7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK
1/17
*r-r* ,*4{iii-4&j'9:r@;'
i..:-'irll}t"
PARESIS SARAF-FASIAL
KARENA
OTITI$
MIEDIA
SUPURATIF
KRONIK
DENGAN
KOLESTEATOMA
Dr.Abla
Ghanie,Sp.THT-Kt (K)
T,-*
-l
--ilf
'gjlj;;
);
-
ili:
:;-i'':"*'}lil**l
Tc
I
lo
rtov
09
i
_:_.r_-i__
-***"-*"'1
l;i
ie.zi
Eii-i
l3
p;
ipirj
dbJLg,
i
l-lffiy-if,
2
nd'
ENT
HEAD
&
NECK
SURGERY
CONFTRENC
rd
ANNUAL
OTOLOGT MEETTNG
(prTCI
3)
13-15
NOVEMBER
2OOB
DI
JAKARTA
iffiffi;i\
S{*:ft{{
7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK
2/17
Paresis Sarat
Fasral
karena Otitis
Media Supuratif
Kronik
dengan
Kolesteatoma
Abla
Ghanie
lrwan
Abstrak
Paresis
saraf
fasial
dapat
tirnbul
akibat
komplikasi
dari
infeksi
telinga
tengah
dengan kolesteatom.
Pengangkatan
sumber
penyakit dan
dekompresi
segera saraf fasial
menentukan
kesembuhan
yang
lebih
bak.
Dilaporkan
suatu
kasus
paresis
saraf fasial
akibat otitis
media
supuratif
kronis maligna,
yang
telah
dilakukan
mastoidektomi
radikal
dan
timpanoplasti
tipe
lll. Terdapat kolestealoma
dan
jaringan
granulasi yang
luas dan
tidak
terdapat
defek saraf fasial.
Pengangkatan
kolesteatoma
dan
jaringan
granulasi
berhasil
memulihkan fungsi saraf fasial kembali normal.
Kata kunci :saraf
fasial,
paresis,
kolesteatoma, terapioperatif
Abstract
Facial
nerue
paralysis
may
occur
as
a complication
of
chronic suppurative otitis
media with
cholesteatoma.
An
appropriate
eradication of the
source
of the infection as
well
as a
facial nerue
decotnpresslon
are
impoftanf faclorc
in
obtaining
the maximum
therapeutic
result.
A case
of facial
paralysis
caused by
malignant CSOM treated by
radical
mastoidectomy and type V tympanoplasly is reporfed. There
was exfensiye cholesteatoma
and
granulafbn
fissue,
no
defect of
facial nerue. The
facial nerue function returned to
normal conditian.
Kelwords: Facial newe,
paralysis,
cholesteatoma,
surgical
treatnent
Pendahuluan
Saraf fasial merupakan saraf kranial terpanjang
yang
berjalan di dalam
tulang
dan
sebagian besar
kelainan saraf fasial
terletak
di dalam fulang temporal.
Kelumpuhan
saraf
fasial
menyebabkan kelumpuhan otot-otot
wajah. Pasien
tidak atau
kurang
dapat
menggerakkan otot
wajah,
sehingga
wajah
pasien
tampak tidak simetris.l
Paresis saraf fasial merupakan suatu gejala, sehingga harus dicari penyebabnya.
Penyebab
paresis
saraf
fasial
antara
lain trauma, virus
dan
infeksi.
Saraf
fasial sangat
7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK
3/17
I
Qtt.resk
Saftlf
Q'dsiaf
fgrcna'l(o[e
steatom
sensitif
dan
mudah
diserang
oleh
infeksi,
salah
satunya
adalah
infeksi
kronis
pada
telinga
tengah
(OMSK) terutama
dengan
kolesteatom.
Takahashi
seperti
dikutip
oleh
Yetiser
2,
melaporkan
dari
1639
kasus
paresis
saraf
fasial
3,1
%
akibat
otitis
ntedia
kronis.
Penelitian
yang
dilakukan
oleh
lvlakeham
dkkt
melaporkan
bahwa
penyebab
iersering
paresis
saraf
fasial
adalah
oMA
dan
OMSK.dengan
kolesteatom.
Koles{eatcm
dcp,,r,i
menyebabkln
C,*s'riul;si
tul;lrig,
E'*Il$i;uan
;:i*ii'den'gai"an,
"'paresis
saraf
fasial
dan
fistula
labirin
juga
kornplikasi
inkakranial.+
Paresis
terjadi
akibat
proses
infeksi
yang menyebabkan
osteitis,
erosi
tulang,
penekanan dari
luar
oleh
edema,
dan
inflamasi
fl
3d
ffi1sf.s'6'z
Dalam
penanganan
kasus
paresis
fasialis
diperlukan
pemeriksaan
yj[q
menyeluruh,
mulai
dari
anamnesis,
pemeriksaan
fisik
dan
pemeriksaan
penunjang.
Berbagai
macam
cara
pemeriksaan
fungsi
saraf
fasial
telah
dikernukakan
oieh
banyak
ahli
untuk
menentukan
jenis
juga
topografi
kelainan,
hal
ini
ditujukan
untuk
menentukan
pilihan
terapi
baik
konservatif
maupun
opgratif,
macam-macam
pendekatan operatif,
serta
prognosis
penyakit.s,e
Pada kasus paresis
iasial
akibat otitis
rned a
sunuratif kron s
denqan
kolesteatom,
harus
segera
dilakukan
pengangkatan
dari
surnber
penyakit
dan
dekompresi
darisaraf
fasial.s,z
Kekerapan
Takahashi
seperti
dikutip
oleh
Yetiser
2,
melaporkan
dari
1639
kasus
paresis
saraf
fasial
3,1
%
akil;l
otitis
media
kronis.
Quaranta
dkks
melaporkan
lebih
dari
1400
kolestea,.om
yang
dioperas;
selama
30
tahun,
hanya
17
(1.zo/a)
pasien
dengan
paresis
{aslaris.
