<:\';0
pS (PMAKNA MENANGIS PADA
SELF-AWARENESS DALAM RELIGIUSITAS
Oleh:
Fatma Nur Aqmarina
103070029139
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H 12007 M
MAKNA MENANGIS PADA
SELF-AWARENESS DALAM REUGIUSITAS
Skripsi
Oiajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
FATMA NUR AQMARINA
NIM 103070029139
Oi Bawah Bimbingan
Dr. AD ul Mujib. M. Ag
NIP 150283344
Pembimbing II
(l~~~~.// .1'
Neneng Tati Sumiati. M. Psi. Psi
NIP 150 300 679
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2007 M/1428 H
9v1otto
:M.ungRJn a{u yang se{arang masifi 6efum se6ai{manusUz paaa umumnya.
:M.ungRJn a{u yang se~rang 6efum se6ai{manusUz :M.usfim sesunggufinya.
J'{amun, a{u tafiu 6afiwa a{u yang se{arang aaafafi a{u yang t:e6ifi 6ai{aari a{u
se6efumnya.
Jl{u 6angga {arena untu{menjatfi a{u yang se{arang {ut:ewati fiitfup aengan
penufi air mata.
Jl{u 6angga aengan tfiri{u se{ara1lfJ ~rena a{u tefafi menempufi prosesnya.
Persem6alian
Secara Rjiusus 'l(arya seaerliana ini altu persem6aliltan:
rr'eruntult16unaa aan jlyalianaa tercinta
:Mas Winaliu, :M6a Pipit, lJ)e' Parali aan lJ)e' jl6i tersayang
Serta salia6at-salia6atltu yang altu sayangi
Semoga kjta cEiltumpu{Rgn 6ersama ai syurga-:Nya !?fralt
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi(B) Juli 2007
(C) FATMA NUR AQMARINA(0) MAKNA MENANGIS PAOA SELP-AW4/?ENESS OALAM
RELIGIUSITAS(E) xi + 103(F)Manusia hanya bisa berharap dan berusaha, manusia hanya bisaberkeinginan, dan manusia pun hanya diberikan wewenang untuk berencana.Jika kemudian ada harapan dan tujuan yang tercapai, ada keinginan yangterpenuhi dan ada rencana-rencana yang terealisasi, maka sesungguhnyaAllah-Iah yang berkehendak atas semua itu. Hanya saja, sedikit manusiayang bersyukur dan mengingat bantuan-Nya dari semua yang telah diraihnya.Namun jika kemudian segalanya di luar rencana, harapan, dan keinginan,karena Allah SWT berkehendak lain, barulah manusia mengingat-Nya.Manusia begitu menyadari bahwa dirinya tak mampu berbuat apa-apa jikaAllah SWT sudah berkehendak. Jika demikian, manusia biasanya menangis.Namun setelah menangis ada harapan dan keinginan yang terwujud, ia puntertawa dan kemba!i lupa kepada Sang Pemberi harapan. Manusia seringmenangis, melelehkan air matanya tatkala merasa dirinya hancur, obsesinyagagal, harapannya tak terkabul, cita dan cintanya berantakan, bahkanmereka bisa saja menangis sekeras-kerasnya apabila apa yang sudahdiupayakan sekuat tenaga, seumur hidupnya, menemui kebuntuan. Namuntidak semua orang bisa menangis karena menangis sangat dipengaruhi olehsuasana hati yang timbul dari perasaan orang yang akan menangis. Olehkarena itu terkadang seseorang yang sulit menangis memerlukan mediatoruntuk memicu tangisnya.
Oengan mediator tersebut diharapkan seseorang dapat menangis. Prosespenyadaran diri dimulai dengan menumbuhkan kepekaan emosi individuyang dipicu dengan menangis. Karena ketika seseorang menangis, iamenjadi merenungi tentang dirinya dan pengalaman-pengalaman dirinya,yang kemudian hal itu memunculkan kesadaran diri seseorang sehingga iamenyadari apa-apa saja yang menjadi harapan, tujuan dan prioritasnyadalam hidup ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dan mengapamenangis dapat meningkatkan self-awareness dalam religiusitas.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancaradan observasi kepada empat orang subjek; dua perempuan dan dua laki-Iaki.
Dari hasH pengolahan data diperoleh bahwa tidak semua tangisan dapatmeningkatkan self-awareness. Tangisan dari hasH mediator seperti mediatoraccidental (alami) maupun mediator yang dikondisikan, yang dipersepsikanpada kesadaran primer (primary consciousr;ess) dan ada proses selfreflecting sebelum atau selama atau setelah menar.gis, maka tangisantersebut akan melahirkan self-awareness dalam religiusitas. Sedangkantangisan yang sebaliknya, yang tidak dipersepsikan pada kesadaran primer(primary consciousness) dan tidak ada proses self reflecting sebelum atauselama atau setelah menangis, tangisan tersebut tidak melahirkan selfawareness dalam religiusitas.
Mengingat hasH penelitian ini menunjukkan bahwa menangis yang bermaknadapat meningkatkan self-awareness (kesadaran diri) seseorang dalamreligiusitas, maka disarankan kepada individu agar lebih memilih tangisanyang bermakna agar bukan hanya kelegaan yang didapat namun jugatumbuh kesadaran pada dirinya untuk memperbaiki kesalahan-kesalahannyadan berusaha menjadi hamba Allah swr yang lebih baik lagi.
(G) Bahan bacaan 19 bL:ku (1984-2006), 9 pustaka on line dan 1 majalah.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil a'iamin, tiada kala yang pantas untuk diucapkan selainrasa syukur penulis kehadirat Allah SWT. Dialah sumber tertinggi spirit,oplimisme, dan energi bagi penulis sehingga skripsi ini terselesaikan juameskipun melalui proses yang dalam bagi pengalamc.n pribadi penulis.
Shalawal dan salam semoga senanliasa lercurah kepada baginda RasulullahSAW yang lelah mengantarkan rnanusia dari zaman kegelapan menujuzaman yang terang benderang beserta para sahabat dan keluarganya Beliauyang lelah memperjuangkan agama Allah SWT dalam berbagai gelombangkehidupan, hingga berakhir dengan kemenangan dan kejayaan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh darikesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga danpikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yangpenulis miliki demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penuliskhususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis sangat berterima kasih Kepada pihak yang telah membantu penulissehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satusyarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi. Oleh karena itu, penulismenghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginyakepada:
1. Teristimewa, yang tercinta ibunda dan ayahanda, dengan curahan cintadan kasih sayangnya yang tiada habisnya kepada penulis. Dengan banggakupersembahkan skripsi ini sebagai bukti tanggung jawab penulis dalammenyelesaikan studi. Dan "Semoga Allah SWT selalu meridhai setiaphembusan nafas ibu dan ayah".
2. Ora. Hj. Netty Hartati M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Abdul Mujib, M.Ag selaku pembimbing I dan ibu Neneng TatiSumiati, M.Psi.Psi seraku pembimbing II terima kasih atas segala waktu,tenaga dan ilmu serta kesabaran dalam membimbing penulis, yangsenantiasa mengarahkan penulis sehingga kerap kali waktu kesibukkannyatersita hanya untuk bimbingan ini.
4. Dra.Hj.Zahrotun Nihayah M.Si se!aku Pembantu Dekan Fakultas PsikologiUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Para dosen-dosen dan karyawan Fakultas Psikologi yang telah banyakmembantu kelancaran pengerjaan skripsi penulis.
6. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan s"tu persatu yangtelah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya, hanya kepada Allah semua amal baik tersebut penulis kembalikan,semoga mendapat balasan yang berlipat ganda. Hanya kepada Allah penulisberserah diri dan memohon ridha Nya dalam menggapai masa depan yangcerah. Amin ...
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik darisistematika, bahasa maupun segi materi yang terkandung,.atas dasar ini,komentar, saran dan kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan.Semoga skripsi ini dapat membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembacasekalian dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, 26 Juli 2007
Fatma Nur Aqmarina
DAFTAR 151
Halaman judul
Halaman persetujuan
Halaman pengesahan
Motto
Persembahan
Abstraksi
Kata pengantar
Daftar isi
Daftar tabel
Daftar skema
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang masalah
1.2. Identifikasi masalah
1.3. Pembatasan dan perumusan masalah penelitian
1.3.1 Pembatasan masalah penelitian
1.3.2 Perumusan masalah penelitian
1.4. Tujuan dan manfaat penelilian
1.4.1. Tujuan penelitian
1.4.2. Manfaat penelitian
1.5. Sistematika penulisan
BAB 2 KAJIAN TEORITIS
2.1. Menangis
2.1.1. Pengertian menangis
2.1.2. Karakteristik tangisan
ii
iii
v
vii
x
xi
1-8
1
5
5
5
6
6
6
7
7
9-41
9
9
12
2.1.3. Macam-macam tangisan
2.1.4. Manfaat tangisan
2.1.5. Keutamaan menangis
2.1.6. Dampak perilaku menangis
2.1.7. Hasil-hasil penelitian tentang menangis
2.2. Self-Awareness dalam religiusitas
2.2.1. Pengertian Self-Awareness dalam religiusitas
2.2.2. Macam-macam kesadaran diri
2.2.3. Proses kesadaran diri
2.3. Kerangka berpikir
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan penelitian
3.2. Subjek penelitian
3.3. Variabel penelitian
3.4. Teknik pengumpulan data
3.5. Instrumen penelitian
3.6. Prosedur penelitian
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran umum subjek penelitian
4.2. Analisis kasus
4.2.1. Kasus 10
4.2.2. Kasus SR
4.2.3. Kasus DC
4.2.4. Kasus YR
4.3. Analisis antar kasus
13
17
21
22
24
26
26
30
33
38
42-48
41
43
44
44
46
47
49-97
49
50
50
69
78
84
93
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Diskusi
5.3. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
98-103
98
100
103
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Proses Terbentuknya Self-Awareness (www.mtroyal.com) 34
Skema 2.2 Proses Terbentuknya Self-Awareness (Mardi J Horowitz) 36
Skema 4.1 Proses Self-Awareness pada tangis 10 dengan mediator
accidental 68
Skema 4.2 Proses Self-Awareness pada tangis 10 dengan mediator yang
dikondisikan 68
Skema 4.3 Proses Self-Awareness pada tangis SR dengan mediator
accidental 77
Skema 4.4 Proses Self-Awareness pada tangis SR dengan mediator yang
dikondisikan 77
Skema 4.5 Proses Self-Awareness pada tangis DC 82
Skema 4.6 Proses Self-Awareness pada tangis DC ketika shalat 83
Skema 4.7 Proses Self-Awareness pada tangis DC dellgan mediator yang
dikondisikan 83
Skema 4.8 Proses Self-Awareness pada tangis YR 92
Skema 4.9 Proses Self-Awareness pada tangis YR dengan mediator yang
dikondisikan 92
1
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam menjalani setiap peristiwa dalam hidup ini seperti pernikahan,
kelahiran, kelulusan, kematian, perpisahan, dan lain-lain, terkadang manusia
meresponnya dengan tawa maupun tangis. Menangis tidak selalu mengarah
pada sifat-sifat yang buruk, dan tertawa juga tidak selalu mengarah pada
sifat-sifat yang baik (Abdul Mujib, 2002). Menangis itu merupakan respon
yang unik (www.google.com. 2006). Manusia akan menangis dalam kondisi
apa pun, seperti keadaan cemas atau bahagia; di saat sunyi atau hiruk pikuk;
di waktu siang atau malam; dan tak kenai masa kanak-kanak, remaja atau
dewasa; laki-Iaki atau perempuan; kafir atau mukmin; orang yang bodoh atau
orang yang cerdas; dan sebagainya (Abdul Mujib, 2002).
Manusia hanya bisa berharap dan berusaha, manusia hanya bisa
berkeinginan, dan manusia pun hanya diberikan wewenang untuk berencana.
Jika kemudian ada harapan dan tujuan yang tercapai, ada keinginan yang
terpenuhi dan ada rencana-rencana yang terealisasi, maka sesungguhnya
2
Allah-Iah yang berkehendak atas semua itu. Hanya saja, sedikit manusia
yang bersyukur dan mengingat bantuan-Nya dari semua yang telah diraihnya.
Namun jika kemudian segalanya di luar rencana, harapan, dan keinginan,
karena Allah SVIfT berk8hendak lain, barulah manusia mengingat-Nya.
Manusia begitu menyadari bahwa dirinya tak mampu berbuat apa-apa jika
Allah SWT sudah berkehendak. Jika demikian, manusia biasanya menangis.
Namun setelah menangis ada harapan dan keinginan yang terwujud, ia pun
tertawa dan kembali lupa kepada Sang Pemberi harapan.
Manusia sering menangis, melelehkan air matanya tatkala merasa dirinya
hancur, obsesinya gagal, harapannya tak terkabul, cita dan cintanya
berantakan, bahkan mereka bisa s8ja menangis sekeras-kerasnya apabila
apa yang sudah diupayakan sekuat tenaga, seumur hidupnya, menemui
kebuntuan.
Menangis merupakan ungkapan yang paling "murah" walaupun tidaklah
mudah untuk melakukannya, karena hal ini sangat dipengaruhi oleh suasana
hati yang timbul dari p('lrasaan orang yang akan menangis.
Oleh sebab itu, terkadang seseorang yang sulit menangis memerlukan
mediator untuk memicu tangisnya, seperti dengan mengikuti acara
3
muhasabah. mabit di masjid-masjid, mengikuti sesi konseling atau training
training seperti ESQ (Emosional Spiritual Quotiont) atau training Heart
Inteligence. dsb. Yang kemudian diharapkan seseorang itu dapat menangis.
Menangis juga kita lakukan saat kesulitan ekonomi. Dan masih banyak lagi
air mata mengalir. saat gagal ujian, saat merasa kesulitan menyelesaikan
skripsi. atau saat ditinggal orang tercinta. Air mata itu mungkin saja diciptakan
untuk menyadarkan manusia agar senantiasa mengingat Allah SWT. Titik-titik
bening dari mata ini bisa jadi teguran Allah SWT terhadap dosa-dosa yang
telah dilakukan yang kerap mewarnai kehidupan ini. Seperti Allah SWT
menurunkan hujan dari langit. untuk mengairi bumi dari kekeringan. Seperti
itu juga tangis manusia, akan membasahi kekeringan hati dan melelehkan
kerak kegersangan agar senantiasa menghadirkan kembali wajah Allah SWT
yang mengiringi setiap langkah ini selanjutnya.
Berdasarkan penelitian yang diungkapkan oleh Abdul Mujib (2002) dalam
bukunya yang berjudul, "Apa Arti Tangisan Anda", berkisah tentang seorang
sarjana yang berpredikat cumlaude telah merasakan kegersangan jiwa. IImu
pengetahuan yang diperoleh sejak di bangku kuliah hampir tidak memiliki
implikasi psikologis yang menyenangkan. la stres karena persaingan
memasuki dunia kerja. la kemudian meneari guru spiritual dari satu tempat ke
tempat yang lain, sampai suatu saat ia menemukannya. Sang guru memberi
4
wejangan agar tidak beranjak dari padepakan sebelum mampu menangis
ketika berzikir. Sang sarjana pun mengikuti petunjuk sang guru dan ia
berusaha melak3anakannya dengan baik. Dua puluh satu hari kemudian ia
mulai dapat menangis dan merasakan kepekaan emasinya. Begitu disebut
nama Allah SWT dan asma al-husna yang jain, hatinya segera sujud dan
menangis akan keagunganNya. Ketika ia melafalkan astaghfirullah (aku
mahan ampun kepada Allah SWT), hatinya segera menangis. Sesuai janji
sang guru, sang sarjana pun pulang setelah mampu menangis ketika berzikir.
Di perjalanan pulangnya, ia merasakan ketenangan batin dan berkesimpulan
bahwa menangis itu sehat, sebab menangis dapat (1) mengasah kepekaan
emasi; (2) mengingatkan dosa-dosa yang pernah diperbuat; (3) bermunajat
dan merasakan kekhusyukan di hadapan Allah SWT.
Proses penyadaran diri dimulai dengan menumbuhkan kepekaan emosi yang
dipicu dengan menangis. Karena ketika seseorang menangis, ia menjadi
merenungi tentang dirinya dan pengalaman-pengalaman dirinya, yang
kemudian hal itu memunculkan kesadaran diri sehingga ia menyadari apa
apa saja yang menjadi harapan, tujuan dan prioritasnya dalam hidup ini
(Horowitz, 1998).
Dari uraian di atas membuat peneliti tertarik meneliti, "Makna Menangis
pada Self-Awareness dalam Religiusitas".
5
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang n'asalah di atas, maka ada beberapa permasalahan yang
dapat diidentifikasi, diantaranya adalah :
1. Apa yang menyebabkan seseorang menangis ?
2. Bagaimana keadaan seseorang setelah menangis ?
3. Bagaimana self-awareness seseorang sebelum dan sesudah menangis ?
4. Apakah setiap orang yang menangis akan selalu muncul self-awareness
dalam religiusitas?
5. Faktor-faktor apa saja yang memunculkan self-awareness seseorang
setelah menangis?
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Menangis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses keluarnya air
mata yang biasanya disertai sedu sedan atau tanpa terdengar suara apa
pun.
b. Dalam penelitian ini self-awareness dalam religiusitas yang dimaksud
adalah kemampuan untuk memahami perasaan, mengetahui apa yang
disukai dan apa yang tidak disukai, menyadari kekurangan dan kelebihan
diri yang kemudian membuat seseorang mampu memilih respon yang
cocok atau menentukan keputusan yang tepat dan bijaksana dalam
mengatasi persoalan hidupnya, serta memodifikasi harapan-harapan,
tujuan-tujuan dan prioritas hidupnya berdasarkan nilai-nilai agama yang
diyakininya yang telah teiinternalisasi dalam dirinya melalui proses
aktivitas keagamaan yang diikuti.
1.3.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas penulis menguraikan
rumusan masalah tersebut menjadi :
1. Bagaimana menangis dapat meningkatkan self-awareness dalam
religiusitas?
2. Mengapa menangis dapat meningkatkan self-awareness dalam
religiusitas?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana dan
mengapa menangis dapat meningkatkan self-awareness dalam religiusitas.
6
7
1.4.2 Manfaat penelitian
1.4.2.1 Manfaat teoritis
Diharapkan dapat menambah wacana dalam perkembangan ilmu
pengetahuan di bidang psikologi khususnya psikologi Islam dan kesehatan
mental.
1.4.2.2 Manfaat praktis
1. Bagi Individu
Sebagai salah satu terapi diri sendiri untuk meningkatkan self-awareness
dalam religiusitas.
