PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO TOTAL ASSET RATIO, DAN NET
PROFIT MARGIN TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2011-2014
MARITA INDAH SARI PRATAMA
120462201006
Skripsi Ini Di Susun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2017
Pengaruh Current Ratio,Debt to Total Asset Ratio, Dan Net Profit
Margin Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2014.
MARITA INDAH SARI PRATAMA
120462201006
Jurusan Akuntansi - Fakultas Ekonomi
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang, 2017
ABSTRAK
Skripsi ini meneliti tentang Pengaruh Current Ratio, Debt to Total Asset
Ratio, dan Net Profit Margin Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara persial Current Ratio berpengaruh
signifikan terhadap Financial Distress. Sedangkan Debt to Total Asset Ratio tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap Financial Distress. Sementara untuk Net
Profit Margin berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress. Secara Simultan
Current Ratio, Debt to Total Asset Ratio dan Net Profit Margin berpengaruh
signifikan terhadap Financial Distres. Ini di buktikan dari uji koefisian determinan
dengan nilai adjusted R2 sebesar 0,196 hal ini menunjukan bahwa 19,6 % Financial
Distress di pengaruhi oleh Current Ratio, Debt to Total Asset Ratio dan Net Profit
Margin dan sisanya 80,4 % di pengaruhi oleh variabel lain yang tidak di kaji dalam
penelitian ini.
Kata Kunci : Rasio Keuangan dan Financial Distress
1.1 Latar Belakang
Setiap perkembangan yang terjadi di dunia usaha akan membuat semakin
berkembangnya pula persaingan yang terjadi terutama perusahaan yang terdaftar di
Bura Efek Indonesia. Hal ini mengakibatkan adanya kemungkinan kebangkrutan
yang akan terjadi pada setiap perusahaan. Kebangkrutan perusahaan di awali dengan
adanya kesulitan keuangan pada perusahaan. Kebangkrutan keuangan di awali
dengan adanya kesulitan keuangan pada perusahaan. Dimana kesulitan keuangan
itu sendiri merupakan sebuah kondisi yang diartikan sebagai ketidakmampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban keuangannya saat jatuh tempo yang
menyebabkan terjadinya kebangkrutan perusahaan.
Kesulitan yang dialami suatu perusahaan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya baik yang dalam jangka
waktu pendek maupun dalam jangka waktu panjang yang nantinya akan
menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Sebuah perusahaan tidak akan mengalami
kebangkrutan secara tiba-tiba, namun dalam peroses waktu yang berlangsung lama,
dan itu dapat dilihat dari tanda-tanda, seperti perusahaan yang tidak dapat
membayar hutangnya secara tepat waktu. Hal ini menandakan bahwa perusahaan
sedang mengalami masalah likuiditas. Kesulitan likuiditas ini nantinya akan
memberikan pengaruh kepada terganggunya aktivitas perusahaan ke posisi tidak
berjalan secara normal yang akan mengakibatkan perusahaan mengalami financial
distress.
Rasio keuangan yang baik akan menunjukkan kinerja keuangan dan
kondisi keuangan yang baik pula. Artinya manajemen mampu mengelola dengan baik
semua hal yang terjadi diperusahaan selama satu periode tertentu, baik itu dalam hal
operasional, investasi maupun pendanaan.
Selain analisis rasio keuangan yang bisa digunakan untuk memprediksi
kondisi keuangan perusahaan, digunakan pula model analisis kebangkrutan untuk
mengetahui kondisi kebangkrutan yang mungkin terjadi pada perusahaan. Salah
satunya adalah model analisis kebangkrutan Altman Z-Score.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mencoba
melakukan penelitian menggunakan metode analisis Z-Score untuk mencari tahu
bagaimana kondisi Financial distress perusahaan Manufaktur yang ada di Bursa Efek
Indonsesia. Adapun judul penelitian yang diajukan yaitu : “Pengaruh Current Ratio,
Debt to Total Asset Ratio, dan Net Profit Margin Terhadap Financial Distress
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2014 ”
Tujuan dari Penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah Current Ratio berpengaruh terhadap penilaian
Financial distress pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
2. Untuk mengetahui apakah Debt to Total Aset Ratio berpengaruh terhadap
penilaian Financial distress Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
3. Untuk mengetahui apakah Net Profit Margin berpengaruh terhadap penilaian
Financial distress Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4. Untuk mengetahui apakah Current Ratio, Debt to Total Aset Ratio,dan Net
Profit Margin berpengaruh terhadap penilaian Financial distress Manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
II. KAJIAN PUSTKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Financial Distress
Financial distress atau kesulitan keuangan dapat di artikan sebagai ketidak
mampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangan pada saat jatuh tempo
yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Menurut Foster (1989) dalam Darsono
dan Ashari (2005:101) kesulitan keuangan menunjukan adanya masalah likuiditas
yang parah yang tidak dapat di pecahkan tanpa melalui penjadwalan kembali secara
besar-besaran terhadap operasi dan struktur perusahaan.
