Educandum: Volume 3 Nomor 1 Tahun 2017
33
MODEL PEMBUDAYAAN KARAKTER
KEAGAMAAN MELALUI KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER DI SMPN1
MAKALE TANA TORAJA A Model of Religious Charavter Building Through Extracurricular Activities
in SMP 1 Makale Tana Toraja
Mujizatullah Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar Jl. AP. Pettarani No. 72 Makassar e-mail: [email protected]
A B S T R A C T
This study aims to determine the implementation of religious character education
through Religious Extracurricular in State Junior High School 1 Makale by using a
descriptive explorative approach qualitative. Data collection techniques used in this
study interview, observation, study documents. Research results cultural character
model through Religious Extracurricular activities has been implemented in several
activities such as Rohis, Pesantren Kilat, Tadarrus, Fasting, open and sahur together
and supported by the implementation multicultural education is high enough that the
tolerance between religious communities is quite good, but the constraining factor is
still limited educators in the field of religion.
A B S T R A K
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan karakter
keagamaan melaui Ekstrakurikuler Keagamaan di Sekolah Menengah Pertama Negeri
1 Makale dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriktif
eksploratif. Teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini
wawancara, observasi, telaah dokumen. Hasil penelitian model pembudayaan karakter
keagamaan melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan telah di implementasikan
pada beberapa kegiatan diantaranya Rohis, Pesantren Kilat, Tadarrus, Puasa, buka dan
sahur bersama dan di dukung pelaksaanaan pendidikan multikulrtur yang cukup tinggi
sehingga sikap toleransi antara ummat beragama cukup baik, namun faktor
penghambat masih terbatas pendidik bidang agama.
PENDAHULUAN
endidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan
bertujuan untuk berkembangnya potensi perserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Salah satu tujuan Pendidikan Agama Islam adalah pembentukan akhlakul
karima yang diajarkan melalui Ekstrakurikuler mulai dari kelas SD sampai dengan perguruan
tinggi. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No.20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Menurut Samani, karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan
berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu
yang dapat membuat keputusan dan sikap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari
keputusannya (Zuchdi, Dimyati dkk, 2009:32)
P
Keywords:
culture,
religious character,
extracurricular
Kata Kunci:
pembudayaan,
karakter keagamaan,
ekstrakurikuler
Mujizatullah
34
Hingga saat ini pendidikan belum
menunjukkan hasil yang maksimal, karena
dari fenomena socialyang ada menunjukkan
perilaku yang tidak berkarakter. Diantaranya
kondisi anak sekolah yang melakukan
tawuran, kekerasan (dekadensi moral),
Penyalahgunaan dan peredaran narkoba
yang semakin menggurita, tawuran antar
pelajar di beberapa daerah di Indonesia,
adanya fenomena geng motor yang
meresahkan masyarakat dan berbagai
tindakan kejahatan yang telah
menghilangkan rasa aman setiap warga dan
bukan saja dilakukan oleh pelajar SMA tapi
sudah merambah ke peserta didik di tingkat
SLTP (Borba, 2008:52) Sebagai
konsekwensi dari situ, banyak yang
menyoroti ketidakberhasilan dari pendidikan
yang ada khususnya “Pendidikan Agama
Islam”. Ada dugaan kesalahan terjadi pada
kurilkulum agama yang diajarkan hanya
terkait akhlak, ibadah, namun tidak
ditanamkan alasan mengapa harus beribadah
dan mempunyai akhlak yang mulia. Selama
ini yang diajarkan lebih di maksimalkan
pada intrakurikuler, namun ekstrakurikuler
belum di maksimalkan pada masalah ibadah
dan akhlak. Oleh karenanya perlu melihat
kembali komponen yang terkait dengan
pendidikan agama Islam secara menyeluruh,
baik pada intrakurikuler maupun
ekstrakurikuler (Marzuki, 2009:12)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mujizatullah mengenai Model pendidikan
Karakter Keagamaan pada Siswa SMPN 1
di Kabupaten Pinrang (Jurnal Educandum,
2016:51-62) yang menunjukkan
bahwaModel pendidikan Karakter
Keagamaan telah terlaksana melalui
pembelajaran intrakurikuler dan
Ekstrakurikuler.
Rumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti pada
penelitian ini adalah: Bagaimana
pelaksanaan pendidikan karakter keagamaan
melaui Ekstrakurikuler di Sekolah
Menengah PertamaNegeri 1 Makale?
Bagaimana Faktor pendukung dan
penghambat pelaksanaan pendidikan
karakter keagamaan melaui Ekstrakurikuler
di sekolah menengah Pertama Negeri 1
Makale?
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan pelaksanaan penelitian ini
adalaha untuk mengetahui: pelaksanaan dan
faktor pendukung dan penghambat
pendidikan karakter keagamaan melaui
Ekstrakurikuler di Sekolah Menengah
Pertama Makale Tana Toraja. Dan secara
teoritis penelitian ini di harapkan dapat
menyumbangkan konsep-konsep Model
pendidikan karakter pada Ekstrakurikuler
Keagamaan.
Batasan Penelitian
Penelitian ini di fokuskan pada
Model pendidikan karakter pada
Ekstrakurikuler Keagamaan.
Kajian Pustaka
Model Pendidikan, ialah suatu
perangkat petunjuk seluruh rangkaian
penyelenggaraan pendidikan karakter
keagamaan, baik pada pembelajaran secara
sistematis di kelas dan luar kelas dalam
pengorganisasian pengalaman belajar.
(Suprijono, 45:2012).
Pendidikan adalah seperangkat
konsep-konsep tentang pendidikan yang
berabkat dari asumsi-asumsi mendasar
mengenainya. Teori ini berangkat dari
konsep mengenai manusia, baik sebagai
peserta didik maupun pendidik, dan
sekaligus perkakas yang diperlukan untuk
pendidikan itu sendiri.Selain itu, teori
pendidikan juga mengasumsikan
pandangan-pandangan filosofis tentang
pendidikan, seperti pengaruh lingkungan
pendidikan dan kebijakan-kebijakan politik
yang mempengaruhinya. Asumsi yang
mendasarinya adalah kondisi riil atau aktual
pendidikan serta lingkungannya serta tujuan
ideal yang ingin dicapai dari pendidikan
tersebut. Tentu saja keduanya, kondisi riil
dan tujuan, berdasar pada aturan normayang
ingin dicapainya. Dengan demikian ada tiga
hal yang mendasarinya, yaitu realitas,
Educandum: Volume 3 Nomor 1 Tahun 2017
35
tujuan, dan normatifitas. (Riyanto, Yatim:
2010: 62).
Pada dasarnya setiap individu telah
memiliki kemampuan-kemampuan dasar
sebagai perangkat
kehidupannya.Kemampuan ini yang menjadi
modal dari kesiapan belajar dalam
memperoleh pendidikan.Kemampuan dasar
ini biasa disebut dengan bakat bawaan yang
diperoleh secara genetis.Selain kemampuan
bawaan, faktor lingkungan juga sangat
berperan dalam pemerolehan hasil
belajar.Bakat bawaan berbentuk
kemampuan intelegensi yang terdiri dari
intelegensi kognitif dan
emosional.Intelegensi kognitif merupakan
kemampuan untuk memahami dan
menteorisasikan melalui ketrampilan verbal,
numeral, spasial atau menalar praktis dan
tiga dimensi, serta mengartikulasikannya
dalam bentuk kata-kata. Sedangkan
intelegensi emosional adalah kemampuan
untuk mengenali dan mengelola emosi diri
sendiri dan orang lain, sekaligus untuk
kepentingan hubungan sosialnya. (Syaiful
sagal , 2003 : 17).
