ISSN : 2302-9791, Vol. 3 No. 1, 20 Juli 2017
PPrroocceeeeddiinngg
3rd
CBAM
Conference In Business,
Accounting and Management
2017
Re-Engineering Knowledge
towards Business Competitive
FAKULTAS EKONOMI UNISSULA
20 JULI 2017
Layout
Harjanto
Penerbit
FE Press
Jl.Raya Kaligawe Km.4 Semarang Jawa Tengah
Alamat Penyunting
Fakultas Ekonomi UNISSULA
Jl.Raya Kaligawe Km.4 Semarang Jawa Tengah Phone (024) 6583584
website: www.unissula.ac.id.
ISSN : 2302-9791, Vol. 3 No. 1, 20 Juli 2017
Editors: Prof. Dr. Widodo, SE., M.Si Dr. Kiryanto, M.Si., Akt., CA Dr. Ardian Adhiatma, MM
Reviewer Team: Prof. Dr. Tatiek Nurhayati, MM
Prof. Dr. Wuryanti Koentjoro, MM Dr. Abdul Hakim, M.Si Dr. Ali Shahab, M.Si Dr.
Budhi Cahyono, M.Si Dr. Heru Sulistyo, M.Si Dr.
Ibnu Khajar, M.Si Dr. Mutamimah, M.Si
Dr. Nunung Ghoniyah, M.Si Olivia Fachrunnisa, M.Si., Ph.D Dr. Indri Kartika, M.Si., Akt., CA
Dr. Zaenal Alim Adiwijaya, M.Si., Ak
3rd
CBAM Conference In Business, Accounting and Management
i
ISSN : 2302-9791, Vol. 3 No. 1, 20 Juli 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas anugerah terselenggaranya
kegiatan 3rd Conference in Business, Accounting and Management (3rd CBAM)
2017. Kegiatan CBAM merupakan media sharing knowledge dalam mewujudkan
transformation and sustainable competitive advantage. Melalui proses review yang
cukup ketat serta sangat selektif, kami berhasil meloloskan 84% dari jumlah artikel
yang dikirim oleh peserta. Pemakalah yang hadir disini adalah peserta yang kami
pandang merupakan representasi dari isu-isu yang termasuk dalam 3rd CBAM.
Kami mengucapkan terima kasih pada berbagai pihak yang telah mendukung
kegiatan ini dan akhirnya “sebaik-baik ilmu adalah ilmu yang bermanfaat dan dapat
di implementasikan.”
Semarang, Juli 2017 Ketua Penyelenggara
Dr. Ardian Adhiatma, SE, MM
3rd
CBAM Conference In Business, Accounting and Management
ii
ISSN : 2302-9791, Vol. 3 No. 1, 20 Juli 2017
DAFTAR ISI
EDITOR DAN REVIEWER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
Spiritualitas Ditempat Kerja, Driving Factors: Sebuah Review Literatur 1
Eka Risma Putri Indi Djastuti
Pengaruh Good Corporate Governance, Leverage Dan Corporate Social 2 Responcibility Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Kasus Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Periode 2010-2013)
Wuryanti Kuncoro
Siti Khotimah
Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage 3 Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan
Dista Amalia Arifah Siti Muthoharoh
Pengendalian Earning Management Dalam Good Corporate Governance 4
Chaidir Iswanaji
Moderating Adaptabilitas Lingkungan Usahapada Peningkatan Kinerja 5
Bisnis Berdasar Perspektif Orientasi Kewirausahaan, Kualitas Strategi Bisnis, Inovasi Proses Dan Etika Perilaku Penjual Pada Sentra Industri Batik Di Provinsi Jawa Tengah
Asyhari Sri Hindah Pudjihastuti Dian Marhaeni Kurdaningsih
3rd
CBAM Conference In Business, Accounting and Management
iii
ISSN : 2302-9791, Vol. 3 No. 1, 20 Juli 2017
Mencapai Good Corporate Governance Di Bank Perkreditan Rakyat: 6 Kontribusi Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Menghasilkan Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen (Studi Literatur)
Ilham Hidayah Napitupulu Anggiat Situngkir Amran Harun
Pemodelan Pendampingan Usaha Mikro Oleh Usaha Yang Lebih Besar Pada 7 Dinas Koperasi Dan Umkm Di Kota Semarang
Khoirul Fuad
Dedi Rusdi
Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui Orientasi Kewirausahaandan 8
Collaborative Networks
Mulyana
Wasitowati
MODEL PENINGKATAN EMOTIONAL BONDING MELALUI KEPUASAN 9 KAFFAH, KEADILAN INTERAKSIONAL DAN TABAYYUN
Moch Zulfa
Peningkatan Kinerja Usaha Kecil Danmenengah (UKM) Melalui Orientasi 10 Pasar, Inovasi Produk Dan Inovasi Proses
Ibnu Khajar
Agus Wachyutomo
Pengaruh Stres Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Melalui 11 Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Perawat Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang)
Abdul Hakim
Adinda Bella Alvipto
Dampak Pembiayaan Bermasalah Terhadap Kinerja Bank Syariah 12
Maya Indriastuti Luluk M. Ifada
3rd
CBAM Conference In Business, Accounting and Management
iv
ISSN : 2302-9791, Vol. 3 No. 1, 20 Juli 2017
Analisis Pembiayaan Syariah Terhadap Kinerja Keuangan Di Moderasi 13 Dewan Pengawas Syariah
Osmad Muthaher
Aspek Sinergi Keamanan Dan Ketertiban Pembangunan Berkelanjutan 14 Kawasan Wisata Kepulauan Seribu
Henricus Bambang Triantono Janita S. Meliala
Faktor Keperilakuan Yang Mempengaruhi Terjadinya Fraud Pada Dinas 15
Kota Semarang Willyanto Kartiko Kusumo Indira Djanuarti
Peningkatan Organizational Citizenship Behaviour (OCB) Melalui Etika 16
Kerja Islam Dan Knowlwdge Sharing Ata
Darojatul Aliyah
Heru Sulistyo
Model Kompetensi Profesional Dan Employee Engagement Terhadap 17 Kinerja Sdm Di Satuan Reserse Polres Jepara Dengan Efek Moderasi Koordinasi Lintas Fungsi
Puji Sri Utami
Peningkatan Komitmen Organisasi Melalui Penguatan Etika Kerja Islam 18
dan Motivasi Intrinsik serta Kepuasan Kerja
Nur Kholis
Peningkatan Kinerja Auditor Melalui Coworker Support Dan Teamwork 19
Effectiveness Yang Diperkuat Melalui Job Context (Lingkungan Pekerjaan)
Agus Sulistyono
Peran Islamic Leadership Dalam Meningkatkan Kinerja Sumber Daya 20 Manusia Melalui Kompetensi Profesional Dan Orientasi Belajar
Faesol
3rd
CBAM Conference In Business, Accounting and Management
v
ISSN : 2302-9791, Vol. 3 No. 1, 20 Juli 2017
PENINGKATAN KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA Melalui Team Work Dan 21 Kualitas Komunikasi Serta Komitmen Afektif Dengan Etika Kerja Islam Sebagai Variabel Moderating
(Studi Pada Bmt Kabupaten Jepara)
Gatot Almunib
Model Quality of Education and Professional Competence performance of 22 Human Resources in the Context of The Use of ICT
Zaenal Asyikin
Peningkatan Kinerja Melalui Work Engagement dan Ethical Leadership 23
Yang Diperkuat Dengan Kompetensi Profesional Pada Kantor Inspektorat Pemerintah Daerah
Rosa Dianawati
Pengembangan Kapabilitas Knowledge Management Dan Collaboration 24
Management UMKM Di Jawa Tengah
Heru Sulistyo Wuryanti
Peran Orientasi Entrepreneurial, Knowledge Processcapability Dan Social 25 Capital Dalam Meningkatkan Kinerja Umkm Di Jawa Tengah