Yetiser
dkk2
rnenemukarr
dari
24
penderita
paresis
saiai iasiai
sebanyak
16
iS7%)
rJrang
dengan
kolesteatom
dimana'16
penderita
mengalami
penyembuhan sempurna
dan
B
penyembuhan
tidak
sempurna
setelah
dilakukan
operasi
mastoidektomi
dan tindakan
dekompresi.
Savic
dan
DjericT
melaporkan
sebanyak
51
(80%)
dar"i
64
penderita
paresis
fasialis
adalah
dengan
kolesteatom.
Data
yang
didapat
dari
subbagian
Otologi
FKUNSRI/RSMH
dari tahun
2006-2008
telah
dilakukan
6 operasi
paresis saraf
fasial
dan
semuanya
disehabkan
oleh
CIMSK
dengan
kolesteatom.
7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK
4/17
T
:
:;l
'il i. rf
.ir
. ,:.,i.1*,nA,*,@r*"****td*flffi&
Anatomi
Saraf
fasial
(N
Vll),
merupakan
saraf
kranial
terpanjang
yang
berjalan
di
dalam
tulang,
sehingga
sebagian
besar
kelainan
saraf fasial
terletak
di
dalam
tulang temporal.
Saraf fasial
terdiri
dari
3
komponen
saraf
yaitu,
komponen
sensoris,
komponen
rn*torik,
dan
komponen
parasimpatis.t'z
Komponen
sensoris
memper$arafi
anterior
lidah
untuk mengecap,
melalui
korda
timpani.
lnti traktus
solitarius
terletak
di medula
oblongata,
mempersarafi
2/3 lidah
bagian
depan.
Serabut
dari
inti-inti
ini
berjalan
mengelilingi
inti saraf
abdusen
(n.
Vl),
kemudian
meninggalkan
pons
bersama-sama
n.
Vlll
(saraf koklea) dan n.
intermedius
(Whrisberg),
masuk
ke daiam
tulang
temporal
melalui
ponis
akustiku:i
internus. Setelah
masuk ke
ciaiam
tuiang
temporaisarei'fasial
berjalari
iiaiairr
suatu saiuian
iuieilS
yans
disebur kanal
FalloPi.t'o,to
Komponen
motorik
mempersarafi
otot-otot
wajah,
kecuali
m.
levator
palpebi'a
superior.
Selain
otot
wajah saraf fasial
juga
rnernpersarafi
m.
stapedius
dan
ventei
posterior m.
digastikus. lnti
motorik
terletak dibagian
kaudal
pons
rli
oelakang
inti
saiivari
superior
rlan
trapezoid body.
lnti
ini
terdiri
dari dua
bagian, bagian
superior dan
inferior.
Bagian superior
dipersarafi
secara
bilateral
oleh korteks
serebri,
serabut saraf
menuju ke
m.
frontal dan
m. orbikularis
okuli.
Bagian inferior
wajah dipersarafi
secara unilateral.l'8'11
Komponen
paraslnnpatis
memberikan
perserafan
pade
Eangli*n
lakrirnai, muiiota
hidung,
kelenjar
Submaksila
dan kelenjar
Lingual.
lnti salivari superior,
terletak
di
dorsal
dari bagian
kaudal
inti motorik
n
Vll,r's
Perjalanan
saraf
fasial dibagi
menjadi
6
segmen
:
I 12
1.
lntrakranial
: Komponen
cabang
ftontal
dari nukleus
fasialis, diinervasi
oleh traktus
kortikonr.lklear
dari
sisi kanan dan
kiri, sebelum
saraf
iasial
meninggalkan
ftatang
otak, serabut
motoriknya
berbelok
rneiingkari
nucleus
abciucen dan
membentuk
"genu
intemal",
Setelah
meninggalkan
batang
otak,
saraf fasial
memasuki
porus
akustikus
internus
berjalan bersama
dengan
saraf
vestibulocochlearis.
l"
fvleatal
{nanjang
23-24mm):
Bersama-sarna
saraf
ke ':Jelapan,
saraf fasiai
berialan
melalui
kanalis
auditorius
internus
ke
fundus, melewati
bagian anterosuperior
-
melalui
foramen
meatal, meninggalkan
meatus. Bagian
ini merupakan
bagian
7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK
5/17
Qaresis
Sod
Q;asiaf fgt rena
Ko[estedtom
tersempit didalam
fanatis falopii
(kanalis
fasialis)
dan
merupakan
bagian
yang
sering terperangkap
bila terjadi inflarnasi.
Labirin
(panjang
3-5 mm)
:
Setelah berjalan
pada
jarak
yang
pendek
dibagian
,lfiterior,
saraf
fasiai
mempersarafl
sar*f
petrosus
i*i.besar dengan
serabui-
$erabuti:1ra ke
glanciuia
lakrimal
dam
glandula
mukosa
nasal. Saraf fasiai
berputar
tajam
kebawah
dan
terletak
posterior
dari
ganglion genikulatum,
membentuk
genu
pertama.
Timpani
(panjang
8-11 mm)
:
terletak
di antara
bagian distal
ganglion
genikulatum
dan
berjalan
ke
arah
posterior
telinga
tengah, kemudian
naik
ke
arah
tingkap-
i::njcng
*::ne;ila
cvaiis) dan
stapss,
iai:
'il.;lun
da:i
;leinuaian
tei'leiaii
sejajar'
dengan kanal
semisirkularis
horizontal.
Segmen
timpani
ditutupi
oleh
selubung
tulang
yang
tipis.
,
s.
