8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
1/37
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Faktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh cederah. Trauma yang menyebabkan
fraktur dapat berupa trauma langsung dan tidak langsung (Sjamsuhidajat &
Jong, !!" #$"%. 'asalah yang akan timbul akibat fraktur dalahkerusakan
mobilitas fisik, nyeri, kerusakan integritas kulit, gangguan perfusi
jaringan.)dapun komplikasi akut fraktur, adalah # shock
hipo*olemik+neurogenik, perdarahan, emboli lemak, kompartemen syndrome,
nyeri.
enanganan fraktur pada prinsipnya meliputi reduksi (setting tulang
yaitu mengermbalikan fragmen tulang pada kesejajarannya atau posisi
anatomis. -mobilisasi, yaitu setelah fraktur direduksi fragmen tulang harus
diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi yang benar sampai terjadi
penyembuhan. -mobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna dan rehabilitasi, yaitu mempercepat pemgembalian fungsi dan
kekuatan normal bagian yang terkena.
ada fraktur ekstermitas bawah dapat terjadi pada tulang femur, tibia
dan fibula.enanganannyadapat dilakukan secara konser*atif dan operasi
sesuai dengan tingkat keparahan fraktur dan sikap mental pasien (runner &
Suddart !! # /01 2 /30.
4perasi adalah tindakan pengobatan yang menggunakan carain*asi*e
dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani
(Sjamsuhidajat & Jong, !!" # $"0. rosedur pembedahan yang sering
1
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
2/37
dilakukan diantranya reduksi terbuka dengan fiksasi interna (4pen reductions
and internal fi5ation +46-F(runner & Suddarth, !! # /!1,'asalah yang sering muncul setelah operasi, adalah pasien setelah sadar
dan berada di ruang perawatan dengan odema atau bengkat, nyeri,
keterbatasan lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot serta penurunan
kemampuan untuk ambulasi dan berjalan karena luka bekas operasi dan luka
bekas trauma, juga kebanyakan pasien merasa takut untuk bergerak setelah
pembedahanrunner & Suddarth (!! # /!, .7ntuk mengatasi masalah diatas, maka perlu dilakukan ambulasi dini.
)mbulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien
paskaoperasi dimulai dari bangun dan duduk disisi tempat tidur sampai pasien
turun dari tempat tidur, berdiri dan mulai belajar berjalan dengan bantuan alat
sesuai dengan kondisipasien (6oper, !! # 1/.ada hari pertama
paskaoperasi, pasien bisanya cukup nyaman dan dapat dipindahkan ke kursi
dengan bantuan.pada hari berikutnya dapat dimulai ambulasi dengan bantuan,
ambulasi secara fungsional dapat merangsang penyembuhan fraktur (runner
& Suddart,!! # /38..
'enurut 9amel et al (!!1# /% penundaan ambulasi dini pasien paska
operasi fraktur meningkatkan terjadinya komplikasi paska operasi, misalnya
pneumonia, dekubitus, resiko tinggi delirium dan menyebabkan pasien lama
dirawat di rumah sakit. )mbulasi sangat penting dilakukan pada pasien paska
operasi karena jika pasien membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama
sekali tidak melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit untuk mulai
berjalan ( 9o:ier, !!3 # 21!.
2
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
3/37
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
4/37
kecelakaan kendaraan bermotor sekitar %$ persen mengalami fraktur
ekstermitas bawah, diperoleh pada hari Senin :25/04/2011 ( http // www.
fraktur.geoogle.com )
?i 6S7 ?r. >asan Sadikin andung, jumlah pasien fraktur paska operasi
ekstermitas bawah dalam / bulan terakhir (Januari s+d 'aret !11,tercatat
0%orang. erdasarkan data rekam medis 4rtopedik (6uang 9eminig -@ &
6, diagnosa ekstermitas bawah merupakan kelompok terbesar dalam
kunjungan pasien dengan fraktur dan hampir semua pasien dilakukan tindakan
46-F dan =ksternal fiksasi.Tidak ada data yang pasti berapa banyak jumlah
pasien paska operasi fraktur ekstermitas bawah yang sudah melaksanakan
ambulasi dini dan yang belum melaksanakan dini. >anya menurut pengamatan
peneliti pada saat studi pendahuluan pada perawat ruangan 4rtopedik (6uang
9eminig -@ & 6 masih banyak pasien yang tidak melaksanakan ambulasi
dini, latihan ambulasi dini jarang dilakukan pada %8 jam paska operasi, rata
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
5/37
6umusan masalah dalam penelitian ini adalahAfaktor < faktor apa saja
yang mempengaruhi palaksanaan ambulasi dini pasien pasca operasi fraktur
ekstermitas bawah di 6uang 4rtopedik 6S7 ?r. >asan Sadikin andungB.
1.3. Tujuan Peneltan
1./.1. Tujuan 7mum
7ntuk mengetahui faktor < faktor yang mempengaruhi dalam
pelaksanaan ambulasi dini pada pasien pasca operasi fraktur ekstermitas
bawah di 6uang 4rtopedik 6S7 ?r. >asan Sadikin andung.
1.3.2. Tujuan !husus
1. 'engetahui pengaruh factor kondisi kesehatan pasien ( suhu, tekanan
darah+ hipotensi ortostatik, pernafasan, >b+anemia dan nyeri terhadap
pelaksanaan ambulasi dini pasien pasca operasi fraktur ekstermitas
bawah.
. 'engetahui pengaruh factor emosi terhadap pelaksanaan ambulasi
dini pasien pasca operasi fraktur ekstermitas bawah.
/. 'engetahui pengaruh factor gaya hidup terhadap pelaksanaan
ambulasi dini pasien pasca operasi fraktur ekstermitas bawah.
%. 'engetahui pengaruh factor social hidup terhadap pelaksanaan
ambulasi dini pasien pasca operasi fraktur ekstermitas bawah.". 'engetahui pengaruh factor pengetahuan terhadap pelaksanaan
ambulasi dini pasien pasca operasi fraktur ekstermitas bawah.
