Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
Pusat Riset dBank IndoneTelp: 021 38Fax.: 021 35email: PRES@Hak Cipta © 2012
dan Edukasi esia 817321 501912 @bi.go.id
© 2012, Bank
Ko
LAPe
Bank Sentra
Indonesia
odifikas
ikuAsinedag
GaZu
Angga
al
si Pera
uiding gang
Tim PenyRamlan GDudy Iskntiah Wulkarnain ayasti HaRiska Ros
turan B
itas
Valu
yusun Ginting kandar uryandaniSitompulayu Anindsdiana
Bank In
s Va
uta A
i
dita
ndones
alut
Asing
sia
ta
g
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
i
DAFTAR ISI
Paragraf Halaman
Daftar Isi Hal. i – iv Rekam Jejak Pedagang Valuta Asing Hal. vDasar Hukum Hal. viRegulasi Terkait Hal. viRegulasi Bank Indonesia Hal. viPedagang Valuta Asing Ketentuan Umum Pg. 1 Hal. 1 – 2 Jenis dan Kegiatan Usaha PVA Pg. 2 – 5 Hal. 2 Pedagang Valuta Asing Bukan Bank Pg. 6 – 32 Hal. 3 – 21 Badan Hukum dan Modal Disetor PVA Bukan Bank Pg. 6 – 7 Hal. 3 Direksi, Dewan Komisaris dan Pemegang Saham Pg. 8 – 10 Hal. 3 – 4 Perizinan PVA Bukan Bank Pg. 11 – 15 Hal. 4 – 10 PVA Bukan Bank Pg. 11 – 13 Hal. 4 – 9 PVA Bukan Bank yang Melakukan Kegiatan Usaha Pengiriman
Uang Pg. 14 – 15 Hal. 9 – 10 Kewajiban PVA Bukan Bank Pg. 16 Hal. 10 Pembukaan Kantor Cabang dan Gerai (Counter) PVA Bukan Bank Pg. 17 – 21 Hal. 10 – 13 Pembukaan Kantor Cabang Pg. 17 – 20 Hal. 10 – 12 Pembukaan Gerai (Counter) Pg. 21 Hal. 13 Pemindahan Alamat Kantor PVA Bukan Bank Pg. 22 – 25 Hal. 13 – 15 Perubahan Direksi, Dewan Komisaris dan/atau Pemegang Saham PVA Bukan Bank Pg. 26 – 28 Hal. 15 – 17 Perubahan Nama, Modal Dasar dan/atau Modal Disetor PVA Bukan Bank Pg. 29 – 30 Hal. 17 – 18 Penghentian Sementara atau Permanen Kegiatan Usaha PVA Bukan Bank Pg. 31 – 32 Hal. 18 – 21 Penghentian Sementara Kegiatan Usaha PVA Bukan Bank Pg. 31 Hal. 18 – 20 Penghentian Permanen Kegiatan Usaha PVA Bukan Bank Pg. 32 Hal. 20 – 21
Pedagang Valuta Asing Bank Pg. 33 – 43 Hal. 21 – 30 Perizinan PVA Bank Pg. 33 – 36 Hal. 21 – 24 Pelaksanaan Kegiatan PVA pada Kantor‐Kantor Bank Pg. 37 Hal. 24 – 27 Penghentian Kegiatan Usaha PVA Bank Pg. 38 – 40 Hal. 27 – 29 Saldo Harian Pos Aktiva Dalam Valuta Asing Pg. 41 Hal. 29 Status PVA Bagi Bank Yang Dibekukan atau Dicabut Izin Usaha Pg. 42 – 43 Hal. 30
Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT)
Pg. 44 Hal. 30
Pengawasan dan Pembinaan Pg. 45 – 52 Hal. 30 – 37 Sanksi Pg. 53 – 58 Hal. 37 – 42 PVA Bukan Bank Pg. 53 – 56 Hal. 37 – 40 PVA Bank Pg. 57 Hal. 40 – 42
Lain – Lain Pg. 59 Hal. 42 – 43 Lampiran Lampiran I: Permohonan dan Pelaporan Perizinan Pg. 44 – 67
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
ii
Lampiran I.A. : Permohonan Izin Usaha Sebagai Pedagang Valuta Asing (PVA) Bukan Bank Pg. 45 – 46 Lampiran I.B. : Surat Pernyataan untuk Pemegang Saham Pg. 47Lampiran I.C. : Surat Pernyataan untuk Anggota Dewan Komisaris dan Anggota Direksi Pg. 48Lampiran I.D. : Wilayah Kerja Kantor Pusat dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri Pg. 49 – 54 Lampiran I.E. : Surat Kuasa untuk Pengambilan Dokumen Pg. 55Lampiran I.F. : Permohonan Pembukaan Kantor Cabang Pg. 56Lampiran I.G. : Pembukaan Gerai (Counter) Pg. 57Lampiran I.H. : Permohonan Pemindahan Alamat Kantor (Pusat/Cabang)
Pg. 58
Lampiran I.I. : Permohonan Persetujuan Perubahan Pemegang Saham, Anggota Dewan Komisaris dan/atau Anggota Direksi
Pg. 59
Lampiran I.J. : Laporan Perubahan Pemegang Saham, Pengangkatan Anggota Dewan Komisaris dan/atau Anggota Direksi Yang Telah Disetujui Bank Indonesia
Pg. 60
Lampiran I.K. : Laporan Perubahan Nama Perseroan Terbatas (PT) Pg. 61Lampiran I.L. : Laporan Perubahan Modal Dasar dan/atau Modal Disetor
Pg. 62
Lampiran I.M. : Laporan Penghentian Sementara Kegiatan Usaha Bagi Kantor (Pusat/Cabang) PVA Bukan Bank
Pg. 63
Lampiran I.N. : Laporan Pembukaan Kembali Kantor (Pusat/Cabang) PVA Bukan Bank dari Penghentian Sementara Kegiatan Usaha
Pg. 64
Lampiran I.O. : Laporan Perpanjangan Penghentian Sementara Kegiatan Usaha Kantor (Pusat/Cabang) PVA Bukan Bank
Pg. 65
Lampiran I.P. : Laporan Penghentian Permanen Kegiatan Usaha Kantor Pusat
Pg. 66
Lampiran I.Q. : Laporan Penghentian Permanen Kegiatan Usaha Kantor Cabang
Pg. 67
Lampiran II: Pedoman Pembukuan dan Penyusunan Laporan Berkala PVA Bukan Bank
Pg. 68 – 104
Lampiran II.A. Contoh Laporan Kegiatan Usaha Pg. 69 – 70 Lampiran II.B. Contoh Laporan Keuangan Pg. 71 – 73 Lampiran II.C. Pedoman Pembukuan dan Penyusunan Laporan Berkala PVA Bukan Bank Pg. 76 – 104
UMUM Pg. 76 Tujuan Penyusunan Pedoman Pg. 76 Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Pg. 76 KONSEP DASAR PEDOMAN PEMBUKUAN DAN PENYUSUNAN
LAPORAN KEUANGAN PVA BUKAN BANK Pg. 77
Standar Keuangan, Perundangan dan Peraturan yang Mendasari Pg. 77 AKUNTANSI ASET Pg. 78 – 80 Pengertian dan Dasar Pencatatan Aset Pg. 78 Kas dan Bank Pg. 78 Piutang TC Pg. 79 Piutang Lain‐Lain Pg. 79 Sewa Dibayar Di muka Pg. 79 Asuransi Dibayar Di muka Pg. 79 Aset Tetap Pg. 79
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
iii
Aset Lain‐Lain Pg. 80 AKUNTANSI KEWAJIBAN (LIABILITAS) Pg. 81 – 82 Pengertian dan Dasar Pencatatan Kewajiban Pg. 81 Pinjaman Yang Diterima Pg. 81 Hutang Sewa Pg. 81 Kewajiban Pengiriman Uang (Money Remittance) Pg. 82 Kewajiban Lain‐Lain Pg. 82 AKUNTANSI EKUITAS Pg. 83 Pengertian dan Dasar Pencatatan Ekuitas Pg. 83 Modal Disetor Pg. 83 Saldo Laba Rugi Pg. 83 AKUNTANSI PENDAPATAN DAN BEBAN Pg. 84 – 85 Prinsip Pengakuan Pendapatan dan Beban Pg. 84 Pendapatan Operasional Pg. 84 Beban Operasional Pg. 84 – 85 Pendapatan dan Beban Lain‐Lain Pg. 85 AKUNTANSI PERPAJAKAN Pg. 86 PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA PVA BUKAN BANK Pg. 87 – 104 Laporan Kegiatan Usaha Pg. 87 – 96 Laporan Keuangan Pg. 97 – 104 Lampiran III: Petunjuk Teknis Pelaporan Pedagang Valuta Asing Online Pg. 105 – 191 PENDAHULUAN Pg. 107 Latar Belakang dan Tujuan Pg. 107 Tata Cara Penyampaian Laporan Pg. 107 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PELAPOR Pg. 108 – 110 Sandi, User ID dan Password Pelapor Pg. 108 Penyampaian laporan kepada Bank Indonesia Pg. 109 Penyampaian laporan kepada Bank Indonesia di luar batas waktu Pg. 110 LAPORAN PVA ON LINE Pg. 111 – 136 Aplikasi Portable Pg. 111 – 136 Pendahuluan Pg. 111 – 136 Laporan Kegiatan Usaha (Form. B0001) Pg. 136 – 141 Laporan Neraca (Form. B0002) Pg. 142 – 143 Laporan Laba/Rugi (Form. B0003) Pg. 144 – 145 Laporan Perubahan Ekuitas (Form. B0004) Pg. 146 – 147 Form. B0005 Laporan Kurs Pg. 147 – 148 Laporan Pengiriman Uang / Money Remittance (Form. B0006) Pg. 148 – 150 Pengiriman Laporan Ke Bank Indonesia Pg. 151 – 181 Login Pg. 151 Menu Utama Pg. 152 – 181
Lampiran IV: Permohonan Persetujuan Sebagai Pedagang Valuta Asing Pg. 182 – 184 Lampiran IVa Pg. 182 Lampiran IVb Pg. 183 Lampiran IVc Pg. 184Lampiran V: Laporan Pelaksanaan Kegiatan Usaha sebagai Pedagang Pg. 185
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
iv
Valuta Asing Lampiran VI: Laporan Rencana Kegiatan Usaha sebagai Pedagang Valuta Asing Kantor Cabang/ Kantor Cabang Pembantu/ Kantor Kas*)
Pg. 186 – 187
Lampiran VIa Pg. 186 Lampiran VIb Pg. 187Lampiran VII: Pendaftaran Ulang Izin Usaha sebagai Pedagang Valuta Asing Pg. 188Lampiran VIII: Laporan Berkala Pg. 189 – 194 Lampiran VIIIa: Laporan Kegiatan Usaha‐Uang Kertas Asing (UKA) Pg. 189 – 190 Lampiran VIIIb: Laporan Kegiatan Usaha‐Traveller’s Cheque (TC) Pg. 191 – 192 Lampiran VIIIc: Pedoman Penyusunan LKU Pg. 193 – 194 Lampiran IX: Penghentian Kegiatan Usaha sebagai Pedagang Valuta Asing
Pg. 195
Lampiran X: Permohonan Persetujuan Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Pedagang Valuta Asing.
Pg.196
Lampiran XI: Laporan Pelaksanaan Kegiatan Usaha sebagai Pedagang Valuta Asing
Pg. 197
Lampiran XII: Laporan Rencana Kegiatan Usaha sebagai Pedagang Valuta Asing pada Kantor Cabang BPR/BPRS
Pg. 198
Lampiran XIII: Laporan Pelaksanaan Kegiatan Usaha sebagai Pedagang Valuta Asing pada Kantor Cabang BPR/BPRS
Pg. 199
Lampiran XIV: Laporan Berkala Pg. 200 – 201 Lampiran XV: Pedoman Penyusunan LKU Pg. 202 – 203 Lampiran XVI: Rencana Penghentian Kegiatan Usaha sebagai Pedagang Valuta Asing Pg. 204Lampiran XVII: Penghentian Kegiatan Usaha sebagai Pedagang Valuta Asing Pg. 205Lampiran XIX: Penghentian Kegiatan Usaha sebagai Pedagang Valuta Asing Pg. 206
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
v
Rekam Jejak Regulasi Pedagang Valuta Asing
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
vi
Dasar Hukum : ‐ Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐
undang Nomor 10 Tahun 1998 ‐ Undang‐Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang‐
Undang Nomor 3 Tahun 2004 ‐ Undang‐Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar ‐ Undang‐Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang ‐ Undang‐Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Regulasi Terkait : - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/23/PBI/2012 tentang Transfer Dana - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/23/DASP 2013 perihal Penyelenggaraan Transfer Dana Regulasi Bank Indonesia : - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/22/PBI/2010 tentang Pedagang Valuta Asing - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/15/DPM 2012 perihal Perizinan, Pengawasan, Pelaporan, dan
Pengenaan Sanksi Bagi Pedagang Valuta Asing Bukan Bank - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/38/DBPR 2007 perihal Tata Cara Perizinan dan Pelaporan Bagi Bank
Perkreditan Rakyat dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah Yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Pedagang Valuta Asing
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/36/DPNP 2007 perihal Tata Cara Perizinan dan Pelaporan Bagi Bank Umum Yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Pedagang Valuta Asing
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
1
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Moneter Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing BAB I Ketentuan Umum1 Pasal 1
12/22/PBI/2010 1. Uang Kertas Asing (banknotes), yang selanjutnya disebut UKA, adalah uang
kertas dalam valuta asing yang resmi diterbitkan oleh suatu negara di luar Indonesia yang diakui sebagai alat pembayaran yang sah negara yang bersangkutan (legal tender).
2. Traveller’s Cheque, yang selanjutnya disebut TC, adalah cek perjalanan dalam valuta asing yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
3. Perseroan Terbatas adalah badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
4. Pedagang Valuta Asing (money changer), yang selanjutnya disebut PVA, adalah perusahaan yang melakukan jual beli UKA dan pembelian TC.
5. PVA Bukan Bank adalah perusahaan berbadan hukum Perseroan Terbatas bukan bank yang maksud dan tujuan perseroan adalah melakukan kegiatan usaha jual beli UKA dan pembelian TC yang telah memenuhi ketentuan dan persyaratan dalam Peraturan Bank Indonesia ini.
6. PVA Bank adalah bank umum bukan bank devisa yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah, Bank Perkreditan Rakyat, atau Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, yang melakukan kegiatan usaha jual beli UKA dan pembelian TC yang telah memenuhi ketentuan dan persyaratan dalam Peraturan Bank Indonesia ini.
7. Bank Umum Bukan Bank Devisa adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang belum memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk melakukan kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing.
8. Bank Umum Syariah Bukan Bank Devisa adalah Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yang belum memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk melakukan kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing.
9. Bank Perkreditan Rakyat, yang selanjutnya disebut BPR, adalah Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional.
10. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, yang selanjutnya disebut BPRS, adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
11. Pengiriman Uang (money remittance) adalah kegiatan pengiriman uang sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kegiatan usaha pengiriman uang.
12. Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme, yang untuk selanjutnya disebut sebagai APU dan PPT, adalah upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sebagaimana dimaksud dalam Ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme pada PVA Bukan Bank.
13. Direksi adalah Direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang No. 40
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
2
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
14. Dewan Komisaris adalah Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
15. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa PVA. 16. Laporan Kegiatan Usaha, yang selanjutnya disebut LKU, adalah laporan
transaksi pembelian dan penjualan UKA, laporan transaksi pembelian dan pencairan TC, serta laporan transaksi kegiatan usaha Pengiriman Uang.
BAB II Jenis dan Kegiatan Usaha PVA2 Pasal 2
12/22/PBI/2010
(1) PVA terdiri dari: a. PVA Bukan Bank; b. PVA Bank
3 Pasal 3 12/22/PBI/2010
(1) Kegiatan usaha yang dilakukan oleh PVA terdiri dari: a. jual dan beli UKA; dan b. pembelian TC.
(2) Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PVA Bukan Bank dapat melakukan kegiatan usaha Pengiriman Uang dengan tunduk pada ketentuan Bank Indonesia mengenai kegiatan usaha pengiriman uang.