Mastoid
(panjang
10-14
mm) : Di rgngga
mastoid
saraf fasial
dibagi menjadi
pars
horizontal atau
pars
timpani
yang
terletak dikavum
timpani
dan
pars
vertikal
atau
pars
mastoid
yang
terletak
di
rongga mastoid. Perubahan posisi
dari
segmen
timpani menjadi segmen
mastoid
disebut
sebagai segmen
piramidal
atau
genu
eksterna. Bagian
ini merupakan
bagian
paling posterior
dari saraf fasial,
sehingga
mudah
terkena
trauma
pada
saat operasi,
selanjutnya
segmen ini
berjalan
ke arah
kaudal
menuju
foramen stilomastoid.
Tepat
sebelum keluar
dari
foramen
ini,
saraf
fasial mempersarJri
korda
timpani. Pada
pars
matoid
ini
keluar
3
cabang,
satu
cabang motorik
ke m.
stapedius
satu
cabang
sensorik
ke
lidah
sebagai
korda
timpani
dan
satu
cabang sensorik
dari cabang
auricular
saraf vagus
yang
mempersarafi
posterior
liang
teiinga
0'
Ekstrakranial :
Setelah keluar
dari foramen
stilomastoid,
saraf
fasial
masuk
kedalam
glandula parotis
dan membagi
diri untuk mensarafi
otot-otot wajah.
i
$'
,{
tr
7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK
6/17
@
Gambar
1.
Felaranan
saraf lasia"
Saraf fasial
mempunyai
neuron
motorik
tunggarl
yarg
ierietak daiam
sisteni
sarai
pusat
(SSP).
Akson
sel
motorik
dibungkus
oleh sel
sc,lwvr.jnn
yang
rrembentuk
tubulus
neuralis.
Nodus Ranvier yang
merupakan
batas
antar sel
schwann dapat
ieilihat
iiap
satL;
millimeter.
Saraf fasial
merupakan
saraf tepi
yang
dihungkus
oleh
3
lapis
jaringan
yang
mempunyai
sifat
berbeda.
Dari luar
ke
dalam
terdapat
epineurium,
perineurium
dan
endoneurium.la
Patogenesis
Paresis
saraf fasial
akibat
otitis
media
kronis
dapat terjadi
akibat
be[rerepa
sehab:
osteitis, erosi
tulang,
penekanan
oleh
eclema,
inflamasi
langsung
akibat
infeksi,
atau
neurotoksik
dari
sekret
kolesteatoma
.
2,15,16
Penyebaran
infeksi
ke
saraf
fasial
dapat
meialui
beberapa
jalur
antara
lain
penyebaran
secara
langsung
dari telinga
tengah
atau
mastoid.
Terbukanya
kanal
Fallopi
merupakan
risiko
untuk
timbulnya
paresis
fasial
otogenik
akibat
otitis medla
supuratif
kronis
khususnya
bila
terlihat
adanya
kolesteotoma.
Pada
saraf fasial
akan terjadi
proses
peradangan
dan edema
yang
menghasilkan
cedera
saraf.
Proses
tersebut
akan
menimbulkan
penekanan
pacla
saraf,
yang
menyebabkan
invaginasi
dari
nodus
Ranvier
dan demielinis6si.5,6,15
Kondisi
tersebut
menyebabkan
serabut
saraf
tidak mampu
meneruskan
impuls. Besamya
tekanan
menentukan
berat
clan
cepatnya
kejadian
kelumpuhan
saraf. Bila
proses
penekanan
tersebut
7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK
7/17
1.
Qc"re.tts
,t/;ii lF a-t"ic,{
|iEterw
,}u\ofrsteai:otft
sr,rnderland
mengklaslfiiialikun.ed.ru
saral
irsriasarkan
nistol*lr;nya:s,14
cedera
tingkat
I
atau
blok
konduksi
(neuropraksia),
terjadi
bila
konduksi
impuls
terhambat,
membendung
sebagian
ariran
transpor
prasma.
Bira
penekanan
dihilangkan,
maka
fungsinya
akan
segera
kembari
normar
atau
daram
3 minggu.
Cedera
tingkat
ll
(aksonotmesis),
terjadi
bila
aliran
transpor
aksoplasma
total
terhenti
selama
beberapa
hari,
sehingga
terjadi
diskontin
uitas
akson.
Cedera
tingkat
lll
(neurotmesis)
terjadi
bila
tekanan
inhaneurai berlanjut dan
terjadi
kerusakan
lapisan
endoneurium.
pada
kerusakan
ini
akan
terjadi
perbaikan
tidak
lengkap,
karena
akson
nernasuki
lapisap
endoneurium
yang
salah
sehinqca
neflrehtkar
srkineis
I
z.
Fada
cedera sara{ tingkat
lV dan V
tidak axan dilumpai
penyenrbuhan
sp0nlan,
iidn,ur,
harus dengan tindakan operatif. Pada OMSK serabut saraf biasanya tidak terpotong, teiapi
mengalarni
penekanan.s'14
2.
3.
I
I
1"1
I
Slte of
Rqcoverv 6rcul}
Gambar
2. Derajat kerusakan
dan
pemulihanl
E
R
A
J
A
T
40
7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK
8/17
Selain
penekanan
dan'edema,
kolesteatoma
juga
melibatkan
proses
biokimia dan
factor
seluler. Akumulasi keratin
pada
kolesteatoma
juga
bertindak
sebagai benda asing
yang
rflerengsang aktilitas
makrofag, Sejumlah
endotoksin
cian enzim
dilepaskan oieh
bakteri
yang
terdapat
di sekitar
kolesteatoma.
Akhirnya
sel
mesenkim
subepitel
berproliferasi dan
juga
mengeluarkan
kolagenase
dan enzim lain
yang
dapat
merghancurkan
tulang.lz
Berdasarkan
penelitian
Savic
dan
Djericz
menemukan sebanyak
75%
penderita
paresis
saraf fasial
kanalis fasialisnya
tidak
intak
dan
sebanyak
77.2%
terjadi
pada
segmen
timpani, Peneliti menyimpulkan
hal ini
disebabkan
terpaparnya
kanal fasial
atau
dinding kanal
yang
tipis.