Permasalahan dalam Financial Distress
Darsono dan Ashari (2005:104), menjelaskan bahwa financial distress yang di
alami oleh perusahaan harus di atasi dengan pembaruan baik struktur keuangan
maupun organisasi perusahaan. Berkaitan dengan permasalahan keuangan
perusahaan, permasalahan keuangan bisa digolongkan ke dalam empat katagori
yaitu :
1. Perusahaan yang mengalami masalah keuangan baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang,sehingga mengalami kebangkrutan.
2. Perusahaan yang mengalami Financial distress jangka pendek namun bisa
mengatasi, sehingga tidak menyebabkan kebangkrutan.
3. Perusahaan yang tidak mengalami Financial distress jangka pendek tapi
mengalami financial distress jangka panjang,sehingga ada kemungkinan
mengalami kebangkrutan.
4. Perusahaan yang tidak mengalami financial distress dalam jangka pendek
yang berupa kesulitan likuiditas atau pun financial distress jangka
panjang.
Metode Altman Z-score
Prediksi kebangkrutan usaha berfungsi untuk memberikan panduanbagi
pihak-pihak tentang kinerja keuangan perusahaan apakah mengalami financial
distress atau tidak di masa mendatang. Seorang profesor di New York University,
Edward Altman, melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan perusahaan yang
mengalami kebangkrutan dengan kinerja keuangan perusahaan yang sehat. Hasil
penelitiannya di rumuskan dalam satu rumus matematis yang di sebut dengan
rumus Altman Z-score ini bisa di rumuskan sebagai berikut
Z = 1,2 WCTA + 1,4 RETA + 3,3 EBITTA + 0,6 MVEBVL + 0,999 STA
Diminta :
WCTA : Working Capital to Total Asset (Modal kerja di bagi total aset)
RETA : Retained Earning to Total Asset ( Laba ditahan dibagi total asset)
EBITTA : Earning Before Interest and Taxes to Total asset (Laba sebelum pajak dan bunga di bagi total aset)
MVEBVL : Market Value of Equity to Book Value of Liability (Nilai pasar ekuitas di bagi dengan nilai buku hutang)
STA : Sales to Total Asset (Penjualan di bagi total asset ) Hasil perhitungan Z-score bisa di jelaskan dengan tabel sebagai berikut :
Tabel 2.1
Interpretasi Nilai Z-score
Nilai Z-score Interprestasi
Z > 2,99 Tidak mengalami Financial distress
1,81 < Z < 2,99 Gray area
Z < 1,81 Mengalami Financial distress
Sumber : Altman (1968) Rasio Likuiditas
Menurut Hery (2015:174), rasio likuiditas menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat
dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar
dan utang lancar.
1. Rasio lancar (Current ratio)
Menurut Fahmi (2012:121), rasio lancar (current ratio) adalah ukuran yang
umum digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan
memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo.
2. Rasio cepat (quick ratio)
Rasio ini menunjukan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu
menutupi utang lancar.
3. Rasio kas (cash ratio)
Rasio ini menunjukan porsi jumlah kas dibandingkan dengan total aktiva
lancar.
Rasio Solvabilitas
Menurut Hery (2015:188), rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan
dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas
digunakan untuk mengukur kemampuan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
Rasio solvabilitas terdiri dari :
1. Debt To Total Asset Ratio (Debt Ratio)
Debt ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain,
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar
utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
2. Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh
utang, termasuk utang lancar dengan seluruh equitas.
3. Long term debt to equity ratio (LTDtER)
Long term debt to equity ratio merupakan rasio antara uang jangka panjang
dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang
dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal
sendiri yang di sediakan oleh perusahaan.
4. Time interest erned
Jumlah kali perolehan bunga atau times interest earned merupakan rasio
untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa membuat
perusahaan merasa malu karena tidak mampu membayar biaya bunga
tahunannya. Apabila perusahaan tidak mampu membayar bunga, dalam
jangka panjang menghilangkan kepercayaan daripada kreditor.
Rasio Rentabilitas
Menurut Hery (2015:226), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan
ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini di tunjukan oleh laba
yang di hasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah
penggunaannya rasio ini menunjukanefesiensi perusahaan. Rasio profitabilitas terdiri
dari :
1. Margin laba bersih (Net Profit Margin)
Profit Margin on Sales atau ratio profit margin atau margin laba atau
penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur
margin laba atas penjualan bersih. Rasio ini juga di kenal dengan nama profit
margin. Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan
membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan
penjualan.
