69
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga....
La OdeAbdul Wahab
Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga Pendidikandi Sulawesi Tenggara
Laode Abdul WahabFakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Kendari
Email: [email protected]
AbstractResearch on the metamorphosis of radicalism in educationalinstitutions in Southeast Sulawesi has been conducted and focused onthe segregation potential to be a radical individuals and groups topreach, especially in educational institutions in the SoutheastSulawesi. Data obtained through questionnaires, structured interviews,observation, document tracking and focus group discussion.
The results showed that the metamorphosis of radicalism onthe knot of educational institutions in Southeast Sulawesi spreadingthrough the penetration movement in educational institutions such ason college campuses and in schools, especially in public campuseswith the goal of lecturers and students and public schools targetedteachers and students. The spread on campus through studentpropaganda agency involving senior students and in the school andthrough extra-curricular involving senior students with methods ofbrainwashing. Lecturer plays an important role in the growth ofradicalism as teachers and leaders of radical organizations with amethod of indoctrination while teachers act through the hiddencurriculum. The policy of the state budget subsidies to studentorganizations affiliated to the radical organization helped sustain thegrowth of radicalism on campus.The study recommends that efforts tobreak the chain of radicalism in educational institutions in SoutheastSulawesi can be done by educators either individually or as aneducator together with government.Key Words:
AbstrakPenelitian tentang metamorfosa radikalisme pada lembaga
pendidikan di Sulawesi Tenggara ini telah dilakukan dan difokuskanpada segregasi yang sangat potensial menjadi tempat individu danpara kelompok radikal berdakwah khususnya di lembaga pendidikandi Sulawesi Tenggara. Data diperoleh melalui angket, wawancara
70
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga...
La OdeAbdul Wahab
terstruktur, observasi, penelusuran dokumen dan diskusi kelompokterpandu.
Hasil penelitian menunjukan bahwa metamorfosa radikalismepada simpul lembaga pendidikan di Sulawesi Tenggara persebarannyamelalui penetrasi gerakan di lembaga-lembaga pendidikan seperti dikampus-kampus dan di sekolah-sekolah terutama dikampus-kampusumum dengan sasaran dosen dan mahasiswa dan di sekolah-sekolahumum dengan sasaran guru dan siswa. Persebaran di kampus melaluilembaga dakwah kemahasiswaan melibatkan mahasiswa senior dan disekolah melalui ekstra kurikuler melibatkan siswa senior denganmetode cuci otak. Dosen berperan penting dalam pertumbuhanradikalisme sebagai pengajar dan petinggi organisasi radikal denganmetode indoktrinasi sedangkan guru berperan melalui kurikulumtersembunyi (hidden curriculum). Kebijakan pemberian subsidi APBNkepada lembaga kemahasiswaan yang berafiliasi kepada organisasiradikal turut menopang tumbuh kembang radikalisme di kampus.Penelitian ini merekomendasikan bahwa upaya memutus mata rantairadikalisme pada lembaga pendidikan di Sulawesi Tenggara dapatdilakukan oleh pendidik baik secara sendiri-sendiri maupun pendidikbersama-sama dengan pemerintah.Kata Kunci:
PendahuluanTulisan ini berupaya menganalisis pembelahan sel radikalisme
di Sulawesi Tenggara khususnya pada lembaga pendidikan denganberangkat dari beberapa fakta hasil penelitian. Analisis diharapkanakan mengkonstruksi kerangka teoretik dan geososiopolitik khususnyaradikalisme secara komprehensif di lembaga pendidikan di SulawesiTenggara agar memudahkan menentukan strategi dakwah yangefektif. Pada level kebijakan nantinya, dengan dikonstruksikannyakerangka teoretik dan geososiopolitik radikalisme di lembagapendidikan, akan memudahkan mendesain upaya-upaya intervensiyang progresif dalam menangkal radikalisme dan apabila perluterorisme di daerah ini. Upaya ini dapat dipandang sebagai tanggungjawab para pendidik dalam menangkal radikalisme dan terorisme demimenjaga keutuhan Negara Kesatuan Repubik Indonesia dan kewajibannegara untuk menfasilitasinya.
Wacana radikalisme tidak hanya menyita perhatian aparatkeamanan, malah pada tingkat tertentu ia menjadi domain negara,
71
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga....