Dalam proses pendidikan,
diharapkan setiap individu memiliki
kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Kemampuan kognitif adalah
kemampuan untuk mengenal dunia
sekitarnya dalam bentuk memahami,
mengaplikasikan, memadukan, dan
mengevaluasi. Sedangkan kemampuan
afektif adalah kemampuan mengalami dan
menghayati nilai-nilai yang darinya tumbuh
kemampuan untuk bersimpati, berempati,
berpartisipasi, dan mengorganisasi nilai-
nilai kehidupan yang terinternalisasi dalam
dirinya. Sedangkan kemampuan
psikomotorik adalah kemampuan untuk
menggunakan pancaindera dan anggota
tubuh dalam bentuk meakukan tindakan,
mengorganisasi, kepercayaan diri dalam
ketrampilan hidup (lifeskill). (Rusyan, A.
Tabrani, 1994: 37).
Berdasarkan konsep-konsep di atas
maka bisa dirumuskan tujuan pendidikan
yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum pendidikan terkait
langsung dengan kehidupan manusia secara
umum, yaitu untuk mencapai manusia ideal,
manusia sosial yang dewasa, dan manusia
seutuhnya. Tujuan ini diperoleh melalui
pendidikan-pendidikan secara umum dalam
proses baik yang terinstitusionalisasikan
dalam lembaga resmi maupun proses
bermasyarakat. Tujaun umum ini mendasai
setiap penyelenggaraan pendidikan dalam
berbagai jenjang.
Adapun tujuan khusus pendidikan
meliputi keseluruhan proses riil ptendidikan
di lapangan meliputi tujuan sementara,
tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan
tujuan instruksional. Tujuan sementara atau
insidental adalah tujuan yang terkandung
dalam setiap peristiwa pendidikan.
Sedangkan tujuan institusional adalah tujuan
yang ingin dicapai ketika pendidikan
diselenggarakan oleh institusi tertentu atau
satuan pendidikan, baik dalam level negara
maupun di bawahnya. Sedangkan tujuan
kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai
oleh kurikulum yang ditetapkan dalam isi
atau materi pendidikan dalam setiap
jenjangnya. Terakhir adalah tujuan
instruksional uang merupakan tujuan teknis
dalam setiap tatap muka pembelajaran.
Menurut bahasa, karakter adalah
tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut
ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem
keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan
tindakan seorang individu. Karena itu, jika
pengetahuan mengenai karakter seseorang
itu dapat diketahui, maka dapat diketahui
pula bagaimana individu tersebut akan
bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu
(Koesoema, 2007:69).
Dilihat dari sudut pengertian,
ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki
perbedaan yang signifikan. Keduanya
didefinisikan sebagai suatu tindakan yang
terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena
sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan
kata lain, keduanya dapat disebut dengan
kebiasaan (Ismail, 1988: 28).
Penguatan pendidikan moral (moral
education) atau pendidikan karakter
(character education) dalam konteks
sekarang sangat relevan untuk mengatasi
Mujizatullah
36
krisis moral yang sedang melanda di negara
kita. Krisis tersebut antara lain berupa
meningkatnya pergaulan bebas, maraknya
angka kekerasan anak-anak dan remaja,
kejahatan terhadap teman, pencurian remaja,
kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-
obatan, pornografi, dan perusakan milik
orang lain sudah menjadi masalah sosial
yang hingga saat ini belum dapat diatasi
secara tuntas, oleh karena itu betapa
pentingnya pendidikan karakter (yakub,
Hamzah, 1988:48).
Karakter berkaitan dengan konsep
moral (moral knonwing), sikap moral (moral
felling), dan perilaku moral (moral
behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini
dapat dinyatakanbahwa karakter yang baik
didukung oleh pengetahuan tentang
kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan
melakukan perbuatan kebaikan. Bagan
dibawah ini merupakan bagan kterkaitan
ketiga kerangka pikir ini.
Karakter diartikan dengan tabiat,
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan yang
lain, dan watak. (Pusat Bahasa
Depdiknas,2008:682). Orang berkarakter
berarti orang yang berkepribadian,
berperilaku, bersifat, bertabiat, atau
berwatak. Dengan pengertian-pengertian di
atas karakter identik dengan kepribadian
atau ahlak.
Kepribadian seseorang tidak
terbentuk dengan sendirinya akan tetapi
bersumber dan terbentuk dari rangsangan-
rangsangan yang diterima dari lingkungan,
misalnya keluarga pada waktu kecil.
Koesoema (2007:80) dalam buku yang
ditulisnya berjudul Pendidikan Karakter:
Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Menyebutkan kepribadian merupakan ciri
atau karakteristik atau sifat khas dari diri
seseorang yang bersumber dari bentukan-
bentukan yang diterima dari lingkungan,
misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga
bawaan sejak lahir.
Karakter adalah sebuah kekuatan
batin dalam menanggapi sesuatu secara
bermoral.Menanggapi sesuatu secara
bermoral inilah yang disebut
karakter.Agama bagi kebanyakan orang
merupakan acuan utama yang membawa
mereka untuk membentuk kehidupan yang
bermoral. Meskipun agama memiliki
banyak perbedaan mengenai apa yang harus
dilakukan umatnya dalam beribadah,
mereka semua memiliki kesamaan prinsip
bahwa setiap tindakan yang mereka lakukan
dalam hidup ini termasuk pilihan akan
perilaku moral yang akan memberikan
dampak sebanding di masa yang akan
datang (Said Moku 1986: 64) .karakter
mulia meliputi pengetahuan tentang
kebaikan, lalu menimbulkan komitmen
(niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya
benar-benar melakukan kebaikan. Dengan
kata lain, karakter mengacu kepada
serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap
(attitudes), dan motivasi (motivations), serta
perilaku (behaviors) dan keterampilan
(skills).
Dari pengertian di atas dapat
dipahami bahwa karakter identik dengan
akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-
nilai perilaku manusia yang universal yang
meliputi seluruh aktivitas manusia, baik
dalam rangka berhubungan dengan
Tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama
manusia, maupun dengan lingkungannya,
yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama hukum,
tata karma, budaya, dan adat istiadat. Dari
konsep karakter inilah kemudian muncul
konsep pendidikan karakter (character
education) (Marzuki, 2011:3).
Pendidikan karakter mulai
dikenalkan sejak tahun 1900-an. Thomas
Lickona yang dianggap sebagai
pengusungnya menekankan pendidikan
karakter mengandung tiga unsur pokok,
yaitu mengetahui kebaikan mencintai
kebaikan dan melakukan kebaikan
(Lickona,1991:51). Pendidikan karakter
tidak sekedar mengajarkan mana yang benar
dan mana yang salah kepada anak, tetapi
lebih dari itu pendidikan karakter
menanamkan kebiasaan tentang yang baik
sehingga peserta didik paham, mampu
merasakan, dan mau melakukan yang baik.
Educandum: Volume 3 Nomor 1 Tahun 2017
37
Pendidikan karakter ini membawa misi yang
sama dengan pendidikan akhlak atau
pendidikan moral.
Akhlak berasal dari bahasa Arab “al-
akhlaq” yang merupakan bentuk jamak dari
kata “al-khuluq” yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku, atau tabiat (Ya’qub,
1988:11). akhlak berarti keadaan gerak jiwa
yang mendorong ke arah melakukan
perbuatan dengan tidak menghajatkan
pikiran. Inilah pendapat yang dikemukakan
oleh Ibnu Maskawaih. Sedang al-Ghazali
mendefinisikan akhlak sebagai suatu sifat
yang tetap pada jiwa yang daripadanya
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah,
dengan tidak membutuhkan kepada pikiran
(Marzuki 2009:27).