Selesnick
dkko
juga
melaporkan
area
saraf fasial
yang
paling
serinE mengalami
kerusakan
adalah segmen
timpani,
tempat
yang paling
sering
terkena
adalah tingkap lonjong.
Selanjutnya
adalah
genu
kedua,6
Gejala
klinis
Kelumpuhan
saraf fasial
unilateral
relatif lebih
sering
ditennukan
dibandingkan
kelumpuhan
bilateral.
Pada rnastoiditis,
otitis
media dan
kolesteatoma
kelumpuhan
saraf
fasial
memperlihatkan
jenis
kelumpuhan
lower mofor
neuron
(LMtrt;.ts
Paresis
saraf
fasial
menyebabkan
kelumpuhan
otot-otot
wajah.
Penderita
tidak
dapat
atau kurang
dapat
menggerakkan
otot wajah,
sehingga
penderita
tidak
dapat
mdngerutkan
dahi,
menutup
fisuia
palpebra
dan
mengangkat
sudut
mulut.
Kelumpuhan
otototot
wajah
akan menimbulkan
kelainan
ekspresi wajah
dan
kesulitan
makan.
Paela
kelainan
unilateral,
saat
penderita
menggembungkan
pipi
dan mengerutkan
dahi
tampak
wajah penderita tidak
sims[1b.1'1a,le
Adanya
riwayat
keluar
cairan
dari telinga
(otore)
sebelumnya, gangguan
pendengaran,
vertigo
dan
tinitus merupakan
gejala
yang
sering
terjadi
dan
bersamaan
paresis
saraf fasial.
Diagnosis
Diagosis
dari
paresis
fasialis
oleh
karena
otitis
media kronis
ditegakkan
t tvvts t\l
vr ilo uttvvqt\t\qt
I
berdasarkan
anamnesis,
gejala
klinis,
pemeriksaan
fungsi
saraf fasial
dan
beberapa..-*--*-
.:
,"
*"*
""-.-**.r*e***i
4-_
vvv9rsys
penneriksaan
penunjang.
Pemeriksaan fungsi
saraf
fasial
diperlukan
untuk menentukan
7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK
9/17
,$rigffdj..;,.
,
Qd.resis
Sdrdf
q'dsi4[
furena']dofesteatom
letak lesi,
beratnya
kelumpuhbn
dan
prognosis.
Pemeriksaan
meliputi fungsi
motorik
otot
wajah,
ada
tidaknya
sinkinesis
atau
hemispasme,
gustatometri,
tes
schimer
dan
tes
ra
n
g
sei'i
g
$a raf
{i
;iive
e,x,iehrt,i1'
fest
l.
z, t +
Terdapai
bebero,*a
macam
sistem
pelaponan
r.rntuk
penilaian
fungsi
saraf
fasial.
dientaranya
pelanoran
dengan
sistem House-Brackmann,
Botmsp
and
Jongkeae,
i\.,lsy
Adour
and Swanson
dan
Yanagihara.
sistem
pelaporan
ini
sangat
penting
untuk
mengevaluasi
kesuksesan
atau
kegagalan
berbagai
,ienis
terapi. American
academy
of
otolaryngology-head
and
Neck Surgery
mefyebutkan
sistem House
Brackmann
adalah
alat
pemeriksaan
gradasi
saraf fasial
yang
pdting
banyak
digunakap.
zo
Pada
penilaian
dengan sistem
House-Brackmann,
Derajat
1 fungsi
motorik
wajah
ncrrtai
tli
semua
area. Detajat
2
disfungsi
ringan,
dapat
ditemukan
kelemahan
pada
otot
wajah,
saat istirahat
tonus
otot
normal
dan
simetris,
gerakan
kerutan
dahi
normal
atau
terdapat
gangguan
ringan,
mata
dapat
menutup
sempurna
dengan
usaha
minimal,
gerakan
mulut
asimetri
minimal. Derajat
3
disfungsi
sedang,
dapat terlihat
sinkinesis,
koiltralit'rii,
atau
spasnre
helnifasial,
saat istirahat
ionus otot
normal
den simetris,
gerakan
keru;tsn
dnbi ter'"laiat
gangg'ran
ringan
sedang, mata
dapat
menutup
sempurna
dengan
usal:a,
;erekarr
rlil,.lic"rt
lemah
der:'tan
usaha makslrnel,
Derajat
4
Cisfui-igsi
sedang
herat,
terCapat kelemahan
yang
jelas
pada.
satu
sisi wajah,
saat
istirahat
tonus otot normal
dan
:rmetris,
tidak
terdapat
gerakan
keruran
dahi,
mata
tidak
dapat
menutup
sempurna,
gerakan
mulut
asimetris
dengan
usaha
maksimal.
Derajat
5
disfungsi
berat,
saat istirahat
wajah
asimetris,
tidak terdapat
gerakan
kerutan dahi,
mata
tidak dapat
menufup
sempurna,
gerairen
niuiut
nniilirriei,
D,lrlelut
S
paralisis
tot;;..Ii
Penilaian
dengan
sistem
Freyss,
pada
sistem
ini
dinirai
4
komponen,
yaitu
pemeriksaan
fungsi
motorik,
tonus,
sinkinesis
dan hemispasme.
Pada
pemeriksaan
sistem
motorik,
wajah dibagi
menjadi
10
area,
berdasarkan
10
otot
yang
bertanggung
jawab
terhadap
mimik dan
ekspresi wajah.
Untuk
setiap
gerakan
dari
kesepuluh
otot
tersebut
dibandingkan
antara sisi
kanan dan
sisi kiri
dan diberi nilai
0-3,
dengan
keteranEan
nilai
3
bila
gerakan
normaldan
simetris,
nilai2
bila
ada
gerakan
antara
nilai
1dan2,
nilai
1 bila
terdapat
sedikit
gerakan,
nilai
0 bila tidak
ada
gerakan
sama
sekali. Pada
keaclaan
istirahat
tat;pol i:;'':ireksi,
i,.iii:t
i:::ilc ijlfit menentuk;l
lit,r;:'::ri.;,Tlaan
-:.,,,-ii,;_:i:jrl
ekiJl:'li ,.,'11;tti:.
