2011), Uji multikolonieritas dilakukan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang paling baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel independen. Pengujian multikolonieritas dapat dilakukan dengan
melihat nilai VIF (Variance Inflating Factor) < 10 dan tolerance > 0,10.
3.4.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2011), Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan cara
menggunakan uji Glejser yaitu keputusan dapat diambil jika variabel independen
mempunyai nilai signifikan yang secara statistik mempengaruhi variabel terikat
(sig > 0.05) maka tidak terdapat gejala heterokedastisitas. Sebaliknya jika variabel
independen tidak mempunyai nilai signifikan seara statistik mempengaruhi
variabel (sig<0.05), maka dapat dikatakan ada indikasi terjadinya
heterokedastisitas. Model yang baik adalah apabila tidak terjadi heterokedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
43
3.4.1.2.4 Uji Autokorelasi
Autokorelasi berarti terdapatnya korelasi antara anggota sampel atau data
pengamatan yang diurutkan berdasarkan waktu, sehingga satu data dipengaruhi
oleh data sebelumnya. Autokorelasi muncul pada regresi yang menggunakan data
berskala atau time series. Ada beberapa model pengujian yang bisa digunakan
untuk mendekati autokorelasi. Model yang baik harus bebas dari autokorelasi.
Pengujian autokorelasi yang banyak digunakan adalah model Durbin-Watson.
Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Pengambilan
keputusan ada atau tidaknya autokorelasi (Ghozali, 2011) yaitu:
1) 0 < nilai DW < dl = adanya autokorelasi positif
2) dl ≤ nilai DW ≤ du = tidak ada autokorelasi positif
3) du < nilai DW < 4-du = tidak ada autokorelasi
4) 4-du ≤ d ≤ 4-dl = tidak ada autokorelasi negatif
5) 4-dl < nilai DW < 4 = ada autokorelasi negatif
3.4.2 Rancangan Pengujian Hipotesis
3.4.2.1 Analisis Regresi Berganda
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tujuan dari model penelitian ini
adalah untuk menguji pengaruh variabel independen, yaitu kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, jumlah komite audit, frekuensi pertemuan
komite audit, komposisi dewan komisaris, leverage, profitabilitas, dan ukuran
perusahaan terhadap manajemen laba sebagai variabel dependen. Dalam model
penelitian ini, periode yang digunakan untuk variabel dependen dan variabel
independen adalah tahun t atau tahun berjalan.
Universitas Sumatera Utara
44
Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua
variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen (Ghozali, 2011:96). Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh delapan variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Oleh
karena itu, penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda (multiple linear
regression). Secara formulatif persamaan dasar regresi berganda sebagai berikut :
DA = β0 + β1KI + β2KM + β3JKA + β4FPKA + β5KDM+ β6LEV+ β7ROA+
β8SIZE+ ε
Keterangan :
DA = manajemen laba
KI = kepemilikan institusional
KM = kepemilikan manajerial
JKA = jumlah komite audit
FPKA = frekuensi pertemuan komite audit
KDM = komposisi dewan komisaris
LEV = leverage
ROA = profitabilitas
SIZE = ukuran perusahaan
β0 = konstanta
β1-β8 = koefisien regresi
ε = error
3.4.2.2 Uji Koefisien Determinasi
Universitas Sumatera Utara
45
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar total variasi
dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh total variasi dari variabel independen
atau seberapa besar kemampuan variabel independen dapat menjelaskan variabel
dependen. Nilai R2 selalu berkisar antara 0 sampai dengan 1 atau 0% sampai
dengan 100%. Nilai R2 yang semakin mendekati 1 atau 100% menunjukkan
model regresi yang semakin baik. Sebaliknya, nilai R2 yang sama dengan 0
menandakan bahwa variasi dari variabel dependen tidak dapat dijelaskan sama
sekali oleh variabel independen. Penggunaan adjusted R2 lebih baik karena telah
disesuaikan dengan standard error. Setiap variabel independen yang menambah
kecocokan model akan menambah nilai adjusted R2 dan sebaliknya.