Menurut Fahmi (2012: 136), rasio net profit margin disebut juga
dengan rasio pendapatan terhadap penjualan. Mengenai profit margin ini Joel
G. Siegel dan Jae K. Shenganmemim mengatakan,” (1) margin laba bersih
sama dengan laba bersih dibagi dengan penjualan bersih. Ini menunjukan
kestabilan kesatuan untuk menghasilkan perolehan pada tingkat penjualan
khusus. Dengan memeriksa margin laba dan norma industry sebuah
perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya, kita dapat menilai efesiensi operasi
dan strategi penerapan harga serta status persaingan perusahaan dengan
perusahaan lain dalam industry tersebut. (2) margin laba kotor sama dengan
laba kotor dbagi laba bersih. Margin laba yang tinggi lebih disukai karena
menunjukkan bahwa perusahaan mendapat hasil yang baik yang melebihi
harga pokok penjualan”.
2. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Equity)
Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal
sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri.
Semakin tinggi rasio ini, semakin baik artinya posisi pemilik perusahaan
semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
3. Tingkat pengembalian total aktiva (Return On total Assets)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba yang di hitungkan dengan jumlah dana yang ditanamkan
dalam keseluruhan asset perusahaan, setelah disesuaikan dengan biaya-biaya
untuk mendapat asset tersebut.
KERANGKA PEMIKIRAN
H1
H2
H3
H4
CR (X1)
DAR (X2)
NPM (X3)
FINANCIAL
DISTRESS (Y)
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Current Ratio Terhadap Financial Distress
Menurut Hery (2015:174), variabel ini mempunyai kemampuan mengukur
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan
aktiva lancarnya (aktiva yang berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau
siklus akuntansi ). Rasio yang tinggi menunjukan adanya kelebihan aktiva lancar
atau kas tidak digunakan dengan baik yang berpengaruh tidak baik terhadap
profitabilitas perusahaan. Sebalikny rasio yang rendah menunjukan resiko likuiditas
yang tinggi yaitu perusahaan kurang modal untuk membayar hutang jangka
pendeknya.Hal ini tentu tidak baik untuk kesehatan perusahaan, dengan kata lain
perusahaan dalam kondisi tidak sehat. Variabel ini juga menunjunjukan kemampuan
suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Arif,2013). Ini di
dukung dengan hasil penelitian Triwahyuningtias dan Muharam (2012)
menunjukkan hasil bahwa likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap
financial distress.
Pengaruh Debt to Total Aset Ratio Terhadap Financial Distress
Menurut Hery (2015:188), variabel ini menggambarkan proporsi hutang
perusahaan dibanding dengan total aktiva.semakin kecil rasio ini semakin baik kerena
hal ini berarti hutang perusahaan lebih kecil di bandingkan dengan aktiva. Debt to
total asset ratio menggambarkan kondisi hutang yang di miliki perusahaan lebih kecil
dari total asetnya, apabila tingkat hutang kecil akan menyebabkan beban bunga juga
semakin kecil. DAR juga di perlukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
melunasi kewajiban-kewajibannya (baik itu jangka pendek maupun jangka panjang).
Rasio ini menekankan pada seberapa besar proporsi utang yang di gunakan dalam
pendanaan asset perusahaan (Arif,2013). Ini di dukung dengan hasil penelitian Andre
(2013) yang berhasil membuktikan bahwa bahwa solvabilitas atau laverage memiliki
pengaruh yang signifikan dan positif terhadap financial distress.
Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Financial Distress
Menurut Hery (2015:226), rasio ini menunjukan sampai sejauh mana laba
bersih dapat dapat di tutupi oleh penjualan bersih. Net profit margin menunjukan
perusahaan mampu menghasilkan laba dari setiap penjualannya. Jika laba yang di
hasilkan besar tentu akan menyebabkan tingkat kesehatan perusahaan semakin baik,
profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan,
dimana rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas kemampuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan dari setiap rupiah penjualan yang dihasilkan. Profitabilitas
adalah tingkat keberhasilan atau kegagalan perusahaan selama jangka waktu
tertentu(Widarjo & Setiawan, 2009). Ini di dukung dengan hasil penelitian
Nurcahyono (2014) membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan
terhadap Financial Distress
HIPOTESIS
Dari pengembangan hipotesis tersebut maka hipotesis dari penelitian ini adalah :
H1: Diduga Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress
pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H2 : Diduga Debt to Total Aset Ratio berpengaruh signifikan terhadap Financial
Distress pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H3 : Diduga Net Profit Margin berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress
pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H4 : Diduga Current Ratio,Debt to Total Aset Ratio dan Net Profit Margin
berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress pada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
III. METODELOGI PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan independen.
Variabel independen adalah Current Ratio,Debt to Total Aaset Ratio, dan Net Profit
Margin. Variabel dependen adalah Financial Distress . Penelitian ini di lakukan pada
laporan keuangan tahunan perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2014. Ruang lingkup ruang lingkup pada penelitian ini
mencangkup pengaruh ke tiga variabel bebas yaitu Current Ratio , Debt to Total
Asset Ratio,dan Net Profit Margin terhadap Financial Distress sebagai variabel
terikat.
