MANFAAT KEBERADAAN PT. INDOKORES SAHABAT
TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN
PURBALINGGA, JAWA TENGAH
Tiara Mesias Purbaningrum[1]
Andriko Sandria, S.IP., M.A.[2]
Abstract
PT. Indokores Sahabat is a form of foreign investment from South
Korea in Purbalingga regency engaged in the manufacturing of wigs. The
existence of this company directly and indirectly reflect the life of
Purbalingga people. This research will analyze the benefits of PT.
Indokores Sahabat as a foreign industry to the welfare of the Purbalingga
community through universal welfare model approach that refers to
welfare standards in Sweden. This research is a descriptive research with
qualitative analysis technique and using data collection technique through
field observation and in-depth interview. The result of this research is PT.
Indokores Sahabat has not contributed yet for prosperity of Purbalingga,
but on the other hand the company contributes to the absorption of local
workforce which helps in reducing unemployment.
Keywords : Foreign Investment, PT. Indokores Sahabat, Social Welfare,
Linkages, Interdependence, and Society.
A. Pendahuluan
Sejak empat dekade terakhir, Korea Selatan berhasil tumbuh
sebagai salah satu negara di Asia dengan perekonomian terkuat yang
bertumpu pada sektor industri serta pengembangan teknologi canggih.
Pada era 1960-an, kondisi perekonomian nasional di negara tersebut
sempat mengalami keterpurukan dengan total GDP hanya sekitar 3.892
1 D0414052. Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional FISIP UNS, Sebagai penulis Pertama.
2 Dosen Prodi Hubungan Internasional FISIP UNS, Sebagai Penulis Kedua.
milyar US$ atau selevel dengan negara-negara di Afrika dan di Asia
lainnya1.
Namun, saat ini, perekonomian Korea Selatan telah melesat jauh
dan bahkan membuatnya menempati urutan ke-12 sebagai negara dengan
perekonomian tersukses di dunia. Kemajuan perekonomian Korea Selatan
tidak hanya dipengaruhi oleh peningkatan Foreign Direct Investment
(FDI) di dalam negerinya, tetapi juga disebabkan oleh meluasnya
pengaruh perusahaan-perusahaan multinasional Korea Selatan ke negara-
negara lain. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya jumlah
perusahaan multinasional asal Korea Selatan yang didirikan di beberapa
negara, terutama di negara-negara berkembang.
Industri rambut palsu di Korea Selatan sendiri dimulai sejak
dekade 1960-an dimana perkembangannya dipengaruhi oleh adanya
promosi industri secara besar-besaran oleh pemerintah Korea Selatan.
Pangsa pasar rambut palsu Korea Selatan kemudian meluas ke berbagai
negara lainnya, seperti negara-negara di Eropa maupun Asia. Minimnya
jumlah tenaga kerja di Korea Selatan menyebabkan produksi negara
tersebut tidak bisa maksimal dalam memenuhi permintaan akan rambut
palsu yang semakin besar. Sejak saat itu, perusahaan-perusahaan rambut
palsu Korea Selatan mulai melakukan ekspansi ke negara-negara
berkembang, khususnya Indonesia yang melimpah dalam hal sumber daya
manusia.
Salah satu daerah di Indonesia yang menjadi tujuan investor asal
Korea Selatan adalah Kabupaten Purbalingga yang terletak di provinsi
Jawa Tengah. Kelebihan Purbalingga yang menjadi daya tarik bagi para
investor adalah jumlah tenaga kerjanya yang tidak hanya melimpah, tetapi
juga terampil dan murah. Meskipun bukan termasuk kota metropolitan,
Purbalingga telah dikenal sebagai daerah penghasil rambut palsu nomor
satu di Indonesia dan nomor dua di dunia setelah Gwangju2.