3.4.2.3 Uji Statistik F (F–test)
Uji F merupakan uji keseluruhan model regresi. Pengujian dilakukan
untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen atau dengan kata lain, apakah model penelitian
dapat menjelaskan variabel terikat. Contoh hipotesis yang digunakan dalam uji F
adalah:
H0 : X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8 = 0 (variabel-variabel independen secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen)
H1 : X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8 ≠ 0 (variabel-variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen)
Uji F ini didasarkan atas perbandingan probabilitas (significant F). Berikut
adalah kondisi yang perlu diperhatikan dalam melakukan uji F berdasarkan
probabilitas, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
46
1) Jika probabilitas (p-value) > 0,05 (α), maka model regresi tidak fit (hipotesis
ditolak).
2) Jika probabilitas (p-value) < 0,05 (α), maka model regresi fit (hipotesis
diterima)
3.4.2.4 Uji Statistik t (t-test)
Uji t dilakukan untuk mengetahui signifikansi variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan variabel
independen yang lain bersifat konstan. Contoh hipotesis yang digunakan dalam uji
t adalah:
H0 : Variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen
H1 : Variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
Uji t hampir sama dengan uji F, yaitu dilakukan dengan cara perbandingan
probabilitas (t-stat). Berikut adalah kondisi yang perlu diperhatikan dalam
melakukan uji t berdasarkan probabilitas, yaitu:
1) Jika nilai signifikansi P-Value > 0,05 maka hipotesis alternatif ditolak
(koefisien regresi tidak signifikan). Hal ini berarti bahwa secara parsial
variabel bebas tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.
2) Jika nilai signifikansi P-Value < 0,05 maka hipotesis alternatif diterima
(koefisien regresi signifikan). Hal ini berarti secara parsial variabel bebas
tersebut mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.
Universitas Sumatera Utara
47
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari mekanisme
corporate governance (kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, jumlah
komite audit, frekuensi pertemuan komite audit, dan komposisi dewan komisaris),
leverage, profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada
perusahaan infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2014.
Penelitian menggunakan purposive sampling dengan kriteria-kriteria
tertentu yang dapat dilihat di tabel 3.1 dan daftar sampel dapat dilihat di lampiran
1. Setelah dilakukan purposive sampling didapatkan 21 sampel perusahaan
dikalikan dengan tiga tahun penelitian membuat jumlah data yang digunakan
sebanyak 63 data observasi.
Data mentah yang telah terkumpul terlebih dahulu diolah dengan
Microsoft Excel, yang dilanjutkan dengan pengolahan statistik deskriptif dan
pengestimasian model regresi linier berganda. Kemudian berdasarkan model
tersebut, dilakukan uji hipotesis. Pengolahan dan pengujian data secara statistik
dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 23.
Universitas Sumatera Utara
48
4.2 Analisis Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai karakteristik variabel
penelitian yang diamati. Statistik deskriptif variabel yang digunakan dalam
penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DA 63 -,25317 ,62191 ,0811892 ,14305329
KI 63 ,11100 ,87780 ,6424592 ,21548144
KM 63 ,00000 1,00000 ,3968254 ,49316890
JKA 63 ,00000 7,00000 3,2063492 1,08000493
FPKA 63 ,00000 38,00000 7,8412698 7,27391794
KDK 63 ,25000 ,66667 ,4461451 ,11417079
LEV 63 ,03269 7,69416 ,8365629 1,21207952
ROA 63 -,37837 ,40239 ,0376545 ,12491306
SIZE 63 23,13513 32,57904 28,4906569 2,43371408
Valid N (listwise) 63
Dari tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan statistik masing-masing variabel
penelitian yaitu :
1. Variabel dependen manajemen laba (DA) memiliki nilai minimum -
0,25317, nilai maksimum 0,62191, nilai rata-rata 0,0811892, dan standar
deviasi 0,14305329 dengan jumlah sampel sebanyak 63.
Universitas Sumatera Utara
49
2. Variabel independen kepemilikan institusional (KI) memiliki nilai
minimum 0,111, nilai maksimum 0,8778, nilai rata-rata 0,6424592, dan
standar deviasi 0,21548144 dengan jumlah sampel sebanyak 63.