Definisi Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Dependen
Variabel terikat atau variabel dependen adalah variabel yang menjadi fokus
penelitian. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Financial distress .
Financial distress yang di proksikan dengan Z”Score (Altman).
Z”Score dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan:
WCTA : Working Capital to Total Asset ( Modal kerja dibagi total asset)
RETA : Retained earning to Total Asset ( Laba ditahan dibagi total asset)
EBITTA : Earnimg Before Interest and Taxes to Total Asset (Laba
sebelum pajak dan bunga di bagi total asset)
Z=1,2 WCTA + 1,4 RETA + 3,3 EBITTA + 0,6 MVEBVL + 0,999 STA
MVEBVL : Market Value of Equity to Book Value of Liability (Nilai pasar ekuitas dibagi dengan nilai buku hutang)
STA : Sales to Total Asset (Penjualan dibagi total asset)
Variabel Independen
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Current Ratio, Debt to Total Aset
Ratio dan Net Profit Margin.
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya
berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan
aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk
mengukur kemampuan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
3. Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan.
NPM =
Populasi
Menurut Efferin (2008:85),populasi adalah elemen yang lengkap, yang
biasanya berupa orang,objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk
mempelajari atau menjadikan objek penelitian. Popolasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam kurun periode
2011-2014 yang berjumlah 144 perusahaan.
Sampel
Menurut Efferin (2008:85), sampel adalah cuplikan atau bagian dari populasi
.sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Sampel dalam penelitian ini di tentukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang di gunakan
dengan pertimbangan tertentu Efferin (2008:87).
Kriteria yang peneliti gunakan dalam proses pengambilan sampel adalah
sebagai berikut :
1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara
berturut-turut periode 2011-2014
2. Perusahaan Manufaktur yang memiliki laporan keuangan perusahaan yang
telah di audit berturut-turut periode 2011-2014
3. Perusahaan Manufaktur yang melaporkan laporan keuangan dalam mata uang
rupiah.
4. Perusahaan Manufaktur yang memiliki laba selama periode penelitian.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Uji Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif Sebelum Outlier
Sumber : Data Sekunder yang Diolah,2017
Descriptive Statistics
N Minimu
m
Maximu
m
Mean Std.
Deviation
CR 216 ,1250 11,7428 2,402147 1,6674438
DAR 216 ,0015 8,6384 ,407570 ,5994351
NPM 216 ,0005 ,5804 ,101139 ,0930676
FD 216 -2,2094 16,0071 2,310042 1,7631091
Valid N
(listwise) 216
Statistik Deskriptif Sesudah Outlier
Sumber : Data Sekunder yang Diolah, 2017
Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif pada tabel 4.4 diatas dapat
dilihat bahwa penelitian ini memiliki 187 data pengamatan yang merupakan data
keseluruhan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014.
Variabel independen pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
variabel likuiditas yang diukur dengan menggunakan current ratio. Dimana current
ratio ini diperoleh dari pembagian antara aset lancer dengan hutang lancar. Likuiditas
dalam penelitian ini memiliki nilai terendah yaitu 0,2112 Sedangkan likuiditas
tertinggi dalam penelitian ini adalah sebesar 5,7733 . Rata-rata likuiditas dalam
penelitian ini adalah sebesar 2,157756 dengan standar deviasinya sebesar 1,1742204.
Likuiditas yang besar mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut kinerja keuangan
yang baik karena mampu segera membayar hutang jangka pendenknya yang jatuh
tempo.
Variabel kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah solvabilitas
yang diukur dengan menggunakan debt to total asset ratio. Dimana rasio digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh hutangnya baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio ini diperoleh dari membagi antara total
liabilitas yang dimiliki oleh perusahaan dengan total aset yang dimilikinya. Nilai
solvabilitas minimum dalam penelitian ini adalah sebesar 0,0015. Sedangkan nilai
maksimum dalam penelitian ini yaitu sebesar 0,8375. Rata-rata solvabilitas yang
terdapat dalam penelitian ini adalah sebesar 0,386803 sedangkan standar deviasi yang
terdapat dalam penelitian ini adalah sebesar 0,2006626.