Sri Ayuni
Heru Sulistyo
Optimalisasi Manajemen Zakat Untuk Meningkatkan Kesejahteraan 26
Masyarakat
Budhi Cahyono
Ibnu Khajar
Model Kompetensi Islamic Co-Creative Dalam Meningkatkankinerja Inovasi 27 Bagi UKM Se-Jawa Tengah
Marno Nugroho
3rd
CBAM Conference In Business, Accounting and Management
vi
ISSN : 2302-9791, Vol. 3 No. 1, 20 Juli 2017
Identifikasi Dan Mapping Pengelolaan Zakat Di Jawa Tengah 28
Mutamimah
Suryani Alifah Gunawan
Model Penguatan Kapasitas Dan Kinerja Laporan Keuangan Pemerintah 29 Daerah Yang Mendukung Keberhasilan Pemerintah Kota Semarang Memperoleh Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
Osmad Muthaher
Judi Budiman
Green House Effect: Pengembangan Pengungkapan Dimensi Komitmen 30
Terhadap Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Pada Perusahaan Di
Indonesia Kiryanto Winarsih
Pengungkapancorporate Social Responsibility Dalam Perspektif Islam : 31 Pengaruh Dewan Pengawas Syariah Dan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Mediasi (Studi Empiris Perbankan Syariah Di Indonesia)
Winarsih
Analisis Perbedaan Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Sebelum Dan 32 Sesudah Diterbitkan Seojk Nomor 10/SEOJK.03/2014
Devi Permatasari
Arizqi
Analisis Efektivitas Program CSR Dalam Peningkatan Kinerja UMKM 33
Nunung Ghoniyah
Sri Hartono
Model Pengembangan Readiness Assesment Scorecard Untuk Keunggulan 34 Bersaing Bagi Industri Kreatif
Winarsih
Hendar
3rd
CBAM Conference In Business, Accounting and Management
vii
ISSN : 2302-9791, Vol. 3 No. 1, 20 Juli 2017
Pengembangan Layanan Jasa BPJS Kesehatan Dengan Pendekatan Syar’i 35
Alifah Ratnawati, Noor Kholis
Analisis Efisiensi Usaha Garam Grosok Rembang Dalam Rangka 36 Peningkatan Kesejahteraan Petani Muslim
Siti Sumiati Sri Dewi Wahyundaru
Analisis Transparansi & Akuntabilitas Laporan Keuangan Masjid Di 37
Semarang Edy Suprianto
Pengembangan Model Peningkatan Keunggulan Bersaing Bagi Industri 38
Kreatif Berbasis Orientasi Pasar, Kreativitas Dan Inovasi Produk Untuk memperkuat Kohesi Lokal
Sutapa
Mulyono
Model Pengembangan Adaptasi Strategi Pemasaran yang Berbasis 39 Kapasitas Kewirausahaan Menuju Kinerja Ekspor
Moch Zulfa Widodo
Factors Influencing Financial Inclusion Development in Indonesia 40
Bedjo Santoso
Analisisa Anomali Ramadhan Pada Indeks Saham Sektoral di BEI Tahun 41 2013 - 2016
Siti Aisiyah Suciningtias
Risk Disclosures of Islamic Banking in Indonesia 42
Hendri Setyawan
3rd
CBAM Conference In Business, Accounting and Management
viii
ISSN : 2302-9791, Vol. 3 No. 1, 20 Juli 2017
Peningkatan Existency Dosen Berbasis Attraction, Competency, 43 Responsibility dan Emphaty yang Di Moderasi Budaya Akademik Islam Di Unissula
Sri Dewi Wahyundaru Endang Dwiastuti
Anteseden Kualitas Audit (Studi Empiris Pada BPK Perwakilan Provinsi 44 Jawa Tengah)
Provita Wijayanti
Peningkatan Kinerja PemasaranMelalui Orientasi Pasar, Inovasi Produk 45
dan Kapabilitas Jejaring
Tatiek Nurhayati
Bekerja dalam perspektif Islam: Konsep dan implementasiya pada 46 perempuan bekerja
Nurhidayati
Islamic Organizational Collective Engagement 47
Ardian Adhiatma Agus Wachjutomo
Model Investasi Sumber Daya Manusia yang Berbasis pada Outsorcing 48
Sumber Daya Manusia di Industri Perbankan
Sri Hindah Pudjiaatuti Bomber Joko SU
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Financial Distress Pemerintah Daerah 49 Kabupaten / Kota di Jawa Tengah
Dedi Rusdi Khoirul Fuad
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Terjadinya Fraud Di 50 PTS X Di Semarang
Khoirul Fuad
3rd
CBAM Conference In Business, Accounting and Management
xi
ISSN : 2302-9791, Vol. 3 No. 1, 20 Juli 2017
Peningkatan Kinerja Melalui Semangat Fastabiqul Khoirat Kepuasan 51 Relasional Dan Emotional Bonding
Ken Sudarti
How to Develop the Company’s Zakat System? 52
Muhammad Ja’far Shodiq
Improvement Model the Performance Of Islamic Microfinance Institutions 53
(Cases of Baitul Mal Wat Tamwil)
Muhamad Mutaqin Widiyanto bin Mislan Cokrohadisumarto
Corporate Governance Sebagai Antecedent Intellectual Capital dan 54
Konsekuensinya terhadap Kinerja Organisasi
Indri Kartika
Peranan Qona’ah dalam Hubungan antara Konflik Peran, Ketidakjelasan 55
Peran, Kelebihan Peran, dan Independensi dengan Kinerja Karyawan (Studi Kasus pada UMKM di Kota Semarang)
Lutfi Nurcholis Moch. Tholib
Pengembangan Model Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi bagi 56 Akuntansi bagi Usaha Kecil Menengah di Jawa Tengah
Lisa Kartikasari Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inovasi Produk Perbankan Syariah 57 Hani Werdi Apriyanti Implementasi Good University Governance Pada Perguruan Tinggi Islam 58 Swasta Di Jawa Tengah Khoirul Fuad Hani Werdi Apriyanti
3rd
CBAM Conference In Business, Accounting and Management
x
1
ANTESEDEN KUALITAS AUDIT
(Studi Empiris Pada BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah)
Provita Wijayanti
Program Studi SI Akuntansi Fakultas Ekonomi Unissula
Email : [email protected]
Abstract
The purpose of this research is to explain how the influence of individual characteristics (educational background and work experience) competence, independence, integrity, professionalism attitude, and spiritualism level concern with audit quality inSupreme Audit Agencyof Central Java Province on partially and simultaneously.This research use descriptive analysis research. The data in this study is primary data obtained through survey by distributing questionnaires sent to 70 respondents. The method of selecting sample data use purposive sampling technique. Data analysis technique in this research is quantitative or multiple regression analysis.The results of this research is indicate that three variables of competence, integrity, and auditorprofessionalism have a significant effect on audit quality. While the other variables such as independence, auditor's spirituality level, educational background, and work experience onthe partially condition have no significant effect on audit quality. In the F test conducted shows that the competence, independence, professionalism attitude, auditor's spirituality level, educational background, and work experience on the simultaneously condition is affect to theaudit quality.
