Prosiding Seminar Nasional SUSTAINABLE ARCHITECTURE AND URBANISM 2016
Universitas Diponegoro
166
KARAKTERISTIK POLA RUANG KOTA PINGGIRAN SUNGAI
DI KOTA SIAK SRI INDRAPURA
Muhammad Rijal*)
*)
Universitas Riau
E-mail : [email protected]
Abstract
Siak Sri Indrapura City is one of riverside city which found since the Siak Empire (18th century). The City at
eastern area of Sumatera island is a port city which build by the activity process of Siak riverside. The shape
of Siak Sri Indrapura city at this present has been build by the material culture and spiritual culture from
several ethnic, social classes, economic and government system in the past. Time has changed economic
system, government, technology and the formed mosaics shown the symptoms of growing and spread without
a right direction. These symptoms start up since this city founded as the capitol city of Siak district, as the
implication of city’s spreading which sponsored by the Riau Province government. To anticipated those
symptoms, need understanding about character that formed by Siak Sri Indrapura city as a riverside city,
because the understanding of a character of the area that has become an own style that can be used as a
consideration in developing environment, so the stakeholder won’t fell peculiar with the environment. In
studying the character of this riverside city pattern, been conduct through rationalistic approachment with
qualitative paradigm against research components settled to fit the objective of the research which is to asses
characteristic of city pattern that shaped by physical elements as an accumulation of city planning elements
like land use, mass and building shape, circulation and parking, open space, pedestrian, supporting
facilities, symbol and preservation digged from three city planning theories; and non physics element based
on social order as social culture and Siak people economy that effect the character shaping of Siak Sri
Indrapura city pattern. Base on the research result can be known that the character city pattern shaped in
Siak Sri Indrapura city actually linearly shaped because of the effect of the natural dominant element, Siak
river at riverside area.
Keywords: riverside city, character of riverside city, Siak Sri Indrapura.
1. PENDAHULUAN
Kota Siak Sri Indrapura adalah kota pinggiran sungai yang terbentuk semenjak hadirnya
Kerajaan Siak pada abad ke-18 (Norma, 1999). Kota yang terletak di belahan timur Pulau Sumatra
ini merupakan kota pelabuhan yang terbentuk dari proses aktifitas kehidupannya di pinggir Sungai
Siak. Kota pinggiran sungai maupun kota pesisir biasanya memiliki hubungan yang erat dengan
sejarah berdiri dan terjadinya suatu kota ataupun penemuan suatu tempat bermukim dan bertempat
tinggal (Widodo, 1996). Dengan melihat sejarah perkembangan kota-kota di dunia maka hal ini
dapat dimaklumi. Bahkan beberapa kota hingga sekarang masih berhubungan erat dengan air
seperti yang terjadi di Venesia dan Naple (Kostof, 1991). Wujud Kota Siak Sri Indrapura pada saat
ini telah dibentuk oleh kebudayaan material dan spiritual dari berbagai etnik, sosial, ekonomi dan
sistem pemerintahan pada masa lalu (William, 1999). Perjalanan waktu yang telah mengubah
sistim ekonomi, pemerintahan, perkembangan teknologi dan mosaik-mosaik yang terbentuk pada
saat ini menunjukkan gejala-gejala dan kecenderungan akan berkembang dan tumbuh tanpa arah.
Gejala-gejala ini mulai terlihat semenjak kota ini dijadikan sebagai Ibu Kota Kabupaten Siak,
implikasi terhadap pemekaran wilayah yang dilakukan Pemerintah Provinsi Riau. Kabupaten Siak
merupakan pemekaran dari Kabupaten Bengkalis, sesuai dengan Keputusan Gubernur Propinsi
Prosiding Seminar Nasional SUSTAINABLE ARCHITECTURE AND URBANISM 2016
Universitas Diponegoro
167
Riau No. 253/U/1999 tanggal 26 Mei 1999 yang memutuskan Kota Siak Sri Indrapura sebagai
ibukota kabupaten. Untuk mengantisipasi gejala-gejala tersebut, diperlukan pemahaman tentang
karakter yang terbentuk di Kota Siak Sri Indrapura sebagai kota pinggiran sungai, karena
pemahaman tentang karakter suatu daerah dapat dipakai sebagai salah satu pertimbangan dalam
menciptakan lingkungan agar penghuni tidak merasa asing dengan lingkungan tersebut (Trancik,
1986).