3. Variabel independen kepemilikan manajerial (KM) memiliki nilai
minimum 0, nilai maksimum 1, nilai rata-rata 0,3968254, dan standar
deviasi 0,4931689 dengan jumlah sampel sebanyak 63.
4. Variabel independen jumlah komite audit (JKA) memiliki nilai minimum
0, nilai maksimum 7, nilai rata-rata 3,2063492, dan standar deviasi
1,008000493 dengan jumlah sampel sebanyak 63.
5. Variabel independen frekuensi pertemuan komite audit (FPKA) memiliki
nilai minimum 0, nilai maksimum 38, nilai rata-rata 7,8412698, dan
standar deviasi 7,27391794 dengan jumlah sampel sebanyak 63.
6. Variabel independen komposisi dewan komisaris (KDK) memiliki nilai
minimum 0,25, nilai maksimum 0,66667, nilai rata-rata 0,4461451, dan
standar deviasi 0,11417079 dengan jumlah sampel sebanyak 63.
7. Variabel independen leverage (LEV) memiliki nilai minimum 0,03269,
nilai maksimum 7,69416, nilai rata-rata 0,8365629, dan standar deviasi
1,21207952 dengan jumlah sampel sebanyak 63.
8. Variabel independen profitabilitas (ROA) memiliki nilai minimum -
0,37837, nilai maksimum 0,40239, nilai rata-rata 0,0376545, dan standar
deviasi 0,12491306 dengan jumlah sampel sebanyak 63.
Universitas Sumatera Utara
50
9. Variabel independen ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai minimum
23,13513, nilai maksimum 32,57904, nilai rata-rata 28,4906569, dan
standar deviasi 2,43371408 dengan jumlah sampel sebanyak 63.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik ialah pengujian asumsi-asumsi statistik yang harus
dipenuhi pada analisis regresi yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Model
regresi yang diperoleh dengan model ini menghasilkan estimator linear tidak bias
yang terbaik (Best Linear Unbias Estimator/BLUE).
4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas pada penelitian ini dengan analisis grafik histogram, normal
probability plot, dan uji statistik non parametris kolmogrov-smirnov (K-S).
Berikut tampilan grafik histogram dan normal probability plot.
Gambar 4.1
Grafik Histogram
Universitas Sumatera Utara
51
Gambar 4.2
Normal P-Plot
Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik histogram dan
normal p-plot menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Pada grafik
histogram (Gambar 4.1) dapat dilihat bahwa data tidak menceng (skewness) ke
kiri atau kanan. Pada grafik normal p-plot (Gambar 4.2) juga akan terlihat titik-
titik menyebar dan mendekati sekitar garis diagonal, yang artinya data
berdistribusi normal. Untuk lebih memastikan apakah data berdistribusi normal
atau tidak, tidak cukup hanya melakukan analisis grafik histogram dan normality
p-plot. Maka dari itu, dilakukanlah uji statistik non parametris kolmogrov-
smirnov (K-S). Tabel 4.2 menunjukkan hasil uji kolmogrov-smirnov.
Universitas Sumatera Utara
52
Tabel 4.2
Uji Kolmogrov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 63
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,12285640
Most Extreme Differences Absolute ,098
Positive ,098
Negative -,065
Test Statistic ,098
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Ketentuan dalam menggunakan uji statistik non parametris kolmogrov-
smirnov (K-S) adalah sebagai berikut :
Apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi
normal
Apabila nilai signifikansinya lebih kecil daripada 0,05 maka data tidak
berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil pengujian K-S pada tabel 4.2 dapat dilihat nilai
signifikansi sebesar 0,200 sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi
normal dimana p > 0,005 (0,200 > 0,005).