Pendidikan moral, ahlak dan etika
dalam konteks pendidikan di Indonesia
sudah ada dalam mata pelajaran yang di
ajarkan di sekolah khusunya pendidikan
Agama. Kesadaran Pendidikan Agama
merupakan bagian terpenting dalam
kegiatan proses pembelajaran di sekolah
sehingga internalisasi nilai-nilai agama
dalam kehidupan setiap pribadi menjadi
sebuah keniscayaan. Pendidikan Agama
akan menghasilkan manusia yang jujur,
amanah, adil, berbudi pekerti, etis, saling
menghargai, disiplin, harmonis, tidak terjadi
perselingkuhan, dan produktif, baik dalam
kehidupan personal maupun sosial.
Pendidikan agama yang diterapkan
di sekolah secara ideal disamping
penanaman doktrin keagamaan kepada
peserta didik sekaligus menanamkan ahlak,
etika, dan moral kepada diri peserta didik.
Untuk merealisasikan karakter mulia sangat
perlu dibangun budaya atau kultur yang
dapat mempercepat terwujudnya karakter
yang diharapkan. Kultur merupakan
kebiasaan atau tradisi yang sarat dengan
nilai-nilai tertentu yang tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan sehari-hari
dalam berbagai aspek kehidupan.Kultur
dapat dibentuk dan dikembangkan oleh
siapa pun dan di mana pun.
Menurut Borba (2008: 4) kecerdasan
moral adalah kemampuan seseorang untuk
memahami hal yang benar dan yang salah,
yakni memiliki keyakinan etika yang kuat
dan bertindak berdasarkan keyakinan
tersebut, sehingga ia bersikap benar dan
terhormat. Borba menawarkan cara untuk
menumbuhkan karakter yang baik dalam
diri anak, yakni dengan menanamkan tujuh
kebajikan utama (karakter mulia): empati,
hati nurani, kontrol diri, rasa hormat,
kebaikan hati, toleransi, dan keadilan.
Ketujuh macam kebajikan inilah yang dapat
membentuk manusia berkualitas di mana
pun dan kapanpun.
Terdapat beberapa cara untuk bisa
meningkatkan nilai dan moralitas
(karakter/akhlak mulia) di sekolah yang bisa
dikelompokkan ke dalam lima metode,
yaitu: 1) inculcating values and morality
(penanaman nilai-nilai dan moralitas); 2)
modeling values and morality (pemodelan
nilai-nilai dan moralitas); 3) facilitating
values and morality (memfasilitasi nilai-
nilai dan moralitas); 4) skills for value
development and moral literacy
(ketrampilan untuk pengembangan nilai dan
literasi moral; dan 5) developing a values
education program (mengembangkan
program pendidikan nilai). Dari pendapat
Kirschenbaum ini maka semua guru harus
meningkatkan kualitas pembelajaran di
sekolah. Salah satu upaya yang bisa
dilakukan adalah pembinaan karakter siswa
melalui proses pembelajaran di kelas dan
juga membangun lingkungan yang kondusif
di luar kelas (Djatmika, Rahmat, 2009; 54)
Tawaran di atas masih perlu
ditambah dengan landasan pengembangan
kecerdasan religius, karena hal ini telah
banyak diakui sebagai kondisi yang dapat
membuat pendidikan karakter dapat dikelola
dengan lebih mudah dengan hasil yang
relatif baik. Semu aktivitas yang dilandasi
ketakwaan kepada Tuhan akan dapat
membangun kesadaran akan adanya
pengawasan Tuhan dalam setiap ucapan dan
perilaku seseorang (Yakub, Hamzah,
2009:52). Membangun kultur atau
lingkungan yang mendukung terwujudnya
tujuan pendidikan, yakni karakter mulia,
sangatlah penting. Tiga lingkungan utama
Mujizatullah
38
peserta didik, yakni lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga, dan lingkungan
masyarakat hendaklah dibangun yang
sinergis dan bersama-sama mendukung
proses pendidikan dan pembelajaran di
kelas. Lingkungan yang jelek tidak hanya
menghalangi tercapainya tujuan pendidikan,
akan tetapi juga akan merusak karakter
peserta didik yang dibangun melalui proses
pembelajaran di kelas.
Pendidikan karakter membutuhkan
minimal dua buah komponen yaitu keluarga
dan sekolah.Nilai-nilai yang sebaiknya
diajarkan disekolah yang paling utama
adalah sikap hormat, bertanggung jawab.
Dua komponen nilai tersebut kemudian
menurunkan nilai nilai seperti kejujuran,
keadilan, toleransi, kebijaksanaan, disiplin
diri, tolong menolong, peduli sesama,
kerjasama, kebranian, dan sikap demokratis
(Lickona, 2012:70). Rasa hormat berati
menunjukan penghargaan kita terhadap
harga diri orang lain ataupun hal lain selain
diri kita. Tanggung jawab merupakan
bentuk lanjutan dari rasa hormat. Jika kita
menghormati orang lain berarti kita
menghargai mereka. Jika kita menghargai
mereka berarti kita merasakan sebuah
ukuran dari rasa tanggung jawab kita untuk
menghormati kesejahteraan hidup orang
lain.
Komponen Karakter dengan
melibatkan pengetahuan moral, perasaan
moral, dan tindakan moral. Pengetahuan
moral melingkupi kesadaran moral,
pengetahuan nilai moral, penentuan
prespektif, pemikiran moral, pengambilan
keputusan, pengetahuan pribadi. Perasaan
moral melingkupi hati nurani, harga diri,
empati, mencintai yang baik, kendali diri
kerendahan hati. Sedangkan tindakan moral
melingkupi kompetensi, keinginan dan
kebiasaan (Djatmika, Rahmat: 1996:31)
Model Pendidikan, ialah suatu
perangkat petunjuk seluruh rangkaian
penyelenggaraan pendidikan karakter
keagamaan, baik pada pembelajaran secara
sistematis di kelas dan luar kelas dalam
pengorganisasian pengalaman belajar.
Trianto ( 2011: 231).
Karakter Keagamaan, ialah cita-cita
ideal yang akan diupayakan bisa ditanamkan
ke siswa sebagai nilai dan norma agama
yang melekat untuk selanjutnya dijadikan
dasar berperilaku dan bertindak dalam
kehidupan sehari-hari.(Abudin, 2003:15)
Pembangunan karakter keagamaan
dilakukan dengan pendekatan sistematik dan
integratif dengan melibatkan guru, siswa,
kepala sekolah, keluarga satuan pendidikan,
pemerintah, masyarakat sipil, anggota
legislatif, media massa dan dunia
usaha.Oleh sebab itu, Ekstrakurikuler
merupakan salah satu komponen penting
dalam pembangunan karakter secara
sistemik bersama dengan komponen
pendidikan lainnya (Abudin, 2003:19).
Pencapaian hasil belajar siswa tidak
dapat hanya dilihat dari ranah kognitif dan
psikomotorik. sebagaimana selama ini
terjadi dalam praktek pendidikan kita tetapi
harus juga dilihat dari hasil afektif,
meskipun kekuatan hubungannya bervariasi
dari satu kasus ke kasus lain (Craim,
William, 2007: 73). Pendidik akhirnya
menjadi sorotan karena merekalah yang
menjadi patokan terdepan yang berinteraksi
langsung dengan siswa dalam proses
pembelajaran. (Nasution, 2000:16). Dalam
kondisi seperti itu, pendidik dituntut untuk
mengembangkan keahlian, pengetahuan dan
melahirkan hal-hal baru.melalui kegitan
ekstrakurikuler .Pendidik yang mampu
berinovasi berarti menandakan pendidik
tersebut bisa mengembangkan ide-ide
kreatif yang mereka miliki (Borba, Michele,
2008:16).