Kota Siak Sri Indrapura sebagai kota pinggiran sungai menunjukkan gejala-gejala dan
kecenderungan yang akan berkembang dan tumbuh tanpa arah karena konsep penataan dan
pengembangannya yang belum jelas, lebih lanjut akan mengakibatkan hilangnya karakteristik pola
ruang kota pinggiran sungai sebagai salah satu pembentuk identitas kota. Tujuan penelitian adalah
mengkaji karakteristik pola ruang kota pinggiran sungai di Kota Siak Sri Indrapura berdasarkan
aspek fisik yang terbentuk melalui elemen-elemen fisik kota sebagai akumulasi dari pengaturan
elemen-elemen perancangan kota, dan berdasarkan aspek non fisik yang terbentuk dari elemen-
elemen non fisik berupa tatanan sosial masyarakat yang terbentuk dari kondisi sosial budaya dan
sosial ekonomi.
2. KAJIAN PUSTAKA
Karakter kota diperlukan untuk memberikan pemahaman tentang identitas suatu kota
(Lynch, 1961) sesuai dengan potensi yang ada. Dalam hal ini, karakter merupakan perwujudan
secara fisik maupun non-fisik, yang memberikan suatu citra dan identitas kota (Budihardjo, 1991).
Pemahaman tentang nilai dari tempat merupakan pemahaman tentang keunikan dari suatu tempat
secara khusus, bila dibandingkan dengan tempat lain (Lynch, 1960; Schulz, 1980). Karakteristik
pola ruang kota pinggiran sungai adalah tampilan lingkungan binaan kota yang memiliki pola
pengembangan massa yang dinamis sesuai dengan karakter pinggiran sungai tempat kawasan
tersebut berada yang memiliki keterkaitan kegiatan dan orientasi dengan lingkungan perairan
sungai sekitarnya (Breen & Rigby, 1994) sebagai hasil produk sejarah dari pengambilan keputusan
banyak pihak dalam kurun waktu tertentu (Danisworo, 1989; Kostof, 1991; Henri & Hasan, 1999)
dan perkembangan kehidupan sosial masyarakatnya (Evers & Korff, 2002).
Pada dasarnya elemen-elemen pembentuk karakterisk pola ruang kota pinggiran sungai
diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu elemen fisik kota sebagai berupa kondisi fisik secara
visual yang terbentuk dan elemen non fisik sebagai elemen tidak terukur dimana kota merupakan
tatanan sosial masyarakat yang mempengaruhi pembentukan pola spatial kota. Elemen-elemen
pembentuk karakter ruang fisik kota yang dipergunakan sebagai landasan analisa pada kawasan
studi berupa; penggunaan lahan, massa dan bentuk bangunan, sirkulasi dan parkir, ruang terbuka,
jalur pejalan kaki, aktifitas pendukung, simbol dan preservasi (Shirvani, 1985) sebagai akumulasi
Prosiding Seminar Nasional SUSTAINABLE ARCHITECTURE AND URBANISM 2016
Universitas Diponegoro
168
pengaturan elemen-elemen perancangan kota (Zahnd, 1999; Danisworo, 1989). Elemen-elemen
pembentuk karakter ruang non fisik kota yang dipergunakan sebagai landasan analisa pada
kawasan studi berupa tatanan sosial yang terbentuk melalui kondisi sosial ekonomi dan kondisi
sosial budaya masyarakat Kota Siak Sri Indrapura yang membentuk karakter pola ruang kota
pinggiran sungai ini (Koentjaraningrat, 1971; Rapoport, 1980; Evers & Korff, 2002).