0. 'engetahui pengaruh factor paling dominan yang mempengaruhi
terhadap pelaksanaan ambulasi dini pasien pasca operasi fraktur
ekstermitas bawah.
1.". Man#aat Peneltan
5
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
6/37
1.%.1. elyanan 9esehatan
>asil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi dan
masukan bagi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan pasien pasca
operasi fraktur ekstermitas bawah di rumah sakit
1.%.. -lmu 9eperawatan
?iharapkan dapat menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan dalam
keperawatan terutama pada pasien fraktur ekstermitas bawah dalam
mobilisasi pasien paska operasi
1."./. eneliti
'enambah wawasan bagi peneliti dan sebagai data dasar dalam melakukan
penelitian lebih lanjut pada pelaksanaan ambulasi dini khususnya pasien
operasi fraktur ekstermitas bawah.
6
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
7/37
BAB II
TIN$AUN PU%TA!A
.1.&raktur
.1.1. De#ns
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya (runner &Suddart, !! # /"3.'enurut 'asjoer, !!!,
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
atau tulang rawan yang umunya disebabkan oleh ruda paksa.
.1.. !las#kas &raktur
Fraktur ekstermitas bawah adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang atau tulang rawan yang terjadi pada ekstermitas bawah, umumnya
disebabkan oleh ruda paksa Trauma yang menyebabkan fraktur dapat
berupa trauma langsung, misalnya yang sering terjadi benturan pada
ekstermitas bawah yang menyebabkan fraktur pada tibia dan fibula dan
juga dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpuh pada
7
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
8/37
tangan yang menyebabkan tulang kla*ikula atau radius distal patah
(Sjamsuhidajat & Jong, !!".
'enurut ).Crahan )ply & Doui Solomon ( !!,# /$2%1, yaitu
klasifikasi fraktur ekstermitas bawah terdiri dari #
a. Fraktur Dengkap(complete
Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami penggeseran (bergeser dari posisi normal dan
tulang benar < benar patah menjadi dua fragmen atau lebih, bersifat
melintang.
b. Fraktur Tidak lengkap (incomplete
Fraktur tidak komplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang, dalam keadaan ini tulang terpisah secara tak lengkap dan
periosteum tetap menyatuh, tulang bersifat bengkok atau melengkung.
c. Fraktur Tertutup(closed
Fraktur tertutup merupakan fraktur yang tidak menyebabkan
robeknya kulit dan tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar
d. Fraktur Terbuka (4pen+Eompound
'erupakan fraktur yang terdapat hubunganantara fragmen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit. Fraktur terbuka
dibagi dalam / derajat. ?erajat - fraktur luasnya kurang dari 1 cm,
kerusakan jaringan lunak minimal, tidak ada tanda luka remuk,
kontaminasi ringan,fraktur sederhana trans*ersal, obli atau kumulatif
ringan dan kontaminasi ringan. ?erajat -- laserasi lebih dari 1 cm,
kerusakan jaringan lunak sedang, fraktur komuniti sedang. ?erajat ---
terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot
dan neo*askuler serta kontaminasi derajat tinggi
8
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
9/37
.1./. $ens ' $ens &raktur Ekstermtas Baah
'enurut Dewis et al (!!! # %! jenis < jenis fraktur pada bagian
ekstermitas bawah antara lain #
a. Fraktur Eollum Femur (Fraktur hip
'ekanisme fraktur dapat disebabkan oleh trauma langsung (direct)
dan trauma tidak langsung (indirect). Trauma langsung (direct) biasanya
penderita jatuh dengan posisi miring, dimana daerah trochanter mayor
langsung terbentur dengan benda keras. Trauma tidak langsung
(indirect) disebabkan gerakan e5orotasi yang mendadak dari tungkai
bawah. karena kepala femur terikat kuat dengan ligamen di dalam
acetabulum oleh ligamen iliofemoral dan kapsul sendi, mengakibatkan
fraktur di daerah collum femur. Fraktur leher femur kebanyakan terjadi
pada wanita tua ( 0! tahun keatas dimana tulang sudah mengalami
osteoporosis.
b. Fraktur Subtrochanter Femur
Fraktur subtrochanter femur ialah dimana garis patah berada " cm
distal dari trochanterminor. mekanisme fraktur biasanya trauma
langsung dapat terjadi pada orang tua, biasanya disebabkan oleh trauma
yang ringan seperti jatuh dan terpeleset dan pada orang muda biasanya
karena trauma dengan kecepatan tinggi.
c. Fraktur atang Femur
'ekanisme trauma biasanya terjadi karena trauma langsung akibat
kecelakaan lalu lintas di kota < kota besar atau jatuh ketinggian. patah
9
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
10/37
pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan uyang cukup banyak
sehingga menimbulkan shock pada penderita. Secara klinis penderita
tidak dapat bengun, bukan saja karena nyeri tetapi juga karena
ketidakstabilan fraktur. iasanya seluruh tungkai rotasi keluar, terlihat
lebih pendek dan bengkat pada bagian pro5imalk akibat perdarahan ke
dalam jaringan.
d. Frakturro5imal Tibia
'ekanisme fraktur dapat disebabkan karena trauma langsung atau
tidak langsung. Trauma tidak langsung disebabkan karena tarikan yang
sangat kuat dari otot kuardrisep yang membentuk muskulotendineus
melekat pada patella. hal ini sering disertai pada penderita yang jatuh
dimana tungkai bawah menyentuh tanah terlebih dahulu dan otot
kuadrisep kontraksi secara keras, untuk mempertahankan kestabilan
lutut. fraktur langsung dapat disebabkan penderita jatuh dalam posisi
lutut fleksi, dimanapatella terbentur dengan lantai.
e. Fraktur Tulang Tibia dan Fibula
'ekanisme trauma biasanya dapat terjadi secara langsung maupun
tidak langsung. secara langsung akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh
dari ketinggian lebih dari % cm, fraktur yang terjadi biasanya fraktur
terbuka. sedangkan yang tidak langsung diakibatkan oleh gaya gerak
tubuh sendiri. iasanya fraktur tibia fibula dengan garis patah spiral dan
tidak sama tinggi pada tibia bagian distal sedang fibula pada bagian
proksimal. Trauma dapat disebabkan oleh cedera pada waktu olah raga
dan biasanya fraktur yang terjadi yaitu tertutup. Cambaran klinisnya
berupa pembengkatkan dan karena kompartemen otot merupakan
10
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
11/37
system yang tertutup, dapatr terjadi sindrom kompartemen dengan
gangguan *askularisasi kaki.