Pendidikan Agama
Kata “Pendidikan Agama” terdiri
dari dua kata berbeda, yaitu “pendidikan”
dan “agama”. Pendidikan berasal dari kata
Educandum: Volume 3 Nomor 1 Tahun 2017
39
“didik” yang diberi awalah “pe” dan akhiran
“an” yang berarti proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan,
proses, perbuatan, cara mendidik.
Pengertian pendidikan menurut
istilah adalah suatu usaha sadar yang teratur
dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-
orang yang diserahi tanggung jawab untuk
mempengaruhi anak mempunyai sifat-sifat
dan tabi’at sesuai cita-cita pendidikan.
Dari beberapa pengertian di atas
dapatlah disimpulkan bahwa ”pendidikan
agama” adalah suatu usaha yang
ditunjukkan kepada anak didik yang sedang
tumbuh agar mereka mampu menimbulkan
sikap dan budi pekerti yang baik serta dapat
memelihara perkembangan jasmani dan
rohani secara seimbang dimasa sekarang
dan mendatang sesuai dengan aturan agama.
Akhlak, Moral dan Etika
Bila berbicara mengenai moral,
maka tidak akan terlepas dari tingkah laku
manusia, dan bila berbicara tentang tingkah
laku, maka erat hubungannya dengan
bagaimana pendidikan yang telah
didapatkan oleh seorang anak di rumah atau
di sekolah. Oleh karena itu, usaha yang
harus ditempuh untuk menjadikan anak
sebagai manusia yang baik dalam
lingkungan pendidikan adalah penyampaian
pendidikan moral (akhlak), karena akhlak
merupakan pencerminan tingkah laku
manusia dalam kehidupannya. Untuk lebih
jelasnya akan dijelaskan ketiga term di atas,
yaitu: Akhlak, moral dan etika.(Said Molu,
1986:61)
Secara etimologi kata akhlak adalah
bentuk jama dari kata “khuluk”, yang berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat, sedangkan menurut Ahmad Amin
akhlak itu adalah kebiasaan kehendak.
Secara terminologi akhlak itu berarti “Sifat
yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan macam-macam perbuatan
dengan gampang dan mudah serta tidak
memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Ada pula yang mengartikan akhlak dengan
“Keadaan gerak jiwa yang mendorong ke
arah melakukan perbuatan tanpa berfikir dan
melalui pertimbangan lebih dahulu”.(Yakub,
ahsmzah,1988:21).
Dari dua pengertian di atas tampak
bahwa tidak ada yang bertentangan,
melainkan memiliki kemiripan antara
keduanya. Dalam masyarakat barat kata
“akhlak” sering diidentikkan dengan
“etika”, walaupun pengidentikan ini tidak
sepenuhnya benar, maka mereka yang
mengidentikkan akhlak dengan etika
mengatakan bahwa “etika” adalah
penyelidikan tentang sifat dan tingkah laku
lahiriah manusia.
Terlepas dari semua pengertian di
atas, kata akhlak dalam penggunaannya
sering disamakan dengan kata “moral” dan
“etika”. Istilah moral yang kita kenal berasal
dari Bahasa Latin, yaitu “mores” yang
berarti adat kebiasaan, sedangkan etika
berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “ethos”,
yang berarti kebiasaan. Dalam kehidupan
sehari-hari moral lebih dikenal dengan arti
susila. Moral mengandung arti praktis, ia
merupakan ide-ide universal tentang
tindakan seseorang yang baik dan wajar
dalam masyarakat. Pada dasarnya akhlak,
etika dan moral memiliki arti yang sama,
ketiganya sama-sama berbicara tentang baik
dan buruk perbuatan manusia (Marzuku,
2009: 34).
Dari pengertian diatas dapat di
simpulkan bahwa Akhlak (etika atau moral)
adalah budi pekerti, sikap mental atau budi
perangai yang tergambar dalam bentuk
tingkah laku berbicara, berpikir dan
sebagainya yang merupakan ekspresi jiwa
seseorang, yang akan melahirkan perbuatan
baik menurut akal dan syari’at atau
perbuatan buruk.
Mujizatullah
40
Pendidikan karakter keagamaan
bagian dari karakter bangsa, salah satu
bagian karakter bangsa adalah karakter
keagamaan sementara untuk menciptakan
hal tersebut diperlukan sistem yang termuat
didalamnya komponen-komponen
pendidikan yakni pelaksanaan manajemen
lingkungan sarana dan prasarana kurikulum
pendidik dan peserta didik.Hal tersebut
berkaitan dengan pembentukan karakter
peserta didik sehingga mampu bersaing,
beretika, bermoral, sopan santun dan
berinteraksi dengan masyarakat (Ismai,
Faisal, 1988:62).
Pendidikan karakter di sekolah
dalam prespektif Islam melalui Kegiatan
ekstrakurikuler menjembatani kebutuhan
perkembangan peserta didik yang berbeda;
dan menumbuhkan kecerdasan anak menuju
pada kecerdasan fathonah, siddiq, amanah
dan tabligh Melalui partisipasinya dalam
kegiatan ekstrakurikuler peserta didik dapat
belajar dan mengembangkan kemampuan
berkomunikasi, bekerja sama dengan orang
lain, serta menemukan dan mengembangkan
potensinya,yang dilakukan oleh peserta
didik di luar jam belajar kurikulum standar,
sebagai perluasan dari kegiatan kurikulum
dan dilakukan di bawah bimbingan sekolah
dengan tujuan untuk mengembangkan
kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan
peserta didik yang lebih luas atau di luar
minat yang dikembangkan oleh kurikulum
(Sanjaya, Wina: 2010). Kegiatan
ekstrakurikuler meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor peserta
didik ( Amri, Sofan: 2013).
Ekstrakurikuler wajib merupakan
program ekstrakurikuler yang harus diikuti
oleh seluruh peserta didik, terkecuali bagi
peserta didik dengan kondisi tertentu yang
tidak memungkinkannya untuk mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler tersebut.Dalam
Kurikulum 2013, Kepramukaan ditetapkan
sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib dari
sekolah dasar (SD/MI) hingga sekolah
menengah atas (SMA/SMK),
Pelaksananannya dapat bekerja sama dengan
organisasi Kepramukaan setempat/terdekat
(Yamin, Moh, 2009:37).
Ekstrakurikuler pilihan merupakan
program ekstrakurikuler yang dapat diikuti
oleh peserta didik sesuai dengan bakat dan
minatnya masing-masing. Kegiatan
ekstrakurikuler harus dapat
mengembangkan bakat dan minat peserta
didik dalam upaya pembinaan pribadi
menuju pembinaan manusia
seutuhnya.kegiatan ekstrakurikuler dapat
berbentuk: Kepramukaan, Latihan Dasar
Kepemimpinan Siswa (LDKS), bentuk
kegiatan Ekstrakurikuler yang bernuansa
keagamaan. Faktor pendukung dan
penghambat kaitannya dengan Ekstra
kurikulerKeagamaan,lama dan frekwensi
kegiatan setiap kegiatan,lokasinya kegiatan,
Karakter Keagamaan yang di harapkan
terbentuk pada siswa di setiap kegiatan
Ekstrakurikuler, Penilaian keberhasilan
pelaksaan kegfiatan Ekstrakurikuler Peran
pengawas terhadap pendidikan Karakter
(Zamroni, 2011: 297 ).