Variebel independen ketiga dalam penelitian ini adalah rentabilitas. Dalam
penelitian ini rentabilitas tersebut diukur dengan menggunakan rasio net profit
margin. Dimana rasio ini diperoleh dari membaggi laba bersih yang didapat
oleh perusahaan dengan penjualan yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini
digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mampu menggambarkan
dengan baik keuntungan perusahaan dari setiap aset yang digunakan. Niali
Descriptive Statistics
N Minimu
m
Maximu
m
Mean Std.
Deviation
CR 187 ,2112 5,7733 2,157756 1,1742204
DAR 187 ,0015 ,8375 ,386803 ,2006626
NPM 187 ,0005 ,2825 ,083496 ,0614691
FD 187 -,3940 4,8572 2,059098 1,0459553
Valid N
(listwise) 187
minimum yang terdapat dalam rasio ini adalah sebesar 0,0005 . Sedangkan nilai
maksimum yang terdapat dalam rasio ini adalah sebesar 0,2825. Rata-rata yang
terdapat pada return on asset seperti tertera diatas adalah sebesar 0,083486
dengan standar deviasi yang dimiliki adalah sebesar 0,0614691
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Hasil Pengujian Normalitas Sebelum Outlier
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 216
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation 1,71204296
Most Extreme Differences
Absolute ,178
Positive ,178
Negative -,122
Kolmogorov-Smirnov Z 2,620
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data Sekunder yang diolah,2017
Dikarenakan data awal awal 216 observasi tidak berdistribusi normal (nilai
sig = 0,000) maka dilakukan pembuangan outlier dengan standart deviasi diatas 3,
maka total di buang adalah 29 observasi.
Hasil Pengujian Normalitas Setelah Outlier
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 187
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation ,93043257
Most Extreme Differences
Absolute ,066
Positive ,066
Negative -,056
Kolmogorov-Smirnov Z ,909
Asymp. Sig. (2-tailed) ,381
a. Test distribution is Normal.
a. Calculated from data.
Sumber : Data yang Diolah, 2017
Tabel diatas menunjukkan bahwa data yang diuji setelah dilakukan outlier
memiliki nilai Asymp.Sig (2-tailed) 0,381 lebih tinggi dari taraf signifikan yang
digunakan yakni 0,05. Hal ini berarti bahwa data yang digunakan berdistribusi
normal.
Uji Autokorelasi
Hasil Pengujian Autokorelasi
Sum
ber :
Data
Seku
nder yang Diolah, 2017
Uji autokorelasi menggunakan metode durbin-watson dan output yang
dihasilkan menunjukan bahwa nilai Durbin- Watson 2,237, hal ini menunjukan
bahwa terjadi autokorelasi karena nilai Durbin-Watson berada di antara du < d < 4 –
du (1,7933 < 2,237 < 2,237), dengan demikian maka dalam model regresi ini tidak
autokorelasi. Untuk mengobatinya, peneliti menggunakan pengujian Run Test
sebagai alternative pengujian autokorelasi.
Hasil Pengujian Run Test
Runs Test
Unstandardiz
ed Residual
Test Valuea -,01981
Cases < Test Value 93
Cases >= Test
Value 94
Total Cases 187
Number of Runs 104
Z 1,394
Asymp. Sig. (2-
tailed) ,163
a. Median
Sumber : Data Sekunder yang diolah,2017
Dari tabel diatas menunjukan bahwa data yang diuji setelah dilakukan outlier
memiliki nilai Asymp.Sig (2-tailed) 0,163 lebih tinggi dari taraf signifikan yang
digunakan yakni 0,05. Hal ini berarti bahwa data yang digunakan tidak terjadi
autokorelasi.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,457a ,209 ,196 ,9380281 2,237
a. Predictors: (Constant), NPM, CR, DAR
b. Dependent Variable: FD
Uji Multikolinieritas
Hasil Pengujian Multikolinieritas Setelah Outlier
Sumber : Data Sekunder yang Diolah, 2017
Hasil pengujian multikolinieritas yang dilihat dari tabel 4.9 diatas
menunjukkan bahwa model penelitian dengan Z-Score sebagai varaibel dependennya
dan variabel independen yang terdiri dari current ratio, debt to asset ratio, net profit
margin memiliki nilai tolerance lebih besar dari pada 0.10 (tolerance > 0,10) dan nilai
VIF yang lebih kecil dari 10 ( VIF < 10), maka dapat diartikan bahwa model
penelitian tersebut terbebas dari masalah multikolinieritas.