.1.%. Pr)ses Pen*em+uhan &raktur
roses enyembuhan fraktur ber*ariasi sesuai dengan ukuran
tulang dan umur pasien. faktor lainnya adalah tingkat kesehatan, atau
kebutuhan nutrisi yang cukup. berdasarkan proses penyembuhan fraktur,
yang diperoh dari beberapa sumber yang tercantun dibawah, yaitu#
a. roses >ematom
'erupakan proses terjadinya pengerluaran darah hingga terbentuk
hematom (bekuan darah pada daerah terjadinya fraktur tersebut,
dan yang mengelilingi bagian dasar fragmen. >ematom merupakan
bekuan darah kemudian berubah menjadi bekuan cairan semi
padat.?alam % jam timbul perdarahan, oedema,hematoma disekitar
fraktur dan setelah % jam suplai darah disekitar fraktur meningkat
(?icson & ;right dalam Sugeng ;. & ;eni. 9, !1!,
b. roses oliferasi ( granulasi
pada proses ini, terjadi perubahan pertumbuhan pembuluh darah
menjadi memadat dan terjadi perbaikan aliran pembuluh darah.roses
granulasiterjadi 12" hari setelah injuri, tahap fagositosis aktif, hematom
berubah menjadi granulasi, jaringan berisi pembuluh darah baru dan
osteoblas ( akpahan, !!1
c. roses embentukan Eallus
embentukan callus pada orang dewasa antara 0 < 8 minggu,
sedangkan pada anak < anak minggu. Eallus merupakan proses
pembentukan tulang baru, dimana callus dapat terbentuk di luar tulang
11
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
12/37
(subperiosteal callus dan di dalam tulang (endosteal callus. roses
perbaikan tulang terjadi demikian rupa, sehingga trabekula yang
terbentuk dengan tidak teratur oleh tulang imatur untuk sementara
bersatu dengan ujung < ujung tulang yang patah sehingga membentuk
suatu callus tulang (akpahan, !!1
d. roses 9onsolidasi (enggabungan
erkembangan callus secara terus < menerus, dan terjadi
pemadatan tulang seperti sebelum terjadi frakitur, konsolidasi terbentuk
antara 0 < 1 minggu (ossificasi)dan antara 1 < 0 minggu (matur.
tahap ini disebut dengan penggabungan atau penggabungan secara terus
< menerus ( akpahan, !!1.
e. roses 6emodeling
roses remodeling merupakan tahapan terakhir dalam
penyembuhan tulang dan proses pengembalian benmtuk seperti semula.
roses terjadi remodeling antara 1 2 tahun setelah terjadinya callus
dan konsolidasi runner &Suddart, (!! # /"82/"$.
2.1.,. Peraatan Pasen Paska -eras Ekstermtas Baah
'enurut Sugeng ;. & ;eni. 9 (!1! # / < 3 &
(6ee*es.al,!!1. )suhan keperawatan pasien paska operasi fraktur
ekstermitas bawah mencakup beberapa obser*asi dan inter*ensi,
meliputi #
12
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
13/37
1. 'onitor neuro*askuler setiap 1 2 jam, monitor tanda < tanda
*ital selama % jam, kemudian setiap % jam sekali selama 1 < / hari
dan seterusnya.
. 'onitor hematokrit dan hemoglobin. 4bser*asi karakteristik dan
cairan yang keluar, laporkan pengeluaran cairan dari 1!! < 1"!
mD+di setelah % jam pertama.
/. 6ubah posisi klien setiap jam dan sediakan trape:e gantung yang
digunakan pasien untuk melakukan perubahan posisi. Detakkan
bantal kecil di antarakaki klien untuk memelihara kesejajaran
tulang.
%. )njurkan dan bantu pasien melakukan teknik nafas dalam dan
batuk.
". 'emberikan pengobatan seperti analgesik, obat relaksasi otot,
antikoagulang atau antibiotic. anjurkan weigh bearing yang sesuai
dengan kondisi pasien dan melakukan mobilisasi dini
2.2. !)nse Am+ulas Dn
..1. ?efinisi )mbulasi ?ini
)mbulasi merupakan upaya seseorang untuk melakukan latihan
jalan atau berpindah tempat ( Kamis, 21 April 2011:
http//www.bascommetro.com/2009/12/amblasi dan mobilitas.htlm.
)mbulasi adalah akti*itas berjalan ()smadi,!!8 # 11/. )mbulasi dini
merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien paska
13
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
14/37
operasi di mulai dari bangun dan duduk sampai turun dari tempat tidur dan
mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien(6oper,
!!.