2. Bagi lembaga
Dapat dijadikan sebagai sebuah metode terapi peningkatan self
awareness dalam religiusitas baik untuk individu, masyarakat, dan tenaga
professional (psikolog, konselor, trainer, dll).
1.5 Sistematika Pembahasan
Bab I : Pendahuluan yang isinya berupa :
Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan
Sistematika Pembahasan.
8
Bab II : Kajian Teoritis yang isinya berupa :
Teori Menangis; Pengertian Menangis, Karakteristik Tangisan,
Macam-macam Tangisan, Manfaat Menangis, Dampak Menangis
dan Hasil-hasil Penelitian tentang Menangis, Teori Self-Awareness
dalam Religiusitas; Pengertian Self-Awareness, Macam-macam
Kesadaran Diri, Proses Terjadinya Self-Awareness, Kerangka
Berpikir.
Bab III: Metodologi Penelitian yang isinya berupa :
Pendekatan Penelitian, Subjek Penelitian, Variabel Penelitian, Teknik
Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian dan Prosedur Penelitian.
Bab IV: Presentasi dan Analisis Data yang isinya berupa :
Gambaran Umum Subjek, Analisis Kasus dan Analisis Antar Kasus.
Bab V : Penutup yang isinya berupa :
Kesimpulan, Diskusi dan Saran.
9
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Menangis
2.1.1 Pengertian menangis
Abdul Mujib (2002) mengutip dari Grogier Interactive (1999) bahwa menangis
(weep) dapat diartikan sebagai " to shed tears as an expression of emotion"
(mencucurkan air mata sebagai ekspresi emosi). Atau, " to grief or anguish
for lament (ungkapan kesedihan atau penderitaan karena meratap atau
menyesal).
Sedangkan Cate Butler (2003) mengatakan bahwa, "Crying is the translation
ofpsychologically experienced distress into a physical form, which helps to
reduce the feeling of distress. During this process, bodily tension is racked up
and then relaxed, giving a feeling of release and tears externalize and
symbolize the psychological hurt in a physical form" (www.1stannex.com.
2006).
10
Menurut Cate Butler (2003), pengalaman psikologis yang sulit seperti sedih,
rasa kecewa, sakit hati, duka dan lain-lain, yang dialami seseorang dapat
terungkap dengan sebuah tangisan dan tangisan tersebut dapat membantu
seseorang mengurangi perasaan sulit tersebut. Selama menangis kondisi
tubuh seseorang dalam keadaan menegang, namun setelah menangis
tubuhnya menjadi rileks dan perasaannya menjadi lega. Kadang tangisan
tersebut disertai dengan keluarnya air mata dan kadang disertai dengan
simbol-simbol luka psikologis dalam bentuk fisik seperti menghentak
hentakkan kaki dan tangan, berteriak, dan lain-lain.
Menangis juga memiliki arti proses keluarnya air mata yang biasanya disertai
sedu sedan atau tanpa terdengar suara apa pun. Air mata biasanya
berhubungan dengan tangisan. Menangis berarti mengeluarkan air mata,
mengeluarkan air mata berati menangis (www.answer.com. 2006).
Salah seorang ahli makrifat mengungkapkan bahwa "Air mata adalah
ungkapan cinta yang ditujukan untuk orang lain, sedangkan tawa adalah
ungkapan kegembiraan pada orang yang tenggelam dalam egonya sendiri"
(Muhammad Ibrahim Siraj, 2004).
Dalam Islam, air mata terkadang dijadikan barometer untuk mengukur kadar
keimanan seseorang. Apabila seseorang telah mengenal dirinya dan takut
kepada Rabbnya, maka rasa takut seperti takut mati sebelum bertaubat, takut
dari istidraj (pemberian tanpa ridha-Nya) dengan berbagai nikmat yang
menyebabkan su'ul khatimah, takut dari sakaratul maut dan tercabutnya ruh,
takut dari hisab dan salah menyebrang di atas shirat Uembatan), takut dari
neraka dan berbagai siksa di dalamnya, takut diharamkannya surga dan
berbagai kenikmatan yang ada di dalamnya, akan menguasai dirinya.
Perasaan tersebut mempengaruhi hatinya, selanjutnya pengaruh tersebut
akan nampak pada badan kasarnya. Mimik mukanya berubah, badannya
gemetar dan air matanya mengalir. la tidak akan punya kesibukan lain selain
merasakan muraqabah (merasakan kesertaan Allah SWT), muhasabah
(introspeksi diri) terhadap dirinya, dan mujahadah (berjuang) melawan hawa
nafsunya. Keinginanya hanyalah bagaimana caranya supaya bisa bertaqwa
kepada Allah SWT dalam perasaan, perkataan dan perbuatannya. Dengan
demikian maka kondisinya akan selalu baik, amal-amalnya istiqomah, tahap
demi tahap menuju kesempurnaan dan akan sampai ke derajat rabbaniyang
paling tinggi (Abdullah Nashin Ulwan, 2002).
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa menangis adalah proses
keluarnya air mata yang biasanya disertai sedu sedan atau tanpa terdengar
suara apa pun yang dapat membantu seseorang mengurangi perasaan sulit
yang sedang dihadapinya.
12
2.1.2 Karakteristik tangisan
Ekspresi menangis terkadang ditunjukkan oleh gejala-gejala lahiriah, seperti
cucuran air mata, isakan atau lengkingan suara yang keluar dari mulut, mata
berkaca-kaca, keluarnya ingus dari hidung, ataupun gerakan-gerakan lain,
seperti tangan, kaki, atau kepala yang tidak beraturan dan tidak bertujuan.
Ekspresi menangis terkadang terpendam di dalam balin, yang tampak
hanyalah kemurungan dan kelesuhan wajah (Muhammad Ibrahim Siraj,
2004).
Tangisan merupakan pengeluaran air dari kelenjar lacrimal yang berada di
sudut sebelah luar dari lekuk mata ke atas bola mata. Air mata atau
lacrimation merupakan proses yang terus menerus dan sebagian besar tanpa
sengaja distimulasi oleh sistem saraf otonom. Cairan itu dikeluarkan menjadi
danau lacrimal, berada di antara bola mata dan di atas kelopak mata dan
menyebar ke pemukaaan mata dengan berkedip. Tangisan membantu untuk
memandikan dan meminyaki kornea, serta melindungi bagian sensitif bola
mata sebelah luar. Kadang-kadang air mata mengalir berlebihan menyelimuti
dan membanjiri mata (www.answer.com. 2006).
Menangis merupakan kata kerja yang artinya berteriak, menangis dengan
keras, mengeluarkan air mata, meratap, tersedu-sedu, mencucurkan air
13
mata, merengek, merintih. Air mata dibentuk oleh kelenjar di atas mata dan
ditumpahkan oleh dua waduk, yang berada di sudut dalam mata, ke dalam
rongga hidung. Dalam keadaan emosional atau tertekan, kelebihan air mata
yang tidak sempat dikeluarkan oleh waduk air mata, akan mengalir ke pipi
(Allan d2n Barbara Pease, 2005).
2.1.3 Macam-macam tangisan
Menangis adalah reaksi alami manusia yang terjadi akibat berbagai
rangsangan internal maupun eksternal. Berdasarkan bermacam-macam
sebab tangisan, lahir berbagai jenis tangisan dan air mata (Muhammad
Ibrahim Siraj, 2004):
a. Air mata rindu (syauq).
b. Air mata cinta ('isyq).
c. Air mata perpisahan (firaq).
d. Air mata penantian (imtizhat').
e. Air mata kesedihan (huzn).
f. Air mata penyesalan (nadamah).
g. Air mata akibat ditinggal oleh orang-orang yang sangat dicintai (buka'ul
faaqidin).
h. Air mata dalam rangka mengenang penderitaan para kekasih Allah SWT.
i. Air mata munajat dan takut kepada Allah SWT.
14
j. Air mata yang lahir dari berbagai macam perasaan hati, seperti : suka,
duka, sakit hati, perasaan tertekan, takut, sedih, dan lain sebagainya.
Namun Tom Lutz (1999) membedakan airmata menjadi tiga jenis dilihat
secara biologis, yaitu :
1. Basal tears (air mata dasar), yaitu airmata yang terus-menerus
membasahi dan memelihara mata. Air mata tersebut meminyaki mata dan
membersihkan mata dari debu. Air mata tersebut berisi air, mucin, lipid,
Iisozim, laktoferin, Iipocalin, lakritin, immunoglobulin, glukosa, urea,
sodium, dan potasium. Zat-zat tersebut memerangi infeksi bakteri pada
mata dan merupakan bagian dari sistem imun.
2. Reflex tears (air mata refleks), yaitu air mata yang mengalir akibat iritasi
dari partikel-partikel yang menganggu mata seperti air mata yang keluar
akibat uap dari mengiris bawang, gas air mata atau percikan lada.
3. Emosional tears (air mata emosional), yaitu air mata yang bermakna
psikologis atau air mata yang mengalir akibat depresi, stres, atau
penderitaan fisiko Air mata ini tidak dibatasi hanya akibat emosi negatif,
namun juga banyak orang yang menangis karena sangat bahagia, atau
ketika tertawa. Air mata emosional ini dapat membuat wajah menjadi
merah dan tersedu-sedu bahkan sampai batuk, sesak, dan kejang-kejang
(www.answer.com. 2006).
15
Frey, et.al (1981) membuktikan dalam eksperimennya bahwa ada perbedaan
komposisi biokimia antara air mata emosional dengan air mata iritasi.
Konsentrasi protein pada air mata emosional 24% lebih besar dari air mata
iritasi. Kompleks protein pada air mata emosionallebih besar dikarenakan
hasil dari respon stres yang dialami seseorang (www 1stannex.com, 2006).
Sedangkan Abdul MUjib (2002) membagi jenis-jenis menangis berdasarkan
konstitusi manusia, fungsi-fungsi psikologis, dan nilai spiritualitas.
a. Dilihat dari konstitusi manusia, tangisan dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:
Pertama, tangisan yang disebabkan oleh pengaruh organ-organ fisik,
seperti menangis karena luka di bagian organ-organ tubuh yang mana
organ-organ itu menjadi nyeri dan sakit atau tidak berfungsinya organ
organ biologis. Intensitas tangisannya tergantung pada tingkat kesakitan
yang dirasakan, semakin berat rasa sakit yang diderita maka semakin
tinggi pula intensitas tangisannya.
Kedua, tangisan yang disebabkan oleh pengaruh psikis (kejiwaan),
seperti menangis karena hatinya terharu, jengkel, kecewa, dan
sebagainya. Tangisan yang kedua ini sering mendatangkan depresi dan
kecemasan.
16
b. Dilihat dari fungsi-fungsi psikologisnya, tangisan dibedakan menjadi
dua macam, yaitu :
Pertama, tangisan yang bernilai terapi (penyembuhan), seperti
tangisan pengaduan anak kepada ibunya yang kesal akibat
pertengkarannya dengan kawan bermain, atau tangisan seorang remaja
kepada teman dekatnya yang sedih akibat diputus cintanya oleh
pacarnya, atau tangisan seorang istri pada orang tuanya akibat dicerai
oleh suami yang dicintainya.
Kedua, tangisan yang bernilai patologis (penyakit), sepeti tangisan
histeris akibat depresi atau kecemasan yang luar biasa dan tanpa alasan
yang jelas.
c. Dilihat dari nilai spiritualitas, tangisan juga dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
Pertama, tangisan yang memiliki arti ibadah (al-ubudiyah), yang di
dalamnya terselip niatan yang tulus dan ikhlas dalam mencapai kedekatan
(al-taqarrub) dan kerelaan (al-ridha) dan Allah swt, seperti tangisan
penyesalan (al-nadm) akibat suasana hati atau reaksi emosional terhadap
ingatan kekhilafan di masa lampau dan individu yang bersangkutan
berharap agar di masa depan nanti hal itu bisa berubah dan tidak
terulang kembali, tangisan pengaduan (al-syakwa) yaitu seperti seorang
hamba menceritakan atau mencurahkan keseluruhan rahasia dan
pengalamannya kepada Tuhannya, tangis munajat dan sebagainya.
1
Kedua, tangisan sia-sia dan tidak memiliki nilai ibadah, karena
tangisan ini merupakan luapan dari emosi manusiawi belaka, tanpa
dibarengi oleh motif-motif spiritual, seperti tangis karena luka tubuh atau
luka hatL
Dari uraian di atas tentang macam-macam tangisan, pada penelitian ini
penulis menitikberatkan penelitiannya pada jenis tangisan dilihat dari nilai
spiritualitasnya yaitu tangisan yang memiliki arti ibadah (al-ubudiyah).
2.1.4 Manfaat menangis
Menurut Muhammmad Sahria Permana (2005), airmata menjadi charger
yang mengalirkan energi baru dalam hidup. Setelah manusia menangis dan
airmata terkuras, jiwa seakan bebas dan lepas dari beban yang
membelenggu. Setelah menangis keadaan menjadi lebih segar, langkah
menjadi terarah.
Air mata yang dihasilkan oleh tangisan emosional dapat menjadi jalan
pembuangan racun-racun dalam tubuh. ''The tears produced by emotional
crying may be a way that the body disposes of toxic substances"
(www.1stannex.com. 2006). Terbuangnya racun-racun tersebut membuat
seseorang merasa lega setelah menangis.
18
Menurut Satria Hadi Lubis (2003), menangis dapat membuat seseorang
menumpahkan berbagai perasaan ; marah, sedih, kecewa, kesal, berdosa,
dan lain-lain. Menangis merupakan sarana pelampiasan emosi yang efektif
untuk mengatasi stress. Dengan menangis, perasaan menjadi lega. Pikiran
juga menjadi lebih jernih. Hati menjadi lebih tenang. Menangis juga dapat
menumbuhkan tekad untuk memperbaiki diri dan menatap masa depan
dengan lebih optimis. Dengan kata lain, menangis dapat menumbuhkan
semangat untuk beraktvitas lebih baik lagl. Menangis bukalnlah hal yang tabu
dilakukan, termasuk bagi seorang pria. Menangis juga bukan menunjukkan
kelemahan jiwa. Menangis adalah ekspresi pelampiasan emosi yang wajar.
Namun menangis menjadi kurang baik jika dilakukan sampai pada tingkat
meraung-raung dan histeris. Hal ini karena raungan dan hysteria dapat
membuat orang lupa diri dan tanda dari kurang bersyukur terhadap nikmat
Allah. Namun, jika seseorang menangis secara wajar, maka hal ini sangat
baik untuk-salah satunya-meningkatkan motivasi hidup.
Sedangkan menurut Abdul Mujib (2002), tangisan memiliki arti komunikasi
psikologis yang menyehatkan dan merupakan upaya ifragh (pelampiasan
kekesalan jiwa).
Randolph Cornelius (1986) mengatakan bahwa dipercaya di dunia bagian
bara! bahwa menangis adalah !erapi dan juga sebaliknya, bahwa kegagalan
19
untuk menangis berbahaya bagi tubuh seseorang. Menangis dianggap
penting untuk melepaskan tegangan psikologis yang dialami seseorang; jika
tangisan tidak dilepaskan, maka tangisan akan mencari jalan keluar dengan
cara yang lain, seperti mempengaruhi tubuh dan kemungkinan menyebabkan
penyakit" (www.1stannex.com. 2006).
Borquist (1906) mengatakan bahwa menangis bermanfaat sebagai katarsis1.
Menangis dapat "membersihkan pikiran". Banyak peneliti saat ini yang
menguji isi dari air mata emosional, yaitu berisi zat-zat seperti endorphin,
ACTH, prolactin dan pertumbuhan hormon, yang semua dihasilkan oleh stres.
Air mata emosional penting untuk pemeliharaan kesehatan fisik dan
keseimbangan hormon (www.1stannex.com. 2006).
Sedangkan Allan dan Barbara Pease (2005) menjelaskan bahwa air mata
mempunyai tiga kegunaan bagi manusia :
1. Untuk mencuci mata
Kelenjar air mata mengeluarkan cairan ke dalam mata dan waduk air
mata berperan untuk mengalirkannya lewat rongga hidung. Menangis
berfungsi untuk mengeluarkan garam dan zat kotor lainnya dari mata. Air
I Katarsis menurut Psikoanalisa merupakan pembebasan atau pelepasan ketegangan-ketegangan dankecemasan-kecemasan dengan jalan mengalami kernbali dan mencurahkan keluar kejadian-kejadiantraumatis di masa lalu, yang semula menekan emosi-emosinya ke dalam ketidaksadaran (JP. Chaplin,2001).
20
mata juga mengandung suatu enzim yang disebut lysozyme yang dapat
membunuh bakteri dan melindungi mata dari infeksi.
2. Untuk mengurangi stres
Analisis kimia dari air mata menunjukkan bahwa air mata stres, yaitu yang
mengalir di pipi, mengandung protein yang berbeda dari air mata yang
dipakai untuk membersihkan mata. Tubuh tampaknya menggunakan
fungsi ini untuk membersihkan racun akibat stres dari dalam tubuh. Hal ini
bisa menjelaskan mengapa perempuan mengatakan mereka merasa lebih
baik setelah menangis keras-keras padahal tidak ada yang perlu ditangisi.
Air mata juga mengandung endorphin, salah satu zat penghilang rasa
sakit yang secara alamiah dikeluarkan oleh tubuh, yang berperan sebagai
pelindung rasa sakit secara emosi.
3. Sebagai tanda emosional
Air mata berperan sebagai suatu tanda visual untuk meminta orang lain
memeluk atau menenangkan sang penangis dan memicu produksi
hormon oxytocin, yaitu hormon yang membuat seseorang ingin disentuh
atau ditimang orang lain.
21
2.1.5 Keutamaan Menangis
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata : " Menangislah karena takut
kepada Allah SWT, karena hal tersebut akan membuat hati menjadi terang
dan menghindarkan seseorang dari men!1ulang dosanya."
Beberapa keutamaan menangis karena takut pada Allah SWT (Abdullah
Nashin Ulwan, 2002) :
a. Berada di bawah naungan Allah SWT di hari kiamat
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :
" Tujuh g%ngan yang dinaungi o/eh Allah SWT disaat tidak ada naungan
se/ain naungan-Nya ...(diantaranya) seseorang yang berdzikir kepada
Allah SWT menyendiri dan menangis karenanya".
b. Terbebas dari adzab Allah SWT
Imam Turmudzi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau berkata, Saya
mendengar Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :
"Dua jenis mata yang tidak disentuh o/eh api neraka, mata yang menangis
karena takut kepada Allah SWT dan mata yang piket ma/am fi sabillillah".
c. Berada dalam limpahan cinta kasih lIahi
Imam Turmudzi meriwayatkan dari Abu Umamah, dari Nabi Sallallahu
Alaihi Wa Sallam bersabda :
22
'Tidak ada yang /ebih dicintai Allah SWT dari dua tetes dan dua bekas;
tetes-tetes air mata karena takut kepada Allah SWT dan tetes-tetes darah
yang tertumpah fi sabilillah. Dua bekas tersebut ada/ah bekas berjihad di
ja/an Allah SWT dan bekas da/am kewajiban yang Allah SWT wajibkan
(sha/at berjama'ah)".
d. Berada dalam ampunan dan maghfirah-Nya
Ibnu Hibban dan AI-Baihaqi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau
berkata; Rasullullah Sallallahu Alaihi Wa Sailam bersabda :
''Apabi/a seorang hamba merinding karena takut kepada Allah SWT maka
d(lsa-dosanya berguguran bagai bergugurannya dedaunan dari pohon
yang kering".
