PENGARUH SIZE DAN BETA TERHADAP RETURNPADA PERUSAHAAN KECIL DAN BESAR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2014
(Tesis)
Oleh
Y.S. SOEFIAN NUR HIDAYAT
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2019
ii
ABSTRACT
EFFECT OF SIZE AND BETA ON RETURNS SMALL AND LARGECOMPANIES LISTED IN THE INDONESIAN STOCK EXCHANGE
FOR THE PERIOD 2010-2014
By
Y.S. SOEFIAN NUR HIDAYAT
The existence of anomalies on the market in many ways proves opposition to theefficiency market hipotesis. The anomaly is evidence and at the same time it isa challenge that the efficient market hypothesis must be continuously tested. Betais the right gauge of a market index because of the risk of a security that is welldiversified, depending on the sensitivity of each stock to market changes. Amongall the anomalies found, the size effect illustrates the phenomenon that smallcompanies provide higher returns than large companies.
The population in this study are all companies listed on the Indonesia StockExchange from 2010 to 2014. Sampling used a purposive sampling method usingquartiles, the top quartile companies as large companies and the lowest quartile assmall companies. The type of data used in this studyis secondary data, the datacollected includes the names of issuers, stock prices, market capitalization values,dividends and prices of the Indonesia Composite Index (ICI). The analyticalmethod used in this study is descriptive and statistical analysis methods. Whilehypothesis testing is done by using a partial test (t test) with a significance level(α) of 5%. Analyzing data using statistical processing, namely SPSS.
Hypothesis test results state that the effect of size on stock returns is stronger insmall companies than in large companies and beta effect on stock returns is higherin small companies than in large companies listed on the Indonesia StockExchange Period 2010-2014 are received.
Keywords: Size Effect, Firm Size, Beta, Stock Return.
iii
ABSTRAK
PENGARUH SIZE DAN BETA TERHADAP RETURNPADA PERUSAHAAN KECIL DAN BESAR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2014
Oleh
Y.S. SOEFIAN NUR HIDAYAT
Adanya anomali di pasar dalam banyak hal membuktikan penentangan atashipotesis pasar efisien. Anomali tersebut merupakan bukti dan sekaligus menjaditantangan bahwa hipotesis pasar efisien harus terus diuji. Beta merupakanpengukur yang tepat dari indeks pasar karena risiko suatu sekuritas yangdiversifikasikan dengan baik, tergantung pada kepekaan masing-masing sahamterhadap perubahan pasar. Diantara semua anomali yang ditemukan, size effectmenggambarkan fenomena bahwa perusahaan–perusahaan kecil memberikanreturn yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan–perusahaan besar.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang listed di Bursa EfekIndonesia dari tahun 2010 hingga tahun 2014. Pengambilan sampel menggunakanmetode purposive sampling dengan menggunakan kuartil, perusahaan-perusahaankuartil paling atas sebagai perusahaan besar dan kuartil paling bawah sebagaiperusahaan kecil. Jenis data yang digunakan penelitian ini adalah data sekunder,data yang dikumpulkan meliputi nama-nama emiten, harga saham, nilaikapitalisasi pasar, dividen dan harga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisisdeskriptif dan statistik. Sementara pengujian hipotesis dilakukan denganmenggunakan uji secara parsial (uji t) dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 5%.Penganalisisan data menggunakan pengolahan statistik yaitu SPSS.
Hasil uji Hipotesis menyatakan bahwa pengaruh size terhadap return saham lebihkuat pada perusahaan kecil dibandingkan pada perusahaan besar dan pengaruhbeta terhadap return saham lebih tinggi pada perusahaan kecil dibandingkan padaperusahaan besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014diterima.
Kata Kunci: Size Effect, Firm Size, Beta, Return Saham.
PENGARUH SIZE DAN BETA TERHADAP RETURNPADA PERUSAHAAN KECIL DAN BESAR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2014
Oleh
Y.S. Soefian Nur Hidayat
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarMAGISTER MANAJEMEN
Pada
Program Pascasarjana Magister ManajemenFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2019
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 18 Juli tahun 1984, sebagai
anak ke lima dari enam bersaudara, pasangan Bapak Yo Kian Sin (Alm) dan
Ibu Lim Ayun.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah SD Xaverius I Bandar Lampung
(1997), SMP Xaverius I Bandar Lampung (2000), SMA Xaverius I
Bandar Lampung (2003) dan memperoleh gelar Sarjana Teknik Elektro
konsentrasi kendali di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2007).
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung pada tahun 2015. Saat ini penulis bekerja sebagai
Kepala Cabang Pembantu Teluk Betung di PT Bank Central Asia, Tbk.
viii
MOTTO
“Don’t compare yourself with anyone in this world… if you do so, you areinsulting yourself”
- Bill Gates -
“Jika anda tidak menyerah anda masih memiliki kesempatan. Ketika tubuh andakecil, anda harus sangat fokus dan mengandalkan otak anda buka kekuatananda”
- Jack Ma -
“Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow. The important thing isnot to stop questioning”
- Albert Einstein–
“Sometimes you can’t see your self clearly until you see your self through the eyesof others”
- Ellen DeGeneres–
“All our dreams can come true if we have courage to persue them”
- Walt Disney -
ix
PERSEMBAHAN
Segala puja dan puji hanya bagi Allah SWT atas rahmat, hidayah dannikmat-Nya yang tidak terhingga. Shalawat serta salam yang selalu
dicurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah menyinarihidup umat Islam dengan menyempurnakan Agama Islam sehingga
membawa manusia menuju keimanan dan ketaqwaan kepada TuhanYang ESA, Allah SWT, pilihan yang membawa kita kepada keselamatandunia dan akhirat, Rasul yang selalu dirindukan kehadirannya, penutuppara Nabi dan Rasul, Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Kepada
Imam yang selalu dinantikan kehadirannya, Imam Mahdi.
Ku persembahkan karya ini sebagai wujud tanda kasih sayang,cinta kasih, serta baktiku kepada : Papa Yo Kian Sin (Alm),
Mami Lim Ayun yang selama ini telah mendidik dan membesarkankudengan segala kasih dan sayangnya, jiwa dan raganya, serta kerja keras
dan kesabarannya semata-mata agar aku menjadi anak yang bergunabagi agama, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Karya ini juga kupersembahkan Kepada istriku Suci Apsari, S.T. yangselalu setia mendampingi-ku di kala duka maupun suka, serta kepadake dua anakku Jouvanna Honoura Yo dan Javaro Euno Yo yang selalu
menjadi inspirasi dan semangatku
Para Pendidik dan Dosen yang Terhormat
Mahasiswa/i Magister Manajemen angkatan 2015 kalian menjadi warnadi dalam hidupku dan banyak pelajaran yang dapat ku petik
Almamater tercinta, Universitas Lampung.
x
SANWACANA
Puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat dan karunia-Nya, saya
dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Penelitian ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar S-2 Magister Manajemen
pada Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna yang disebabkan
oleh adanya keterbatasan penulis, baik pengetahuan maupun pengalaman. Selama
proses penelitian ini, telah banyak bantuan dan dukungan moril maupun material
yang diberikan kepada saya. Dari sebab itu, saya ingin mengucapkan banyak
terima kasih dan dengan hormat memberikan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada segala pihak yang telah banyak membantu saya
sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik, yaitu kepada:
1. Dr. Sri Hasnawati, S.E., M.Si. sebagai dosen pembimbing utama yang telah
dengan sabar memberikan bimbingan dan perhatian secara mendalam
berkaitan dengan penulisan tesis ini.
2. Dr. Ernie Hendrawaty, S.E., M.Si. sebagai dosen pembimbing kedua dan
selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Lampung yang telah memberikan bimbingan, saran,
kritik motivasi dan perhatian secara mendalam berkaitan dengan penulisan
tesis ini.
xi
3. Prof. Dr. Mahatma Kufepaksi, S.E., M.Sc. dan Dr. Irham Lihan, S.E., M.Si.
selaku penguji tesis yang telah membantu dalam penyempuranaan tesis ini.
4. Seluruh staf dan karyawan khususnya Mba Wanti yang telah memberikan
kesempatan dan berbagai fasilitas yang diperlukan selama menuntut ilmu
di Program Studi Magister Manajemen Universitas Lampung.
5. Kedua orang tua dan kedua mertua saya yang telah memberikan bantuan
moril dan material yang sedemikian besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
6. Istriku tersayang Suci Apsari, S.T. beserta kedua anakku yang tercinta
Jouvanna Honoura Yo dan Javaro Euno Yo yang telah dengan sabar
mendengar segala keluh kesahku selama ini dan selalu memberikan support
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
7. Seluruh civitas akademika Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas
Lampung dan teman-teman angkatan XVI khususnya Bp. Anton Taslim,
Bp. Hendy Prayogi, Bp. Delza Kaztolani, Sdri. Farah Nurma,
Sdri. Fenny Kaesa, Ibu Desmalazati, Bp. Elvi Sukendri yang telah
memberikan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
ini.
8. Terima kasih juga untuk teman satu angkatan yang sejak awal duduk
dibangku perkuliahan sampai dengan akhir yang menjadikan perkuliahan ini
memiliki warna tersendiri di dalam hidup saya.
9. Bapak Junaidi yang memotivasi saya untuk segera mengambil dan
menyelesaikan jenjang S2 di MM UNILA.
xii
10. Seluruh karyawan-karyawati PT Bank Central Asia, Tbk. khususnya
di KCU Bandar Lampung, KCP Pangeran Antasari dan KCP Teluk Betung
atas dukungannya selama ini.
11. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini yang
tidak dapat dituliskan satu persatu.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan.
Bandar Lampung, 19 Juli 2019
Y.S. Soefian Nur Hidayat
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................................... vi
SANWACANA ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................... 8
1.3 Perumusan Masalah ........................................................... 9
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................... 10
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................. 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 12
2.1 Landasan Teori ................................................................... 12
2.1.1 Teori Pasar Efisien ................................................. 12
2.1.2 Anomali Pasar Efisien ............................................ 16
2.1.2.1 Size Effect ................................................ 19
2.1.2.2 Firm Size ................................................. 20
2.1.3 Capital Asset Pricing Model (CAPM) ................... 22
xiv
2.1.3.1 Model Indeks Tunggal ............................. 24
2.1.4 Beta ........................................................................ 25
2.2 Penelitian Terdahulu .......................................................... 29
2.3 Kerangka Pemikiran ........................................................... 38
2.4 Pengembangan Hipotesis ................................................... 40
2.4.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size) terhadap
Return Saham ......................................................... 40
2.4.2 Pengaruh Beta Saham terhadap Return Saham...... 41
BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................... 43
3.1 Jenis Penelitian .................................................................. 43
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 44
3.2.1 Populasi ................................................................. 44
3.2.2 Sampel .................................................................. 44
3.3 Jenis dan Sumber Data ...................................................... 45
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................... 46
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Variabel Operasional .... 47
3.5.1 Variabel Penelitian ................................................ 47
3.5.2 Definisi Operasional Variabel .............................. 47
3.6 Metode Analisa Data ......................................................... 48
3.7 Uji Asumsi Klasik ............................................................. 49
3.7.1 Uji Multikolinearitas ............................................. 50
3.7.2 Uji Autokorelasi .................................................... 51
3.7.3 Uji Homoskedasitas ............................................. 51
3.8 Pengujian Statistik ............................................................. 52
xv
3.9 Uji Hipotesis ...................................................................... 54
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 55
4.1 Uji Asumsi Klasik ............................................................. 55
4.1.1 Uji Normalitas ...................................................... 55
4.1.2 Uji Heteroskedastisitas ......................................... 56
4.1.3 Uji Multikolinearitas ............................................. 58
4.1.4 Uji Autokorelasi .................................................... 59
4.2 Deskripsi Variabel Penelitian ............................................ 59
4.3 Uji t .................................................................................... 61
4.4 Uji F.................................................................................... 64
4.5 Uji Statistik R2 ................................................................... 65
4.6 Pembahasan ....................................................................... 66
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 69
5.1 Kesimpulan ........................................................................ 69
5.2 Saran .................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 71
LAMPIRAN ................................................................................................. 74
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ringkasan Anomali Pasar ........................................................ 17
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................. 35
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel .................................................. 48
Tabel 4.1 Hasil Uji Multikolinearitas ....................................................... 58
Tabel 4.2 Hasil Uji Autokorelasi .............................................................. 59
Tabel 4.3 Nilai Rata-Rata Return dan Beta............................................... 60
Tabel 4.4 Nilai Rata-Rata Return, Beta dan DSize*Beta ......................... 60
Tabel 4.5 Hasil Uji t Model 1 ................................................................... 62
Tabel 4.6 Hasil Uji t Model 2 ................................................................... 62
Tabel 4.7 Hasil Uji F Model 1 ................................................................. 64
Tabel 4.8 Hasil Uji F Model 2 ................................................................. 64
Tabel 4.9 Hasil Uji R2 Model 1 ................................................................ 65
Tabel 4.10 Hasil Uji R2 Model 2 ................................................................ 65
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................... 39
Gambar 4.1 Sebaran Data .......................................................................... 56
Gambar 4.2 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ....................................... 57
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Investasi merupakan salah satu variabel yang penting dalam sebuah
perekonomian. Setiap negara berusaha agar nilai investasi negaranya terus
meningkat setiap tahun. Setiap negara berusaha meyakinkan para investor agar
mau berinvestasi di negaranya. Samuelson dan Nordhaus (1993) berpendapat,
investasi adalah hasil biaya investasi yang ditentukan oleh kebijakan tingkat
bunga dan pajak, serta harapan mengenai masa depan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi investasi dalam perekonomian suatu negara antara lain: nilai tukar,
suku bunga, inflasi, infrastruktur dan pengeluaran pemerintah.