3. METODE PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian yakni mengkaji karakteristik pola ruang kota pinggiran sungai
di Kota Siak Sri Indrapura dengan mengaitkan perkembangan fisik dan non fisik pola ruang kota
pinggiran sungai, maka untuk mencapai tujuan penelitian ini, metodologi penelitian yang
digunakan melalui pendekatan rasionalistik dengan paradigma kualitatif. Desain penelitian
rasionalistik bertolak dari kerangka teoritik yang dibangun dari pemaknaan hasil penelitian
terdahulu, teori-teori yang dikenal, buah pikiran para akar dan dikonstruksikan menjadi sesuatu
yang mengandung sejumlah problematik yang perlu diteliti lebih lanjut. Dimana metodologi
penelitian kualitatif rasionalistik ini berangkat dari pendekatan holistik berupa grand concepts yang
dijabarkan menjadi teori subtantif, obyek diteliti dengan tanpa dilepaskan dari konteksnya dalam
fokus/aksentuasi tertentu dan hasil penelitiannya didudukan kembali pada grand concepts
(Muhadjir, 1992). Untuk mengakaji penelitian ini terlebih dahulu ditetapkan komponen-komponen
yang akan diteliti, yang kemudian diterjemahkan dalam tiga kelompok pokok teori perancangan
kota, yakni teori figure ground, lingkage dan place. Komponen-komponen yang diteliti
berdasarkan aspek fisik berdasarkan akumulasi dari elemen-elemen perancangan kota berupa:
penggunaan lahan, massa dan bentuk bangunan, sirkulasi dan parkir, ruang terbuka, jalur pejalan
kaki, aktifitas pendukung, simbol dan preservasi (Shirvani, 1985). Sedangkan untuk aspek non fisk,
berdasarkan tatanan sosial masyarakat siak berupa: kondisi sosial budaya dan kondisi sosial
ekonomi (Koentjaraningrat, 1971; Rapoport, 1980; Evers & Korff, 2002).
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakter Pola Ruang Fisik
Karakter pola ruang fisik kota pinggiran sungai yang terbentuk di Kota Siak Sri Indrapura
pada dasarnya berbentuk linier karena pengaruh unsur alami yang dominan berupa Sungai Siak.
Sungai Siak yang berbatasan langsung dengan Kota Siak Sri Indrapura sangat berperan dalam
membentuk orientasi pemukiman karena sungai tersebut bagi masyarakat siak merupakan medium
kehidupan dan sarana yang vital dalam proses pembentukan kotanya. Pada kawasan darat dijumpai
pola grid yang dibangun oleh konstruksi massa massiv dan ruang luar (Gambar 1).
Prosiding Seminar Nasional SUSTAINABLE ARCHITECTURE AND URBANISM 2016
Universitas Diponegoro
169
Pola ruang fisik yang terbentuk Kota Siak Sri Indrapura berdasarkan elemen-elemen fisik
pembentukan karakter pola ruang kota pinggiran sungai:
1. Penggunaan Lahan
- Pembentukan ruang berdasarkan perletakan lahan tanah dan perairan sungai
menunjukan bahwa ruang transisi antara ruang darat dan ruang perairan merupakan
ruang peralihan antara kehidupan darat dan perairan sehingga secara visual hubungan
menunjukan pemfokusan sehingga menciptakan pola memusat dimana ruang transisi
sebagai kawasan pinggir sungai menjadi pusat ruang/inti/nukleus bagi Kota Siak Sri
Indrapura sehingga pola ruang yang tercipta memusat ke arah kawasan pinggir sungai.
- Dari ruang-ruang ini dapat diketahui pola tata letak kota pinggiran sungai ini terbagi
menjadi pola-pola:
a. Pola mengelompok. Pola ini terdapat pada ruang transisi antara ruang daratan dan
ruang perairan berupa kawasan pasar dan pemukiman yang terbentuk mengelompok
pada muara suak.
b. Pola menyebar. Pola ini terdapat pada ruang daratan berupa kawasan pemukiman
yang terbentuk menyebar dengan bentuk bangunan individual.
c. Pola memanjang. Pola ini terdapat pada ruang transisi antara ruang daratan dan
ruang perairan berupa kawasan pasar dan pemukiman yang berbatasan langsung
dengan ruang perairan terbentuk memanjang mengikuti pinggiran Sungai Siak
- Ruang kota yang terbentuk oleh suak-suak, Sungai Siak dan jalur pengubung berupa
jalan dan jembatan membentuk pola grid. Hal ini bisa dilihat dari jalur-jalur imajiner
Gambar 1 Wilayah Pemukiman Pinggir Sungai, Merupakan Awal Pertumbuhan Pemukiman yang Terbentuk di Kota Siak
Sri Indrapura. Pola Lahan Pemukiman yang Terbentuk pada Kawasan Pinggir Sungai Membentuk Pola Linier.