Pemeriksaan
tonus wajah
dinilai
dengan membagi
wajah menjadi
5 area. Menurut
Freyss,
7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK
10/17
I
pemeriksaan
tonus
merupikan
hal
penting
dan
penilaian
tidak
harus dilakukan
untuk
setiap
otot,
melainkan
cukup
untuk setiap tingkatan
otot-otot
wajah. Nilai
untuk
tonus
bemilai 0-3,
nilai 3 untuk
tonus
normal, 0 bila
tidak ada
tonus, Apabila
terdapat
hipo atau
hipertonus
maka
nilai 3
dikurangi
1-2
tergantung
derajatnya.
Untuk
mengetahui
ada
tidaknya
sinkinesis
dilakukan
perneriksaan, penderita
diminta
memejamkan
mata
sekual
kuatnya, kemudian
pemeriksa
memperhatikan
ada
tidaknya
gerakan
otot-otot
di
daerah
iudut
bibir atas,
diberi
nilai
2 bin
tidak
ada
sinkinesis.
S la
tnrr *pat slrik"inesir
nilai
dikurangi
1
atau 2
tergantung
pada
derajatnya.
Pemeriksaan
kedua
penderita
ciiminta
tertawa
lebar sambil
memperlihatkan
gigi,
kemudian
pemeriksa
memperhatikan
ada
atau
tidaknya
gerakan
otot-otot
sudut mata
bawah,
diberi nilai
? bila tidak
ada
sinkinesis. Bila
terdapat
sinkinesis
nilai
dikurangi
1 atau
2 tergantung
pada
derajatnya.
Pemeriksaan
ketiga
sinkinesis
juga
dapat
terlihat saat
serang
berbicara
(gerakan
emosi).
Pemeriksa
memperhatikan
ada
tidaknya
gerakan
otot
sekitar
mulut,
diberi
nilai
'1
bila tidak
ada
sinkinesis,
bila
terdapat sinkinesis diberi
nilai 0.
Bila ticjak terdepet
i-teinispasiyre
tjibeti
nilai
1. Bila terdapat hemispasme
diberi nilai minus
1
untuk setiap
gerakannya.2t
Pemertksaan
Penunjang
P em
eriks a a
n T
op
ognostik
Untuk
mengetahui letak lesi digunakan
uji topognostik. Uji
ini meliputi
pemeriksaan
adanya
rasa
nyeri ditelinga,
fungsi
pengecapan, protluksi
air
mata, saliva
dan adanya
reflex stapedial.t
Pcmeriksaan
Elektrofi
sioloqik
Perneriksaan elektroflsiologik diperlukan
biia beratnya
cedera tiaak
jeias
can
liiga
u ntuk menentukan
prognosis.
Pemeriksaen
elektrofi
siolog
ik iian'taia"ya :
1. Nerue excitability
test
(NET)
dilakukan dengan
bantuan
alat
stimulator
saraf fasial,
yanE
rnernpr.lnyai
kekuatan
22,5
volt
dan
mengalirkan
arus
listrik secara konstan
dengan
ambang 0-10
mA.
Pemeriksaan
ini
melibatkan
rangsang saraf fasial secara
perkutaneus yang
dimulaidari
sudut
rahang atau
foramen stylomastoid.
Laumans dan-
Jcngkees
s*pertidiliutip
dariSjarifuddiar,
pad::
t;hl:n
19fl;,,i,i,il.::lian
peneliiian
pada
7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK
11/17
-
,.-*a**e*i:
Qa,resis
.9
a1f
fasiaf
futrena'l(ofesteatom
l4lpasienyangdiperiksadenganNETdantidapatkanper,edaannilaiambangsisi
n0rmal
dengan
sisi
paresis
lebih
dari
3,5
mA
merunjukkan
Fgnosis
yang
buruk'
1
2.
Maximal
stimulation
lesf
(MST)
Pemeriksaan
ini
pertama
kali
diperkenalltan
olei
May
e
al.
Pemeriksaan
lnl
sangat
baik
untuk
monge'laluasi
clegenerasi
sarlf
fasia
'6gerl
seteiah
cnset'
Pemeriksaen
,_
ini
dapat
dilakukan
dengan
menggunakdn
alat
strruhs
saraf
yang tersedia
secara
komersil.
Perneriksaan
dilakukan
pada
5 area
wajat
yaitu
:
Dahi
dan
alis
mata,
area
periorbita,
pipi,
bibir
atas
dan ala
nasi,
bibir
bawrh
area
servikal
dan
pla$sma'
Respon
pada
sisi
cedera
dinilai
sebagai
sama
(eqr.nl,
berkurang
minimal
(minimally
decrease),berkurang
bermakna
(markedlydecrease),idak
ada
(absenf) dibandingkan
dengan
sisi
normal.
Berkurang
minimal
{Minimally
dcreasedJ
ditetapkan
bila
respon
kontraksi
otot
pad:
sisi cedera
sebesar
50%
dari
1isi
normal,
lvlarkedty
decreased
ditetapk:n
bila
respon
ilontraksi
otot
pada
sisi
cdera
sebesar
7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK
12/17
,t
mengalami
keterlambatan
10-20
hari
dari
onset
cedera,
tergantung
dari
iarak
lol''asi
cedera
saraf
ke
neuron
motor'
22
5'
Blink
refleks
BlinkreflekdigunakanuntukmenEevaluasisaraftrigeminusdansaraffasial.Namun
peda
i:mumnya
bllnk
refleks
digunakan
untuk
mengevaluasi
Beil's
Palsy'
F'efleks
kornea
merupakan
contoh
yang baik
untuk
blink
ieiieks
Biia
kornea
distimulasi'
maka
j
terjadi
kedipan
pada
kedua mata. Bagian aferen
tefleks
ini
clitirnhulkan
oleh
n.Trigeminus
yang ipsilateral,
sedangkan
bagian
e{eren
rlitimbulkan
oleh
saraf
fasial
bilateral.