Universitas Sumatera Utara
53
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas
Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala
multikolinearitas adalah dengan melihat besaran korelasi antara variabel
independen dan besarnya tingkat kolinearitas yang masih dapat ditolerir, yaitu
Tolerance > 0,10 dan Variance Inflation Factor (VIF) < 10. Berikut disajikan
tabel hasil pengujian :
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Berdasarkan tabel 4.3, dapat dilihat bahwa nilai tolerance dari setiap
variabel independen tidak lebih dari 0,10 dan nilai VIF dari setiap variabel
independen tidak lebih dari 10. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak
ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi. Kesimpulan
ini didukung dengan hasil koefisien korelasi antar variabel seperti pada tabel 4.4
dibawah ini :
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 KI ,826 1,211
KM ,741 1,349
JKA ,581 1,722
FPKA ,557 1,796
KDK ,776 1,288
LEV ,711 1,406
ROA ,821 1,218
SIZE ,633 1,581
a. Dependent Variable: DA
Universitas Sumatera Utara
54
Tabel 4.4
Besaran Korelasi antar Variabel
Coefficient Correlationsa
Model SIZE KDK ROA KI KM JKA LEV
1 Correlatio
ns
SIZE 1,000 -,136 -,091 ,199 ,010 -,327 ,389
KDK -,136 1,000 ,162 -,272 ,344 -,001 -,209
ROA -,091 ,162 1,000 -,177 -,059 ,110 -,334
KI ,199 -,272 -,177 1,000 -,116 -,221 ,044
KM ,010 ,344 -,059 -,116 1,000 -,052 -,069
JKA -,327 -,001 ,110 -,221 -,052 1,000 -,153
LEV ,389 -,209 -,334 ,044 -,069 -,153 1,000
FPKA -,117 -,070 -,165 ,190 -,288 -,469 ,126
a. Dependent Variable: DA
Dari hasil korelasi antar variabel independen pada tabel 4.4, tidak tampak
adanya variabel yang memiliki korelasi cukup tinggi. Semua korelasi antar
variabel independen masih dibawah 95% (0,95), maka dapat dikatakan tidak
terjadi multikolinearitas antar variabel independen.
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Heteroskedastisitas terjadi apabila variabel gangguan tidak
mempunyai varians yang sama untuk semua observasi. Salah satu uji untuk
mengetahui heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji glejser. Dasar
pengambilan keputusan dalam uji glejser adalah apabila nilai signifikansi variabel
lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas, sedangkan bila nilai
Universitas Sumatera Utara
55
signikansi variabel lebih kecil dari 0,05 dapat dikatakan terjadi
heteroskedastisitas. Berikut pada tabel 4.5 hasil uji glejser.
Tabel 4.5
Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,192 ,143 1,343 ,185
KI -,073 ,050 -,213 -1,463 ,149
KM ,019 ,023 ,124 ,811 ,421
JKA ,010 ,012 ,144 ,831 ,410
FPKA -,002 ,002 -,173 -,979 ,332
KDK ,086 ,097 ,133 ,890 ,378
LEV -,004 ,010 -,060 -,381 ,705
ROA ,036 ,086 ,062 ,423 ,674
SIZE -,004 ,005 -,127 -,768 ,446
a. Dependent Variable: Abs_res
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa nilai signifikansi semua variabel
berada di atas 0,05. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat adanya
heteroskedastisitas pada model regresi ini.
4.2.2.4 Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota/observasi yang disusun
menurut urutan waktu. Uji ini bertujuan untuk menganalisis apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
tingkat kesalahan pada periode t-1. Data observasi yang menggunakan data time
series harus diuji apakah data tersebut mengandung autokorelasi atau tidak.
Universitas Sumatera Utara
56
Tabel 4.6
Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,512
a ,262 ,153
,1316426857563
70 1,623
a. Predictors: (Constant), SIZE, KDK, ROA, KI, KM, JKA, LEV, FPKA
b. Dependent Variable: DA
Hasil pengujian pada tabel memperlihatkan nilai statistik DW sebesar
1,623. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel DW dengan nilai
signifikansinya 5%, jumlah sampel 63, jumlah variabel independen 8 (k=8), maka
akan diperoleh nilai dL ditabel sebesar 1,35672 dan dU 1,84569. Nilai DW
sebesar 1,623 terletak diantara dL dan dU, sehingga tidak menghasilkan
kesimpulan yang pasti. Maka dari itu dilakukan Uji Runs Test untuk memperoleh
kesimpulan yang lebih jelas.