Produk rambut palsu telah berkontribusi dalam memperkenalkan
nama Kabupaten Purbalingga ke dunia internasional, khususnya ke
negara-negara Eropa dan Amerika Serikat dimana nilai ekspor rambut
palsu yang diproduksi di Kabupaten Purbalingga telah mencapai US$
53.083.602 di tahun 2009 atau menyumbangkan sebesar 56, 10 % dari
total investasi industri secara nasional.3 Selain mengangkat nama
Kabupaten Purbalingga, industri rambut palsu yang berkembang di
Kabupaten Purbalingga juga menjadi penyumbang pendapatan tertinggi di
Indonesia dengan nilai investasi sebesar US$ 19.033.000 dari total US$
21.985.000 dalam skala nasional.4 Tanpa adanya produk rambut palsu,
nama Kabupaten Purbalingga tidak akan dikenal oleh dunia luar dan
daerah tersebut tidak akan semaju seperti sekarang.
Sebelum kedatangan investor asing, masyarakat Purbalingga sudah
terlebih dulu menghidupkan industri pembuatan rambut palsu di daerah
tersebut. Pada tahun 1960-an, beberapa warga di Desa Karangbanjar,
Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga memproduksi rambut
palsu dalam bentuk gelung atau sanggul. Selanjutnya, berkat dukungan
dari pemerintah daerah, investor Korea Selatan pun mulai masuk ke
Purbalingga. Terbatasnya jumlah tenaga kerja yang terampil dan murah di
Korea Selatan menyebabkan Purbalingga menjadi lahan investasi yang
menarik di mata para investor.
Perusahaan rambut palsu asal Korea Selatan yang berdiri di
Purbalingga adalah PT. Indokores Sahabat yang merupakan singkatan dari
Indonesia dan Korea Selatan bersahabat dimana perusahaan itu
merupakan murni milik swasta. Sebelum resmi masuk ke Indonesia, PT.
Indokores Sahabat merupakan pabrik rambut palsu pria atau men’s toupee
factory yang berdiri di Seoul, Korea Selatan pada tahun 1980.5 PT.
Indokores Sahabat membuka cabang pabriknya pertama kali di Indonesia,
yaitu di Kabupaten Purbalingga pada tahun 1989.6 Nilai ekspor yang
disumbangkan oleh perusahaan tersebut kepada pemerintah daerah
Kabupaten Purbalingga pada tahun 2017 adalah sebesar $ 5.149.783, 39
atau senilai Rp. 68.631. 449. 304, 29.7
Selain menyumbangkan pendapatan ekspor, PT. Indokores Sahabat
juga berperan dalam memodernisasikan kemampuan masyarakat lokal
yang tadinya hanya bisa memproduksi sanggul, kini dapat memproduksi
rambut palsu yang diminati di pasar internasional. Hal tersebut secara
tidak langsung berperan dalam meningkatkan taraf hidup maupun
kualitas sumber daya manusia di Purbalingga yang berpengaruh terhadap
kesejahteraan masyarakat. Jumlah tenaga kerja di suatu daerah
merupakan salah satu indikator yang dijadikan tolak ukur dalam menilai
tingkat kesejahteraan masyarakat. Daerah tersebut dapat dikatakan
makmur dan sejahtera apabila sebagian besar penduduknya telah
memiliki mata pencaharian.
Sebagai data awal, penulis menampilkan tabel jumlah penduduk di
Kabupaten Purbalingga yang bermatapencaharian sebagai buruh industri
dari tahun 2011 sampai tahun 2015 yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Kabupaten Purbalingga.
Tabel Jumlah Penduduk yang Bekerja Sebagai Buruh Industri di Kabupaten Purbalingga
Tahun 2011-2015
Sumber : BPS Kab. Purbalingga, 2011-2015
Penulis mengacu pada beberapa aspek penting yang menjadi
standar dari konsep kesejahteraan universal yang diterapkan di negara
Swedia sebagai indikator dalam melihat kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Purbalingga. Beberapa aspek utama yang menjadi standar dari
terwujudnya konsep kesejahteraan yang universal diantaranya adalah :8
Diproduksi untuk publik, layanan kesejahteraan yang tersedia secara
universal (seperti perawatan kesehatan, pendidikan, infrastruktur umum,
fasilitas bagi penyandang cacat). Sistem manfaat tarif rata-rata universal
(seperti tunjangan pensiun dan tunjangan anak). Asuransi sosial (jaminan
pensiun, jaminan kesehatan, dan jaminan kecelakaan kerja).
