Executive Summary
i
EXECUTIVE SUMMARY
PENGEMBANGAN IRIGASI BERTEKANAN
TAHUN ANGGARAN 2013
DESEMBER, 2013
No: DSM/IP.16 03/01/La-IRIGASI/2013
SATKER BALAI IRIGASI
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air i
KATA PENGANTAR
Balai Irigasi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum, telah
melaksanakan kegiatan penelitian Pengembangan Irigasi Bertekanan yang
dibiayai oleh APBN tahun 2013.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan teknologi perencanaan irigasi
perpipaan melalui penerapan dan pengembangan jaringan irigasi dengan sistem
perpipaan. Output yang telah dihasilkan dari kegiatan pada tahun 2013 adalah
model fisik berupa jaringan irigasi perpipaan pada lahan bertopografi miring dan
lahan datar, serta naskah ilmiah berupa jaringan irigasi mikro. Kegiatan ini
merupakan bagian dari kegiatan terintegrasi Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sumber Daya Air dalam mendukung terwujudnya tujuan yang terkait dengan
ketahanan pangan dan air.
Laporan executive summary ini disusun oleh Dadan Rahmandani, ST sebagai
ketua Tim dan dibantu oleh anggota tim lainnya dengan arahan dan bimbingan
Drs. Irfan Sudono., MT selaku kepala Balai Irigasi.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
terlaksananya kegiatan ini dan semoga laporan ini bermanfaat.
Bandung, Desember 2013 Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air
Ir. Bambang Hargono, Dipl. HE, M. Eng
NIP. 195404251980121002
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
1. Latar Belakang ............................................................................................................1
2. Tujuan .........................................................................................................................2
3. Sasaran Keluaran (Output) .........................................................................................2
4. Lingkup Kegiatan ........................................................................................................2
5. Metode ........................................................................................................................2
5.1. Kajian Model Fisik ..............................................................................................2
5.2. Naskah Ilmiah Jaringan Irigasi Mikro..................................................................3
6. Hasil Kegiatan dan Pembahasan ................................................................................3
6.1. Model Fisik Jaringan Irigasi Perpipaan pada Lahan Datar .................................3
6.2. Model Fisik Jaringan Irigasi Perpipaan pada Lahan Bertopografi Miring ............5
6.3. Naskah Ilmiah Jaringan Irigasi Mikro..................................................................8
7. Kesimpulan dan Saran ................................................................................................9
7.1 Kesimpulan ........................................................................................................9
7.2 Saran ...............................................................................................................11
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 1
1. Latar Belakang
Penerapan irigasi bertekanan di masa mendatang merupakan salah satu
alternatif untuk mengatasi upaya peningkatan efisiensi pemakaian air irigasi.
Dalam penerapannya di lapangan, efisiensi irigasi bertekanan yang tinggi hanya
dapat dicapai apabila jaringan irigasi dirancang dengan benar dan dioperasikan
secara tepat. Namun demikian, karena masih kurangnya pengetahuan
masyarakat akan teknologi jaringan irigasi bertekanan, sarana dan prasarana
jaringan bertekanan yang belum terstandardisasi dan belum adanya pedoman
teknis/petunjuk pelaksanaan jaringan irigasi bertekanan, menyebabkan penerapan
di lapangan masih banyak mengalami kendala. Dengan demikian pengetahuan,
pengalaman terhadap penentuan desain, pelaksanaan permintaan pasar mutlak
dibutuhkan.
Pusat Litbang Sumber Daya Air melalui Balai Irigasi perlu melakukan
berbagai penelitian dan pengembangan teknologi irigasi bertekanan yang tepat
untuk diterapkan guna mengatasi efisiensi air irigasi. Sejak tahun 2006, Balai
Irigasi Puslitbang SDA telah membuat prototipe irigasi alur dan sprinkler di NTB
dan Gorontalo. Pada tahun 2007 dan 2008, dilakukan penelitian hasil prototipe
tersebut dan menghasilkan naskah ilmiah serta model sistem. Tahun 2009, Balai
Irigasi juga telah melakukan penelitian irigasi tetes, serta membuat draft pedoman
perencanaan dan O&P irigasi sprinkler. Pada tahun berikutnya, di tahun 2010,
Balai Irigasi menyusun rancangan pedoman teknis Perencanaan dan O&P gun
sprinkler serta draft rancangan pedoman teknis perencanaan dan O&P irigasi
tetes dan sprinkler tipe rotator. Selanjutnya pada tahun 2011 dan 2012, Balai
Irigasi melakukan penerapan irigasi mikro skala onfarm yang merupakan kegiatan
lanjutan skala demplot lapangan, serta melakukan penerapan skala lapangan
untuk irigasi perpipaan multi fungsi pada lahan miring yang terdiri dari irigasi pipa
untuk lahan sawah, irigasi mikro dan irigasi pancar portabel.