2.1.6 Dampak Perilaku Menangis
Dampak perilaku menangis ini ada dua, yaitu dampak positif maupun dampak
negatif. Jika tangisan itu bermakna maka akan berdampak positif. Dampak
perilaku menangis yang bermakna menurut Abdul Mujib (2002) adalah :
(1) berimplikasi positif pada aktualisasi diri atau realisasi diri;
(2) mendorong individu bersikap optimis, produktif dan menghilangkan sikap
pesimis dan cengeng;
(3) membantu dalam pencapaian kesehatan mental; dan
(4) memiliki muatan spiritualitas.
23
Namun jika tangisan itu tidak bermakna maka akan berdampak negatif bagi
pelakunya. Tidak semua individu merasa lebih baik setelah menangis. Ada
sebagian orang yang merasa datar-datar saja setelah menangis bahkan
menjadi lebih buruk. Frey, et.al (1981) mengatakan meskipun banyak
individu melaporkan 'having a good cry', namun ada sebagian individu yang
lain yang melaporkan bahwa menangis tidak berguna, tidak membawa
keringanan, kelegaan atau pemecahan. Mereka menangis untuk waktu yang
lama dengan tidak membawa perubahan pada perasaan mereka; mereka
bahkan mengatakan perasaan mereka menjadi lebih buruk atau 'rusak
dihanyulkan (www.1stannex.com. 2006).
Oleh Shaiband, Sabbagh, & Klan (2001) tangisan yang membawa dampak
buruk tersebut disebut 'PC' (pathological crying) atau tangisan patologi yaitu
merupakan tangisan yang tidak pantas, tangisan yang tanpa motivasi, dan
tangisan yang dilakukan tanpa sengaja, hal tersebut dapat terlihat pada
korban pukulan, penderita MS, penderita Alzheimer, penderita Parkinson, dan
trauma otak. Tangisan patologi dapat membantu untuk mengidentifikasi
mekanisme neurologist yang disebabkan pada tangisan normal
(www.1stannex.com. 2006).
24
2.1.7 Hasil-hasil Penelitian tentang Menangis
Berdasarkan sebuah penelitian tentang usia laki-Iaki dan wanita, ternyata
wanita rata-rata memiliki usia relatif lebih panjang dibanding dengan laki-Iaki.
Salah satu alasan penting yang dikemukakan oleh para peneliti mengapa
wanita memiliki usia rata-rata lebih panjang dibanding laki-Iaki adalah, karena
biasanya wanita ketika mengalami kesulitan, stres, dan tekanan-tekanan
mental, mereka dapat mengalihkannya pada tangisan dan air mata sebagai
kompensasi dari berbagai masalah yang membebani mereka. Dengan
menangis, mereka akan merasa lebih nyaman dan tenteram, dan sebagai
hasilnya kesehatan fisik dan jiwa mereka lebih terpelihara dan dengan
demikian tentu saja usia mereka akan lebih panjang (Muhammmad Ibrahim
Siraj, 2004).
Para wanita yang berkat anugerah dari Allah SWT, memiliki kelembutan dan
kehalusan hati yang lebih, dibandingkan dengan para pria, mereka
berpeluang lebih besar untuk mengambil manfaat dari tangisan dan air mata
pada saat-saat stres dan depresi; sedang para pria pada umumnya lebih
memilih untuk memendam masalah dan kesulitan yang mereka hadapi,
sebagai akibatnya tekanan-tekanan tubuh mereka juga akan lebih cepat lelah
dan usia mereka menjadi lebih pendek. Memang kaum pria enggan untuk
menangis, karena menangis dianggap sebagai tanda kelemahan dan
25
menyerah terhadap masalah yang sedang dihadapi (Muhammmad Ibrahim
Siraj,2004),
Sedangkan Allan dan Barbara Pease (2005) mengatakan bahwa kelenjar air
mata perempuan lebih aktif daripada pria, konsisten dengan besarnya respon
emosional dari otak perempuan, Pria sangat jarang menangis di depan umum
karena, dari sudut pandang evolusi, seorang pria yang menunjukkan emosi,
terutama di sekitar pria lain, akan berada dalam situasi berbahaya, Dia akan
terlihat lemah dan hal ini akan mengundang pria lain untuk menyerangnya,
Tetapi, bagi perempuan untuk menunjukkan emosi kepada orang lain,
terutama perempuan lain, dilihat sebagai tanda percaya, karena yang
menangis menjadi bayi dan meletakkan temannya dalam posisi orangtua
yang melindungL
Sedangkan Frey, et al (1981) menyimpulkan hasH penelitiannya sebagai
berikut:
(1) Wanita menangis lima kali lebih banyak daripada laki-lakL
(2) Waktu menangis untuk laki-Iaki dan perempuan 6 menit
(3) Airmata lebih sering dikeluarkan antara pukul 7 dan 10 malam
(4) Tidak ada hubungan antara usia dengan frekuensi menangis,
(5) 85 persen wanita dan 73 persen laki-Iaki melaporkan mereka merasa
lebih balk setelah menangis (www.google.com. 2006),
2.2 Self-Awareness dalam Religiusitas
2.2.1 Pengertian Self·Awareness dalam religiusitas
Dalam Kamus Lengkap Psikologi, menurut J. P. Chaplin (2001), self
awareness adalah wawasan ke dalam atau wawasan mengenai alasan
alasan dari tingkah laku diri sendiri, atau pemahaman terhadap diri sendiri.
Sedangkan Hamzah. B. Uno (2006) mengatakan bahwa kesadaran diri
adalah kemampuan untuk mengenal dan memilah-milah perasaan,
memahami hal-hal yang sedang dirasakan dan mengapa hal itu dirasakan,
dan mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut, serta pengaruh
perilakunya terhadap orang lain.
Sedangkan dalam situs www.e-psikologi.com (2007) dikatakan bahwa
kesadaran-diri adalah kemampuan kunci untuk memahami orang lain dan
dunia ini - 'what is happening and how something takes the process to
happen' (apa yang terjadi dan bagaimana suatu proses terjadi). Bahkan
kesadaran-diri merupakan pintu untuk mengenal di mana sebenarnya
keunggulanl kelemahan diri kita.
Dalam situs www.budiyono.com (2006) dikatakan bahwa kesadaran diri
adalah kemampuan untuk memisahkan din atau membuat jarak dengan diri
26
27
kita sendiri untuk mengamati proses berlangsungnya pikiran di benak kita,
mengingat-ngingat kecenderungan, keinginan, masa lalu atau pengalaman
kita, termasuk mengetahui/mengenali berbagai perasaan, segi-segi positif
maupun negatif yang ada pada diri kita.
Dalam situs www.vlaide.com/lifeskills/self awareness.hlml (2006) dijelaskan
bahwa kesadaran diri meliputi kepribadian kita, kekuatan dan kelemahan kita,
yang kita sukai dan yang tidak disukai. Mengembangkan kesadaran dapat
membantu kita untuk mengenal ketika kita stres atau di bawah tekanan.
Kesadaran diri juga menjadi prasyarat dalam komunikasi efektif dan
hubungan interpersonal, dan juga untuk mengembangkan empati pada
sesama.
Menurut Donah Zohar dan Ian Marshall (2000), penulis buku Spiritual
Intelligence, kesadaran din merupakan proses internalisasi dari informasi
yang diterima yang pada saatnya menjadi nilai-nilai yang diyakini
kebenarannya dan diwujudkan menjadi perilaku keseharian. Giri orang yang
cerdas secara spiritual adalah orang tersebut memiliki tingkat kesadaran diri
yang tinggi. Artinya, orang itu memiliki tingkat kesadaran bahwa dia tidak
mengenal dirinya dengan baik, karena itu dia berupaya mengenal dirinya
lebih dalam. Dengan mengenal dirinya, dia akan mengenal tujuan dan misi
hidupnya.
28
Kemampuan tentang kesadaran-diri apabila diaktualkan secara optimal akan
menghasilkan kebiasaan efektif berupa proaktif yaitu kemampuan untuk
memilih respon yang cocok atau menentukan keputusan. Dikatakan
kebiasaan efektif karena semua persoalan tidak ada yang membingungkan
apabila ditangani oleh orang yang berkapasitas mampu mengambil
keputusan. Kualitas menjadi pengambil keputusan seperti inilah yang tidak
dimiliki oleh orang dengan kesadaran-diri setengah-setengah. (www.e-
psikologicom, 2006)
Pernyataan tersebut sejalan dengan pernyataan Mardi J. Horowitz (1998)
dalam bukunya Cognitive Psychodynamics, yang menyatakan bahwa
kesadaran diri akan melahirkan insighf, yang kemudian insight tersebut akan
melahirkan sebuah sikap untuk mengambil keputusan atas pilihan-pilihan
yang ada, yang keputusan tersebut akan memunculkan perubahan-
perubahan baru dalam perilaku. Pilihan baru tersebut dapat memodifikasi
harapan-harapan, tujuan-tujuan dan prioritas seseorang dalam hidupnya.
Mardi J. Horowits juga mengatakan bahwa kesadaran diri dapat memberikan
solusi atas berbagai macam persoalan.
2 Dalam kamus Psikologi J.P Chaplin (2001) dijelaskan bahwa insight (wawasan, pengetahuan yangdalam, pengertian yang dalam) merupakan pemberian penerangan, membawa ke arah penyadaransemua motif, hubungan, perasaan, impuls, dan seterusnya yang pada masa sebelumnya sedikit sekalidipahami, atau yang sama sekali tidak disadari oleh subjek. Pada individu normal, berupa pemahamandiri; penyadaran terhadap motivasi, hasrat dan perasaan sendiri.
29
Kesadaran diri juga membuka pintu untuk pertumbuhan spiritual dan
personal. Dalam pengalaman kita, kesadaran diri adalah kunci yang
membuka kunci sukses dari kehidupan. Kita memiliki semua jawaban yang
kita butuhkan untuk pertanyaan bagian dalam kebenaran hidup kita. Semua
yang kita lakukan adalah untuk belajar bagaimana untuk berjalan sesuai
dengan kebijaksanaan kita (www.higherAwareness.com. 2006).
Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa self-awareness adalah
kemampuan untuk memahami perasaan, mengetahui apa yang disukai dan
apa yang tidak disukai, serta menyadari kekurangan dan kelebihan diri yang
kemudian membuat seseorang mampu memilih respon yang cocok atau
menentukan keputusan yang tepat dan bijaksana dalam mengatasi persoalan
hidupnya.
Sedangkan pengertian religiusitas sendiri, menurut Dister (1989) religiusitas
adalah keadaan dimana individu merasakan dan mengakui adanya kekuatan
tertinggi yang menaungi kehidupan manusia, dan hanya kepadaNya manusia
merasa bergantung dan berserah diri. Semakin manusia mengakui adanya
Tuhan dan kekuasaanNya, maka akan semakin tinggi tingkat religiusitasnya.
Syamsu Yusuf (2003) menjelaskan tentang pengaktualisasian beragama
sebagai berikut: Jiwa beragama atau kesadaran beragama merujuk kepada
30
aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah 8WT
dan pengaktualisasiannya melalui peribadatan kepadaNya, baik yang bersifat
habluminallah maupun habluminannas. Keimanan kepada Allah 8WT dan
aktualisasinya dalam ibadah merupakan hasil dari internalisasi, yaitu proses
pengenalan, pemahaman dan kesadaran pada diri seseorang terhadap nilai
nilai agama.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran diri dalam
religiusitas adalah kemampuan untuk memahami perasaan, mengetahui apa
yang disukai dan apa yang tidak disukai, menyadari kekurangan dan
kelebihan diri yang kemudian membuat seseorang mampu memilih respon
yang coeok atau menentukan keputusan yang tepat dan bijaksana dalam
mengatasi persoalan hidupnya. 8erta memodifikasi harapan-harapan, tujuan
tujuan dan prioritas hidupnya berdasarkan nilai-nilai agama yang diyakininya
yang telah terinternalisasi dalam dirinya melalui proses aktivitas keagamaan
yang diikuti.
2.2.2 Macam-macam kesadaran diri
Dalam situs www.selfCreation.eom (2007) macam-macam kesadaran diri
(self-awareness) dapat dijabarkan menjadi :
31
1. Kesadaran diri sebagai hamba Tuhan, makhluk sosial, serta makhluk
Iingkungan alam.
a. Kesadaran diri sebagai hamba Tuhan, yaitu diharapkan mendorong
individu untuk beribadah sesuai dengan tuntunan agama yang dianut,
berlaku jujur, bekerja keras, disiplin dan amanah terhadap
kepercayaan yang dipegangnya.
b. Kesadaran diri sebagai makhluk sosial, akan mendorong individu
untuk berlaku toleran kepada sesama, suka menolong dan
menghindari tindakan yang menyakiti orang lain.
c. Kesadaran diri sebagai makhluk Iingkungan alam, merupakan
kesadaran bahwa individu diciptakan Tuhan Yang Mahaesa sebagai
khalifah di muka bumi dengan amanah memelihara lingkungan.
Dengan kesadaran itu, pemeliharaan lingkungan bukan sebagai beban
tetapi sebagai kewajiban ibadah kepada Tuhan YME, sehingga setiap
individu akan terdorong untuk melaksanakannya.
2. Kesadaran akan potensi yang dikaruniakan oleh Tuhan, baik fisik maupun
psikologik.
a. Kesadaran diri akan potensi yang dikaruniakan Tuhan sebenarnya
merupakan bentuk syukur kepada Tuhan. Dengan kesadaran itu,
individu akan terdorong untuk menggali, memelihara,
mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang dikaruniakan oleh
Tuhan, baik berupa fisik maupun psikologik. Oleh karena itu, sejak dini
32
individu perlu diajak mengenal apa kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki dan kemudian mengoptimalkan kelebihan yang dimiliki dan
memperbaiki kekurangannya.
b. Kesadaran tentang pemeliharaan potensi diri Uasmani dan ruhani)
yaitu diharapkan kesadaran tersebut mendorong untuk memelihara
jasmani dan rUhaninya, karena keduanya merupakan karunia Tuhan
yang harus disyukuri. Oleh karena itu, menjaga kebersihar.,
kesehatan, baik jasmani maupun ruhani merupakan bentuk syukur
kepada Tuhan yang harus dilakukan.
Sedangkan dalam majalah Tarbawi edisi 146 tahun 8 (4 Januari 2007),
dikatakan bahwa kesadaran ada dua macam. Pertama, kesadaran pencarian.
Kedua, kesadaran pencerahan. Atau, "kesadaran menuju", dan "kesadaran
kembali". Kesadaran pencarian adalah kesadaran yang berproses dan
hasilnya dilakukan seseorang sebelum memulai pilihan. Misalnya, kesadaran
seorang yang baru saja baligh, untuk memilih dan mengawali usia
dewasanya dengan taat kepada Allah SWT, atau kesadaran seseorang yang
baru akan memulai kehidupan rumah tangga, baru luius kuliah dan akan
memulai bekerja. Dia bisa memilih untuk bekerja di tempat salah atau benar.
Dia bisa memilih pasangan dengan cara benar atau dengan cara yang salah.
Dia menuju pilihannya sesuai kesadarannya.
33
Sedang kesadaran pencerahan, disebut juga kesadaran perbaikan, yaitu
proses dan hasil kesadaian yang dilakukan seseorang untuk kembali ke jalan
yang baik. Ini juga disebut dengan taubat. Kesadaran untuk meninggalkan
keburukan. Kesadaran untuk kembali ke jalan yang benar, setelah lama
memilih jalan yang buruk. Jadi kesadaran diperlukan di awal perjalanan untuk
menentukan arah. Tapi juga diperlukan ketika perjalanan sudah dimulai atau
bahkan berlangsung lama, tapi perjalanan itu tidak jelas arahnya, atau salah
arah. Ini semacam terbangun dari tidur. Seperti kemengertian akan salah
jalan yang tiba-tiba mengantarkan seseorang kepada kehidupan yang salah.
Kesadaran ini merupakan renungan inti dari jiwa seseorang dan dari
kejujuran hati seseorang.
2.2.3 Proses Kesadaran Diri
Kesadaran adalah langkah pertama dalam proses penciptaan. Selama kita
tumbuh dalam kesadaran diri, kita akan memahami lebih baik lagi tentang
mengapa kita merasakan apa yang kita rasakan dan mengapa kita berbuat
seperti yang kita perbuat. Pemahaman tersebut kemudian memberi kita
kesempatan dan kebebasan untuk merubah sesuatu sesuai dengan yang kita
suka dan menciptakari kehidupan sesuai yang kita inginkan. Tanpa
sepenuhnya mengetahui tentang diri kita, penerimaan diri dan perubahan
menjadi tidak mungkin (www.selfCreation.com. 2006).
35
Skema di atas merupakan proses terbentuknya kesadaran diri, yaitu jika
individu mendapatkan input tentang suatu hal, lalu input itu besar
kesesuaiannya pada diri individu tersebut maka akan menghasilkan hasil
yang r;ositif dan tingkat kemajuan yang tinggi pada diri individu itu, yang hal
tersebut pada akhirnya menelptakan kesadaran diri pada individu untuk
melakukan sebuah perubahan pada dirinya. Jika individu tersebut fokus pada
dirinya maka perubahan yang terjadi adalah perubahan pada diri individu
tersebut, namun jika individu tersebut fokus pada diri idealnya maka
perubahan yang terjadi adalah perubahan standar pada dirinya. Namun
kebalikannya, jika input yang didapat keelI kesesuaiannya (besar
ketidakcocokannya), maka akan memberikan hasil yang negatif dan tingkat
kemajuan yang rendah sehingga individu akan lari dari kenyataan.
36
Farthing (1992) dalam Mardi J. Horowitz (1998) juga menjelaskan proses
self-awareness dalam bentuk hierarki segitiga.