La OdeAbdul Wahab
karena persebarannya telah mengancam sendi-sendi negara utamanyaterkait ancaman bagi stabilitas keamanan dan politik. Bahkan PresidenJoko Widodo turut menjadikan radikalisme sebagai tantanganpembangunan. Menurutnya negara harus menang dari terorisme,radikalisme, dan ekstrimisme, sudah saya sampaikan, namanyastabilitas politik, stabilitas keamanan, itu sangat penting dalammembangun negara. Tantangan yang dihadapi misalnya terorisme,radikalisme, ekstrimisme, harus dihadapi tanpa kompromi. Negaraharus menang karena dengan stabilitas politik, keamanan, kita bisamembangun. Dua kunci utama pembangunan itu: Pertama, stabilitaskeamanan dan politik. Lalu kedua, pembangunan infrastruktur untukkonektivitas.1
Dalam panggung politik domestik bangkitnya gerakan-gerakanradikalisme keagamaan ditandai dengan maraknya aksi-aksi yangmelibatkan massa yang dimotori oleh beberapa kelompok Islam gariskeras, yang umumnya memiliki persamaan dalam satu hal yaitu;menghendaki pembumian atau penerapan syariat Islam di Nusantara.Gerakan-gerakan ini muncul terkait erat dengan berbagai persoalanseperti tidak adanya penegakan hukum yang adil dan sungguh-sungguh,serta ketidakadilan disektor sosial, ekonomi maupun politik.2
Dalam konteks Indonesia, munculnya radikalisme terkait eratdengan pembangunan yang dilaksanakan setelah tahun 1945. Ideologiradikalisme juga berhubungan erat dengan kegelisahan dan ambisidari strata sosial tertentu yang ada dalam sebuah masyarakat. Dengandemikian radikalisme adalah sebuah ideologi yang muncul bersamaandengan posisi sulit yang dihadapi oleh kelompok-kelompok sosial ini.Sekalipun ideologi radikalisme secara umum merupakan produk tahun1960-an, namun ideologi ini baru popular pada akhir tahun 70-an, danhingga sekarang kelompok ini bermetamorfosis untuk memperluasakar dan pengaruhnya.3
Pasca reformasi yang ditandai dengan terbukanya krandemokratisasi telah menjadi lahan subur tumbuhnya kelompok Islamradikal. Fenomena radikalisme di kalangan umat Islam seringkali
1 Berita: Detik.com, Kamis, 16/04/2015, 11:55 WIB.2 Muhammad Rizza Zihbudi, Islam, Radikalisme dan Demokrasi, Orasi
Pengukuhan Ahli Peneliti Utama LIPI, 2004.3 Yosouf M. Choiri, Islamic Fundamentalism (London: Pinter Pubhlisher,
1990), h. xii.
72
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga...
La OdeAbdul Wahab
disandarkan dengan paham keagamaan, sekalipun pencetusradikalisme bisa lahir dari berbagai sumbu, seperti ekonomi, politik,sosial dan sebagainya. Radikalisme yang berujung pada terorismemenjadi masalah penting bagi umat Islam Indonesia dewasa ini. Duaisu itu telah menyebabkan Islam dicap sebagai agama teror dan umatIslam dianggap menyukai jalan kekerasan suci untuk menyebarkanagamanya. Sekalipun anggapan itu mudah dimentahkan, namun faktabahwa pelaku teror di Indonesia adalah seorang muslim garis kerassangat membebani psikologi umat Islam secara keseluruhan.
Pengamatan awal penulis, menemukan fenomena bahwakantong benih radikalisme di Sulawesi Tenggara memiliki areakonsentrasi pada wilayah-wilayah tertentu, di tempat-tempat ibadah,lembaga pendidikan dan institusi masyarakat lainnya.