Pada tahun 2013, Balai Irigasi, Pusat Litbang Sumber Daya Air bermaksud
melakukan penelitian irigasi bertekanan dengan menerapkan teknologi jaringan
irigasi perpipaan pada lahan datar, dan pengembangan jaringan irigasi perpipaan
pada lahan miring serta melakukan kajian terhadap tata letak unit utama pada
jaringan irigasi mikro. Kegiatan ini akan menghasilkan output berupa model fisik
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 2
jaringan irigasi perpipaan pada lahan datar, dan model fisik jaringan irigasi
perpipaan pada lahan miring, serta naskah ilmiah jaringan irigasi mikro.
Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan terintegrasi Pusat Litbang Sumber
Daya Air dalam mendukung terwujudnya tujuan yang terkait dengan Ketahanan
Pangan dan Air.
2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan teknologi perencanaan
irigasi perpipaan melalui penerapan dan pengembangan irigasi dengan sistem
perpipaan.
3. Sasaran Keluaran (Output)
Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan, yang telah dimulai sejak tahun 2006 dan
direncanakan selesai sampai dengan tahun 2014, dengan sasaran keluaran tahun 2013
meliputi :
Model Fisik Jaringan Irigasi Perpipaan pada Lahan Datar.
Model Fisik Jaringan Irigasi Perpipaan pada Lahan Bertopografi Miring.
Naskah Ilmiah Jaringan Irigasi Mikro.
4. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan :
a) Kajian model fisik jaringan irigasi perpipaan pada lahan datar.
b) Kajian model fisik jaringan irigasi perpipaan pada lahan bertopografi miring
(lanjutan kegiatan tahun 2012).
c) Kajian tata letak unit utama dan sumber energi alternatif pompa pada jaringan
irigasi mikro.
5. Metode
5.1. Kajian Model Fisik
Kegiatan penelitian dilakukan melalui penerapan model fisik dalam skala penuh
yang langsung diterapkan pada lahan petani. Kajian Model fisik meliputi 2 tipe jaringan
yaitu jaringan irigasi pipa pada lahan datar, dan jaringan irigasi pipa pada lahan berlereng
(miring). Penerapan model fisik jaringan irigasi pipa pada lahan datar, diterapkan pada
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 3
lahan sawah yang terletak di Desa Panulisan, Kecamatan Dayeuh Luhur Kabupaten
Cilacap Jawa Tengah, dengan luasan 30 Hektar, sedangkan untuk model fisik jaringan
irigasi pipa pada lahan berlereng diterapkan di Desa Cikurubuk Kecamatan Buah Dua
Sumedang. Penerapan jaringan perpipaan untuk lahan berlerang ini merupakan
pengembangan penelitian TA. 2012.
5.2. Naskah Ilmiah Jaringan Irigasi Mikro
Dalam rangka penyusunan naskah ilmiah, dilakukan kajian tata letak unit utama
jaringan irigasi mikro dan kajian pendukung sumber energi alternatif pompa untuk sistim
irigasi mikro.
a) Kajian Tata Letak Unit Utama Jaringan Irigasi Mikro
Metoda yang dilakukan dalam bentuk metoda eksperimental, kemudian prototip
disempurnakan dan diujicoba untuk kemudian dievaluasi kinerjanya.
b) Kajian Sumber Energi Alternatif Pompa untuk Irigasi mikro
Pengkajian sumber energi alternatif pompa ini merupakan kajian awal untuk mencari
pengganti sumber energi pompa yang selama ini menggunakan bahan bakar
minyak atau tenaga listrik PLN. Dari kajian ini kemudian akan dilakukan analisa
kelayakan pompa yang menggunakan sumber energi alternatif tersebut dengan
metode Present Value (PV).