Reflective self-awarenessConsciousness introspection
Primary inner speech: mental imagesConsciousness recalled memories, Feelings,
Attenden sensory percepts
Peripheral Awareness stimuli vaguely aware_______________-"1,0 in short tenm memory
Medium
Low
High stimuli nonconsciouslyPerceived and available
Stimuli nonconsciousnessPerceived but unavailable
easily retrieved me aries
Memories retrievable with e ort
very hard to retrieve memon 5
non7--=':==T-=,-,---,===-__...:a:.:u.:.:to.:.:m.:.:a.:.:ti;:-cLPr...:o.::.ce:.:s:;:s --'==.::;:.:.::..:.:==sensoryinput
proceduralknowledge
declarative knowledge(episodic and semantic)
Skema 2.2
Proses Terbentuknya Self-Awareness (Mardi J Horowitz,1998)
Mardi J Horowitz (1998) menjelaskan piramida tersebut bahwa dari segitiga di
atas dapat dilihat bahwa puncak segitiga berisi reflective consciousness
(kesadaran untuk mer-efleksi diri) yaitu tempat terjadinya kesadaran diri dan
introspeksi diri. Pola reflective consciousness ini sangat kompleks. Oi bawah
reflective consciousness ada primary consciousness (kesadaran primer)
38
Declarative knowledge dapat menghasilkan informasi eksplisit sedangkan
procedural knowledge lebih implisit. Banyak perubahan sosial menggunakan
procedural knowledge, yaitu dengan langsung melakukan tindakan bukan
hanya ber~ata-ka:a. Orang-orang sering mengetahui dengan implisit
bagaimana unluk bertindak dan bereaksi, tapi mereka tidak dapat
menerjemahkan tingkah laku mereka dalam bentuk kata-kata. Pola asosiasi
(hubungan) antara declarative dan procedural knowledge sangat kompleks.
Untuk memahami kesadaran dari berbagai pikiran dan perasaan merupakan
hal yang kompleks dan tanpa disadari dapat dipengaruhi oleh proses
informasi yang didapat. Seseorang memiliki kemampuan yang luar biasa
ketika ia dapat mencapai kesadaran untuk merefleksi dirinya (reflective
consciousness). Seseorang dapat membagi kesadaran diri menjadi
pengalaman diri (self experiencing) dan observasi/pengamatan diri (observing
self). Kadang-kadang proses defensive control (sikap kontrol pertahanan diri)
harus diubah untuk mencapai kesadaran diri.
2.2 Kerangka Berfikir
Dalam menjalani peristiwa dalam hidupnya seperti pernikahan, kelahiran,
kelulusan, kematian, perpisahan, dan lain-lain, terkadang manusia merespon
peristiwa tersebut baik dengan tawa maupun tang is. Menangis tidak selalu
39
mengarah pada sifat-sifat yang buruk, dan tertawa juga tidak selalu
mengarah pada sifat-sifat yang baik. Menangis itu unik. Individu akan
menangis dalam kondisi apa pun, seperti keadaan cemas atau bahagia; di
saat sunyi atau I-tiruk pi!~uk; di waktu siang atau malam; dan tak kenai masa
kanak-kanak, remaja atau orang dewasa; laki-Iaki atau perempuan; kafir atau
mukmin; orang yang bodoh atau orang yang cerdas; dan sebagainya.
Menangis merupakan ungkapan yang paling "murah" walaupun tidaklah
mudah untuk melakukannya, karena hal ini sangat dipengaruhi oleh suasana
hati yang timbul dari perasaan orang yang akan menangis.
Oleh sebab itu, terkadang seseorang yang sulit menangis memerlukan
mediator untuk memicu tangisnya, seperti dengan mengikuti acara
muhasabah, mabit di masjid-masjid, atau mengikuti sesi konseling atau
training-training seperti ESQ (Emosional Spiritual Quotiont) atau training
Heart Inteligence, dsb. Yang kemudian diharapkan dengan pengkondisian
suasana dan situasi pada acara-acara tersebut seseorang yang
menghadirinya dapat menangis.
Dengan mengikuti salah satu mediator tersebut individu mendapatkan
masukan-masukan yang kemudian ia menjadi mengingat-ingat kembali
ingatannya yang kemudian masukan-masukan tersebut ia persepsikan yang
40
akhirnya mempengaruhi suasana hatinya yang kemudian membuat ia
menangis.
Tangisan tersebut memb1l8 individu merenungi dirinya, merefleksi dirinya,
mengingat-ingat kembali pengalaman-pengalamannya dan mengamati
dirinya lebih dalam. Yang hal tersebut akhirnya menimbulkC'n kesadaran diri
pada individu berupa kemampuan untuk memahami perasaannya,
mengetahui apa yang ia suka dan apa yang tidak disukainya, menyadari
kekurangan dan kelebihan dirinya yang kemudian membuat individu itu
mampu memilih respon yang cocok atau menentukan keputusan yang tepat
dan bijaksana dalam mengatasi persoalan hidupnya serta mampu
memodifikasi harapan-harapan, tujuan-tujuan dan prioritas hidupnya
berdasarkan nilai-nilai agama yang diyakininya yang telah terinternalisasi
dalam dirinya melalui proses aktivitas keagamaan yang diikuti.
Proses penyadaran diri dimulai dengan menumbuhkan kepekaan emosi yang
dipicu dengan menangis. Karena ketika seseorang menangis, ia menjadi
merenungi tentang dirinya dan pengalaman-pengalaman dirinya, yang
kemudian hal itu memunculkan kesadaran diri sehingga ia menyadari apa
apa saja yang menjadi harapan, tujuan dan prioritas dalam hidupnya.
41
Hal tersebut dapat lebih dijelaskan dengan kerangka berfikir sebagai berikut :
Tabel2.1Kerangka berpikir
Pada mediator yang dikor,d'sikan
Iindividu I...
Mediator:• Sesi konseling• Training ESQ• Training Heart Inteligence• Zikir bersama• Mabit
rPrimary Consciousness
• Attended sensory perception• Recalled memory• Feelings
lMenangis
Self reflecting, self observing&self experiencing
L-
lI Self-Awareness I
Pada mediator yang alami
Individu Il
Mediator:• Kegalauan• Ditinggal mati orang
yang dicintai• Bercerai, dll
-1Primary Consciousness
• Attended sensory perception• Recalled memory• Feelings
1I Menangis
Self reflecting, selfobserving& self
experiencing
...Self-Awareness
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti berupaya untuk memahami gejala tingkah laku
subjek penelitian. Sehingga dengan demikian maka, pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Taylor
dan Bodgan (1984) pendekatan kualitatif mencoba memahami gejala atau
permasa!ahan sesuai perspektif orang yang mengalaminya.
Sedangkan penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Banister, dkk (1994)
dalam Asmadi Alsa (2003) bahwa penelitian kualitatif dapat didefinisikan
sebagai satu cara sederhana, sangat longgar, yaitu suatu penelitian
interpretative terhadap suatu masalah di mana peneliti merupakan sentral diri
pengartian atau pemaknaan yang dibuat mengenai masalah itu.
Alasan lain peneliti tidak menggunakan pendekatan kuantitatif dalam
penelitian ini adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh Amirul Hadi dan H.
Haryono (1998) bahwa variabel yang diungkapkan dalam penelitian kualitatif
43
dibatasi sesuai dengan masalah dan hipotesis yang telah disusun
sebelumnya, padahal permasalahan dan variabel dalam i1mu-ilmu sosial tidak
terlepas dari konteks lingkungannya secara keseluruhan.
3.2 Subjek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif tidak ada ketentuan baku mengenai subjek
penelitian. Untuk memudahkan pencarian subjek penelitian ini, maka peneliti
tidak membatasi usia subjek secara tegas. Namun dalam penelitian ini,
peneliti membatasi jumlah subjek sebanyak empat orang, dimana subjek
memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut :
1. Subjek pernah dan suka menangis.
2. Subjek pernah mengikuti salah satu mediator yang membuatnya
menangis.
3. Jumlah subjek sebanyak empat orang, dua orang laki-Iaki dan dua orang
perempuan.
Dalam menentukan subjek penelitian ini, peneliti menggunakan tehnik
Purposive sampling, yakni pengambilan sample dilakukan dengan cara
mengambil subjek bukan atas strata, random, atau daerah, tetapi atas dasar
adanya tujuan, sehingga tidak semua subjek memiliki peluang yang sama
(Suharsimi Arikunto, 1996).
44
3.3 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, menangis sebagai independent variabel dan self
awareness dalam reiigiusitas sebagai dependent variabel. Adapun yang
dimaksud dengan menangis dalam pene!itian ini mengacu pada definisi
menangis yang berarti proses keluarnya air mata yang biasanya disertai sedu
sedan atau tanpa terdengar suara apa pun.
Sedangkan self-awareness dalam religiusitas yang dimaksud pada penelitian
ini yakni kemampuan untuk memahami perasaan, mengetahui apa yang
disukai dan apa yang tidak disukai, menyadari kekurangan dan kelebihan diri
yang kemudian membuat seseorang mampu memilih respon yang cocok atau
menentukan keputusan yang tepat dan bijaksana dalam mengatasi persoalan
hidupnya serta memodifikasi harapan-harapan, tujuan-tujuan dan prioritas
hidupnya berdasarkan nilai-nilai agama yang diyakininya yang telah
terinternalisasi dalam dirinya melalui proses aktivitas keagamaan yang diikuti.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan cara melakukan wawancara langsung sebagai metode utama dan
observasi sebagai metode penunjang terhadap sample yang memenuhi
45
kriteria. Wawancara merupakan suatu cara pengumpulan data dengan cara
mengajukan pertanyaan lisan kepada sumber data, dan sumber data juga
menyebutkan jawaban secara Iisan pula. Wawancara juga dapat diartikan
sebagai sebuah proses tanya jawab dalam peflelitian yang berlangsung
secara lisan antara dua orang atau lebih be:tatap muka mendengar secara
langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Rosenthal,
1984).
Melalui wawancara bisa didapatkan informasi yang mendalam antara lain
karena baik pewawancara maupun orang yang diwawancarai dapat
memberikan feedback dengan menanyakan kembali apabila ada hal-hal yang
tidak jelas. Pada penelitian ini dilakukan wawancara terbuka dengan
menggunakan pedoman umum wawancara yang dilakukan pada subjek
penelitian. Ada kemungkinan dalam penelitian ini menggunakan wawancara
informal, tidak langsung pada beberapa orang informan untuk mengetahui
informasi yang belum terungkap agar data yang diperoleh menjadi lebih kuat.
Selain dengan menggunakan wawancara, dalam penelitian ini juga
menggunakan observasi sebagai metode penunjang. Observasi dapat
diartikan sebagai teknik pengumpulan data dengan cara mengamati,
mencatat secara sistematis gejala yang diselidiki (Moleong, 2002). Observasi
dalam penelitian ini meliputi gambaran fisik dan penampilan subjek serta
46
sikap subjek selama wawancara berlangsung, termasuk gerak tubuh, mimik,
intonasi suara dan tatapan muka.
Sedangkan mengenal validitas penelitian kU;'llitatif adalah kepercayaan
terhadap data yang diperoleh dan dianalisis yang dilakukan peneliti secara
akurat mempresentasikan dunia sosial di lapangan (Asmadi Alsa, 2003).
3.5 Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang diharapkan. maka peneliti membutuhkan
beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. diantaranya adalah:
1. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara berisikan item-item pertanyaan yang akan
ditanyakan kepada interviewee. Pertanyaan yang diajukan merupakan
pertanyaan terbuka terkait dengan beberapa hal yang diperkirakan
mampu mewakili hal-hal yang akan diungkap dalam penelitian ini.
Dalam lembar pedoman wawancara terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu :
Bagian pertama : Berisi data mengenai diri subjek; tahun lahir, usia, suku
bangsa. pendidikan. pekerjaan, pengalaman organisasi.
47
Bagian kedua : Berisi pertanyaan-pertanyaan terbuka; mediator yang
diikuti, kondisi sebelum, pada saat dan sesudah menangis, dan garnbaran
self-awareness.
2. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk mencatat hasil pengamatan peneliti
terhadap subjek selama proses wawancara berlangsung. Sedangkan hal
hal yang akan diobservasi terkait dengan kondisi fisik dan penampilan
serta sikap subjek, termasuk diantaranya gerak tubuh, raut muka, mimik,
intonasi suara dan tatapan muka.
3.6 Prosedur Penelitian
Adapun tahapan-tahapan yang dilalui pada penelitian ini ada tiga tahapan,
yaitu:
1. Tahap Pra-Iapangan
Tahapan ini meliputi segala persiapan penelitian, termasuk diantaranya
membuat rancangan penelitian, memilih subjek, mengurus perijinan, dan
menyiapkan perlengkapan atau instrumen penelitian.
2. Tahap lapangan .
Mengenali lapangan penelitian termasuk didalamnya adalah subjek
penelitian, kemudian melakukan wawancara terbuka dengan pedoman
48
wawancara yang telah dibuat. Selama proses wawancara berlangsung
peneliti menggunakan tape recorder sebagai alat perekam, serta
mencatat segala sesuatu dari observasi terhadap subjek pada lembar
observasi. Waktu yang digunakan un~uk wav'ancara sangat disesuaikan
dengan kesediaan subjek.
3. Tahap Analisis Data
Tahap awal untuk menganalisa data adalah dengan mengumpulkan data
hasil wawancara dan observasi. Poewandari (1998) menjelaskan bahwa
pengolahan data dimulai dengan pengorganisasian data yang rapi,
sistematis dan selengkap mungkin. Kemudian peneliti melakukan koding
dengan menyusun transkip verbatim dan catatan lapangannya sedemikian
rupa, sehingga data dapat memunculkan gambaran topik yang dipelajari.
Setelah menyusun transkip verbatim, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan penomoran pada tiap paragrafl halaman transkip secara
berurutan untuk memudahkan pencarian data. Pemberian nama dan
tanggal pada masing-masing berkas dengan kode tertentu adalah hal
yang harus dilakukan selanjutnya. Keseluruhan laporan kualitatif
umumnya merupakan deskriptif yang panjang pada bab 4 hasil penelitian.
49
BAB IV
PRESENTASI DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil peng::Jlahan data yang telah
diperoleh dari lapangan. HasH penelitian ini akan dituliskan mengenai
gambaran umum subjek, anal isis kasus, dan analisis perbandingan antar
kasus.
4.1 Gambaran Umum Subjek
Subjek pada penelitian ini berjumlah 4 orang, terdiri dari 2 orang laki-Iaki dan
2 orang perempuan yang telah dipilih berdasarkan karakteristik subjek
penelitian ini, yaitu laki-Iaki maupun perempuan yang pernah dan suka
menangis; dan yang pernah mengikuti salah satu mediator yang membuatnya
menangis.
Untuk mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
dari data wawancara 'terhadap subjek, maka peneliti pun melakukan
wawancara kepada beberapa sumber lain yang berkaitan langsung dengan
keseharian subjek. Seperti suami maupun teman-teman terdekat subjek.
51
pembantu subjek meninggal dunia, setelah selesai kuliah subjek harus
langsung segera pulang karena pembantunya akan pulang kampung siang
itu. Subjek pulang naik motor dengan suaminya, akhirnya penulis dan subjek
sepakat akan melakukan wawancara di rumah subjek ba'da Zuhur.
Penulis tiba di rumah subjek pukul 14.25 WIB. Kediaman subjek terletak di
daerah Cipete. Subjek menyambut penulis dengan ramah lalu penulis
dipersilakan duduk di kursi meja makan, dikarenakan ruang makan dan ruang
tamu berada pada satu tempat (satu ruangan). Pada saat itu subjek masih
nampak sibuk menyiapkan keberangkatan pembantunya. Tepat puku115.05
WIB pembantu subjek berangkat ke terminal lebak bulus diantar oleh suami
subjek. Setelah mereka pergi, subjek mempersilakan penulis naik ke lantai 2
untuk melakukan wawancara.
Penulis tak perlu berlama-Iama menciptakan suasana yang nyaman agar
wawancara dapat berlangsung dengan santai, hal ini dikarenakan subjek dan
penulis telah saling mengenal sangat dekat. Proses wawancara berlangsung
hari Selasa, 19 Juni 2007 dari puku! 15.20 hingga 16.52 WIS. Pada saat
wawancara subjek mengenakan jilbab kaos berwarna hitam, kemeja krem
garis-garis berwarna putih dan mengenakan rok hitam. Subjek pun memakai
kaca matanya. Selama wawancara, subjek sangat kooperatif dan terbuka
dalam mengungkapkan perasaannya.
52
10 adalah mahasiswi berusia 21 tahun 6 bulan, ia anak ketiga dari tiga
bersaudara. 10 mengakui bahwa ia adalah orang yang sering menangis dan
sangat mudah menangis. 10 juga mengatakan bahwa ia merupakan orang
yang mudah tersentuh (peka) dan sangat sensitif.. lika ad~ sesuatu hal yang
tidak sesuai, ia langsung merasa sesak dan akhirnya rr,enangis. Seperti
ketika disakitin orang dan ia tidak bisa membalas dengan berbicara bahwa ia
tidak suka diperlakukan seperti itu, sehingga ia hanya bisa menangis. Dan ia
pun kadang menangis jika ingat kelalaian-kelalaiannya, ingat dengan
amanah-amanahnya yang membuat ia kurang tawazun (seimbang) terhadap
ibunya, sedangkan sekarang ibunya tinggal sendiri karena bapaknya sudah
meninggal bulan Mei lalu.
10 tidak mau ditemani ketika menangis, menurutnya jika ditemani
menangisnya jadi tidak natural. la lebih puas jika menangis sendiri di bantaI.
Namun jika terlanjur ada temannya yang tau ia menangis, ia jadi tambah
sesegukan menangis dengan temannya dan akhirnya ia mengungkapkan
pada temannya apa yang membuatnya menangis.
10 merupakan tipikal orang yang tidak bisa menahan air matanya, jadi
dimanapun ia berada ia langsung menangis tidak melihat-Iihat tempat dulu.
Dan yang menemani ia menangis adalah siapa saja orang yang ada
didekatnya ketika ia menangis.
53
"Jadi gini, saya tipikal orang yang ga bisa nahan nangis, jadi dimanapunngocor gitu, jadinya ga bisa nahan gitu, aduh ni harusnya ga bolehketauan nangis, tapi. ..nangis juga, jadinya ga bisa nahan. Jadi suka jugasuka ditemenin, suka nangis, pokoknya nga...pokoknya nga liat-liat tempatgitu. Jadi kalo nangis, nangis aja, gitu".
Menurut 10 orang-orang yang tidak tau ia suka menangis aKa'l heran ketika
melihatnya menangis, karena 10 merupakan sosok yang sanguine] banget
dalam pandangan teman-temannya sehingga mengherankan jika ada yang
melihat ia menangis hingga banyak sampai sesegukan dalam waktu lama.