(A). Sedangkan Wilayah Pemukiman Darat, Merupakan Wilayah Pemukiman yang Terbentuk Akibat Perluasan
dari Pemukiman di Pinggir Sungai (Perkembangan Penyebaran Pemukiman di Kota Siak Sri Indrapura Yang
Cenderung ke Arah Darat Akibat Erosi yang Dialami pada Kawasan Sisi Sungai). Pola Lahan Pemukiman Yang
Terbentuk Pada Kawasan Darat Berbentuk Grid. (B)
Prosiding Seminar Nasional SUSTAINABLE ARCHITECTURE AND URBANISM 2016
Universitas Diponegoro
170
yang terbentuk dari sungai skunder berupa suak-suak yang memanjang dari arah utara –
selatan tegak lurus terhadap sungai primer berupa Sungai Siak dan jalur penghubung
berupa elemen jalan dan jembatan yang menghubungkan ruang-ruang yang terbentuk
dari jarak antar suak yang memanjang linier dari arah timur-barat.
- Pola lahan pemukiman yang terbentuk pada ruang darat dan ruang transisi berupa:
a. Pola lahan pemukiman yang terbentuk pada kawasan pinggir sungai membentuk
pola linier. Pola linier ini terbentuk dari orientasi pemukiman (solid) di sepanjang
pinggir sungai yang cenderung mengarah ke Sungai Siak (void).
b. Pola lahan pemukiman yang terbentuk pada kawasan darat berbentuk grid. Pola grid
ini terbentuk dari orientasi pemukiman (solid) di kawasan darat yang cenderung
mengarah ke jalan lingkungan (void) berbentuk grid.
- Dari identifikasi ruang-ruang yang terbentuk berdasarkan pengelompokan-
pengelompokan aktifitas sejenis atau beberapa jenis di kota pinggiran sungai ini dari
analisa figure ground dapat diketahui bahwa pola ruang yang terbentuk berupa pola
grid. Konfigurasi antar elemen solid dan void yang terdapat pada masing-masing ruang
aktifitas membentuk pola:
a. Pola ruang pada kawasan pasar yang dibentuk oleh aktifitas perdagangan secara
keseluruhan membentuk pola grid yang dibentuk oleh urban solid berupa blok
bangunan deret dengan orientasi menghadap ke jalan lingkungan pasar berupa urban
void yang didukung oleh batas kawasan pasar berupa suak dan sungai siak sebagai
urban void.
b. Pola ruang pada kawasan Istana Siak yang dibentuk oleh aktifitas pelayanan
pemerintahan secara keseluruhan membentuk pola grid yang dibentuk oleh urban
solid berupa blok bangunan tunggal dengan orientasi menghadap ke jalan
lingkungan istana berupa urban void yang didukung oleh batas kawasan Istana Siak
berupa suak sebagai urban void open linier system dan pusat kawasan berupa
lapangan terbuka yang terdapat di depan Istana Siak yang berbentuk square
c. Pola ruang pada kawasan mesjid yang dibentuk oleh aktifitas peribadatan secara
keseluruhan membentuk pola linier yang dibentuk oleh urban solid berupa blok
bangunan tunggal dengan orientasi menghadap ke jalan lingkungan mesjid berupa
urban void yang didukung oleh batas kawasan mesjid berupa suak dan Sungai Siak
sebagai urban void open linier system
d. Pola ruang pada kawasan sungai yang dibentuk oleh aktifitas perairan secara
keseluruhan membentuk pola linier yang dibentuk oleh urban solid berupa blok
bangunan tunggal dengan orientasi menghadap ke Sungai Siak berupa urban void
yang terbentang linier.