6. Hasil Kegiatan dan Pembahasan
6.1. Model Fisik Jaringan Irigasi Perpipaan pada Lahan Datar
a) Bangunan Pengumpul
Bangunan pengumpul merupakan unit bagian awal pada sistem jaringan irigasi
pipa, fungsi bangunan ini sangat berperan penting untuk mengendalikan adanya
peningkatan debit secara tiba-tiba, dan tempat pengendapan pasir atau lumpur yang
terbawa dari sumber air sebelum air masuk ke dalam pipa. Oleh karena itu bentuk dan
ukuran bangunan pengumpul harus memperhitungkan debit sumber mata air, debit
pengambilan, kualitas air dan sistem operasi jaringan.
Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan aliran pada bangunan pengumpul di
lapangan, didapat bahwa kecepatan aliran terendah terjadi pada debit 4 l/s sebesar 0,028
m/s (V4) dan kecepatan tertitingi pada debit 41 l/s sebesar 0,208 m/s (V2). Hasil tersebut
memberikan gambaran bahwa kecepatan aliran tertingi tidak melampaui kecepatan yang
disyaratkan yaitu < 0,3 m/s, namun demikian agar dapat mengendapkan sedimen layang
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 4
(diameter butiran < 0,088 mm) kecepatan aliran dapat diturunkan lagi dengan melebarkan
bangunan atau meninggikan lobang pemasukan (manhole).
b) Saluran Pipa
Permasalahan yang paling utama pengaliran air dalam pipa untuk irigasi dengan
kondisi air yang kurang baik (banyak mengandung partikel endapan) adalah rentan terjadi
sedimentasi. Salah satu penyebab terjadinya sedimentasi adalah kecepatan aliran
rendah, kecepatan aliran rendah dapat menyebabkan pengendapan partikel-partikel
padat yang terkandung dalam air dan dapat menyumbat aliran air atau mengecilkan
diameter pipa. Untuk itu kecepatan aliran dalam pipa untuk irigasi harus dibatasi dengan
kecepatan minimum ijin dalam pengalirannya.
Berdasarkan hasil uji kecepatan, jaringan pipa yang telah diterapkan dilapangan
pada kondisi aliran minimum didapat kecepatan aliran terrendah pada pipa tersier A2, A2,
A3, A6, A7, A8, B1, B3 dan B4 sebesar 0,32 m/s, sedangkan kecepatan aliran tertinggi
pada pipa utama A1sebesar 1,71 m/s. Pada tabel 6 terlihat bahwa keceptan aliran yang
terjadi pada jaringan yang telah diterapkan memenuhi persyaratan minimum kecepatan
aliran untuk jaringan irigasi, yaitu sekitar 0,3 m/s.
c) Debit Operasi Outlet
Debit yang keluar dari outlet pengambilan harus sesuai dengan kebutuhan air
irigasi yang diperlukan. Debit air pada setiap outlet pengambilan harus diperhatikan,
terutama pada saat debit puncak (pengolahan lahan). Kebutuhan air yang harus dipenuhi
akan menentukan ukuran dan tipe sistem distribusi. Apabila debit terlalu kecil kebutuhan
air tidak akan pernah terpenuhi, namun apabila debit terlau besar, dimensi pipa menjadi
besar dan jaringan cenderung mahal.
Dari hasil uji debit pada outlet petak sawah (tabel 5) dapat diketahui bahwa debit
outlet dengan diameter 3”, debit terkecil terjadi pada outlet - 18 sebesar 5,47 l/s
sedangkan debit terbesar terjadi pada outlet - 6 sebesar 6,71 l/s. Sementara itu, outlet
petak sawah dengan outlet 2”, debit terkecil terjadi pada Outlet - 23 kiri, sebesar 2,94 l/s
sedangkan debit terbesar terjadi pada outlet - 24 kanan, sebesar 3,23 l/s. Hasil uji
menunjukan bahwa debit outlet petak sawah tersebut telah memenuhi kebutuhan tiap
outlet petak sawah baik outlet diameter 2” maupun outlet 3”, dimana kebutuhan rencana
outlet 2” sebesar 2,31 l/s dan outlet 3” sebesar 4,65 l/s. Dari hasil uji debit tersebut juga,
outlet dan saluran pipa masih dapat diperkecil untuk menekan biaya pembuatan jaringan
pipa. Namun demikian perlu diperhatikan apabila pemakaian outlet dan pipa terlalu kecil
kebutuhan air di outlet petak sawah rentan tidak terpenuhi.
d) Efisiensi Penyaluran
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 5
Irigasi pipa dikenal sebagai teknologi yang mempunyai efisiensi yang sangat tinggi
dalam hal menyalurkan air irigasi, yaitu dengan menekan kehilangan air karena perkolasi
dan evaporasi. Namun demikian, ketidak tepatan pemasangan pemasangan
(pemasangan yang tidak sesuai dengan standar pemasangan) jaringan dilapangan dapat
memicu bocoran-bocoran kecil, terutama pada sambungan-sambungan pipa. Untuk itu,
jaringan yang sudah dipasang perlu dilakukan uji kehandalan dalam menyalurkan air
irigasi, dengan cara membandingkan debit yang masuk dan debit yang keluar.