B. Kondisi Masyarakat Kabupaten Purbalingga
Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Jawa Tengah dengan ibukotanya Purbalingga. Kabupaten
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah 87.658 87.714 89.968 103.920 105.254
tersebut berbatasan langsung dengan Kabupaten Pemalang di sebelah
Utara, Kabupaten Banjarnegara di sebelah Timur dan Selatan, serta
Kabupaten Banyumas di sebelah Barat. Luas wilayah yang dimiliki oleh
Kabupaten Purbalingga adalah 77.764, 122 ha atau sekitar 2, 39 persen
dari keseluruhan wilayah provinsi Jawa Tengah yang luasnya 3.254.000
ha.9 Kabupaten Purbalingga secara administratif terdiri atas 18
kecamatan, 224 desa dan 15 kelurahan, 996 dusun, serta 1.539 RW.10
C. Tenaga Kerja PT. Indokores Sahabat
Pada awal berdirinya, PT. Indokores Sahabat hanya mampu
menyerap kurang lebih 500 tenaga kerja dari sekitar wilayah Kabupaten
Purbalingga. Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan
terhadap produk rambut palsu dari Amerika Serikat dan negara-negara
di Eropa, jumlah karyawan di PT. Indokores Sahabat pun mengalami
peningkatan dimana saat ini jumlahnya menjadi 3.331 tenaga kerja.
Berdasarkan data yang berhasil diperoleh dari PT. Indokores
Sahabat, tabel berikut ini akan memperlihatkan data jumlah tenaga kerja
di PT. Indokores Sahabat dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017.
Tabel Jumlah Tenaga Kerja PT. Indokores Sahabat
di Kabupaten Purbalingga
Tahun 2013-2017
Sumber : Data Karyawan PT. Indokores Sahabat, Tahun 2013-2017
2013 2014 2015 2016 2017
3.120 3.123 3.144 3.144 3.331
Total jumlah tenaga kerja di perusahaan tersebut terus
meningkat dari 3.144 orang di tahun 2016 menjadi 3.331 orang di
tahun 2017. Berdasarkan tempat tinggalnya, jumlah tenaga kerja dari
Kabupaten Purbalingga di tahun 2017 mencapai 3.014 orang,
sedangkan jumlah karyawan dari luar Kabupaten Purbalingga
mencapai 300 orang, dan sisanya sebanyak 7 orang merupakan
karyawan asing.11
Perusahaan dan tenaga kerja pada hakekatnya saling
membutuhkan satu sama lain karena perusahaan tidak dapat
berkembang tanpa adanya SDM yang memadai, sebaliknya tenaga
kerja tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa adanya
perusahaan sebagai tempat untuk mencari nafkah. Kesejahteraan
tenaga kerja sudah seharusnya diperhatikan oleh perusahaan agar
mereka dapat termotivasi untuk bekerja lebih baik dan tidak pindah ke
perusahaan lain. Terdapat tiga pilar kesejahteraan tenaga kerja yang
harus diperhatikan oleh perusahaan yaitu pendapatan layak,
penghidupan layak, serta pekerjaan layak. Berdasarkan data yang
berhasil diperoleh, upah tenaga kerja di PT. Indokores Sahabat telah
memenuhi standar Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang telah
ditetapkan di Kabupaten Purbalingga di tahun 2017 yaitu 1.522.500
rupiah. Jumlah tersebut meningkat dari UMR tahun sebelumnya yang
sebesar 1.377.500 rupiah.
Tabel Standar Upah Minimum Kabupaten (UMK) di Kabupaten
Purbalingga, Tahun 2012-2017
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah UMR
(rupiah)
818. 500 896. 500 1.023.000 1.101.600 1.377.500 1.522.500
Meskipun rata-rata pendapatan tenaga kerja di PT.
Indokores Sahabat sudah di atas UMK yaitu 1.600.000 rupiah per
orang, namun upah mereka bisa bertambah apabila bekerja lembur.
Para tenaga kerja biasanya bekerja dari hari Senin sampai Jumat
dengan jam kerja yang dimulai pada pukul 8 pagi dan berakhir pada
pukul 5 sore, sedangkan jam lembur baik untuk tenaga kerja laki-laki
dan perempuan adalah dari pukul 6 sore hingga pukul 9 malam.