Investasi atau disebut juga dengan penanaman modal atau pembentukan modal
merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat.
Apabila para pengusaha menggunakan uang tersebut untuk membeli
barang-barang modal, maka pengeluaran tersebut dinamakan investasi.
Francis (1991) berpendapat, investasi adalah penanaman modal yang diharapkan
dapat menghasilkan tambahan dana pada masa yang akan datang.
Sadono (1994) berpendapat, investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau
pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli
barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah
2
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian.
Pengertian investasi berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia dalam PSAK adalah
suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan
(accreation of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti: bunga, royalti,
dividen dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi atau untuk manfaat lain
bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui
hubungan perdagangan.
Pada umumnya, menabung dan investasi seringkali dianggap sama. Hal mendasar
yang membedakan berinvestasi dengan menabung adalah adanya kejelasan tujuan
atau kebutuhan atau tujuan secara spesifik, seberapa besar dana yang akan
dibutuhkan untuk tujuan yang dimaksud, kapan kebutuhan itu diperlukan dan
berapa lama jangka waktu untuk mencapai tujuan tersebut, pilihan investasi yang
tersedia dan strategi mencapai tujuan tersebut. Investasi dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu sebagai berikut: (1) Investasi dalam bentuk aset riil (real asets)
yaitu investasi dalam bentuk aktiva berwujud fisik, seperti emas, batu mulia,
pembelian pabrik, pembelian aset produktif dan sebagainya, (2) Investasi dalam
bentuk surat berharga atau sekuritas (Marketable Securities Financial Asets) yaitu
investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim
atas aktiva riil yang diawasi oleh suatu lembaga atau perorangan tertentu.
Tujuan investasi pada umumnya adalah untuk memenuhi kebutuhan atau
keinginan yang diharapkan. Pemenuhan kebutuhan dan keinginan tersebut guna
3
meningkatkan kualitas hidup. Apabila meninjau motif dari kelompok-kelompok
masyarakat yang melakukan investasi, maka ada tiga alasan kelompok masyarakat
melakukan investasi, yaitu: (1) Untuk mendapatkan pendapatan yang tetap dari
hasil investasi pertahunnya, (2) Untuk jangka panjang dan memberikan hasil yang
besar di masa yang akan datang, (3) Untuk kepentingan pendapatan yang tetap.
Memilih bentuk investasi memang tak mudah. Memutuskan memilih investasi
ternyata tidak mudah, butuh saran baik dari keluarga, teman bahkan penasihat
finansial profesional. Investor yang baik tentunya melakukan berbagai
pertimbangan sebelum melakukan investasi, seperti mempertimbangkan tujuan
investasi, return dan risiko. Tujuan utama orang berinvestasi adalah untuk
memperoleh keuntungan. Selain peningkatan kesejahteraan, tujuan investasi yang
lebih luas yaitu untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa
mendatang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan untuk menghemat pajak
(Tandelilin, 2001).
Tujuan investasi masing-masing investor dapat berbeda, hal tersebut bisa terjadi
karena masing-masing investor memiliki preferensi pribadi yang berbeda satu
dengan yang lain. Tujuan investor yang berinvestasi pada saham adalah
mendapatkan keuntungan berupa capital gain dan dividen sebanyak-banyaknya.
Hal yang tidak kalah penting untuk dipertimbangkan sebelum melakukan
investasi adalah return dan risiko. Return dan risiko bagaikan dua sisi mata uang
yang selalu berdampingan. Artinya dalam berinvestasi, disamping menghitung
return yang diharapkan, investor juga harus memperhatikan risiko yang harus
ditanggungnya.
4
Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang
terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua
lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang
beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar yang disiapkan guna
memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi dan jenis surat berharga
lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek.
Hipotesis Pasar Efisien (Efficient Market Hypothesis–EMH) pertama kali
dikemukakan oleh Fama (1970), pasar dikatakan efisien bilamana harga yang
terbentuk dipasar merupakan cerminan atau reaksi dari informasi yang ada. Dalam
konteks ini yang dimaksud dengan pasar adalah pasar modal (Capital Market) dan
pasar uang. Tandelilin (2010) berpendapat bahwa dalam pasar modal yang efisien,
harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi
yang tersedia. Konsep pasar efisien menyiratkan adanya suatu proses penyesuaian
harga sekuritas menuju harga keseimbangan yang baru sebagai respon atas
informasi baru yang masuk ke pasar. Harga keseimbangan akan terbentuk setelah
investor sudah menilai sepenuhnya menilai dampak dari informasi baru yang
masuk ke pasar. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis pasar efisien berhubungan
dengan reaksi harga pasar terhadap informasi keuangan dan informasi lainnya
yang beredar di pasar modal.
Ketidaksesuaian harga saham akan memberikan kesempatan bagi investor dan
pelaku pasar lainnya untuk mendapatkan portofolio yang akan memberikan return
yang lebih tinggi (outperform). Dalam hipotesis pasar efisien, ketidaksesuaian
harga merupakan bentuk dari tidak efisiennya pasar yang berimplikasi pada
5
semakin banyaknya kesempatan untuk mendapatkan return yang abnormal, yaitu
dengan menerapkan berbagai strategi pemilihan saham berdasarkan semua
informasi ketidaksesuaian harga tersebut. Dalam beberapa penelitian empiris di
luar negeri sudah terbukti secara universal adanya ketidaksesuaian harga ini.
CAPM menyatakan bahwa jika semakin tinggi risiko yang ditanggung oleh para
pemegang saham, maka saham tersebut akan memperoleh return saham yang
semakin tinggi pula atau dengan kata lain “High Risk High Return” dimana makin
besar risiko, makin besar pula return-nya. Ini dikarenakan risiko pasar
berhubungan erat dengan perubahan harga saham jenis tertentu atau kelompok
tertentu yang disebabkan oleh antisipasi investor terhadap perubahan tingkat
return yang diharapkan. Jadi berdasarkan teori CAPM, jika beta suatu perusahaan
meningkat, maka return yang diharapkan juga meningkat. ”The CAPM illustrates
the positive relation between asset’s systematicrisks and their expected rates of
return” atau dengan kata lain CAPM mengilustrasikan hubungan positif antara
risiko sistematis suatu aset dengan return yang diharapkan (Francis, 1991).
Beberapa penelitian terkini menilai CAPM tidak dapat menjelaskan anomali
pergerakan harga saham dengan harga pasar, dan juga tidak dapat menerangkan
ketika risiko premiumnya negatif tapi memberi return yang positif dan begitu juga
sebaliknya. Sehingga CAPM tidak dapat menjelaskan ketika suatu sekuritas
dengan beta negatif atau risiko premium negatif tapi memiliki return yang positif.
Di sisi lain, risiko pasar yang besar akan memberikan informasi bagi investor
untuk berhati-hati dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Para investor
berhati-hati (cenderung menunggu) ketika kondisi pasar tidak stabil, sehingga
6
menimbulkan permintaan saham oleh pasar yang menurun. Dengan menurunnya
minat investor tersebut, maka harga saham relatif menurun, sehingga berdampak
pada investor menanamkan investasinya pada situasi atau kondisi yang berisiko
tinggi (Solechan, 2009).
Lebih jauh dalam penelitiannya, Fama dan French (1992) menemukan bahwa
dalam kurun waktu 1963-1990 peran beta sebagai faktor penjelas return saham
hilang. Selain itu, saham-saham dengan market equity yang kecil (small firm)
mengungguli return saham dari kelompok besar (large firm), yang dikenal
sebagai fenomena size effect. Di lain pihak, saham-saham dari kelompok value
yang memiliki rasio book to market equity yang tinggi mengungguli return
saham-saham dari kelompok growth dengan rasio book to market equity yang
rendah. Fenomena ini dikenal dengan nama value effect. Penelitian yang telah
dilakukan oleh Barbee (1996) juga menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh negatif terhadap return saham dan mengukur ukuran perusahaan
melalui nilai pasar ekuitas (Market Value Equity-MVE).
Anomali size effect pertama kali ditemukan oleh Banz (1981) di pasar modal
Amerika dan diperkuat oleh Reinganum (1981). Banz menemukan bahwa terjadi
hubungan terbalik (negatif) antara ukuran perusahaan dengan return saham.
Artinya, saham-saham perusahaan kecil akan memberikan return yang lebih
tinggi dibandingkan perusahaan besar. Fama dan French (1992) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa faktor beta (risiko pasar) CAPM bukan
merupakan satu-satunya faktor yang menjelaskan variasi return saham. Selain
beta, size yang diukur dengan Market Value of Equity (ME) serta rasio Book to
7
Market Equity (BE/ME) memiliki kekuatan yang signifikan dalam menjelaskan
variasi return saham.
Penelitian Fama dan French (1995) ditemukan bahwa firm size berhubungan
dengan profitabilitas, serta menyatakan bahwa secara parsial firm size
berpengaruh signifikan terhadap return. Saham perusahaan kecil mempunyai
kecenderungan pendapatan (earnings) yang lebih rendah daripada saham
perusahan besar. Size effect di dalam pendapatan terjadi dikarenakan
kemungkinan besar keuntungan yang rendah dari saham perusahaan kecil
terutama setelah resesi di Amerika Serikat pada tahun 1980. Pada tahun 1980-an,
perusahaan berkapitalisasi besar mempunyai return tahunan (annual returns) yang
lebih besar dibandingkan dengan perusahaan berkapitalisasi kecil.
Meskipun hipotesis pasar efisien telah menjadi konsep yang dapat diterima
dibidang keuangan, namun pada kenyataannya beberapa penelitian menunjukkan
adanya kejadian yang bertentangan yang disebut anomali pasar. Jones (1996)
berpendapat anomali pasar adalah teknik-teknik atau strategi-strategi yang
berlawanan atau bertentangan dengan konsep pasar modal yang efisien dan
penyebab kejadian tersebut tidak dapat dijelaskan dengan mudah.