4 Pasal 4 12/22/PBI/2010
PVA dilarang: a. bertindak sebagai agen penjual TC; b. melakukan kegiatan margin trading, spot, forward, swap dan transaksi
derivatif lainnya untuk kepentingan nasabah; dan/atau
Yang dimaksud dengan “margin trading” adalah transaksi jual beli mata uang (valuta) tanpa diikuti pergerakan dana, melainkan hanya marjin selisih kurs. Yang dimaksud dengan “spot” adalah transaksi jual/beli tunai antara dua mata uang (valuta) dengan penyerahan dana dilakukan dua hari kerja setelah tanggal transaksi. Yang dimaksud dengan “forward” adalah transaksi jual/beliberjangka antara dua mata uang (valuta) dengan penyerahan dana dilakukan lebih dari dua hari kerja setelah tanggal transaksi. Yang dimaksud dengan “swap” adalah transaksi pertukaran antara dua mata uang (valuta) melalui pembelian atau penjualan tunai (spot) dengan penjualan atau pembelian secara berjangka (forward) yang dilakukan secara bersamaan. Yang dimaksud “transaksi derivatif” adalah transaksi yang didasari oleh suatu kontrak atau perjanjian pembayaran yang nilainya merupakan turunan dari nilai instrumen yang mendasari seperti suku bunga, nilai tukar, komoditi, ekuiti dan indeks, baik yang diikuti dengan pergerakan atau tanpa pergerakan dana atau instrumen.
c. melakukan kegiatan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana
dimaksud dalam Paragraf 3.
5 Pasal 5 12/22/PBI/2010
Kurs jual beli UKA dan kurs beli TC ditetapkan oleh PVA sesuai dengan mekanisme pasar.
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
3
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan BAB III Pedagang Valuta Asing Bukan Bank Bagian Kesatu Badan Hukum dan Modal Disetor PVA Bukan Bank 6 Pasal 6
12/22/PBI/2010 PVA Bukan Bank berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas dengan ketentuan: a. maksud dan tujuan perseroan adalah melakukan jual beli UKA dan
pembelian TC; dan b. pemegang saham perseroan terdiri dari warga negara Indonesia dan/atau
badan hukum Indonesia.
7 Pasal 7 12/22/PBI/2010
(1) Modal disetor untuk mendirikan PVA Bukan Bank ditetapkan paling sedikit sebesar : a. Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta Rupiah), bagi PVA Bukan
Bank yang didirikan di wilayah DKI Jakarta, Kotamadya Denpasar dan Kabupaten Badung, serta Kotamadya Batam; atau
Pengaturan modal disetor dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing PVA Bukan Bank di wilayah DKI Jakarta, Kotamadya Denpasar, Kabupaten Badung serta Kotamadya Batam.
b. Rp100.000.000,00 (seratus juta Rupiah), bagi PVA Bukan Bank yang
didirikan di wilayah lain di luar wilayah sebagaimana disebut dalam huruf a.
(2) Modal disetor untuk mendirikan PVA Bukan Bank tidak berasal dari dan/atau untuk tujuan pencucian uang (money laundering).
Bagian kedua Direksi, Dewan Komisaris dan Pemegang Saham 8 Pasal 8
12/22/PBI/2010 Direksi dan Dewan Komisaris PVA Bukan Bank harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. warga negara Indonesia; b. tidak tercatat dalam daftar hitam nasional penarik cek dan/atau bilyet giro
kosong; c. tidak tercantum dalam kredit macet yang ditatausahakan dalam sistem
informasi kredit pada Bank Indonesia; d. tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana di bidang
perbankan dan keuangan dalam 2 (dua) tahun terakhir berdasarkan keputusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap;
e. tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana pencucian uang dalam 2 (dua) tahun terakhir berdasarkan keputusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap;
f. tidak pernah menjadi pemegang saham, anggota Direksi atau Dewan Komisaris dari suatu perseroan terbatas dengan kegiatan usaha PVA yang dicabut izin usahanya oleh Bank Indonesia karena pelanggaran, dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sebelum tanggal pengajuan permohonan; dan
g. memiliki komitmen untuk melaksanakan tugas dan kewajiban dalam menjalankan kegiatan usaha berdasarkan ketentuan mengenai pedagang valuta asing dan perundang‐undangan lain yang berlaku.
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
4
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 9 Pasal 9
12/22/PBI/2010 Pemegang saham PVA Bukan Bank harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. perorangan warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia; b. tidak tercatat dalam daftar hitam nasional penarik cek dan/atau bilyet giro
kosong; c. tidak tercantum dalam kredit macet yang ditatausahakan dalam sistem
informasi kredit pada Bank Indonesia; d. tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana di bidang
perbankan dan keuangan dalam 2 (dua) tahun terakhir berdasarkan keputusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap;
e. tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana pencucian uang dalam 2 (dua) tahun terakhir berdasarkan keputusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap; dan
f. memiliki komitmen untuk mematuhi ketentuan yang mengatur mengenai pedagang valuta asing dan peraturan perundang‐undangan lain yang berlaku.
10 Pasal 10
12/22/PBI/2010 Direksi, Dewan Komisaris dan/atau pemegang saham PVA Bukan Bank dilarang melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 3 untuk kepentingan pribadi dengan menggunakan PVA Bukan Bank sebagai sarana. Yang dimaksud dengan kepentingan pribadi adalah kegiatan jual beli UKA, pembelian TC dan Pengiriman Uang yang tidak dicatat dalam pembukuan PVA Bukan Bank yang bersangkutan.
Bagian Ketiga Perizinan PVA Bukan Bank Paragraf 1 PVA Bukan Bank
11 Pasal 11 12/22/PBI/2010 SE 14/15/DPM 2012 Romawi .A No.1‐6
(1) PVA Bukan Bank melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 3 ayat (1) setelah mendapat izin usaha sebagai PVA dari Bank Indonesia.
(2) Izin usaha sebagai PVA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang dialihkan kepada pihak lain.
(3) Persyaratan dan tata cara permohonan untuk mendapatkan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam ketentuan ini.
(4) Izin Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank Persyaratan dan tata cara perizinan untuk memperoleh izin usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank, yang selanjutnya disebut PVA Bukan Bank, diatur sebagai berikut: 1. Pemohon mengajukan permohonan izin usaha secara tertulis kepada
Bank Indonesia dengan menggunakan contoh surat permohonan sebagaimana tercantum pada Lampiran I.A.
2. Surat permohonan izin usaha sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus disertai dengan dokumen sebagai berikut: a. fotokopi akta pendirian badan hukum perseroan terbatas yang
memuat anggaran dasar beserta perubahanperubahannya, dengan maksud dan tujuan perseroan adalah melakukan kegiatan jual beli Uang Kertas Asing (UKA) dan pembelian Traveller’s Cheque (TC);
b. fotokopi pengesahan sebagai badan hukum perseroan terbatas dari instansi yang berwenang;
c. dokumen pendukung masing‐masing pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi sebagai berikut:
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
5
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 1) pas foto terbaru ukuran 4 x 6 cm; 2) fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku;
dan 3) daftar riwayat hidup (curriculum vitae) yang ditandatangani
oleh yang bersangkutan. d. surat pernyataan pribadi bermeterai cukup dari masingmasing
pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, dan anggota Direksi sebagaimana contoh format yang tercantum pada Lampiran I.B dan Lampiran I.C, yang menyatakan bahwa: 1) tidak tercatat dalam daftar hitam nasional penarik cek
dan/atau bilyet giro kosong; 2) tidak tercantum dalam kredit macet yang ditatausahakan
dalam sistem informasi kredit pada Bank Indonesia; 3) tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan tindak
pidana di bidang perbankan, keuangan dan/atau pencucian uang dalam 2 (dua) tahun terakhir berdasarkan keputusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap;
4) bagi pemegang saham menyatakan bahwa: a) sumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikan
perusahaan tidak berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang (money laundering); dan
b) komitmen untuk mematuhi peraturan yang mengatur mengenai pedagang valuta asing dan peraturan perundang‐undangan lain yang berlaku.
5) bagi setiap anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi menyatakan bahwa: a) tidak pernah menjadi pemegang saham, anggota Dewan
Komisaris, atau anggota Direksi dari suatu perseroan terbatas dengan kegiatan usaha PVA yang dicabut izin usaha oleh Bank Indonesia karena pelanggaran dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sebelum tanggal pengajuan permohonan; dan
b) komitmen untuk melaksanakan tugas dan kewajiban dalam menjalankan kegiatan usaha berdasarkan ketentuan mengenai pedagang valuta asing dan peraturan perundang‐undangan lain yang berlaku.
e. dalam hal pemegang saham adalah badan hukum maka harus melampirkan dokumen sebagai berikut: 1) fotokopi akta pendirian badan hukum, yang memuat
anggaran dasar beserta perubahan‐perubahannya yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi yang berwenang;
2) izin usaha badan hukum yang bersangkutan; 3) fotokopi KTP dari Direksi atau pengurus yang berwenang
bertindak untuk dan atas nama badan hukum yang bersangkutan;
4) surat pernyataan dari Direksi atau pengurus yang berwenang bertindak untuk dan atas nama badan hukum yang bersangkutan, yang menyatakan bahwa: a) badan hukum tersebut tidak tercatat dalam daftar hitam
nasional penarik cek dan/atau bilyet giro kosong; b) badan hukum tersebut tidak memiliki kredit macet yang
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
6
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan tercatat pada Bank Indonesia; dan
c) komitmen badan hukum tersebut untuk mematuhi peraturan yang mengatur mengenai pedagang valuta asing dan peraturan perundang‐undangan lain yang berlaku.
f. bukti setoran modal yang berupa fotokopi rekening giro atau tabungan atas nama perusahaan di bank: 1) paling sedikit Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
Rupiah), bagi pemohon yang beralamat di DKI Jakarta, Kotamadya Denpasar dan Kabupaten Badung serta Kotamadya Batam; atau
2) paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta Rupiah), bagi pemohon yang beralamat di luar wilayah di DKI Jakarta, Kotamadya Denpasar dan Kabupaten Badung serta Kotamadya Batam.
g. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama perusahaan yang bersangkutan;
h. fotokopi bukti kepemilikan tempat usaha atas nama perusahaan, pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, dan/atau anggota Direksi, atau surat perjanjian sewa atau bentuk lainnya atas penggunaan tempat usaha;
i. fotokopi surat keterangan domisili tempat usaha dari instansi pemerintah yang berwenang;
j. laporan keuangan berupa neraca perusahaan yang ditandatangani oleh Direktur; dan
k. struktur organisasi kantor pusat. 3. Pada saat mengajukan permohonan izin usaha secara tertulis kepada
Bank Indonesia, pemohon harus menunjukkan dokumen asli yang akan dicocokkan dengan fotokopi dokumen sebagaimana dimaksud pada angka 2.
4. Surat permohonan izin usaha sebagaimana dimaksud pada angka 1 ditandatangani oleh Direksi dan disampaikan kepada: a. Bank Indonesia, Departemen Pengelolaan Moneter cq. Divisi
Perizinan, Pengaturan dan Pengawasan Pedagang Valuta Asing (DPM cq. P3PVA), bagi pemohon yang akan berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI); atau
b. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri (KPw BI DN) setempat dengan mengacu pada pembagian wilayah kerja sebagaimana dimaksud pada Lampiran I.D, bagi pemohon yang akan berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI.
5. Bank Indonesia menyampaikan surat pemberitahuan mengenai hasil penelitian pemenuhan persyaratan untuk pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, dan anggota Direksi, serta kesesuaian dokumen permohonan izin usaha, paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak dokumen diterima dengan lengkap oleh Bank Indonesia.
6. Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada angka 5 memuat mengenai: a. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan lokasi tempat usaha,
dalam hal persyaratan dan kesesuaian dokumen permohonan izin usaha telah dipenuhi;
b. pemohon harus memenuhi persyaratan dan kesesuaian dokumen
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
7
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan dimaksud paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal surat pemberitahuan dari Bank Indonesia, dalam hal persyaratan dan kesesuaian dokumen permohonan belum dipenuhi;
c. pemohon harus melakukan penyelesaian atau melakukan penggantian pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi, dalam hal pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi tercantum dalam daftar kredit macet dan/atau daftar hitam nasional penarik cek dan/atau bilyet giro kosong paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal surat pemberitahuan dari Bank Indonesia.
Dalam hal pemohon tidak dapat memenuhi dan/atau menyesuaikan persyaratan dalam batas waktu sebagaimana dimaksud pada huruf b dan huruf c, maka permohonan dinyatakan batal.
12 Pasal 12
12/22/PBI/2010 Ayat (1) SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.A No.7 – 8 Pasal 12 12/22/PBI/2010 Ayat (2) – (3) SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.A No.9
(1) Bank Indonesia melakukan pemeriksaan di lokasi tempat usaha pemohon izin usaha PVA Bukan Bank untuk memastikan kesesuaian dokumen permohonan izin usaha PVA Bukan Bank dengan kondisi di lapangan, kelayakan lokasi dan kesiapan pemohon izin usaha PVA Bukan Bank.
Kesiapan pemohon izin usaha PVA Bukan Bank antara lain dilihat dari sarana dan prasarana, serta mekanisme dan prosedur dalam melakukan kegiatan usaha.
Kelayakan lokasi dan kesiapan pemohon izin usaha PVA Bukan Bank yang meliputi: a. keberadaan lokasi tempat usaha sesuai alamat yang diajukan; b. kelayakan tempat usaha; dan c. sarana penunjang kegiatan usaha, sekurang‐kurangnya:
1) meja counter; 2) alat deteksi keaslian uang; 3) tempat penyimpan uang/brankas; dan 4) papan kurs dalam ukuran yang cukup mudah dilihat dan dibaca oleh
nasabah.
Pemeriksaan lokasi oleh Bank Indonesia dapat dilakukan paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal surat pemberitahuan tentang kelengkapan dan kesesuaian dokumen permohonan izin usaha.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
pemohon izin usaha PVA Bukan Bank memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 8 dan Paragraf 9.
(3) Hasil pemeriksaan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan secara tertulis kepada pemohon. Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis hasil pemeriksaan lokasi tempat usaha paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal pemeriksaan lokasi, dengan ketentuan sebagai berikut: a. dalam hal lokasi tempat usaha dinyatakan memenuhi persyaratan, Bank
Indonesia menyampaikan undangan untuk mengikuti penyuluhan mengenai ketentuan yang terkait dengan PVA;
b. dalam hal lokasi tempat usaha tidak memenuhi persyaratan, pemohon
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
8
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan harus memenuhi persyaratan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal pemberitahuan hasil pemeriksaan lokasi.
Dalam hal pemohon tidak dapat memenuhi dan/atau menyesuaikan persyaratan dalam batas waktu, maka permohonan dinyatakan batal.
13 Pasal 13
12/22/PBI/2010 Ayat (1) SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.A No. 11 Pasal 13 12/22/PBI/2010 Ayat (2) – (3) SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.A No. 12 Pasal 13 12/22/PBI/2010 Ayat (4) SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.A No. 13‐21
(1) Direksi, Dewan Komisaris dan pemegang saham pemohon izin usaha PVA Bukan Bank harus menghadiri penyuluhan ketentuan terkait dengan PVA yang diadakan oleh Bank Indonesia.
Penyuluhan ketentuan yang terkait dengan PVA bertujuan untuk: 1. Menyampaikan ketentuan mengenai pedagang valuta asing dan
perundang‐undangan lain yang berlaku; 2. Menambah pemahaman calon pelaku usaha dalam menerapkan
ketentuan dan menjalankan kegiatan usaha; dan 3. Memperoleh masukan (feedback) dari pemohon izin usaha PVA Bukan
Bank.
Pelaksanaan penyuluhan dituangkan dalam berita acara yang sekaligus memuat komitmen dan pernyataan kesiapan operasional dari pemohon izin usaha PVA Bukan Bank dalam menerapkan ketentuan dan menjalankan kegiatan usaha.