Fenomena yang mengemuka di Sulawesi Tenggara, gerakanradikalisme tersebut dilakukan selain melalui perluasan jaringan keberbagai kabupaten/kota sampai menyentuh lapisan masyarakat padalevel kecamatan, desa/kelurahan, dan komunitas tertentu, gerakanradikalisme juga dilakukan melalui institusi atau lembaga pendidikandengan segenap aktivitas akademiknya yang tidak tampak (hidden),dominasi masjid-masjid masyarakat dan institusi keagamaannya,melakukan propaganda, dan penguatan (pemaksaan) wacana idiologi(paham) keagamaan/indoktrinasi. Perluasan jaringan dan gerakankelompok radikal tidak dapat dilepaskan dari peran tokoh atau aktorormas bahkan pendidik yang memiliki ciri keagamaan tertentu yang‘berbeda’ dengan yang lain, misalnya: (1) khas Islam Timur Tengah;(2) leterlek dan harfiah dalam memahami Islam; (3) mengenalkanistilah-istilah baru yang bernuansa Arab seperti, ḥalaqah, dawrah,mabit dan seterusnya. Moment dawrah, ḥalaqah dan mabit di satu sisisangat positif dan membantu masyarakat untuk menanamkan danmemahamkan secara kuat tentang akidah dan syariat Islam. Namun disisi lain, model ajaran agama untuk mengedukasi cenderungmendorong masyarakat untuk tidak toleran terhadap pihak lain.Bahkan sebagian masyarakat yang terdoktrin pada tingkat tertentusetuju dengan aksi radikalisme demi agama.
Seiring perkembangan waktu, kelompok radikal di daerah inimemanfaatkan masa transisi (psikologi/berkecamuknya batinmasyarakat atas munculnya semacam ajaran baru bawaan kelompokradikal) dan kelengahan serta ketidaktahuan masyarakat, yang jugaadanya pemahaman keagamaan yang kurang di tengah tidak
73
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga....
La OdeAbdul Wahab
memadainya atau belum kuatnya interaksi dan interelasi institusi-institusi keagamaan dan kemasyarakatan, gerakan radikalismemengembangkan ideologinya sehingga sulit lagi dinilai apakahgerakan radikalisme merupakan aktivitas dakwah atau gerakan politikmengingat kuatnya ajaran ideologi yang ditanamkan sampai masukpada diskursus tentang relasi agama dan negara, misalnya bagaimanagerakan politik kaum radikal ‘menggugat eksistensi negara’ denganmenggunakan dalil-dalil lateral agama sebagai basis argumen mereka.Ditambah lagi munculnya kesulitan melakukan identifikasi terhadapgerakan radikalisme yang terinfiltrasi dan bermetamorfosa dengan dandimanfaatkan oleh gerakan terorisme.
Dalam kasus Sulawesi Tenggara asumsi ini dapat diterimasecara logis bahwa keinginan teroris untuk melebarkan ataumembangun jaringan tak terkecuali di Sulawesi Tenggara tidak dapatdibantah dan diabaikan. Artinya Sulawesi Tenggara juga merupakantarget persebaran terorisme atau persembunyian kaum teroris. Faktaini juga terkonfirmasi oleh kasus penangkapan Rahmat danFajriansyah dua teroris Poso Sulawesi Tengah tanggal 11 dan 18Agustus 2015 oleh Densus 88 Mabes Polri di salah satu pelabuhan danrumah warga di Kota Kendari ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara, dimana salah seorang sempat menyamar menjadi tukang batu.4 Data inimengkonfirmasi bahwa Sulawesi Tenggara menjadi daerah yang telahdan sedang menjadi target terorisme, sehingga potensi tidak hanyaradikalisme bahkan terorisme dapat dipandang ada di daerah ini.
Fenomena ini juga diperkuat dengan hasil kajian yangdidasarkan pada penelusuran Pusat Studi Deradikalisasi dan KonflikSosial IAIN Kendari tentang radikalisme yang menyebutkan bahwaperluasan dan jaringan dakwah ke berbagai penjuru kabupaten/kotaoleh kelompok radikalisme di Sulawesi Tenggara telah memilikicabang di hampir 17 kabupaten dan kota dengan alamat kantorsebagian terdaftar dan sebagiannya lagi tidak terdaftar (hidden).Sebagian memiliki sistem pemukiman agregasi yang mengelompoksecara tersendiri pada komunitas tertentu dan sebagian lagi memilikititik konsentrasi gerakan di desa dan kecamatan tertentu.5
4 Berita, Kurir Teroris Poso Ditangkap di Kendari, Koran Kendari Pos 27Agustus 2015.
5 Dokumen Hasil Kajian Pusat Studi Deradikalisasi dan Konflik SosialIAIN Kendari tahun 2015.
74
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga...