Berdasarkan hasil uji efisiensi penyaluran, jaringan irigasi pipa yang telah dipasang
dilapangan mempunyai efisiensi penyaluran sebesar 99, 79 %, dengan debit yang masuk
jaringan pipa sebesar 34,58 l/s dan debit yang keluar outlet pengambilan sebesar 34,51
l/s. Nilai efisiensi penyaluran ini tergolong baik, mengingat selisih debit yang masuk dan
keluar sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang saluran pipa (panjang pipa dari
bangunan pengumpul ke outlet-outlet pengambilan).
6.2. Model Fisik Jaringan Irigasi Perpipaan pada Lahan Bertopografi Miring
a) Kecepan Aliran
Penentuan dimensi pipa diperoleh berdasarkan hasil perhitungan yang dikomparasi
dengan simulasi software Epanet 2, Berdasarkan hasil simulasi tersebut jenis dan
dimensi pipa yang dipilih cukup aman terhadap kapasitas penyaluran. Berdasarkan hasil
perhitungan dan simulasi, aliran dalam pipa dapat mengalir secara gravitasi dari
bangunan pengambilan sampai ke masing-masing lahan. Total kehilangan tekanan
menunjukan relatif tidak jauh berbeda dengan perhitungan manual. Dari hasil perhitungan
dan pemodelan kondisi aliran rata-rata merupakan aliran turbulen dengan kecepatan di
dalam jaringan pipa telah memenuhi persyaratan kecepatan yang diizinkan, yaitu tidak
kurang dari 0,5 m/s dan tidak lebih dari 3 m/s. Artinya jaringan irigasi perpipaan tersebut
aman terhadap sedimentasi dan terhindar dari potensi kerusakan jaringan akibat pukulan
air yang disebabkan oleh kecepatan aliran yang sangat tinggi. Dilihat dari tekanan,
dipastikan air dapat mengalirkan secara gravitasi dari mulai bangunan pengambilan
sampai ke lahan.
b) Operasi dan Pemeliharaan Jaringan
- Operasi Pemberian Air Irigasi
Dalam hal implementasi pemenuhan kebutuhan air irigasi di lahan pada
sistem irigasi dapat dilakukan dengan sistem pemberian air secara terus menerus
(continous flow) atau sistem pemberian air secara terputus (intermitten flow).
Namun akan lebih tepat apabila tepat apabila diterapkan dengan sistem
irigasi terputus. Sistem pengaturan dan pengukuran debit dapat dikendalikan
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 6
dengan penggunaan katup (valve) yang telah terpasang di masing-masing lahan.
Sistem pengaturan dapat dilakukan secara manual, dengan cara membuka tutup
kran sesuai dengan interval dan waktu pemberian air irigasi yang telah
diperhitungkan.
- Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Pemeliharaan dalam jaringan irigasi pipa prinsipnya meliputi dua aspek
antaralain : (i) pemeliharaan untuk pencegahan; (ii) pemeliharaan setelah
terjadinya kerusakan jaringan. Kedua aspek tersebut tentunya perlu
memperhatikan: (i) konservasi, dengan cara melindungi sistem dan jaringan
perpipaan agar dapat berfungsi dengan baik, pada suatu kondisi kerja tertentu dan
dalam periode waktu yang cukup panjang sesuai umur layanan teknis yang
diharapkan, dan (ii) pemeliharaan lanjutan, yaitu berupa pekerjaan perbaikan dari
sistem dan jaringan perpipaan bersifat pemeliharaan praktis untuk masa yang
akan datang.