Tujuan Ekstrakurikuler Keagamaan,
Memperdalam dan memperluas
pengetahuan dan wawasan keagamaan
peserta didik mengenai keagamaan,
Mendorong peserta didik agar taat
menjalankan agamanya dalam kehidupan
sehari-hari. Menjadikan agama sebagai
landasan akhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, berkeluarga, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Membangun sikap
mental peserta didik untuk bersikap dan
berprilaku jujur, amanah, disiplin, bekerja
keras, mandiri, percaya diri, kompetitif, dan
bertanggung jawab mewujudkan kerukunan
antara umat beragama.
Tujuan ekstrakulrikuler Pendidikan
Agama Islam di sekolah adalah sebagai
berikut: (1) Pendalaman, yaitu pengayaan
materi Pendidikan Agama Islam, (2)
Penguatan, yaitu peningkatan keimanan dan
ketaqwaan, (3) pembiasaan, yaitu
pengamalan dan pembudayaan ajaran agama
serta perilaku akhlak mulia dalam
kehidupan sehari-hari, dan (4) perluasan,
Educandum: Volume 3 Nomor 1 Tahun 2017
41
yaitu penggalian potensi, bakat, minat,
keterampilan dan kemampuan peserta didik
di bidang pendidikan agama (Zuchdi,
Dimyati, 2010:51).
Ruang Lingkup dan Jenis Kegiatan
Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Makale: Pembiasaan,Shalat berjamaah
Membaca Al-Qur’an mengawali dan
mengakhiri suatu hari proses pembelajaran
,Membaca doa mengawali dan mengakhiri
proses pembelajaran dan pekerjaan
lainnyaMengucapkan dan menjawab
salam,Menjaga kebersihan, kesehatan dan
lainnya (Trianto,2004 : 78).
Peraturan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam Nomor Dj.I/12 Tahun
2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan
Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islan
(PAI) pada sekolah menyebutkan jenis-jenis
kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama
Islam di sekolah, yaitu:Pesantren Kilat
(SANLAT) Pembiasaan Akhlak Mulia
(SALAM). Tuntas Baca Tulis Al-Qur’an
(TBTQ. Ibadah Ramadhan (IRAMA).
Wisata Rohani (WISROH). Kegiatan
Rohani Islam (ROHIS). Pekan Keterampilan
dan Seni (PENTAS) PAI. Peringatan Hari
Besar Islam (PHBI).
Kegiatan ekstrakurikuler PAI yang
bersifat penunjang dan tidak memiliki
hubungan langsung dengan mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam, seperti: (1)
Tafaqur alam, dan (2) Majalah dinding
(Anonim, 2011).
Secara umum pengelompokan jenis
program ekstrakurikuler PAI ada 4
kelompok berikut ini. Krida, meliputi
Kepramukaan, Latihan Dasar
Kepemimpinan Peserta didik (LDKS).
Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah
Remaja Islam (KIRI), kegiatan penguasaan
keilmuan dan kemampuan akademik
keagamaan, penelitian bidang keagamaan.
Latihan/lomba keberbakatan/prestasi,
meliputi pengembangan bakat seni dan
budaya Islami (Qasida rebana, Puisi Islami,
Azan, Kaligrafi, sebaca Al-Qur’an).
Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar,
dengan substansi antara lain karir,
pendidikan, Ibadah. muamalat, seni budaya
Islam
(http://techonly13.wordpress.com/2009/07/0
4/pengertian-kegiatan-ekstra-kurikuler/).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
pendekatan Kualitatif deskriktif eksploratif
.Pendekatan ini digunakan untuk melihat
realitas Model pendidikan Karakter
Keagamaan pada Ekstrakurikuler. Sasaran
dan lokasi penelitian ini adalah Sekolah
Menengah negeri 1 Makale tator.
Teknik pengumpulan data yang di
gunakan dalam penelitian ini adalah
Kegiatan wawancara, observasi, telaah
dokumen .wawancara dilakukan untuk
menghimpun data terkait dengan
Ekstrakurikuer Keagamaan, faktor
pendukung dan penghambat pada sumber-
sumber pendapat terkait Kepala Sekolah,
Guru Pembina Ekstrakurikuler, dan guru
agama .
Observasi di lakukan untuk
menghimpun data terkait dengan
pelaksanaan EkstrakurikulerKeagamaan ,
lingkungan sekolah, Sarana dan prasarana.
Telaah dokumen di lakukan untuk
menghimpun data terkait dengan
pelaksanaan Ekstrakurikuler Keagamaan.
Data yang terkumpul kemudian
didiskripsikan dan di klarifikasi sesuai
perihal yang telah di tentukan.
Analisis data dalam penelitian ini
dilakukan dua tahap, pertama pengumpulan
data. fokus pada Ekstra Kurikuler
Keagamaan selanjunya data yang terkumpul
di diskripsikan dan diklarifikasikan sesuai
bagian yang telah di tentukan. Dan kedua
peneliti menganalisisi Keabsahan data
menggunakan Trianggulasi Langka-langkah
yang di gunakan dalam analisis data adalah
reduksi data, penyajian dan verifikasi data.
PEMBAHASAN
Gambaran SMP 1 Makale Tanah Toraja
SMP Negeri 1 Makale terletak di
Jalan Tritura No 65 ,Kecamatan , Kabupaten
Tana Toraja., Status hak pakai , Luas tanah
6639 .luas tanah terbangun 1.654.75,
Mujizatullah
42
luastanah siap bangun 126, luas lantai atas
siap bangun 204 .
Visi SMP Negeri 1 Makale. Unggul,
Berbudaya, Peduli lingkungan, Teladan
dalam karakter dan kompetitif di era
global.Indikator keberhasilan pencapaian
Visi tersebut adalah: Terwujudnya lulusan
yang cerdas, kompetitif, berbudaya,
berkarakter, dan dapat ditelani, Kurikulum
yang terintegrasi nilai-nilai karakter, budaya
dan kewirausahaan di sekolah, standar
proses pembelajaran yang efektif dan
efisien, standar prasarana dan sarana
pendidikan yang relevan dan mutakhir,
tenaga pendidik dan kependidikan,
pengelolaan pendidikan, penilaian
pendidikan, penggalangan biaya pendidikan
yang memadai, budaya mutu sekolah dan
daya saing yang terwujudnya lingkungan
sekolah yang nyaman, aman, asri, bersih, dll
Misi SMP Negeri 1 :Mewujudkan
lulusan yang unggul, cerdas, kompetitif,
beriman dan bertaqwa dan mampu
berbahasa Inggris, kurikulum sekolah sesuai
Standar Nasional dengan penerapan KTSP
dan Kurikulum 2013. Mewujudkan proses
pembelajaran yang inovatif, kreatif, variatif,
dan berbasis TIK.budaya literasi, budaya
bersih, dan budaya sopan kepada semua
komponen sekolah, lingkungan sekolah
yang nyaman, aman, rindang, asri, dan
bersih sesuai program adiwiyata dalam
mendukung pencapaian prestasi nasional.
sarana dan prasarana pendidikan sesuai
SNP. Mewujudkan pendidik dan tenaga
kependidikan beretos kerja tinggi, tangguh,
professional dan memiliki kompetensi dan
komitmen yang tinggi sesuai SNP.
manajemen berbasis sekolah yang
kokopenilaian pendidikan yang berkualitas
sesuai SNP. Mewujudkan prestasi bidang
akademik dan non akademik yang
kompetitif di tingkat nasional.