Uji Heterokedastisitas
Hasil Pengujian Heterokedastisitas Setelah Outlier
Correlations
Unstandardized Residual
Spearman's
rho
CR
Correlation
Coefficient ,061
Sig. (2-tailed) ,406
N 187
DAR
Correlation
Coefficient ,000
Sig. (2-tailed) ,999
N 187
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficient
s
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Toleran
ce
VIF
1
(Constan
t) ,784 ,300
2,614 ,010
CR ,336 ,071 ,377 4,760 ,000 ,690 1,449
DAR ,511 ,416 ,098 1,228 ,221 ,679 1,472
NPM 4,228 1,180 ,248 3,582 ,000 ,899 1,113
a. Dependent Variable: FD
NPM
Correlation
Coefficient ,116
Sig. (2-tailed) ,114
N 187
Unstandardized
Residual
Correlation
Coefficient 1,000
Sig. (2-tailed) .
N 187
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Data yang Diolah, 2017
Dari tabel 4.10 diatas, menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari semua
variabel bebas (CR,DAR dan NPM) berada diatas taraf signifikansi yang digunakan
yakni sebesar 0,05. Hal ini berarti model penelitian yang digunakan terbebas dari
masalah heterokedastisitas.
Analisis Regresi Linear Sederhana
Hasil Pengujian Regresi Berganda Setelah Outlier
Sumber : Data Sekunder yang Diolah, 2017
Berdasarkan tabel pengujian regreasi diatas,maka model analisis regresi
berganda antara variabel independen terhadap variabel dependen dapat
ditransformasikan dalam model persamaan berikut ini :
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficien
ts
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1
(Consta
nt) ,784 ,300
2,614 ,010
CR ,336 ,071 ,377 4,760 ,000
DAR ,511 ,416 ,098 1,228 ,221
NPM 4,228 1,180 ,248 3,582 ,000
a. Dependent Variable: FD
Z-Score = 0,784 + 0,336 CR + 0,511 DAR + 4,228 NPM + Ԑ
1. Constant (Konstanta) sebesar 0,784. Hal ini berarti jika semua variabel
independen yakni CR, DAR dan NPM konstan/tetap, maka nilai koefisien
kebangkrutan sebesar 0,784.
2. Koefisien CR (X1) sebesar 0,336. Hal ini berarti jika likuiditas mengalami
kenaikan sebesar 1 satuan, maka koefisien kebangkrutan (Y) akan mengalami
kenaikan sebesar 0,336. Koefisien bernilai positif, artinya terjadi hubungan
positif antara tingkat kebangkrutan dengan likuiditas. Semakin tinggi
likuiditas, maka semakin meningkatkan tingkat kebangkrutan.
3. Koefisien DAR (X2) sebesar 0,511. Hal ini berarti jika likuiditas mengalami
kenaikan sebesar 1 satuan, maka koefisien kebangkrutan (Y) akan mengalami
penurunan sebesar 0,511 . Koefisien bernilai Positif, artinya terjadi hubungan
positif antara tingkat kebangkrutan perusahaan dengan solvabilitas. Semakin
tinggi solvabilitas, maka semakin meningktakan tingkat kebangkrutan.
4. Koefisien NPM (X3) sebesar 4,228. Hal ini berarti jika rentabilitas mengalami
kenaikan sebesar 1 satuan, maka koefisien kebangkrutan (Y) akan mengalami
kenaikan sebesar 4,228. Koefisien bernilai positif, artinya terjadi hubungan
positif antara tingkat kebangkrutan dengan rentabilitas. Semakin tinggi
rentabilitas, maka semakin meningkatkan tingkat kebangkrutan.
Uji Hipotesis
UJI PERSIAL (Uji T)
Hasil Pengujian Hipotesis
Sumber : Data yang Diolah, 2017
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficien
ts
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1
(Consta
nt) ,784 ,300
2,614 ,010
CR ,336 ,071 ,377 4,760 ,000
DAR ,511 ,416 ,098 1,228 ,221
NPM 4,228 1,180 ,248 3,582 ,000
a. Dependent Variable: FD
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa hipotesis pertama yaitu rasio
CR berpengaruh signifikan terhadap tingkat kebangkrutan perusahaan pada
perusahaan manufaktur di BEI tahun 2011 sampai dengan 2014 menunjukkan nilai t
hitung sebesar 4,760 lebih besar dari t tabelnya yakni sebesar1,972731. Dengan
demikian hipotesis pertama diterima.
Hipotesis kedua dalam penelitian ini yaitu rasio DAR berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kebangkrutan perusahaan sektor industri dasar dan kimia
tahun 2011 sampai dengan 2014 di Bursa Efek Indonesia . menunjukkan hasil dari t
hitung sebesar 1,228 lebih kecil dari t tabel yakni 1,972731. Dengan demikian
hipotesis kedua ditolak.
Untuk hipotesis ketiga dalam penelitian ini yaitu rasio NPM berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kebangkrutan perusahaan berdasarkan tabel 4.10
menunjukkan hasil bahwa t hitung yang dimiliki adalah sebesar 3,582 lebih besar
dati t tabel dalam penelitian ini yakni sebesar 1,972731. Dengan demikian hipotesis
ketiga diterima.