(2) Penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah hasil
pemeriksaan di lokasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 12 dinyatakan layak oleh Bank Indonesia.
(3) Dalam hal Direksi, Dewan Komisaris dan pemegang saham pemohon izin usaha PVA Bukan Bank tidak menghadiri penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan batas waktu yang ditetapkan Bank Indonesia, maka pemohon izin usaha PVA Bukan Bank dinyatakan membatalkan permohonannya.
Batas waktu yang dimaksud adalah paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal pemberitahuan penyuluhan.
(4) Dalam hal seluruh Direksi, Dewan Komisaris dan pemegang saham pemohon
izin usaha PVA Bukan Bank telah menghadiri penyuluhan ketentuan terkait dengan PVA yang diadakan oleh Bank Indonesia, Bank Indonesia menerbitkan izin usaha sebagai PVA. a. Bank Indonesia menerbitkan Keputusan Pemberian Izin Usaha (KPmIU),
sertifikat izin usaha sebagai PVA Bukan Bank dan logo PVA berizin paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak penyuluhan sebagaimana dimaksud pada angka 10 telah dihadiri oleh seluruh pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi pemohon izin usaha PVA Bukan Bank.
b. Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis kepada pemohon izin usaha PVA Bukan Bank mengenai penerbitan KPmIU, sertifikat izin usaha sebagai PVA Bukan Bank dan logo PVA berizin
c. Pengambilan KPmIU, sertifikat izin usaha sebagai PVA Bukan Bank, dan logo PVA Berizin dilakukan oleh Direksi atau pihak yang diberi kuasa oleh Direksi dengan contoh format surat sebagaimana tercantum pada
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
9
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Lampiran I.E.
d. Bank Indonesia mengumumkan daftar PVA Bukan Bank yang memperoleh izin usaha melalui website Bank Indonesia (http://www.bi.go.id) dan/atau media lainnya.
e. Dalam hal pemohon telah mendapatkan izin usaha sebagai PVA Bukan Bank, maka PVA Bukan Bank wajib menyampaikan kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak dikeluarkannya izin usaha sebagai PVA Bukan Bank sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penerapan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme pada PVA Bukan Bank.
f. Dalam hal KPmIU dan/atau sertifikat izin usaha sebagai PVA Bukan Bank yang dikeluarkan Bank Indonesia hilang atau musnah, PVA Bukan Bank dapat mengajukan permohonan penggantian secara tertulis dengan melampirkan surat keterangan dari Kepolisian.
g. Dalam hal KPmIU dan/atau sertifikat izin usaha sebagai PVA Bukan Bank yang dikeluarkan Bank Indonesia mengalami kerusakan, PVA Bukan Bank dapat mengajukan permohonan penggantian secara tertulis dengan melampirkan asli KPmIU dan/atau sertifikat izin usaha sebagai PVA Bukan Bank yang mengalami kerusakan.
h. Dalam hal persyaratan dipenuhi, Bank Indonesia menyampaikan kepada PVA Bukan Bank surat persetujuan penggantian yang disertai dengan KPmIU dan/atau sertifikat izin usaha sebagai PVA Bukan Bank, yang berfungsi sebagai pengganti.
Paragraf 2 PVA Bukan Bank yang Melakukan Kegiatan Usaha Pengiriman Uang
14 Pasal 14 12/22/PBI/2010 SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.B
(1) PVA Bukan Bank dapat melakukan kegiatan usaha Pengiriman Uang sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 3 ayat (2) setelah mendapat izin dari Bank Indonesia.
(2) PVA Bukan Bank yang memperoleh izin kegiatan usaha Pengiriman Uang wajib melakukan penyesuaian atas kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT dengan memuat kebijakan dan prosedur APU dan PPT untuk kegiatan usaha Pengiriman Uang.
(3) Persyaratan dalam pengajuan permohonan izin untuk melakukan kegiatan usaha Pengiriman Uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan dalam melaksanakan kegiatan usaha Pengiriman Uang, PVA Bukan Bank wajib tunduk pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kegiatan usaha Pengiriman Uang (Transfer Dana).
Pemenuhan persyaratan termasuk penyesuaian anggaran dasar PVA Bukan Bank dengan menambahkan maksud dan tujuan perseroan berupa kegiatan usaha Pengiriman Uang.
(4) Persyaratan dan tata cara untuk memperoleh izin usaha bagi PVA Bukan
Bank yang akan melakukan kegiatan usaha pengiriman uang, diatur sebagai berikut: 1. PVA Bukan Bank wajib mengajukan permohonan izin secara tertulis
untuk melakukan kegiatan usaha pengiriman uang kepada Bank Indonesia dengan terlebih dahulu melakukan perubahan anggaran dasar perseroan terbatas sehingga memuat kegiatan usaha pengiriman uang sebagai salah satu maksud dan tujuan perseroan.
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
10
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 2. Persyaratan dan tata cara pengajuan permohonan untuk memperoleh
izin usaha untuk melakukan kegiatan usaha pengiriman uang sebagaimana dimaksud pada angka 1 diatur lebih lanjut dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kegiatan usaha pengiriman uang.
15 Pasal 15
12/22/PBI/2010 SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.C
(1) Bagi pemohon izin usaha PVA Bukan Bank yang sekaligus mengajukan permohonan izin untuk melakukan kegiatan usaha Pengiriman Uang, harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini dan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kegiatan usaha Pengiriman Uang (Transfer Dana).
(2) Jangka waktu pemberian izin atau penolakan secara tertulis permohonan kegiatan usaha Pengiriman Uang sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai kegiatan usaha Pengiriman Uang, tidak berlaku bagi permohonan kegiatan usaha Pengiriman Uang yang diajukan bersamaan dengan permohonan izin usaha PVA Bukan Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Persyaratan dan tata cara permohonan untuk mendapatkan izin usaha PVA Bukan Bank yang sekaligus mengajukan permohonan izin untuk melakukan kegiatan usaha Pengiriman Uang (Transfer Dana) adalah sebagai berikut : 1. Persyaratan dan tata cara pengajuan permohonan untuk memperoleh
izin usaha sebagai PVA tunduk pada ketentuan ini. 2. Persyaratan dan tata cara pengajuan permohonan untuk memperoleh
izin melakukan kegiatan usaha pengiriman uang tunduk pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kegiatan usaha pengiriman uang.
3. Bagi PVA Bukan Bank yang sekaligus melakukan kegiatan usaha pengiriman uang, maksud dan tujuan perseroan dalam akta pendiriannya harus memuat: a. jual beli Uang Kertas Asing (UKA); b. pembelian Traveller’s Cheque (TC); dan c. kegiatan usaha pengiriman uang.
Bagian Keempat Kewajiban PVA Bukan Bank
16 Pasal 16 12/22/PBI/2010 SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.A No. 16
PVA Bukan Bank wajib memasang: a. logo PVA berizin; b. tulisan “Pedagang Valuta Asing Berizin” (“Authorized Money Changer”) yang
mencantumkan nama perusahaan, nomor dan tanggal KPmIU dalam ukuran yang cukup mudah dilihat dan dibaca oleh nasabah; dan
c. sertifikat izin usaha yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
Bagian Kelima Pembukaan Kantor Cabang dan Gerai (Counter) PVA Bukan Bank Paragraf 1 Pembukaan Kantor Cabang
17 Pasal 17 12/22/PBI/2010
(1) Pembukaan kantor cabang PVA Bukan Bank wajib memperoleh persetujuan Bank Indonesia.
(2) Persetujuan pembukaan kantor cabang PVA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang dialihkan kepada pihak lain.
(3) Persyaratan dan tata cara pembukaan kantor cabang PVA Bukan Bank diatur sebagai berikut :
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
11
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.D No. 1,2,4 – 7,10
1) Kantor pusat PVA Bukan Bank mengajukan permohonan pembukaan kantor cabang secara tertulis dengan menggunakan contoh format surat permohonan sebagaimana tercantum pada Lampiran I.F.
2) Permohonan pembukaan kantor cabang sebagaimana dimaksud pada angka 1) harus disertai dengan dokumen sebagai berikut: a. fotokopi bukti kepemilikan tempat usaha sebagai kantor cabang
atas nama perusahaan, pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, dan/atau anggota Direksi, atau surat perjanjian sewa menyewa atau bentuk lainnya atas penggunaan tempat usaha sebagai kantor cabang;
b. surat pernyataan bermeterai cukup dari anggota Direksi bahwa kantor cabang yang direncanakan merupakan unit kegiatan usaha yang tidak terpisahkan dari kegiatan usaha kantor pusat PVA Bukan Bank;
c. fotokopi surat keterangan domisili tempat usaha dari instansi pemerintah yang berwenang untuk setiap kantor cabang; dan
d. struktur organisasi kantor cabang. 3) Surat permohonan izin usaha sebagaimana dimaksud pada angka 1)
ditandatangani oleh Direksi dan disampaikan kepada Bank Indonesia ke alamat sebagaimana dimaksud dalam paragraf 11 ayat (4) angka 4.
4) Pada saat mengajukan permohonan pembukaan kantor cabang sebagaimana dimaksud pada angka 1), PVA Bukan Bank harus menunjukkan dokumen asli yang akan dicocokkan dengan fotokopi dokumen sebagaimana dimaksud pada angka 2).
5) Bank Indonesia menyampaikan pemberitahuan tertulis mengenai kelengkapan dan kesesuaian dokumen permohonan pembukaan kantor cabang paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak dokumen diterima dengan lengkap oleh Bank Indonesia.
6) Surat pemberitahuan tertulis memuat mengenai: a. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan lokasi tempat usaha, dalam
hal persyaratan dan kesesuaian dokumen permohonan pembukaan kantor cabang telah dipenuhi; dan
b. PVA Bukan Bank harus memenuhi persyaratan dan kesesuaian dokumen paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal surat pemberitahuan dari Bank Indonesia, dalam hal persyaratan dan kesesuaian dokumen permohonan pembukaan kantor cabang PVA Bukan Bank belum dipenuhi.
(7) Dalam hal PVA Bukan Bank yang juga sebagai penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang, maka persyaratan dan tata cara untuk pengajuan permohonan pembukaan kantor cabang kegiatan usaha pengiriman uang tunduk pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kegiatan usaha pengiriman uang.
18 Pasal 18
12/22/PBI/2010 Bagi PVA Bukan Bank yang akan membuka kantor cabang di wilayah DKI Jakarta, Kotamadya Denpasar, Kabupaten Badung, dan/atau Kotamadya Batam harus mempunyai modal disetor paling sedikit Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta Rupiah).
19 Pasal 19 12/22/PBI/2010 Ayat (1)
(1) Bank Indonesia melakukan pemeriksaan di lokasi tempat usaha kantor cabang PVA Bukan Bank untuk memastikan kesesuaian dokumen permohonan persetujuan pembukaan kantor cabang PVA Bukan Bank
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
12
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.D No. 8 Pasal 19 12/22/PBI/2010 Ayat (2) – (3) SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.D No. 9
dengan kondisi di lapangan, kelayakan lokasi dan kesiapan pembukaan kantor cabang.
Kesiapan pemohon izin usaha PVA Bukan Bank antara lain dilihat dari sarana dan prasarana, serta mekanisme dan prosedur dalam melakukan kegiatan usaha.
Bank Indonesia melakukan pemeriksaan lokasi paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal surat pemberitahuan tentang kelengkapan dan kesesuaian dokumen, untuk memastikan kesesuaian dokumen permohonan pembukaan kantor cabang dengan kondisi di lapangan, kelayakan lokasi dan kesiapan kantor.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 17 ayat (3) dan Paragraf 18.
(3) Hasil pemeriksaan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan secara tertulis kepada PVA Bukan Bank.
Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis hasil pemeriksaan lokasi kantor cabang paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal pemeriksaan lokasi, dengan ketentuan sebagai berikut: a. dalam hal lokasi tempat usaha dinyatakan memenuhi persyaratan, Bank
Indonesia menerbitkan surat persetujuan pembukaan kantor cabang yang dilampiri dengan sertifikat kantor cabang dan logo PVA berizin;
b. dalam hal lokasi tempat usaha tidak memenuhi persyaratan, PVA Bukan Bank harus memenuhi persyaratan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal pemberitahuan hasil pemeriksaan lokasi.
Dalam hal pemohon tidak dapat memenuhi dan/atau menyesuaikan persyaratan dalam batas waktu sebagaimana dimaksud pada huruf b, maka permohonan pembukaan kantor cabang PVA Bukan Bank dinyatakan batal.
20 Pasal 20
12/22/PBI/2010 SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.D No.11‐13
(1) Bank Indonesia mengeluarkan persetujuan pembukaan kantor cabang, dalam hal lokasi usaha kantor cabang PVA Bukan Bank dinyatakan layak.
(2) Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis kepada PVA Bukan Bank mengenai penerbitan persetujuan pembukaan kantor cabang, sertifikat kantor cabang dan logo PVA berizin.
(3) Pengambilan surat persetujuan, sertifikat kantor cabang dan logo PVA Berizin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Direksi atau pihak yang diberi kuasa oleh Direksi dengan contoh format surat sebagaimana tercantum pada Lampiran I.E.
(4) Kantor cabang PVA Bukan Bank wajib memasang: a. logo PVA Berizin; b. tulisan antara lain ”Pedagang Valuta Asing Berizin” atau ”Authorized
Money Changer” yang mencantumkan nama perusahaan, nomor dan tanggal KPmIU, nomor dan tanggal surat persetujuan dalam ukuran yang cukup mudah dilihat dan dibaca oleh nasabah; dan
c. sertifikat izin usaha yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
13
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Paragraf 2 Pembukaan Gerai (Counter)
21 Pasal 21 12/22/PBI/2010 SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.E
(1) Pembukaan gerai (counter) di luar kantor PVA Bukan Bank wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia.
(2) Gerai (counter) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat sementara dengan jangka waktu tertentu dan untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
(3) Persyaratan dan tata cara pengajuan permohonan pembukaan gerai (counter) oleh PVA Bukan Bank diatur sebagai berikut: 1. Persyaratan pembukaan gerai (counter) PVA Bukan Bank yaitu:
a. jangka waktu pembukaan gerai (counter) PVA Bukan Bank ditetapkan paling lama 1 (satu) bulan dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali paling lama 1 (satu) bulan;
b. dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu, misalnya di tempat pameran wisata dan/atau di asrama haji pada masa pelaksanaan ibadah haji; dan
c. berada di wilayah yang sama dengan wilayah kantor pusat dan/atau kantor cabang PVA Bukan Bank.
2. Kantor pusat PVA Bukan Bank melaporkan secara tertulis pembukaan gerai (counter) kepada Bank Indonesia, dengan menggunakan contoh surat pemberitahuan sebagaimana tercantum pada Lampiran I.G.
3. Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 2 ditandatangani oleh Direksi dan disampaikan kepada Bank Indonesia ke alamat sebagai berikut : Bank Indonesia, Departemen Pengelolaan Moneter cq. Divisi Perizinan, Pengaturan dan Pengawasan Pedagang Valuta Asing (DPM cq. P3PVA), bagi pemohon yang akan berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI); atau
4. Bank Indonesia menyampaikan pemberitahuan tertulis bahwa pembukaan gerai telah dicatat ke dalam database Bank Indonesia.
Bagian Keenam Pemindahan Alamat Kantor PVA Bukan Bank
22 Pasal 22 12/22/PBI/2010 SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.F No. 1 – 3, 5 – 7 , 10
(1) Pemindahan alamat kantor PVA Bukan Bank wajib memperoleh persetujuan Bank Indonesia.
Yang dimaksud dengan pemindahan alamat kantor PVA Bukan Bank adalah pemindahan alamat kantor pusat dan/atau kantor cabang
(2) Persyaratan dan tata cara permohonan pemindahan alamat kantor PVA
Bukan Bank diatur sebagai berikut: 1) Kantor pusat PVA Bukan Bank mengajukan permohonan secara tertulis
pemindahan alamat kantor kepada Bank Indonesia, dengan menggunakan contoh surat permohonan sebagaimana tercantum pada Lampiran I.H.