Diantara semua anomali yang ditemukan, maka size effect terjadi di pasar modal
Amerika (Banz, 1981 di Amerika, Lamoureux dan Sanger, 1989 di Amerika,
Reinganum, 1992 di Amerika). Size effect menggambarkan fenomena bahwa
perusahaan–perusahaan kecil memberikan return yang lebih tinggi dibandingkan
8
perusahaan–perusahaan besar. Sehingga strategi pemilihan portofolio berdasarkan
size effect ini akan memberikan return yang outperform.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
faktor-faktor yaitu size (yang diukur dari total kapitalisasi pasar) dan beta yang
mempengaruhi return saham. Penelitian ini akan dilakukan pada
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun
2010-2014. Karakteristik dan kondisi pasar modal yang berbeda dengan pasar
modal di negara lain, dimungkinkan akan didapat hasil yang berbeda.
1.2 Identifikasi Masalah
Informasi merupakan kebutuhan utama para investor di pasar modal. Dari
informasi yang relevan, investor dapat menilai prospek kinerja emiten sehingga
investor memiliki gambaran mengenai risiko dan expected return atas dana yang
telah atau akan diinvestasikan. Informasi yang diperlukan investor ini dapat
berasal dari kondisi internal maupun external emiten. Dalam pasar modal yang
efisien, pasar akan bereaksi secara cepat terhadap semua informasi yang relevan.
Pada umumnya hal ini ditunjukkan oleh perubahan harga saham melebihi kondisi
normal sehingga menimbulkan abnormal return. Ketidaksesuaian harga akan
memberikan kesempatan bagi investor dan pelaku pasar lainnya untuk
mendapatkan portofolio yang akan memberikan return yang lebih tinggi
(outperform). Dalam hipotesis pasar efisien, ketidaksesuaian harga merupakan
bentuk dari tidak efisiennya pasar yang berimplikasi pada semakin banyaknya
kesempatan untuk mendapatkan return yang abnormal, yaitu dengan menerapkan
9
berbagai strategi pemilihan saham berdasarkan semua informasi ketidaksesuaian
harga tersebut. Dalam beberapa penelitian empiris di luar negeri sudah terbukti
secara universal adanya ketidaksesuaian harga ini.
Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya
perusahaan. Ukuran perusahaan biasanya diukur dengan menggunakan total aset
dan kapitalisasi pasar. Semakin besar nilai total aset dan kapitalisasi pasar maka
semakin besar pula ukuran perusahaan. Lebih rinci, semakin besar total aset maka
semakin banyak modal yang ditanam dan semakin besar kapitalisasi pasar maka
semakin besar pula perusahaan dikenal dalam masyarakat (Sudarmadji dan
Sularto, 2007).
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penyusunan penelitian ini penulis terlebih
dahulu merumuskan masalah yang nantinya dijadikan sebagai dasar kajian
penelitian yang dilakukan, yakni :
1. Apakah pengaruh size terhadap return saham lebih kuat pada perusahaan
kecil dibandingkan pada perusahaan besar yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-2014?
2. Apakah pengaruh beta terhadap return saham lebih tinggi pada perusahaan
kecil dibandingkan pada perusahaan besar yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-2014?
10
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang ada, penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh size terhadap return saham lebih kuat pada
perusahaan kecil dibandingkan pada perusahaan besar yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014.
2. Untuk mengetahui pengaruh beta terhadap return saham lebih tinggi pada
perusahaan kecil dibandingkan pada perusahaan besar yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi Praktisi Pasar Modal
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dalam
pengambilan keputusan investasi di pasar modal bagi pihak-pihak yang
terkait antara lain pemodal atau investor, manajer investasi, broker saham,
analis saham, dll.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi serta referensi
bagi penelitian lain yang memiliki kaitan dalam bidang yang sama sehingga
dapat memberikan kontribusi positif bagi kemajuan dan pengembangan
ilmu pengetahuan, khususnya teori pasar efisien.
11
3. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan suatu pengetahuan dan pengalaman sekaligus
dapat digunakan sebagai perbandingan antara teori yang sudah diperoleh
selama perkuliahan dan penerapannya secara nyata.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Pasar Efisien
Teori pasar efisien pertama kali ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Bachelier pada tahun 1900 yang ingin mengetahui apakah harga saham
berfluktuasi secara acak atau tidak. Pearson (1905) memperkenalkan pola
random-walk, namun pada saat itu dikenal sebagai konsep drunkardwalk.
Penelitian Bachelier dan konsep drunkardwalk milik Pearson diabaikan dan tidak
ada studi lebih lanjut sampai tahun 1930-an. Pada tahun 1953, Kendall pertama
kalinya menggunakan dan memperkenalkan istilah random-walk dalam literatur
keuangan (Yalcin, 2010). Fama kemudian membahas beberapa bukti empiris yang
mendukung teori random-walk dalam disertasi doktornya dan mempelopori
munculnya teori Efficiency Market Hypotesis (EMH) pada tahun 1970.
Teori EMH yang diperkenalkan Fama menjadi teori yang cukup populer dan
banyak dijadikan sebagai dasar dalam berbagai penelitian mengenai anomali pasar
belakangan ini.
Di dalam konsep pasar efisien, perubahan harga suatu sekuritas saham di waktu
yang lalu tidak dapat digunakan dalam memperkirakan perubahan harga di masa
yang akan datang. Perubahan harga saham di dalam pasar efisien mengikuti pola
random walk, dimana penaksiran harga saham tidak dapat dilakukan dengan
13
melihat kepada harga-harga historis dari saham tersebut, tetapi lebih berdasarkan
pada semua informasi yang tersedia dan muncul dipasar. Informasi yang masuk
ke pasar dan berhubungan dengan suatu sekuritas saham akan mengakibatkan
kemungkinan terjadinya pergeseran harga keseimbangan yang baru. Jika pasar
bereaksi dengan cepat dan akurat terhadap suatu informasi yang masuk dan segera
membentuk harga keseimbangan yang baru, maka kondisi pasar yang seperti ini
yang disebut dengan pasar efisien (Hartono, 2013).
Pasar dikatakan efisien apabila harga sekuritas mencapai harga keseimbangan
baru yang diakibatkan adanya informasi yang masuk ke pasar. Semakin cepat
informasi baru yang diberikan terlihat pada harga sekuritasnya, maka dapat
dikatakan semakin efisien pasar modal. Tandelilin (2010) berpendapat, pasar
modal efisien adalah pasar modal dimana harga semua sekuritas yang
diperdagangkan telah mencerminkan informasi yang tersedia. Dalam hal ini,
informasi yang tersedia bisa meliputi informasi masa lalu, informasi saat ini, serta
informasi yang bersifat sebagai pendapat atau opini rasional yang beredar yang
dapat mempengaruhi perubahan harga.
Hartono (2013) memberikan beberapa ciri-ciri dari pasar efisien sebagai berikut:
1. Investor adalah penerima harga (price takers), yang berarti bahwa sebagai
pelaku pasar, investor seorang diri tidak dapat mempengaruhi harga dari
suatu sekuritas.
2. Informasi tersedia luas kepada semua pelaku pasar pada saat yang
bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut murah.
14
3. Informasi dihasilkan secara acak (random) dan tiap-tiap pengumuman
informasi sifatnya random satu dengan yang lainnya sehingga investor tidak
dapat memprediksi kapan emiten akan mengumumkan informasi yang baru.
4. Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan cepat,
sehingga harga sekuritas berubah dengan semestinya mencerminkan
informasi tersebut untuk mencapai keseimbangan yang baru.
Hartono (2013) juga memberikan beberapa ciri-ciri dari pasar yang tidak efisien
yaitu jika kondisi-kondisi berikut terjadi:
1. Terdapat sejumlah kecil pelaku pasar yang dapat mempengaruhi harga dari
sekuritas.
2. Harga dari informasi adalah mahal dan terdapat akses yang tidak seragam
antara pelaku pasar yang satu dengan yang lainnya terhadap suatu informasi.
3. Informasi yang disebarkan dapat diprediksi dengan baik oleh sebagian dari
pelaku-pelaku.
4. Investor adalah individual-individual yang lugas (naive investor) dan tidak
canggih.
Fama (1970) dalam Hartono (2013) membagi efisiensi pasar ke dalam tiga bentuk
utama yaitu :
1. Efisiensi Pasar Bentuk Lemah (Weak Form).
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk yang lemah adalah apabila
harga-harga dari saham atau sekuritas mencerminkan secara penuh (fully
reflect) informasi masa lalu. Informasi dikatakan masa lalu jika informasi
tersebut sudah terjadi. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini sangat
15
berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan
bahwa data masa lalu tidak dapat dihubungkan dengan nilai yang sekarang.
Dengan begini nilai-nilai di masa lalu tidak dapat digunakan untuk
memprediksi harga sekarang.
2. Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (Semistrong Form).
Pasar dapat dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas
saham secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan
(all publicly available information) termasuk informasi yang berada di
laporan-laporan keuangan.
3. Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (Strong Form).
Pasar dapat dikatakan efisien dalam bentuk yang kuat apabila harga-harga
sekuritas saham secara penuh mencerminkan seluruh informasi yang
tersedia termasuk informasi yang sangat rahasia sekalipun. Jika pasar efisien
dalam bentuk ini memang ada, maka individual investor atau grup dari
investor yang mendapatkan keuntungan yang tidak normal (abnormal
return).
Ketiga bentuk pasar efisien tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain berupa
tingkat kumulatif. Hubungannya yaitu bahwa pasar efisien bentuk kuat berarti
mencakup juga pasar efisien bentuk semi kuat dan pasar efisien bentuk semi kuat
mencakup juga pasar efisien bentuk lemah. Namun tidak berlaku sebaliknya,
pasar efisien bentuk lemah tidak harus berarti pasar efisien bentuk semi kuat.
16
2.1.2 Anomali Pasar Efisien
Pembagian pasar efisien menjadi tiga bentuk ini memunculkan berbagai penelitian
yang mengamati pola keperilakuan investor di pasar modal. Dari berbagai
penelitian yang ada kemudian muncul suatu konsep yang menyimpang dari
konsep pasar efisien. Penyimpangan terhadap konsep pasar efisien ini sering
disebut sebagai anomali pasar efisien, hal ini dikarenakan faktor penyebabnya
sulit untuk dijelaskan dengan tepat. Jones (1996) dalam Hartono (2013)
mengemukakan bahwa “Anomali Pasar (Market Anomaly) sebagai teknik-teknik
atau strategi-strategi yang berlawanan dengan konsep pasar yang efisien”.
Jones (1996) mendefinisikan anomali pasar sebagai bentuk strategi atau teknik
dikarenakan hasil yang ditimbulkan oleh anomali pasar ini memungkinkan para
investor untuk mendapatkan kesempatan memperoleh keuntungan yang abnormal
dengan mengandalkan berbagai peristiwa (event) yang terjadi dipasar modal.
Alteza (2007) berpendapat, “Anomali pasar merupakan an exception of rule or
model”, maksudnya adalah anomali merupakan penyimpangan terhadap model
atau konsep pasar efisien. Beberapa hal yang mendukung konsep anomali pasar
efisien ini adalah adanya pola tertentu pada hari perdagangan saham, adanya
kesempatan investor untuk memperoleh keuntungan yang abnormal, adanya
insider trading dalam pasar modal, adanya asimetri informasi dan sebagainya.