Prosiding Seminar Nasional SUSTAINABLE ARCHITECTURE AND URBANISM 2016
Universitas Diponegoro
171
2. Massa dan Bentuk Bangunan
- Dari penjelasan urban solid yang terbentuk dari blok tunggal, blok mendefinisikan sisi
dan blok medan, pola ruang yang terbentuk dari konfigurasi massa bangunan di Kota
Siak Sri Indrapura berupa:
a. Pola linier yang dibentuk oleh susuan pemukiman yang berkembang di sepanjang
pinggir Sungai Siak dan pemukiman yang terdapat di sepanjang Jalan Sultan Ismail.
Orientasi bangunan menghadap ke arah sungai dan ke arah Jalan Sultan Ismail.
b. Pola grid yang dibentuk oleh pengaturan deretan bangunan dan pertemuan jalur-jalur
sirkulasi pada kawasan darat. Bentuk bangunan tunggal yang dominan pada kawasan
darat dan kawasan pasar yang memiliki orientasi massa bangunan ke arah jalan,
kecuali tempat ibadah umat islam berupa mesjid yang orientasinya ke arah barat.
- Sedangkan bentuk bangunan yang terdapat di Kota Siak Sri Indrapura memberikan
penjelasan bahawa pola ruang yang terbentuk berupa:
a. Bangunan yang terbentuk pada kawasan pinggir sungai berbentuk panggung, dimana
bangunan ditopang oleh tiang-tiang yang ditanam di perairan pinggiran sungai
dengan arah orientasi menghadap ke arah kawasan sungai siak dalam bentuk
bangunan tunggal dan bangunan deret yang membentuk linier di sepanjang pinggiran
Sungai Siak.
b. Bangunan yang terbentuk pada kawasan darat merupakan bangunan yang
berhubungan langsung dengan darat berbentuk panggung dengan pondasi berbentuk
umpak dan orientasi bangunannya mengarah ke jalan lingkungan dalam bentuk
bangunan tunggal dan bangunan deret yang membentuk pola grid sesuai pola jalan
lingkungan yang terbentuk di Kota Siak Sri Indrapura.
3. Sirkulasi dan Parkir
- Dari pola pencapaian melalui sistim transportasi di Kota Siak Sri Indrapura dapat
diketahui bahwa pola sirkulasi yang terbentuk:
a. Pola sirkulasi pada kawasan perairan sungai di Kota Siak Sri Indrapura yang
terbentuk oleh Sungai Siak yang berfungsi sebagai sarana perhubungan sungai yang
digunakan untuk kegiatan pergerakan dan perpindahan penduduk maupun barang.
Keberadaan fasilitas perhubungan sungai ini berpengaruh terhadap kegiatan
perekonomian wilayah dalam perkembangan dan pembentukan struktur ruang di
Kota Siak Sri Indrapura. Pola sirkulasi yang terjadi di Sungai Siak berupa sirkulasi
dari alat transportasi air (sampan, kapal) yang bergerak di sepanjang pesisir Sungai
Siak dan penyeberangan ke arah Kampung Mempura, seberang Kota Siak Sri
Indrapura.
Prosiding Seminar Nasional SUSTAINABLE ARCHITECTURE AND URBANISM 2016
Universitas Diponegoro
172
b. Pola sirkulasi yang terbentuk pada kawasan darat di Kota Siak Sri Indrapura terlihat
pada jalur transportasi jalan yang terbentuk dalam kawasan kota membentuk pola
grid. Pola sirkulasi yang terbentuk di dalam Kota Siak menggunakan pola jalan yang
terbentuk oleh alat transportasi darat berupa becak, sepeda, sepeda motor, mobil
pribadi dan pejalan kaki disepanjang pedestrian yang terbentuk.
- Sistim parkir yang terbentuk di Kota Siak Sri Indrapura berupa sistim parkir yang
terdapat pada kawasan darat terbentuk di bahu jalan lingkungan dan sistim parkir
perairan yang terbentuk di kawasan pesisir sungai berupa dermaga-dermaga.