2) Surat permohonan pemindahan alamat kantor sebagaimana dimaksud pada angka 1) harus disertai dengan dokumen sebagai berikut: a. fotokopi surat keterangan domisili perusahaan dari instansi
pemerintah yang berwenang; dan b. fotokopi bukti kepemilikan tempat usaha atas nama perusahaan,
pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
14
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Direksi atau surat perjanjian sewa menyewa atau bentuk lainnya atas penggunaan tempat usaha yang baru;
c. dalam hal pemindahan alamat kantor pusat PVA Bukan Bank menyebabkan perubahan tempat kedudukan badan hukum, maka PVA Bukan Bank menyampaikan: a) fotokopi akta perubahan anggaran dasar; dan b) fotokopi persetujuan perubahan anggaran dasar dari instansi
yang berwenang. 3) Surat permohonan pemindahan alamat kantor sebagaimana dimaksud
pada angka 1) ditandatangani oleh Direksi dan disampaikan kepada Bank Indonesia ke alamat sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 11 ayat (4) angka 4.
4) Pada saat mengajukan permohonan pemindahan alamat kantor sebagaimana dimaksud pada angka 1), PVA Bukan Bank harus menunjukkan dokumen asli yang akan dicocokkan dengan fotokopi dokumen sebagaimana dimaksud pada angka 2).
5) Bank Indonesia menyampaikan pemberitahuan tertulis mengenai kelengkapan dan kesesuaian dokumen permohonan pemindahan alamat kantor paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak dokumen diterima dengan lengkap oleh Bank Indonesia.
6) Surat pemberitahuan tertulis antara lain memuat mengenai: a. Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan lokasi tempat usaha,
dalam hal persyaratan dan kesesuaian dokumen permohonan pemindahan alamat kantor dipenuhi;
b. PVA Bukan Bank harus memenuhi persyaratan dan kesesuaian dokumen paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal surat pemberitahuan dari Bank Indonesia, dalam hal persyaratan dan kesesuaian dokumen permohonan pemindahan alamat kantor PVA Bukan Bank belum dipenuhi.
(7) Dalam hal alamat kantor pusat PVA Bukan Bank dipindahkan keluar dari wilayah kerja kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya, maka korespondensi terkait dengan perizinan, perubahan perizinan, pelaporan dan hal lain yang terkait dengan kegiatan usaha PVA untuk selanjutnya disampaikan kepada kantor Bank Indonesia setempat yang mewilayahi.
23 Pasal 23 12/22/PBI/2010
Bagi PVA Bukan Bank yang akan memindahkan alamat kantor pusat dan/atau kantor cabang ke wilayah DKI Jakarta, Kotamadya Denpasar, Kabupaten Badung, dan/atau Kotamadya Batam harus mempunyai modal disetor paling sedikit Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta Rupiah).
24 Pasal 24 12/22/PBI/2010 Ayat (1)
SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.F No. 8
(1) Bank Indonesia melakukan pemeriksaan di lokasi baru alamat kantor PVA Bukan Bank untuk memastikan kesesuaian dokumen permohonan persetujuan pemindahan alamat kantor PVA Bukan Bank dengan kondisi di lapangan, kelayakan lokasi dan kesiapan kantor yang baru.
Bank Indonesia melakukan pemeriksaan lokasi paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal surat pemberitahuan tentang kelengkapan dan kesesuaian dokumen, untuk memastikan kesesuaian dokumen permohonan pemindahan alamat kantor dengan kondisi di lapangan, kelayakan lokasi dan kesiapan kantor sebagaimana dimaksud pada Paragraf 12 ayat (1).
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
15
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Pasal 24 12/22/PBI/2010 Ayat (2) SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.F No. 9
(2) Hasil pemeriksaan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan secara tertulis kepada PVA Bukan Bank. Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis hasil pemeriksaan lokasi kantor baru paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal pemeriksaan lokasi, dengan ketentuan sebagai berikut: a. dalam hal lokasi tempat usaha dinyatakan memenuhi persyaratan, Bank
Indonesia menerbitkan surat persetujuan pemindahan alamat kantor; atau
b. dalam hal lokasi tempat usaha tidak memenuhi persyaratan, PVA Bukan Bank harus memenuhi persyaratan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal pemberitahuan hasil pemeriksaan lokasi.
Dalam hal pemohon tidak dapat memenuhi dan/atau menyesuaikan persyaratan dalam batas waktu sebagaimana dimaksud pada huruf b, maka permohonan pemindahan alamat kantor PVA Bukan Bank dinyatakan batal.
25 Pasal 25 12/22/PBI/2010
Bank Indonesia mengeluarkan persetujuan pemindahan alamat kantor, dalam hal lokasi usaha PVA Bukan Bank dinyatakan layak.
Bagian Ketujuh
Perubahan Direksi, Dewan Komisaris dan/atau Pemegang Saham PVA Bukan Bank
26 Pasal 26 12/22/PBI/2010 SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.G
(1) Dalam hal PVA Bukan Bank akan melakukan perubahan Direksi, Dewan Komisaris dan/atau pemegang saham, maka calon Direksi, Dewan Komisaris dan/atau pemegang saham wajib memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia sebelum menduduki jabatannya.
(2) Pengangkatan Direksi, Dewan Komisaris dan/atau perubahan pemegang saham PVA Bukan Bank yang telah memperoleh persetujuan Bank Indonesia wajib dilaporkan oleh PVA Bukan Bank kepada Bank Indonesia disertai dengan dokumen pendukung.
(3) Persyaratan dan tata cara perubahan pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi PVA Bukan Bank diatur sebagai berikut: 1. Kantor pusat PVA Bukan Bank mengajukan permohonan rencana
perubahan pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi secara tertulis kepada Bank Indonesia dengan menggunakan contoh surat sebagaimana tercantum pada Lampiran I.I.
2. Perubahan pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi PVA Bukan Bank sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus disertai dengan dokumen sebagai berikut: a. fotokopi risalah hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS); dan b. dokumen pendukung calon pemegang saham, anggota Dewan
Komisaris dan/atau anggota Direksi yang diusulkan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 11 ayat (4) angka 2 huruf c, d dan/atau e.
3. Surat permohonan rencana perubahan pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi ditandatangani oleh Direksi dan disampaikan kepada Bank Indonesia ke alamat sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 11 ayat (4) angka 4.
4. Pada saat mengajukan permohonan rencana perubahan pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada angka 1, PVA Bukan Bank harus menunjukkan dokumen
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
16
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan asli yang akan dicocokkan dengan fotokopi dokumen sebagaimana dimaksud pada angka 2.
5. Bank Indonesia menyampaikan pemberitahuan tertulis mengenai kelengkapan dan kesesuaian dokumen perubahan pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak dokumen diterima secara lengkap oleh Bank Indonesia dengan ketentuan sebagai berikut: a. dalam hal calon pemegang saham, anggota Dewan Komisaris,
dan/atau anggota Direksi yang diusulkan telah memenuhi persyaratan, Bank Indonesia menyampaikan undangan untuk mengikuti penyuluhan mengenai ketentuan yang terkait dengan PVA.
b. PVA Bukan Bank harus melakukan penyelesaian atau melakukan penggantian pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, dan/atau anggota Direksi, dalam hal pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, dan/atau anggota Direksi tercantum dalam daftar kredit macet dan/atau daftar hitam nasional penarik cek dan/atau bilyet giro kosong paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal surat pemberitahuan dari Bank Indonesia.
Dalam hal PVA Bukan Bank tidak dapat memenuhi dan/atau menyesuaikan persyaratan dalam batas waktu sebagaimana dimaksud pada huruf b, maka permohonan dinyatakan batal.
6. Bank Indonesia menerbitkan surat persetujuan perubahan pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak penyuluhan sebagaimana dimaksud pada angka 5 huruf a telah dihadiri oleh calon pemegang saham dan/atau anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi yang diusulkan PVA Bukan Bank.
7. Berdasarkan surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada angka 6, PVA Bukan Bank melakukan perubahan pemegang saham dan/atau anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi PVA Bukan Bank dengan memenuhi ketentuan perundang‐undangan yang berlaku.
8. PVA Bukan Bank harus memberitahukan kepada Bank Indonesia mengenai perubahan pemegang saham, pengangkatan anggota Dewan Komisaris dan/atau pengangkatan anggota Direksi yang telah memperoleh persetujuan Bank Indonesia dengan menggunakan contoh surat pemberitahuan sebagaimana tercantum pada Lampiran I.J.
9. Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada angka 8 ditandatangani oleh Direksi dan harus disertai dokumen sebagai berikut: a. fotokopi akta perubahan anggaran dasar; dan b. fotokopi bukti penerimaan pemberitahuan atau persetujuan
perubahan anggaran dasar dari instansi yang berwenang, apabila perubahan pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi wajib dituangkan dalam akta perubahan anggaran dasar.
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
17
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 27 Pasal 27
12/22/PBI/2010 Calon Direksi, Dewan Komisaris dan/atau pemegang saham PVA Bukan Bank sebagaimana dimaksud pada Paragraf 26 harus : a. memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 8 dan/atau
Paragraf 9; dan b. menghadiri penyuluhan mengenai ketentuan yang terkait dengan PVA yang
diadakan oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 13.
28 Pasal 28 12/22/PBI/2010
(1) Bank Indonesia memerintahkan kepada pemegang saham untuk melakukan penggantian Direksi dan/atau Dewan Komisaris, dalam hal Direksi dan/atau Dewan Komisaris terlibat tindak pidana pencucian uang dan/atau tindak pidana di bidang perbankan dan keuangan berdasarkan putusan\ pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.
(2) Bank Indonesia memerintahkan kepada pemegang saham untuk mengalihkan sahamnya kepada pihak lain, dalam hal pemegang saham terlibat tindak pidana pencucian uang dan/atau tindak pidana di bidang perbankan dan keuangan berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.
Bagian Kedelapan Perubahan Nama, Modal Dasar dan/atau Modal Disetor PVA Bukan Bank
29 Pasal 29 12/22/PBI/2010 SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.H
(1) Perubahan nama Perseroan Terbatas PVA Bukan Bank wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia setelah perubahan tersebut memperoleh persetujuan dari instansi yang berwenang.
(2) Persyaratan dan tata cara pelaporan perubahan nama Perseroan Terbatas PVA Bukan Bank diatur sebagai berikut: 1. Kantor Pusat PVA Bukan Bank melaporkan secara tertulis perubahan
nama PVA Bukan Bank kepada Bank Indonesia dengan menggunakan contoh surat sebagaimana tercantum pada Lampiran I.K.
2. Laporan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 harus disertai dokumen sebagai berikut: a. fotokopi akta perubahan anggaran dasar; b. fotokopi persetujuan perubahan anggaran dasar dari instansi yang
berwenang; dan c. asli sertifikat izin usaha sebagai PVA Bukan Bank dan sertifikat
kantor cabang yang dimiliki. 3. Surat pemberitahuan perubahan nama PVA Bukan Bank ditandatangani
oleh Direksi dan disampaikan kepada Bank Indonesia ke alamat sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 11 ayat (4) angka 4.
4. Pada saat menyampaikan dokumen sebagaimana dimaksud pada angka 1, PVA Bukan Bank harus menunjukkan dokumen asli yang akan dicocokkan dengan fotokopi dokumen sebagaimana dimaksud pada angka 2.
5. Bank Indonesia menerbitkan Surat Keputusan Perubahan Nama Perseroan Terbatas, sertifikat izin usaha sebagai PVA Bukan Bank dan sertifikat kantor cabang bagi PVA Bukan Bank yang memiliki kantor cabang dengan nama baru, paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak dokumen sebagaimana dimaksud pada angka 2 diterima dengan lengkap oleh Bank Indonesia.
6. Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis kepada PVA Bukan Bank mengenai penerbitan Surat Keputusan Perubahan Nama
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
18
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Perseroan Terbatas dan sertifikat sebagaimana dimaksud dalam angka 5.
7. Pengambilan KPmIU dan sertifikat izin usaha sebagai PVA Bukan Bank sebagaimana dimaksud dalam angka 6 dilakukan oleh Direksi atau pihak yang diberi kuasa oleh Direksi dengan contoh format surat sebagaimana tercantum pada Lampiran I.E.
8. PVA Bukan Bank wajib memasang sertifikat izin usaha dengan nama baru yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
30 Pasal 30
12/22/PBI/2010 SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.I
(1) Perubahan modal dasar dan/atau modal disetor PVA Bukan Bank wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia setelah memperoleh persetujuan dan/atau surat penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar dari instansi yang berwenang.
(2) Jumlah modal disetor PVA Bukan Bank setelah mengalami perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 7.
(3) Persyaratan dan tata cara pelaporan perubahan modal dasar dan/atau modal disetor diatur sebagai berikut : 1. Kantor Pusat PVA Bukan Bank melaporkan secara tertulis perubahan
modal dasar dan/atau modal disetor kepada Bank Indonesia ke alamat sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 11 ayat (4) angka 4, dengan menggunakan contoh surat sebagaimana tercantum pada Lampiran I.L.
2. Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 1 ditandatangani oleh Direksi dan harus disertai dokumen sebagai berikut: a. dalam hal perubahan modal dasar atau pengurangan modal
disetor, maka PVA Bukan Bank menyampaikan : 1) fotokopi akta perubahan Anggaran Dasar; dan 2) fotokopi persetujuan perubahan Anggaran Dasar dari instansi
yang berwenang. b. dalam hal penambahan modal disetor, maka PVA Bukan Bank
menyampaikan: 1) fotokopi akta atau risalah RUPS tentang perubahan modal
disetor; 2) fotokopi penerimaan pemberitahuan dari instansi yang
berwenang; dan 3) fotokopi bukti setoran modal yang berupa fotokopi rekening
giro atau tabungan atas nama perusahaan di bank. 3. Pada saat menyampaikan dokumen sebagaimana dimaksud pada angka
1, PVA Bukan Bank harus menunjukkan dokumen asli yang akan dicocokkan dengan fotokopi dokumen sebagaimana dimaksud pada angka 2.
4. Bank Indonesia menyampaikan surat pemberitahuan bahwa perubahan modal dasar dan/atau modal disetor telah dicatat di Bank Indonesia paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak dokumen diterima dengan lengkap oleh Bank Indonesia.
Bagian Kesepuluh Penghentian Sementara atau Permanen Kegiatan Usaha PVA Bukan Bank
Paragraf 1 Penghentian Sementara Kegiatan Usaha PVA Bukan Bank31 Pasal 31 (1) PVA Bukan Bank wajib menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
19
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 12/22/PBI/2010 Ayat (1) SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.J No. 1.a,b,c Pasal 31 12/22/PBI/2010 Ayat (2) SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.J No. 1.g Pasal 31 12/22/PBI/2010 Ayat (3) SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.J No. 1.e
Pasal 31 12/22/PBI/2010 Ayat (4)
dalam hal melakukan penghentian kegiatan usaha kantor pusat atau kantor cabang yang bersifat sementara. Kantor pusat PVA Bukan Bank melaporkan secara tertulis kepada Bank Indonesia ke alamat: Bank Indonesia, Departemen Pengelolaan Moneter cq. Divisi Perizinan, Pengaturan dan Pengawasan Pedagang Valuta Asing (DPM cq. P3PVA), bagi pemohon yang akan berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI); disertai alasan penghentian kegiatan sementara dengan menggunakan contoh format surat sebagaimana tercantum pada Lampiran I.M. Dalam hal PVA Bukan Bank melaporkan secara tertulis penghentian sementara kegiatan usaha, maka PVA Bukan Bank harus memenuhi kewajiban untuk menyampaikan Laporan Keuangan dan Laporan Kegiatan Usaha periode pelaporan sebelum PVA Bukan Bank menghentikan sementara kegiatan usahanya. Bank Indonesia menyampaikan surat pemberitahuan bahwa penghentian sementara kegiatan usaha kantor pusat dan/atau kantor cabang telah dicatat dalam database Bank Indonesia, paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak surat pemberitahuan diterima oleh Bank Indonesia.