Umumnya, tenaga kerja akan memperoleh tambahan penghasilan
sebesar 8.800 rupiah per jamnya dan 72.500 rupiah per hari apabila
mengejar target (mengerjakan banyak barang yang telah ditentukan
sekaligus).
Tenaga kerja yang baru direkrut biasanya akan menjalani
masa pelatihan selama 3 sampai 6 bulan karena proses pembuatan
rambut palsu yang terbilang rumit. Selanjutnya, fasilitas lainnya yang
disediakan oleh perusahaan diantaranya adalah fasilitas kesehatan,
transportasi, serta tunjangan bagi para karyawan. Fasilitas kesehatan
diantaranya adalah pengobatan gratis setiap hari Senin sampai Jumat
yang juga melayani pemeriksaan kanker serviks dan pemasangan alat
kontrasepsi atau KB tanpa dipungut biaya. Perusahaan tersebut juga
mendirikan toko yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan pokok
dengan harga terjangkau serta ruang laktasi bagi karyawati yang
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Purbalingga
sedang menyusui untuk menyimpan ASI. Kemudian, disediakan pula
sarana transportasi seperti bus perusahaan untuk antar-jemput
karyawan yang letak tempat tinggalnya jauh dari perusahaan.
Perusahaan tersebut juga memberi cuti 1,5 bulan saat sebelum dan
sesudah melahirkan serta cuti haid selama dua hari bagi karyawatinya.
Di samping itu, PT. Indokores Sahabat memberikan jaminan
keselamatan kerja berupa asuransi dari BPJS Kesehatan kepada
seluruh tenaga kerjanya. Jam kerja antara tenaga kerja pria dan
wanita juga disamakan yaitu delapan jam per hari selama lima hari
kerja. Hal tersebut dikarenakan adanya beban kerja yang berbeda
antara karyawan laki-laki dan perempuan dimana tenaga kerja
perempuan lebih dituntut ketelitiannya dalam membuat rambut palsu,
sedangkan tenaga kerja laki-laki berperan dalam menyiapkan bahan-
bahan baku untuk memproduksi rambut palsu dimana beban kerjanya
lebih berat.
D. Peran PT. Indokores Sahabat terhadap Kesejahteraan
Masyarakat Purbalingga
Penyediaan asuransi kesehatan merupakan bentuk perhatian
dari perusahaan terhadap kesehatan tenaga kerjanya. Tujuan dari
penyediaan asuransi kesehatan adalah untuk melindungi tenaga kerja
dari setiap gangguan kesehatan yang muncul dari pekerjaan maupun
lingkungan pekerjaan dan menjamin biaya kesehatan serta perawatan
tenaga kerja. Jaminan kesehatan bagi karyawan merupakan salah satu
aspek penting dari model Universal Welfare State yang harus
difasilitasi oleh perusahaan.12
Karyawan PT. Indokores Sahabat umumnya didaftarkan menjadi
anggota BPJS Kesehatan setelah setidaknya bekerja selama satu
tahun. Para karyawan diwajibkan untuk mengisi formulir BPJS yang
kemudian diserahkan oleh perusahaan kepada BPJS Kesehatan.
Mengikuti aturan yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan, para
karyawan yang bekerja di perusahaan swasta, per orangnya
diwajibkan untuk membayar iuran sebesar 5 % (lima persen) dari total
upah yang diterima setiap bulan dengan ketentuan 3 % (satu persen)
dibayar oleh perusahaan dan 2 % (dua persen) dibayar oleh peserta
atau karyawan.13 Oleh karena itu, upah karyawan PT. Indokores
Sahabat tiap bulannya dipotong sebesar jumlah iuran atau premi yang
wajib dibayarkan ke BPJS Kesehatan. Namun, di sisi lain, perusahaan
tetap ikut membayar premi sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan BPJS Kesehatan. Namun, bila dibandingkan dengan
perusahaan swasta di Swedia yang secara pribadi juga memberikan
kompensasi atau sick pay bagi tiap karyawannya yang sakit setelah
bekerja setidaknya selama sebulan, PT. Indokores Sahabat masih
belum mewujudkan kesejahteraan karyawannya secara maksimal.