Levy (1996) dalam Alzeta (2007) mengklasifikasikan anomali pasar menjadi
empat jenis berdasarkan karakteristik event atau peristiwanya yaitu: anomali
perusahaan (firm anomaly), anomali musiman (seasonal anomaly), anomali
peristiwa (event anomaly) dan anomali akuntansi (accounting anomaly).
17
Levy (1996) berpendapat ada berbagai macam anomali yang telah ditemukan di
dalam pasar saham. Tabel 2.1 menyajikan mengenai ringkasan mengenai anomali
pasar tersebut.
Tabel 2.1 Ringkasan Anomali Pasar
No. Anomali Pasar Jenis Khusus Keterangan1 Anomali Peristiwa Analysis
RecommendationSemakin banyak analismerekomendasikan untukmembeli suatu sahamsemakin tinggi pula peluangharga akan turun.
Insider Trading Semakin banyak saham yangdibeli oleh insiders, semakintinggi kemungkinan hargaakan naik.
Listings Harga sekuritas cenderungnaik setelah perusahaanmengumumkan akanmelakukan pencatatan sahamdibursa.
Value Line RatingChanges
Harga sekuritas akan terusnaik setelah value linemenempatkan ratingperusahaan pada urutantertinggi.
2 Anomali Musiman January Harga sekuritas cenderungnaik di bulan Januari,khususnya hari-hari pertama.
Week – end Harga sekuritas cenderungnaik hari Jumat dan turun hariSenin.
Time of Day Harga sekuritas cenderungnaik di 45 menit pertama dan15 menit terakhirperdagangan.
End of Month Harga sekuritas cenderungnaik di hari-hari akhir tiapbulan.
Seasonal Saham perusahaan denganpenjualan musiman tinggicenderung naik selamamusim ramai.
Holidays Ditemukan return positif hariterakhir sebelum liburan.
18
Day of The Week Return sekuritas terendahterjadi di hari Senin.
Week Four Return sekuritas terendahterkonsentrasi di Seninminggu keempat dan kelima.
3 Anomali Perusahaan Size Return pada perusahaan kecilcenderung lebih besarwalaupun sudah disesuaikandengan risiko.
Closed-end MutualFunds
Return pada close-end fundsyang dijual dengan potongancenderung lebih tinggi.
Neglect Perusahaan yang tidak diikutioleh banyak analis cenderungmenghasilkan return lebihtinggi.
Institution Holding Perusahaan yang dimilikioleh sedikit institusicenderung memiliki returnlebih tinggi.
4 Anomali Akuntansi P/E(Price to Earning)
Saham dengan P/E ratiorendah cenderung memilikireturn yang lebih tinggi.
Earnings Surprise Saham dengan capaianearnings lebih tinggi dariyang diperkirakan cenderungmenjalani peningkatan harga.
Price/Sales Jika rasionya rendahcenderung berkinerja lebihbaik.
Price/Book Jika rasionya rendahcenderung berkinerja lebihbaik.
Dividend Yield Jika yield-nya tinggicenderung berkinerja lebihbaik.
EarningsMomentum
Saham perusahaan yangtingkat pertumbuhanearnings-nya meningkatcenderung berkinerja lebihbaik.
19
2.1.2.1 Size Effect
Size effect merupakan hasil dari pengujian adanya abnormal return yang terkait
dengan karakteristik perusahaan. Adanya abnormal return menggambarkan
terjadinya anomali di pasar modal. Anomali secara umum berarti penyimpangan
yang terjadi dari model keseimbangan yang ada (Bodie, et all, 2009). Dalam
model keseimbangan, return sebuah saham akan sebanding dengan risiko yang
melekat pada saham itu. Return saham akan berubah jika premi risiko atau
sensitifitasnya berubah juga. Jika tidak ada perubahan maka tidak akan terjadi
perubahan dengan harga saham perusahaan.
Anomali size effect merupakan anomali yang sudah terbukti secara universal pada
beberapa penelitian di luar negeri (Banz, 1981 di Amerika, Lamoureux dan
Sanger, 1989 di Amerika, Reinganum, 1992 di Amerika). Asnawi dan Wijaya
(2005) berpendapat fenomena ini berkaitan dengan penyimpangan dari model
keseimbangan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Dalam CAPM, sensitifitas
sebuah saham diukur terhadap pasar, sehingga keluarlah konsep beta saham. Nilai
beta yang tinggi menggambarkan risiko yang lebih tinggi juga. Ketika beta dalam
CAPM tidak bisa menjelaskan perbedaan return sebuah saham maka itulah
keadaan dimana terjadinya anomali, salah satunya adalah size effect. Dalam hal
ini, CAPM tidak bisa menjelaskan fenomena lebih tingginya return saham-saham
dari perusahaan yang berukuran relatif lebih kecil.
Anomali perilaku investor pertama kali ditemukan oleh Banz (1981) di pasar
modal Amerika dan diperkuat oleh Reinganum (1981). Banz menemukan bahwa
terjadi hubungan terbalik (negatif) antara ukuran perusahaan dengan return
20
saham. Artinya, saham-saham perusahaan kecil akan memberikan return yang
lebih tinggi dibandingkan perusahaan besar. Fenomena ini bertentangan dengan
konsep pasar efisien, dimana tidak ada satupun informasi yang dapat digunakan
pelaku pasar untuk mendapatkan return yang lebih tinggi (Tandelilin, 2001).
Dengan adanya anomali size effect ini, maka pelaku pasar dapat menggunakan
strategi pemilihan portofolio yang terdiri dari saham-saham perusahaan kecil
untuk mendapatkan return yang lebih tinggi (outperform). Kesimpulan anomali
size effect juga ditemukan oleh Fama and French (1993, 1995, 1996) dan Berk
(1996) dan terjadi di 15 negara Eropa (Annaert, Crombez, Spinel and Hole, 2002),
Cina (Xu, 2002), India (Mohanty, 2001) dan negara lainnya secara universal.
2.1.2.2 Firm Size (Ukuran Perusahaan)
Firm size adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan. Berdasarkan firm Size,
perusahaan dibedakan menjadi perusahaan big (besar) dan small (kecil). Dengan
kata lain, firm size merupakan market value dari sebuah perusahaan. Market value
dapat diperoleh dari perhitungan harga pasar saham dikalikan jumlah saham yang
diterbitkan (out standing shares). Market value (nilai pasar) inilah yang biasa
disebut dengan kapitalisasi pasar (market capitalization). Market capitalization
mencerminkan nilai kekayaan perusahaan saat ini. Market capitalization
merupakan suatu pengukuran terhadap firm size. Ukuran perusahaan merupakan
proksi volatilitas operasional dan inventory cotrolability yang seharusnya dalam
skala ekonomis besarnya perusahaan menunjukkan pencapaian operasi lancar dan
pengendalian persediaan (Mukhlasin, 2002). Pendapat lain mengatakan, ukuran
perusahaan diproksikan dari penjualanbersih (net sales).
21
Kartini dan Tulus Arianto (2008) berpendapat ukuran perusahaan merupakan
salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan berapa besar kebijakan
keputusan pendanaan (struktur modal) dalam memenuhi ukuran atau besarnya aset
perusahaan. Perusahaan pada pertumbuhan yang tinggi akan selalu membutuhkan
modal yang semakin besar demikian juga sebaliknya perusahan pada pertumbuhan
penjualan yang rendah, kebutuhan terhadap modal juga semakin kecil maka,
konsep tingkat pertumbuhan penjualan tersebut memiliki hubungan yang positif
tetapi implikasi tersebut akan memberikan efek yang berbeda terhadap struktur
modal yaitu dalam penentuan jenis modal yang digunakan. Pada perusahan yang
besar di mana saham akan tersebar luas, setiap perluasan modal saham akan
mempunyai pengaruh yang kecil terhadap terhadap hilangnya atau tergesernya
pengendalian dari pihak yang dominan terhadap pihak yang bersangkutan
(Riyanto, 2001).
Secara umum, perusahaan besar yang memiliki peluang investasi sebaiknya
menetapkan rasio pembayaran yang lebih rendah, yang berarti menahan lebih
banyak laba dari pada perusahaan besar yang memiliki peluang investasi yang
lemah. Jika ada ketidakpastian yang besar dalam arus kas bebas (free cash flow),
yang didefinisikan sebagai arus kas operasi perusahaan dikurangi investasi ekuitas
yang diwajibkan, maka yang terbaik bagi perusahaan adalah bersikap konservatif
dan menetapkan dividen tunai masa berjalan rendah
(Bringham dan Houston, 2001). Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana saham
tersebut berada dilingkungan perusahaan yang kecil, penambahan jumlah saham
akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan kontrol pihak
dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan.
22
2.1.3 Capital Asset Pricing Model (CAPM)
CAPM pertama kali diperkenalkan oleh Sharpe, Lintner dan Mosiin pada
pertengahan tahun 1960-an. Tandelilin (2010) berpendapat Capital Asset Pricing
Model (CAPM) merupakan suatu model yang menghubungkan tingkat return
harapan dari suatu aset berisiko dengan risiko oleh teori portofolio pada kondisi
pasar yang seimbang. Suhartono (2009) berpendapat CAPM merupakan suatu
model menggunakan beta untuk menghubungkan risiko dan return secara
bersama-sama. Sementara Bodie et. al (2014) berpendapat CAPM merupakan
pemusatan ilmu ekonomi keuangan modern, model ini memberikan prediksi yang
tepat dari hubungan yang seharusnya diamati di antara risiko aset dan perkiraan
imbal hasil.
CAPM merupakan model untuk menentukan harga suatu aset pada kondisi
ekuilibrium. Tujuannya adalah untuk menentukan tingkat pengembalian yang
disyaratkan (required rate or return –RRR) minimum dari investasi yang
berisiko. Dalam keadaan ekuilibrium, RRR investor suatu saham akan
dipengaruhi oleh risiko saham tersebut. Dalam hal ini risiko yang diperhitungkan
hanyalah risiko sistematis atau risiko pasar yang diukur dengan beta. Sedangkan
risiko yang tidak sitematis dianggap tidak relevan karena risiko ini dapat
dihilangkan melalui diversifikasi (Halim, 2005).
Jogiyanto (2009) mengatakan diperlukan beberapa asumsi untuk mengembangkan
model ini. Asumsi–asumsi untuk menyederhanakan persoalan yang sesungguhnya
terjadi di dunia nyata. Asumsi supaya suatu model lebih mudah untuk dipahami
23
dan lebih mudah diuji. Banyak asumsi dalam model CAPM ini yang intinya
adalah sebagai berikut:
1. All investors have the same one-period time horizon, atau dengan kata lain
investor memaksimumkan kekayaannya dengan memaksimumkan utility
harapan dalam satu periode waktu yang sama.
2. Semua investor mempunyai harapan yang seragam (homogeneous
expectation) terhadap faktor-faktor input yang digunakan untuk keputusan
portofolio. Faktor-faktor input yang digunakan adalah expected return,
varian return dan kovarian antar return, atau dengan kata lain para investor
memegang portofolio yang sama dari aset berisiko.
3. Semua investor dapat meminjamkan atau meminjam sejumlah dana dengan
jumlah tidak terbatas pada tingkat suku bunga bebas risiko.
4. Penjualan pendek (short sale) diijinkan.
5. Tidak ada biaya transaksi.
6. Tidak terjadi inflasi.
7. Tidak ada pajak pendapatan atas dividen maupun capital gain.
8. Investor adalah penerima harga (price-takers) dan tidak dapat
mempengaruhi harga dari suatu aktiva dengan kegiatan membeli atau
menjual aktiva tersebut.
9. Pasar modal dalam kondisi ekuilibrium.
Keadaan ekuilibrium pasar mengenai expected return dan risiko dapat
digambarkan oleh Security Market Line (SML) untuk sekuritas individual.