Tabel 4.7
Uji Runs Test
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,01929
Cases < Test Value 31
Cases >= Test Value 32
Total Cases 63
Number of Runs 28
Z -1,141
Asymp. Sig. (2-tailed) ,254
a. Median
Universitas Sumatera Utara
57
Berdasarkan hasil pengujian runs test di atas, diperoleh signifikansi
sebesar 0,254, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak memiliki
autokorelasi, dimana p > 0,05 (p= 0,254 > 0,05). Dengan demikian secara
keseluruhan dapat diyakini bahwa nilai observasi cukup random dan tidak
terdapat masalah autokorelasi.
4.2.3 Pengujian Hipotesis
4.2.3.1 Persamaan Regresi
Tabel 4.8
Analisis Hasil Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,592 ,245 2,412 ,019
KI -,090 ,085 -,135 -1,051 ,298
KM ,071 ,039 ,244 1,794 ,078
JKA -,024 ,020 -,182 -1,186 ,241
FPKA -,002 ,003 -,111 -,708 ,482
KDK ,021 ,166 ,017 ,129 ,898
LEV -,032 ,016 -,275 -1,985 ,052
ROA ,360 ,148 ,314 2,436 ,018
SIZE -,013 ,009 -,229 -1,556 ,126
a. Dependent Variable: DA
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa :
1. Konstanta sebesar 0,592 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel
independen (KI, KM, JKA, FPKA, KDK, LEV, ROA, SIZE) maka
manajemen laba bernilai 0,592.
Universitas Sumatera Utara
58
2. Koefisien regresi KI sebesar -0,090 menunjukkan bahwa setiap
penambahan kepemilikan institusional sebesar 1% akan diikuti oleh
penurunan manajemen laba sebesar 9% dengan asumsi variabel lain tetap.
3. Koefisien regresi KM sebesar 0,071 menunjukkan bahwa setiap
penambahan kepemilikan manajerial sebesar 1% akan diikuti oleh
kenaikkan manajemen laba sebesar 7,1% dengan asumsi variabel lain
tetap.
4. Koefisien regresi JKA sebesar -0,024 menunjukkan bahwa setiap
penambahan jumlah komite audit sebesar 1% akan diikuti oleh penurunan
manajemen laba sebesar 2,4% dengan asumsi variabel lain tetap.
5. Koefisien regresi FPKA sebesar -0,002 menunjukkan bahwa setiap
penambahan frekuensi pertemuan komite audit sebesar 1% akan diikuti
oleh penurunan manajemen laba sebesar 0,2% dengan asumsi variabel lain
tetap.
6. Koefisien regresi KDK sebesar 0,021 menunjukkan bahwa setiap
penambahan komposisi dewan komisaris sebesar 1% akan diikuti kenaikan
manajemen laba sebesar 2,1% dengan asumsi variabel lain tetap.
7. Koefisien regresi LEV sebesar -0,032 menunjukkan bahwa setiap
penambahan leverage sebesar 1% akan diikuti penurunan manajemen laba
sebesar 3,2% dengan asumsi variabel lain tetap.
8. Koefisien regresi ROA sebesar 0,360 menunjukkan bahwa setiap
penambahan profitabilitas sebesar 1% akan diikuti kenaikan manajemen
laba sebesar 36% dengan asumsi variabel lain tetap.
Universitas Sumatera Utara
59
9. Koefisien regresi SIZE sebesar -0,013 menunjukkan bahwa setiap
penambahan ukuran perusahaan sebesar 1% akan diikuti penurunan
manajemen laba sebesar 1,3% dengan asumsi variabel lain tetap.