Tujuan Sekolah: Terwujudnya
lulusan yang unggul, cerdas, kompetitif,
beriman dan bertaqwa dan mampu
berbahasa Inggris.kurikulum sekolah sesuai
Standar Nasional dengan penerapan KTSP
dan Kurikulum 2013. proses pembelajaran
yang inovatif, kreatif, variatif, dan berbasis
TIK. budaya literasi, budaya bersih, dan
budaya sopan kepada semua komponen
sekolah. lingkungan sekolah yang nyaman,
aman, rindang, asri, dan bersih sesuai
program adiwiyata dalam mendukung
pencapaian prestasi nasional. sarana dan
prasarana pendidikan sesuai SNP.pendidik
dan tenaga kependidikan beretos kerja
tinggi, tangguh, professional dan memiliki
kompetensi dan komitmen yang tinggi
sesuai SNP. Terwujudnya manajemen
berbasis sekolah yang kokoh. penilaian
pendidikan yang berkualitas sesuai SNP.
prestasi bidang akademik dan non akademik
yang kompetitif di tingkat nasional.
Pengembangan Model pembudayaan
karakter keagamaan melalui kegiatan
Ekstrakurikuler Keagamaan. SMPN 1
Makale diawali dengan upaya pentahapan
yang sistematis dengan langkah-langkah
yang dapat dipertanggungjawabkan, baik
secara akademik, yuridis maupun sosial.
Disamping itu pengembangan program
sekolah juga mempertimbangkan potensi
dan kemampuan sekolah, sejauh mana
kekuatan potensi sekolah dan lingkungan
mendukung akan keterlaksanaan program di
lihat sisi kelemahannya, ancaman atau
hambatan dalam pelaksanaan program
sekolah.
Sekolah Menengah pertama Makale
dapat menentukan besarnya program yang
akan dikembangkan untuk ditetapkan
sebagai suatu rencana-rencana kegiatan
yang dapat ditempuh dengan tingkat
keberhasilan tinggi. Faktor penting yang
diperhatikan adalah konsistensi antara
perencanaan dengan pelaksanaan
pengembangan sekolah. Perencanaan
sekolah tersebut memberikan konstribusi
keberhasilan yang besar dalam
implementasinya. pembuatan RPS,
mempertimbangkan berbagai faktor yang
mempengaruhi seperti kondisi lingkungan
strategis, kondisi sekolah saat ini dan
harapan masa datang.
Educandum: Volume 3 Nomor 1 Tahun 2017
43
Model pembudayaan Karakter melalui
Ekstrakurikuler di SMP 1 Makale
Pembudayaan Karakter melalui
Ekstrakurikuler Keagamaan di Sekolah
Menengah merupakan perpanjangan dari
program intrakurikuler yang telah didesain
dan dikembangkan di kelas. Keduanya
terlihat bersinergi untuk memperkuat sebuah
gagasan dan ide pengembangan karakter
siswa.
Model pengembangan Karakter yang
dilakukan pada program ekstrakurikuler
terlihat searah dan senyawa dengan yang
dikembangkan di program intrakurikuler.
kegiatan tersebut, Pentas PAI: Musabaqah
Tilawatil Qur’an: Hafalan surat pendek,
Pidato, Cerdas cermat, Lomba mengarang
tentang sejarah Islam, Membaca puisi, dan
sajak Qasidah. Pesantren Kilat (materi
pesantren kilat): Keimanan, Ibadah, Akhlak,
Praktek-praktek dan latihan-latihan Latihan
pengendalian diri dan kebersamaan. Ibadah
Ramadhan: Puasa Ramadhan, Sahur dan
Berbuka Puasa Bersama, Shalat Lail
(Tarawih), Tadarrus Al-Qur’an, I’tikaf,infak
dan Shadaqah, Zakat Fitrah, Pesantren Kilat
Ramadhan, Peringatan Nuzulul Qur’an,
Mendengarkan Ceramah Ramadhan, Shalat
Idul Fitrih, dan Halal Bil Halal.
Rohani Islam (ROHIS). Keimanan
dan ketakwaan kepada ALLAH SWT dan
pemahaman ajaranIslam. Kesadaran untuk
berorganisasi. Mengorganisasikan tugas
sehari-hari. Kemampuan keterampilan hidup
yang sadar Keterampilan berbahasa yang
santun. Kesadaran berestetika, Kesadaran
mentaati peraturan Keterampilan social,
Keterampilan Pengelolaan agresivitas,
Keterampilan mengelola stress,
Keterampilan merencanakan, Wajib Belajar
Membaca Menulis Al-Qur’an, Mengenal
huruf-huruf dalam Al-Qur’an, Mengenal
kata dalam Al-Qur’an Mengenal kata-kata
pilihan dalam Al-Qur’an, Mengenal ayat-
ayat dalam Al-Qur’an. Mengenal surat-surat
dalam Al-Qur’an, Mengenal hukum baca
dalam Al-Qur’an berkaitan dengan Tajwid.
Peringatan Hari Besar Islam (PHBI).
Tahun Baru Hijriyah Maulid Nabi
Muhammad SAW. Isra Mi’raj Nabi
Muhammad SAW. Nuzulul Qur’an. Hari
Raya Idul Fitrih. Hari Raya Idul Adha.
Praktek Ibadah. Praktek berwudhu,
Praktek Tayammum, Praktek Shalat Praktek
Memandikan Jenajah, dan Praktek Zakat
Strategi Pengelolaan Ekstrakurikuler
PAI di Sekolah langkah daur belajar
pengalaman, berstruktur, Melakukan,
Mengungkapkan, Menganalisis,
Menyimpulkan, Menerapkan.
Prinsip-prinsip Pengelolaan
Ekstrakurikuler Keagamaan, Prinsip
Relevansi. Prinsip Fleksibilitas, Prinsip
Kontinuitas, Prinsip Praktis, Prinsip
Efektivitas, Evaluasi
Pengembangan Ekstrakurikuler
Keagamaan melalui Shalat Berjamaah,
Pembiasaan, Simulasi Kelompok
Video/Gambar Pengamatan
Unjuk Kerja Kaligrafi Keterampilan Proses
Demonstrasi Individual, Hafalan
Surat Pendek Keterampilan. Proses
Pemberian Tugas Individual Video/
Al-Qur’an, Tes lisan. Wisata Rohani Islam,
Wudu/tayamum, praktek jenazah pakai
boneka. Karakter adalah akhlak mulia
bila dibreak down tentu sangat banyak
bentuknya. Tetapi untuk tujuan lebih efektif
dan lebih fungsional, desain pengembangan
karakter melalui ekstrakurikuler Keagamaan
fokus pada aspek karakter kejujuran,
kedisiplinan, kepedulian dan atau integritas.
Sebab aspek inilah yang mengalami kondisi
krusial di sekolah ini.terlihat pada Branding
scholl di breakdown dalam beberapa
kegiatan rutin dilaksanakan pada kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan diantaranya
ibadah bersama di setiap akhir bulan pada
hari Sabtu, semua siswa nasrani dibawah ke
gereja untuk beribadah dan dibimbing
langsung oleh pendeta , siswa-siswi Islam
Mujizatullah
44
dibawa ke masjid oleh guru agama dan
kerjasama dengan penyuluh agama dari
Kementerian Agama, MAN 1. Kegiatannya:
pengajian, penceramahnya guru agama,
waktu satu jam, tempat di masjid
Baiturrahman Milan. Kegiatan shalat
jamaah setiap dua kali dalam satu bulan di
masjid Baiturrahman., Bimbingan tilawah
oleh ibu Halimah ( Juara Sari Tilawat
Tator), pelaksanaannya dua kali seminggu
dengan waktu 2 jam.