Sementara Capital Market Line (CML) digunakan untuk menggambarkan
trade off antara risiko dan expected return portofolio. Meningkatnya expected
24
return sekuritas individual diakibatkan oleh tambahan risiko sekuritas yang diukur
dengan beta dengan argumentasi bahwa risiko tidak sistematik cenderung hilang
dan risiko yang relevan hanya risiko sistematik yang diukur oleh beta.
2.1.3.1 Model Indeks Tunggal
Model indeks tunggal (Single Index Model) merupakan sebuah model yang
didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah
dengan indeks harga pasar. Model indeks tunggal pertama kali dikembangkan
oleh William Sharpe tahun 1963 yang bertujuan untuk menyederhanakan
perhitungan pada model Markowitz dengan menyediakan parameter-parameter
input yang dibutuhkan dalam perhitungan model Markowitz. Di samping itu,
model indeks tunggal dapat juga digunakan untuk menghitung pendapatan yang
diharapkan dan risiko portofolio (Burgess dan Bey, 1988).
Burgess dan Bey (1988) menyatakan prosedur EGP (Elton, Gruber, Padberg)
mengasumsikan bahwa model indeks tunggal mendeskripsikan return untuk
sekuritas individu. EGP terdiri dari tiga langkah, yaitu: (1) merangking aset
dengan reward to beta ratio, (2) menghitung cut off point, (3) menghitung
komposisi (proporsi) portofolio yang diinvestasikan untuk setiap aset. Penerapan
model indeks tunggal dalam manajemen portofolio memiliki beberapa kelebihan,
yaitu sebagai berikut (Burges dan Bey, 1988):
1. Menyederhanakan jumlah dan jenis data input yang dibutuhkan untuk
membentuk portofolio optimal.
2. Tidak membutuhkan bantuan program kuadratik yang memerlukan banyak
waktu.
25
3. Lebih memudahkan dalam analisis sekuritas (portofolio). Perhitungan untuk
menentukan portofolio optimal akan sangat dimudahkan jika harga
didasarkan pada sebuah angka yang dapat menentukan apakah suatu
sekuritas dapat dimasukkan dalam portofolio optimal.
2.1.4 Beta
Risiko merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan.
Risiko juga didefinisikan sebagai kemungkinan penyimpangan atau variabilitas
actual return suatu investasi dengan expected return. Beberapa faktor yang
mempengaruhi risiko :
1. Interest Rate Risk, adalah variabilitas return yang disebabkan oleh
perubahan tingkat suku bunga.
2. Market Risk, adalah variabilitas return yang disebabkan oleh fluktuasi pasar
secara keseluruhan.
3. Inflation Risk, adalah risiko yang mempengaruhi seluruh saham yang
di-quote dalam mata uang tertentu.
4. Business Risk, adalah risiko yang ditimbulkan karena melakukan investasi
pada industri atau lingkungan tertentu.
5. Financial Risk, adalah risiko yang timbul karena perusahaan menggunakan
instrumen uang.
6. Liquidity Risk, adalah risiko yang berhubungan dengan pasar sekunder
dimana instrumen investasi tersebut diperdagangkan.
26
7. Exchange Rate Risk, adalah risiko yang ditimbulkan karena perubahan nilai
tukar mata uang suatu negara terhadap negara lain apabila investor
melakukan investasi ke berbagai negara (diversifikasi internasional).
8. Country Risk, adalah risiko yang terkait dengan risiko atau keadaan politik
suatu negara tempat berinvestasi.
Pada teori investasi modern berbagai risiko tersebut digolongkan menjadi dua,
yaitu :
1. Risiko sistematis (systematic risk/nondiversiable risk/market risk) adalah
risiko yang dipengaruhi oleh kondisi diluar perusahaan seperti ekonomi,
politik dan faktor makro lain yang tidak dapat dihilangkan melalui
diversifikasi.
2. Risiko tidak sistematis (unsystematic risk) adalah risiko yang dipengaruhi
oleh kondisi perusahaan atau industri tertentu dan dapat diturunkan dengan
melakukan diversifikasi. Semakin banyak saham yang dimasukkan dalam
portofolio berarti semakin tersebar risikonya dan apabila jumlah aset
ditambah, maka variance akan semakin kecil dan nilainya akan menjadi nol
bila jumlah aset pembentuk portofolio berjumlah tak terhingga.
Risiko yang diartikan sebagai kemungkinan penyimpangan actual return terhadap
expected return, bisa menyimpang lebih kecil atau lebih besar. Risiko diukur
berdasarkan penyebaran di sekitar rata-rata atau yang biasa disebut dengan standar
deviasi (deviation standard), mengukur penyimpangan nilai-nilai actual return
dengan nilai mean atau expected return. Standar deviasi digunakan untuk
27
mengukur risiko dari realized return, sedangkan risiko dari expected return diukur
dengan variance.
Beta merupakan pengukur risiko sistematis dari suatu saham atau
portofolio relatif terhadap risiko pasar. Beta juga berfungsi sebagai pengukur
volatilitas return saham atau portofolio terhadap return pasar. Volatilitas
merupakan fluktuasi return suatu saham atau portofolio dalam suatu periode
tertentu, jika secara statistik fluktuasi tersebut mengikuti fluktuasi dari return
pasar, maka dikatakan beta dari sekuritas tersebut bernilai satu (Jogiyanto, 2007).
Husnan (2001) berpendapat penilaian terhadap beta (β) sendiri dapat
dikategorikan ke dalam tiga kondisi yaitu:
1. Apabila β = 1, berarti tingkat keuntungan saham i berubah secara
proporsional dengan tingkat keuntungan pasar. Ini menandakan bahwa
risiko saham i sama dengan risiko saham-saham pada umumnya.
2. Apabila β > 1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih besar
dibandingkan dengan tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar. Ini
menandakan bahwa risiko saham i lebih besar dibandingkan dengan risiko
saham-saham pada umumnya, saham jenis ini sering juga disebut sebagai
saham agresif.
3. Apabila β < 1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih kecil
dibandingkan dengan tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar. Ini
menandakan bahwa risiko saham i lebih kecil dibandingkan dengan risiko
saham-saham pada umumnya, saham jenis ini sering juga disebut sebagai
saham defensif.
28
Beta saham individual cenderung memiliki koefisien determinasi (yaitu kuadrat
dari koefisien korelasi yang lebih rendah dari beta portofolio), koefisien
determinasi menunjukkan proporsi perubahan nilai return saham yang bisa
dijelaskan return pasar. Beta portofolio umumnya lebih akurat dari beta sekuritas
individual karena ada kemungkinan nilai beta selalu berubah dari waktu ke waktu,
kemudian penaksiran beta selalu mengandung unsur kesalahan acak (random
error). Risiko yang relevan untuk dipertimbangkan dalam investasi yang
berbentuk portofolio adalah risiko sistematis, dimana besar kecilnya risiko
tersebut ditunjukkan oleh besar kecilnya satuan beta. Besar kecilnya beta
menunjukkan besar kecilnya kepekaan perubahan tingkat return saham terhadap
perubahan tingkat return pasar.
Risiko sistematis sebagai bagian dari risiko pasar sangat tergantung pada investor
dalam mendefinisikan kondisi pasar dan ini berpengaruh dalam perubahan harga
saham yang umumnya dikaitkan dengan perubahan dalam pengharapan investor
terhadap prospek perusahaan. Untuk mengetahui kondisi pasar dipergunakan
indeks pasar sebagai indikator keadaan pasar modal di Indonesia yang dalam
penelitian ini diwakili oleh IHSG. Untuk menghitung return pasar (market return)
pada periode ke-t dengan menggunakan IHSG dapat dihitung sebagai berikut:
= (2.1)
Dimana :
Rm = Return pasar.
IHSGt = Harga IHSG periode t.
IHSGt-1= Harga IHSG periode t-1.
29
Secara matematis beta dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
β = ∑ (∑ )(∑ )∑ (∑ ) (2.2)
Dimana :β = Beta Saham.
X = Return pasar (Rm).
Y= Return saham (Ri).
n = Jumlah data.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Banz (1981) atas risiko pasar dan size
menggunakan data saham NYSE periode 1926-1975 dengan membagi perusahaan
dalam 5 portofolio berdasarkan ukuran perusahaan. Hasil dari penelitian ini rata-
rata perusahaan kecil di NYSE memiliki risiko lebih besar. Banz menyimpulkan
bahwa size perusahaan memiliki pengaruh yang besar dalam menjelaskan tingkat
return. Berikut hasil aktual risiko pasar periode 1936-1975 sebesar 0,75
sedangkan secara teori aktual risiko pasar tersebut adalah 1.
Lamoureux dan Sanger (1989) dalam penelitiannya menggunakan data saham
yang listing di NASDAQ, NYSE dan AMEX dari tahun 1973 sampai dengan
1985 dengan menggunakan uji t dan regresi. Penelitian tersebut meneliti tentang
efek januari, size effect dan juga hubungan diantara keduanya. Dalam penelitian
ini sampel dibagi menjadi dua puluh portofolio berdasarkan ukuran perusahaan,
dimana portofolio 1 terdiri dari 5% terkecil dari semua perusahaan dan portofolio
2 terdiri dari 5% yang terbesar. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa
30
semakin besar ukuran perusahaan maka semakin kecil abnormal return-nya dan
perusahaan kecil cenderung memiliki abnormal return positif pada bulan Januari.
Reinganum (1992) melakukan penelitian pada NYSE periode 1926-1989
menyatakan bahwa saham perusahaan kecil cenderung menghasilkan return yang
lebih tinggi dari saham besar. Tetapi hal tersebut tidak terjadi tiap tahun
melainkan ada periode dimana saham besar memperoleh return lebih besar dari
saham kecil. Fama dan French (1992) mengembangkan model baru dengan
menggabungkan model CAPM dan APT. Mereka beragumentasi bahwa tidak
hanya beta sebagai indikator risiko yang mampu mempengaruhi return saham,
masih terdapat variabel lain yang mampu memengaruhi return saham yaitu size
dan book to market ratio. Fletcher (2000) meneliti hubungan kondisional antara
beta dan return saham internasional antara Januari 1970 dan Juli 1998
menggunakan pendekatan Pettengill dkk (1995), hasil dari penelitian Fletcher
menunjukkan adanya pengaruh signifikan positif beta saham dan varian return
saham terhadap return saham.
Sehgal dan Tripathi (2004) mencoba untuk menguji apakah ada pengaruh
size effect di pasar saham India. Penelitian ini menggunakan data 482 perusahaan
di India untuk periode 1990-2003. Mereka menemukan size premium
menggunakan enam langkah alternatif ukuran perusahaan, yaitu, kapitalisasi
pasar, kewirausahaan nilai, aset tetap bersih, penjualan tahunan bersih, total aset
dan modal kerja bersih. Pengaruh size effect tidak ditemukan karena faktor siklus
bisnis. Studi ini memiliki implikasi yang kuat bagi pengelola reksadana, analis
investasi serta investor kecil yang terus menerus pada mencari strategi trading
31
yang mengalahkan pasar. Kehadiran size premium yang kuat juga menimbulkan
keraguan tentang informasi pasar efisiensi di India.
Pratomo (2005) meneliti january effect dan size effect pada Bursa Effek Jakarta
periode 1998-2005. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder
dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta selama
periode penelitian dari Januari 1998 sampai Desember 2005. Sampel yang
digunakan pada penelitian ini sejumlah 43 emiten dengan metode purposive
sampling. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
analisis regresi berganda dengan variabel dummy untuk efek januari dan uji beda
untuk efek ukuran perusahaan. Hasil uji regresi berganda variabel dummy
menunjukkan hanya pada bulan Agustus saja yang mempunyai rata-rata return
berbeda lebih kecil dari bulan Januari dan bulan Januari bukan merupakan bulan
dengan return tertinggi, sehingga tidak terbukti adanya efek Januari. Sedangkan
Uji beda untuk efek ukuran perusahaan tidak diperoleh hasil yang signifikan
berbeda antara perusahaan kapitalisasi kecil dengan kapitalisasi yang lebih besar
sehingga disimpulkan tidak adanya fenomena efek ukuran perusahaan di Bursa
Efek Jakarta (BEJ).