... 'anfaat )mbulasi ?ini
)mbulasi dini merupakan komponen dalam perawatan paska operasi
fraktur karena jika pasien membatasi pergerakannya di tempat tidur dan
sama sekali tidak melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit untuk
mulai berjalan (9o:ier,!!3. 'anfaat ambulasi adalah menurunkan
insiden komplikasi immobilisasi paska operasi meliputi # sitem
kardio*askuler penurunan curah jantung, peningkatan beban kerja jantung,
hipotensi ortostatik, trobosis *ena dalam (?@T # ?eep @enous thrombosis
dan atelektasis. sistem respirasi penurunan kapasital *ital, penurunan
*entilasi + perfusi setempat, mekanisme batuk yang menurun, embolisme
pulmonary. Sistem perkemihan infeksi saluran kemih. -ritasi kulit dan luka
yang disebabkna oleh penekanan, sistem muskuloskeleta atropy otot,
hilangnya kekuatan otot, kontraktur,osteoporosis, mempertahankan gerakan
normal dan fungsi dari struktur < struktur yang tidak cedera, mempercepat
pemulihan gerakan dan fungsi normal pada daerah fraktur.Sistem
gastrointestinal paralitik ileus, kontipasi, anoreksia dan gangguan
metabolisme. 'engurangi 9omplikasi respirasi dan sirkulasi, mempercepat
pemulihan peristaltic usus dan kemungkinan distensi abdomen,
mempercepat proses pemulihan pasien paska operasi, mengurangi tekanan
pada kulit + dekobitus, penerunan intensitas nyeri, frekuensi nadi dan suhu
14
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
15/37
tubuhkembali normal ()smadi,!!8 runnerth & Sudarth, !! # /!$
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
16/37
lengan benar < benar kuat untuk menopang tubuh, pasien dengan
keseimbangan yang bagus. b. Eanes (tongkat adalah alat yang ringan, mudah dipindahkan, setinggi
pinggang terbuat dari kayu atau logam, digunakan pada pasien dengan
lengan yang mampu dan sehat, terdiri dari tongkat berkaki panjang
lurus ($ingle straight % legged dan tongkat berkaki segi empat (&ad
came.
c. ;alkers adalah suatu alat yang sangat ringan, mudah dipindahkan,
setinngi pinggang dan terbuat dari logam, walkers mempunyai empat
penyangga yang kokoh. 9lien memegang pegangan tangan pada batang
di bagian atas, melangkah memindahkan walkers lebih lanjut dan
melangkah lagi. ?igunakan pada pasien yang mengalami kelemahan
umum, lengan yang kuat dan mampu menopang bagian tubuh, pasien
dengan masalah gangguan keseimbangan, fraktur hip dan fraktur
ekstermitas bawah lainnya.
..". Pelaksanaan Am+ulas Dn Pasen Paska -eras &raktur Ekstermtas
+aah
)mbulasi yang aman memerlukan keseimbangan dan kekuatan yang
cukup untuk menopang berat badan dan menjaga postur. eberapa pasien
memerlukan bantuan dari perawat untuk bergerak dengan aman (>oeman,
!!1. Tahapan ambulasi pada pasien paska operasi ekstermitas bawah ada
/ (tiga, yaitu # preamblation, bertujuan mempersiapkan otot untuk berdiri
dan berjalan yang dipersiapkan lebih awal ketika pasien bergerak dari
tempat tidur.$itting balance, yaitu membatu pasien untuk duduk disisi
16
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
17/37
tempat tidur dengan bantuan yang diperlukan.$tanding balance, yaitu
melati berdiri dan mulai berjalanmenurut (ager & ;illiams,
!!.'enurut lewis, etal, (!!!, ambulasi dimulai dari parallel barsdan
untuk latihan berjalan dengan menggunakan bantuan alat. ketika pasien
mulai berjalan, perawat harus tahu weight bearing yang diijinkan pada
disfungsi ekstermitas bawah. )da / (tiga jenis weight bearingamblations,
yaitu ' non weight bearing amblations : tidak menggunakan alat bantu
jalan sama sekali, berjalan dengan tungkai tidak diberi beban
(menggantung dilakukan selama / (tiga minggu setelah paska operasi.
aetialweight bearingamblations # menggunakan alat bantu jalan pada
sebagian akti*itas, berjalan dengan tungkai diberi beban hanya dari beban
tungkai itu sendiri dilakukan bila kallus mulai terbentuk (/ < 0 minggu
setalah paska operasi. llweight bearing amblations : semua akti*itas
sehari < hari memerlukan bantuan alat, berjalan dengan beban penuh dari
tubuh dilakukan setelah / (tiga bulan paska operas, dimana tulang telah
terjadi konsolidasi.
asien paska operasi fraktur hip (pangkal femur dengan 46-F
dianjurkan untuk ambulasi dini duduk dalam periode yang singkat, dalam
% jam paska operasi, kemudian berangsur < angsur lakukan ambulasi
dengan kruk (tongkat non weight bearing selama / < " bulan, proses
penyembuhan baru akan terjadi. asien dengan paska operasi batang femur
perlu dilakukan latihan otot kuadriseps dan gluteal untuk melatih kekuatan
otot dan merangsang pembentukan kallus, karena otot < otot ini penting
17
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
18/37
untuk ambulasi, proses penyembuhan 1! < 10 minggu, berangsur < angsur
mulai partialweight bearing % < 0 minggu dan ll weight bearing dalam
1 minggu. Fraktur patella segera lakukan ambulasi weight bearing sesuai
dengan kemampuan pasien setelah paska operasi dan lakukan latihan
isometric otot kuadriseps dengan lutut berada pada posisi ekstensi. saka
operasi fraktur tibia dan fibula lakukan ambulasi dengan partial weight
bearing disesuaikan dengan tingkat cedera yang dialami pasien (Sa5ton et
al. ;illiamson,!!!
>al < hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanakan ambulasi dini
pada pasien paska operasi fraktur ekstermitas bawah, yaitu pasien dengan
disfungsi ekstermitas bawah biasanya mulai dari duduk di tempat tidur,
akti*itas ini dilakukan atau / kali selama 1! < 1" menit, kemudian dilatih
untuk turun naik tempat tidur dengan bantuan perawat sesuai dengan
kebutuhan pasien. jangan terlalu memaksakan pasien untuk melakukan
banyak pergerakan pada saat bangun untuk menghindari kelelahan.
erhatikan waktu pasien turun dari tempat tidur apakah menunjukan
gejala < gejala pusing, sulit bernafas dan lain < lain adalah untuk tindakan
pencegahan yang penting saat persiapan pasien melakukan ambulasi dini.