(2) Penghentian kegiatan usaha yang bersifat sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali paling lama 6 (enam) bulan. Dalam hal PVA Bukan Bank mengajukan perpanjangan 1 (satu) kali dengan jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, maka tata cara pelaksanaan mengikuti mekanisme sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling lama 7 (tujuh) hari kerja sebelum jangka waktu penghentian sementara kegiatan usaha berakhir, dengan menggunakan contoh format surat sebagaimana tercantum pada Lampiran I.O.
(3) PVA Bukan Bank yang melakukan penghentian kegiatan usaha yang bersifat sementara wajib membuka kembali kegiatan usaha kantor pusat dan/atau kantor cabang setelah berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan melaporkan pembukaan tersebut kepada Bank Indonesia paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja sejak berakhirnya jangka waktu penghentian kegiatan usaha yang bersifat sementara. dengan menggunakan contoh format surat sebagaimana tercantum pada Lampiran I.N.
(4) PVA Bukan Bank dapat membuka kembali kegiatan usaha yang bersifat sementara sebelum berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan wajib melaporkan pembukaan tersebut kepada Bank Indonesia paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja sejak dibukanya kembali kegiatan usaha.
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
20
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 14/15/DPM 2012 Romawi I Bagian J poin 1.f
dengan menggunakan contoh format surat sebagaimana tercantum pada Lampiran I.N.
Paragraf 2 Penghentian Permanen Kegiatan Usaha PVA Bukan Bank32 Pasal 32
12/22/PBI/2010 SE 14/15/DPM 2012 Romawi I.J No. 2
(1) PVA Bukan Bank yang melakukan penghentian kegiatan usaha secara permanen, wajib melaporkan penghentian tersebut kepada Bank Indonesia.
Dengan mengajukan penghentian kegiatan usaha kantor cabang yang bersifat permanen maka hanya kantor cabang yang ditutup sedangkan kantor pusat masih beroperasi secara normal. Namun apabila, kantor pusat yang mengajukan penghentian kegiatan yang bersifat pemanen maka seluruh kegiatan usaha termasuk kantor cabangnya tidak beroperasi.
(2) Dalam hal penghentian kegiatan usaha secara permanen sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi kantor pusat dan seluruh kantor cabang, maka laporan wajib melampirkan dokumen: a. alasan penghentian; b. fotokopi risalah Rapat Umum Pemegang Saham mengenai penghentian
kegiatan usaha PVA Bukan Bank; c. pernyataan dari pemegang saham bahwa langkah‐langkah penyelesaian
kewajiban yang terkait dengan kegiatan PVA Bukan Bank telah diselesaikan dan apabila terdapat tuntutan di kemudian hari menjadi tanggung jawab pemegang saham.
(3) Dalam hal penghentian kegiatan usaha secara permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap seluruh atau sebagian kantor cabang, maka laporan wajib memuat alasan penghentian.
(4) Atas penghentian kegiatan usaha kantor pusat dan seluruh kantor cabang secara permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (2), izin usaha PVA Bukan Bank dinyatakan tidak berlaku.
(5) Atas penghentian kegiatan usaha kantor cabang yang bersifat permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (3), persetujuan pembukaan kantor cabang PVA Bukan Bank dinyatakan tidak berlaku.
(6) Persyaratan dan tata cara penghentian permanen kegiatan usaha kantor pusat atau kantor cabang PVA Bukan Bank, diatur sebagai berikut: a. Kantor Pusat
1) PVA Bukan Bank melaporkan secara tertulis kepada Bank Indonesia penghentian permanen kegiatan usaha kantor pusat PVA Bukan Bank disertai dengan alasan penghentian kegiatan usaha tersebut dan dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut: a) asli KPmIU; b) asli surat persetujuan pembukaan kantor cabang; c) asli sertifikat izin usaha yang dimiliki baik sertifikat kantor
pusat maupun kantor cabang; d) asli logo PVA berizin yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
baik logo PVA berizin kantor pusat maupun kantor cabang; e) fotokopi risalah RUPS mengenai penghentian kegiatan usaha
PVA Bukan Bank; dan f) surat pernyataan bermeterai cukup dari pemegang saham
bahwa langkah‐langkah penyelesaian kewajiban yang terkait dengan kegiatan PVA Bukan Bank telah diselesaikan dan
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
21
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan apabila terdapat tuntutan di kemudian hari menjadi tanggung jawab pemegang saham.
2) Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 1) ditandatangani oleh Direksi dan disampaikan kepada Bank Indonesia ke alamat sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 11 ayat (4) angka 4, dengan menggunakan contoh surat sebagaimana tercantum pada Lampiran I.P.
3) Bank Indonesia menerbitkan Keputusan Pencabutan Izin Usaha (KPnIU) paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak dokumen sebagaimana dimaksud pada angka 1) diterima dengan lengkap oleh Bank Indonesia.
4) Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis kepada PVA Bukan Bank mengenai penerbitan surat pencabutan izin usaha sebagaimana dimaksud pada angka 3).
5) KPmIU dan sertifikat izin usaha dinyatakan tidak berlaku sejak Bank Indonesia menerbitkan KPnIU.
6) Dalam hal Kantor Pusat PVA Bukan Bank mengajukan permohonan persetujuan penghentian permanen kegiatan usaha untuk kantor pusat, maka penghentian permanen kegiatan usaha berlaku untuk seluruh kantor cabang yang dimiliki.
7) Bank Indonesia mengumumkan pencabutan izin usaha PVA Bukan Bank sebagaimana dimaksud pada angka 3) melalui website Bank Indonesia (http://www.bi.go.id).
b. Kantor Cabang 1) Kantor Pusat PVA Bukan Bank melaporkan secara tertulis kepada
Bank Indonesia penghentian permanen kegiatan usaha kantor cabang PVA Bukan Bank disertai dengan alasan penghentian kegiatan usaha tersebut dan dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut: a) asli surat persetujuan pembukaan kantor cabang; b) asli sertifikat kantor cabang; dan c) asli logo PVA berizin bagi kantor cabang yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia. 2) Laporan penghentian permanen kantor cabang sebagaimana
dimaksud pada angka 1) ditandatangani oleh Direksi dan disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 11 ayat (4) angka 4, dengan menggunakan contoh surat sebagaimana tercantum pada Lampiran I.Q.
3) Bank Indonesia menerbitkan surat penghentian permanen kegiatan usaha kantor cabang paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak dokumen sebagaimana dimaksud pada angka 1) diterima secara lengkap.
BAB IV Pedagang Valuta Asing Bank Bagian Kesatu Perizinan PVA Bank
33 Pasal 33 12/22/PBI/2010
PVA Bank melakukan kegiatan usaha sebagai PVA setelah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia.
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
22
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 34 Pasal 34
12/22/PBI/2010 SE 9/38/DPBPR 2007 Romawi II.A.1 SE 9/36/DPNP 2007 Romawi II.B SE 9/38/DPBPR 2007 Romawi II.B
(1) Bank Umum Bukan Bank Devisa, Bank Umum Syariah Bukan Bank Devisa, BPR, atau BPRS yang akan melakukan kegiatan usaha sebagai PVA sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 33 wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. memiliki rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum sesuai dengan
ketentuan yang berlaku; b. mencantumkan rencana kegiatan usaha sebagai PVA dalam Rencana
Bisnis Bank bagi bank umum bukan bank devisa dan Rencana Kerja dan Laporan Pelaksanaan Rencana Kerja bagi BPR atau BPRS; dan
c. menyertakan rencana kesiapan operasional.
Yang dimaksud rencana kesiapan operasional adalah: a. menyebutkan kantor bank yang akan melakukan kegiatan usaha
sebagai PVA. b. memiliki tempat usaha di kantor bank yang diajukan. c. sumber daya manusia yang memadai. d. sarana penunjang kegiatan yang memadai termasuk kebijakan,
sistem dan prosedur secara tertulis. (2) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) khusus
untuk BPR atau BPRS wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. memiliki tingkat kesehatan selama 12 (dua belas) bulan terakhir
tergolong sehat atau memiliki tingkat kesehatan BPRS selama 12 (dua belas) bulan terakhir minimal tergolong dalam peringkat komposit 2; dan
b. memenuhi persyaratan modal disetor dan kepengurusan sesuai ketentuan yang berlaku.
(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan ayat (2) berdasarkan data Bank Indonesia.
(4) Tata cara pengajuan permohonan persetujuan bagi BUBBD dan BPR/BPRS untuk melakukan kegiatan usaha sebagai PVA, diatur sebagai berikut: 1) Kantor pusat BUBBD mengajukan permohonan persetujuan sebagai PVA
secara tertulis kepada Bank Indonesia, dengan melampirkan dokumen rencana kesiapan operasional yang memuat informasi antara lain meliputi: 1. Keberadaan lokasi tempat usaha sesuai alamat yang diajukan; 2. Kelayakan tempat usaha; 3. Sumber daya manusia; 4. Kebijakan, sistem dan prosedur; dan 5. Sarana penunjang kegiatan usaha, paling kurang:
a. Meja counter; b. Alat deteksi keaslian uang; c. Tempat penyimpan uang; dan d. Papan kurs.
2) Kantor pusat BPR/BPRS mengajukan permohonan persetujuan sebagai PVA BPR/BPRS secara tertulis kepada Bank Indonesia yang wajib dilengkapi dengan dokumen rencana kesiapan operasional, antara lain meliputi: 1. foto kantor BPR/BPRS yang akan melaksanakan kegiatan usaha
sebagai PVA; 2. foto tempat kegiatan usaha di kantor BPR/BPRS yang diajukan dan
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
23
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
tata letak ruang; 3. struktur organisasi kantor, termasuk Sumber Daya Manusia yang
menangani kegiatan PVA; 4. sarana penunjang kegiatan usaha, sekurang‐kurangnya berupa:
a. kebijakan, sistem dan prosedur secara tertulis; b. foto alat deteksi keaslian uang; c. foto tempat penyimpanan uang; d. foto papan kurs; dan e. contoh warkat/dokumen yang akan digunakan.
35 Pasal 35
12/22/PBI/2010 Penyampaian permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 33 dilakukan oleh kantor pusat bank yang bersangkutan yang diatur sebagai berikut: a. bagi Bank Umum Bukan Bank Devisa yang berkantor pusat di wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia disampaikan kepada Bank Indonesia cq. Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, sesuai dengan format pada Lampiran 4a, dengan tembusan kepada Direktorat Pengawasan Bank terkait;
b. bagi Bank Umum Bukan Bank Devisa yang juga melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia disampaikan kepada Bank Indonesia cq. Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, sesuai dengan format pada Lampiran 4b, dengan tembusan kepada Direktorat Pengawasan Bank terkait;
c. Bagi BUBBD yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI, disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia (KBI) setempat sesuai dengan format pada Lampiran 4c.
d. bagi Bank Umum Syariah Bukan Bank Devisa dan BPRS yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia disampaikan kepada Bank Indonesia cq. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, sesuai dengan format pada Lampiran 4c bagi Bank Umum Syariah Bukan Bank Devisa dan Lampiran 10 bagi BPRS;
e. bagi BPR yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia disampaikan kepada Bank Indonesia cq. Direktorat Kredit, BPR dan UMKM, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, bagi Bank Perkreditan Rakyat, sesuai dengan format pada Lampiran 10; atau
f. bagi Bank Umum Bukan Bank Devisa, Bank Umum Syariah Bukan Bank Devisa, BPR atau BPRS yang berkantor pusat di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia setempat yang mewilayahi bank dimaksud, sesuai dengan format pada Lampiran 4c bagi BUBDD/BUBDD Syariah dan Lampiran 10 bagi BPR/BPRS. Surat permohonan persetujuan untuk melakukan kegiatan usaha sebagai PVA BPR/BPRS tersebut di atas sesuai contoh pada Lampiran 10.
36 Pasal 36 12/22/PBI/2010
(1) Persetujuan atau penolakan atas permohonan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 33 diberikan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah dokumen permohonan diterima secara lengkap oleh Bank Indonesia.
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
24
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan (2) Pelaksanaan kegiatan PVA Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal persetujuan dari Bank Indonesia dikeluarkan.
(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) PVA Bank tidak melaksanakan kegiatan PVA, persetujuan yang telah diberikan dinyatakan tidak berlaku.
(4) Pelaksanaan kegiatan PVA wajib dilaporkan oleh kantor pusat bank kepada Bank Indonesia paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal pelaksanaan kegiatan PVA.
Bagian Kedua Pelaksanaan Kegiatan PVA pada Kantor‐Kantor Bank
37 Pasal 37 12/22/PBI/2010 SE 9/36/DPNP 2007 Romawi III
(1) PVA Bank dapat melakukan kegiatan PVA pada kantor‐kantor di luar kantor pusat sepanjang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. rencana kantor bank yang akan melakukan kegiatan usaha sebagai PVA
telah tercantum dalam Rencana Bisnis Bank bagi Bank Umum Bukan Bank Devisa dan Bank Umum Syariah Bukan Bank Devisa, atau Rencana Kerja dan Laporan Pelaksanaan Rencana Kerja bagi BPR dan BPRS; dan
b. melaporkan rencana tersebut paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum pelaksanaan kegiatan PVA disertai dengan rencana kesiapan operasional.
(2) PVA Bank wajib melaporkan pelaksanaan kegiatan PVA di kantor bank kepada Bank Indonesia paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal pelaksanaan kegiatan PVA.
(3) Tata cara pelaporan pelaksanaan kegiatan usaha sebagai PVA, diatur sebagai berikut BUBBD: A. Bagi Kantor Pusat BUBBD yang telah memperoleh persetujuan usaha
sebagai PVA 1. Pelaksanaan kegiatan usaha sebagai PVA wajib dilaporkan paling
lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal pelaksanaan kegiatan PVA ke alamat sebagai berikut: a. Bagi BUBBD yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI, dialamatkan kepada Bank Indonesia cq. Direktorat Pengawasan Bank terkait, Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350 dengan tembusan kepada Direktorat Pengelolaan Moneter cq. Bagian Pengaturan dan Pengawasan PVA, dan Administrasi (PVAd);
b. Bagi BUBBD yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI, dialamatkan kepada KBI setempat, dengan tembusan kepada Direktorat Pengelolaan Moneter cq. Bagian Pengaturan dan Pengawasan PVA, dan Administrasi (PVAd).
2. Pelaksanaan kegiatan usaha sebagai PVA sebagaimana dimaksud pada angka 1 di atas dilaporkan sesuai dengan format pada Lampiran 5.
B. Bagi kantor cabang dan kantor‐kantor di bawah kantor cabang dari BUBBD yang telah memperoleh persetujuan usaha sebagai PVA, diatur sebagai berikut: 1. Kantor pusat BUBBD wajib melaporkan secara tertulis kepada Bank
Indonesia dalam hal kantor cabang dan kantor‐kantor di bawah
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
25
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 9/38/DPBPR 2007 Romawi III
kantor cabang dari BUBBD akan melakukan kegiatan usaha sebagai PVA.
2. Pengajuan laporan rencana pelaksanaan kegiatan usaha sebagai PVA sebagaimana dimaksud pada angka 1 disampaikan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum pelaksanaan kegiatan PVA, ke alamat sebagai berikut: a. Bagi BUBBD yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI, dialamatkan kepada Bank Indonesia cq. Direktorat Pengawasan Bank terkait, Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350, sesuai dengan format pada Lampiran 6a, dengan tembusan kepada KBI setempat dalam hal kantor cabang dan kantor‐kantor di bawah kantor cabang dari BUBBD yang akan melakukan kegiatan usaha sebagai PVA berada di luar wilayah kerja KPBI; atau
b. Bagi BUBBD yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI, dialamatkan kepada KBI setempat sesuai dengan format pada Lampiran 6b, dengan tembusan kepada Direktorat Pengawasan Bank terkait apabila kantor cabang dan kantor‐kantor di bawah kantor cabang dari BUBBD berada di wilayah kerja KPBI atau kepada KBI dimana kantor cabang dan kantor‐kantor di bawah kantor cabang dari BUBBD yang akan melakukan kegiatan usaha sebagai PVA tersebut berada.
3. Laporan pelaksanaan pembukaan kegiatan usaha PVA bagi kantor cabang dan kantor‐kantor di bawah kantor cabang dari BUBBD yang telah memperoleh izin usaha sebagai PVA disampaikan ke alamat sebagaimana dimaksud pada Paragraf 37 ayat (3) huruf A di atas, paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal pelaksanaan kegiatan PVA.