Keywords: Auditor individual characteristics, audit quality
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pemerintahan di Indonesia menganut sistem desentralisasi yang berarti pemerintahan
tidak hanya di pusat tetapi juga pemerintah daerah diberi wewenang untuk mengelola
keuangan daerah masing-masing. Setiap daerah maupun pusat memilki anggaran pendapatan
dan belanja yang harus dikelola dan dilaporkan untuk dipertanggungjawabkan kepada badan
legislatif dalam hal ini adalah DPR/DPRD. Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah
maupun pusat harus berpedoman pada Undang-undang yang berlaku, diantaranya yaitu PP No
24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, PP No 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, yang dilanjutkan dengan adanya Petunjuk Teknis Pelaksanaan
PP No 58 Tahun 2005 dengan disahkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
2
Meskipun telah dibuat peraturan perundangan yang digunakan sebagai pedoman
pengelolaan keuangan pusat atau daerah dalam menyusun laporan keuangan pemerintah, tidak
menutup kemungkinan dapat terjadi penyalahgunaan wewenang dalam penggunaan anggaran.
Oleh sebab itu, diperlukan pengevaluasian secara berkala terhadap laporan keuangan yang
disusun oleh Pemerintah Daerah atau Pusat dalam rangka menuju Pemerintahan yang bersih.
Amandemen UUD 1945 Pasal 23 E menyebutkan bahwa untuk memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara, diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang
bebas dan mandiri.
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang merupakan output BPK nantinya disampaikan
kepada lembaga legislatif (DPR/DPD/DPRD), lembaga eksekutif
(presiden/gubernur/walikota/bupati), dan pengawas internal yang pada tingkat
provinsi/kabupaten/kota dipegang oleh inspektorat sesuai dengan kewenangannya untuk
selanjutnya ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-
undang yang berlaku. BPK diamanatkan di dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara untuk melakukan audit atas Laporan
Keuangan Pemerintah. Dalam hal tugasnya memeriksa laporan pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara, BPK harus berpedoman pada landasan operasional
diantaranya UU No. 15 Tahun 2006 yang secara jelas menyatakan bahwa BPK harus
berposisi sebagai lembaga pemeriksa yang bebas, mandiri, dan professional. Bebas dalam hal
ini adalah tidak terikat dengan kepentingan apapun, baik antara lembaga maupun secara
individu.
Di samping itu, kompetensi profesional dan independensi juga harus dimiliki setiap
auditor BPK sesuai dengan yang disyaratkan dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN) yang merupakan pedoman bagi pemeriksa.
Kompetensi sangat diperlukan sebagai dasar ilmu pengetahuan, keahlian, dan prinsip
serta pengalaman yang tentunya diharapkan dapat mendukung kinerja auditor dalam
melaksanakan tugas pemeriksaannya. Menjadi seorang auditor BPK harus memiliki
pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang cukup, sebab tugas auditor berkaitan dengan
penemuan kesalahan yang mungkin ada pada laporan keuangan yang diauditnya.
Independensi merupakan sikap mental seseorang dalam melaksanakan tugasnya tidak
tergantung/terikat dengan kepentingan lain selain untuk tugas organisasi atau lembaga. Salah
satu kebijakan yang ada dalam BPK yang disusun oleh manajemen SDM yaitu melakukan
mutasi pada seluruh auditor internal (tingkat Kabupaten) maupun auditor eksternal (tingkat
provinsi) untuk periode tertentu. Mutasi dilakukan atas dasar usia kerja (lama waktu) auditor
3
melaksanakan tugas pada wilayah tertentu. Tujuannya untuk menjaga keutuhan independensi
auditor BPK. Dikhawatirkan jika auditor sering bertemu dengan entitas yang sama akan
terjadi hubungan emosional antara auditor dengan auditee yang berakibat pada melemahnya
sikap independensi auditor tersebut.
Berkaitan dengan integritas, menurut Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, bersikap
obyektif merupakan cara berpikir yang tidak berpihak, jujur secara intelektual, dan bebas
dari benturan kepentingan. Obyektivitas diperlukan oleh seorang auditor agar mampu
bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan ataupun permintaan dari pihak tertentu yang
berkepentingan atas hasil audit (Sukriah et al., 2009:3).
Sedangkan profesionalisme dibutuhkan untuk mempertimbangkan material atau
tidaknya informasi yang diperoleh, karena hal ini berhubungan dengan jenis pendapat yang
akan diberikan. Untuk mempertahankan Profesionalisme, auditor harus memenuhi spesifikasi
dan kualitas yang menjadi tolok ukur dari profesi tersebut. Salah satu kriteria
Profesionalisme Auditor yaitu lisensi oleh Negara atau sertifikasi oleh dewan (Sawyer et. a.l,
2005: 11).