9etika membantu pasien untuk turun dari tempat tidur perawat harus
berdiri tepat di depannya. asien meletakkan tangannya di pundak perawat
dan perawat meletakan tangannya dibawah ketiak pasien. iarkan pasien
berdiri sebentar untuk memastikan tidak merasa pusing. erawat harus
berada disebelah pasien untuk memberikan dukungandan dorongan fisik,
18
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
19/37
harus hati < hati untuk tidak membuat pesien merasa letih # lamanya
periode ambulasi pertama beragam tergantung pada jenis prosedur bedah
dan kondisi fisik serta usia pasien (runner & Sudarth, !!
2.3.&rakt)r ' &akt)r *ang Memengaruh Pelaksanaan Am+ulas Dn Pasen
Paska -eras Ekstermtas Baah.
Faktor < faktor yang mempengaruhi ambulasi dini pasien paska operasi
ekstermitas bawah adalah #
a. 9ondisi 9esehatan asien
erubahan status kesehatan dapat mempengaruhi system
musculoskeletal dan system saraf berupa koordinasi. erubahan tersebut
dapat disebabkan oleh penyakit, kemampuan melakukan akti*itas
(9o:ier & =rb,,!!1. Tanda yang timbuldari perubahan status
kesehatan pasien pasca operasi ekstermitas bawah adalah #
1 Gyeri adalah pengalaman sensori emosi yang tidak menyenangkan
dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan actual atau
potensial, digambarkan seperti awitan yang tiba < tiba atau
perlahan dari intensitas ringan sampai berat. (;ilkimsom, !!0 #
".Gyeri paska bedah kemungkinan disebabkan oleh luka bekas
operasi. Setelah pembedahan nyeri mungkin berat, odema,
hematom, dan spasme otot merupakan penyebab nyeri yang
19
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
20/37
dirasakan. Tersedianya berbagai pendekatan farmakologi berganda
terhadap penatalaksanaan nyeri, analgesik dikontrol pasien dan
analgesic epidural dapat diberikan untuk mengontrol nyeri, pasien
dianjurkan untuk memintah pengobatan sebelum nyeri itu menjadi
berat. 4bat harus diberikan segera dalam inter*al yang ditentukan
bila awitan nyeri dapat diramalkan misalnya H (setengah jam
sebelum akti*itas terencana seperti pemindahan dan latihan
ambulasi, kebanyakan pasien merasa takut untuk bergerak setelah
paska operasi fraktur karena merasa nyeri pada luka bekas oprasi
dan luka trauma (runner & Suddarth, !!.
Suhu badan dapat meningkat pada hari pertama atau kedua paska
operasi ekstermitas bawah, mungkin disebabkan oleh radang saluran
nafas, sedangkan infeksi luka operasi menyebabkan deman setelah
kira < kira 1 (satu minggu, tranfusi darah juga sering menyebabkan
deman dan diperkirakan kermungkinan adanya dehidrasi
(Sjamsuhidajat & Jong, !!".>ipotermia, pasien yang telah
mengalami anastesi rentan terhadap mengigil.
/ Tekanan darah menjadi turun akibat efek immobilisasi pada system
kardio*askuler, yaitu terjadi hipotensi ortostatik. >ipotensi
ortostastik adalah suatu kondisi ketidakmampuan berat dengan
karakteristik tekanan darah yang menurun ketika pasien berubah
dari posisi hori:ontal ke *ertical (posisi berbaring ke duduk atau
berdiri, hipotensi ortostatik jika tekanan darah I 1!! mm>g
(?ingle,!!/ dalamerry & otter,!!0. ?itandai dengan sakit
20
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
21/37
kepala ringan, pusing, kelemahan, kelelahan, kehilangan energy,
gangguan *isual, ketidaknyamanan kepala dan leher, hampir
pingsan atau pingsan, keadaan ini sering menyebabkan pasien
kurang melakukan mobilisasi dan ambulasi (Cilden dalamerry &
otter,!!!.
% asienyang mengalami ganguan pernafasan seperti dispnea karena
perubahan fungsi fisiologis, selama latihan tidak akan tahan
melakukan ambulasi. asien tersebut lemah tidak mampu
meneruskan akti*itasnya karena energy besar diperlukan untuk
menyelesaikan akti*itas menyebabkan kelemahan yang menyeluruh
(erry & otter,!!!.
" )nemia adalah suatu keadaan dimana kadar >emogloblin (>b dan
atau hitungan eritrosit rendah dari harga normal. ?ikatankan sebagai
anemia bila >b I 1% g +dl dan >t I %1 pada pria dan >b I 1
g +dl dan >t I /3 pada wanita. Cejala < gejala umum anemia,
yaitu cepat lelah, takikardia, palpitasi dan takipnea pada latihan
fisik. ( 'ansjoer et al, !!1.
0 )mbulasi dini pada pasien paska operasi fraktur sulit dilakukan
karena pemasangan alat fiksasi eksternal, luka bekas operasi dan
luka bekas trauma yang mengakibatkan kerusakan pada
neuromuskuler atau system skeletal (Cardland, dalam erry &
otter,!!!. yang mengakibatkan kerusakan pada neuromuskuler
atau system skeletal yang bisa memperberat dan menghambat
pergerakan pasien. (9o:ier & =rb,!!1
b. =mosi
21
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
22/37
=mosi adalah suatu pengalaman subjektif (perasaan, seperti takut,
marah, banyak berkaitan dengan keadaan fisiologis, perubahan pada
fungsi fisiologis, misalnyaakibat trauma dapat menimbulkan aspek
perilaku dari emosi, dimana emosi ditimbulkan oleh akti*itas di daerah
otak terutama otak tengah dan system limbik sebagai respon terhadap
perubahan fisiologis. erubahan fisiologis ini mempengaruhi kondisi
psikologis seseorang dan memudahkan perubahan perilaku yang dapat
menurunkankemampuan ambulasi dini yang baik(Jennifer '.Dee, !!/ #
/.