Selanjutnya, para karyawan PT. Indokores Sahabat umumnya
juga akan diikutkan asuransi BPJS Ketenagakerjaan, khususnya
program jaminan pensiun tanpa terkecuali. Tidak jauh berbeda
dengan program asuransi kesehatan, karyawan di perusahaan tersebut
boleh diikutkan program jaminan pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan
setelah setidaknya bekerja selama satu tahun. Berdasarkan peraturan
dari BPJS Ketenagakerjaan, besar iuran atau premi yang harus
dibayarkan oleh karyawan adalah 1 % dari total upah per bulan,
sementara 2 % premi ditanggung oleh perusahaan.14
Meskipun tunjangan pensiun sepenuhnya ditanggung oleh BPJS
Ketenagakerjaan, PT. Indokores Sahabat hingga saat ini belum secara
pribadi memberikan dana pensiun kepada karyawannya yang telah
memasuki masa pensiun. PT. Indokores Sahabat di satu sisi
berkontribusi dalam membayarkan iuran pensiun tiap karyawannya
dan menjembatani karyawannya untuk mengikuti program jaminan
pensiun oleh BPJS Ketenagakerjaan. Akan tetapi, perusahaan tersebut
belum pernah secara pribadi memberikan dana pensiun kepada
masing-masing karyawannya yang telah memasuki masa pensiun. Hal
tersebut berbeda dengan perusahaan swasta di Swedia yang
memberlakukan aturan kesepakatan bersama dimana perusahaan
secara pribadi masih memberikan dana pensiun kepada masing-
masing karyawannya. PT. Indokores Sahabat dapat dikatakan hanya
menjadi perantara dari BPJS Ketenagakerjaan dalam menyediakan
jaminan pensiun, namun belum sepenuhnya menjadi aktor utama
yang memfasilitasi dana pensiun kepada seluruh karyawannya.
Di samping diikutkan jaminan kesehatan dan jaminan pensiun,
para karyawan di perusahaan tersebut juga diikutsertakan untuk
program asuransi kecelakaan kerja dari BPJS Ketenagakerjaan.
Manfaat yang didapatkan oleh karyawan dari program tersebut
diantaranya adalah mendapatkan perlindungan atas resiko kecelakaan
kerja mulai dari perjalanan pergi, pulang, dan ditempat bekerja, serta
perjalanan dinas, perawatan gratis sesuai dengan kebutuhan medis,
santunan upah selama tidak bekerja (6 bulan pertama 100 %, 6 bulan
kedua 75 %, seterusnya hingga sembuh 50 %), santunan bagi kematian
akibat kecelakaan kerja sebesar 48 kali lipat dari nilai gaji yang
dilaporkan oleh perusahaan maupun karyawan yang bersangkutan,
serta pendampingan kepada anggota yang mengalami kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja mulai dari masuk rumah sakit hingga
dapat kembali bekerja.15
Selain mendapatkan manfaat dari BPJS Ketenagakerjaan,
perusahaan juga menjamin keselamatan kerjanya dengan
menyediakan tabung pemadam kebakaran di setiap sudut bangunan
pabrik. Meskipun, perusahaan tersebut tidak menggunakan alat-alat
bermesin dalam memproduksi barangnya, penyediaan tabung
pemadam kebakaran bertujuan untuk mencegah kebakaran akibat
konsleting listrik maupun kebakaran ditimbulkan oleh ledakan
kompor yang digunakan untuk proses celup. Meskipun telah
difasilitasi tabung pemadam kebakaran, beberapa karyawan di
perusahaan tersebut mengeluhkan tidak disediakannya sarung tangan
serta masker untuk melindungi mereka dari zat kimia pewarna rambut
palsu saat proses celup. Hal tersebut menyatakan bahwa PT.
Indokores Sahabat belum sepenuhnya melindungi tenaga kerjanya
dari kecelakaan kerja baik melalui dana kecelakaan kerja maupun
fasilitas yang memadai untuk mencegah kecelakaan kerja.