Uraian diatas merupakan bagian dari kecerdasan intelektual. Dalam penelitian ini juga
akan menganalisis pengaruh dari kecerdasan spriritual. Tingkat spiritualitas sendiri
difungsikan sebagai pelengkap untuk kemantapan dan keyakinan bahwa dalam setiap
tindakan harus selalu dilandasi dengan sikap taqwa dan keikhlasan sebagai aspek nonmaterial
yang harus dicapai dalam kehidupan. Begitu juga dengan auditor. Selain kecerdasan
intelektual dan emosional, tingkat spiritualitas auditor juga sangat penting mengingat
pekerjaan auditor sangat beresiko karena menyangkut tanggung jawab besar. Oleh sebab itu
dalam melaksanakan pekerjaannya kemungkinan auditor akan merasa terbebani dengan
pekerjaan yang tanggung jawabnya berat. Hal tu tentunya akan menimbulkan tekanan sendiri
bagi auditor. Sehingga tingkat spiritualitas auditor diperlukan untuk mengatasi beban
pekerjaan yang semakin berat agar auditor dapat bekerja dengan lebih iklas dan yakin bahwa
pekerjaannya tersebut merupakan wujud pengabdiannya kepada Allah sebagai pengabdiannya
terhadap masyarakat. Dengan demikian pekerjaan yang berat akan dirasa ringan.
Selain dari faktor kompetensi, independensi, integritas, profesionalisme dan tingkat
spiritualitas. Dalam penelitian ini juga akan mengidentifikasi bagaimana pengaruh latar
belakang pendidikan auditor dan pengalaman kerja terhadap kualitas hasil audit. Pendidikan
sering kali dijadikan tolok ukur dari tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang. Dalam hal
ini apabila seorang auditor yang mimiliki latar belakang pendidikan yang tinggi maka
4
dianggap memilikik pengetahuan yang luas pula. Pada auditor BPK rata-rata berpendidika
Strata 1 (S1) dan Strata 2 (S2). Disisi lain pengalaman kerja juga menjadi faktor yang
bepengaruh terhadap baik buruknya hasil audit yang dijalankan oleh seorang auditor. Menjadi
seorang auditor pada lembaga penting seperti BPK dibutuhkan kecakapan dan keahlian yang
unggu. Keahlian dan kecakapan dapat terbentuk melalui banyaknya pengalaman kerja yang
dilalui. Seorang auditor akan berinteraksi dengan banyak entitas dan lembaga pemerintah
lainnya. Oleh karena itu, banyaknya pengalaman kerja akan menunjukkan sebuah kemajuan
kinerja seorang auditor. Biasanya seorang auditor yang berpengalaman akan bekerja lebih
cepat, intuitif, efektif, dan efisien, sehingga hasil audit akan lebih berkualitas daripada auditor
baru atau yang belum memiliki pengalaman dalam tugas audit.
Berdasarkan penjabaran diatas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas hasil auditor meliputi lingkup intelektual
(kompetensi, independensi, integritas, profesionalisme), tingkat spiritualitas, latar belakang
pendidikan dan pengalaman bekerja. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan untuk lembaga BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah dalam
memperkerjakan seorang auditor yang memiliki seluruh aspek yang dijelaskan dalam
penelitian ini.
Rumusan Masalah
Sesuai dengan pemaparan latar belakang diatas, penulis ingin mengungkapkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Bagaimana kompetensi, independensi, integritas, profesionalisme, dan tingkat
spiritualitas auditor secara bersama-sama mempengaruhi kualitas audit?
2. Bagaimana kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?
3. Bagaimana independensi mempengaruhi kualitas audit?
4. Bagaimana integritas mempengaruhi kualitas audit?
5. Bagaimana sikap profesionalisme auditor mempengaruhi audit?
6. Bagaimana tingkat spiritualitas auditor mempengaruhi kualitas audit?
7. Bagaimana latar belakang pendidikan mempengaruhi kualitas audit?
8. Bagaimana pengalaman kerja mempengaruhi kualitas hasil audit?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk menjelaskan bagaimana kompetensi, independensi, integritas, profesionalisme,
dan tingkat spiritualitas auditor mempengaruhi kualitas audit;
b. Untuk membuktikan apakah kompetensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
5
kualitas hasil audit;
c. Untuk meneliti apakah independensi auditor berpengaruh atas kualitas hasil audit;
d. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh integritas terhadap kualitas audit;
e. Untuk mengukur signifikansi pengaruh profesionalisme auditor terhadap kualitas hasil
audit;
f. Untuk menganalisis bagaimana tingkat spiritualitas auditor mempengaruhi kualitas
audit;
g. Untuk membuktikan apakah latar belakang pendidikan mempengaruhi kualitas audit.
h. Untuk membuktikan apakah pengalaman kerja mempengaruhi kualitas audit.
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Berdasarkan standar audit yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, ada tiga
standar yang harus dipenuhi yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar
pelaporan.
1. Standar Umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pernyataan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditan.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum.
6
b. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak
secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode
sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan audit.
Dari standar audit di atas dapat diketahui bahwa kompetensi, independensi, dan
professionalisme merupakan bagian dari standar umum yang harus dipenuhi auditor.
Standar umum yang pertama adalah audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor. Dengan penafsiran, pernyataan
tersebut menjelaskan bahwa auditor harus memiliki kompetensi dalam melaksanakan audit.
Begitu pula dengan independensi. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Standar umum yang
ketiga adalah bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran professionalnya dengan cermat dan seksama. Menurut UU No. 15
Tahun 2006 disebutkan bahwa dalam keanggotaan BPK ditentukan syarat yang harus
dipenuhi yang salah satu diantaranya adalah memiliki integritas moral dan kejujuran.
Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit
Di bagian standar umum poin pertama (1a) menyebutkan bahwa audit harus
dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
cukup sebagai auditor. Yang dimaksud dengan keahlian disini bisa diartikan sebagai
kompetensi yang mencakup pendidikan, pengalaman kerja (pengalaman audit), dan pelatihan
teknis lainnya. Dengan dipenuhinya standar audit berkaitan dengan kompetensi yang dimiliki
auditor diharapkan dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Terkait dengan
pengalaman, penelitian N.A. Eka Putra (2012) menyebutkan bahwa semakin lama bekerja
sebagai auditor akan semakin berpengalaman dan semakin memahami bagaimana
menghadapi entitas pemeriksaan, mendeteksi kesalahan, dan mengumpulkan bukti atau data
yang diperlukan untuk mencari informasi yang relevan dalam rangka pengambilan keputusan
sehingga laporan audit yang dihasilkan berkualitas.
Berdasarkan penjelasan teori diatas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :
H1 : Kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.
Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit
7
Mengacu standar audit pada bagian standar umum poin 1 (b) menyebutkan bahwa
dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa independensi sangat
penting dimiliki oleh setiap auditor agar laporan audit yang dihasilkan adalah murni dari
pemeriksaan auditor tanpa campur tangan atau dipengaruhi oleh pihak lain yang ingin
mencari keuntungan pribadi. Abson dan Asokan (2004) dalam penelitian Winda Kurnia, dkk
(2014) menyatakan independensi auditor sangat penting untuk pemeliharaan kepercayaan
masyarakat atas profesi audit. Tekanan independensi telah diartikan sebagai sikap mental
individu untuk melawan tekanan dan mempertahankan sikap untuk tidak memihak kepada
pihak manapun.