4rang yang depresi, khawatir atau cemas sering tidak tahan
melakukan akti*itas sehingga lebih mudah lelah karena mengeluarkan
energy yang yang cukup besar dalam ketakutan dan kecemasannya, jadi
pasien mengalami keletihan secara fisik dan emosi(erry &
otter,!!!.asien tidak bersemangat karena kurangnya moti*asi dalam
melaksanakan ambulasi, karena penampilan luka, balutan yang tebal
drain serta selang yang menonjol keluar akan mengancam konsep diri
pasien. efek pembedahan, seperti jaringan parut yang tidak beraturan
dapat menimbulkan perubahan citra diri pasien secara permanen,
menimbulkan perasaan klien kurang sempurna sehingga merasa cemas
dengan keadaannya dan ntidak termoti*asi untuk melakukan akti*itas.
asien dapat menunjukkan rasa tidak senang pada penampilannya yang
ditunjukkan dengan cara menolak melihat insisi, menutupi balutannya
dengan baju atau menolak bangun dari tempat tidur karena adnay selang
atau alat tertentu (erry & otter,!!!.
22
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
23/37
c. Caya >idup
Status kesehatan, nilai, kepercayaan, moti*asi dan faktor lainnya
mempengaruhi gaya hidup dan gaya hidup mempengaruhi mobilitas.
Tingkat kesehatan seseorang dapat dilihat dari gaya hidupnya dalam
melakukan akti*itas yang berarti dan pola hidup yang positif seperti
makan yang teratur, latihan yang teratur, istirahat yang cukup dan
penanganan stress ender (dalam Sugeng ;. & ;eni, !1!. 'enurut
4ldmeaddow et al (!!0 tahapan penggerakan dan akti*itas pasien
sebelum operasi di masyarakat atau di rumah dapat mempengaruhi
pelaksanaan ambulasi.
d. ?ukungan Sosial
'endefenisikan dukungan social sebagai info *erbal atau non
*erbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh
orang < orang yang akrab dalam subjek didalam lingkungan sosialnya
atau yang berupa kehadiran dan hal < hal yang dapat memberikan
keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah laku penerimanya
(Cottlieb dalam erry & otter,!!!. 'enurut Sjamsuhidajat & Jom
(!!" keterlibatan anggota keluarga dalam rencana asuhan
keperawatan pasien dapat menfasilitasi proses pemulihan, membantu
pelaksanaan latihan ambulasi atau memberi obat < obatan. ?ukungan
social, yaitu keluarga, orang terdekat dan perawat sangat mempengaruhi
untuk membantu pasien melaksanakan ambulasi (4ldmeadow et.al,
!!0. )mbulasi dapat terlaksana tergantung dari kesiapan pasien dan
keluarga untuk belajar dan berpartisipasi dalam latihan ( >oeman,
!!1.
23
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
24/37
e. engetahuan
asien yang sudah diajarkan mengenai gangguan muskuloskeleta
akan mengalami peningkatan alternati*e penanganan. -nformasi
mengenai apa yang diharapkan termasuk sensasi selama dan setelah
penanganan dapat memberanikan pasien untuk berpartisipasi secara
aktif dalam pengembangan dan menerapkanpenanganan. -nformasi
khusus mengenai antisipasi peralatan, misalnya pemasangan alat fiksasi
eksternal, alat bantu ambulasi ( trape:e, walkers, tongkat, latihan dan
medikasi harus didiskusikan dengan pasien ( runner & Suddarth,
!!.
.%. !arangka !)nse
24
Faktor < Factor yang
'empengaruhi
a. Faktor kondisi kesehatan
(suhu, tekanan darah,
pernafasan, >b, nyeri
b. Faktor emosi
c. Faktor gaya hidup
d. Faktor dukungan social
e. Factor pengetahuan
elaksanaan )mbulasi ?ini
asien aska 4perasi
Fraktur =kstermitas awah
Faktor endukung #
a. Fasilitas kesehatan
b. etu as kesehatan
Faktor enguat :
a. 9eluarga
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
25/37
/ 0ara+el *ang telt
/ 0ara+el *ang tak telt
%kema 2." / 9arangka enelitian Faktor < factor yang 'empengaruhi
elaksanaan )mbulasi ?ini asien aska 4perasi Fraktur
=kstermitas bawah
2.,. H)tess Peneltan
>ipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesiskerja atau
hipotesis alternati*e, disingkat >a. >ipotesis kerja menyatakan adanya hubungan
antara *ariabel K dan L, adanya pengaruh antara antara *ariabel K dan L atau
adanya perbedaan antara dua kelompok (Suharsini )rikunto, !1! # 1. ?alam
penelitian ini hipotesis sebagai berikut #
a. )da pengaruh kondisi kesehatan pasien terhadap pelaksanaan ambulasi
dini pasien paska operasi ekstermitas bawah.
b. )da pengaruh emosi pasien terhadap pelaksanaan ambulasi dini pasien
paska operasi ekstermitas bawah.
c. )da pengaruh dukungan sosial terhadap pelaksanaan ambulasi dini pasien
paska operasi ekstermitas bawah.
d. )da pengaruh gaya hidup pasien secara umum terhadap pelaksanaan
ambulasi dini pasien paska operasi ekstermitas bawah.
e. )da pengaruh pengetahuan pasien terhadap pelaksanaan ambulasi dini
pasien paska operasi ekstermitas bawah.
>ipotesis penelitian yang akan dibuktikan adalah jika nilai p2*alue I
!,!" maka >a gagal ditolak hal ini menunjukkan terdapat pengaruh fakor
kondisi kesehatan pasien (suhu, tekanan darah+ hipotensi ortostatik,
25
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
26/37
pernafasan, >b dan nyeri, emosi, dukungan sosial, gaya hidup dan
pengetahuan pasien terhadap pelaksanaan ambulasi dini pasien paska operasi
fraktur ekstermitas bawah.