La OdeAbdul Wahab
Kerangka KonsepRadikal berasal dari kata radic yang berarti akar dan radikal
adalah (sesuatu yang) bersifat mendasar atau hingga ke akar-akarnya.Predikat ini dapat dikenakan pada pemikiran, paham atau gerakansehingga muncul istilah pemikiran yang radikal, paham radikal ataugerakan radikal. Terminologi radikalisme kemudian berkembang menjadipaham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaruan sosialdan politik dengan cara keras atau drastis, dan sikap ekstrem di suatualiran politik.6 Apabila radikalisme dilekatkan dengan agama hinggamenjadi kata majemuk radikalisme agama, maka dapat didefinisikansebagai sebuah paham atau aliran yang menginginkan perubahan ataupembaharuan sosial dan politik secara drastis dengan menggunakan cara-cara kekerasan atas nama ajaran agama.
Terorisme adalah ancaman atau penggunaan kekerasan secarailegal yang dilakukan oleh aktor non-negara baik berupa peroranganmaupun kelompok untuk mencapai tujuan politis, ekonomi, religius,atau sosial dengan menyebarkan ketakutan, paksaan, atau intimidasi.7Terorisme dalam pengertian ini, searah dengan definisi dari Tan(2008) dipandang sebagai penggunaan kekerasan terhadap target-target tertentu, baik objek maupun manusia, yang bernilai strategisdengan tujuan politis atau religius tertentu.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, sangat disadari bahwafenomena radikalisme dan terorisme menjadi trend isu yang cukupmenyita konsenstrasi semua pihak tak hanya di level regional dannasional tapi juga internasional. Beberapa studi menyebut bahwaradikalisme muncul sebagai respon masyarakat perkotaan dansekaligus merupakan artikulasi ideologis terhadap dimensi-dimensimodern. Fakta-fakta sosiologis radikalisme di kalangan umat Islamseringkali disandarkan dengan paham keagamaan, sekalipun pencetusradikalisme dapat saja lahir dari berbagai sumbu, seperti ekonomi,politik, sosial dan sebagainya. Metamorfosa ideologis politisradikalisme yang berujung pada terorisme kemudian menjadi masalahpenting bagi umat Islam tak terkecuali bagi umat Islam Indonesiadewasa ini.
6 Pengertian yang dikembangkan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia,1990, h. 917.
7 IEP, Global Terrorism Index: Capturing the Impact of Terrorism for theLast Decade (Sydney: Institute for Economics and Peace, 2012), h. 6.
75
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga....
La OdeAbdul Wahab
Penelitian yang sejenis juga telah dilakukan dalam konteksJawa Tengah, hasil penelitian menyebutkan bahwa radikalisme religiopolitik terjadi dalam berbagai kondisi. Pertama, kondisi di manaruang-ruang untuk lahirnya sifat kritis dan peluang untuk mengkritisikeadaan baik untuk lingkup social maupun pemerintah Negaraterbuka lebar. Kampus terutama kampus-kampus pendidikan umummerupakan lahan yang paling mudah timbulnya kelompok maupungerakan radikalisme ini. Kedua, situasi di mana timbulnyakesenjangan social politik dan ekonomi telah menggejala secarameluas, sebagai akibat pemerintahan yang korup dan tidak adil,sehingga menimbulkan perasaan frustasi di antara para pelajar danaktivis keagamaan, dalam kondisi seperti ini mereka mudah terbawakepada kebutuhan perubahan dan sekaligus karena berlaku dandiberlakukan oleh syariat Islam. Ketiga, akibat tidak adanya figure-figur yang dapat dipercaya sehingga memunculkan pemikiranalternative penerapan syariat Islam.8
Dalam sejumlah literatur istilah Islam politik, radikalisme atauneo fundamentalis memiliki tafsiran yang sulit untuk dibedakan satusama lainnya. Istilah radikalisme umumnya dipakai untuk merujukpada gerakan Islam politik yang berkonotasi negative seperti: ekstrim,militant dan non toleran serta anti Barat dan Amerika.9 Secarasederhana radikalisme menunjuk pada paham yang menginginkanperubahan sosial dan politik dengan cara drastis dan kekerasan.10
Meskipun demikian perlu diingat, bahwa radikalisme bukanlahsemata-mata merupakan ciri-ciri seorang yang fanatic dan tradisional.Bertentangan dengan keyakinan umum, radikalisme merupakan suatuusaha sungguh-sungguh yang diilhami oleh sikap serta diterminasipara aktivisnya untuk melawan penyelewengan-penyelewengan yangmerajalela. Dengan demikian, radikalisme tidak bisa begitu sajadisepelekan. Pernyataan ideologis radikalisme menampakkan suatu
8 Abu Hapsin, Radikalisme religio Politik di Jawa Tengah, LaporanPenelitian Balitbang Semarang, 2011.
9 Muhammad Rizza Zihbudi, Islam, Radikalisme dan Demokrasi, OrasiPengukuhan Ahli Peneliti Utama LIPI, 2004.
10 Umi Chulsum dan Windy Novia, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Surabaya: Kashiko, 2006), h. 561
76
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga...