PT. Indokores Sahabat hingga saat ini hanya sebatas
memberikan santunan melahirkan dan tidak memberikan bantuan
dana untuk anak karyawan. Hal tersebut berbanding terbalik dengan
kondisi kesejahteraan di Swedia dimana baik karyawati maupun
karyawan yang baru memiliki anak mendapatkan kompensasi untuk
anak mereka senilai 80 % dari pendapatan yang diperoleh selama
sebulan atau umumnya sebanyak 180 SEK per hari selama 480 hari.16
Selain itu, fasilitas penyandang cacat bagi karyawan yang
disediakan oleh PT. Indokores Sahabat juga masih sangat minim
mengingat perusahaan tersebut lebih mengutamakan penerimaan
tenaga kerja yang bertubuh normal sehingga jarang ditemukan
karyawan yang memiliki cacat fisik. Hanya ada satu barang yang
diklaim oleh perusahaan sebagai fasilitas penyandang cacat yaitu
sebuah kursi kerja dengan kaki yang lebih panjang dari kursi lainnya
yang berfungsi untuk membantu karyawan yang memiliki tubuh kerdil
maupun postur bungkuk agar bisa bekerja dengan nyaman dimana
jumlahnya masih terbatas. PT. Indokores Sahabat terbukti belum
sepenuhnya menjamin hak-hak bagi penyandang cacat dikarenakan
perusahaan tersebut lebih mengutamakan penyerapan tenaga kerja
yang bertubuh normal.
Bantuan pendidikan bagi masyarakat Purbalingga oleh PT.
Indokores Sahabat pun masih sangat terbatas. Perusahaan tersebut
terbukti memberikan bantuan dana pendidikan bagi seluruh siswa di
SDN 1 Kandanggampang, Purbalingga sebesar Rp. 500.000, 00 setiap
bulan. Namun, perusahaan tersebut belum memberikan fasilitas
pendidikan secara menyeluruh dan komprehensif bagi masyarakat di
Purbalingga sehingga dapat dikatakan belum mampu mewujudkan
universal welfare state.
Selanjutnya, PT. Indokores Sahabat pun tidak begitu banyak
berkontribusi terhadap peningkatan pembangunan infrastruktur di
Kabupaten Purbalingga. Perusahaan tersebut memang menyediakan
klinik kesehatan gratis beserta seorang dokter yang melayani
pengobatan gratis, pemeriksaan kanker gratis, maupun suntik KB
gratis. Namun, klinik kesehatan gratis tersebut hanya terbatas untuk
karyawan yang bekerja di perusahaan itu. Di samping belum adanya
bantuan penyediaan fasilitas kesehatan gratis untuk masyarakat, PT.
Indokores Sahabat juga belum pernah memberikan bantuan untuk
membuat jalan setapak maupun tempat ibadah bagi masyarakat di
sekitar perusahaan. Satu-satunya fasilitas warga yang merupakan
bantuan dari perusahaan tersebut adalah pos kamling yang terletak di
Kampung Bong, Kelurahan Kandanggampang dimana letak kampung
tersebut berada persis di sebelah Timur pabrik PT. Indokores Sahabat.
Pos kamling tersebut dibangun pada tahun 2011 sebagai bentuk
kepedulian perusahaan terhadap masyarakat. Kondisi tersebut jelas
bertentangan dengan konsep universal welfare state yang dicetuskan
oleh Esping-Andersen dimana perwujudan kesejahteraan harus
bersifat merata dan menyeluruh serta mencakup berbagai aspek
kehidupan masyarakat.17 Baik karyawan yang bekerja di PT. Indokores
Sahabat maupun masyarakat di sekitar perusahaan harus
mendapatkan perhatian yang sama dari perusahaan. Kebutuhan
publik seperti hunian yang layak, fasilitas kesehatan yang memadai,
serta sarana umum seperti tempat ibadah harus benar-benar
terpenuhi agar kesejahteraan secara universal dapat terwujud.
Di sisi lain, PT. Indokores Sahabat terbukti berperan dalam
penyerapan tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja PT. Indokores Sahabat
yang merupakan masyarakat Purbalingga sendiri di tahun 2017
mencapai 3.014 orang. Proses rekruitmen yang dilakukan oleh
perusahaan tersebut diantaranya adalah dengan promosi di beberapa
radio setempat seperti radio SBS, radio 99 FM, maupun radio Ardi
Lawet, serta membuka lowongan pekerjaan setiap hari. Akan tetapi,
baru 95 % tenaga kerja di perusahaan tersebut yang menerima upah
sesuai standar UMK Purbalingga. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa tingkat penyerapan tenaga kerja tidak sebanding dengan
tingkat kesejahteraan tenaga kerja.