Penelitian Yanuarta (2009) tentang anomali size effect di Bursa Efek Indonesia,
menyatakan bahwa return portofolio saham-saham perusahaan yang berukuran
kecil tidak berbeda dengan return portofolio saham-saham perusahaan besar.
Populasi penelitian ini adalah semua saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
dari tahun 2005-2007 yang berjumlah 343 saham. Sampel yang digunakan
32
diambil secara purposive sampling yaitu dari kelompok saham-saham yang
termasuk ke dalam indeks LQ-45.
Yani dkk (2013) meneliti tentang january effect dan size effect pada perusahaan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi yang diambil di dalam
penelitian tersebut adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2007-2012. Sedangkan sampel dalam penelitian tersebut adalah
saham-saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada sektor perbankan,
properti dan infrastruktur. Untuk menguji terdapat size effect dilakukan dengan
melihat apakah terjadi perbedaan Average Cumulative Abnormal Return (ACAR)
antara saham kapitalisasi kecil dengan saham kapitalisasi besar secara statistik
dengan uji t. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa anomali size effect tidak
terjadi.
Prasad Saroj S dan Verma Ashutosh (2013) meneliti apakah portofolio saham
kecil menghasilkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan portofolio saham
besar dan apakah size effect ada di pasar saham India. Sampel terdiri dari return
saham bulanan dari saham yang termasuk dalam indeks S&P CNX 500 dari
1 April 2001 sampai dengan 31 Maret 2010. 30 saham terkecil dan terbesar yang
digunakan untuk seluruh periode penelitian berdasarkan kriteria total aset dan
kapitalisasi pasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembalian portofolio
saham kecil tidak berbeda secara signifikan dari pengembalian portofolio saham
besar. Oleh karena itu, hasil studi menyimpulkan bahwa size effect tidak terjadi di
pasar saham India.
33
Marati (2013) meneliti apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap return
saham. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel penelitian dipilih dari seluruh
populasi dengan menggunakan metode penyampelan bersasaran (purposive
sampling). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2009.
Niresh dan Velnamphy (2014) melakukan penelitian untuk mengeksplorasi efek
dari ukuran perusahaan terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur
di Sri Lanka. Penelitian ini menggunakan data 15 perusahaan yang aktif
di Colombo Stock Exchange (CSE) antara tahun 2008-2012. Ukuran perusahaan
diukur berdasarkan total aktiva dan total penjualan, serta metode regresi
digunakan dalam analisis empiris. Hasilnya tidak ada hubungan antara ukuran
perusahaan dan profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Sri Lanka.
Mariani dkk (2015) di dalam penelitiannya memperoleh hasil eksplanatif yang
teruji tentang pengaruh: (1) Profitabilitas dan leverage terhadap return saham,
(2) Profitabilitas terhadap return saham, (3) Leverage terhadap return saham
pada perusahaan food and baverage yang go public di Bursa Efek Indonesia
periode 2011-2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan
signifikan dari profitabilitas dan leverage terhadap return saham.
34
Penelitian yang dilakukan oleh Pettengill et al. (1995) dapat menjelaskan
mengapa hubungan beta dan return tidak signifikan. Pettengill et al. (1995)
menyatakan bahwa dibutuhkan adanya penyesuaian statistik dari metodologi
sebelumnya karena return yang digunakan dalam penelitian adalah realized
return, bukan menggunakan expected return. Maka dikembangkanlah model
conditional approach antara beta dan return yang dibedakan dalam dua kondisi
yaitu saat risk premium positif dan risk premium negatif. Dibutuhkan dua kondisi
pada metode conditional yaitu rata–rata excess market return haruslah positif dan
risk premium saat up markets dan down markets seharusnya simetris. Penelitian
ini dilakukan dengan metode pendekatan unconditional dan conditional pada
periode Januari 1926 hingga Desember 1990 di pasar saham Amerika. Dengan
metode unconditional, ditemukan bahwa hubungan beta dan return adalah lemah.
Sedangkan saat digunakan metode conditional, dikatakan bahwa hubungan beta
dan return adalah signifikan positif saat up market dan signifikan negatif saat
down market. Selain itu dua kondisi yang dibutuhkan dalam hubungan conditional
dapat terpenuhi dalam penelitian ini.
Hodoshima et al. (2000), menggunakan metodologi unconditional dan conditional
approach untuk meneliti hubungan beta dan return pada pasar saham di Jepang
dengan periode penelitian Januari 1956 hingga Desember 1995. Pada metode
unconditional diperoleh hasil yang positif namun tidak signifikan. Sementara
metode conditional dengan membedakan pasar saat up dan down market,
menghasilkan hubungan yang signifikan positif dan signifikan negatif baik saat up
maupun down market. Disimpulkan pula bahwa pada penelitian ini beta lebih baik
dalam menjelaskan return saat down market daripada saat up market.
35
Tang dan Shum (2004), meneliti kembali hubungan beta dan return pada
saham-saham di pasar Korea dan Taiwan, dengan periode pengujian dari tahun
1986 hingga 1998. Berbeda dengan penelitian sebelumnya di pasar Singapura,
mereka mengatakan bahwa model unconditional tidak sesuai karena beta tidak
signifikan terhadap return. Sedangkan saat digunakan model conditional didapat
hasil yang signifikan positif dan signifikan negatif baik saat up dan down market.
Ini konsisten terjadi di kedua negara yaitu Korea dan Taiwan.
Penelitian–penelitian terdahulu adalah kumpulan dari hasil-hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu, yang mana penelitian tersebut
memiliki kaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Berikut ini disajikan
ringkasan penelitian terdahulu beserta hasil-hasilnya yang ditunjukkan pada
Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No NamaPeneliti
Judul Penelitian MetodePenelitian
Hasil Penelitian
1 Banz (1981) The Relationshipbetween Returnand MarketValue ofCommon Stocks.
CAPM Perusahaan dengankapitalisasi pasarbesar mempunyaireturn lebih kecildibandingkanperusahaankapitalisasi pasarkecil.
2 Lamoureuxdan Sanger(1989)
Firm Size andTurn of the YearEffects in theOTC/NASDAQMarket.
Uji T danRegresi
Semakin besar ukuranperusahaan makasemakin kecilabnormal return-nya.
3 Fama danFrench (1992)
The CrossSection ofExpected StockReturns.
CAPM Bahwa tidak hanyabeta sebagai indikatorrisiko yang mampumempengaruhi returnsaham, masih terdapat
36
variabel lain yangmampu memengaruhireturn saham yaitusize dan book tomarket ratio.
4 Pettengill,Sundaram danMathur (1995)
The ConditionalRelation betweenBeta and Returns
UnconditionaldanConditional
Pendekatanunconditional didapathasil yang lemahantara beta dan return.Pendekatanconditional didapathasil positif yangsignifikan saat upmarket dan negatifsaat down market.
5 Fletcher(2000)
On TheConditionalRelationshipbetween Beta andReturn inInternationalStock Returns.
CAPM Terdapat hubunganyang positif beta danvarian return sahamterhadap returnsaham.
6 Hodoshima,Garza GomezdanKunimura(2000)
Cross SectionalAnalysis ofReturn and Betain Japan
UnconditionaldanConditional
Dengan pendekatanunconditional didapathasil yang positifnamun tidaksignifikan antara betadan return. Sementarapada pendekatanconditional didapathasil yang positifsignifikan saat upmarket dan negatifsignifikan saat downmarket.
7 Sehgal danTripathi(2004)
Size Effect inIndian StockMarket: SomeEmpiricalEvidence.
CAPM Pengaruh size effecttidak ditemukankarena faktor siklusbisnis.
8 Tang danShum(2004)
Beta and ReturnsRevisited:Evidence fromThe Korean andStocks Markets
UnconditionaldanConditional
Pendekatanunconditional didapathasil yang positiftidak signifikan antarabeta dan return.Pendekatanconditional didapathasil yang positif
37
signifikan saat upmarket dan negatifsignifikan saat downmarket.
9 Pratomo(2007)
January Effectdan Size Effectpada Bursa EfekJakarta (BEJ)Periode 1998-2005.
AnalisisRegresiBerganda danUji T
Tidak adanyafenomena efek ukuranperusahaan di BursaEfek Jakarta (BEJ).
10 Yanuarta(2009)
Anomali SizeEffect di BursaEfek Indonesia.
Uji Beda duasampel yangtidakberhubungan
Return portofoliosaham-sahamperusahaan yangberukuran kecil tidakberbeda dengan returnportofolio saham-saham perusahaanbesar.
11 Yani dkk(2013)
January Effectdan Size Effectpada Perusahaanyang Terdaftar diBursa EfekIndonesia
Uji T Tidak terjadiperbedaan AverageCumulative AbnormalReturn (ACAR) antarasaham kapitalisasikecil dengan sahamkapitalisasi besarsecara statistik denganuji T.
12 Prasad danVerma (2013)
Size and Returns:A Study of theIndian StockMarket.
AnalisisKorelasi
Hasil penelitianmenunjukkan sizeeffect tidak terjadi dipasar saham India.
13 Marati (2013) Pengaruh firmsize terhadapreturn sahampada perusahaanmanufaktur yangtercatat di BursaEfek Indonesiaperiode 2004-2009
AnalisisRegresiSederhana
Ukuran perusahaanberpengaruh tidaksignifikan terhadapreturn saham
14 Niresh danVelnamphy(2014)
Firm Size andProfitability: AStudy of ListedManufacturingFirms in SriLanka
AnalisisRegresiBerganda danAnalisisKorelasi
Tidak ada hubunganantara ukuranperusahaan danprofitabilitas
15 Mariani dkk(2015)
PengaruhProfitabilitas dan
AnalisisRegresi
Ada pengaruh positifdan signifikan dari
38
Leverageterhadap ReturnSaham.
Berganda profitabilitas danleverage terhadapreturn saham.
2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan bagian dari penelitian yang memuat
konsep-konsep teoritis dan menjadi landasan untuk memperoleh perspektif ilmiah
dalam perumusan hipotesis atau jawaban atas pertanyaan penelitian yang sedang
dilaporkan. Kerangka pemikiran disusun berdasarkan tinjauan teori dalam
mengembangkan hipotesis berdasarkan penalaran deduktif dari teori-teori yang
dihasilkan oleh penelitian sebelumnya. Tinjauan teori harus memberikan
perspektif pada jawaban masalah atau pertanyaan penelitian yang dinyatakan
dalam rumusan hipotesis.
Ukuran perusahaan dapat diukur melalui ukuran aktiva, penjualan bersih dan
kapitalisasi pasar. Dalam memenuhi kebutuhan informasi bagi para krediturnya,
perusahaan yang tumbuh besar memiliki kewajiban lebih besar dari pada yang
lain. Hal ini dapat dilihat melalui laporan tahunan yang lebih terinci
(Subiyantoro, 1997). Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu
perusahaan dan dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan, total
aktiva yang dimiliki atau total penjualan yang diperoleh. Beberapa peneliti telah
melakukan penelitian hubungan antara ukuran perusahaan dengan return.
Banz (1981) menyimpulkan perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar
mempunyai return lebih kecil dibandingkan perusahaan kapitalisasi pasar kecil.
Lamoureux dan Sanger (1989) juga menyimpulkan semakin besar ukuran
perusahaan maka semakin kecil abnormal return-nya.