pada
fase
kronis
paresis
fasialis,
ElvlG
rnerupakan
pemeriksasn
yang
palirig baik
untuk
memperkirakan
onset
penyembuhan
dan
mengevaluasi
sisa
dufisii
neurologis'
$aat
proses regenerasi
berjalan,
unit
motor
menjadi
besar
kerena
banyak
serabut
ctr:t
lneiei:ihi
normalyang
dipersarafi
oleh
neuron
yang mengalami
regenera-ri
Perneriksaan
Penunianq
lain
Audiometri
nada
rnurni
dan
audiometri
tr:tur
penting
untuk
mengetahui
jenis
dan
derajat
gangguan
Pendengaran'1
Perneriksaan
penunjang
meliputi
radiolngis
mastoiel
untirk
melihai
adai:-va
kolesteatorna
dan
tomografi
komputer
(TK)
dapat
mengevaluasi
adanya
destruksi
iulang
,
kolesteatoma
dan
rangkaian
tulang
pendengaran.
Tl"(
saraf
fasial
seheium
aperasi
tii:ak
banyak
memberikan
informasi
karena
tidak
dapat
mendeteksi
kerusakan
kecil
pada
kanalis
fasialis
dan
karena
kelokan-keiskan
yang
ada
sepanjang
saraf
fasiai'2'14
Pegobatan
pada
paresis
saraf
fasial
akibat
otitis
media
supuratif
kronik
peEobatan konservatif
dengan
antibiotlk,
anti
inflamasi,
kortikosteroid,
dan
neurotonik
hanya
diberikan
untuE-'-
--;
persiapan
pembedahan
mencegah
semakin
memburuknya
paresis'
Pada
otitis
media
supuratif
kronik
rjengan
paresis
fasialis,
tindakan
pembedahan
yeritu rnasrioidekt+nnl
ung"lil
meri:bersihkan
sejur;lh
r;nlga
mastoifi
del;'i
daerah
k:nal
;as;el
dari
sumber infeksi
dan
kolesteoeoma,
haruh
segera
dilakukan.
Mastr:iqiektemi
dikeriakan
untuk
mengangkat
kolesteatoma
dan
jaringan
patologis'zr
Daerah
yang paiing sering
7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK
13/17
cParesis
Saraf
Fasiaf
ftarcna
Kofesteatom_
terkena
adalah
segmen
timpani
dan
biasanya
kanal
falopi
hancur.
Biasanya
sarafnya
sendiri
intak
dan
kolesteatom
hanya perlu
diangkat
dari
sarafnya.2,6
Bila
terdapat
kerusakan
saraf,
rnaka
saraf
yang
rusak
harus
di
potong
dan
segera
difgkOnStn.rkSi
r)enaan qnrl-ta-enr -an4sJrtrnr,al,,
>j-qt1
f,,in2r.v
I
r
".
r.1,y,t,;1t
.../
".,t,r1,
,,..
,n
FT
A;*
-r/
tz-
z -
-/
'/IJ'
;:','u
,_
LenUnpfas;i
gJla\';ASra,
d|fiV|;X.,at
iJlt..tpat:r"|littt\'illkoo..):
jJ
Vllr'Jtrr'rLit
elektroneurografi
didapatkan reduksi sebesar 90%,
yang
berarti
telah
terjadi
kerusakan
pada
selubung
myelin
saraf.22
Prognosis
Beberapa
faktor
prognostik
yang
dinilai
pada
paresis
saraf
fasial adalah
umur,
deralat
paresis,
penilaian
elektrofisiologik,
reflek
stapedius,
fungsi
lakrimalis
dan
pergerrkan
spontan.
Berdasark;n
penelitian
yang
dilakukan
oleh
lkeda dkks
melaporkan
bal',wa
faktor
yang
paling
prediktif
d.lam
prognosis
paresis
fasial
adalah
neive
excrtability
,esf
(NET).
Laporan
kasus
Seorang
laki-laki,
umur
25 tahun
datang
ke
poli
THT RSMI-{ dengan
keluhan
mulut
mencong
ke
kanan.
Penderita
juga
mengeluh
keluar caii'an
bau
berwarna
kuning
dari
teliriga
it)ri,
pusii:;
b*rp*tar,
teilnga
kiri
berd*ilglng
**r
pendei]i]*rilri
bei'kurnrrg
l"elilhar
ini
diderita
sejak
3
bulan
yang
lalu.
Riwayat
keluar
cairan dari
kedua
telinga
sejak
penderita
berusia
2 tahun.
Penderita
lalu dikonsulkan
ke suhdivisi
otologi
THT.
Dari
anamnesis
didapatkan
wajah
mencong
ke
kanan,
dan
matanya
tidak
bisa
ditutup
rapat
sejak
3
bulan sebelumnya.
Riwayat
keluar
cairan
dari
kedua
telinga
sejak
usia
2
tahun.
Pendengaran
telinga
kiri sangat
herliurang
dibanding
i*iinga
kanari.
frasa
pusing
berputar
ada,
keluhan
gangguan
air mata
tidak
ada,
sakit kepala
disisi kiri.
Pemeriksaan
fisik
secara
umum
dalam
batas
norlmal. Telinga
kiri iiang
telinga
sagEing
dan
terdapat
sekret
mukopurulen
dengan
bau
khas
kolesteatonta.
'lelinga
kanan
didapatkan
perforasi
subtotal
tenang,
hidung
clan
tenggorok
tidak
acja
keiainan.
Pada pemeriksaan audiogram didapatkan telinga
kiri
tuli camptrr sangat berat
{120
dB).
Telinga
kanan
didapatkan
tuli
konduktif
40d8.