4.2.3.2 Analisis Koefisien Determinasi
Tabel 4.9
Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,512
a ,262 ,153
,1316426857563
70
a. Predictors: (Constant), SIZE, KDK, ROA, KI, KM, JKA, LEV, FPKA
Pada tabel 4.9 menunjukkan nilai R square untuk variabel dependen
manajemen laba sebesar 0,262 atau 26,2%. Jadi dapat dikatakan bahwa 26,2 %
manajemen laba disebabkan oleh kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, jumlah komite audit, frekuensi pertemuan komite audit, komposisi
dewan komisaris, leverage, profitabilitas, dan ukuran perusahaaan, sedangkan
0,738 atau 73,8% sisanya disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini. Standard Error of the Estimate (SEE) adalah 0,1316,
semakin kecil nilai SEE maka akan membuat model regresi semakin tepat dalam
memprediksi variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
60
4.2.3.3 Pengujian Secara Simultan
Tabel 4.10
Hasil Uji Simultan
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,333 8 ,042 2,402 ,027b
Residual ,936 54 ,017
Total 1,269 62
a. Dependent Variable: DA
b. Predictors: (Constant), SIZE, KDK, ROA, KI, KM, JKA, LEV, FPKA
Dari hasil uji F diketahui bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel
independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal
ini dapat dibuktikan dari nilai signifikansinya sebesar 0,027 yang lebih kecil dari
nilai 0,05 dan nilai F hitung yang lebih besar dari F tabel (2,402 > 2,09). Hasil ini
menunjukkan bahwa model regresi dapat digunakan untuk memperediksi
manajemen laba, atau dapat dikatakan bahwa kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, jumlah komite audit, frekuensi pertemuan komite audit,
komposisi dewan komisaris, leverage, profitabilitas, dan ukuran perusahaan
secara simultan berpengaruh terhadap manajemen laba.
4.2.3.4 Pengujian Secara Parsial
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel
independennya. Hasil pengolahan dapat dilihat pada tabel 4.11.
Universitas Sumatera Utara
61
Tabel 4.11
Hasil Uji Parsial
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,592 ,245 2,412 ,019
KI -,090 ,085 -,135 -1,051 ,298
KM ,071 ,039 ,244 1,794 ,078
JKA -,024 ,020 -,182 -1,186 ,241
FPKA -,002 ,003 -,111 -,708 ,482
KDK ,021 ,166 ,017 ,129 ,898
LEV -,032 ,016 -,275 -1,985 ,052
ROA ,360 ,148 ,314 2,436 ,018
SIZE -,013 ,009 -,229 -1,556 ,126
a. Dependent Variable: DA
Dari tabel 4.11 maka dapat dilihat bahwa :
1. Besarnya nilai signifikansi KI adalah 0,298. Hasil uji tersebut
menunjukkan nilai signifikansi kepemilikan institusional lebih besar dari
0,05 (0,298 > 0,05). Dari hasil tersebut menunjukkan kepemilikan
institusional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Maka dari itu, hipotesis pertama yang menyatakan kepemilikan
institusional berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba ditolak.
2. Besarnya nilai signifikansi KM adalah 0,078. Hasil uji tersebut
menunjukkan nilai signifikansi kepemilikan institusional lebih besar dari
0,05 (0,078 > 0,05). Dari hasil tersebut menunjukkan kepemilikan
manajerial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Universitas Sumatera Utara
62
Maka dari itu, hipotesis kedua yang menyatakan kepemilikan manajerial
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba ditolak.
3. Besarnya nilai signifikansi JKA adalah 0,241. Hasil uji tersebut
menunjukkan nilai signifikansi jumlah komite audit lebih besar dari 0,05
(0,241 > 0,05). Dari hasil tersebut menunjukkan jumlah komite audit tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Maka dari itu,
hipotesis ketiga yang menyatakan jumlah komite audit berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba ditolak.
4. Besarnya nilai signifikansi FPKA adalah 0,482. Hasil uji tersebut
menunjukkan nilai signifikansi frekuensi pertemuan komite audit lebih
besar dari 0,05 (0,482 > 0,05). Dari hasil tersebut menunjukkan frekuensi
pertemuan komite audit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Maka dari itu, hipotesis keempat yang menyatakan
frekuensi pertemuan komite audit berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba ditolak.
5. Besarnya nilai signifikansi KDK adalah 0,898. Hasil uji tersebut
menunjukkan nilai signifikansi komposisi dewan komisaris lebih besar
dari 0,05 (0,898 > 0,05). Dari hasil tersebut menunjukkan komposisi
dewan komisaris tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen
laba. Maka dari itu, hipotesis kelima yang menyatakan komposisi dewan
komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba ditolak.
6. Besarnya nilai signifikansi LEV adalah 0,052. Hasil uji tersebut
menunjukkan nilai signifikansi leverage lebih besar dari 0,05 (0,052 >
Universitas Sumatera Utara
63
0,05). Dari hasil tersebut menunjukkan leverage tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Maka dari itu, hipotesis keenam yang
menyatakan kepemilikan leverage berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba ditolak.