39
Sementara Pettengill et al. (1995) menjelaskan mengapa terjadinya hubungan
yang tidak signifikan antara beta dan return adalah dikarenakan return yang
digunakan dalam penelitian adalah realized return dan bukanlah expected return.
Maka dibutuhkan adanya penyesuaian statistik dengan membagi penelitian dalam
dua kondisi yaitu saat risk premium positif dan risk premium negatif. Oleh karena
itu Pettengill et al. (1995) mengembangkan penelitian dengan metode conditional
approach untuk meneliti hubungan beta dan return. Pada metode conditional
dibutuhkan dua kondisi yaitu rata–rata excess market return haruslah positif dan
risk premium saat up dan down market haruslah simetri.
H1
H2
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
DSIZE
BETA
DSIZE
RETURN
40
2.4 Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size) terhadap Return Saham
Adanya anomali di pasar dalam banyak hal membuktikan penentangan atas
hipotesis pasar efisien. Anomali tersebut merupakan bukti dan sekaligus menjadi
tantangan bahwa hipotesis pasar efisien harus terus diuji. Ditemukannya anomali
di pasar tidak serta merta menggugurkan hipotesis pasar efisien, karena anomali
yang ada sepertinya hanya terkait dengan bentuk pasar efisien semi kuat. Artinya,
suatu informasi yang baru masuk ke pasar (menjadi publik) dapat mempengaruhi
harga sekuritas.
Ukuran perusahaan adalah cerminan besar kecilnya perusahaan yang berhubungan
dengan peluang dan kemampuan untuk masuk ke pasar modal dan jenis
pembiayaan eksternal lainnya yang menunjukan kemampuan meminjam
perusahaan. Fama dan French (1992) membagi perusahaan berdasarkan
ukurannya (firm size) yaitu besar (big) dan kecil (small) serta berdasarkan
perbandingan nilai buku terhadap nilai pasar perusahaan (book to market rasio)
yaitu tinggi (high) dan rendah (low). Firm Size atau ukuran perusahaan dapat
dinilai dari beberapa aspek seperti total aset dan kapitalisasi pasar (market
capitalization).
Diantara semua anomali yang ditemukan, maka size effect terjadi di pasar modal
Amerika (Banz, 1981 di Amerika, Lamoureux dan Sanger, 1989 di Amerika,
Reinganum, 1992 di Amerika). Size effect menggambarkan fenomena bahwa
perusahaan–perusahaan kecil memberikan return yang lebih tinggi dibandingkan
41
perusahaan–perusahaan besar. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas serta teori dan
penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
H1 Pengaruh size terhadap return saham lebih kuat pada perusahaan
kecil dibandingkan pada perusahaan besar yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-2014.
2.4.2 Pengaruh Beta Saham terhadap Return Saham
Risiko pasar berhubungan erat dengan perubahan harga saham jenis tertentu atau
kelompok tertentu yang disebabkan oleh antisipasi investor terhadap perubahan
tingkat kembalian yang diharapkan. Pengukuran risiko sistematis dapat digunakan
beta untuk menjelaskan return saham yang diharapkan. Beta merupakan pengukur
yang tepat dari indeks pasar karena risiko suatu sekuritas yang diversifikasikan
dengan baik, tergantung pada kepekaan masing-masing saham terhadap perubahan
pasar yaitu pada beta saham-saham tersebut (Michell Suharli, 2005).
Dalam CAPM, sensitifitas sebuah saham diukur terhadap pasar, sehingga
keluarlah konsep beta saham. Nilai beta yang tinggi menggambarkan risiko yang
lebih tinggi juga. Ketika beta dalam CAPM tidak bisa menjelaskan perbedaan
return sebuah saham maka itulah keadaan dimana terjadinya anomali, salah
satunya adalah size effect. Dalam hal ini, CAPM tidak bisa menjelaskan fenomena
lebih tingginya return saham-saham dari perusahaan yang berukuran relatif lebih
42
kecil. Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas serta teori dan
penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
H2 Pengaruh beta terhadap return saham lebih tinggi pada perusahaan
kecil dibandingkan pada perusahaan besar yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-2014.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian adalah penyelidikan usaha untuk menentukan, mengembangkan dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha itu dilakukan dengan metode ilmiah.
Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan suatu metode yang tepat untuk
menunjang tercapainya tujuan penelitian. Metode adalah suatu cara atau jalan
yang ditempuh untuk membantu dalam mengungkapkan suatu permasalahan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan, menggambarkan dan
mengumpulkan data untuk menguji kebenaran hipotesis. Keberhasilan suatu
penelitian ilmiah tidak lepas dari metode yang digunakan dalam penelitian.
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012).
Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan intrusmen penelitian, analisis data bersifat
statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian
kuantitatif, karena data yang diperoleh nantinya berupa angka. Dalam hal ini
langkah penelitian tidak terbatas pada proses pengumpulan dan penyusunan data
saja, tetapi meliputi analisis dan interpretasi arti data yang diperoleh tersebut.
44
Diharapkan agar permasalahan dalam penelitian ini dapat diungkapkan
jawabannya, sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Penelitian ini terdiri atas
dua variabel, yaitu ukuran perusahaan dan beta sebagai variabel bebas
(independent variable), return Saham sebagai variabel terikat (dependent
variable).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam
penelitian ini adalah semua perusahaan yang sudah go public di Bursa Efek
Indonesia dari periode 2010 sampai dengan 2014.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono, 2012). Meskipun sampel hanya merupakan bagian dari populasi,
kenyataan yang diperoleh dari sampel itu harus dapat menggambarkan dalam
populasi. Teknik pengambilan data sampel ini biasanya didasarkan oleh
pertimbangan tertentu, misalnya keterbatasan tenaga sehingga tidak dapat
mengambil sampel yang besar dan jauh. Adapun cara dalam penentuan sampel,
penulis menggunakan cara purposive sampling. Hal ini dilakukan dengan cara
mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi
didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Purposive sampling adalah teknik
45
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Sampel dalam
penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan kuartil paling atas dan kuartil paling
bawah yang sudah go public di Bursa Efek Indonesia periode 2010 sampai dengan
2014.
Langkah-langkah penentuan sampel adalah:
1. Mencatat seluruh saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari periode
2010 sampai dengan 2014 .
2. Mencatat seluruh kapitalisasi pasar seluruh saham yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dari periode 2010 sampai dengan 2014.
3. Mengurutkan seluruh saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari
periode 2010 sampai dengan 2014 dari yang terbesar ke yang terkecil
berdasarkan ukuran perusahaan yaitu kapitalisasi pasar.
4. Membagi kelompok secara kuartil dari hasil pengurutan saham yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari periode 2010 sampai dengan 2014.
5. Kelompok paling atas akan di anggap sebagai kelompok
perusahaan-perusahaan besar sedangkan paling bawah akan di anggap
sebagai kelompok perusahaan-perusahaan kecil.
6. Kelompok perusahaan pada kuartil 2 dan kuartil 3 tidak dipergunakan pada
penelitian ini.
7. Perusahaan-perusahaan yang melakukan stock split, right issue, merger dan
akuisisi akan dikeluarkan di dalam sampel.
46
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data adalah sesuatu yang digunakan atau dibutuhkan dalam penelitian dengan
menggunakan parameter tertentu yang telah ditentukan (Priyatno, 2008). Sumber
data sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan informasi secara
langsung kepada pengumpul data. Sumber data sekunder ini dapat berupa hasil
pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk lain atau
dari orang lain (Sugiyono, 2012). Data yang digunakan di dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber seperti Bursa Efek
Indonesia, buku, laporan, jurnal dan lain-lain.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data merupakan faktor penting dalam penelitian, untuk itu diperlukan teknik
tertentu dalam pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang penulis
gunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode Dokumentasi
adalah metode pengumpulan data yang datanya diperoleh dari buku, internet atau
dokumen lain yang menunjang penelitian yang dilakukan. Dokumen merupakan
catatan mengenai peristiwa yang sudah berlalu. Peneliti mengumpulkan dokumen
yang dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang
(Sugiyono, 2012).
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dan diperoleh dari situs Indonesia Stock
Exchange dan sumber lain yang mendukung penelitian ini. Data yang
dikumpulkan meliputi nama-nama emiten, harga saham, nilai kapitalisasi pasar,
dividen dan harga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama periode
47
2010 sampai dengan 2014 dengan cara mencatat dan mengutip data
(dokumentasi).
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.5.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini
menggunakan variabel-variabel berikut ini:
1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel terikat adalah return saham (Y).
2. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat)
(Sugiyono, 2012). Penelitian ini menggunakan variabel bebas berupa ukuran
perusahaan yang diukur dengan kapitalisasi pasar dan beta saham.
3.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam
definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik, secara nyata dalam
48
lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti. Definisi operasional penelitian ini
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Variabel Dimensi Indikator
Return Saham
(RET)
Return merupakan hasil yang
diperoleh dari investasi.
(Jogiyanto, 2009)
= P − P + DP(Jogiyanto, 2009)
Ukuran Perusahaan
dengan Kapitalisasi
Pasar (DSIZE)
Merupakan variabel dummy.
DSIZE = 1, jika sampel termasuk
dalam kelompok emiten yang
kapitalisasi pasar termasuk dalam
kelompok kuartil keempat.
DSIZE = 0, jika sampel termasuk
dalam kelompok emiten yang
kapitalisasi pasar termasuk dalam
kelompok kuartil pertama.
Beta (β) Beta adalah suatu ukuran yang
menunjukkan sampai sejauh mana
pengembalian suatu saham
tertentu bergerak naik dan turun
mengikuti pasar saham.
(Brigham dan Houston, 2010)
β = ∑ (∑ )(∑ )∑ (∑ )(Husnan, 2009)
3.6 Metode Analisa Data
Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah hasil
penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Dengan melihat kerangka
pemikiran teoritis, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis kuantitatif. Dalam penelitian ini analisis regresi akan dilakukan
49
dengan dua model persamaan. Model 1 adalah model regresi dengan faktor
dummy ukuran perusahaan beserta beta. Model 2 adalah model regresi dengan
faktor dummy ukuran perusahaan beserta beta dan beta dikalikan dummy ukuran
perusahaan. Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah sbb:
Model 1: RET = + DSIZE + BETA + e (3.1)
Model 2: RET = + DSIZE + BETA + DSIZE ∗ BETA + e (3.2)
Dimana :
RET = Return Saham.
α = Konstanta.
b1-3= Koefisien Variabel Bebas.
DSIZE = Ukuran perusahaan.
BETA = Risiko sistematis dari suatu saham.
e = kesalahan.
3.7 Uji Asumsi Klasik
Untuk meyakinkan bahwa model regresi yang telah diolah dengan program SPSS
for windows dapat mengukur kekuatan relasi atau hubungan yang saling
ketergantungan antara variabel terikat (dependen) dengan satu atau lebih variabel
bebas (independen) melalui suatu persamaan, serta sah atau validnya digunakan
sebagai peramalan nilai variabel independen, maka model regresi yang dipakai
dalam penelitian harus bebas dari uji asumsi klasik.
50
3.7.1 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Korelasi sendiri
adalah adanya derajat kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jika
variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal.
Maksud dari orthogonal disini adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar
sesama variabel bebas sama dengan nol (Ghozali, 2006).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi,
yakni dengan melihat dari nilai tolerance dan lawannya yaitu Variance Inflation
Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel
bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi
(karena VIF = 1/Tolerance).
Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas
adalah nilai tolerance < 0,10, atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2005).
Apabila di dalam model regresi tidak ditemukan asumsi deteksi seperti di atas,
maka model regresi yang digunakan dalam penelitian ini bebas dari
multikolinearitas dan demikian pula sebaliknya.