Beberapa upaya yang perlu dilakukan dalam rangka pemeliharaan jaringan
irigasi peprpipaan antara lain pengendalian sedimen dan sampah pada sistem
jaringan perpipaan, dengan melakukan pencegahan masuknya sedimen dan
sampah ke dalam jaringan, serta melakukan pengerukan sedimen dan sampah
secara berkala yang tertampung dalam bangunan pengendap sedimen serta
penghalang (trashrack) di bagian hulu jaringan.
c) Efisiensi Penyaluran
Jaringan irigasi perpipaan, merupakan jaringan irigasi yang mampu menekan
permasalahan kehilangan air di sepanjang saluran. Dalam hal penggunaan
jaringan irigasi perpipaan efisiensi irigasi di saluran sebetulnya dapat mencapai
100%, apabila kondisi jaringan pipa dan komponennya dijaga dan terpelihara
dengan baik dan tidak bocor, sehingga tidak akan menyebabkan terjadinya
kehilangan air di sepanjang saluran, atau apabila terjadi harus relatif kecil.
Efisiensi penyaluran irigasi yang terukur dilapangan menunjukan angka yang
sangat kecil bila di bandingkan dengan irigasi permukaan untuk irigasi non teknis
atau irigasi desa yang tidak lebih dari 40% (KP Irigasi, 1986). Pada tabel 5 didapat
efisiensi penyaluran irigasi pipa yang telah diterapkan dilapangan sebesar 98,94
%, apabila dibandingkan dengan nilai efisiensi tersebut irigasi pipa cukup
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 7
memberikan peningkatan efisiensi yang signifikan yaitu sebesar ((98,94 - 40)/4)%
adalah sebesar 147, 35%.
d) Biaya Investasi
Biaya investasi jaringan irigasi perpipaan meliputi biaya bahan dan tenaga
kerja dengan, yang diasumsikan dikerjakan secara swakelola oleh petani. Biaya
investasi diperhitungkan berdasarkan luasan lahan irigasi. Biaya investasi jaringan
diperhitungkan berdasarkan total luasan lahan irigasi 35.05 hektar, yang
ditetapkan dalam satuan rupiah/hektar. Komponen biaya investasi terdiri dari
bahan jaringan pipa, komponen jaringan seperti valve, pressure gauge, meter air,
lem, dll, serta komponen tenaga kerja.
Harga satuan bahan dan tenaga diperhitungkan yang dipakai merupakan
harga pasaran di lapangan. Serta diperhitungkan dengan asumsi swakelola, dan
melibatkan tenaga petani setempat. Berdasarkan analisa perhitungan biaya
diperoleh biaya investasi jaringan irigasi pipa adalah sebesar Rp.15.153.556,42 /
Hektar
e) Usaha Tani
Pada prinsipnya analisa usaha tani menganalisis biaya produksi, dan
pendapatan, dan keuntungan dari hasil budidaya pertanian. Biaya produksi
merupakan biaya yang dikeluarkan dari mulainya proses budidaya sampai proses
panen, antaralain terdiri dari biaya pembelian benih, biaya pupuk, biaya tenaga
kerja, biaya tenaga, biaya insektisida (pengendalian hama). Dari analisis
usahatani masing-masing tanaman yang dibudidayakan, dapat diperoleh harga
manfaat irigasi yang merupakan pendapatan bersih (nett benefit) dari analisa
usaha tani tersebut. Analisa pendapatan usaha tani merupakan selisih antara total
penerimaan dengan total biaya produksi yang dikeluarkan. Total penerimaan
merupakan hasil perkalian dari total produksi yang dihasilkan dengan tingkat
harga yang berlaku, sedangkan total biaya adalah semua biaya yang dikeluarkan
dalam melakukan proses produksi. Besar kecilnya nilai penerimaan sangat
ditentukan oleh jumlah hasil (output) yang diperoleh dari kegiatan produksi dan
harga output per satuan
Analisis usahatani ini didasarkan dari data dan informasi dilapangan. Jenis
padi yang digunakan adalah tanaman padi jenis varietas biasa, yang
membutuhkan waktu budidaya yang lebih lama yaitu sekitar 4 bulan, dari mulai
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 8
tanam sampai dengan panen. Rata-rata produktivitas padi gabah kering giling
(GKG) di lokasi studi yaitu sekitar 5600 kg/Ha, dengan harga padi di tingkat petani
adalah Rp. 4000,-/kg. Pendapatan kotor yang diperoleh petani dari jumlah hasil
panen dikalikan harga per kg adalah Rp. 22.400.000,-. Jumlah biaya produksi
yang dibutuhkan per hektar per musim tanamnya adalah Rp. 7.305.915, termasuk
sudah diperhitungkan biaya irigasi. Dari hasil analisis usahatani seperti pada
Tabel 12, dengan produktivitas padi 4.000 kg/ha, rata-rata petani mendapat
keuntungan sebesar Rp. 15.090.000,- per musim tanam. Atau rata-rata
pendapatan petani per bulan sekitar Rp. 3.772.500,-. Sehingga dilihat dari Benefit
Cosi Ratio (B/C Ratio), jumlah pendapatan dibandingkan dengan jumlah uang
yang dikeluarkan, budidaya tanaman padi menggunakan sistim irigasi pipa sangat
layak dan menguntungkan, hal ini dapat dilihat dari nilai B/C Ratio sebesar 2.06>1.