Selain dimana saja 10 bisa menangis, ia mempunyai tempat khusus dimana
biasanya ia menangis. Tempat 10 biasanya menangis adalah kamar dan
kamar mandi. Jika ia menangisnya karena konflik sama suami, dan suaminya
sedang di dalam kamar, maka ia keluar dari kamar lalu ke kamar mandi
sambi! menyalakan air bak mandi agar tidak ketauan bahwa ia menangis. la
tidak mau jika ketauan cengeng oleh suaminya. Menurutnya apa yang
dikatakan suaminya sebenarnya benar namun cara penyampaiannya yang
tegas membuat 10 menangis. la ingin suaminya pelan-pelan menasihatinya.
la tidak suka dikasarin namun karena ia tidak bisa mengatakan hal tersebut
pada suaminya untuk menasihati ia baik-baik sehingga yang bisa ia lakukan
hanya menangis.
3 Sanguine dalam kamus Psikologi merupakan tipe kepribadian orang yang penuh harapan, periang,dan optimis; antusias, bersemangat, bergairah, bebas dari kecemasan. (JP Chaplin, 2001)
54
Sebenarnya ketika 10 menangis di kamar mandi tetap saja ketauan sama
suaminya kalau ia habis menangis karena setelah menangis mata 10 menjadi
sembab. Namun baginya biarkan saja ketauan menangis yang penting
perasaannya lega dulu dengan menangis. Suamiilya pun sudah mengetahui
karakter istrinya yang mudah menangis sehingga suaminya honya
mendiamkan ia ketika ia menangis karena menurut suaminya ia menangis
sebagai proses penerimaannya atas nasihat suaminya. la pun biasanya
minta izin kepada suaminya ketika akan ke kamar mandi. la cukup lama
menangis di kamar mandi sampai semuanya tuntas karena jika tangisnya
tidak sampai tuntas, hatinya belum plong dan masih terasa sesak. Setelah
menangis, ia akan merasakan kelegaan lalu ia akan kembali ke kamarnya,
menemui suaminya, lalu minta maaf pada suaminya.
10 selalu menangis pada saat itu juga ketika ada hal-hal yang bertentangan
dengan dirinya. la mengatakan bahwa dalam dirinya seperti ada alarm
tangisan (tombol), jadi ketika tombol itu tertekan, ia langsung menangis.
Ketika tombol alarm itu terpencet, air matanya langsung mengalir pada saat
itu, tidak bisa ditunda. Seperti ketika tombol alarm itu terpencet di kampus
dengan adanya kejadian yang tidak sesuai dengan hatinya, maka ia langsung
menangis pada saat itu juga di kampus.
55
Selain menangis akibat kejadian sehari-hari yang ia alami baik di rumah
karena diomelin ibunya atau karena konflik dengan suaminya atau menangis
di kampus ketika ada yang menyakitinya atau ada hal-hal yang tidak sesuai
dengan hatinya, ID pun menangis dalam suasana dan situasi yang rr;emang
dikondisikan agar orang menangis seperti mengikuti acara mabit "tau
training-training yang ada acara muhasabahnya. ID pernah mengikuti training
Heart Intelligence yang banyak membuat orang-orang menangis, ID pun
menangis ketika ikut aeara tersebut. Namun baginya training tersebut kurang
berkesan dibandingkan dengan aeara-acara mabit yang muhasabahnya
memakai potongan ayat-ayat Qur'an. Ketika mengikuti aeara mabit tersebut
awalnya ia tidak menangis, namun karena sekelilingnya menangis, ia jadi
terbawa suasana yang akhirnya ia pun ikut menangis.
Acara mabit yang ia ikuti biasanya dimulai ba'da magrib. Rangkaian acaranya
berupa tilawah (pembacaan ayat suci AI-Qur'an), sambutan, taujih
(penyampaian materi yang disampaikan oleh seorang Ustadz), tasmi'
(mendengarkan pembacaan ayat sud AI-Qur'an), lalu tidur kemudian bangun
malam shalat qiyamullail kemudian muhasabah lalu shalat subuh jama'ah.
Namun ID tidak hanya menangis ketika muhasabah, ketika tasmi' atau ketika
taujih pun ia menangis jika hal tersebut menyentuh hatinya, berkenaan
dengan keadaan yang dialaminya. Dan juga ketika membaca AI-Qur'an.
56
"Oari ba'da maghrib. Tilawah kadang-kadang sambutan dulu trus tilawah,trus taujih, trus biasanya malem ada tasmi', trus biasanya malemnya baru,qiyamullail, trus muhasabah, abis itu sholat subuh. Kadang kalo pastasmi' juga, trus ada taujihnya juga ngena gitu. Itu kan biasanya kalomabit-mabit di masjid besar biasanya kan temanya, tema-temafenomental gitu. Kaya misalnya sekarang gilu, dakwah lagi hancur gitu.Kaya gitu, taujihnya ngena gitu. Inget di kampus, inget di 8MI', gitu.Nangis gitu ...Jadi ga pas muhasabahnya doang. Kalo lagi baca Our en yabegitu juga".
Namun subjek tidak menangis begitu saja ketika mendengarkan taujih,
semua tergantung tema dari taujih tersebut. Jika taujih yang disampaikan
relevan dengan keadaan saat itu seperti tema tentang runtuhnya dakwah
atau fitnah dakwah, hal tersebut dapat membuatnya menangis karena ia
menjadi teringat akan keadaan dakwah di kampusnya dan di sekolahnya. la
manangis sambil mengadu pada Allah 8WT. Selain tema tersebut, 10 juga
menc:ngis ketika disampaikan taujih tentang tawazun. Karena ia jadi ingat
akan ketidaktawazunannya pada ibu dan keluarganya. Padahal menurutnya
keluarga adalah pilar dakwah yang utama.
Taujih atau informasi yang ia dapatkan dari ustadz, ia cerna dahulu, ia pikir
dan hayati dahulu kemudian ia renungkan jika yang disampaikan tersebut
benar atau sama dengan realita yang ada, hatinya menjadi tersentuh dan
akhirnya menangis. 8elama menangis 10 suka mendramatisir keadaan yang
akhirnya membuatnya tambah menangis sesegukan. Jika setelah menangis
ia merasa belum lega, ia mendramatisir dengan mengingat hal-hal yang
58
Tapi. .. kadang-kadang orang yang suka nangis, coba tanyain deh, pasti gabisa jawab kenapa. Karena pokoknya kaya ada tombolnya, Deg!Pokoknya kalo kepencet pasti nangis kan. Malah kadang kebalikannya,ada orang yang udah disakitin banget bisa ga nangis juga gitu kan.iJiaksudnya, ga bisa digeneralisasi permasalahannya apa kan.Maksudnya saya kan suka bilang,"Ya Allah bi. .. Pengen punya suami yangkalo nangis disamperin, cepcepcep ....diem... udah ga usah nangis." Gitukan pengennya ya. Semua perempuan kan pengennya kaya gitu, ko abinga? "Iya liat dull' nangisnya, nangisnya kama apa, Allah aja gitu, Rasulaja ga suka kala nangis tanpa sebab." Kata dia gitu kan ... "Klo misalnyanangisnya kama kita mengingat dosa-dosa kita, mengingat latainyaamanah kita, mengingat misalnya jasa ibu, orang tua kita, itu gapapa, yabunda ... ga ada apa-apa tau-tau nangis." Kata dia gitu. "Ya Abi mongapain begini-begini, ya Abi ga tau apa sebabnya"".
Bagi ID menangis memang tidak menyelesaikan masalah, namun dengan
menangis hati menjadi tenang, emosi jadi keluar. Menurutnya lebih baik
orang yang menangis tanpa sebab daripada orang yang suka marah tanpa
sebab. Karena marah tanpa sebab merugikan orang lain, sedangkan
menangis tidak.
"Ya, iya. Kata suami juga, ngapain sih nangis, emang nangismenyelesaikan masalah. Emang nga menyelesaikan masalah, tapi kanminimal hati tenang kalo udah nangis. Pokoknya emosi keluar dulu.Mungkin ada orang yang marah tanpa sebab tuh, pokaknya kalo kenaDeg! Langsung marah. Kalo saya, kalo kena Deg! Langsung nangis.Alhamdulillah saya kalo Deg! Nangis. Jadi kan ga ngerugiin orang. Kalamarah kan ngerugiin orang".
ID merasa mendapat insight setelah menangis. Seperti setelah ikut acara
mabit yang membahas tentang kehancuran dakwah, ia merasa setelah
menangis mendapatkan insight bahwa ini dia faktar yang menjadi
59
penghancur dakwah di kampus. 10 mengatakan bahwa menangis adalah
katarsis.
Menurut 10 berbeda proses dan hasil antara tangisnya ketika terjadi secara
alami atas kejadian sehari-hari dE;ngan tangisnya ketika mengikuti acara
muhasabah atau ketika di mediatori. Proses menangisnya sehari-hari lebih
sering tidak beralasan, hanya karena emosi atau situasi yang bertentangan
dengan hatinya sehingga spontan alarmnya berbunyi lalu ia menangis.
Namun ketika acara mabit, prosesnya lebih jelas yaitu apa yang disampaikan
oleh ustadz, ia masukkan dulu ke dalam kognitifnya baru kemudian ia
menangis setelah apa yang disampaikan itu ia cerna dan hayati dan sesuai
dengan fenomena yang ia alami. Namun jika menangis atas kejadian sehari-
hari, ia menyadari atas apa yang ditangisinya belakangan setelah ia
menangis.
"Iya he eh, beda. Iya bener. Jadi tu kalo kegiatan sehari-hari tu. Kalomuhasabah itu kan memang ada mornen, ada fasilitasnya, kalomuhasabah gitu. Emang harusnya sih, ga harus menangis. Evaluasi diriaja, tapi mayoritas orang akan nangis. Tapi kalo kejadian sehari-hari, kayapas Mia, kan tau-tau saya kejer banget gitu kan. Oeg ! dulu, ntarsadarnya... Jadi saya kalo untuk muhasabah emang saya sadar dulu. Injevaluasinya ini. Tapi kan misalnya ngebahasnya tentang apa gitu kan.Kaya misalnya tentang tawazun .. , atau tentang misalkan ukhuwah. Itu kandipandu, sudahkah kita menjadi saudara yang baik, misalnya sudahkahkita menunaikan hak-hak saudara kita, itu kan dipandu. Itu kan, itu kansaya masukin ke kognitif saya dulu, ya Allah...saya udah menjadi temenyang baik blom ya...Jadinya terangsang gitu. Tapi kalo sehari-hari nga,lebih spontan kalo sehari-hari".
10 lebih nyaman menangis ketika muhasabah karena tangisnya lebih
beralasan. Sedangkan menangis sehari-hari yang spontan hanya
membuatl'ya menyesal setelah menangis, ia menyesali mengapa ia harus
menangis padahal hal tersebut tidak perlu ditangisi.
"Sebenernya sih enakan muhasabah, kalo muhasabah kan memangdiingatkan dan dirangsang untuk mengingat, itu lebih berasa. Tapi kalosehari-hari gitu persentasenya fifty fifty gitu ...Nyesel. Nah "Aha" nya ituyang bikin nyesel. Tadi kan itu solusinya ga mesti nangis ya, kan suamibener, dia kan bener, harusnya saya kan nurut sama suami, beginibegini ... gitu. Takut ni dapat azab ni ... Begitu. "Aha" nya emang bagus,kaya gini... ngapain sih begini doang pake nangis. Bodoh banget sih gue.Tapi kan kalo muhasabah, kan ga nyesel, karna emang semua orangnangis dan nangisnya beralasan. Oapet "Aha" sih tapi abis itu nyesel, iiihhgitu doang nangis".
Menangis atas kejadian sehari-hari yang 10 alami, membuat 10 menyesal
setelah menangis. Setelah menangis muncul Insight "Aha" bflrupa perasaan
menyesal atas tangis yang telah dilakukannya. Namun ia pun tidak tahu
mengapa ia dapat mudah menangis seperti itu. la lebih nyaman menangis
ketika sujud pas shalat dengan mengingat dosa-dosanya atau ketika
muhasabah bersama.
Analisis kasus ID
Menurut Muhammad Ibrahim Siraj (2004) menangis merupakan reaksi alami
manusia yang terjadi akibat berbagai rangsangan internal maupun eksternal.
Pernyataan tersebut sama seperti yang dialami dalam kasus 10, ia menangis
61
akibat rangsangan dari eksternal berupa hal-hal yang bertentangan atau tidak
sesuai dengan hatinya dan akibat rangsangan internal pula berupa sifat
kesensitifannya. Menurut Muharnmad Ibrahim Siraj (2004), tangis 10 atas
kejadian sehari-hari (mediator accidenta0 merupakan jenis air rnata yang lahir
dari berbagai macam perasaan hati seperti sakit hati, sedih, perasaan
tertekan dan duka.
Namun menurut Tom Lutz (1999) air mata 10 yang mengalir karena
kesensitifannya atas kejadian sehari-hari yang dialaminya termasuk ke dalam
jenis air mata emosional yaitu air mata yang bermakna psikologis, yang
mengaiir akibat rangsangan emosional seperti sedih, kecewa, depresi dan
lain-lain.
Sedangkan menurut Abdul MUjib (2002) yang membedakan jenis-jenis
menangis berdasarkan konstitusi manusia, fungsi-fungsi psikologis, dan nilai
spirituaiitas, tangis 10 yang accidental atas kejadian sehari-hari yang
dialaminya termasuk jenis menangis berdasarkan konstitusi manusia yang
disebabkan oleh pengaruh psikis atau (kejiwaan) seperti menangis karena
perkataan suaminya yang keras dan akibat disakiti oleh temannya. Tangisan
seperti ini sering mendatangkan depresi dan kecemasan. Namun pada 10 hal
tersebut tidak terjadi, ia hanya merasakan penyesalan setelah menangis,
karena menurutnya hal tersebut tidak perlu ditangisi.
62
Oilihat dari fungsi-fungsi psikologisnya menurut Abdul Mujib (2002) tangisan
10 yang accidentaltersebut merupakan tangisan yang bernilai terapi
(penyembuhan) seperti tangisannya kepada teman yang ada didekatnya
ketika ia menangis, sehingga tangisan tersebut memberikan kelegaan dan
ketenangan setelah ia menangis.
Namun tangisan accidental tersebut dilihat dari nilai spiritualitasnya menurut
Abdul Mujib (2002) merupakan tangisan sia-sia dan tidak memiliki nilai ibadah
karena tangisannya merupakan luapan dari emosi manusia belaka tanpa
dibarengi oleh motif-motif spiritual seperti tangisnya akibat luka hati karena
perkataan suaminya yang tidak sesuai dengan hatinya atau karena disakiti
temannya maupun kejadian-kejadian yang membuat ia tersentuh.
Tangis accidental 10 tersebut memiliki makna dan dampak yang berbeda
dengan tangisnya ketika ia mengikuti acara mabit (tangis dengan mediator
yang dikondisikan). Ketika mengikuti acara mabit, tangisnya lebih terarah dan
jelas sebabnya, bukan hanya tangisan emosional belaka. Menurut
Muhammad Ibrahim Siraj (2004) tangisannya ketika mendengar ayat AI
Our'an dibacakan, keti~a mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh
ustadz pada acara mabit tersebut maupun ketika muhasabah (intropeksi diri)
dengan mengingat dosa-dosa merupakan jenis air mata penyesalan
63
(nadamah), air mata dalam rangka mengenang penderitaan para kekasih
Allah SWT dan merupakan air mata munajat dan takut kepada Allah SWT.
Sedangkan Abdul Mujib (2002) dilihat dari nilai spiritualitasnya, tangisan
tersebut memiliki nilai ibadah (al-ubudivah), yang di dalamnya terselip niatan
yang tulus dan ikhlas dalam mencapai kedekatan (al-taqarrub) dan kerelaan
(al-ridha) dari Allah SWT, seperti tangisan penyesalan (al-nadm) akibat
suasana hati atau reaksi emosional terhadap ingatan kekhilafan di masa
lampau.
Tangisan tersebut menurut Abdul Mujib (2002) memiliki dampak, pertama
berimplikasi positif pada aktualisasi diri, kedua mendorong individu bersikap
optimis dan produktif seperti keoptimisan 10 ketika menangisi kondisi dakwah
di kampusnya, ia menjadi optimis untuk memperbaiki dakwah kampusnya
dan mendapatkan jawaban penyebab kehancuran dakwah di kampusnya.
Ketiga membantu pencapaian kesehatan mental, dan keempat memiliki
muatan spiritualitas.
Namun menurut Satria Hadi Lubis (2003) baik tangis accidental atas kejadian
sehari-hari yang 10 alami maupun tangis yang lebih beralasan dan dengan
mediator yang dikondisikan kedua-duanya memiliki dampak yang positif.
Karena menurutnya menangis dapat membuat seseorang menumpahkan
64
berbagai perasaan; marsh, sedih, kecewa, kesal, berdosa dan lain-lain.
Menurutnya menangis merupakan sarana pelampiasan emosi yang efektif
untuk mengatasi stress. Dengan menangis, perasaan menjadi lega.
Pernyataan tersebut sama seoerti yang terjadi oleh ID. Meskipun ia
merasakan sebuah penyesalan di akhir tangisnya yang secara accidental,
namun ia merasakan sebuah kelegaan, terbukti ketika ia mengatakan bahwa
ketika ia dimarahi (dinasihati) suarninya lalu ia rnenangis setelah selesai
menangis ia rnerasakan masih ingin menangis karena merasa belum lega ia
menjadi mendramatisir tangisannya dengan mengingat-ingat bapaknya yang
telah meninggal. Baru setelah ia tuntas menangis, ia merasakan kelegaan.
Dan ia pun mengatakan bahwa meskipun menangis tidak menyelesaikan
masalah namun bagi dia yang penting nangis dulu biar lega.
Satria Hadi Lubis juga mengatakan bahwa dengan menangis pikiran menjadi
lebih jernih. Dengan kata lain, menangis dapat menumbuhkan semangat
untuk beraktivitas lebih baik lagl. Abdul Mujib (2002) juga mengatakan bahwa
menangis memiliki arti komunikasi psikologis yang menyehatkan dan
merupakan upaya ifragh (pelampiasan kekesalan jiwa). Pernyataan kedua
tokoh tersebut sejalan dengan pernyataan Muhammad Sahria Permana
(2005) yang mengatakan bahwa air mata menjadi charger yang mengalirkan
energi baru dalam hidup. Setelah manusia menangis dan air mata terkuras,
65
jiwa seakan bebas dan lepas dari beban yang membelenggu. Setelah
menangis keadaan menjadi lebih segar dan langkah menjadi terarah.