4. Ruang Terbuka
- Ruang terbuka sebagai elemen pembentuk karakter pola ruang kota pinggiran sungai di
Kota Siak Sri Indarpura dalam skala kawasan berupa Sungai Siak itu sendiri sebagai
ruang terbuka terbesar dari Kota Siak Sri Indrapura. Pola yang di bentuk dari ruang
terbuka ini berdasarkan aktifitas pergerakan yang membentuknya terbentuk pola linier
sesuai dengan kondisi yang membentuk sungai tersebut.
- Ruang terbuka yang tercipta pada kawasan darat secara garis besar berupa pola-pola
ruang terbuka yang tercipta melalui:
a. Lorong (corridor), merupakan kategori path yang berfungsi sebagai jalur sirkulasi
yang menghubungkan suatu fungsi dengan fungsi lainnya atau lebih. Bentuk ruang
ini didefinisikan dengan jalur jalan yang ada di Kota Siak Sri Indrapura dan elemen
dinding bangunan yang ada di kedua sisinya.
b. Kantong (cluster), bentuk khas ini terlihat pada ruang terbuka yang terdapat di depan
istana siak berbentuk square, fungsi yang spesifik dari ruang terbuka ini
menimbulkan kesan nodes yang kuat pada kawasan tersebut. Ruang ini terbentuk
sebagai akibat dari penataan masa bangunan di sekitar ruang terbuka.
c. Ruang antar bangunan, ruang terbuka yang terbentuk oleh jarak bebas antara satu
bangunan dengan bangunan lainnya pada pemukiman di Kota Siak Sri Indrapura.
5. Jalur Pejalan Kaki
- Pola jalur pejalan kaki ini tidak terlepas dari peran jalur sirkulasi sebagai perangkai
selain sebagai prasarana transportasi berupa:
a. Perangkai Kegiatan
Tipe perangkai ini terbentuk karena adanya kegiatan penduduk siak yang terjadi
pada waktu tertentu berupa kegiatan yang terjadi pada saat intensitas pergerakan
kegiatan tinggi.
b. Perangkai Komposisional
Tipe ini terbentuk oleh pola rumah yang memberikan bentuk perangkaian
komposisional. Jaringan merata diakibatkan sirkulasi yang menerus (linier). Bentuk
Prosiding Seminar Nasional SUSTAINABLE ARCHITECTURE AND URBANISM 2016
Universitas Diponegoro
173
perangkaian ini dipengaruhi oleh perkembangan kawasan sekitarnya untuk
menampung kegiatan masyarakat yang makin bervariasi. Aspek perangkai ini
merupakan elemen penting yang menghubungkan jalur sirkulasi utama dengan area
pengisi kawasan.
c. Perangkai Kawasan
Tipe ini terbentuk sebagai jalur utama antara kawasan, yakni pada jalan yang
tipikalnya linier sejajar dengan ruas sungai siak. Perangkai kawasan ini mendukung
perangkaian kawasan yang lebih luas dalam hubungannya dengan kawasan di luar
Kota Siak Sri Indrapura
6. Aktifitas Pendukung
- Pola ruang yang terbentuk berdasarkan aktifitas pendukung di Kota Siak Sri Indrapura
dari hasil analisa figure ground berupa:
a. Aktifitas perdagang yang berlangsung pada bangunan-bangunan yang terdapat di
kawasan pasar yang memiliki orientasi ke arah jalan lingkungan mengikuti pola yang
terbentuk oleh jalan lingkungan, sehingga pola ruang yang terbentuk mengikuti pola
jalan lingkungan berupa pola grid.
b. Kawasan pelabuhan berupa areal dermaga dengan memanfatkan ruang-ruang
fungsional kota pinggiran sungai seperti dermaga-dermaga yang terbentuk di
sepanjang kawasan pinggir Sungai Siak. Areal dermaga terbentuk pada kawasan
pinggir Sungai Siak sebagai implementasi dari aktifitas transportasi perairan bagi
penduduk Kota Siak Sri Indrapura dalam melakukan kegiatan perdagangan ke luar
maupun masuk ke kota pinggiran sungai ini. Kegiatan ini berlangsung linier di
sepanjang perjalanan dari dermaga menuju ke kawasan pasar.