La OdeAbdul Wahab
permusuhan baik terhadap tradisionalisme maupun institusikeagamaan formal.11
Menurut Horace M. Kallen, radikalisme ditandai oleh tigakecenderungan umum. Pertama, radikalisme merupakan responsterhadap kondisi yang sedang berlangsung. Respons tersebut munculdalam bentuk evaluasi, penolakan, atau bahkan perlawanan. Masalah-masalah yang ditolak dapat berupa asumsi, ide, lembaga, atau nilai-nilai yang dapat bertanggung jawab terhadap keberlangsungankeadaan yang ditolak. Kedua, radikalisme tidak berhenti pada upayapenolakan, melainkan terus berupaya mengganti tatanan lain. Ciri inimenunjukkan bahwa di dalam radikalisme terkandung suatu programatau pandangan dunia (world view) tersendiri. Kaum radikalisberupaya kuat untuk menjadikan tatanan tersebut sebagai ganti daritatanan yang sudah ada. Dan ketiga, kaum radikalis memilikikeyakinan yang kuat akan kebenaran program atau ideologi yangmereka bawa. Dalam gerakan sosial, kaum radikalis memperjuangkankeyakinan yang mereka anggap benar dengan sikap emosional yangmenjurus pada kekerasan.12
Maraknya fenomena gerakan radikalisme akhir-akhir ini,menurut Jimly Ash-Shiddiqi disebabkan oleh dua hal. Pertama,ketidakberdayaan umat muslim ketika dihadapkan pada kekuatandunia, sebut saja seperti Israel dan modernisme. Ketidakmampuanmereka dalam menandingi kekuatan-kekuatan tersebut membawanyapada sikap radikalisme. Kedua, umat muslim, terutama di Indonesiayang baru belajar berdemokrasi. Kebebasan dalam alam demokrasidan sistem pemerintahan yang sedang bergerak, ditambah denganmasyarakatnya yang plural, ketidakefektifan kepemimpinan diIndonesia membawa radikalisme di masyarakat makin tidakterkendali.13 Terorisme pada umumnya lebih terorganisir danmenghasilkan dampak sosial politis yang lebih besar ketimbangradikalisme agama. Dalam konteks Indonesia, beberapa kasusterorisme yang paling mencolok adalah pengeboman dan pelatihansenjata oleh beberapa kelompok teroris.
11 Yosouf M. Choiri, Islamic Fundamentalism (London: Pinter Pubhlisher,1990), h. x.
12 Radikalisme Agama Ancaman bagi Pemilu 2004?, www. SinarHarapanonline.co.id.
13 Prio Pratama, Radikalisme di Dunia Pendidikan: Penelitian, Telaah danSolusi, Islamlib.com, 27/05/2011.
77
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga....
La OdeAbdul Wahab
Sekitar bulan Desember 2010, PEW Research Centre, sebuahthink thank penelitian yang berpusat di Washington DC, juga merilispenelitan serupa yang hasilnya menunjukkan bahwa dalam lima tahunterakhir, gejala radikalisme di dunia Islam, termasuk Indonesiameningkat.14 Sydney Jones menyebut bahwa ancaman radikalisme danterorisme nyata meskipun saat ini hanya minoritas Muslim yangradikal dan hanya sedikit saja yang menggunakan kekerasan.15
Hasil penelitian Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian(LAKIP) tahun 2011 menujukkan bahwa gerakan dan pemikiranradikal khususnya di dunia pendidikan menunjukkan grafik yangkurang menggembirakan. Tingkat intoleransi di dunia pendidikanmeningkat. Kajian ini mengungkap fakta kondisi keberagamaan disekolah-sekolah umum yang ternyata memperlihatkan angka yangsangat mencengangkan. Tidak kurang dari 60% guru-guru, dan 25%siswanya, mengenal dan bersetuju dengan tokoh-tokoh radikal.16 Jikahasil penelitian tersebut dipercaya, ini berarti situasi dunia pendidikandi negara kita menunjukkan permasalahan yang sangat serius.Demikian, karena dunia pendidikan sejatinya hanya gambaran umumsaja dari masyarakat secara keseluruhan yang sedang mengalamipeningkatan radikalisme.