Pelibatan pihak yang terkait dengan
pendidikan keagamaan diantaranya
penyuluh dari kementerian agama dan tokoh
masyarakat dan aktivis organisasi
keagamaan (Muhammadiyah NU),
BKPRMI (Badan Koordinasi Pendidikan
Remaja Masjid Indonesia), materi mengenai
pendidikan karakter keagamaan sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan oleh
siswa. Bimbingan BTQ dengan cara siswa
diklasifikasi dalam 3 kelompok terdiri dari
kelompok dapat membaca alquran, tidak
dapat membaca alquran, dapat membaca
alquran tapi belum lancar. Materi Materi
Baca tulis Quran, siswa dapat membaca,
memahami, dan melapalkanserta memahami
kandungan Al Quran pada surat-surat
pendek, Karakter siswa dihapakan
dapatmembaca/memahami materi
pembelajaran, kreatif dalam
mengembangkan materi pembelajaran,
pembelajaran dengan cara membacakan
danBimbingan mental Keagamaan
mengenai toleransi perbedaan Agama di
karenakan masih banyak anak-anak berbeda
Agama dengan orang tuanya, adanya
perbedaan Agama dalam satu rumah tangga.
Kelompok kajian Islam di sekolah dibawah
koordinasi OSIS bidang ketaqwaan,
materinya baca tulis alquran, tuntunan
ibadah praktis, materi interaksi social
(Pendidikan Multi Kultur) implementasinya
pada saat siswa Islam shalat dhuhur setiap
hari diantar oleh siswa non muslim ke
masjid, Islam rahmatan lilalamin ditengah
umat lainnya, pembudayaan pendidika
karakter anti bully).membuat silabi eskul
pendidikan karakter keagamaan khusus
untuk .S.Ag. yang menyusun silabi eskul
keagamaan PAI.
Sistem Pembelajaran
Kegiatan Ekstrakurikuler
Keagamaan di SMPN 1 Makale
mengembangkan potensi dan kreativitas
peserta didik sesuai potensi, bakat dan minat
peserta didik, mengembangkan rasa
tanggung jawab social peserta didik,
mengembangkan suasana rileks dan
menyenangkan yang menunjang proses
perkembangan kegiatan Keagamaan,
mengembangkan karier peserta didik pada
kegiatan Keagamaan.
Pendekatan yang di gunakan dalam
kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan
berdasarkan pedoman penyelenggaraan
kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama
Islam di Sekolah dengan pendekatan
pamong dan kekeluargaan dan social
kemasyarakatan, keterampilanproses,
pengalaman, pembiasaan, emosioanal,
rasional.
Metode yang di gunakan pada proses
kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan:
metode simulasi, sosiodrama, demonstrasi,
latihan, karyawisata, pemberian tugas,Tanya
jawab, diskusi, ceramah, ceritera.
Bentuk kegiatan individual, kegiatan
ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik
secara perorangan, kelompok, kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan yang di ikuit
oleh kelompok-kelompok peserta didik.
klasikal kegiatan ekstrakurikuler keagamaan
yang di ikuit peserta didik dalam satu kelas.
Gabungan yakni kegiatan ekstrakurikuler
Yang diikuti peserta didik antar kelas antar
sekolah. Lapangan kegiatan yang diikuti
seorang atau sejumlah peserta didikmelalui
kegiatan di luar kelas atau kegiatan
lapangan.
Program ektrakurikuler Keagamaan
di SMP 1 Makale meskipun dipecah
menjadi berbagai aktifitas-aktifitas tetapi
mesti bermuara pada konsep pengembangan
karakter yang jelas. Konsep pengembangan
Educandum: Volume 3 Nomor 1 Tahun 2017
45
karakter melalui ekstrakurikuler dualisme
tipologi keagamaan yakni Religiusitas dan
spiritualisme. Sebagai contoh Berpuasa
adalah salah satu sampel aktifitas
keagamaan yang masuk dalam kategori
aspek religius sedangkan aspek spiritualitas
yang dikandung atau disasar oleh berpuasa
adalah Kejujuran, kedisiplinan dan
Kepedulian.Ketiga hal itu merupakan pilar
utama pengembangan karakter. Untuk
mencapai hasil yang lebih maksimal
pengembangan karakter melalui
ekstrakurikuler harus menyasar terwujudnya
atau terinternalisasinya sebuah tipologi
spiritualisme dalam setiap aktifitas
keagamaan yang dilakukan pada program
ekstrakurikuler.
Dalam tataran praktis, Program
Ekstrakurikuler telah di implementasikan:
Karya Ilmiah: Penulisan karya Populer atau
ilmiah yang melibatkan guru dan siswa
tentang K3I dengan membreak down ke
dalam pelbagai subtema. Pidato: Pidato
atau ceramah tentang K3I menjadi aktifitas
yang mampu menciptakan atau memproduk
siswa atau pendidik yang berkarakter. Dan
ceramah atau pidato yang dikembangkan
adalah ceramah yang kontekstual seperti
yang sudah dikemukakan dalam proses
PBM yang lalu. Kontekstual disini bisa
diterjemahkan misalnya dengan selalu
menyebut atau merefer ke penelitian
mengenai kemajuan atau kemunduran
sebuah bangsa karena faktor K3I tadi itu.
setiap pidato dari siswa maupun guru
menghadirkan kisah-kisah menarik dan
inspiratif tentang Rasul, Nabi, Wali, tokoh
dunia yang memiliki pengalaman integritas
yang luar biasa.Bedah Buku: aktifitas ini
sangat menjadi pemicu terbentuknya
karakter bagi siswa. buku-buku yang dipilih
untuk dibedah berorientasi karakter. isinya
adalah tentang konsepstual karakter dan
kisah tokoh yang berkarakter.
Seminar tentang Karakter: seminar
ini bertujuan untuk memaparkan secara
komprehensif dan bertahap tentang berbagai
macam isu dan problematika karakter.
Karena itu seminar K3I ini
berkesinambungan. Dengan menghadirkan
tokoh-tokoh yang memiliki pandangan
populer dan komitmen tentang karakter.
Harapannya siswa dapat meneladani tokoh-
tokoh nyata dalam kehidupannya.
Bakti Sosial: ini aktifitas keagamaan
yang sangat penting. Karena ini sangat
terkait dengan salah satu karakter penting
dalam islam yakni kepedulian. Bakti sosial
ini dibekali dengan konsep bahwa dalam
Islam Hak Umum adalah hak Allah.
Mengutamakan hak umum (kepentingan
umum) adalah sama saja mengutamakan hak
Allah. Dan konsep (ide) ini di harapkan
menjadi sesuatu yang hidup dalam diri siswa
atau guru.
Pesantren Kilat: aktifitas ini juga
sangat penting untuk menjadi faktor
terbentuknya karakter siswa apa bila ia
dikelola dengan baik dengan mengacu pada
panduan yang benar. Aktifitas ini harus
dimanfaatkan untuk menumbuh
kembangkan K3I dalam diri siswa.
Model Pembelajaran Ekstrakurikuler
Pendidikan Karakter Keagamaan melalui
Pelatihan Kepribadian ,Pelatihan
pengelolaan Program Literasi Sekolah,
Workshop integrasi PPK dalam
pembelajaran.Integrasi Ekskul Pendidikan
Karakter Keagamaan melalui Pembinaan
Imtaq,Kepramukaan, Palang Meerah
Remaja,English Club, Jurnalistik,
Seni,Olahraga dll. Pelibatan Orang tua
melalui Workshop Parenting, Pembentukan
”Kombongan Kelas” (Komunitas Orang Tua
setiap Kelas), Pertemuan Bulanan, Pelibatan
Komunitas
Kegiatan Komunitas
Sosialisasi sekolah
ramah anak
LPAP
Sosialisasi Program
SimPel (Simpanan
Bank Sulsel
Mujizatullah
46
Pelajar)
Sosialisasi Bahaya
Narkotika
BNN
Kunjungan Redaksi Fajar / Tribun
Timur
Ekspedisi Ilmiah Museum dan Objek
Bersejarah
Sosialisasi Undang-
undang lalulintas
Satlantas
Pelatihan PKS Satlantas
Kesehatan diri dan
Lingkungan
Puskesmas
Bakti Sosial: ini aktifitas keagamaan
yang sangat penting. Karena ini sangat
terkait dengan salah satu karakter penting
dalam islam yakni kepedulian. Bakti sosial
ini harus dibekali dengan konsep bahwa
dalam Islam Hak Umum adalah hak Allah.