7. Simbol
- Berdasarkan kajian data diperoleh bahwa simbol yang terdapat di Kota Siak Sri
Indrapura berupa simbol yang terbentuk pada:
a. Kawasan sungai, simbol dan tanda bisa dilihat berupa barrier yang terbentuk di
Sungai Siak sebagai penentu kedalaman sungai yang bisa dilewati oleh jalur
transportasi air. Barrier tersebut juga berupa bakau yang tumbuh di sepanjang Sungai
Siak sebagai batas antara darat dan sungai.
b. Kawasan pinggir sungai, simbol dan tanda dapat dijumpai berupa dermaga yang
menjorok ke sungai dan areal parkir untuk alat transportasi perairan yang berlabuh.
c. Kawasan darat, simbol dan tanda yang terbentuk berupa tanda-tanda lalu lintas dan
papan reklame/papan nama.
Prosiding Seminar Nasional SUSTAINABLE ARCHITECTURE AND URBANISM 2016
Universitas Diponegoro
174
8. Preservasi
- Bila dianalisa dari pola urban solid-void, Istana Siak merupakan landmark kota
pinggiran sungai yang memiliki nilai sejarah dengan bentuk yang unik dan ukuranya
dibandingkan dengan bangunan di sekitarnya skalanya lebih besar. Kesan monumental
dengan kehadiran urban void di depan istana berupa lapangan terbuka yang memberikan
jarak pandang berupa visual yang monumental terhadap Istana Siak ini.
- Sedangkan Sungai Siak, bila dilihat keberadaannya sebagai elemen fisik, urban void ini
terasa tegas keberadaannya dengan pembangunan dam di sepanjang pinggir sungai.
B. Karakter Pola Ruang Non Fisik
Sedangkan pola ruang non fisik yang terbentuk di Kota Siak Sri Indrapura terbentuk dari dua
etnis yang dominan dalam membangun tatanan sosial berupa konstruksi sosial dan kultural yang
dibangun oleh masyarakat tionghoa sebagai masyarakat pendatang yang sudah lama bermukim di
Kota Siak Sri Indrapura dan masyarakat melayu yang dikenal dengan penduduk tempatan/asli
(Gambar 2). Kedua masyarakat tersebut dalam membangun konstruksi ruang sosial memiliki pola
yang berbeda, dimana masyarakat tionghoa yang mendominasi di kawasan pasar cenderung
membentuk pola ruang grid yang tegas, sedangkan masyarakat melayu dalam membentuk pola
ruang di Kota Siak Sri Indrapura yang cenderung membentuk pola menyebar yang tidak teratur dan
tidak memilki batas ruang yang tegas (Gambar 3 & 4). Hal ini disebabkan dua konsep perbedaan
antara kedua etnik dalam memandang makna ruang kota, masyarakat tionghoa cenderung memilki
konsep sebagai masyarakat urban sedangkan masyarakat melayu lebih cenderung konsep
masyarakat tradisional.
Gambar 2
Sebaran Kelompok Etnis yang Terbentuk di Kota Siak Sri Indrapura Mempengaruhi Penempatan
Ruang-ruang Keagamaan yang Tersusun Sesuai dengan Keberadaan Mayoritas Etnis yang
Bermukim
Prosiding Seminar Nasional SUSTAINABLE ARCHITECTURE AND URBANISM 2016
Universitas Diponegoro
175
Gambar 3
Pengelompokan Ruang-ruang Interaksi Sosial yang Terbentuk di Kota Siak Sri Indrapura
Prosiding Seminar Nasional SUSTAINABLE ARCHITECTURE AND URBANISM 2016
Universitas Diponegoro
176
Gambar 4
Ruang-ruang Ekonomi yang Terbentuk di Kota Siak Sri Indrapura Berupa Ruang yang Terdapat
pada Kawasan Pasar dan Ruang yang Terbentuk pada Kawasan Pinggir Sungai Berupa Dermaga
yang Menunjang Aktifitas Perekonomian Masyarakat Siak
Prosiding Seminar Nasional SUSTAINABLE ARCHITECTURE AND URBANISM 2016
Universitas Diponegoro
177
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa karakter pola ruang kota yang terbentuk
di Kota Siak Sri Indrapura pada dasarnya berbentuk linier karena pengaruh unsur alami yang
dominan berupa Sungai Siak pada kawasan pinggir sungai. Sungai Siak yang berbatasan langsung
dengan Kota Siak Sri Indrapura sangat berperan dalam membentuk orientasi permukiman karena
sungai tersebut bagi masyarakat siak merupakan medium kehidupan dan sarana yang vital dalam
proses pembentukan kotanya. Pada kawasan darat dijumpai pola grid yang dibangun oleh
konstruksi massa dan ruang luar.