Hasil
pemeriksaan
labotarium
darah
I
7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK
14/17
leukosit
11800
/mme,
hemoglobin
14,9
Edl
dan
yang
lain dalam batas
normal.
Hasil
pemeriksaan
foto
polos
mastoid
didapdkan
kesan
OMSK tipe sklerotik
dengan
kolesteatom
pada
telinga
kiri dan
OMSK
tanpa kolesteatom
pada
telinga
kanan.
Dari
tontografi komputer mastoid
didapatkan
kesan
mastoiditis tipe skierotik kanan,
agenesis
telinga
tengah
klr
dan
kolesteatom
telinga kiri dengan
destn;kst ti:iang. Tes
gusiatonretri
da;s:-il
l)i; fi$
nat'u:;,i.
**ida;*f';::n
klasifikas;
l"ir-:i,rrq*-.ii;*ckrn*:l;r
{i;l;i-,;r:iiian
pait::iirt
r,;i:tiiji
fasial
derajat
lV.
Mengingat
keterbatasan
alat
yang
ada
di
bagian Tl-lT-KL. RSMH,
maka
pemeriksaan penunjang
lainnya
tidak dapat
dilakukan.
Diagnosa kerja
pada
penderita
ini
adalar
otitis
media
supuratif
kronis rnaligna
telinga
kiri
dengan
paresis
saraf
fasial
perifer
HB
derajat
lV
dan
otitis media
supuratif
kronik benigna
telinga kanan
fase
tenang. Pada
pasien
ini
telah diberikan
pengobatan
antibiotik
oral, kortikosteroid,
antibiotik
tetes telinga,
analgetik
dan H2023
%
sebagai
cuci
tellnga.
Pasien
lalu
dilakukan radikal
mastoidektomi.
lnra
operatif ditemukan
pada
kavum
timpani
terdapat kolesteatom
luas,
jaringan
ikat
oan
jaringan
granulasi,
Tulang
pendengaran
hanya
ditemukan
serpihan
prosesus
brevis
inkus. Tidak ditemukan
defek
pada
kanal fasial.
Dinding
posterior
sudah runtuh,
terdapat
bridge lalu
diamputasi.
Kolesteatorna
dan
jaringan
granulasi
sangat
iuas
pacja
kavL:i"n
rnas{olcj. D'ure
tern.rpar
2x0.5
cm
sedangkan
sinus
simoid
tidak.
Dilakukan
pengangkatan
kolesteatoma
dan
jafi,"'*t"t
':ryilUl;:t:
rr..]r;"1:;i';
.'i,ingkin.
KO r.::,',,:,,t.'
,.?i-hasi
"''.'':''
j
iltul
lr:'1;;,';.1':..";
meatoplasti, timpanoplasti
tipe
lll
dan
penutupan
dura
dengan tulang. Luka
operasi
ditutup lapis
demi lapis.
Pasca
operasi
pasien
diberikan
antibiotik dan kor-tikosteroid
intravena
dan
analgetik. Satu
hari
pasca
operasi
paresis
fasialis
menjadi
HB derajat
l. Luka
jahitan---
tenang.
Satu
buian setela[t operasi
penderita
menunji.liikan
peroaikan
dan
tidak'iere.lapat
lagiparesis saraf fasial.
t,
i
l3
7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK
15/17
S,rrttit
5
orol'1,tsia [
futrena'{o[es
r-ctr;-,0-*
:
Faresis
fasiairs
meri.ipakan
suatu
i(elumpuhan
dari otot-otot wajah. Penderita
tidak
dapat atau kurang
dapat menggerakkan otot-otot
wajah, sehingga
tampak wajah
pasien
tidak
simetris.
Otitis
media
supuratif kronis
sangat
berpotensi menimbulkan komplikasi
diantaranya paresis ervus fasial.
Pengobatan modern
dengan
pemberian antibiotik
telah
menurunkan komplikasi
yang
ditimbulkannya.
Upaya
untuk
mengatasi
timbulnya
komplikasi
ekstrakranial
dari
otitis media
supuratif
kronis,
adalah dengan
mencegah
bertambah
beratnva infeksi
pada
otitis media
supuratif
kronis dengan
pemberian
antibiotik
dan ear toilet.t
Dilaporkan
kasus
seo;ang laki-laki
umur
25
tahun dengan
otitis media
supuratif
k',:Ii:l
*Uiign*
l;riii;:il1; 1,:" :r:ilga,t
pares'.
,
:r'li
li:".,iel
pf
;r:.i
;";l
.':llajei
l'""
,-:,r,';
::i:lis
media
supuratif kronik
benigna telinga
kanan fase
tenang.
Dari
anamnesis didapatkan
keluhan
muka menceing
dan
adanya riwayat keluar
cairan
yang
cukup lama.
Keluhan muka
mencong menunjukkan
wajah
yang
tidak
simetris,
Flal
tersebut sesuai
dengan kepustakaan
yang
rnenyebutkan
bahura kelumpuhan
saraf
fasial
ditandai dengan
asimetri
wajah. Adanya
riwayat
keluar
cairan
yang
cukup lama
menunjukkan
adanya
OMSK
yang
merupakan
penyebab
kelumpuhan
saraf
fasial^1,2
Pada kasus
di atas
diberi
pengobatan
berupa
antibiotika
dan kortikosteroid
selanjutnya
dilakukan
mastoidektomi
radikal.
Hal
tersebui
sesuei dengan
Kepustakaan
bahwa
prinsip
terapi OMSK maligna
ialah
operasi.z3
Pasca
operasi,
paresis
saraf fasial menjadi
HB derajat
l. Perbaikan
tersebut
terjadi
karena
operasi
yang
dikerjakan
mampu menghilangkan
infeksi
dan
kolesteatoma
yang
menjadi
sumber
penekanan
atau kompresi
saraf.