Penelitian Alim dkk (2007) dalam studi empirisnya menemukan bahwa independensi
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
H2 : Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Audit
Sukriah (2009) dalam Eka Putra (2012) integritas adalah kualitas yang mendasari
kepercayaan masyarakat dan merupakan landasan bagi anggota dalam menguji semua
keputusannya. Integritas mewajibkan auditor bersikap jujur, berani, transparan, bijaksana, dan
bertanggung jawab dalam menjalankan tugas audit. Namun dalam penelitian Sukriah ini tidak
menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara integritas terhadap kualitas audit. Alim
dkk (2007) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki
kompetensi yang baik dan hasil penelitiannya menemukan bahwa kompetensi
berpengaruh terhadap kualitas audit. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat
meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya (Pusdiklatwas BPKP, 2005).
Sunarto (2003) dalam Sukriah, Akram dan Inapty (2009) menyebutkan bahwa
integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur,
tetapi tidak menerima kecurangan prinsip. Havidz Mabruri dan Jaka Winarna (2010)
menemukan bahwa variabel integritas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil
audit.
H3 : Integritas berpengaruh positif terhadap kualitas audit
Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit
Dyah Setyaningrum (2011) menyatakan karakteristik auditor yang terdiri dari latar
belakang pendidikan, kecakapan profesional, dan pendidikan profesional berkelanjutan tidak
mempengaruhi kualitas audit.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Restu Agusti dan Nastia Putri (2013)
8
yang menemukan bahwa profesionalisme auditor dapat mempengaruhi kualitas audit. Hasil
tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irwansyah (2010), Martiyani (2010),
dan Rosnidah dkk (2010) yang menyatakan bahwa profesionalisme mempunyai pengaruh
terhadap kualitas audit.
Auditor harus bekerja secara profesional untuk menghasilkan laporan audit yang
berkualitas, sesuai dengan Standar Auditing No.4 SPAP dalam Martin (2011), kecermatan
dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran profesionalnya menuntut auditor untuk
melaksanakan skeptisme profesional yaitu sikap auditor yang berpikir kritis terhadap bukti
audit dengan selalu mempertanyakan dan mengevaluasi bukti audit tersebut.
Putri Nugrahini (2015) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan Profesionalisme Auditor Internal terhadap Kualitas Audit. Penelitian tersebut
sejalan dengan penelitian Rudi Lesmana dan Nera Marinda (2015) yang menemukan adanya
pengaruh profesionalisme auditor terhadap kualitas audit.
H4 : Profesionalisme auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit
Pengaruh Tingkat Spiritualitas Auditor Terhadap Kualitas Audit
Tingkat spiritualitas dapat diartikan sebagai tingkat kesadaran diri dan kesadaran
individu tentang hakekat dan tujuan hidup. Seseorang yang menyadari tentang siapa dirinya,
darimana ia, dan untuk apa dia hidup, biasanya dalam hidupnya ia akan selalu mengerjakan
hal-hal yang baik dan melakukannya dengan sebaik-baiknya tanpa mempertimbangkan
imbalan atau penilaian dari manusia. Jika benar demikian, maka auditor yang memiliki
tingkat spiritualitas yang tinggi, kinerja auditor juga akan maksimal sehingga diharapkan
dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas.
Apriyanti, Taufik, Alamsyah (2014) mengungkapkan bahwa kecerdasan spiritual
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja auditor yang juga didukung oleh
penelitian Imelda (2012) yang menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap
kinerja auditor.
Dalam Djasuli dan Hidayah mencantumkan hasil penelitian yang dilakukan Wiersma
dalam Trihandini (2005, 68) memberikan bukti bahwa kecerdasan spiritual mempengaruhi
tujuan seseorang dalam mencapai karirnya di dunia kerja. Sedangkan penelitian Trihandini
(2005, 72) berdasarkan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semakin baik kecerdasan
sepiritual yang dimiliki karyawan maka akan semakin baik kinerja yang ditunjukkan oleh
karyawan.
H5 : Tingkat spiritualitas auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit
Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Auditor Terhadap Kualitas Audit
9
Abdul Djalil (2002) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan formal yaitu untuk
mengajarkan seseorang pentingnya ilmu dasar, teori, logika (pemikiran), keahlian serta
pengembangan kepribadian dan sifat dasar. Banyak sedikitnya pendidikan yang dijalani baik
formal maupun nonformal, akan berpengaruh pada peningkatan pengalalaman pengetahuan
yang dimiliki. Pengalaman pengetahuan dapat memberikan kemudahan dalam melakukan
pekerjaan dan akan meminimalisir tindakan kecurangan. (Maulia, 2014).
Perilaku seseorang dapat diidentifikasi melalui tingkat pendidikannya. Seorang auditor
yang berpendidikan tinggi dianggap mempunyai pengetahuan dan keahliaan yang baik,
sehingga kinerjanya dalam mengaudit laporan keuangan suatu instansi dapat dilakukan
dengan maksimal berdasarkan pengetahuan dan wawasan yang dimilikinya.
H6 : Latar belakang pendidikan berpengaruh positif terhadap kualitas audit
Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit
Seorang individu harus memiliki tiga hal fundamental dalam bersikap professional
yaitu kompetensi, wawasan dan karakter (Lugindo dan Machfoed, 1999). Sesuai dengan teori
perkembangan moral (Kohlberg 1969) bahwa moral dijadikan landasan dalam berperilaku
etis. Pengalaman dijadikan indikator dalam menentukan baik buruknya kinerja seseorang.
Semakin banyak pengalaman kerja seseorang maka semakin banyak pula pengetahuan
informasi yang dimilikinya. Dalam hal ini, untuk menjadi seorang auditor di instansi
pemerintah seperti BPK memiliki pengalaman kerja yang banyak sangat diperlukan untuk
meningkatkan kinerjanya. Biasanya seorang auditor yang berpengalaman akan bekerja lebih
cepat, intuitif, efektif, dan efisien, sehingga hasil audit akan lebih berkualitas daripada auditor
baru atau yang belum memiliki pengalaman dalam tugas audit.