Sedangkan karakter pola ruang non fisik terbentuk dari dua kelompok tatanan sosial
masyarakat yang berbeda dalam membangun konstruksi sosial dan budaya di Kota Siak Sri
Indrapura yaitu kelompok masyarakat Cina sebagai masyarakat pendatang yang sudah lama
bermukim di kota pinggiran sungai ini dan kelompok masyarakat melayu sebagai penduduk
tempatan/asli. Masyarakat Cina yang mendominasi di kawasan pasar cenderung membentuk pola
ruang grid dan memiliki batas yang tegas pada kawasannya. Sedangkan masyarakat melayu dalam
membentuk pola ruang di Kota Siak Sri Indrapura cenderung membentuk pola linier yang
menyebar dan tidak teratur dengan batas ruang yang tidak jelas dan tegas. Hal ini disebabkan dua
konsep yang berbeda dalam memandang makna ruang kota, masyarakat Cina cenderung memiliki
karakter sebagai masyarakat urban sedangkan masyarakat melayu lebih cenderung memiliki
karakter sebagai masyarakat tradisional.
6. UCAPAN TERIMA KASIH
Terimaksih kepada LPDP-BUDI-DN
7. DAFTAR PUSTAKA
Breen, A. & Rigby, D., R. 1994. Waterfronts : Cities Reclaim Their Edge, New York : McGraww-
Hill.
Budihardjo, E., 1997, Lingkungan Binaan dan Tata Ruang Kota, Yogyakarta : Andi.
Danisworo, M., 1991, Keterkaitan Urban Design Di Dalam Proses Perencanaan Kota, Bandung :
Jurusan Planologi ITB.
Evers, D. & Korff, R., 2002, Urbanisme di Asia Tenggara : Makna dan Kekuasaan dalam Ruang-
ruang Sosial, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Henri, C., Hasan, M. A., 1999, Panggung Sejarah : Persembahan Kepada Prof. Denys Lombard,
Indonesia : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Yayasan Obor Indonesia.
Koentjaraningrat, 1971, Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia, Indonesia : Jambatan.
Kostof, S., 1991, The City Shaped : Urban Pattern And Meanings Through History, London :
Thames And Hudson Ltd.
Lynch, K., 1960, City Sense And City Design, Massachussets : The MIT Press.
Prosiding Seminar Nasional SUSTAINABLE ARCHITECTURE AND URBANISM 2016
Universitas Diponegoro
178
Lynch, K., 1961, Good City Form, Massachussets : The MIT Press,
Muhadjir, N., 1992, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Sarasin.
Norma, D., 1999, Selintas Sejarah Kerajaan Siak Sri Indrapura dan Peninggalannya, Pekanbaru :
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Bagian Proyek Pembinaan Permusiuman Riau.
Rapoport, A., 1980, Human Aspects Of Urban Form : Towards A Man-Environment Approach To
Urban Form And Design, England : Pergamon Press Oxford.
Schulz C. N., 1980, Genius Loci : Towards A Phenomenology Of Architecture, London : Academic
Editions.
Shirvani, H., 1985, The Urban Design Process, New York : Van Nostrand Reinhold Company.
Trancik, R., 1986, Finding Lost Space, New York : Van Nostrand Reinhold Company.
Widodo, J., 1996, The Urban History Of The Southeast Asian Coastel Cities (Particularly From
14th Century Until Mid-20th Century). Japan : Phd Dissertation, University Of Tokyo.
William, M., 1999, Sejarah Sumatra, Bandung : Remaja Rosda Karya.
Zahnd, M., 1999, Perancangan Kota Secara Terpadu : Teori Perancangan Kota dan
Penerapannya, Yogyakarta : Soegijapranata University Press, Kanisisus