(4) Tata cara pelaporan pelaksanaan kegiatan usaha sebagai PVA, diatur sebagai
berikut BPR/BPRS: A. Kantor pusat BPR/BPRS yang telah memperoleh persetujuan untuk
melakukan kegiatan usaha sebagai PVA wajib melaporkan secara tertulis pelaksanaan kegiatan usaha sebagai PVA ke alamat sebagai berikut: 1. Bagi BPR yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI, dialamatkan
kepada Bank Indonesia, u.p. Direktorat Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat, Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350, dengan tembusan kepada Direktorat Pengelolaan Moneter u.p. Bagian Pengaturan dan Pengawasan PVA dan Administrasi.
2. Bagi BPRS yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI, dialamatkan kepada Bank Indonesia, u.p. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350, dengan tembusan kepada Direktorat Pengelolaan Moneter u.p. Bagian Pengaturan dan Pengawasan PVA dan Administrasi.
3. Bagi BPR/BPRS yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI, dialamatkan kepada KBI setempat dengan mengacu kepada pembagian wilayah kerja KBI, dengan tembusan kepada: a. Direktorat Pengelolaan Moneter, u.p. Bagian Pengaturan dan
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
26
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Pengawasan PVA dan Administrasi , Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350; dan
b. KBI dimana kantor cabang BPR/BPRS yang akan melakukan kegiatan usaha sebagai PVA tersebut berada, dalam hal kantor cabang BPR/BPRS tersebut berada di wilayah kerja KBI yang berbeda dengan kantor pusatnya; dan/atau
c. Bank Indonesia u.p. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350, dalam hal kantor cabang BPRS yang akan melakukan kegiatan usaha sebagai PVA berada di wilayah kerja KPBI.
Laporan pelaksanaan kegiatan usaha sebagai PVA sebagaimana tersebut di atas, sesuai contoh pada Lampiran 11.
B. Bagi BPR/BPRS yang telah memperoleh persetujuan untuk melakukan kegiatan usaha sebagai PVA dan akan melakukan kegiatan PVA di kantor lainnya, diatur sebagai berikut : 1. Kantor pusat BPR/BPRS wajib melaporkan secara tertulis kepada
Bank Indonesia mengenai rencana kegiatan usaha sebagai PVA pada kantor BPR/BPRS tertentu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum pelaksanaan kegiatan usaha PVA tersebut dilakukan oleh kantor BPR/BPRS terkait.
2. Laporan rencana kegiatan usaha sebagai PVA sebagaimana dimaksud pada angka 1, disampaikan oleh kantor pusat BPR/BPRS ke alamat sebagai berikut: a. Bagi BPR yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI,
dialamatkan kepada Bank Indonesia, u.p. Direktorat Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat, Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350.
b. Bagi BPRS yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI, permohonan dialamatkan kepada Bank Indonesia, u.p. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350.
c. Bagi BPR yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI, dialamatkan kepada KBI setempat dengan mengacu kepada pembagian wilayah kerja KBI, dengan tembusan kepada KBI dimana kantor cabang BPR yang akan melakukan kegiatan usaha sebagai PVA tersebut berada, dalam hal kantor cabang BPR yang akan melakukan kegiatan usaha sebagai PVA berada di wilayah kerja KBI yang berbeda dengan kantor pusatnya.
d. Bagi BPRS yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI, dialamatkan kepada KBI setempat dengan mengacu kepada pembagian wilayah kerja KBI, dengan tembusan kepada: 1) KBI dimana kantor cabang BPRS yang akan melakukan
kegiatan usaha sebagai PVA tersebut berada, dalam hal kantor cabang BPRS tersebut berada di wilayah kerja KBI yang berbeda dengan kantor pusatnya; atau
2) Bank Indonesia u.p. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350, dalam hal kantor cabang BPRS yang akan melakukan kegiatan usaha sebagai PVA berada di wilayah kerja KPBI.
Laporan rencana kegiatan usaha sebagai PVA tersebut di atas sesuai contoh pada Lampiran 12.
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
27
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 3. Laporan pelaksanaan pembukaan kegiatan usaha PVA bagi kantor
cabang wajib disampaikan oleh kantor pusat BPR/BPRS ke alamat sebagaimana dimaksud pada huruf A di atas, paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal pelaksanaan kegiatan PVA, sesuai contoh pada Lampiran 13.
Bagian Ketiga Penghentian Kegiatan Usaha PVA Bank
38 Pasal 38 12/22/PBI/2010 SE 9/36/DPNP 2007 Romawi VI.A SE 9/38/DPBPR 2007 Romawi V
(1) PVA Bank dapat menghentikan seluruh kegiatan usaha sebagai PVA di kantor pusat dan di kantor‐kantor lainnya dengan terlebih dahulu menyampaikan rencana penghentian tersebut kepada Bank Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum tanggal penghentian kegiatan usaha sebagai PVA, dilampiri dengan dokumen: a. alasan penghentian; b. pernyataan dari PVA Bank bahwa seluruh hak dan kewajiban yang
terkait dengan kegiatan PVA Bank yang dilaksanakan sebelum tanggal penghentian telah diselesaikan dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab PVA Bank.
Tata cara penghentian kegiatan usaha sebagai PVA Bank Umum diatur sebagai berikut: 1. Kantor pusat BUBBD wajib menyampaikan rencana penghentian
kegiatan usaha sebagai PVA secara tertulis kepada Bank Indonesia. 2. Pengajuan rencana penghentian kegiatan usaha sebagai PVA
disampaikan ke alamat sebagaimana diatur dalam Paragraf 37 ayat (3) huruf A paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum tanggal penghentian kegiatan usaha sebagai PVA dengan menggunakan contoh surat sebagaimana tercantum pada Lampiran 9.
Penghentian kegiatan usaha sebagai PVA BPR/BPRS 1. Kegiatan usaha sebagai PVA BPR/BPRS dihentikan apabila BPR/BPRS
ditetapkan dalam status pengawasan khusus atau belum memenuhi ketentuan modal disetor atau belum memenuhi ketentuan kepengurusan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Penghentian kegiatan usaha sebagai PVA BPR/BPRS diatur sebagai berikut: a. Bagi BPR/BPRS yang ditetapkan dalam status pengawasan khusus:
Kegiatan usaha sebagai PVA BPR/BPRS dihentikan sejak penetapan status pengawasan khusus.
b. Bagi BPR/BPRS yang belum memenuhi ketentuan modal disetor sebagaimana dimaksud dalam ketentuan kelembagaan BPR/BPRS: Kegiatan usaha sebagai PVA BPR/BPRS dihentikan sejak batas waktu pemenuhan pentahapan modal disetor berakhir.
c. Bagi BPR/BPRS yang tidak memenuhi ketentuan kepengurusan: Kegiatan usaha sebagai PVA BPR/BPRS dihentikan apabila BPR/BPRS yang bersangkutan tidak memenuhi ketentuan kepengurusan lebih dari 6 (enam) bulan.
3. Kegiatan usaha sebagai PVA BPR/BPRS dapat dihentikan oleh BPR/BPRS, atas inisiatif sendiri.
4. Tata cara penghentian kegiatan usaha sebagai PVA BPR/BPRS atas inisiatif sendiri diatur sebagai berikut: (1) Penghentian kegiatan usaha sebagai PVA BPR/BPRS:
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
28
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan a. Kantor pusat BPR/BPRS menyampaikan rencana penghentian
kegiatan usaha sebagai PVA BPR/BPRS secara tertulis kepada Bank Indonesia ke alamat sebagaimana dimaksud pada Paragraf 37 ayat (3) huruf A, paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum tanggal penghentian kegiatan usaha sebagai PVA, sesuai contoh Lampiran 16.
b. Rencana penghentian kegiatan usaha sebagai PVA BPR/BPRS harus disertai dengan dokumen: 1) Alasan penghentian; dan 2) Pernyataan bahwa seluruh hak dan kewajiban yang
terkait dengan kegiatan usaha sebagai PVA BPR/BPRS yang dilaksanakan sebelum tanggal penghentian, telah diselesaikan, yaitu seluruh aktiva valas, baik UKA maupun TC yang dimiliki telah dijual atau dicairkan dalam mata uang rupiah dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab PVA BPR/BPRS.
c. Persetujuan penghentian kegiatan usaha sebagai PVA BPR/BPRS disampaikan oleh Bank Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah surat permohonan penghentian kegiatan usaha sebagai PVA BPR/BPRS diterima lengkap oleh Bank Indonesia.
d. Pelaksanaan penghentian kegiatan usaha sebagai PVA sebagaimana dimaksud pada huruf a wajib dilaporkan oleh kantor pusat BPR/BPRS kepada Bank Indonesia ke alamat sebagaimana dimaksud pada Paragraf 37 ayat (3) huruf A, paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal pelaksanaan penghentian kegiatan usaha PVA, seperti contoh pada Lampiran 17.
(2) Persetujuan penghentian kegiatan usaha sebagai PVA disampaikan oleh
Bank Indonesia kepada PVA Bank paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah surat permohonan penghentian kegiatan usaha sebagai PVA diterima lengkap oleh Bank Indonesia.
(3) Pelaksanaan penghentian kegiatan PVA Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh Kantor Pusat Bank kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 35, paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal pelaksanaan penghentian kegiatan PVA.
39 Pasal 39
12/22/PBI/2010 SE 9/36/DPNP 2007 Romawi VI.B
(1) PVA Bank dapat menghentikan kegiatan usaha sebagai PVA pada satu atau lebih kantor‐kantor di luar kantor pusat bank.
(2) Pelaksanaan penghentian kegiatan PVA di kantor‐kantor di luar kantor pusat bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh Kantor Pusat Bank kepada Bank Indonesia paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal pelaksanaan penghentian kegiatan PVA di kantor bank dengan disertai alasan penghentian.
(3) Tata cara penghentian kegiatan usaha sebagai PVA Bank pada satu atau lebih kantor Bank diatur sebagai berikut: 1. Pelaksanaan penghentian kegiatan usaha sebagai PVA pada 1 (satu)
atau lebih kantor Bank wajib dilaporkan oleh Kantor Pusat ke alamat sebagaimana diatur dalam Paragraf 37 ayat (3) huruf A paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal pelaksanaan penghentian
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
29
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 9/38/DPBPR 2007 Romawi V.D No.2
kegiatan PVA di kantor Bank dengan disertai alas an penghentian dengan menggunakan contoh surat sebagaimana tercantum pada Lampiran 9.
2. Dalam hal penghentian kegiatan usaha sebagai PVA dilakukan pada kantor cabang atau kantor‐kantor dibawah kantor cabang yang berada di luar wilayah kerja KBI yang mewilayahi kantor pusatnya, Kantor Pusat PVA Bank harus menyampaikan 1 (satu) tembusan laporan penghentian kegiatan usaha sebagai PVA kepada KBI setempat yang mewilayahi kantor cabang tersebut.
3. Penghentian kegiatan usaha PVA BPR/BPRS pada 1 (satu) atau lebih kantor BPR/BPRS wajib dilaporkan oleh kantor pusat BPR/BPRS ke alamat sebagaimana diatur dalam Paragraf 37 ayat (3) huruf A, paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal pelaksanaan penghentian kegiatan usaha PVA di kantor cabang BPR/BPRS disertai alasan penghentian sesuai contoh pada Lampiran 18.
40 Pasal 40
12/22/PBI/2010 Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 36 ayat (4), Paragraf 37 ayat (2), Paragraf 38 ayat (3), Paragraf 39 ayat (2) dilakukan oleh kantor pusat bank yang bersangkutan yang diatur sebagai berikut: a. bagi Bank Umum Bukan Bank Devisa yang berkantor pusat di wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia disampaikan kepada Bank Indonesia cq. Direktorat Pengawasan Bank terkait, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350;
b. bagi Bank Umum Bukan Bank Devisa yang juga melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia disampaikan kepada Bank Indonesia cq. Direktorat Pengawasan Bank terkait, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350;
c. bagi Bank Umum Syariah Bukan Bank Devisa dan BPRS yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia disampaikan kepada Bank Indonesia cq. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350;
d. bagi BPR yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia disampaikan kepada Bank Indonesia cq. Direktorat Kredit, BPR dan UMKM, Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10350; atau
e. bagi Bank Umum Bukan Bank Devisa, Bank Umum Syariah Bukan Bank Devisa, BPR, dan/atau BPRS yang berkantor pusat di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia setempat yang mewilayahi bank dimaksud.
Bagian Keempat Saldo Harian Pos Aktiva Dalam Valuta Asing 41 Pasal 41
12/22/PBI/2010 PVA Bank diperbolehkan memiliki saldo harian pos aktiva dalam valuta asing paling tinggi sebesar 20% (dua puluh per seratus) dari modal disetor. Pengertian pos aktiva dalam valuta asing adalah mata uang kertas asing, uang logam asing bukan emas dan TC yang masih berlaku, milik BUBBD dan BPR/BPRS yang telah memperoleh persetujuan untuk melakukan kegiatan usaha sebagai PVA, yang dijabarkan dalam rupiah. Saldo harian pos aktiva dalam valuta asing dimaksud dihitung dengan menggunakan kurs tengah harian Bank Indonesia yang dapat dilihat di website Bank Indonesia atau Reuters pada pukul 16.00 WIB.
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
30
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Bagian Kelima Status PVA Bagi Bank Yang Dibekukan atau Dicabut Izin Usaha
42 Pasal 42 12/22/PBI/2010
Persetujuan PVA Bank sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 33 dinyatakan tidak berlaku dalam hal seluruh kegiatan usaha Bank yang bersangkutan dibekukan atau izin usaha Bank dicabut oleh otoritas yang berwenang. Untuk BPR dan BPRS, yang dimaksud dengan pos aktiva dalam valuta asing adalah pos dalam laporan bulanan BPR dan BPRS sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
43 Pasal 43 12/22/PBI/2010
(1) BPR dan BPRS yang ditetapkan dalam pengawasan khusus, belum memenuhi ketentuan modal disetor, atau kepengurusan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku tidak dapat melakukan kegiatan usaha sebagai PVA.
(2) Kegiatan usaha sebagai PVA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan kembali setelah BPR dan BPRS yang bersangkutan dikeluarkan dari status pengawasan khusus, memenuhi ketentuan modal disetor dan kepengurusan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
BAB V Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT)
44 Pasal 44 12/22/PBI/2010 SE 14/15/DPM 2012 Romawi II
PVA wajib menerapkan program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme sesuai dengan peraturan perundang‐undangan yang berlaku. Tata cara penerapan prinsip mengenal nasabah berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penerapan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme pada Pedagang Valuta Asing Bukan Bank .
BAB VI Pengawasan dan Pembinaan45 Pasal 45
12/22/PBI/2010 Ayat (1) SE 14/15/DPM 2012 Romawi III.9 SE 14/15/DPM 2012 Romawi III.12 Pasal 45 12/22/PBI/2010 Ayat (2)
(1) Bank Indonesia melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap PVA. Pengawasan terhadap PVA Bukan Bank dilakukan oleh Bank Indonesia dengan ketentuan sebagai berikut: a. Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI), bagi PVA Bukan Bank yang
berkantor pusat di wilayah kerja KPBI; atau b. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri (KPw BI DN), bagi PVA
Bukan Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja KPw BI DN yang mengacu pada pembagian wilayah kerja sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I. D.
Dalam melaksanakan pengawasan terhadap PVA Bukan Bank, Bank Indonesia dapat menyampaikan surat pembinaan yang wajib ditindaklanjuti oleh PVA Bukan Bank.
(2) Pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
31
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 14/15/DPM 2012 Romawi III.4 Pasal 45 12/22/PBI/2010 Ayat (3) – (4) SE 14/15/DPM 2012 Romawi III.13
Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui analisa dan evaluasi atas laporan yang disampaikan PVA Bukan Bank kepada Bank Indonesia.
(3) Dalam melakukan pengawasan terhadap PVA Bukan Bank sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Bank Indonesia dapat menyampaikan surat pembinaan yang wajib ditindaklanjuti oleh PVA Bukan Bank.