Mengutamakan hak umum (kepentingan
umum) adalah sama saja mengutamakan hak
Allah. Dan konsep (ide) ini harus menjadi
sesuatu yang hidup dalam diri siswa atau
guru.
Pesantren Kilat: aktifitas ini juga
sangat penting untuk menjadi faktor
terbentuknya karakter siswa apa bila ia
dikelola dengan baik dengan mengacu pada
panduan yang benar. Aktifitas ini harus
dimanfaatkan untuk menumbuh
kembangkan K3I dalam diri siswa.
Faktor pendukung dan penghambat
Faktor pendukung, Implementasi
pendidikan Multikultur telah terlaksana
dengan baik hal ini dapat di lihat pada
tingginya sikap toleransi antara pendidik
dan peserta didik dalam menjalankan ajaran
agama masing-masing sehingga pelaksanaan
Ekstrakurikuler Keagamaan dapat di
implementasikan sesuai dengan target yang
akan di capai. salah satu contoh. walaupun
peserta didik agama Kristen lebih dominan
akan tetapi pelaksanaan Ekstrakurikuler
Keagamaan untuk yang beragama Islam
tetap terlaksana .
Faktor penghambat Problem
Keterbatasan Guru Agama, tidak seimbang
Guru Agama dengan Jumlah siswa, Jumlah
siswa 1030 ( 85 % siswa Kristen dan 15 %
Islam dan Hindu 1 orang). Jumlah guru
agama Islam 1 orang, Hindu 1 orang, Guru
Kristen 4 orang dan Katolik 1 orang.
PENUTUP
Pengembangan model pembudayaan
karakter melalui Ekstrakurikuler keagamaan
di SMP Negeri 1 Makale adalah SMART
SCHOOL (Spiritual, Intellectual, Emotional,
Social), Rohis ,Nilai Utama PPK Sekolah,
Religius, Cinta Damai, Toleransi,
menghargai perbedaan Agama, Kerjasama
Lintas Agama, Pembelajaran kstrakurikuler
Pendidikan Karakter Keagamaan, Pelatihan
Kepribadian, Pelatihan pengelolaan Program
Literasi Sekolah, Workshop integrasi PPK
dalam pembelajaran, Integrasi Ekskul
Pendidikan Karakter Keagamaan,
Pembinaan Imtaq, Kepramukaan, Pesantren
Kilat.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih peneliti haturkan
kepada Kepala Balai Penelitian dan
Pengembangan Agama Makassar yang telah
memberikan tugas penelitian dan semua
pihak yang telah memberikan andil dalam
upaya penyelesaian tulisan ini sehingga
dapat dimuat dalam jurnal Edu Candum.
Selanjutnya penulis sampaikan ucapan
terima kasih yang tak terhingga kepada
peneliti utama Kadir Ahmad yang telah
memberikan arahan dan bimbingan sehingga
tulisan ini dapat selesai. Ucapan terima
kasih peneliti sampaikan kepada Tim Editor
beserta jajarannya yang bekerja keras
sehingga tulisan dapat dipublikasikan.
Educandum: Volume 3 Nomor 1 Tahun 2017
47
DAFTAR PUSTAKA
Borba, Michele, 2008, Membangun
Kecerdasan Moral: Tujuh
Kebajikan Utama Agar Anak
Bermoral Tinggi, Terj. oleh Lina
Jusuf, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Crain, William, 2007, Teori Perkembangan
Konsep dan Aplikasi
(terjemah:Yudis
Santoso).Yogjakarta. Pustaka
Pelajar.
Djatnika, Rahmat, 1996, Sistem Etika Islami
(Akhlak Mulia), Jakarta: Pustaka
Panjimas.
Endah Poerwati, Loeloek & Amri, Sofan,
2013, Panduan Memahami
Kurikulum 2013 Sebuah Inovasi
Struktur Kurikulum Penunjang
Pendidikan Masa Depan, Jakarta,
Prestasi Pustaka.
Ismail, Faisal, 1988, Paradigma
Kebudayaan Islam, Yogyakarta:
Titihan Ilahi Press.
Ya’Qub, Hamzah, 2009, Etika Islam:
Pembinaan Akhlaqulkarimah
(Suatu Pengantar). Bandung: CV
Diponegoro. Cet. IV.
Koesoema, Doni, A.2007, Pendidikan
Karakter: Strategi Mendidik Anak
di Zaman Global. Jakarta:
Grasindo. Cet. I.
Marzuki,2009, Prinsip Dasar Akhlak Mulia:
Pengantar Studi Konsep-konsep
Dasar Etika dalam Islam.
Yogyakarta: Debut Wahana Press-
FISE UNY.Nasution, 2008, Asas-
Asas Kurikulum, Jakarta, Bumi
Aksara.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional. 2008. Kamus Bahasa
Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa.
Cet. I.
Riyanto, Yatim, 2010, Paradigma Baru
Pembelaj sebagai refleksi bagi
Pendidik dalam Inplementasi
Pembelajaran yang Efektif dan
Berkualitas, Jakarta, Kencana
Prenada Media Group.
Rusyan.A, Tabrani,dkk, 1994, Pendekatan
dalam Proses Belajar Mengaja,
Bandung. Rosdakarya.
Suprijono, Agus, 2012, Cooperative
Learning; Teori & Aplikasi
Paikem. Yogjakarta. Pustaka
Pelajar.
Sa’id, Muka, 1986, Etika Masyarakat
Indonesia. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Sanjaya, Wina, 2010, Kurikulum dan
Pembelajaran: Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP),
Jakarta, Kencana Prenada Media
Group.
Syaiful Sagala, Syaifil, 2003, Konsep dan
Makna Pembelajaran, Bandung,
Alfabeta.
Trianto, 2009, Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progres,
Jakarta, Kencana Prenada Media
Group.
Trianto, 2011, Model Pembelajaran
Terpadu, Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), Jakarta,PT. Bumi Aksara.
Yamin, Moh, 2009. Manajemen Mutu
Kurikulum Pendidikan. Jogjakarta.
Diva Press
Zuchdi, Dimyati dkk, 2009, Pendidikan
Karakter: Grand Design dan
Nilai-nilai Targe, Yogyakarta:
UNY Press. Cet. I.
Zuchdi, Dimyati, 2010, Humanisasi
Pendidikan: Menemukan Kembali
Pendidikan yang Manusiawi.
Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. III.
-----------.2011, Integrasi Pendidikan
Karakter Dalam Pembelajaran di
Mujizatullah
48
Sekolah Menengah Pertama,
Makalah Seminar “Internalisasi
Pendidikan Karakter Melalui
Proses Pembelajaran dalam
Rangka Mewujudkan Generasi
yang Bernurani, Cendekia, dan
Mandiri,” yang diselenggarakan di
SMP Negeri 5 W
Trianto, 2011, Model Pembelajaran
Terpadu, Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), Jakarta, PT. Bumi
Aksara.http://www.slideshare.net/c
oryditapratiwi/toraja-presentasi