Dalam dua macam tangis yang dlalami pada k2SUS 10,ada dua perbedaan
input yang mendasari tangisnya. Namun proses tangis keduanya sama dalam
mencapai pada kesadaran diri. Oalam tangis yang dialami 10 atas peristiwa
sehari-hari, inputnya berupa konflik dengan suami, diomelin ibu dan disakiti
oleh temannya. Lalu input tersebut menjadi fokus perhatian pada kesadaran
primer (primary consciousness) yaitu berupa munculnya berbagai perasaan
seperti sedih, kecewa, sakit hati dan perasaan tidak bisa menerima kejadian
tersebut. Perasaan-perasaan tersebut menyentuh sifat kesensitifannya
hingga ia jadi menangis. Ketika menangis ia hanya terus menangis sampai
tuntas, sampai lega perasannya, sampai tenang emosinya tanpa ia
mengingat-ingat masa lalunya. Setelah menangisnya tuntas, ia merasakan
kelegaan dan menjadi mengobservasi dan merefleksi dirinya sehingga ia
mendapatkan insight yaitu sebuah penyesalan setelah menangis. la baru
sadar setelah menangis bahwa seharusnya apa yang terjadi itu tidak perlu ia
tangisi dan ia menjadi sadar bahwa nasihat suaminya benar. Insight tersebut
mengantarkan ID pada kesadaran diri sehingga ia mau mengakui
kesalahannya dan meminta maaf pada suaminya dan mau mengikuti nasihat
suaminya untuk pakai jilbab di rumah.
66
Kasus tangisan ID tersebut sejalan dengan teori Mardi J. Horowitz (1998)
dalam bukunya Cognitive Psychodynamics, yang menyatakan bahwa
keadaan yang terjadi pada sekeliling kita lalu kita menyadari keadaan
tersebut, hal itu disebut peripheral consciousness (kesad,3ran pada keadaan
sekitar), yang keadaan tersebut memunculkan berbagai perasaan seperti
sedih, kecewa, sakit hati dan lain sebagainya yang menjadi pusat perhatian
pada kesadaran primer (primary consciousness). Lalu kesadaran primer ini
mencapai puncaknya pada reflective consciousness dimana terjadi proses
introspeksi diri dan melahirkan kesadaran diri (self-awareness) pada diri
seseorang.
Proses terbentuknya kesadaran diri ketika menangis atas kejadian yang
dialami sehari-hari sama dengan ketika menangis dalam situasi yang
dikondisikan yang diikuti oleh ID seperti acara mabit. Pada acara mabit
tersebut, berbagai rangkaian acara diikuti seperti tasmi', taujh, dan
muhasabah. Rangkaian acara tersebut menjadi fokus perhatiannya pada
kesadaran primer (primary consciousness) sehingga hadir pada kesadaran
primernya persepsi-persepsi atas apa yang ia dengar serta menjadi teringat
akan ingatan-ingatan lJ1asa lalunya (recall memory) sehingga memunculkan
berbagai perasaan seperti penyesalan, merasa banyak lalai selama ini,
merasa belum menjadi saudara yang baik dan merasa belum maksimal
mendakwahi keluarga.
Berbagai perasaan tersebut membuat 10 akhirnya menangis. Selama
menangis terjadi penghayatan yang lebih dalam lagi, ia lebih mengobservasi
" dan merefleksi dirinya. la jadi ingat akan kondisi dakwah di sekolah dan
karnpusnya. la jadi teringat akan pengalarnan-pengalaman dakwahnya, apa
saja yang telah ia berikan untuk dakwah. Lalu ia pun akhirnya menemukan
ide atas sebab-sebab kehancuran dakwah di sekolah maupun di karnpusnya.
Sehingga muncul kesadaran dirinya untuk memperbaiki dakwah di kampus
dan di sekolahnya, serta memperbaiki kesalahan dan kelalaian yang telah ia
lakukan selama ini, kepada teman, saudara, suami juga ibunya.
Kedua proses tangis tersebut dapat lebih dijelaskan lagi dengan
membandingkan kedua proses tangis tersebut dengan skema sebagai
berikut.
Skema 4.1Proses self-awareness pada tangis 10
dengan mediator alami
r lD l1
Mediator:Konfiik dg suami, diomelin
ibu, disakiti teman.
~Primary Consciousness
• Attended sensory perception:sensitive
• Recalled memory: temgiang2perkataan suami, ibu& temannya
• Feelings: muncul berbagaiperasaan sedih, kecewa, sakit hatidan terluka
~Menangis
Tersedu-sedu, terisak-isak, banyakdan lama.
~Self reflecting, self observing&
self experiencingTidak ada
1Self-awareness
Mengakui kesalahannya, menyesalitangisannya. Menyadari bahwa apa
yang dikatakan suaminya benar.Meminta maaf pd suaminya.
Mengikuti nasihat suaminya untukmemakai jilbab di rumah. Berusaha
tawazun (seimbang) thp ibunya.Menjadi kesal& benci pada
temannya.
68
Skema 4.2Proses self-awareness dengan
mediator yang dikondisikan
c;JMediator.
Acara mabit dg rangkaian acara,Taujih, tasmi' dan muhasabah
~Primary consciousness
• Attended sensory perception:mempersepsikan kandunganayat AI-Our'an yg dibacakan,mempersepsikan ceramah ygdisampaikan oleh ustadz
• Feelings: perasaan menyesal• Recalled memory: teringat
kelalaian2 & dosa2
~Menangis
I~
Self reflecting, observing danexperiencing
Merefleksi diri dan pengalaman2dakwahnya
~Self-awareness
Memperbaiki dakwah sekolahdan kampusnya. Memperbaikikesalahan dan kelalaiannya
kepada teman, saudara, suamidan ibu.
69
4.2.2 Kasus SR
Pelaksanaan wawancara dengan SR dilakukan di rumahnya hari Selasa, 19
Juni 2007 di kavvasan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Awalnya slJbjek d::n
penulis janji bertemu di sekolah, namun karena penulis masih ada keperluan
di kampus, sehingga subyek pulang duluan. Penulis tiba di rumah subyek
pukul 15.13 WIS. Penulis disambut subyek di depan gang rumahnya, karena
penulis belum tahu rumah subyek. Setibanya di rumah subjek, penulis
disambut dengan ramah oleh ibu subjek. Oi rumah subjek cukup ramai, ada
dua orang adiknya, ada tante dan om nya yang sedang main. Penulis
dipersilakan duduk di ruang keluarga karena di ruang tamu ada om dan tante
subjek.
Setelah adzan Ashar berkumandang, penulis mempersilakan subjek untuk
shalat dahulu sebelum wawancara, agar proses wawancara tidak terganggu.
Setelah subjek selesai shalat, kami melakukan proses wawancara di kamar
subjek, agar tidak ada yang mengganggu dan mendengar perbincangan
kami. Tepatnya pukul16.00 WIS wawancara di mulai, subjek nampak malu
malu dan takut ketika disuruh mengisi lembar kesediaan diwawancarai.
Namun ia tetap bersedia di wawancara dan ia cukup kooperatif menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang penulis ajukan.
70
SR adalah seorang pelajar salah satu SMU Negeri di kawasan Jagakarsa.
Saat ini ia sedang naik-naikan kelas tiga IPA. la anak pertama dari tiga
bersaudara. Meskipun ia dad suku Jawa, namun logat bicaranya seperti
orang Betawi asli. Saat ini SR berusia 17 tahun, bulan Agustus na'lti usianya
beranjak 18 tahun. SR sangat aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti
PMR (Palang Merah Remaja), karate, OSIS (Organisasi Siswa Intra
Sekolah) dan juga MPK (Majelis Permusyawaratan Kelas). Ketika
diwawancarai SR memakai kemeja lengan panjang kotak-kotak berwarna
hitarn, masih memakai rok sekolahnya berwarna abu-abu dan jilbab kaos
berwarna krem.
SR mengakui bahwa ia termasuk orang yang mudah dan sering menangis.
Dalam seminggu selalu saja ada kejadian yang membuat air matanya
mengalir. Menurutnya yang menyebabkan ia mudah menangis adalah
kesensitifannya. Ketika perasaannya tersentuh sedikit saja baik sedih
maupun terharu dan bahagia, ia langsung mengekspresikannya dengan
menangis. la biasanya ditemani oleh sahabat-sahabatnya ketika menangis,
jika menangisnya di sekolah. Jika menangisnya di rumah, ia selalu menangis
di kamar seorang diri, dengan sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara
agar tidak ada yang tahu kalau ia menangis. Jika menangis di rumah, ia
menangis di malam hari dengan pura-pura tidur agar orang tuanya tidak tahu
karena ia tidak mau membuat repot orang tuanya. Ketika di sekolah biasanya
71
ia menangis di ruang UKS atau di kamar mandi, jika di kelas air matanya
tidak tertahankan tiba-tiba menetes, ia langsung membasuhnya dan pura-
pura tidak terjadi apa-apa atau biasanya ia langsung ke kamar mandi.
Awalnva sahabat-sahabatnya tidak tahu kalau ia menangis namun karena
melihat mala SR y2ng sembab mereka jadi tahu bahwa SR habis menangis.
Lalu sahabat-sahabatnya akan memberi support dan nasihat-nasihat pada
SR atau menenangkannya dengan mengusap-usap bahunya.
"Apa ya ya mungkin .... ini kali, apa maksudnya terlalu ... apanamanya terlalu sensitif dah gitu. Jadi kala misalla perasaannya sedikitgimana gitu, jadi langsung diekspresiin ...jadi terharu juga langsungnangis. Trus seneng juga, nangis, gitu. Trus kalo sedih kadangekspresinya nangis."
Menurut SR ia modelnya sekali menangis susah untuk berhenti. Tiba-tiba
matanya langsung sembab dan susah untuk hilangnya. Selain memang
kesensitifannya yang menyebabkan ia menangis, ketika menghadapi
masalah dan menghadapi kenyataan yang tidak sesuai juga menyebabkan ia
menangis. Terus juga ketika merenungi tentang dirinya, merenungi dosa-
dosanya seperti ia berantem dengan mamanya, itu membuat ia menangis. la
biasanya menangis merenungi dirinya sebelum tidur dan ketika shalat.
SR juga pernah menangis ketika mendengar gurunya bercerita tentang
wanita dan amal ibadahnya. Setelah mendengar cerita itu, ia langsung
tersentuh dan di rumah ia renungi lagi apa yang diceritakan gurunya sampai
73
menangis itu bisa ditahan atau dikendalikan, ia lebih memilih tidak menangis,
tapi kadang jika memang menurutnya ada sesuatu yang sangat
menyesakKan, kadang tanpa sengaja air matanya mengalir dengan tiba-tiba.
Sebenarnya ia tidak ingin seperti itu. Kadang tidak ada masalah apa-apa ia
pun menangis ketika teman:lya bertanya, ada apa sih ? ada apa sih ? Tiba
tiba saja air matanya langsung mengalir.
SR merasa tidak nyaman dengan dirinya yang mudah menangis. Ketika SMP
ia punya tekad tidak mau menangis. Awal-awal kelas satu SMA, ia masih bisa
mengendalikan untuk tidak mudah menangis. Sampai akhirnya ada temannya
yang bicara kepadanya mengapa ia tidak pernah cerita ketika ada masalah,
mengapa tiap ada masalah hanya dipikirkan sendiri saja. Sejak saat itu ia
mulai mudah menangis lagi. Sebenarnya ia tidak ingin cerita ketika ada
masalah karena kalau cerita kan melibatkan emosi dan akhirnya akan
menangis. la mengatakan dirinya dengan istilah, sumumya cetek, sehingga ia
mudah sekali menangis.
Disela-sela wawancara pun ia menangis ketika mengatakan bahwa ia ingin
memberikan yang terl;>aik untuk orang tuanya, ingin membahagiakan orang
tuanya dan ingin membuat orang tuanya bangga pada dirinya. SR tidak ingin
mudah menangis, ia ingin terlihat tegar, karena menurutnya jika ia mudah,
maka ia jadi terlihat gampang meweknya.
74
Selain menangis karena emosi atas kejadian sehari-hari, SR juga pernah
menangis dalam situasi yang dikondisikan seperti training ABCo, di akhir
training itu ada acara muhasabah. Bagi SR setelah ia mengikuti acara
tersebut ia merasa tenang sekali. Sete!ah menangis ia merasa sangat lega
dan merasa ada motivasi baru. Namun kadang motivasi tersebut timbul
tenggelam, hanya bertahan beberapa hari, setelah itu lupa, namun nanti ingat
lagi (sadar lagi).
"Biasanya sih kalo ikut gituan jadi kaya adem banget gitu. Ga tau, jadikayanya legaaa banget. Ga tau kenapa ya...heheheee... ga tau pasti kaloabis ikut gitu-gituan jadinya kayanya legaaa banget, trus kaya, pasti adamotivasi baru, trus tapi ngga tau dah kayanya kadang-kadang motivasinyatimbul tenggelam. Yaaa beberapa hari doang. Trus tapi ntar inget lagi.Trus ntar gitu lagi. Kaya gitu."
Menurut SR yang membawakan muhasabah tersebut benar-benar
menyentuh banget. Sehingga ia merasa sangat terbawa sampai menangis
dan merasakan bahwa apa yang dikatakan pemandu muhasabah tersebut
benar.
Analisa kasus SR
Air mata SR sebagian. besar merupakan air mata emosional, yaitu air mata
yang bermakna psikologis atau air mata yang mengalir akibat depresi, stres,
atau penderitaan fisiko Air mata ini tidak dibatasi hanya akibat emosi negatif,
namun juga banyak orang yang menangis karena sangat bahagia, atau ketika
75
tertawa. Air mata emosional ini dapat membuat wajah menjadi merah dan
tersedu-sedu (www.answer.com. 2006).
Dan yang menyebabkan SR menangis adalah ketika cerita masalahnya pada
temannya. Makanya ketika ada masaleh, SR tidak ingin cerita pada
temannya, karena jika cerita (curhat) pasti ia menangis. Tangisan SR ini oleh
Abdul Mujib (2002) disebut tangis terapi (penyembuhan) yaitu tangisan
pengaduan seorang remaja kepada teman dekatnya. Namun SR merasa
tidak nyaman dengan dirinya yang mudah menangis. la ingin lebih tegar
dalam menghadapi masalah yaitu dengan tidak menangis. Karena jika
menangis ia merasa terlihat cengeng dan gampang mewek. Namun
meskipun begitu, ia merasa setelah menangis bisa lebih mengendalikan
emosinya.
Tangis SR hampir sama dengan tangis ID yaitu mereka menangis karena
sensitif. SR bukan hanya menangis ketika sedih, ketika ada peristiwa yang
mengharukan dan membahagiakan ia pun menangis. SR juga menangis
dengan situasi yang dikondisikan seperti mengikuti training ABC yang
diadakan di sekolahnya dan juga ketika mendengar ceramah dari gurunya
tentang wanita dan amal ibadahnya. Ketika mendengar ceramah tersebut, ia
langsung menghayatinya lalu menangis teringat akan dirinya yang belum
76
menjadi wanita shalehah. Setelah menangis, ia langsung bertekad untuk
menutup auratnya (memakai jilbab).
Setelah menangis dalam situasi yang dikondisikan ia merasakan ketenangan
dan tumbuh motivasi baru untuk memperbaiki diri. Namun ia merasakan
motivasi tersebut kadang timbul tenggelam.
Analisi kasus SR lebih jelasnya dapat dilihat pada skema di bawah ini.
Skema 4.3Proses self-awareness pada tangis SR
dengan mediator alami
I SR I I{.Mediator
Ada kenyataan yg tdk sesuaikeing;nan seperti nilai kimia jelek.
berantem sm mama, membuatkecewa teman, salah paham dg
teman& curhat dg teman.
~Primary consciousness
• Attended sensory perception:sensitif
• Tidak ada recalled memory• Feelings: haru, bahagia, sedih,
kecewa
LMenangis
Lama, banyak sampai mata sembab
~Tdk terjadi proses self reflecting,self observing& self experiencing
~Self·Awareness
Bisa lebih mengendalikan emosinya,berusaha menjadi anak baik&
berusaha menjadi teman yg baik.Berusaha memperbaiki nilainya dgbelajar lebig giat.Namun merasa
tidak nyaman dengan tangisannya.
77
Skema 4.4Proses self-awareness dengan
mediator yang dikondisikan
I SR IL
Mediator:Ceramah, training ABCo
(muhasabah)
~Primary consciousness
• Attended sensory perception:menghayati, merenunginasihat yg disampaikangurunya, mempersepsikanmateri yg disampaikan olehtrainer ABCo
• Recalled memory: teringatdosa-dosa
• Feelings: perasaan bersalah,sedih, menyesall
~
I Menangis I~
Self reflecting, self observing&self experiencing
Merefleksi perjalanan hidupnyabahwa selama ini ia belum
menjadi hamba Allah yg baik,blm menjadi wanita shalehah&
merenungi amal ibadahnyaselama ini
~Self·Awareness
Menutup aurat, tumbuh motivasibaru untuk beramal shaleh
78
4.2.3 Kasus DC
Pelaksanaan wawancara dengan lJC dilakukan di kampus Psikologi lantai
dua depan perpustakaan. Wawancara berlangsung hari Rabu, 20 Juni 2007.
Sebelumnya penulis sms subjek untuk janjian wawancara di kampus pukul
09.00 WIB, namun subjek baru hadir di kampus pukul sepuluh lewat, subjek
telat datang dikarenakan hujan. Setelah mendapat tempat yang nyaman
untuk wawancara, sekitar pukul10.30 WIB wawancara dimulai. Sebelum
penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada sUbjek, penulis
menjelaskan tujuan wawancara tersebut dan meminta subjek untuk mengisi
lembar kesediaan untuk diwawancarai.
DC adalah anak kedua dan empat bersaudara. Saat ini DC berusia 21 tahun.
Pada saat wawancara, DC memakai kemeja garis-garis berwarna kuning dan
celana jeans berwarna krem. DC duduk bersila sambil memangku tas
gembloknya, ia duduk di samping kiri penulis. la berjenggot tipis, rambutnya
agak keriting dan wajahnya nampak berjerawat.
DC mengatakan bahwa ia pernah menangis dan ia dapat menangis
tergantung kondisi. la mengatakan bahwa kata orang-orang ia sering
dikatakan me/o. Hal-hal yang biasanya membuat ia menangis adalah
menonton film. Yang membuatnya menangis adalah suatu kondisi yang
79
menyedihkan dan film yang mengharukan seperti film-film drama baik drama
Indonesia maupun drama Barat. Kebanyakan film-film drama romantik yang
membuat ia menangis. la juga pernah menangis ketika melihat kucing disiksa
oleh temannya. Tangis tersebut baginya merupakan tangis empati dan
simpati.
la juga biasanya menangis ketika shalat dalam sujudnya, ketika ia teringat
akan dosa-dosanya. la biasanya menangis di tempat, yaitu ketika menangis
lagi nonton tv, ia menangis di situ juga di depan tv, ketika shalat di kamar, ia
menangis di kamar, ketika ia shalat di masjid ia menangis di masjid. la selalu
menangis pada tempat kejadian dan pada waktu kejadian pada saat itu juga.