(4) Pengawasan dan pembinaan terhadap PVA Bank dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pengawasan bank. Dalam hal PVA Bukan Bank melakukan kegiatan usaha pengiriman uang maka pengawasan terhadap penyelenggaraan kegiatan usaha pengiriman uang (Transfer Dana) dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kegiatan usaha pengiriman uang (Transfer Dana).
46 Pasal 46
12/22/PBI/2010 SE 14/15/DPM 2012 Romawi III No. 5‐8
(1) Pengawasan langsung bagi PVA Bukan Bank sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 45 ayat (2) dilakukan dengan cara pemeriksaan terhadap PVA Bukan Bank.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara umum dan/atau khusus.
(3) Pemeriksaan umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi aspek‐aspek antara lain: a. pemenuhan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai PVA
Bukan Bank dan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penerapan program APU dan PPT bagi PVA Bukan Bank;
b. kebenaran laporan berkala dan laporan lainnya yang disampaikan kepada Bank Indonesia; dan
c. penerapan kebijakan manajemen intern. (4) Pemeriksaan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
berdasarkan pertimbangan Bank Indonesia atau adanya permintaan dari instansi atau lembaga terkait.
(5) Pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dilengkapi dengan surat penugasan dari Bank Indonesia.
(6) Dalam pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), PVA Bukan Bank harus memberikan kepada pemeriksa, antara lain : a. data pembukuan dan data pendukung; b. kesempatan untuk melihat aktivitas operasional dan sarana fisik yang
berkaitan dengan kegiatan usahanya; dan/atau c. keterangan dari pihak yang memiliki kompetensi dan berwenang pada
saat pemeriksaan sedang berlangsung.
47 Pasal 47 12/22/PBI/2010 Ayat (1) SE 14/15/DPM 2012
(1) Dalam pelaksanaan pemeriksaan terhadap PVA Bukan Bank sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 46, Bank Indonesia dapat menugaskan pihak lain untuk dan atas nama Bank Indonesia untuk melakukan pemeriksaan terhadap PVA Bukan Bank.
Yang dimaksud dengan pihak lain antara lain Kantor Akuntan Publik dan Asosiasi PVA. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak lain dilengkapi dengan surat penugasan dari Bank Indonesia.
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
32
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Romawi III.11 Pasal 47 12/22/PBI/2010 Ayat (2)
(2) Pihak lain yang ditugaskan oleh Bank Indonesia untuk melaksanakan
pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib: a. menjaga kerahasiaan data yang diperolehnya dari hasil pemeriksaan
yang dilakukan dan tunduk kepada peraturan perundang‐undangan yang berlaku mengenai rahasia jabatan; dan
b. menyampaikan laporan hasil pemeriksaan kepada Bank Indonesia.
48 Pasal 48 12/22/PBI/2010 Ayat (1) – (2).b.1 SE 14/15/DPM 2012 Romawi IV.1.a Pasal 48 12/22/PBI/2010 Ayat (2).a.2 – (2).b.2 SE 14/15/DPM 2012 Romawi IV.1.b
(1) Dalam rangka pengawasan tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 45 ayat (2), PVA wajib menyampaikan laporan tertulis kepada Bank Indonesia secara lengkap, benar, dan akurat.
Yang dimaksud dengan lengkap untuk laporan keuangan adalah apabila telah mencakup Neraca, Laporan Laba/Rugi dan Laporan Perubahan Ekuitas.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. bagi PVA Bank: 1. laporan berkala berupa LKU 2. laporan lainnya setiap waktu apabila diperlukan.
b. bagi PVA Bukan Bank: 1. laporan berkala yang terdiri dari LKU dan laporan keuangan.
1. Jenis Laporan
a. Laporan berkala terdiri dari 1) Laporan Kegiatan Usaha (LKU), yaitu : Laporan transaksi penjualan dan pembelian UKA serta Laporan pembelian TC sebagaimana tercantum pada Lampiran II.A SE 14/15/DPM (2012). 2) Laporan Keuangan, yaitu : Laporan keuangan yang terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, dan Laporan Perubahan Ekuitas akhir tahun berjalan sebagaimana contoh pada Lampiran II.B SE 14/15/DPM (2012).
Laporan berkala disusun dengan mengacu kepada Pedoman Pembukuan dan Penyusunan Laporan Keuangan PVA Bukan Bank sebagaimana tercantum pada Lampiran II.C SE 14/15/DPM (2012).
2. laporan lainnya setiap waktu apabila diperlukan.
LKU dan laporan keuangan yang disampaikan kepada Badan Indonesia merupakan laporan konsolidasi dari laporan kantor pusat, kantor cabang dan gerai (counter).
b. Laporan lainnya, yaitu:
1) laporan yang berkaitan dengan kegiatan lalu lintas devisa, apabila diperlukan;
2) laporan transaksi keuangan mencurigakan dan laporan transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai dalam jumlah kumulatif tertentu sesuai ketentuan yang berlaku; dan
3) laporan lainnya setiap waktu apabila diperlukan.
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
33
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Pasal 48 12/22/PBI/2010 Ayat (3) SE 14/15/DPM 2012 Romawi IV.2 SE 9/36/DPNP 2007 Romawi V
(3) PVA wajib melakukan pencatatan transaksi dan menyimpan dokumen dan warkat yang berhubungan dengan transaksi sesuai dengan peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
(4) Bentuk dan Penyampaian Laporan Berkala a. Laporan berkala dibuat dalam bentuk data elektronik dan
disampaikan kepada Bank Indonesia secara online dengan menggunakan media internet pada website Laporan Kantor Pusat Bank Umum (LKPBU) ‐ PVA .
b. Laporan berkala telah diterima oleh Bank Indonesia sesuai tanggal terima sistem LKPBU.
c. Tata cara penyampaian laporan secara online diatur dalam Petunjuk Teknis Pelaporan PVA Online sebagaimana tercantum dalam Lampiran III SE 14/15/DPM (2012).
d. Laporan berkala dibuat oleh kantor pusat PVA Bukan Bank secara konsolidasi yang meliputi laporan kantor pusat, kantor cabang dan gerai (counter).
(5) Tata cara pelaporan bagi kantor pusat BUBBD yang melakukan kegiatan
usaha sebagai PVA adalah sebagai berikut: a. Kantor pusat BUBBD yang melakukan kegiatan usaha sebagai PVA wajib
menyampaikan laporan berkala berupa Laporan Kegiatan Usaha yang selanjutnya disebut LKU, yang diatur sebagai berikut: 1. Kantor pusat BUBBD yang melakukan kegiatan usaha sebagai PVA
wajib menyampaikan LKU yang meliputi laporan transaksi penjualan dan pembelian UKA serta pembelian TC sebagaimana contoh pada Lampiran 8a dan Lampiran 8b.
2. LKU disampaikan kepada Bank Indonesia secara berkala setiap triwulan paling lambat pada akhir bulan berikutnya. Contoh : Laporan triwulan I (Januari, Februari dan Maret) diterima oleh Bank Indonesia paling lambat akhir April tahun berjalan.
3. LKU yang disampaikan kepada Bank Indonesia merupakan Laporan konsolidasi kegiatan usaha sebagai PVA dari kantor pusat dan seluruh kantor cabang berikut kantor‐kantor di bawah kantor cabang.
4. Dalam rangka keseragaman, tata cara penyusunan LKU mengacu pada pedoman penyusunan LKU sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 8c.
b. Selain menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, kantor pusat BUBBD yang melakukan kegiatan usaha sebagai PVA wajib menyampaikan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan dan Laporan Transaksi Keuangan Tunai sesuai peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
c. Laporan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dibuat secara lengkap, benar, akurat dan distempel cap perusahaan, serta ditandatangani oleh pengurus atau pejabat yang berwenang.
d. Laporan sebagaimana dimaksud dalam huruf a disampaikan ke Bank Indonesia dalam bentuk disket/CD atau hardcopy yang disertai dengan surat pengantar yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.
e. Laporan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b disampaikan ke alamat sebagai berikut: 1. Bagi PVA yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI disampaikan
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
34
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 9/38/DPBPR 2007 Romawi IV
kepada Bank Indonesia, Direktorat Pengelolaan Moneter cq. Bagian Pengaturan dan Pengawasan PVA, dan Administrasi (PVAd), Jl.M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10350; atau
2. Bagi PVA yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI disampaikan kepada KBI setempat yang mewilayahi PVA dimaksud.
f. Dalam hal tanggal berakhirnya penyampaian laporan berkala jatuh pada hari Sabtu, Minggu, atau hari libur maka laporan berkala disampaikan pada hari kerja berikutnya.
(6) Tata cara pelaporan bagi kantor pusat BPR/BPRS yang melakukan kegiatan
usaha sebagai PVA adalah sebagai berikut: a. Kantor pusat BPR/BPRS yang melakukan kegiatan usaha sebagai PVA
wajib menyampaikan laporan berkala berupa Laporan Kegiatan Usaha yang untuk selanjutnya disebut LKU kepada Bank Indonesia, sebagai berikut: 1. Kantor pusat BPR/BPRS yang melakukan kegiatan usaha sebagai
PVA wajib menyampaikan LKU yang meliputi laporan transaksi penjualan dan pembelian UKA serta pembelian TC, sesuai contoh pada Lampiran 14.
2. LKU disampaikan kepada Bank Indonesia secara berkala setiap triwulan sebagai berikut: - LKU periode triwulan I terdiri dari laporan bulan Januari,
Februari dan Maret; - LKU periode triwulan II terdiri dari laporan bulan April, Mei dan
Juni; - LKU periode triwulan III terdiri dari laporan bulan Juli, Agustus
dan September; - LKU periode triwulan IV terdiri dari laporan bulan Oktober,
November dan Desember. 3. LKU sebagaimana dimaksud pada angka 2 disampaikan paling
lambat pada akhir bulan berikutnya. Contoh : LKU periode triwulan I disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat akhir bulan April tahun berjalan.
4. LKU yang disampaikan kepada Bank Indonesia merupakan laporan kegiatan usaha sebagai PVA secara konsolidasi yang meliputi laporan kantor pusat dan seluruh kantor cabang.
5. Dalam rangka keseragaman, pengisian LKU mengacu pada Lampiran 15.
b. Selain laporan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, kantor pusat BPR/BPRS yang melakukan kegiatan usaha sebagai PVA wajib menyampaikan laporan transaksi keuangan mencurigakan serta laporan transaksi keuangan tunai sesuai dengan ketentuan Undang‐Undang Tindak Pidana Pencucian Uang yang berlaku.
c. Laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a dibuat secara lengkap, benar, akurat dan distempel cap perusahaan, serta ditandatangani oleh Direksi atau pejabat BPR/BPRS yang berwenang.
d. Laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan kepada Bank Indonesia dalam media disket/compact disc (CD) dan hardcopy dengan surat pengantar yang ditandatangani oleh Direksi atau pejabat BPR/BPRS yang berwenang.
e. Laporan sebagaimana dimaksud dalam huruf a disampaikan ke alamat
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
35
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
sebagai berikut: 1. Bagi BPR/BPRS yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI
disampaikan kepada Bank Indonesia, Direktorat Pengelolaan Moneter u.p. Bagian Pengaturan dan Pengawasan PVA dan Administrasi, Jl. M.H. Thamrin No.2, Jakarta 10350; atau
2. Bagi BPR/BPRS yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI disampaikan kepada KBI dengan mengacu kepada pembagian wilayah kerja KBI.
f. Dalam hal tanggal berakhirnya penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam huruf a jatuh pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur, maka laporan dimaksud disampaikan pada hari kerja berikutnya.
49 Pasal 49
12/22/PBI/2010 SE 14/15/DPM 2012 Romawi IV.3
(1) Batas waktu penyampaian laporan berkala sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 48 ayat (2) diatur sebagai berikut: a. PVA Bank dan PVA Bukan Bank wajib menyampaikan LKU setiap
triwulan paling lambat pada akhir bulan berikutnya. b. PVA Bukan Bank yang melakukan kegiatan usaha Pengiriman Uang
wajib menyampaikan LKU setiap bulan paling lambat pada akhir bulan berikutnya.
c. PVA Bukan Bank wajib menyampaikan laporan keuangan paling lambat pada akhir bulan Maret tahun berikutnya.
(2) Periode Penyampaian Laporan
a. Periode Penyampaian Laporan Berkala 1) LKU
a) LKU berisi data laporan bulanan yang mencakup laporan penjualan dan pembelian UKA serta pembelian TC periode bulanan.
b) Teknis pelaksanaan pelaporan LKU sebagaimana dimaksud pada angka 1) disajikan dan disampaikan kepada Bank Indonesia secara bulanan setiap bulan berikutnya, paling lambat pada akhir bulan berikutnya setelah periode triwulan yang bersangkutan. Contoh Laporan Berkala Triwulan 1:
(1) LKU bulan Januari disampaikan bulan Februari; (2) LKU bulan Februari disampaikan bulan Maret; (3) LKU bulan Maret disampaikan bulan April; LKU Triwulan 1 (bulan Januari, Februari, dan Maret) dianggap terlambat apabila disampaikan setelah akhir bulan April.
b. Batas waktu penyampaian laporan berkala disampaikan sebagai berikut:1) Laporan berkala secara online wajib disampaikan paling lambat
tanggal akhir bulan pukul 24.00 Waktu Indonesia Barat (WIB) setelah berakhirnya periode penyampaian laporan berkala sebagaimana dimaksud pada huruf a.
2) Apabila hari terakhir penyampaian laporan berkala jatuh pada hari Sabtu, Minggu, atau hari libur maka batas waktu penyampaian laporan secara online tetap sebagaimana dimaksud pada angka 1), atau PVA Bukan Bank dapat menyampaikan laporan berkala pada hari kerja berikutnya secara offline.
c. Dalam hal PVA Bukan Bank yang akan dan/atau melakukan penghentian
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
36
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 14/15/DPM 2012 Romawi IV No. 4 – 5
sementara kegiatan usaha, maka penyampaian laporan berkala diatur sebagai berikut : 1) PVA Bukan Bank yang mengajukan permohonan penghentian
sementara kegiatan usaha, tetap menyampaikan Laporan Keuangan dan LKU periode pelaporan sebelum PVA Bukan Bank menghentikan sementara kegiatan usahanya. Contoh: Apabila tanggal 20 Februari 2012 merupakan tanggal penghentian sementara kegiatan usaha PVA Bukan Bank maka PVA Bukan Bank tersebut tetap menyampaikan LKU bulan Januari 2012 dan Laporan Keuangan tahun 2011.
2) Selama periode penghentian sementara kegiatan usaha, PVA Bukan Bank tidak perlu menyampaikan LKU.
3) PVA Bukan Bank yang menghentikan sementara kegiatan usahanya tetap menyampaikan Laporan Keuangan sesuai ketentuan butir a.2).
(3) Penyampaian Laporan PVA Bukan Bank yang juga melakukan kegiatan usaha
pengiriman uang Dalam hal PVA Bukan Bank sekaligus melakukan kegiatan usaha pengiriman uang, penyampaian laporan kegiatan usaha pengiriman uang tunduk pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kegiatan usaha pengiriman uang.
(4) Penyampaian laporan dalam kondisi gangguan dan/atau keadaan darurat Dalam hal terjadi gangguan yang mengakibatkan PVA Bukan Bank tidak dapat mengirimkan laporan secara online, maka: a. PVA Bukan Bank dapat mengirimkan laporan berkala secara online
melalui media internet pada website pelaporan PVA di lokasi Bank Indonesia dengan terlebih dahulu menyampaikan surat permohonan kepada Bank Indonesia yang ditandatangani oleh Direksi dan disampaikan ke alamat sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 11 ayat (4) angka 4.
b. Waktu layanan ditetapkan oleh kantor Bank Indonesia yang mewilayahi kantor pusat PVA Bukan Bank yang bersangkutan.
c. Dalam hal terjadi kondisi gangguan hardware, aplikasi dan/atau jaringan komunikasi data dan/atau keadaan darurat di Bank Indonesia sehingga PVA Bukan Bank tidak dapat mengirimkan laporan secara online sampai dengan batas waktu yang ditetapkan, maka Bank Indonesia memberitahukan kepada PVA Bukan Bank mengenai kondisi gangguan dan/atau keadaan darurat serta langkah‐langkah yang perlu dilakukan oleh PVA Bukan Bank dalam menyampaikan laporan berkala.