BAB III
MET-D-L-I PENELITIAN
?i dalam bab ini berisi tentang jenis penelitian, lokasi penelitian,, definisi konsep
dan definisi operasional, populasi dan sampel penelitian, metode dan alat
pengumpulan data, analisis data, keterbatasan dan etika penelitian
3.1. $ens Peneltan
Penelitian ini menggunakan jenis penelitain deskripsi obser*asional,
bertujuan untuk mengidentifikasi faktor < faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan ambulasi dini pasien paska operasi fraktur ekstermitas bawah.
3.2. L)kas an aktu Peneltan
enelitian ini, mengambil tempat di 6S7 ?r. >asan Sadikin
andung.emelihan 6S7 ?r. >asan Sadikin andung ini, karena
merupakan rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan ortopedik yang
memiliki fasilitas dan pelayanan bedah ortopedik yang cukup lengkap,
sehingga memungkinkan peneliti untuk mendapatkan jumlah sampel yang
sesuai dengan kriteria penelitian. enelitian ini akan dilaksanakan selama
(dua bulan, dari bualn 'ei s+d Juli !11
26
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
27/37
3.3. De#ns !)nse an -eras)nal 0ara+el
Go. @ariabel ?efenisi operasional )lat 7kur >asil ukur Skala
1 @ariabel
-ndependen #
factor < factor
yang
mempengaruhi
pelaksanaan
ambulasi dini
a. Faktor
kondisi
kesehatan
pasien
• Suhu
• Tekanan
darah
9ondisi kesehatan
pasien secara umum
yang dapat
mempengaruhi
kemapuan pasien paska operasi
ekstermitas bawah
dalam pelaksanaan
ambulasi dini
agaimana suhu
pasien paska operasi
fraktur ekstermitas
bawah yang dapat
mempengaruhi
pelaksanaan ambulasi
dini dikatakan
abnormal adalah
hipotermi atau deman
agaimana tekanan
darah pasien paska
operasi fraktur
Ehecklis
Ehecklis
1.Gormal
/",8ME < 3,! ME
. )bnormal
N/3 ME
(deman
1. Gormal
1!+8! < 1/$+8$
mm>g
Gominal
Gominal
27
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
28/37
• ernafas
an
• >b
• Gyeri
ekstermitas bawah
yang dapat
mempengaruhi
pelaksanaan ambulasi
dini, dikatakan
abnormal adalah
hipotensi
agaimana
pernafasan pasien
paska operasi fraktur ekstermitas bawah
yang dapat
mempengaruhi
pelaksanaan ambulasi
dini
9adar >b pasien
paska operasi fraktur
ekstermitas bawah
yang mempengaruhi
pelaksanaan ambulasi
dini
Skala nyeri pasien
paska operasi fraktur
ekstermitas bawah
yang mempengaruhi
pelaksanaan ambulasi
dini
Ehecklis
?okumen
tasi
Ehecklis
Ehecklis
. )bnormal
I1!!+0! mm>g
1. Gormal
1 < ! 5+i
mm>g
. )bnormal
N ! 5+i&
I 1 5+i
1. Gormal
1g+dl < 18g+dl
. )bnormal
N 18g+dl &
I 1g+dl
1. Tidak nyeri
s+d nyeri
sedang
Skala 1 2"
. Gyeri hebat
s+d nyeri
paling hebat
Skala 0 2 1!
Gominal
Gominal
Gominal
b. Faktor 9eadaanemosi Ehecklis Tidak stabil I Gominal
28
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
29/37
emosi pasien paska operasi
ekstermitas bawah
yang mempengaruhi
perubahan perilaku
yang dapat
mempengaruhi
kemampuan ambulasi
& stabil O
c. Caya >idup agaimana
kebiasaan pasien
dalam menjalankan
kehidupan sehari
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
30/37
opulasi dalam penelitian ini adalah semua pasien paska operasi fraktur
ekstermitas bawah yang di rawat di 6uang 4rtopedik 6S7 ?r. >asan
Sadikin andung.berjumlah 0% orang
/.%.. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari semua pasien paska operasi
fraktur ekstermitas bawah yang dirawat di 6uang 4rtopedik 6S7 ?r.
>asan Sadikin andung. berjumlah 0% orang
'enurut Gotoadmodjo (!! bila populasi lebih kecil dari 1!.!!! maka
pengambilan sampel dapat menggunakan formula berikut #
( )d G1 G
n+
=
?imana G # Jumlah populasi 0%
d # ?erajat 9esalahan (!,!"Q
n # Jumlah sampel
Sehingga didapat sampel sebanyak #
( )!,!"0%10%
n+
=
R "0. !/ R "0 orang
9riteria inklusi yang ditentukan sebagai sampel adalah penelitian ini
adalah pasien paska operasi fraktur ekstermitas bawah yang dirawat di ruang
4rtopedik 6S7 dr. >asan Sadikin andung, 'empunyai kesadaran compos
mentis, bersedia menjadi responden. 9riteria =kslusi merupakan kontrakindikasi
30
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
31/37
pelaksanaan ambulasi dini, yaitu pasien dengan gangguan mental, pasien dengan
kelainan jantung, pasien dengan pemasangan skeletal traksi, pasien yang
mengalami perdarahan setelah operasi.
/.%./. Teknik Sampling
ada penelitian ini, cara pengambilan sampel menggunakan teknik
prposi"e sampling yaitu suatu teknik penenpatan sampel dengan yang
dikehendaki peneliti sehingga sampel itu dapat mewakili karakterisistik
populasi yang telah dikenal sebelumnya (Gursalam, !!/.