Metode PenelitianPenelitian ini difokuskan pada segregasi yang sangat potensial
menjadi tempat individu dan para kelompok radikal berdakwahkhususnya di lembaga pendidikan di Sulawesi Tenggara. Penelitiandilaksanakan selama empat bulan mulai Juli sampai Desember 2015.Sumber data diperoleh dari jawaban 350 responden melalui angketdan jawaban informan melalui wawancara terstruktur serta hasilobservasi dan dokumen kearsipan. Data juga dikumpulkan melaluidiskusi kelompok terpandu. Seluruh data yang dikumpulkanditranskripsikan, diklasifikasikan, dilakukan penafsiran, dianalisis dandiambil kesimpulan. Hasil analisis data diisajikan denganmenggunakan metode penyajian formal dan informal.
14 Ibid.15 Ahmad Fuad Fanani, Fenomena Radikalisme di Kalangan Kaum Muda
(Jakarta: Jurnal Maarif, Volume 8 No. 1 Juli 2013), hh. 4-5.16 Prio Pratama, Radikalisme di Dunia Pendidikan: Penelitian, Telaah dan
Solusi. Islamlib.com, 27/05/2011.
78
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga...
La OdeAbdul Wahab
Temuan Penelitian dan DiskusiHasil penelitian yang dilakukan penulis melalui kelembagaan
FKPT Sultra Desember 2015,17 antara lain melacak persebaranradikalisme pada simpul lembaga pendidikan di Sulawesi Tenggaramenemukan bahwa persebaran radikalisme di Sulawesi Tenggaramelakukan penetrasi gerakan di lembaga-lembaga pendidikan sepertidi kampus-kampus dan di sekolah-sekolah terutama dikampus-kampusumum dengan sasaran dosen dan mahasiswa dan di sekolah-sekolahumum dengan sasaran guru dan siswa.
Temuan ini menguatkan asumsi bahwa persebaran radikalismetidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangannya yang dapatdikonfirmasi melalui penelisikan dokumen-dokumen pertumbuhanradikalisme yang menyebutkan bahwa benih pertumbuhan radikalisme dikampus diawali oleh kelompok-kelompok pengajian akhir 1980-an yangmuncul dengan mengusung faham salafisme. Melalui kelompok inilahtransmisi Islam radikal di Timur Tengah berkembang di Indonesia,khususnya di kampus-kampus umum. Sidney Jones menyebut bahwagerakan radikalisme dan terorisme bisa tumbuh lewat studi-studi kajianIslam di kalangan pemuda. Dari Timur Tengah kelompok-kelompoktersebut muncul dan dikenali sebagai Ikhwanul Muslimin yang berasaldari Mesir, Hizbut Tahrir dari Lebanon, Syi’ah dari Iran maupun JamaahTabligh dari India atau Bangladesh. Belakangan muncul lagi ideologijihadis yang merupakan hibrida dari Wahabisme dan Ikhwan radikalsebagaimana yang dikembangkan oleh al-Qaedah dan al-Jamaah al-Islamiyah setelah para ideolog mereka, Aiman Al Zawahiri, AbdullahAzzam dan Usama bin Laden bertemu dengan kaum mujahidin di medanpertempuran Afganistan pada dekade 1990-an. Hizbut Tahrir masuk keIndonesia pada tahun 1980-an dengan merintis dakwah di kampus-kampus besar di seluruh Indonesia. Sebagian besar pelaku bom buku danperencana bom Serpong adalah lulusan perguruan tinggi, bahkan diantaranya lulusan perguruan tinggi Islam. Pelaku jelas-jelas menunjukkanpemahaman keagamaan Islam dengan cara sempit, bercorak eksklusif,dan keras.
17 Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Tenggarapada tahun 2015 melakukan penelitian: Peta Potensi Radikalisme dan Terorisme diSulawesi Tenggara, melibatkan 350 responden dan informan/peserta FGDrepresentasi stakeholders di Sulawesi Tenggara. Data juga ditelusuri melaluiobservasi dan dokumen kearsipan. Penulis terlibat sebagai Ketua Tim Peneliti.