50 Pasal 50
12/22/PBI/2010 (1) PVA Bukan Bank dinyatakan terlambat menyampaikan laporan berkala,
apabila laporan berkala tidak disampaikan dalam batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 49.
(2) Dalam hal tanggal berakhirnya jangka waktu penyampaian laporan berkala sebagaimana dimaksud pada Paragraf 49 jatuh pada hari Sabtu, Minggu, atau hari libur maka laporan berkala disampaikan pada hari kerja berikutnya.
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
37
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 51 Pasal 51
12/22/PBI/2010 Ayat (1) SE 9/36/DPNP 2007 Romawi I.c SE 9/38/DPBPR 2007 Romawi I.c Pasal 51 12/22/PBI/2010 Ayat (2) – (4)
(1) PVA Bank dinyatakan terlambat menyampaikan laporan berkala, apabila laporan berkala disampaikan melampaui batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 49 huruf a sampai dengan akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya batas waktu tersebut. Penyampaian laporan dinyatakan telah diterima oleh Bank Indonesia berdasarkan tanggal diterimanya di Bank Indonesia apabila disampaikan secara langsung atau berdasarkan tanggal stempel pos apabila disampaikan melalui kantor pos.
(2) PVA Bank dinyatakan tidak menyampaikan laporan berkala, apabila BankIndonesia belum menerima laporan berkala sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Dalam hal PVA Bank dinyatakan tidak menyampaikan laporan berkala, hal tersebut tidak meniadakan kewajiban PVA Bank untuk menyampaikan laporan berkala kepada Bank Indonesia.
(4) Dalam hal tanggal berakhirnya penyampaian laporan berkala sebagaimana dimaksud pada Paragraf 49 jatuh pada hari Sabtu, Minggu, atau hari libur maka laporan berkala disampaikan pada hari kerja berikutnya.
52 Pasal 52
12/22/PBI/2010 (1) Selain laporan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 48 ayat (2), PVA wajib
menyampaikan: a. laporan kegiatan Lalu Lintas Devisa; dan b. laporan transaksi keuangan mencurigakan, dan laporan transaksi
keuangan yang dilakukan secara tunai dalam jumlah kumulatif tertentu.
Yang dimaksud dengan laporan transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai adalah transaksi keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang yang mengatur mengenai tindak pidana pencucian uang.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan berpedoman pada peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
BAB VII Sanksi Bagian Kesatu PVA Bukan Bank
53 Pasal 53 12/22/PBI/2010
Dalam hal PVA Bukan Bank melakukan pelanggaran terhadap hal‐hal yang diatur dalam ketentuan ini, Bank Indonesia mengenakan sanksi sebagai berikut: a. teguran tertulis pertama; b. teguran tertulis kedua; c. peringatan khusus; d. pencabutan izin usaha.
54 Pasal 54 12/22/PBI/2010 Ayat (1)
(1) Bank Indonesia mengenakan teguran tertulis pertama sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 53 huruf a, dalam hal PVA Bukan Bank melakukan pelanggaran sebagai berikut: a. tidak memasang logo PVA berizin, tulisan “Pedagang Valuta Asing
Berizin” (“Authorized Money Changer”), dan sertifikat izin usaha
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
38
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 14/15/DPM 2012 Romawi V.3 Pasal 54 12/22/PBI/2010 Ayat (2)
sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 16; b. melakukan pembukaan kantor cabang sebelum mendapat persetujuan
dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 17; c. tidak melaporkan pembukaan gerai (counter) di luar kantor PVA Bukan
Bank sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 21; d. melakukan pemindahan alamat kantor sebelum mendapat persetujuan
dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 22; e. melakukan perubahan Direksi, Dewan Komisaris dan/atau pemegang
saham sebelum mendapat persetujuan dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 26;
f. tidak melaporkan perubahan nama Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 29;
g. tidak melaporkan perubahan modal dasar dan/atau modal disetor sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 30;
h. tidak melaporkan penghentian kegiatan usaha kantor pusat atau kantor cabang yang bersifat sementara sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 31 ayat (1);
i. tidak melaporkan pembukaan kembali kegiatan usaha setelah penghentian kegiatan usaha yang bersifat sementara sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 31 ayat (3) dan (4);
j. tidak melaporkan penghentian kegiatan usaha kantor pusat atau kantor cabang yang bersifat permanen sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 32;
k. tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 48 ayat (2) huruf b secara lengkap, benar dan akurat;
l. terlambat menyampaikan laporan berkala dan/atau laporan lainnya hingga batas waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 49; dan/atau
m. tidak melaksanakan kewajiban‐kewajiban sebagai penyelenggara kegiatan usaha Pengiriman Uang sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kegiatan usaha Pengiriman Uang (Transfer Dana).
PVA Bukan Bank wajib menindaklanjuti sanksi teguran tertulis pertama dan melaporkannya secara tertulis kepada Bank Indonesia ke alamat sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 11 ayat (4) angka 4, paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal dikeluarkannya sanksi teguran tertulis pertama.
(2) Bank Indonesia mengenakan teguran tertulis kedua sebagaimana dimaksud
dalam Paragraf 53 huruf b, dalam hal PVA Bukan Bank melakukan pelanggaran sebagai berikut: a. tidak menindaklanjuti teguran tertulis pertama atas pelanggaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal dikeluarkannya teguran tertulis pertama; dan/atau
b. melakukan pelanggaran yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kedua kali dalam waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal dikeluarkannya teguran tertulis pertama.
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
39
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 14/15/DPM 2012 Romawi V.5 Pasal 54 12/22/PBI/2010 Ayat (3) SE 14/15/DPM 2012 Romawi V.7 Pasal 54 12/22/PBI/2010 Ayat (4) SE 14/15/DPM 2012 Romawi V.9
PVA Bukan Bank wajib menindaklanjuti sanksi teguran tertulis kedua dan melaporkannya secara tertulis kepada Bank Indonesia ke alamat sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 11 ayat (4) angka 4, paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal dikeluarkannya teguran tertulis kedua.
(3) Bank Indonesia mengenakan sanksi peringatan khusus sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 53 huruf c, dalam hal PVA Bukan Bank melakukan pelanggaran sebagai berikut: a. melakukan kegiatan usaha yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam
Paragraf 4; b. Direksi, Dewan Komisaris dan/atau pemegang saham PVA Bukan Bank
melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 3 untuk kepentingan pribadi dengan menggunakan PVA Bukan Bank sebagai sarana sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 10;
c. tidak melaksanakan perintah Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 28;
d. tidak menerapkan program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 44;
e. tidak menindaklanjuti surat pembinaan berdasarkan hasil pemeriksaan hingga batas waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 45 ayat (3); dan/atau
f. tidak menindaklanjuti teguran tertulis kedua paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal dikeluarkannya teguran tertulis kedua;
PVA Bukan Bank wajib menindaklanjuti sanksi peringatan khusus sebagaimana dimaksud pada angka 6 paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal dikeluarkannya sanksi peringatan khusus.
(4) Bank Indonesia mengenakan sanksi pencabutan izin usaha dalam hal PVA
Bukan Bank: a. tidak menindaklanjuti sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal dikeluarkannya sanksi peringatan khusus; atau
b. apabila diketahui kemudian bahwa modal disetor untuk mendirikan PVA Bukan Bank sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 7 ayat (2) berasal dari dan/atau untuk tujuan pencucian uang.
Pencabutan izin usaha diatur sebagai berikut: a. Bank Indonesia menerbitkan KPnIU yang menyatakan bahwa izin usaha
PVA Bukan Bank tidak berlaku. b. Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis kepada PVA Bukan
Bank mengenai pencabutan izin usaha PVA Bukan Bank. c. KPmIU dan sertifikat izin usaha dinyatakan tidak berlaku sejak Bank
Indonesia menerbitkan KPnIU.
Bank Indonesia mengumumkan pencabutan izin usaha PVA Bukan Bank melalui website Bank Indonesia (http://www.bi.go.id).
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
40
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 55 Pasal 55
12/22/PBI/2010 PVA Bukan Bank yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 58 ayat (1), izin usahanya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
56 Pasal 56 12/22/PBI/2010
Dalam hal PVA Bukan Bank yang melakukan kegiatan usaha Pengiriman Uang melakukan pelanggaran pada kegiatan usaha PVA dan/atau kegiatan usaha Pengiriman Uang, maka pengenaan sanksi tunduk pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Pedagang Valuta Asing.
Bagian Kedua PVA Bank57 Pasal 57
12/22/PBI/2010
(1) PVA Bank yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 3, dikenakan sanksi sebagai berikut: a. teguran tertulis; b. penilaian manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan; dan/atau c. persetujuan kegiatan PVA yang telah diberikan dinyatakan tidak
berlaku. (2) PVA Bank yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam
Paragraf 33, dikenakan sanksi sebagai berikut: a. teguran tertulis; b. penilaian manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan; dan/atau c. pencantuman pengurus dan/atau pemegang saham Bank dalam daftar
pihak‐pihak yang mendapatkan predikat Tidak Lulus dalam penilaian kemampuan dan kepatutan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan.
(3) PVA Bank yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 36 ayat (4), Paragraf 37 ayat (2), dan Paragraf 34 ayat (3) dikenakan sanksi sebagai berikut: a. bagi bank umum bukan bank devisa yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah: 1) teguran tertulis; dan 2) kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta Rupiah)
untuk setiap keterlambatan. b. bagi BPR dan BPRS:
1) teguran tertulis; dan 2) kewajiban membayar sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu Rupiah)
untuk setiap keterlambatan. (4) PVA Bank yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam
Paragraf 37, dikenakan sanksi sebagai berikut: a. bagi bank umum bukan bank devisa yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah: 1) teguran tertulis; dan 2) kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta Rupiah)
untuk setiap kelebihan 1% dari modal disetor. b. bagi BPR dan BPRS
1) teguran tertulis; dan 2) kewajiban membayar sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu Rupiah)
untuk setiap kelebihan 1% dari modal disetor.
Setiap kelebihan di bawah 1% dibulatkan ke atas.
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
41
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 9/38/DPBPR 2007 Romawi VI
(5) PVA Bank yang terlambat menyampaikan laporan berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1), dikenakan sanksi sebagai berikut: a. bagi bank umum bukan bank devisa yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah: 1) teguran tertulis; dan 2) kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta Rupiah)
untuk setiap laporan. b. bagi BPR dan BPRS:
1) teguran tertulis; dan 2) kewajiban membayar sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu Rupiah)
untuk setiap laporan. (6) PVA Bank yang tidak menyampaikan laporan berkala sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 ayat (3), dikenakan sanksi sebagai berikut: a. bagi bank umum bukan bank devisa yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah: 1) teguran tertulis; dan 2) kewajiban membayar sebesar Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus
ribu Rupiah) untuk setiap laporan. b. bagi BPR dan BPRS:
1) teguran tertulis; dan 2) kewajiban membayar sebesar Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh
ribu Rupiah) untuk setiap laporan. (7) PVA Bank yang menyampaikan laporan secara tidak benar dan tidak akurat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1), dikenakan sanksi sebagai berikut: a. bagi bank umum bukan bank devisa yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah: 1) teguran tertulis; dan 2) kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta Rupiah)
untuk setiap laporan. b. bagi BPR dan BPRS:
1) teguran tertulis; dan 2) kewajiban membayar sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu Rupiah)
untuk setiap laporan.
(8) Penyelesaian sanksi kewajiban membayar kepada Bank Indonesia dilaksanakan oleh BPR/BPRS dengan cara sebagai berikut:
A. Pembayaran secara tunai: 1. Bagi BPR/BPRS yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI menyetor
kepada Direktorat Pengedaran Uang u.p. Bagian Pengelolaan Uang Kas Keluar (BPUK).
2. Bagi BPR/BPRS yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI, menyetor kepada KBI setempat.
pada setiap hari kerja, waktu layanan kas, pukul 08.00 s.d 12.00 waktu setempat (hari Senin s.d Kamis) atau pukul 08.00 s.d 11.30 waktu setempat (hari Jumat), untuk untung rekening nomor : - 566.000446 – “Rekening penerimaan sanksi administratif BPRS” bagi
BPRS; - 566.000447 – “Rekening anggaran sehubungan dengan penerimaan
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
42
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan sanksi administratif BPR” bagi BPR konvensional.
B. Pembayaran secara non tunai: 1. Kliring
Transfer ditujukan ke rekening nomor: a. 566.000446 – “Rekening penerimaan sanksi administrative BPRS”
bagi BPRS, dengan mencantumkan ”pembayaran sanksi kewajiban membayar dari BPRS XXX” pada kolom keterangan.
b. 566.000447 – “Rekening anggaran sehubungan dengan penerimaan sanksi administratif BPR” bagi BPR konvensional, dengan mencantumkan ”pembayaran sanksi kewajiban membayar dari BPR XXX” pada kolom keterangan.
2. BI‐RTGS Transfer ditujukan ke rekening nomor: a. 566.000446 – “Rekening penerimaan sanksi administrative BPRS”
bagi BPRS, dengan mencantumkan Transaction Reference Number (TRN) BIRBK566 dan diberikan keterangan ”pembayaran sanksi kewajiban membayar dari BPRS XXX”.
b. 566.000447 – “Rekening anggaran sehubungan dengan penerimaan sanksi administratif BPR” bagi BPR konvensional, dengan mencantumkan Transaction Reference Number (TRN) BIRBK566 dan diberikan keterangan ”pembayaran sanksi kewajiban membayar dari BPR XXX”.
C. BPR/BPRS menyampaikan fotokopi bukti pembayaran sanksi kewajiban membayar kepada Bank Indonesia dengan alamat sebagaimana pada Paragraf 35.
BAB VIII Lain ‐ Lain
58 SE 9/36/DPNP 2007 Romawi VII.B – C SE 9/38/DPBPR 2007 Romawi VII.B – C
(1) PVA Bank Umum dapat memiliki saldo harian pos aktiva dalam valuta asing paling tinggi sebesar 20% (dua puluh per seratus) dari modal disetor. Pengertian pos aktiva dalam valas adalah mata uang kertas asing, uang logam asing bukan emas dan TC yang masih berlaku, milik BUBBD yang telah memperoleh persetujuan untuk melakukan kegiatan usaha sebagai PVA, yang dijabarkan dalam rupiah. Saldo harian pos aktiva dalam valas dimaksud dihitung dengan menggunakan kurs tengah harian Bank Indonesia yang dapat dilihat di website Bank Indonesia atau Reuters pada pukul 16.00 WIB.
(2) Izin usaha untuk melakukan kegiatan usaha sebagai PVA bagi PVA Bank Umum dinyatakan tidak berlaku dalam hal seluruh kegiatan usaha bank yang bersangkutan dibekukan atau izin usaha bank dicabut oleh Bank Indonesia.
(3) PVA BPR/BPRS dapat memiliki saldo harian pos aktiva dalam valuta asing paling tinggi sebesar 20% (dua puluh per seratus) dari modal disetor. Saldo harian pos aktiva dalam valuta asing dimaksud dihitung dengan menggunakan kurs tengah harian Bank Indonesia yang dapat dilihat di website Bank Indonesia atau Reuters pada pukul 16.00 WIB. Pengertian pos aktiva dalam valuta asing adalah mata uang kertas asing, uang logam asing bukan emas dan TC yang masih berlaku, milik BPR/BPRS yang telah memperoleh persetujuan untuk melakukan kegiatan usaha sebagai PVA, yang dijabarkan dalam rupiah.
(4) Persetujuan untuk melakukan kegiatan usaha sebagai PVA bagi PVA BPR/BPRS dinyatakan tidak berlaku dalam hal seluruh kegiatan usaha
Likuiditas Valuta Asing Pedagang Valuta Asing
43
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan BPR/BPRS yang bersangkutan dibekukan atau izin usaha BPR/BPRS dicabut oleh Bank Indonesia.