Rata-rata karyawan PT. Indokores Sahabat adalah lulusan
SMA dan berasal dari keluarga kurang mampu. Perusahaan tersebut
juga tidak membatasi penerimaan karyawan yang hanya lulusan SD
dan SMP, meskipun persentasenya tidak sebanyak lulusan SMA.
Umumnya, karyawan lulusan SD dan SMP ditempatkan di bagian
borong atau produksi secara massal, sedangkan lulusan SMA di
bagian netting atau perangkaian rambut palsu, cap, dan packing.
Berbeda dengan karyawan di bagian netting yang setiap bulannya
mendapatkan upah tetap sesuai UMK, karyawan yang ditempatkan di
bagian borong mendapatkan upah yang disesuaikan dengan jumlah
barang yang bisa mereka produksi selama sehari. Setiap jenis rambut
palsu memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda tergantung dari
pajang pendeknya serta tebal tipisnya bahan baku atau rambut asli
yang digunakan dalam proses produksi. Semakin tinggi tingkat
kesulitan rambut palsu yang diproduksi, maka semakin besar pula
penghasilan yang akan diperoleh karyawan tersebut. Oleh karena itu,
untuk mendapatkan penghasilan yang lebih banyak, karyawan
umumnya memilih mengerjakan model rambut palsu yang sulit
dibandingkan model rambut palsu yang lebih mudah. Proses
pengerjaan satu rambut palsu model keriting sendiri bisa memakan
waktu selama lima hari, sedangkan rambut palsu lurus hanya
memakan waktu sekitar dua hari. Upah pengerjaannya satu rambut
palsu keriting dihargai Rp. 300.000, 00, sedangkan satu rambut
palsu lurus hanya dihargai Rp. 150.000, 00. Bisa disimpulkan bahwa
karyawan yang berlatar pendidikan rendah harus bekerja ekstra
untuk mendapatkan upah yang lebih tinggi.
Kondisi tersebut mendukung gagasan depedensi yang
dicetuskan oleh Raul Prebisch dimana ketergantungan itu sendiri
menghasilkan hubungan antara “pusat” dan “pinggiran” yang saling
tidak menguntungkan dimana pihak “pusat” atau yang lebih dominan
biasanya mengeksploitasi pihak “pinggiran” atau yang lebih lemah.18
Pihak “pusat” atau dalam hal ini adalah PT. Indokores Sahabat secara
tidak langsung menuntut tenaga kerjanya yang berlatar belakang
pendidikan rendah untuk bekerja lebih keras dibandingkan tenaga
kerja yang berpendidikan lebih tinggi. Karyawan di bagian borong
harus mengerjakan barang tersulit dalam jumlah banyak hanya untuk
mendapatkan penghasilan lebih. Kecenderungan yang kerap ditemui
sebagai dampak dari hubungan antara perusahaan multinasional
dengan buruh adalah eksploitasi terhadap tenaga kerja dimana buruh
tetap mendapatkan penghasilan yang rendah meskipun mereka telah
bekerja selama bertahun-tahun, sebaliknya perusahaan menuntut
untuk dapat menghasilkan barang berkualitas bagus.
Namun, di sisi lain, masyarakat Purbalingga dapat dikatakan
bergantung terhadap keberadaan PT. Indokores Sahabat karena
perusahaan tersebut menyediakan lapangan pekerjaan yang mampu
menyerap tenaga kerja yang berlatar pendidikan rendah, terlebih
sebagian besar masyarakat Kabupaten Purbalingga masih merupakan
golongan menengah ke bawah yang tidak memiliki biaya untuk
bersekolah tinggi sehingga kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan
yang layak. PT. Indokores Sahabat dalam hal ini dianggap
menyediakan solusi alternatif dengan membuka lapangan pekerjaan
yang tidak mengutamakan pendidikan formal, tetapi lebih berfokus
pada keterampilan dan keuletan.