51
3.7.2 Uji Autokorelasi
Autokorelasi, yaitu terjadinya gangguan terhadap data yang bersifat time series
(data berdasar waktu). Model regresi harusnya bebas dari autokorelasi, sehingga
kesalahan prediksi (selisih data asli dengan data hasil regresi) bersifat bebas untuk
tiap nilainya. Gangguan ini dapat menyebabkan variabel residual yang diperoleh
lebih rendah daripada yang seharusnya, akibatnya nilai adjusted R-Square yang
dihasilkan lebih tinggi daripada semestinya, dampaknya pada pengujian hipotesis
uji t dan uji F juga akan mengaburkan hasilnya.
Persamaan regresi yang baik adalah tidak memiliki masalah autokorelasi. Jika
terjadi autokorelasi maka perasamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak
dipakai prediksi. Ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi
dengan uji Durbin-Watson (DW), dengan ketentuan sebagai berikut: Terjadi
autokorelasi positif jika DW di bawah -2 (DW < -2) dan tidak terjadi autokorelasi
jika DW berada di antara -2 dan +2 atau -2 < DW +2.
3.7.3 Uji Homoskedasitas
Suatu model yang baik adalah model yang homoskedasitas dan tidak
heteroskedasitas. Gangguan ini dapat terjadi pada sampel penelitian, hal ini timbul
akibat adanya varians error yang berbeda dari satu penelitian ke penelitian
lainnya. Dalam penelitian ini misalnya adalah varians error yang mempengaruhi
harga saham perusahaan selalu berubah-ubah karena dapat dimaklumi mengingat
setiap perusahaan mempunyai kebijakan masing-masing.
52
Akibat dari gangguan ini menjadikan penaksiran yang tidak efisien, karena
penaksiran ini tidak memberikan varian terkecil meskipun tidak bias. Untuk
mengindikasi ada atau tidaknya gangguan ini, uji Glejser dapat digunakan oleh
para peneliti, selain itu banyak juga peneliti yang melihat sebaran dari
masing-masing variabel, bila sebaran tersebut membentuk suatu model yang dapat
diprediksi maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut mengandung
heteroskedasitas. Untuk mengatasi gangguan ini bisa dilakukan berbagai cara,
yaitu dengan mentransformasi model yang ada dan juga melakukan transformasi
dengan penggunaan logaritma.
3.8 Pengujian Statistik
Dalam menganalisis nilai signifikan dari model yang dihasilkan, digunakan
berbagai pengujian statistik, yaitu: adjusted R-Square, F-Test, t-test, dan koefisien
korelasi parsial.
1. Uji R2 (Adjusted R-Square) untuk melihat besarnya kemampuan
variabel-variabel independen dalam menerangkan variabel dependen.
Dengan kata lain pengujian model menggunakan R2, dapat menunjukkan
bahwa variabel-variabel independen yang digunakan dalam model regresi
linier berganda adalah variabel-variabel independen yang mampu mewakili
keseluruhan dari variabel-variabel independen lainnya dalam mempengaruhi
variabel dependen, kemudian besarnya pengaruh ditunjukkan dalam bentuk
persentase. Nilai koefisien ini berkisar antara 0 sampai dengan 1 dimana
semakin besar nilai koefisiennya maka kemampuan variabel independen
untuk menerangkan variabel dependen semakin besar pula.
53
2. Melakukan uji t (t-test) terhadap koefisien-koefisien regresi untuk
menjelaskan bagaimana suatu variabel independen secara statistik
berhubungan dengan variabel dependen secara parsial. Dalam penelitian ini
dilakukan dengan tingkat keyakinan sebesar 95% (α = 5%). Uji t ini
dilakukan dengan membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel pada
tingkat keyakinan tertentu. Apabila nilai t berdasarkan tabel lebih besar atau
lebih kecil dari nilai t berdasarkan hitungan, maka pengaruh varibel
independen terhadap variabel dependen-nya adalah signifikan. Jika
sebaliknya, nilai t berdasarkan hitung berada diantara nilai t berdasarkan
tabel, baik secara positif maupun negatif, maka pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen adalah tidak signifikan.
3. Melakukan uji F (F-test) untuk mengetahui pengujian secara bersama-sama
signifikansi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
Tingkat keyakinan yang digunakan sebesar 95% (α = 5%) . Hasil
perhitungan uji F ini juga akan di bandingkan dengan F-tabel dengan
α = 5% . Jika hasil uji F (F-hitung) lebih besar dari F-tabel, maka Ho ditolak
yang artinya variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi
variabel dependen.
4. Koefisien korelasi parsial digunakan untuk menilai kepekaan variabel
independen terhadap perubahan masing-masing variabel independen.
54
3.9 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk memperoleh kebenaran atas apa yang telah
dihipotesiskan di bab tinjauan pustaka. Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap masalah yang diteliti, dimana jawaban itu masih bersifat lemah dan perlu
dilakukan pengujian secara empiris kebenarannya, dengan melakukan pembuktian
statistik. Untuk menjawab permasalahan dan pengujian hipotesa yang ada pada
penelitian ini perlu dilakukan analisis statistik terhadap data yang telah diperoleh.
Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis
regresi berganda dengan variabel dummy.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa pengaruh size terhadap return
saham lebih kuat pada perusahaan kecil dibandingkan pada perusahaan
besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014 diterima.
Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan dengan kapitalisasi kecil
menghasilkan return yang besar.
2. Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa pengaruh beta terhadap return
saham lebih tinggi pada perusahaan kecil dibandingkan pada perusahaan
besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014 diterima.
Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang
kecil menghasilkan beta yang lebih tinggi.
Pada penelitian ini telah terbukti hasil penelitian Banz, bahwa terjadi hubungan
terbalik (negatif) antara ukuran perusahaan dengan return saham. Artinya,
saham-saham perusahaan kecil akan memberikan return yang lebih tinggi
dibandingkan perusahaan besar. Pada penelitian ini juga terbukti bahwa faktor
beta (risiko pasar) bukan merupakan satu-satunya faktor yang menjelaskan variasi
return saham.
70
5.2 Saran
Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan besar harus mampu meningkatkan kinerjanya sehingga mampu
meningkatkan return saham. Peningkatan return saham akan menyebabkan
investor tertarik untuk berinvestasi sehingga kemungkinan terjadi aktifitas
saham dari proses jual beli yang wajar akan terjadi dan berdampak pada
kenaikan harga saham.
2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan seluruh perusahaan
yang listing tanpa membuat kuartil dan periode waktu yang lebih panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Asnawi, Said K., dan Wijaya Chandra (2005). Riset Keuangan:Pengujian-Pengujian Empiris. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Banz, R.W. (1981). The Relationship Between Return And Market Value OfCommon Stocks. Journal of Financial Economics, Vol:9, pp: 3-18.
Bodie, Zvi. Kane, Alex and Marcus, Alan J. (2009). Investments. Eighth edition,New York: McGraw-Hill.
Ernie Hendrawaty (2001). Analisi Tingkat Pendapatan Abnormal Saham Winnersdan Losers di Bursa Efek Jakarta Tahun 1999. Program PascasarjanaProgram Studi Ilmu Manajemen Universitas Airlangga.
Fama, E.F. and French, K.R. (1992). The Cross-Section of Expected StockReturns. Journal of Finance, Vol:47, pp: 427-465.
Fletcher, Jonathan (2000). On the Conditional Relationship Between Beta andReturn in International Stock Returns. International Review of FinancialAnalysis, Vol:9, pp: 235-245.
Francis, Jack C. (1991). Investment: Analysis and Management. 5th edition.Singapore: McGraw-Hill Inc.
Ghozali Imam (2006). Aplikasi Analisis Multivarite dengan SPSS. Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gunawan, Hendrawaty Ernie (2018). Stock Liquidity and Market Capitalization:Investment Challenges in Indonesian Capital Market. SSRG InternationalJournal of Economics Management Studies, Vol:5, Iss:11, pp:11-20.
Halim Abdul (2005). Analisis Investasi. Edisi 2. Salemba.
Husnan Suad (2001). Dasar-Dasar Teori Portofolio dan AnalisisSekuritas.Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Hodoshima J., Garza G.X. dan Kimura M (2000). Cross Sectional Analysis ofReturn and Beta in Japan. Journal Economic and Business, pp: 515-553.
Jogiyanto Hartono (2013). Teori Portofolio dan Analisis Investasi.Edisi Kedelapan. Yogyakarta: BPFE.
Kasmir (2014). Analisis Laporan Keuangan. Edisi 1. Jakarta: Rajawali Pers.
72
Lamoureux, Christopher G., and Sanger, Gary C.(1989). Firm Size and Turn ofThe Year Effects in The OTC/NASDAQ Market. The Journal ofFinance,Vol:44 No.5.
Levy, H. (1996). Introduction to Investments. Cincinnati, Ohio: South WesternCollege Publishing.
Marati Fudji Sri (2013). Pengaruh Firm Size Terhadap Return Saham PadaPerusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek IndonesiaPeriode 2004-2009. Jurnal Among Makarti, Vol.6 No.12, hlm: 66-79.
Mariani Ni Luh Lina,Yudiaatmaja Fridayana danYulianthini Ni Nyoman (2005).Pengaruh Profitabilitas dan Leverage Terhadap Return Saham.E-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 4.
Markowitz, M. Harry (1959). Portfolio Selection. Journal of Finance, pp: 77-91.
Niresh J. Aloy dan Velnampy T (2014). Firm Size and Profitability: A Study ofListed Manufacturing Firms in Sri Lanka. International Journal of Businessand Management; Vol:9, No:4, pp: 57-64.
Glenn N. Pettengill, Sridhar Sundaram dan Ike Mathur (1995). The ConditionalRelation between Beta and Returns. Journal of Financial and QuantitativeAnalysis, Vol:30, Iss:1.
Prasad Saroj S dan Verma Ashutosh (2013). Size and Returns: A Study of theIndian Stock Market. Indian Journal of Finance, Vol:7, Iss:5.
Priyatno, Dwi (2008). Mandiri Belajar SPSS Untuk Analisis Data danUji Statistik. Jakarta: Mediakom.
Reinganum, Marc R. (1992). A Revival of the Small-Firm Effect.Journal of Portofolio Management, Vol:18, Iss:3, pp: 55-62.
Ross, A Stephen. Westerfield, Randolph W. Jordan, Bradford D (2003).Fundamentals of Corporate Finance. New York: Mc Graw-Hill.
Samuelson Paul A. dan William D. Nordhaus (1993). Mikro Ekonomi.Terjemahan Drs. Haris Munandar DKK, Edisi ke-14. Jakarta: Erlangga.
Sehgal S. and Tripathi V. (2004). Size Effect in Indian Stock Market: SomeEmpirical Evidence. Presented at International Conference on DelegatedPortofolio Management and Investor Behaviour. China: Sichuan University.
Sharpe William F (1964). Capital Asset Prices: A Theory of Market EquilibriumUnder Conditions of Risk. Journal of Finance; Vol:19, pp: 425-442.
Sugiyono (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA.
73
Tandelilin, Eduardus (2010). Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi.Edisi pertama. Yogyakarta: Kanisius.
Tang G. dan Shum W. (2004). Beta and Returns Revisited: Evidence from TheKorean and Taiwan Stock Markets. Pacific Basin Finance Journal.
Xu, J. (2002). The Size Effect of The Stock Returns in The Chinese Market.SSRN Working Paper. China: Peking University.
Yani Aulia Rahma, Sudarma Made, Prihatiningtias Yeney Widya (2013).January Effect dan Size Effect Pada Perusahaan yang Terdaftar di BursaEfek Indonesia. Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Brawijaya.
Yanuarta Ramel (2009). Anomali Size Effect di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Kajian Manajemen Bisnis, Volume 1, hlm 39–58.
www.idx.go.id