6.3. Naskah Ilmiah Jaringan Irigasi Mikro
a) Komponen Pelengkap (saringan)
Fungsi saringan atau filtrasi pada sistem jaringan irigasi tetes sangat penting,
terutama untuk sumber air dengan kualitas air kurang baik, yakni menyaring kotoran yang
masuk ke dalam jaringan supaya tidak terbawa sampai penetes. Apabila kotoran sudah
terangkut sampai penetes, masalah yang akan timbul biasanya banyak penetes yang
tersumbat, sehingga kebutuhan debit dan keseragaman penyebaran debit tidak tercapai.
Situasi seperti ini menyebabkan kinerja jaringan irigasi tetes tidak efektif dan efisien.
Berdasarkan pengujian kehilangan tekanan pada saringan jenis disc filters 1” dan
1,5” didapat hubungan antara debit pengaliran (l/s) terhadap kehilangan tekanan yang
terjadi (kg/cm2), semakin besar debit aliran maka akan semakin tinggi kehilangan tekanan
yang terjadi. Pada gambar 24 terlihat bahwa debit 1 liter/detik mengakibatkan kehilangan
tekanan sebesar 0,17 kg/cm2 untuk saringan 1”, dan 0,08 kg/cm2 untuk saringan 1,5”, hal
ini menggambarkan bahwa ukuran saringan juga sangat mempengaruhi terhadap
kehilangan tekanan yang terjadi. Semakin kecil diameter saringan, maka kehilangan
tekanan yang terjadi untuk debit aliran yang sama akan semakin tinggi. Dari gambar 24
terlihat pula bahwa apabila kehilangan tekanan yang dijinkan pada jaringan sekitar 0,1
kg/cm2 maka kapasitas pengaliran sebesar 1,4 l/s untuk saringan 1,5”, dan 0,8 l/s untuk
saringan 1”.
b) Sumber Energi Alternatif Pompa
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 9
Pengkajian sumber energi alternatif pompa bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar tingkat kelayakan dari penerapan sumber energi alternatif pompa untuk
menggantikan energi BBM yang semakin lama akan semakin mahal.
Penerapan panel surya sebagai sumber energi untuk pompa terutama untuk irigasi
dirasa masih sangat kurang, dan banyak sumur pompa JIAT yang tidak dipakai oleh
petani dikarenakan masalah biaya operasi yang tinggi.
Hasil pengujian aliran menunjukan bahwa pompa tidak bekerja hanya sekali, yaitu
pada tanggal 19 September, dengan tingkat intensitas penyinaran sebesar 8 %. Untuk
tingkat intensitas penyinaran diatas 10 %, pompa dapat bekerja tentunya dengan semaikn
kecil nilai intensitas penyinaran, semakin kecil pula debit yang dihasilkan.
Hasil analisa kelayakan tersebut menunjukan bahwa penerapan panel surya
sebagai sumber energi pompa dapat dikatakan ”LAYAK” secara teknis jika diterapkan
pada daerah dengan intensitas penyinaran rata-rata tahunan lebih dari 10%. Pompa
tenaga surya juga dapat dikatakan Layak secara ekonomi, karena mempunyai nilai PV
yang lebih kecil, terutama dalam kaitan upaya penghematan energi yang tidak terbarukan
seperti bahan bakar minyak
7. Kesimpulan dan Saran
7.1 Kesimpulan
Kegiatan Pengembangan Irigasi Bertekanan guna mewujudkan capaian sasaran
output model fisik dan naskah ilmiah, dapat disimpulkan sebagai berikut :
a) Kegiatan Model Fisik Jaringan Irigasi Perpipaan pada Lahan Datar
- Hasil uji efisiensi penyaluran, menunjukan bahwa jaringan irigasi pipa yang
telah dipasang dilapangan mempunyai efisiensi penyaluran sebesar 99, 79 %.