7. Besarnya nilai signifikansi ROA adalah 0,018. Hasil uji tersebut
menunjukkan nilai signifikansi profitabilitas lebih kecil dari 0,05 (0,018 <
0,05). Dari hasil tersebut menunjukkan profitabilitas memiliki pengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Maka dari itu, hipotesis ketujuh yang
menyatakan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap manajemen
laba diterima.
8. Besarnya nilai signifikansi SIZE adalah 0,126. Hasil uji tersebut
menunjukkan nilai signifikansi ukuran perusahaan lebih besar dari 0,05
(0,126 > 0,05). Dari hasil tersebut menunjukkan ukuran perusahaan tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Maka dari itu,
hipotesis kedelapan yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba ditolak.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena kecilnya jumlah kepemilikan institusional di beberapa
perusahaan (< 50%), sehingga tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk
Universitas Sumatera Utara
64
melakukan fungsi monitoring pada manajemen. Selain itu, diduga kecenderungan
investor institusional lebih fokus pada current earning membuat manajer
memfokuskan melakukan tindakan meningkatkan laba dalam jangka pendek. Jika
investor institustional tidak puas dengan laba jangka pendek yang dihasilkan
perusahaan, maka ia dapat melepaskan sahamnya dan membuat manajer terpaksa
melakukan manajemen laba.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sabien (2009) yang
menyatakan kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Namun, penelitian ini bertentangan dengan Ningsaptiti
(2010) yang menyatakan kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan
terhadap manajemen laba.
4.3.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini kemungkinan
disebabkan kecilnya jumlah saham yang dimiliki manajemen di kebanyakan
perusahaan. Bahkan, beberapa perusahaan tidak memiliki kepemilikan manajerial
hingga menyebabkan kepemtingan manajemen tidak sejalan dengan investor. Hal
ini menyebabkan kepemilikan manajerial tidak mampu mengurangi manajemen
laba.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan Ningsaptiti (2010) yang
menyatakan kepemilikan manajerial memiliki pengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Namun, penelitian ini mendukung penelitian Lamora P dan
Universitas Sumatera Utara
65
Kamallah (2012) yang menyatakan kepemilikan manajerial tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
4.3.3 Pengaruh Jumlah Komite Audit terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian menyatakan bahwa jumlah komite audit tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena beberapa perusahaan memiliki jumlah komite audit kurang dari yang
disyaratkan BAPEPAM yaitu minimal 3 (tiga) orang hingga membuat kurang
efektifnya kinerja komite audit dalam mengawasi tindakan manajemen untuk
mencegah manajemen laba. Selain itu juga kemungkinan komite audit dimiliki
perusahaan untuk melengkapi persyaratan saja.
Hasil pengujian ini sejalan dengan dengan penelitian Prastiti dan
Meiranto (2013) yang menyatakan jumlah komite audit tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap manajemen laba.
4.3.4 Pengaruh Frekuensi Pertemuan Komite Audit terhadap Manajemen
Laba
Hasil pengujian menunjukkan bahwa frekuensi pertemuan komite audit
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Kemungkinan
disebabkan kurangnya frekuensi pertemuan komite audit dari beberapa
perusahaan dari yang dipersyaratkan BAPEPAM yaitu sebanyak 4 (empat) kali
dalam setahun. Kemungkinan lain, diduga kurang efektifnya pertemuan-
pertemuan yang dilakukan komite audit dan pertemuan itu hanya sebagai sarana
memenuhi kuota pertemuan yang harus dilakukan komite audit dalam setahun.
Hal ini menyebabkan tidak efektifnya pertemuan-pertemuan komite audit dalam
Universitas Sumatera Utara
66
menghasilkan rancangan-rancangan untuk mengurangi aktivitas manajemen
dalam melakukan manajemen laba.
Hasil penelitian ini ternyata konsisten dengan penelitian Prastiti dan
Meiranto (2013), juga Pamudji dan Triharti (2010) yang menyatakan frekuensi
pertemuan komite audit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen
laba.