UJI SIMULTAN (Uji F)
Hasil Uji F
Sumber : Data yang diolah, 2017
Dari tabel penelitian diatas menunjukkan bahwa nilai f hitung sebesar 16,088
dengan nilai f tabel sebesar 2,65 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 dengan tingkat
signifikansi yang digunakan adalah sebesar 0.05 (5%). Nilai f hitung yang lebih besar
dari pada nilai f tabel serta tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0.05
menunjukkan bahwa model penelitian dengan variabel independen current ratio, debt
to total asset ratio, dan net profit margin secara bersama-sama mempengaruhi
variabel dependen yaitu tingkat kebangkrutan perusahaan.
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 42,467 3 14,156 16,088 ,000b
Residual 161,021 183 ,880
Total 203,488 186
a. Dependent Variable: FD
b. Predictors: (Constant), NPM, CR, DAR
Uji Adjusted R2
Koefisien Determinasi
Sumber : Data yang diolah, 2017
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa nilai koefisiensi determinasi (Adjusted R-
Square)adalah sebesar 0,196 atau 19,6 %. Hal ini menunjukan bahwa 19,6 %
Financial distress dapat dijelaskan oleh CR,DAR,NPM. Dan sisanya 80,4 % dapat
dipengaruhi atau di jelaskan oleh variabel lain diluar dari variabel penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalissi secara statistik, temuan hasil
penelitian dibahas pada bagian dibawah ini :
Pengaruh Current Ratio Terhadap Financial Distress
Berdasarkan hasil pengujian uji parsial atau uji t diatas dapat diketahui
bahwa variabel pertama yakni likuiditas yang diukur dengan menggunakan current
ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Financial distress dengan nilai t
hitung sebesar 4,760 yang lebih kecil dari t tabel yakni 1,972731 . dan nilai
signifikansinya sebesar 0,000 yang lebih besar dari 0,05. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2013) yang menyatakan bahwa
likuiditas yang dikukur dengan current ratio memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat kebangkrutan perusahaan.
Wahyu (2013) menjelaskan bahwa Likuiditas umumnya dinilai dari
kemampuan perusahaan membayar hutang lancar dengan aset lancar yang dimiliki.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan
terhadap financial distress. Hal ini dikarenakan bahwa pada perusahaan sampel,
perusahaan memiliki kemampuan mendanai operasional perusahaan dalam
memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek dengan hutang lancar yang dimilikinya.
Oleh karena itu perusahaan mengelola hutang lancar dengan aktiva yang dimiliknya
dengan baik sehingga tidak terjadi financial distress. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa current ratio berpengaruh positif tehadap Financial distress.
Pengaruh Debt To Total Asset Ratio Terhadap Financial Distress
Variabel kedua dalam penelitian ini yakni rasio solvabilitas yang diukur
dengan debt to total asset ratio atau rasio hutang terhadap asset tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Financial distress . Hal ini didasarkan pada hasil
uji parsial diatas yang menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 1,228 lebih besar
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,457a ,209 ,196 ,9380281 2,237
a. Predictors: (Constant), NPM, CR, DAR
b. Dependent Variable: FD
dari t tabel yakni 1,972731 dan nilai signifikansi sebesar 0,221 yang lebih besar dari
0,05. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Okta (2015) yang menyatakan bahwa
rasio solvabilitas yang diukur dengan debt to total asset ratio tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap financial distress. Hasil penelitian ini memiliki
nilai t positif yang menunjukkan bahwa hubungan yang dimiliki antara debt to total
asset ratio terhadap financial distress . Hal ini berarti semakin besar debt to total
asset ratio yang dimiliki perusahaan,maka semakin tidak bagus kondisi keuangan
perusahaan . sehingga perusahaan mengalami kebangkrutan. Hal ini di karenakan
nilai hutang perusahaan yang tinggi tidak dapat di optimalkan oleh perusahaan untuk
meningkatkan profitabilitas dan meningkatnya nilai asset perusahaan. Sehingga
perusahaan mengalami Financial disress semakin besar.
Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Financial Distress Variabel ketiga dalam penelitian ini adalah rasio rentabilitas yang diukur
dengan menggunakan net profit margin (NPM). Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa NPM memiliki pengaruh yang signifikan terhadap financial
distress yang dibuktikan dengan t hitung sebesar 3,582 lebih besar dari t tabel yakni
1,972831 serta nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat
signifikansi peneliti yakni 0,05.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Haq, Arfan, &
Siswar (2013) dan Putra (2015) yang menyatakan bahwa semakin tinggi laba yang
dihasilkan, maka semakin kecil peluang perusahaan mengalami kondisi financial
Distress.