3.,. Pengumulan Data
/.".1. -nstrumen enelitian dan Teknik engumpulan ?ata
ada penelitian ini, alat yang digunakan untuk pengumpulan data dari
responden adalah #
a. 9uesioner enelitian
7ntuk memperoleh informasi dari responden peneliti
menggunakan alat pengumpul data berupa lembar kuesioner, checklis,
dan lembar obser*asi. -nstrumen kuesioner data tentang factor < factor
yang mempengaruhi pelaksanaan ambulasi dini pasien paska operasi
fraktur ekstermitas bawah, lembar cheklis pemeriksaan kondisi
kesehatan pasien dan lembar obser*asi pelaksaan ambulasi dini. ?ata
yang didapat melalui kuesioner ini untuk mendeskripsikan destribusi
31
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
32/37
dan persentase dalam bentuk tabel. 9uesioner disusun oleh peneliti
dengan berpedoman pada tinjauan pustaka, dan kuesioner dalam bentuk
pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak (dikotomi, meliputi
pertanyaan tentang emosi, gaya hidup, dukungan social dan
pengetahuan.
b. Dembar Ehecklist
Faktor kondisi kesehatan pasien diidentifikasi dengan "
pemeriksaan meliputi suhu, tekanan darah, frekuensi pernafasan, >b
dengan kategori normal dan abnormal 1. nyeri # kategori skala nyeri
1 < " ( tidak nyeri sampai nyeri sedang adalah dan skala nyeri 0
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
33/37
reliabilitas internal, didasarkan atas bentuk instrument. (Suharsini
)rikunto, !1! # / 9uesioner faktor < faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
ambulasi dini pasien paska operasi ekstermitas bawah dibuat sendiri
oleh peneliti dan disesuaikan dengan tinjauan pustaka. 7ji realibilitas
penting dilakukan untuk mengetahui berapa besar derajat atau
kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang
diukur.ada instrument penelitian ini, uji realibilitas dilakukan sebelum
pengumpulan data di 6S7 ?r. >asan Sadikin andung.7ji
realibilitasini dilakukan terhadap 1! pasien paska operasi ekstermitas
bawah di ruang ortopedik 6S7 ?r. >asan Sadikin andung. asien
yang menjadi sampel untuk realibilitas berbeda dengan pasien yang
akan dijadikan sebagai responden dalam penelitian.
7ji realibilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana
cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat
pengumpulan data. ?alam penelitian ini digunakan uji realibilitas
internal yang diperoleh dengan cara menganalisa data dari satu kali
pengetesan ()rikonto, !!. 7ntuk faktor kondisi kesehatan pasien
dan kuesioner faktor emosi, gaya hidup, dukungan sosial dan
pengetahuan diuji dengan menggunakan Erombach )lpha melalui
komputerisasi. Suatu instrument baru dikatakan reliable jika nilai
realibilitasnya lebih besar dari !,3! (Suharsini )rikunto, !1! #
33
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
34/37
?engan rumus reabilitas dari scott #
e
eo
,1
,,99
−
−=
9eterangan #
99 R 9oefisien kesepakatan pengamatan
o R roposi frekuensi kesepakatan
e R 9emungkinan sepkat (change aggreatment (peluang
kesesuaian ntar pengamat
?imana harga o tidak lain adalah harga 99, yaitu !,3! untuk
mencari harga e kita gunakan rumus sebagai berikut #
∑=
je ,,
?engan keterangan #
o R Ehange aggreatment
j R roporsi talies (jari2jari yang ada pada setiap wsel terhadap
G total (jumlah objek amatan.
34
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
35/37
/.0. Analsa Data
Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui
beberapa tahap pertama editing yaitu memeriksa kelengkapan identitas
responden dan memastikan semua pertanyaan telah diisi sesuai petunjuk,
tahap kedua coding yaitu member kode atau angka tertentu pada lembar
cheklis, kuesioner dan lembar obser*asi untuk mempermudah mengadakan
tabulasi dan analisa, tahap ketiga processing yaitu memasukan data dari
lembar cheklis, kuesioner dan lembar obser*asi ke dalam program computer
dengan menggunakan kumputerisasi, tahap keempat adalah melakukan
cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dientry untuk mengetahui
ada kesalahan atau tidak.
3.5.1. Analsa Un6arat
?ata yang di kumpul disajikan secara deskriptif berbentuk table distribusi
frekuensi dan uji chi2suare, hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya
proporsi factor yang mempengaruhi pelaksanaan ambulasi dini pada masing
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
36/37
-nform Eonsent berupa lembaran persetujuan untuk menjadi responden,
yang bertujuan agar subyek bersedia, maka mereka harus menandatangani
lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormati keputusan tersebut.
. )nonimity (tampa nama
)nonimity menjelaskan bentuk penulisan kuesioner dengan tidak perlu
mencantunkan nama pada lembar pengumpulan data, hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data.
/. Eonfidentiality (kerahasian)dalah menjelaskan masalah < masalah responden yang harus
dirahasiakan dalam penelitian. 9erahasian informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasian oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian.
3.8. 9en:ana Pengumulan Data.
enelitian akan dilakukan setelah memperoleh injin dari 6S7 ?r. >asan
Sadikin andung, maka peneliti melakukan pengumpulan data, tahap
8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI
37/37
% emilihan responden penelitian sesuai dengan criteria yang telah
ditetapkan.. elaksanaan enelitian
1 enyebaran kuesioner kepada respondenpenelitian, dan
memberikan penjelasan tentang pertanyaan < pertanyaan yang
terdapat dalam kuesioner. eneliti mengingatkan respon untuk
menjawab pertanyaan kuesioner sesuai dengan apa yang dirasakan
dan dialami oleh responden. kemudian kuesioner dikumpulkandan
diperiksa kelengkapannya untuk analisis.
eneliti mendampingi dan mengamati kemampuan responden
untuk melaksanakan tahapan ambulasi dini, sesuai dengan lembar
obser*asi.
/ eneliti melakukan pengumpulan di rekam medik, peneliti
mendata >b dan tipe pembedahan yang terdapat rekam medik
sampai jumlahnya sesuai dengan yang telah ditetapkan.
/. enyelesaian enelitian
enyelesaian penelitian dilakukan dengan pengolahan dan analisa data
yang telah didapatkan. Selanjutnya dilakukan penyusunan dalam bentuk
laporan penelitian. Sebagai kegiatan akhir dari penelitian ini adalah
penyusunan naskah yang berupa Skripsi.