Seperti ketika rnenonton film siang hari, maka ia menangis pada siang itu
juga, tidak siangnya menonton baru menangisnya di malam harinya.
DC biasanya rnenangis sendirian, tidak ada yang menemaninya. la
mengatakan bahwa masa kalau cowok menangis bilang-bilang kalau ia mau
menangis, jadi ia kebanyakan menangis seorang diri kecuali kalau menangis
bareng-bareng ketika muhasabah. Biasanya ia menangis sampai air matanya
menetes ke pipinya ketika nonton film, namun ia menangis sampai tersedu
sedu ketika taqqarub (mendekatkan diri) pada Allah SWT. la biasanya
menangis karena teringat akan dosa-dosanya dan sama harapan
harapannya.
80
Selain menangis pada kondisi alami sehari-hari, DC pernah menangis
dengan perantara mediator, yaitu training ESQ (Emosional Spiritual Quotiont)
bulan Maret lalu. Training tersebut diadakall selama dua hari. DC mengikuti
training tersebut dengan niat untuk membersihkan hati. Ketika training ESQ
tersebut, pagi siang sore malam ia selalu menangis menguras air mata. Baru
masuk pagi-pagi sudah di suruh menangis, baru datang pagi-pagi sudah
muhasabah.
"Pernah ikut ESQ selama dua hari. Sekitar bulan, bulan Maret tahun ini. ..Yaa...mencoba apa ya. Ngebersihin hati aja. Beeeehhhh....ESQ ma gapagi, ga siang, ga malem nangis semua. Nguras air mata. Belum pernahkan ? emmmm coba aja ikut. Ni baru masuk pagi-pagi ni, udah suruhnangis. Baru dateng masuk pagi-pagi udah muhasabah."
Ketika training ESQ tersebut, apa yang dipandu oleh pembicara ia
persepsikan dahulu, ia cerna dahulu kemudian ia menjadi menangis. Seperti
ketika membahas tentang mencintai Rasul, ia menjadi ingat Rasul sehingga
menangis. Ketika membahas tentang dosa-dosa atau tentang mati, ia jadi
ingat akan hal itu sehingga menangis.
"Ya...ya yang lagi dipandu. Maksudnya misalnya ngebahas tentangmencintai Rasul. Jadi kan jadi inget Rasul. Jadi kebawa, nangis lagi.Ngebahas tentang dosa-dosa jadi inget dosa. Inget mati juga."
Setelah menangis ia m.erasakan kelegaan dan tumbuh harapan untuk
menjadi lebih baik. la merasakan ketika training tersebut ia merasa siap untuk
mati pada saat itu. Namun hal tersebut hanya bertahan seminggu, setelah itu
ia kembali ke diri asalnya lagI. Selain itu, bagi DC menangis dengan mediator
81
yang dikondisikan menumbuhkan kesadaran pada dirinya. Setelah menangis
ia menjadi ingat akan apa tadi yang telah ia tangisi sehingga ia ingin menjadi
lebih baik lagi. Namun jangka waktu kesadarail itu hanya jangka pendek.
Beberapa jam setelah ia menangis kesadaran itu mulai luntur. Apa lagi ketika
nonton tv, semua jadi hilang, lupa lagi.
"Dampaknya....ya namanya training kan, secara gitu yah, maksudnya..Pokoknya pas saat Itu siap deh untuk mati. Yaaa namanya training cumabertahan seminggu doang, abis itu kembali lagi ke asa!.Kalo menangisnya... apa ya. Ya mungkin ada rasa kesadaran juga. Abisnangis kan masih inget tadi yang dinangisin apa....cuman yaaa, mungkinjangkanya cuma jangka pendek doang. Mungkin cuma beberapa jamsetelah itu, tapi kalo nonton tv lagi udah ilang....Iupa lagi. Kaya gitu."
Analisis kasus DC
Ada tiga jenis tangisan yang ada pada kasus DC, yaitu pertama tang is empati
dan simpati ketika menonton film-film romantik, tangis ini tidak berdampak
pada kesadaran dirinya, hanya sekedar tangis empati saja. Kedua, tangis
ketika shalat, ketika muncul perasaan ingin mendekatkan diri pada Allah
SWT, ia lalu merefleksi dan merenungi dirinya, teringat pada dosa-dosanya
sehingga menangis. Tangis tersebut berdampak pada kesadaran dirinya yaitu
keinginan untuk memperbaiki dirinya dan memperbaiki kesalahan-kesalahan
yang pernah dilakukannya. Ketiga, tangis dengan mediator training ESQ
(Emosional Spiritual Quotiont). Pada acara tersebut DC mendapatkan materi-
materi tentang kematian, mengingat Rasulullah Saw dan lain-lain, materi
82
yang didapatkannya ia persepsikan pada kesadaran primernya (primary
consciousness) sehingga ia menjadi teringat kembali ingatan-ingatan masa
lalunya sehingga memunculkan perasaan menyesClllalu ia menjadi
menangisi dirinya. Dalam keadaan menangis ia merefleksi perjalanan
hidupnya yang akhirnya menumbuhkan kesadaran diri berupa keinginan
menjadi lebih balk. Namun kesadaran yang didapatkan ini hanya bertahan
sebentar (beberapa hari).
Analisis kasus DC tersebut dapat dilihat lebih jelas pada beberapa skema dibawah ini.
Skema 4.5Proses self-awareness DC pada tangis simpati& empati
I DC I~
MediatorNonton film2 romantik, melihat kucing disiksa
~Primary consciousness
• Attended sensory perception: tidak ada• Recalled memory: tdk ada• Feelings: simpati& empati
1Menangis
Air mata menetes ke pipi namuntidak sampai tersedu-sedu
,;
Self reflecting, self observing&self experiencing
Tidak ada
Self-awarenessTidak terjadi
Skema 4.6Proses self-awareness DC
pada tangis dengan mediator shalat
I DC I~
Mediator:Shalat
~ --Self reflecting, self observing&
self experiencingIngin mendekatkan diri pd Allah.
Merenungi dosa-dosanya,merenungi keadaan dirinya.
~Primary consciousness
• Attended sensory perception:mempersepsikan diri&dosa-dosanya
• Feelings: perasaan menyesal&harap
• Recalled memory: ingat dosa-dosa
~Menangis
Sampai tersedu21 terisak2
~Self-awareness
Berusaha memperbaikidiri&kesalahan-kesalahannya.
83
Skema 4.7Proses self-awareness DC
pada mediator yang dikondisikan
I DC I~
Mediator:
ITraining ESQ (Emosional
Spiritual Quotient)
~Primary consciousness
• Attended sensory perception:mempersepsikan materi-materiyang disampaikan
• Recalled memory: ingatRasulullah, ingat dosa, ingat mati
• Feelings: perasaan menyesal
~Menangis
Sampai terisak-isak,menguras air mata
~Self reflecting, self observing,&
self experiencingTerkenang dosa-dosa masa lalu,
merefteksi perjalanan hidup.
~Self-awareness
Kesadaran untuk berubah menjadilebih baik, namun kesadaran tsb
tidak bertahan lama.
84
4.2.4 Kasus YR
Pelaksanaan wawancara dengan YR dilakukan di kampus, di kolam Psikologi
lantai satu. Suasana pada saat itu cukup ramaL Wawancara itu berlangsung
hari Kamis, 21 Juni 2007 pukul 11.45 WIS. Wawancara ini merupakan
wawancara tak terduga, sebelumnya kami belum buat janji, namun karena
Allah SWT mempertemukan kami hari itu, kami langsung melakukan
wawancara saat itu juga. YR yang terlebih dahulu mendatangi penulis yang
sedang duduk di pinggir kolam. Setelah sepakat untuk diwawancarai saat itu
juga, akhirnya wawancara pun berlangsung. YR sangat kooperatif dan
terbuka dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang penulis ajukan. la
menjawab dengan penuh kekhusyukan, namun kadang diselingi juga dengan
tawanya.
Pada saat wawancara, subjek memakai jaket kaos dan celana jeans
berwarna abu-abu, sepatu kets berwarna merah dan memakai tas gemblok di
punggungnya. YR berusia 23 tahun. la anak kedua dari empat berasaudara.
Dalam keluarganya ia memiliki sifat yang berbeda dari saudara-saudaranya.
Ketiga saudaranya lebih glamour kehidupannya, namun ia lebih apa adanya,
tidak suka dengan yang neko-neko dan bersifat keduniawian.
85
YR merupal<an sosok seorang pria yang mudah menangis. la mengatakan
bahwa ia mudah menangis jika sedang ingat pada Tuhan-nya. Biasanya ia
ingat pada TUhan-nya ketika akan tidur dan ketika berdoa, sehingga pada
saat-saat itulah ia menangis. la juga menangis ketika mengikuti acara doa
atau zikir bersama. Kadang ia suka malu kalau menangis ditemani sehingga
ia !ebih sering menangis send irian kecuaii jika acara doa atau zikir bersama
itu. la biasanya menangis sebelum tidur sampai ia mengantuk dan akhirnya
tertidur. la juga biasanya menangis ketika shalat malam (shalat tahajud).
Namun shalat malam itu tidak rutin ia lakukan setiap hari, ia shalat malam
ketika ia sedang menginginkan perubahan pada dirinya, ketika ia merasa
beberapa minggu yang telah dilaluinya berlalu begitu saja, ia merasa banyak
dosa dan ingin berubah sehingga ia melakukan shalat malam itu. Pada shalat
malam itu ia menangis ketika berdoa. Meskipun shalat malam itu tidak rutin ia
lakukan, namun dalam sebulan pasti ada aktivitas shalat malam itu, namun
dalam seminggu belum tentu ada.
YR biasanya tidur malam pukul sepuluh atau sebelas. Dan bangun shalat
malam biasanya pukul tiga dini hari. Kegiatan pada shalat malam itu hanya
shalat tahajud dua rakaat dan berdoa. Kurang lebih doa dan shalat itu ia
lakukan dalam waktu sepuluh menit. la menangis tergantung panjangnya doa
yang ia panjatkan pada Allah SWT. Semakin panjang doa yang dipanjatkan,
maka semakin lama menangisnya. Biasanya ia menangis sampai lepek, lebih
86
dari tersedu-sedu. Yang menyebabkan ia sampai menangis seperti itu adalah
perasaan bersalah (banyak dosa) dan mengharapkan kebaikan. Harapan
yang ia inginkan adalah mendapat bimbingan terus dari A!lah SWT dalam
hidup, keselamatan hidup, dimudahkan segala urusan dunia dan akhirat.
Sedangkan dosa yang membuat ia sampai menangis adalah pacaran dan
suka bohong sama orang tua. Kalau menangis sebelum tidur biasanya ia
menangis karena merenungi tentang dirinya. Kalau menangis ketika berdoa,
bukan hanya menangis karena mengharapkan kebaikan tetapi juga karena
mengharapkan ampunan dari Allah SWT. Setelah shalat tahajud biasanya
jika mengantuk ia tidur lagi, jika tidak mengantuk maka ia lanjutkan dengan
tilawah sampai dua a'in.
'Tenang. Kalo merenung tu pas lagi mo tidur. Kalo pas lagi berdoa mangga. Kalo berdoa langsung, langsung nangis, ya kalo berdoa nangis gahanya berharap, cuman ya....ngerasa pengen diampunin aja."
la merasakan ketenangan setelah menangis dan merasakan bahwa dengan
menangis membuat hatinya menjadi lembut dan menjadi mudah menerima
kebenaran. Dan yang ia pikirkan setelah menangis adalah kebaikan dan
harapan atas dirinya. Harapannya selain di atas, ada juga seperti ingin cepat
lulus kuliah, dimudahkan rezekinya, dan diselamatkan hidupnya dari segala
keburukan.
"Dampaknya....kaya gimana ya...bikin hati tu kayanya lembut,jadi. ...mudah menerima kebenaran."
87
Sebenarnya ia merasa berdosa dengan pacaran dan ingin mengakhiri
pacaran tersebut, ia ingin putus dan tidak pacaran lagi. Namun ia tidak
pernah bisa untuk mengakhirinya. la sudah mencoba oeberapa kali untuk
putus dengan pacarnya, namun karena kedekatan dan sudah biasa bertemu
sehingga akhirnya jalan bareng lagi. la mengatakan semua itu tidak bisa
diakhiri karena saling ada kebutuhan satu sama lain, seperti tugas kuliah atau
sang pacar minta diantar ke suatu tempat. Dengan adanya pertemuan
pertemuan yang didasari kebutuhan tersebut sehingga sulit bagi YR untuk
mengakhiri pacaran itu. Oleh karena itu YR sangat ingin segera menikah. la
suka iri jika melihat teman-temannya yang sudah menikah. Karena
menurutnya dengan menikah dapat menghindari dosanya pacaran. Namun ia
tidak berani seperti teman-temannya yang berani mengambil keputusan
untuk menikah. la terlalu mawas diri, melihat pada keadaan dirinya yang
belum bekerja. la merasa keyakinan pada Tuhan akan janji-Nya masih belum
setinggi teman-temannya. Keimanannya belum tinggi untuk meyakini janji
Allah SWT.
Selain ketika berdoa dan sebelum tidur YR menangis, ia juga kadang
menangis ketika sedang baca buku, atau nonton tv yang ada acara ceramah
atau tausiyah, namun kapasitas menangis tidak sebanyak seperti ketika
berdoa dan sebelum tidur, ia hanya berlinang air mata. YR lebih suka
menangis sendiri dari pada dengan mengikuti acara muhasabah yang
88
dilal,ukan berjama'ah, karena ia lebih menghayati ketika menangis sendirian.
Kalau muhasabah bersama ia juga menghayati, tapi lebih dominan
menangisnya karena terbawa suasana orang-orang yang pada rnenangis.
"Menangis...kadang kalo lagi. ..kaya rarne-rarne gitu, kadang suka terbawasuasana gitu. Ya rnisalnya acara rnuhasabah gitu, yang tadinya kita ganangis, jadi ikutan nangis. Kadang saya suka bingung gitu Va, padahalsaya juga ngerasa kalo saya punya salah gitu va. Ya istilahnya tu,dengan....dengan.... dengan rnuhasabah, dengan rame-rame gitu jadigampang. Ya kalo sendiri juga gampang sih sebenernya. Cuman kalosendiri kan lebih menghayati. Kalo rame-rame terkadang, terkadangya...ga tau ikut-ikutan, tapi ya dihayati juga sih. Kaya yang ...terbawasuasana aja sih. Kalo rame-rame. Nah kalo sendiri, kalo sendiri apa...jadilebih bisa dihayatin gitu. Lebih berasa, ngga...ngga... ngga dibuat-buat."
YR juga menangis ketika menghadapi masalah dan masalah terberat baginya
dalam hidup ini adalah penyakitnya. la memiliki penyakit tumor paru-paru
yang harus segera untuk dioperasi, tapi ia tidak mau dioperasi. Penyakit ini
membuat ia menangis dan sadar serta ingat pada Allah SINT. la mengatakan
bahwa waktu dulu ia susah untuk ingat pada Allah SWT, baru setelah datang
penyakit ini, ia jadi sadar dan lebih banyak mengingat Tuhan-nya. Kadang ia
merasa putus asa menghadapi penyakitnya, namun ia tidak mau putus asa
dari rahmat Allah SWT. Kadang ia juga suka kepikiran bahwa waktu hidupnya
tidak lama lagi. Kadang ia merasa benjolan yang ada di paru-parunya
bergerak, jika ia ingat itu, hal itu membuatnya termotivasi bahwa ia harus
taat.
89
Ketika menangis ia merasakan penghayatan yang lebih dalam. la lebih
banyak mengingat masa lalu dari pada harapan akan hari esok. Namun
setelah menangis ia menginginkan perubahan dan perbaikan pada dirinya.
Namun harapan atas perubahan dan perbaikan diri itu tidak sebanyak
penyesalan yang ia rasakan. la mengatakan bahwa ia harus sering
berkumpul dengan orang-orang yang benar agar ia selalu terjaga.
YR mengharapkan dalam kehidupan ia ingin selalu shalat berjama'ah awal
waktu. Dan ia sangat ingin menjalani hidupnya secara Islam seperti dalam hal
berpakaian. Namun karena ia merasa belum mampu menjalani hal tersebut,
sekarang ini ia baru bisa memelihara jenggotnya dulu, karena hal itu yang
paling gampang dilakukan. la ingin dalam segala kehidupannya tidak terlepas
dari Islam. Karena ia menganggap bahwa yang bisa menyelamatkannya
hanya Islam.
Analisa kasus YR
Pada YR lebih dulu terjadi self reflecting, observing& experiencing baru
akhirnya menangis dan kemudian baru lahir self-awareness dalam
religiusitas, yaitu berupa harapan-harapan untuk menjadi lebih baik, untuk
menjalankan perintah Allah SWT, untuk memperbaiki diri, muncul perasaan
perasaan menyesal dan harapan untuk mendapat ampunan dari Allah SWT.
Skema4.8Proses self-awareness pada tangis YR
dengan mediator yang dikondisikan
I YR I~
MediatorMuhasabah&zikir bersama
{-Primary consciousness
• Attended sensory perception: lebihkarena terbawa suasana orang2ygpd menangis
• Recalled memory: tidak ada• Feelings: terbawa suasana
LMenangis
Cuma berlinang air mata, tdk sampailepek
LSelf reflecting, self observing&
self experiencingAda penghayatan diri namun tdksedalam ketika menangis sendiri
LSelf-awareness
Tidak terjadi
92
Skema4.9Proses self-awareness YR pada
mediator perenungan diri
I YR I lLMediator:
Jika sedang ingat pada Tuhan-nya,ketika akan tidur, ketika shalat
malam&ketika berdoa.
LPrimary consciousness
• Attended sensory perception:harapan untuk slalu mendapatbimbingan dari Allah SWT dalamdidup, mengharapkankeselamatan & kemudahan segalaurusan dunia& akhirat.
• Recalled memory: teringat dosa-dosa& penyakitnya
• Feelings: perasaanbersalah&berdosa, merasahidupnya tidak lama lagi, merasablm menjadi hamba yg baik&berharap.
LSelf reflecting, observing&
experiencing.Merenungi dosa-dosanya seperti
pacaran&berbohong pd orang tua.Merenungi penyakitnya. Merenungi
hidupnya yang tidak lama lagLMerenungi masa lalunya.