Rentabilitas adalah merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan. Rasio net profit margin yang tinggi menunjukkan
efisiensi manajemen asset yang berarti bahwa perusahaan mampu menggunakan asset
yang dimiliki untuk menghasilkan laba dari penjualan investasi yang dilakukan
perusahaan Putra (2015).Hasil penelitian ini menunjukan bahwa net profit margin
berpengaruh positif terhadap financial distress.
Pengaruh Current Ratio, Debt To Total Asset Ratio , dan Net Profit Margin
Terhadap Financial Distress Secara simultan penelitian ini membuktikan bahwa variabel likuiditas
yang diukur dengan current ratio, solvabilitas yang diukur dengan debt to total asset
ratio,dan rentabilitas yang diukur dengan net profit margin berpengaruh terhadap
kondisi Financial Distress dengan nilai signifikan 0.000. Maka dapat diambil
kesimpulan dari penelitian ini bahwa ketiga variabel yang digunakan secara
simultan dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur kondisi financial distress.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis, yang telah
dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan regresi linier
berganda menunjukkan bahwa Current ratio berpengaruh signifikan
terhadap Kondisi Financial distress perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2011-2014.
2. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan regresi linier
berganda menunjukkan bahwa debt to total asset ratio tidak berpengaruh
signifikan terhadap Kondisi Financial distress perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2011-2014.
3. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan regresi linier
berganda menunjukkan bahwa net profit margin berpengaruh signifikan
terhadap Kondisi Financial distress perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2011-2014.
4. Hasil uji hipotesis dengan Uji Simultan (Uji F), menunjukan current
ratio, debt to total asset ratio, dan net profit margin secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap kondisi Financial Distress perusahaan
sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar diBursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2011-2014.
Saran
Adapun saran yang dapat direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya
berdasarkan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti selanjutnya dapat
menambah variabel bebas berupa rasio keuangan yang dapat dijadikan
sebagai faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kebangkrutan perusahaan.
2. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat menambah sampel penelitian
atau mengganti dengan perusahaan lain mengingat penelitian ini hanya
menggunakan perusahaan manufaktur.
DAFTAR PUSTAKA
Altman, E. (1968). The Journal Of Finance. Financial Ratios, Discriminant Analysis
and the of Corporate .
Arif, M. H. (2013). Prediksi Financial Distress Perusahaan Manufaktur di
Indonesia. Semarang : Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro.
Artika, & Dkk. (2011). Pengaruh Beberapa Rasio Keuangan Terhadap Prediksi
Kondisi Financial Distress. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Malang .
Darsono, & Ashari. (2005). Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan.
Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Efferin, S. (2008). Metode Penelitian Akuntansi. Yokyakarta: Graha Ilmu.
Fahmi, i. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: ALFABETA.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Haq, S., Arfan, M., & Siswar, D. (2013). Analisis Rasio Keuangan Dalam
Memprediksi Financial Distress (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di
BEI ). Jurnal Akuntansi Pasca Sarjana Universitas Syah Kuala .
Hery. (2012). Analisis Laporan Keuangan. yokyakarta: CAPS (Center for Academic
Publishing Service).
Julianty, R. (2008). Analisis Laporan Keuangan konsep dan Aplikasi edisi kedua .
Yogyakarta: STIM YKPN.
Liana, Deny, & Sutrisno. (2014). Analisis Rasio Keuangan Untuk memprediksi
Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur. Jurnal Studi Manajemen
dan Bisnis Vol.1 No.2 , 52-62.
Luciana. (2009). Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial
Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta .
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Esa Unggul Jakarta .
Okta, K. (2015). Pengaruh Good Corporate Governant Dan rasio Keuangan Terhadap
Financial Distress. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Vol 4 No 10 .
Putra, A. W. (2015). Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi
Financial Distress Perusahaan Manufaktur Di BEI . Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Perbanas Surabaya .
Rachmawati, & Shantri, A. (2011). Pengaruh Aktiva Tetap Tak Berwujud Terhadap
Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2007-2010. Jurnal Studi Akuntansi .
Wahyu, L. W. (2014). Pengaruh Current Ratio,Debt to Equaty Ratio,dan Return On
Equity Untuk Memperediksikan Kondisi Financial Distress. Alumni
Universitas Stikubank Semarang .
Widarjo, W., & Setiawan, D. (2009). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Financial
Distress Perusahaan Automotif. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.11, No.2,
Agustus 2009 .
Yuniarti. (2012). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Prediksi Financial Distress
Perusahaan Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa efek
Indonesia. Jurnal Ekonomi Manajemen Vol 6 No.2 Juli .
http://www.idx.co.id
www.financial.yahoo.com