H7 : Pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas audit
METODOLOGI PENELITIAN
Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Independen
Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel terikat. Pada penelitian ini terdapat 8 variabel
independen yaitu a) kompetensi diartikan sebagai seperangkat pengetahuan,
keterampilan, perilaku, dan pengalaman yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan
diaktualisasikan dalam melaksanakan tugas atau suatu profesi. Dalam hal ini kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya mengaudit
laporan keuangan pemerintah yang bernaung di BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah,
10
2) integritas diartikan sebagai karakter atau perilaku bertanggung jawab atas komitmen
yang ditunjukkan dengan kekonsistenan antara hati, pikiran, perkataan, dan perbuatan
yang bertanggung jawab terhadap prinsip kejujuran, 3) independensi diartikan sebagai
suatu keadaan atau posisi dimana kita tidak terikat dengan pihak manapun. Hal ini berarti
independensi auditor adalah suatu sikap mental auditor yang bebas dan mandiri serta
bersikap obyektif dalam melaksanakan tugasnya tanpa adanya pengaruh dari luar yang
dikarenakan adanya suatu hubungan kepentingan, baik keluarga, politik, partner usaha,
maupun hubungan lain serta berjalan sesuai dengan prinsip dan standar audit yang
berlaku, 4) sikap profesionalisme diartikan sebagai sifat-sifat (kemampuan, kemahiran,
cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau
dilakukan oleh seorang profesional., dan 5) tingkat spiritualitas diartikan sebagai sebuah
keyakinan atau harapan yang berasal dari dalam diri sendiri yang bersifat nonmaterial
yang mendorong seseorang untuk bekerja dengan penuh semangat. Spiritualitas
merupakan istilah lain dari kecerdasan spiritual, yang merupakan bagian dari kompetensi
berupa kemampuan yang dimiliki manusia, 6) latar belakang pendidikan diartikan sebagai
tingkatan jenjang pendidikan yang telah dijalani oleh auditor, semakin tinggi jenjang
pendidikan auditor maka seorang auditor tersebut dianggap memiliki keahlian serta
kecakapan yang baik dalam hal melaksanakan tugas audit laporan keuangan entitas
khusunya pada sektor pemerintahan, 7) pengalaman kerja diartikan sebagai jumlah waktu
yang telah dikorbankan auditor untuk menambah wawasannya serta hubungannya dengan
banyak entitas atau dapat diartikan sebagai lama waktu auditor bekerja untuk mengaudit
pada suatu entitas atau beberapa entitas.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas. Variabel terikat yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah
kualitas audit. Wallace (1980) dalam Baotham et al., (2009) mendefiniskan kualitas audit
sebagai tolak ukur atas kemampuan auditor untuk mengurangi kebisingan dan bias dan
meningkatkan ketelitian dalam data akuntansi.
Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data
Obyek dari penelitian ini adalah pegawai BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah
dengan mengambil sampel pegawai yang memiliki peran atau jabatan sebagai auditor BPK
Perwakilan Provinsi Jawa Tengah yang berkedudukan di Semarang. Dalam penelitian ini
teknik sampling yang digunakan adalah teknik Sampling Purposive (Purposive or
Judgemental Sampling) yaitu pengambilan sampel berdasarkan seleksi khusus. Peneliti
11
membuat kriteria tertentu siapa yang dijadikan sebagai informan. Peneliti mengambil sampel
pegawai BPK yang memenuhi kriteria peneliti yaitu pegawai dengan status yang menduduki
Jabatan Fungsional Pemeriksa (JFP).
METODE ANALISIS DATA
Pengujian hipotesis pengaruh kompetensi, independensi, integritas, sikap
profesionalisme, tingkat spiritualisme auditor, latar belakang pendidikan, dan pengalaman
kerja terhadap kualitas audit dengan menggunakan SPSS V.16 untuk perhitungan analisis
regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil regresi dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 1,364 + 0,209 X1 – 0,035 X2 + 0,301 X3 + 0,448 X4 + 0,097 X5 + 0,303 X6(1) – 0,184X6(2)
– 0,017 X7
Keterangan :
Y
X1
X2
X3
X4
X5
X61
X62
X7
a
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Kualitas Audit
Kompetensi
Independensi
Integritas
Profesionalisme
Tingkat Spiritualitas Auditor
Pendidikan S1
Pendidikan S2
Masa kerja
Konstan
Dari persamaan diatas dapat diuraikan bahwa:
Setiap kenaikan satu satuan kompetensi akan berdampak pada kenaikan kualitas audit
sebesar 0,209 satuan.
Penurunan atau peningkatan independensi audit tidak mempengaruhi peningkatan atau
penurunan kualitas audit
Setiap kenaikan integritas sebesar satu satuan akan meningkatkan kualitas audit sebesar
0,301 satuan.
Setiap kenaikan profesionalisme sebesar satu satuan akan meningkatkan kualitas audit
sebesar 0,448 satuan.
Penurunan atau peningkatan tingkat spiritualisme auditor juga tidak mempengaruhi
penurunan atau peningkatan kualitas audit
12
Tingkat pendidikan dan pengalaman kerja auditor juga tidak mempengaruhi kualitas audit.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Karakteristik Responden
Uraian Responden Persentase (%) Jenis Kelamin :
1. Laki-laki 2. Perempuan
31 39
44,29% 55,71%
Jumlah 70 100% Pendidikan Terakhir :
S3 S1 S2
1
54 15
1,43% 77,14% 21,43%
Jumlah 70 100% Masa Kerja :
1 - 5 Tahun 6 - 10 Tahun
11 - 15 Tahun 15 Tahun
8
44 10 8
11,43% 62,86% 14,28% 11,43%
Jumlah 70 100% Uraian Responden Persentase (%) Jabatan Fungsional : Pemeriksa Madya Pemeriksa Muda Pemeriksa Pertama
2 38 30
2,85% 54,29% 42,86%
Jumlah 70 100% Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang terdiri atas lima variabel bebas dan
satu variabel terikat. Jenis data yang digunakan adalah data primer dimana peneliti
menggunakan kuessioner sebagai instrumen penelitian. Masing-masing variabel diukur
melalui butir-butir pernyataan yang tercantum dalam kuessioner yang penilaiannya
menggunakan skala likert.
Tabel 1 Hasil Uji Analisis Regresi Berganda
13
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.364 4.140 .329 .743
Kompetensi .209 .075 .277 2.772 .007
Independensi -.035 .041 -.064 -.835 .407
Integritas .301 .134 .366 2.248 .028
Profesionalisme .448 .202 .311 2.215 .031
Tingkat Spiritual Auditor .097 .111 .057 .873 .386
Pendidikan S1 .303 2.189 .035 .138 .890
Pendidikan S2 -.184 2.193 -.021 -.084 .934
masa kerja -.017 .048 -.025 -.349 .728
a. Dependent Variable: kualitas audit
Sumber: SPSS.16, data primer diolah, 2017
Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan bahwa:
1. Hasil uji hipotesis pertama Kompetensi (X1)
Hasil olah data untuk variabel kompetensi (X1) menunjukkan bahwa nilai probabilitas
0,007 < 0,05. Hal terebut menandakan variabel kompetensi berpengaruh positif signifikan
terhadap kualitas audit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama
diterima.
2. Hasil uji hipotesis kedua Independensi (X2)
Hasil olah data untuk variabel independensi (X2) menunjukkan bahwa nilai probabilitas
0,407 > 0,05. Hal terebut menandakan variabel independensi berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap kualitas audit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis
kedua ditolak.