Bila
kompresi
tersebut
dihilangkan
maka
akan terjadi
penyembuhafl
sp0nt66.7,17
7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK
16/17
2
A
18.
L
Daftar
Pustaka
1. Sjarifuddin,
Bashiruddin
J,
Bramantyo
B.
Kelumpuhan
saraf
fasialis.
Daiam:
Buku
ajar
llmu
Kesehatan
Telinga
Hidung
Tenggorok
Kepala
Leha.
Edisikeenam,
hal114-117
2.
yetiser
S,
Tosun
F, Kazkayasi
M. Facial
Nerve
Paralysis
Due to
Chronic
Otitis
Media.
Otology
&
lieuntclogy
?l)02;2'?:580-8.
7.
Mahekam
Tp,
Croxson
GR,
Coulson
S. lnfective
Causes
of Facial
Nerve
Paralysis
Otology
&
Neurotology
2006;28:
1
00-03.
\S*rg
FlM,
l-ir
JC,
Tai
CF
et
al.
Analysis
;f
tulasttld
findings
*l 3:;tgeri
to
Tre:*i
Lliiidl*
[ar
Cholesteatoma.
Arch
Otolaryngol
Head Neck
Surg
2006;132:1307-10
euaranta
N, Cassano
M,
Quaranta
A.
Facial
Paralysis
Assosiatecj
Wiih Cholesteatoma:
A Review
of
13
Cases.
Otology
&
I'leu
rotology
2007
;28:405'7
.
Selesnick
SH,
Macrae
AGL.
The
lncidence
of
Facia{ Nerve
Dehiscence
at Surgery
for Choiesteatoma.
Otology
&
Neurotology
2001
;22:129-32.
lkeda
M,
Nakazato
H, Onoda
K,
Hirai
R, Kida
A.
Facial
Nerve
Paralysis
Caused
by
Middle
Ear
Cholesteatoma
and
Effects
of
Surgical
lntervention.
Acta Oto-Laryngologica
2006;126:95-100
Yoo
JK.
Facial
Nerve
Paralysis,
Dept. 0f
Otolaryngology,
UTMB,
Grand
Rounds
lkeda
M,
Abiko
Y,
Kukimoto
l,l et
al. Clinical
Factors
that
lnffuence
the
Prognosis
of Facial
Nrrrve
Paralysis
and
the Magnitudes
of lnfluences,
Laryngoscope
2005;1
1
5:855-60'
Silver
AJ, Janecka
l,
Wazen
J
et
al. Complicated
Cholesteatomas:
CT
Findings
in
lnner
Ear
Cornplications
of
Middle
Ear Cholesteatomas.
Raciiology
1987;164:47-5i
'
probst
R et
al.
Clinically
Relevant
Anatomy,
Function
and
Evaluation
of
Facial
Nerve.
ln:
Basic
Otorhinolaryngology.
New
York:Thieme'2006:p.
291 .
Ballenger
JJ,
Snow
JB.
Otortrinolaryngology:
Head
and
Neck
Surgery.
1$h
Ed. USA:
Williams &
Wilkins
1946:1153-9
13. No
Name.
Human
Face.
Available
al
a1a1trqr.qgjf1idnl$-q.rliltornyiilqlgl''em|i i,ri,:,i.i
'
Cited
Ocober,
13th
2008'
14.
15.
Maisel
RH,
Levine
SC.
Gangguan
Saraf
Fasialis.
Dalarn
: Adams
Gl
.
Boies
LR,
Higler FA.
Buku
Ajar
Penyakit
THT.
Ed 6.
Penerbit
Buku
Kedokteran
EGC.1997:139-52
Joseph
EM,
$pe1ing
Nlr,4.
Facial
Nerve
Paralysis
in Acute
Otitis
Media:
Cause and
Management
Revisited.
Otolaryngology
Head
and
Neck
Surgery
1998;1
1 8:694-96
Zinis
LRD,
Gamba
P,
Balzanelli
C.
Acute
Otitis
tr4edia
and
Facial
Nerve
Paralysis.
Otology
&
Neurotology
2003;24:1
13:l
17
.
i
Moody
MW,
Lambert
PR.
lncidence
of
Dehisc-i:nce
of
the
Facial
Nerve
in 416
Cases
of
Cholesteatoma.
Ototlogy
&
Neurotology
2007;28:400'04'
Caparas,
Linr
et al.
Facial I'lerve Problems.
ln:
Basic Oiolaryngology. University of Philliprnes.
1993:90-
u+.
Mardjono
M,
Sidharta
P.
Neurologi
Klinis
Dasar.
Ed
5.
Jakarta,
PT.
Dian RakVat,
1989:159-62
10.
11.
12.
i:
il
T:
I
*
li
{i
I
I
i
I
17.
18.
'j
t
il
i:
1S.
7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK
17/17
-.l*s*b-*.-
,
=__d
m.
21.
22.
23.
tf,
2.4.
cParesis
Saraf
f
asfuf
forena
\pfesteatont
Yen TL,
Driscoll CLW, Lalwani
AK.
Significance
of
House-Brackmann Facial
Nerve
Grading
Global
Score
in
the
Sefting of
Differential Facial
Nervg Function. Otology
& Neurotology 2003:24:118-122.
AMandi
W.
Sistem-sistem
Pemeriksaan Fun$si Saraf
Fasialis. Dalam
makalah PITO tahun 2007 di
Medan.
Ballenger JJ. Paralisis
Nervus
Fasial. Dalam : Ballenger JJ.
Penyakit
Telinga
Hidung
Tenggorok. Ed
13.
Jakarta.
Bina Rupa Aksara,
1994:55465,
Bailey
BJ,
Calhoun
KH. Head and
Neck Surgery Otolaryngology.
2nd Ed,
Philadelpia: Liplinent.Raven,
1998:2041-62.
Lichius OG, Sudhoff S,
Hildmann
H. Facial Nerve Surgery.
ln: Middle Ear Surgery. Germany: Spinger,
2006:103-111.