- Hasil uji kecepatan aliran di bangunan pengumpul, didapat bahwa kecepatan
aliran yang terjadi bervariasi antara 0.028 – 0.208 m/s pada debit 4 – 41 l/s,
kecepatan tersebut memenuhi persyaratan kecepatan aliran maksimum yaitu <
0,03 m/s.
- Hasil uji kecepatan aliran air pada saluran pipa antara 0,32 m/s sampai dengan
1,71 m/dtk, kecepatan aliran tersebut memenuhi persyaratan kecepatan aliran
minimum untuk jaringan irigasi, yaitu sekitar 0,3 m/ s.
- Hasil uji debit outlet petak sawah pada outlet 2” dan 3”, didapat debit terkecil
sebesar 2,94 ltr/detik dan 5,47 l/s, debit tersebut memenuhi debit debit rencana
outlet petak sawah pada outlet 2” dan 3”, secara berurutan sebesar 2,31 l/s dan
4,65 l/s.
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 10
b) Kegiatan Model Fisik Jaringan Irigasi Perpipaan pada Lahan Bertopografi Miring
- Hasil pengamatan lapangan, diketahui bahwa jaringan irigasi pipa lahan miring
rata-rata mengalir dalam kondisi aliran turbulen, sehingga cukup aman
terhadap pengendapan sedimen dan tekananan yang berlebihan.
- Hasil pemantauan di lapangan terjadi pengendapan sedimen di bangunan
pengumpul (capturing) cukup tinggi, terdiri dari butiran–butiran pasir (kasar dan
halus), dengan laju endapan sedimen > 3 mm /hari.
- Berdasarkan hasil uji efisiensi penyaluran, jaringan irigasi pipa yang telah di
terapkan dilapangan pada lahan miring mempunyai efisiensi penyaluran
sebesar 98,94 %, atau terjadi kehilangan air sebesar 1,06 %.
- Biaya investasi jaringan irigasi pipa relatif tinggi dibandingkan dengan jaringan
irigasi eksisting yaitu Rp.15.153.556,42/Hektar.
- Analisis usahatani penerapan jaringan irigasi pipa untuk padi sawah sangat
layak dan menguntungkan, hal ini dapat dilihat dari nilai B/C Ratio sebesar
2.06>1.
c) Kegiatan Naskah Ilmiah Jaringan Irigasi Mikro
- Berdasarkan hasil uji, diketahui bahwa kehilangan tekanan yang terjadi pada
komponen saringan jenis disc filters sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya
debit yang mengalir, apabila kehilangan tekanan yang dijinkan 0,1 kg/cm2
maka dapat diketahui kapasitas pengaliran pada saringan sebesar 1,4 l/s untuk
saringan 1,5”, dan 0,8 l/s untuk saringan 1”.
- Hasil pengujian tenaga penggerak dengan menggunakan tenaga surya dengan
tingkat intensitas penyinaran sebesar 8 % tidak dapat bekerja, tetapi tenaga
penggerak tersebut dapat bekerja jika tingkat intensitas penyinaran diatas 10
%. Selain itu debit yang dihasilkan dari pompa tersebut bergantung pada
intensitas penyinaran matahari, semaikn kecil nilai intensitas penyinaran,
semakin kecil pula debit yang dihasilkan
- Hasil analisa kelayakan tersebut menunjukan bahwa penerapan panel surya
sebagai sumber energi pompa dapat dikatakan ”LAYAK” secara teknis jika
diterapkan pada daerah dengan intensitas penyinaran rata-rata tahunan lebih
dari 10%.
- Pompa tenaga surya juga dapat dikatakan Layak secara ekonomi, karena
mempunyai nilai PV yang lebih kecil, terutama dalam kaitan upaya
penghematan energi yang tidak terbarukan seperti bahan bakar minyak.
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 11
7.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada jaringan irigasi pipa mengenai kebutuhan
debit minimum pada tiap outlet/oncoroan untuk luasan tertentu, karena bila debit terlalu
kecil maka kebutuhan air tidak akan terpenuhi sedangkan jika debit terlalu besar, maka
dimensi pipa akan menjadi besar dan mahal.