E. Kesimpulan
PT. Indokores Sahabat sebagai MNC (Multinational Company)
belum mewujudkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Purbalingga.
Merujuk pada model universal welfare state atau juga dikenal dengan The
Swedish Welfare Model yang dicetuskan oleh Esping-Andersen, PT.
Indokores Sahabat terbukti belum dapat memenuhi standar kesejahteraan
universal yang diterapkan di Swedia sebagai negara ideal yang berhasil
mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya secara komprehensif di
berbagai aspek kehidupan.
PT. Indokores Sahabat dalam hal ini baru sebatas menjadi
perantara yang memudahkan akses tenaga kerjanya dalam mendapatkan
asuransi sosial yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan maupun BPJS
Ketenagakerjaan. Perusahaan tersebut bukanlah pihak yang mengadakan
jaminan sosial dan terbukti belum pernah memberikan tunjangan
kesehatan, tunjangan pensiun, maupun tunjangan kecelakaan kerja
kepada tenaga kerjanya dalam bentuk apapun. Perusahaan tersebut juga
terbukti tidak memberikan tunjangan pensiun maupun tunjangan anak
kepada tenaga kerjanya sebagaimana yang diberlakukan oleh perusahaan-
perusahaan swasta di Swedia.
Selain itu, fasilitas bagi penyandang cacat juga masih sangat minim
mengingat jarangnya perusahaan menerima tenaga kerja yang cacat fisik.
PT. Indokores Sahabat lebih mengutamakan penyerapan tenaga kerja
bertubuh normal dikarenakan perusahaan tersebut bertumpu pada sektor
industri kreatif yang membutuhkan penglihatan maupun anggota gerak
badan yang normal untuk bisa menghasilkan produk yang bagus.
Aturan jam kerja di perusahaan tersebut juga masih menerapkan
jam lembur dimana bertentangan dengan standar kesejahteraan di Swedia
yang mengharuskan perusahaan-perusahaan di sana untuk
memberlakukan jam kerja maksimal 36 jam hingga 40 jam per minggu
selama lima hari kerja. PT. Indokores Sahabat juga belum memberikan
fasilitas pendidikan secara menyeluruh dan komprehensif bagi masyarakat
di Purbalingga. Di samping itu, fasilitas kesehatan baik itu pengobatan
maupun pemeriksaan kesehatan gratis masih terbatas untuk karyawan
dan belum mencapai seluruh lapisan masyarakat secara menyeluruh. PT.
Indokores Sahabat juga belum pernah memberikan tunjangan kesehatan
bagi masyarakat di sekitar perusahaan.
Meskipun belum mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Purbalingga, PT. Indokores Sahabat berperan dalam
penyerapan tenaga kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat yang
mengelola bisnis kecil di sekitar perusahaan.
CATATAN KAKI
1Andraina, “Dinamika Korea Selatan : Ekonomi, Sosial, Politik.” 2Madina,“Purbalingga Sentra Rambut Palsu Kedua di Dunia.” 3“Rambut Palsu di Purbalingga Sumbang Pendapatan Tertinggi di Indonesia.” 4Ibid., 5PT. Indokores Sahabat, “History.” 6Ibid.,
7PT. Indokores Sahabat. 2017. “Laporan Realisasi Ekspor dan Impor PT. Indokores Sahabat Tahun 2017”, diperoleh pada 12 Februari 2018.
8 Esping, The Three World of Welfare Capitalism. (Cambridge : Princeton University), hal. 31. 9Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Purbalingga. Profil Gender Purbalingga 2016. (Purbalingga : Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Purbalingga, 2017), hal. 9 10 Ibid., 11 Data Statistik Karyawan PT. Indokores Sahabat per Desember Tahun 2017. 12 Andreas, “The Universal Welfare State : Theory and the Case of Sweden,” hal. 747. 13BPJS Kesehatan, “Sistem Iuran.” 14BPJS Ketenagakerjaan. “Program Jaminan Pensiun.” 15BPJS Ketenagakerjaan. “Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).” 16“Parental Benefits in Sweden.” 17 Esping, Op.cit. 32. 18 Raul dan Edgar J. Power, Principles, and the Ethics of Development, (Buenos Aires : IDB-INTAL), hal. 34.