4.3.5 Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil ini menunjukkan
banyak sedikitnya komisaris independen dalam dewan komisaris belum mampu
mengurangi manajemen laba. Hal lain yang menjadi penyebab ini kemungkinan
perusahaan hanya melakukan penempatan komisaris independen sekedar untuk
memenuhi ketentuan dan persyaratan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Difianti (2014) yang
menyatakan komposisi dewan komisaris tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Namun, penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian
Ardiyansyah (2014) yang menyatakan komposisi dewan komisaris memiliki
pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
4.3.6 Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa leverage tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap manajemen. Hasil ini menunjukkan tinggi
rendahnya leverge tidak memberikan dampak yang berarti pada manajemen laba.
Universitas Sumatera Utara
67
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rivaldo (2012) yang
menyatakan leverage tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen
laba. Tetapi, penelitian ini bertentangan dengan penelitian Ardison (2012) yang
mengatakan bahwa leverage memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen
laba.
4.3.7 Pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian menghasilkan kesimpulan bahwa profitabilitas memiliki
pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini membuktikan bahwa usaha
manajemen untuk membuat profitabilitas perusahaan tetap bagus di mata investor
mendorong mereka melakukan tindakan manajemen laba.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ardiyansyah (2014),
Namun bertentangan dengan penelitian Rivaldo (2012) yang menyatakan
profitabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
4.3.8 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukkan ukuran
perusahaan belum dapat meminimalkan laba. Hal ini kemungkinan disebabkan
banyaknya aset perusahaan besar yang tidak dikelola dengan baik sehingga
kemungkinan kesalahan dalam mengungkapkan total aset dalam perusahaan
tersebut.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Limanto dan Fanani
(2011) yang menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh
signifikan terhadap manajemen laba.
Universitas Sumatera Utara
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian diatas didapat kesimpulan sebagai berikut :
1. mekanisme corporate governance (kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, jumlah komite audit, frekuensi pertemuan komite audit, dan
komposisi dewan komisaris), leverage, profitabilitas, dan ukuran
perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap manajemen
laba pada perusahaan infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
2. mekanisme corporate governance (kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, jumlah komite audit, frekuensi pertemuan komite audit, dan
komposisi dewan komisaris), leverage, dan ukuran perusahaan secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada
perusahaan infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2012-2014, sedangkan profitabilitas memiliki
pengaruh signifikan secara parsial terhadap manajemen laba pada
perusahaan infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2012-2014.
Universitas Sumatera Utara
70
5.2 Keterbatasan Penelitian
1. penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan pada kategori
infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di BEI sebagai objek
penelitian.
2. periode pengamatan penelitian ini hanya menggunakan tahun 2012-2014.
Penggunaan periode yang lebih panjang diharapkan akan memberikan
hasil penelitian yang berbeda
3. penggunaan model untuk mendeteksi manajemen laba dalam penelitian ini
mungkin belum mampu mendeteksi manajemen laba dengan baik sehingga
masih memerlukan justifikasi model lain untuk mencari discretionary
accrual.
4. rendahnya koefisien determinasi dalam penelitian ini menunjukkan masih
banyak variabel penelitian lainnya selain yang digunakan pada penelitian
ini yang memberikan pengaruh terhadap tindakan manajemen laba.
5.3 Saran
1. bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan populasi lain
yang memiliki jumlah sampel yang jauh lebih banyak dari pada sampel
penelitian ini, misalnya menggunakan sektor manufaktur atau sektor
industri sebagai objek penelitian.
2. sebaiknya periode penelitian diperpanjang. Penelitian ini hanya memiliki
rentang periode tiga tahun 2012-2014, karena itu disarankan untuk
memperpanjang periode penelitian menjadi lima tahun.
Universitas Sumatera Utara
71
3. menggunakan model proksi manajemen laba yang lain, seperti Model De
Angelo (1986), Model Dechow dan Sloan (1991), atau Model Kang dan
Sivaramakhrisnan (1995) untuk mendeteksi terjadinya manajemen laba.
4. disarankan untuk mencoba variabel-variabel penelitian lain diluar
penelitian ini, seperti mencoba menggunakan variabel kualitas audit,
kecakapan manajerial, dan asimetri informasi.
Universitas Sumatera Utara