3. Hasil uji hipotesis ketiga Integritas (X3)
Hasil olah data untuk variabel integritas (X3) menunjukkan bahwa nilai probabilitas 0,028
< 0,05. Hal terebut menandakan variabel integritas berpengaruh positif signifikan
terhadap kualitas audit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga
diterima. Hasil pengujian untuk variabel pengalaman kerja (X3) yang diukur dengan
jumlah lama kerja pada rentang tertentu, mengindikasikan bahwa masa kerja 3-9 tahun
secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
14
Maka hipotesis ketiga diterima. semakin lama masa kerja justru membuat kecenderungan
kecurangan akuntansi berkurang.
4. Hasil uji hipotesis keempat Sikap Profesionalisme (X4)
Hasil olah data untuk variabel sikap profesionalisme (X4) menunjukkan bahwa nilai
probabilitas 0,031 < 0,05. Hal terebut menandakan variabel sikap profesionalisme
berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hipotesis keempat diterima. Hasil pengujian untuk variabel
pendidikan (X4) memperlihatkan bahwa nilai signifikansi untuk responden yang
berpendidikan menengah 0,825 dan berpendidikan tinggi 0,889, yaitu masing-masing
lebih dari 0,05. Hal tersebut menandakan pendidikan tidak berpengaruh negatif signifikan
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Maka Ha ditolak dan Ho diterima.
5. Hasil uji hipotesis kelima Tingkat Spiritualitas Auditor (X5)
Hasil olah data variabel tingkat spiritualitas auditor (X5) memperlihatkan bahwa nilai
probabilitas 0,386 > 0,05. Hal tersebut menandakan tingkat spiritualitas auditor
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kualitas audit. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hipotesis kelima ditolak.
6. Hasil uji hipotesis keenam Latar Belakang Pendidikan (X6)
Dalam hal ini perhitungan olah data variabel latar belakang pendidikan menggunakan
variabel dummy. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari BPK Perwakilan Provinsi
Jawa Tengah yang mana auditor yang bekerja pada instansi tersebut rata-rata
berpendidikan S1, S2, dan S3. Hasil olah data menunjukkan pendidikan S1 memiliki nilai
probabilitas 0,890 > 0,05 dan pendidikan S2 nilai probabilitasnya 0,934 > 0,05 yang
keduanya menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Auditor yang berpendidikan S1
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kualitas audit, dan auditor yang
berpendidikan S2 berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kualitas audit. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis keenam ditolak. Dalam penelitian ini hasil
tersebut menunjukkan bahwa baik buruknya kualitas hasil audit yang dilakukan auditor
tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya baik itu S1,S2 maupun S3.
7. Hasil uji hipotesis ketujuh Pengalaman Kerja (X7)
Hasil olah data variabel pengalaman kerja (X7) menunjukkan bahwa nilai signifikansi
0,728 > 0,05. Hal tersebut menandakan pengalaman kerja berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap kualitas audit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis
ketujuh ditolak.
Tabel 2 Hasil Uji Multikolinearitas
15
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Kompetensi .386 2.588
Independensi .669 1.495
Integritas .146 6.843
Profesionalisme .197 5.076
Tingkat Spiritual Auditor .923 1.084
Pendidikan .868 1.152
masa kerja .794 1.260
a. Dependent Variable: kualitas audit
Sumber: SPSS.16, data primer diolah, 2016
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil uji menunjukkan tidak ada hubungan atau
korelasi antar variabel bebas. Artinya dalam model regresi ini tidak terjadi multikolinearitas.
Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai tolerance pada semua variabel bebas lebih besar
daripada 0,10 (a > 0,10) dan nilai VIF pada masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 10
(VIF < 10).
Tabel 3 Hasil Uji Heterokedastisitas
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.176 2.753 -.064 .949
Kompetensi -.065 .050 -.238 -1.297 .200
Independensi .064 .028 .327 2.338 .023
Integritas -.151 .089 -.505 -1.692 .096
Profesionalisme .351 .135 .671 2.606 .011
Tingkat Spiritual Auditor .043 .074 .071 .587 .559
Pendidikan S1 -.141 1.456 -.045 -.097 .923
Pendidikan S2 .124 1.459 .039 .085 .933
masa kerja -.065 .032 -.266 -2.030 .047
a. Dependent Variable: abs_res
Sumber: SPSS.16, data primer diolah, 2016
16
Hasil uji heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser terlihat bahwa variabel hampir
semua variabel bebas tidak menunjukkan gejala heteroskedastisitas (p>0,05), kecuali untuk
variabel independensi, profesionalisme, dan masa kerja auditor (p<0,05) namun karena secara
simultan pengaruh variabel-variabel bebas ini terhadap kualitas audit tidak signifikan
(p=0,061) (Lampiran 6), maka gejala heteroskedastisitas pada ketiga variabel tersebut bisa
diabaikan.
Uji heteroskedastisitas dengan grafik scatter plot sebagai berikut:
Tampak bahwa titik-titik pada diagram Scatter Plot menyebar secara acak sehingga dapat
dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi.
Tabel 4 Hasil Uji Signifikansi Simultan Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 803.388 8 100.423 24.805 .000b
Residual 246.955 61 4.048
Total 1050.343 69
a. Dependent Variable: kualitas audit
b. Predictors: (Constant), masa kerja, Integritas, Tingkat Spiritual Auditor, Pendidikan S2, Independensi, Kompetensi, Profesionalisme, Pendidikan S1
Sumber: SPSS.16, data primer diolah, 2016
Dari tabel ANOVA didapat nilai Sig sebesar 0,000 (sig < 0,05) yang artinya bahwa
semua variabel independen yang terdiri atas kompetensi, independensi, integritas,
profesionalisme, tingkat spiritualitas auditor, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu kualitas audit.
Tabel 5 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
17
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .875a .765 .734 2.012
a. Predictors: (Constant), masa kerja, Integritas, Tingkat Spiritual Auditor, Pendidikan S2, Independensi, Kompetensi, Profesionalisme, Pendidikan S1
b. Dependent Variable: kualitas audit
Nilai koefisien determinasi yang dilihat dari nilai adjusted R square diperoleh nilai
sebesar 0,734 mendekati 1 yang berarti bahwa pengaruh antara variabel sangat signifikan atau
dapat juga dikatakan bahwa daya penjelas dari variabel-variabel bebas dalam penelitian ini
terhadap kualitas audit adalah sebesar 73,4% dan sisanya 26,6% dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak ikut diteliti.