LMenangis
Tersedu-sedu, sampai lepek danterisak-isak.
...Self-awareness
Merasa hatinya menjadi lembut& mudahmenerima kebenaran. Mengharapkan
perubahan&perbaikan pd dirinya.Berusaha menjalani hidup secara IslamL
94
Keempat subjek tersebut pernah mengikuti salah satu mediator yang
dikondisikan yang memicu tangisnya. ID dengan mengikuti acara mabit, SR
dengan mengikuti training ABCo, DC dengan mengikuti training ESQ, dan YR
dengan mengikuti acara muhasabah dan zikir bersama yang diadakan di
mushala dekat tempat tinggalnya. Bagi ID dan SR, mereka merasa lebih
nyaman ketika menangis dengan mediator yang dikondisikan karena
tangisnya menjadi lebih jelas dan lebih memberikan kesan dan dampak yang
positif. Sedang bagi YR ia lebih suka menangis sendirian dalam perenungan
dan do'a panjangnya ketika shalat malam dan sebelum tidur daripada
menangis dengan mediator yang dikondisikan (muhasabah dan zikir
bersama). Sedangkan DC, pada tangis simpati dan empati ketika menonton
film-film romantic, tidak muncul kesadaran diri setelah menangis. Namun DC
merasa nyaman dengan kedua tangisnya ketika shalat sendiri maupun ketika
training ESQ. Kedua tangisnya tersebut melahirkan self-awareness. Namun
yang membuatnya sedih adalah dampak dari menangis ketika training ESQ
tidak bertahan lama.
Tidak semua tangis subjek melahirkan self-awareness meskipun tangis
tersebut dimediatori dengan mediator yang dikondisikan. Dan tangis dengan
mediator accidental pun ternyata tidak semuanya tidak melahirkan self
awareness. Tangis tersebut dapat tidaknya melahirkan self-awareness
tergantung proses yang dilalui ketika akan menangis dan selama menangis.
95
Tangisan yang melahirkan self-awareness adalah tangisan yang melalui
proses persepsi yang menjadi pusat perhatian pada kesadaran primer
(primary consciousness) dan ada proses self reflecting sebelum atau selama
atau setelah menangis.Tangis yang dialami keempat subjek itu membawa
kesadaran diri (self-awareness) pada diri mereka. Namun bagi YR, DC dan
SR kesadaran diri tersebut mereka rasakan tidak bertahan lama atau timbul
tenggelam. Kadang mereka sadar, lalu lupa kemudian sadar lagi. Makanya
YR mengatakan bahwa ia harus berkumpul dengan orang-orang agar
kesadaran diri yang telah ia dapatkan dapat selalu terjaga.
Lebih jelasnya lagi, keempat kasus di atas dapat dilihat perbandingannya
dengan tabel di bawah ini.
Tabel4.2Analisis perbandingan antar kasus
96
No Subjek Proses menangis hingga meningkatkan self- Faktor-faktorawareness yang
meningkatkanself-awareness
1. 10 Pada mediator alaml (konllik dengan suaml, dlomelln AdanyaI ibu, disakitl ternan), mediator tersebut menjadl pusat pemusatan
perhatlan pada primary consciousness yaltu ternglang- perhatlanngiang perkataan suami, Ibu dan temannya pada terhadapmemonnya, serla muncul perasaan sedlh, kecewa, sakit mediator padahatl dan terluka schingga la menangls sampal tersedu- primarysedu, tldak ada self reflecting, observing& experiencing. consciousnessLalu muncul self-awareness yaltu meminta maal pada dan adanya selfsuaminya dan berusaha tawazun terhadap Ibunya. reflecting, selfPada mediator yang dlkondislkan (mablt-taujih,tasmi& observing &muhasabah) , mediator tersebut menjadl pusat perhatlan selfpada primary consciousness sehlngga la experiencingmempersepsikan ceramah yang dldengarnya, muncul selamaperasaan menyesal dan tenngat kelalalan-kelalalan dan maupundosa-dosanya sehlngga la menangis. Selama menangis sesudahla merefleksi din dan pengalaman-pengalaman menangls.dakwahnya sehlngga muncul self-awareness untukmemperbaiki dakwah sekolah dan kampusnya,memDerbaiki kesalahan dan kelalalannva.
2. SR Pada mediator alami (ada kenyataan yang tidak sesual Adanyakelnglnan, berantem sarna mama, salah paham dan pemusatanmembuat kecewa ternan), mediator tersebut menjadi perhatianpusat perhatlan pada primary consciousness nya yaitu terhadapmuncul perasaan haru, bahagia, sedih dan kecewa. mediator yangSehlngga la menangls sam pal matanya sembab. Pada diikutl padamediator alami inl tldak te~adl self reflecting namun primarytetap muncul self-awareness yaltu bisa leblh consciousnessmengendalikan emoslnya serla berusaha menjadi anak berupa hadirnyadan ternan yang balk. persepsl, tenngatPada mediator yang dlkondislkan (training ABeo), memon-memorimediator tersebut menjadl pusat perhatlan pada primary masa lalu serlaconsciousness nya yaitu te~adl penghayatan dan muncul berbagalperenungan atas maten training yang dlsampalkan, perasaan danmembuat dla tenngat dosa-dosanya sehlngga muncul adanya selfperasaan bersalah, sedih dan menyesali yang membuat reflecting, selfla menangls. Selama menangls la merefleksl perjalanan observing & selfhldupnya sehlngga akhirnya muncul self-awareness experiencingyaltu menutup aurat dan tumbuh motlvasl untuk beramal selama maupunshaleh. sesudah
menanQis.
97
3. DC Pada mediator alami (nonton film-film romantic dan Adanya mediatormelihat kucing tersiksa), mediator t"rsp.but menjadi yangpusat perhatian pada primary consciousness berupa memunculkanperasaan simpati dan empati, sehingga ia menangis. self reflectingTidak te~adi self reflecting sehingga tidak muncul self- yang menjadiawareness. pusat perhatianPada mediator shalat terjadi self reflecting terlebih pada primarydahulu yaitu ingin mendekatkan din pada Allah. Lalu self consciousness.
Ireflecting tersebut menjadi pusat perhatian pada primaryconsciousness berupa persepsi pada dosa-dosa yangtelah dilakukan sehingga mencul perasaan manyesaldan harap yang membuat ia menangis hingga terisak-isak, sehingga muncul self-awareness yaitu berusahamemperbaiki dlri dan kesalahan-kesalahannya.Pada mediator y"ng dikondisikan (training ESQ), DCmempersepsikan materi training yang disampaikan,mengingat akan dosa-dosanya dan akan kematiansehingga menimbulkan perasaan menyesal yangmenjadi pusat perhatian pada primary consciousnessnya. Sehingga menyebabkan ia menangis hinggaterisak-isak menguras air matanya. Ada proses selfreflecting setelah ia menangis yaitu terkenang dosa-dosa masa lalu dan merefieksi pe~alanan hidupnya.Sehingga muncul kesadaran diri untuk berubah menjadi
I lebih baik.4. YR I Pada mediator yang dikondisikan (muhasabah dan zikir Adanya
bersama), te~adi pemusatan perhatian pada primary pemusatanconsciousness hanya berupa perasaan sedih akibat perhatianterbawa suasana orang-orang yang pada menangis. terhadapSehingga ia pun ikut menangis namun Cuma berlinang mediator padaair mata. Te~adi proses self reflecting selama menangis primarynam un tidak dalam. Dan tidak te~adi self awareness. consciousnessPada mediator atas perenungan diri ketika shalat malam dan adanya selfdan sebelum tidur te~adi pemusatan perhatian pada reflecting,mediator tersebut berupa harapan untuk selalu observing danmendapat bimbingan dari Allah SWT, teringat akan experiencingdosa-dosa dan penyakit yang dideritanya, sehingga sebelummenim bulkan perasaan bersalah dan berdosa dan menangis.merasa belum menjadi hamba yang baik. Primaryconsciousness tersebut mem buatnya self reflecting yaitumerenungi dosa-dosanya, penyakitnya dan masalalunya sehingga ia menangis hingga tersedu-sedusampai lepek. Lalu muncul self awareness berupakelembutan hati dan dapat menerima kebenaran,mengharapkan perubahan dan perbaikan din serlaberusaha menjalani hidup sesuai ajaran Islam.
BABV
KESIMPULAN, DISKUSI dan SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak semua
tangisan melahirkan self-awareness. Dan tidak semua mediator melahirkan
tangisan yang membawa pada self-awareness. Tangisan yang dapat
melahirkan dan meningkatkan self-awareness adalah tangisan yang keluar
akibat mediator, seperti mediator yang accidental (alami) maupun mediator
yang dikondisikan yang dipersepsikan pada primary consciousness
(kesadaran primer) lalu pada kesadaran primer itu juga muncul ingatan
ingatan masa lalu atas dosa-dosa dan kelalaian-kelalaian sehingga individu
merasa menyesali dirinya sehingga ia menangis. Selama menangis, ia
merefleksi dirinya, mengamati pengalaman-pengalamannya dan perjalanan
hidupnya. Sehingga setelah menangis muncul kesadaran diri untuk
memperbaiki hidupnya, memperbaiki diri dan kesalahan-kesalahannya.
98
99
Pada subjek perempuan, terjadi dua jenis tangis yang sama yaitu tangis
akibat mediator yang accidental dan tangis akibat mediator yang
dikondisikan. Namun kedua tangis tersebut sama-sama melahirkan self
i3'11/areness. Meskipun melahirkan self-awareness, subjek SR merasa tidak
nyaman dengan mudahnya ia menangis (mediator accidentaf) ketika terjadi
apapun baik yang menyedihkan maupun yang mengharukan. Sedangkan ID
menyesali tangis akibat kesensitifannya (mediator accidental) namun ia
merasa nyaman dengan tangis tersebut karena ia merasakan kelegaan
setelah menangis. Namun ID merasa lebih nyaman menangis dengan
mediator yang dikondisikan seperti dengan mengikuti acara mabit yang
berangkaian acara seperti tasmi',taujih dan muhasabah, menurutnya tangis
tersebut lebih bermakna daripada tangisnya sehari-hari.
Pada subjek laki-Iaki diperoleh data bahwa mereka hanya menangis ketika
merenungi dirinya yaitu ketika shalat dan sebelum tidur. Namun pada DC
terdapat tangis simpati dan empati ketika menonton film-film drama romantik
atau ketika melihat kucing disiksa, tapi tangis tersebut tidak melahirkan self
awareness. Namun pada tangis ketika shalat, pada subjek DC dan YR lahir
self-awareness. Pada DC tangisnya dengan mediator yang dikondisikan
(training ESQ) juga melahirkan self-awareness namun kesadaran tersebut
tidak bertahan lama. Namun pada YR tangisnya dengan mediator yang
dikondisikan (muhasabah dan zikir bersama) tidak melahirkan kesadaran diri
100
karena ia menangis hanya karena terbawa suasana orang-orang yang pada
menangis.
Pads, subjek perempuan mereka lebih nyaman menangis dengan mediator
yang dikondisikan, namun pada subjek laki-Iaki mereka lebih nyaman
menangis sendiri ketika shalat karena mereka jadi lebih menghayati
tangisannya.
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasH penelitian dari keempat subjek di atas dapat dihasHkan
bahwa pada subjek wanita, mereka kebanyakkan menangis karena sifat
kesensitifannya. Namun tang is tersebut sebenarnya memberikan dampak
yang positif yaitu membuat mereka bisa lebih mengendalikan emosinya.
Sedangkan pada subjek laki-Iaki, tangis mereka jarang karena masalah
sehari-hari. Mereka lebih sering menangis karena hasH perenungan
sebelumnya. Mereka menangis karena sebelumnya memikirkan dirinya yang
begini-gini saja setiap harinya sehingga mereka merasa jenuh dan
menginginkan perbaikan pada dirinya sehingga ketika merenungi dirinya itu
mereka menangis, bukan hanya karena menyesali dosa-dosanya, tapi juga
101
karena rasa pengharapannya pada Allah SWT. Mereka menangis karena
adanya keinginan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.
Hal terseiut sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Abdul Mujib, 2002
bahwa menangis bagaimanapun akan memberikan kelegaan bagi pelakunya.
Karena menangis memiliki arti komunikasi psikologis yang menyehatkan dan
merupakan pelampiasan kekesalan jiwa.
Hasil penelitian tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Frey, et al (1981) yang menyatakan bahwa wanita menangis lima kali
lebih banyak daripada laki-Iaki. Dan 85 persen wanita dan 73 persen laki-Iaki
melaporkan bahwa mereka merasa lebih baik setelah menangis
(www.google.com. 2006).
Penelitian Frey, et al (1981) sejalan dengan Allan dan Barbara Pease (2005)
mengatakan bahwa kelenjar air mata perempuan lebih aktif daripada pria,
konsisten dengan besarnya respon emosional dari otak perempuan. Pria
sangat jarang menangis di depan umum karena, dari sudut pandang evolusi,
seorang pria yang menunjukkan emosi, terutama di sekitar pria lain, akan
berada dalam situasi berbahaya. Dia akan terlihat lemah dan hal ini akan
mengundang pria lain untuk menyerangnya. Tetapi, bagi perempuan untuk
menunjukkan emosi kepada orang lain, terutama perempuan lain, dilihat
102
sebagai tanda percaya, karena yang menangis menjadi bayi dan meletakkan
temannya dalam posisi orangtua yang melindungi.
Keempat subjt;k tersebut pernah mengikuti salah satu mediator yang
dikondisikan yang memicu tangisnya seperti mengikuti acara mabit, mengikuti
training ABCo, mengikuti training ESQ, dan mengikuti acara muhasabah dan
zikir bersama. Pada subjek wanita mereka merasa lebih nyaman ketika
menangis dengan mediator yang dikondisikan karena tangisnya menjadi lebih
jelas dan lebih memberikan kesan dan dampak yang positif. Sedangkan pada
subjek laki-Iaki, mereka lebih suka menangis sendirian dalam perenungan
dan do'a panjangnya ketika shalat malam dan sebelum tidur daripada
menangis dengan mediator yang dikondisikan (muhasabah dan zikir
bersama).
Tidak semua tangis subjek melahirkan self-awareness meskipun tangis
tersebut dimediatori dengan mediator yang dikondisikan. Dan tangis dengan
mediator accidental pun ternyata tidak semuanya tidak melahirkan self
awareness. Tangis tersebut dapat tidaknya melahirkan self-awareness
tergantung proses yang dilalui ketika akan menangis dan selama menangis.
Tangisan yang melahirkan self-awareness adalah tangisan yang melalui
proses persepsi yang menjadi pusat perhatian pada kesadaran primer
(primary consciousness) dan ada proses self reflecting sebelum atau selama
103
atau setelah menangis. Tangis yang dialami keempat subjek itu membawa
kesadaran diri (self-awareness) pada diri mereka. Namun kesadaran diri atas
hasil dari mediator yang dikondisikan pada keempat subjek dirasakan tidak
bertahan lama.
5.3 Saran
Saran ini penulis tujukan kepada:
a. Peneliti selanjutnya
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih variatif, disarankan pada
peneliti selanjutnya untuk memperbanyak teori khususnya tentang self
awareness serta lebih mempertajam metodologi penelitian dalam
pemilihan subjek dan pengambilan data.
b. Lembaga pelatihan
Menangis sama nilainya dengan terapi humor, sehingga penulis
menyarankan pada lembaga pelatihan maupun konselor dan psikolog
agar menerapkan terapi tangis ini dalam pelatihannya sebagai suatu
proses peningkatan self-awareness.
Taylor, Steven J& Robert Bodgan. 1984. Introduction ti Qualitative ResearchMethods. New York.
Ulwan, Abdullah Nashin. 2002. Tarbiyah Ruhiyah : petunjuk praktis mencapaiderajat taqwa. Jakarta: Robbani Press.
Uno, Hamzah B. 2(06. Orientasi Baru Da/am Psikologi Pembelajaran.Jakarta: Buml /\ksara.
Yusuf, Syamsu. 2003. Psikologi Belajar Agama. Bandung : Pustaka BaniQuraisyi.
Zohar, Danah& Ian Marshall. 2000. SQ: Spiritual Intelligence, The UltimateIntelligence. London: Bloomsbury.
Internet:
Borquist (1906). Tears. www.1stannex.com (2006)
Butler, Cate (2003). Tears-Nature's Emotional Processing?www.1stannex.com (2006)
Cornelius, Randolph (1986). Is Crying Good For You? www.1stannex.com(2006)
Frey, et.al (1981). Crying Behavior in the Human Adult. www.1stannex.com(2006)
It All Begins With Awareness. www.selfCreation.com (2006)
Kesadaran Diri. www.budiyono.com (2006)
Lutz, Tom (1999). Types ot Tears. www.answer.com (2006)
Past Ideas About Set-Evaluation. www.mtroyal.com (2006)
Shaiband, et.al (2001). When Tears Fail. www.1stannex.com (2006)
Ubaydillah (2003). Blokade Mental. www.e-psikologi.com (2006)
www.google.com (2006)
wNW.higherAwareness.com (2006)
www.vtaide.comllifeskills/selfawareness.html(2000)
Mc;jalah:
Kesadaran Pencarian dar. Kesadaran Pencerahan. Tarbawi, edisi 146tahun 8, 4 Januari 2007, hal 6.
Lampiran 1
Pedoman Wawancara
Menangis
1. Apa Anda pernah mer.angis?
2. Apa Anda orang yang mudah menangis?
3. Apa yang menyebabkan Anda mudah menangis?/ Mengap<l Anda
mudah menangis?
4. Siapa biasanya yang menemani Anda ketika Anda menangis?
5. Dimana biasanya Anda menangis?
6. Kapan biasanya Anda menangis?
7. Apa biasanya yang menyebabkan Anda menangis?
8. Berapa lama (durasi) Anda menangis?
9. Berapa sering (frekuensi) Anda menangis?
10. Bagaimana keadaan (karakteristik) biologis Anda saat menangis?
11.Apakah Anda memerlukan mediaotor untuk memicu tangis Anda?
12.Apa Anda pernah menangis dengan bantuan mediator?
13. Apa mediator tsb?
14. Mengapa mediator tsb membuat Anda menangis?
15.Apa yang Anda rasakan dan persepsikan ttg mediator tsb?
16.Apa yang ada dalam pikiran Anda sebelum menangis sehingga
memicu Anda untuk menangis?
17. Menangis dulu baru ketika menangis menyadari dosa-dosa atau
sebelum menangis ingat dosa-dosa sehingga menjadi menangis?
18. Selama Anda menangis, apa yang Anda pikirkan atau apa yang ada
dalam pikiran Anda ketika Anda menangis?
19.Apa dampak mediator tsb bagi Anda?
20.Apa dampak menangis bagi Anda?