PEMBAHASAN
Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kompetensi memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap kualitas audit dengan nilai probabilitas 0,007 < 0,05 sehingga
hipotesis pertama diterima. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi atau semakin
banyak dan beragam kompetensi yang dimiliki oleh auditor yang meliputi ilmu pengetahuan,
keterampilan, keahlian dan pengalaman, maka kualitas audit yang dihasilkan semakin
bermutu serta menghasilkan hasil audit yang akurat. Nilai pengaruh sebesar 0,209 yang
berarti setiap kenaikan kompetensi sebesar satu satuan akan menambah kualitas audit sebesar
0,209 satuan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marlin R (2014) bahwa
secara parsial kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian yang
dilakukan oleh Winda Kurnia, Khomsiyah, Sofie (2014), menemukan bahwa kompetensi
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independensi memiliki pengaruh negatif
tidak signifikan terhadap kualitas audit dengan nilai probabilitas 0,407 > 0,05 sehingga
hipotesis kedua ditolak. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sikap independen seorang
auditor tidak mempengaruhi baik buruknya hasil audit yag dilakukan pada instansi tertentu.
Hasil dari olah data menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,035 yang bernilai negatif. Dapat
diartikan bahwa apabila terjadi perubahan dalam sikap inependen seorang auditor maka hal
tersebut tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil auditnya. Hal ini sesuai dengan penelitian
18
Marlin R (2014) dan Fransiska Kovinna (2013) yang menyatakan bahwa independensi tidak
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Pengaruh Integritas terhadap Kualitas Audit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel integritas memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas audit dengan nilai probabilitas 0,028 < 0,05 sehingga hipotesis
ketiga diterima. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sikap integritas seorang auditor sangat
diperlukan dalam melakukan tugas mengaudit laporan keuangan suatu entitas pemerintahan.
Hasil olah data menunjukkan nilai keofisien sebesar 0,301 dan bernilai positif. Dapat
diartikan bahwa kualitas audit dipengaruhi oleh integritas auditor yaitu ketika auditor tetap
konsisten pada prinsip kejujuran dan ketaatan maka hasil audit yang dihasilkan akan semakin
meningkat. Dengan naiknya satu satuan integritas auditor akan berpengaruh pada
bertambahnya kualitas hasil audit sebesar 0,301. Hasil yang sama dari penelitian R. Lesmana
dan Nera (2015) yang menghasilkan bahwa integritas berpengaruh terhadap kualitas audit.
Pengaruh Sikap Profesionalisme terhadap Kualitas Audit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sikap profesionalisme auditor memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit dengan nilai probabilitas 0,031 < 0,05
sehingga hipotesis keempat diterima. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sikap
profesionalisme seorang auditor menjadi faktor penting dalam menentukan baik buruknya
kualitas audit, sebab sikap keprofesionalan auditor dapat mempengaruhi hasil laporan audit.
Dalam menilai atau mengaudit laporan keuangan dibutuhkan kecermatan, keseksamaan, dan
kemahiran yang profesional. Hasil ini sesuai dengan penelitian R. Lesmana dan Nera (2015)
Profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian Putri Nugrahini
(2015) juga mengemukakan hasil yang sama yaitu terdapat pengaruh positif dan
signifikan profesionalisme Auditor Internal terhadap kualitas audit.
Pengaruh Tingkat Spiritualitas Auditor terhadap Kualitas Audit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat spiritualitas auditor memiliki
pengaruh positif tidak signifikan terhadap kualitas audit dengan nilai probabilitas 0,386 >
0,05. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tinggi rendahnya tingkat spiritualitas auditor tidak
mempengaruhi baik buruknya kualitas hasil audit laporan keuangan. Temuan ini sejalan
dengan penelitian Popi Adiyes Putra (2009) yang menyatakan bahwa spiritualitas
mempengaruhi kualitas kerja pegawai.
Pengaruh Latar Belakang Pendidikan terhadap Kualitas Audit
19
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel latar belakang pendidikan
perhitungannya menggunakan variabel dummy. Berdasarkan hasil uji regresi diperoleh nilai
koefisien pendidikan S1 sebesar 0,303 artinya kualitas audit yang dilakukan oleh auditor
berpendidikan S1 adalah lebih tinggi daripada auditor berpendidikan S3 , namun karena nilai
signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari 0,05 (0,890) maka disimpulkan bahwa
pendidikan S1 tidak mempengaruhi kualitas audit. Demikian halnya dengan tingkat
pendidikan S2 yang memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,934). Meskipun
kualitas hasil audit yang dilakukan oleh auditor berpendidikan S1 atau S2 lebih rendah
dibandingkan kualitas hasil audit yang dilakukan oleh auditor berpendidikan S3, namun
pengaruh pendidikan S1 maupun S2 terhadap kualitas audit juga tidak signifikan. Dengan
adanya hasil tidak berpengaruhnya latar belakang pendidikan baik S1 maupun S2 terhadap
kualitas audit menunjukkan bahwa baik buruknya kualitas laporan audit tidak bergantung
pada tingginya pendidikan seorang auditor.
Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kualitas Audit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengalaman kerja memiliki pengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap kualitas audit dengan nilai probabilitas 0,728 > 0,05
sehingga hipotesis ketujuh ditolak. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sedikit banyaknya
pengalaman yang dimiliki auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil audit laporan
keuangan. Pengalaman kerja dijadikan indikator dari progres kinerja seorang auditor. Apabila
semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki auditor, maka tingkat keefisienan,
keefektifan, dan keakuratan laporan hasil audit akan meningkat atau berkualitas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil olah data statistik, menunjukkan bahwa variabel kompetensi,
independensi, integritas, sikap profesionalisme, tingkat spiritualitas auditor, latar belakang
pendidikan dan pengalaman kerja secara simultan memiliki pengaruh terhadap kualitas audit.
Sedangkan secara parsial menunjukkan hasil yaitu (1) Variabel kompetensi memiliki
pengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit (2) Variabel independensi memiliki
pengaruh negatif tidak signifikan terhadap kualitas audit (3) Variabel integritas memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit (4) Variabel sikap profesionalisme
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit (5) Variabel tingkat spiritualitas
auditor memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap kualitas audit (6) Variabel latar
20
belakang pendidikan memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap kualitas audit (7)
Variabel pengalaman kerja memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap kualitas audit.
Saran
Saran untuk peneliti selanjutnya untuk menambah jumlah responden.dan menambah
daerah yang dijadikan objek penelitian. Diharapkan peneliti mengambil sampel lebih banyak
dari penelitian ini, misalnya dengan menggunakan objek dari BPK di Perwakilan daerah lain
yang jumlah auditornya lebih banyak atau bisa juga menggunakan sampel auditor pemerintah
dari lembaga atau instansi lainnya dan selama ini penelitian tentang kualitas audit selalu
menggunakan data primer dalam analisisnya. Untuk itu perlu kiranya bagi peneliti berikutnya
menggunakan data sekunder dalam penelitian yang serupa sehingga diharapkan dapat
menghasilkan informasi tambahan yang lebih berkualitas dan objektif.
DAFTAR PUSTAKA