79
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga....
La OdeAbdul Wahab
Temuan tersebut juga menegaskan pendapat Azra bahwamahasiswa perguruan tinggi umum lebih rentan terhadap rekruitmentpaham-paham radikalisme daripada mahasiswa perguruan tinggiagama Islam. Gejala ini berhubungan dengan cara pandang mahasiswaperguruan tinggi umum khususnya bidang sains dan teknologi,cenderung hitam putih. Sedangkan mahasiswa perguruan tinggi agamaIslam yang mendapat keragaman perspektif tentang Islam cenderunglebih terbuka dan bernuansa.18
Data penelitian ini juga menemukan bahwa persebaranradikalisme memiliki pola yang sama pada setiap perguruan tinggi diSulawesi Tenggara. Kantong benih pertumbuhan radikalisme di kampusadalah dengan melakukan penetrasi gerakan di kampus terutama dikampus-kampus umum dengan sasaran dosen dan mahasiswa. DiUniversitas Haluoleo (UHO) kampus binaan Kementerian RisetTeknologi dan Pendidikan Tinggi yang terletak di Kota Kendari,menjadi kampus negeri terbesar di Sultra dengan empat puluh ribu(40.000) lebih mahasiswa, persebaran radikalisme di kampus inimelalui lembaga-lembaga dakwah, seperti pada gambar 1 ini.
18Azyumardi Azra, Rekrutmen Sel Radikal di Kampus. Harian Kompas, 27April 2011.
80
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga...
La OdeAbdul Wahab
UniversitasHaluoleo
Lem ba gaInte rnal Kampus
Tingka tUniversitas
BKLDM
UKKI
Tingkat Fa kultas
Fosil (Afilia si HTI)
FK-MPM (A filiasiIkhw anulMus limin)
LDK (A filiasiW ahda hIs lamia h)
Le mbagaEs kterna lKam pus
HTI Chapter(A filiasi HTI)
G emaPe mbebas an(A filiasi HTI)
KAMM I (Af iliasiIkhwa nul
Muslim in)
Lem baga A liran‘Ba wah Tanah’
Jam aah Ta blig
Syia h
Ahma diah
Riset FKPT 350 Tokoh Sultra
Gambar 1Spot Beraktivitas Individu Atau Kelompok Radikal
Berbasis Komunitas di Universitas Haluoleo
Berdasarkan gambar 1 tersebut dapat diketahui bahwa diUHO, terdapat lima lembaga internal kemahasiswaan yang bergerakdi bidang keagamaan pada tingkat universitas dan fakultas. Tigalembaga bentukan universitas itu adalah BKLDK (Badan KoordinasiLembaga Dakwah Kampus) dan pada tingkat fakultas bernama Fosil(Forum Studi Islam) dengan afiliasi atau background paham HTI;UKKI (Unit Kegiatan Kerohanian Islam) untuk tingkat universitas dandi fakultas bernama FK-MPM (Forum Komunikasi MahasiswaPecinta Mushola) dengan afiliasi ke Ikhwanul Muslimin; LDK(Lembaga Dakwah Kampus) Ulul Albab dengan afiliasi keSalafi/Wahdah Islamiah. Selain itu terdapat dua lembaga eksternalyang aktif di UHO, yaitu HTI Chapter UHO dan Gema Pembebasanyang sama-sama berafiliasi ke HTI. Juga KAMMI yang merupakanafiliasi dari Ikhwanul Muslimin. Di sisi lain, tidak bisa ditampikbertunasnya gerakan/aliran “bawah tanah” dalam bentuk Jama’ahTabligh, Syiah dan Ahmadiyah, dan lainnya.
Tidak berbeda dengan di UHO, di Institut Agama Islam Negeri(IAIN) Kendari kampus binaan Kementerian Agama itu terletak diKota Kendari, menjadi kampus berbasis keilmuan Islam negeri
81
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga....
La OdeAbdul Wahab
IAIN Kendari
LembagaInternalKampus
LDK (AfiliasiHTI)
Dana DIPA 12Juta/Tahun
Kopma(Afiliasi HTI)
Dana DIPA 12Juta/Tahun
LembagaEskternalKampus
HTI Chapter(Afiliasi HTI)
GemaPembebasan(Afiliasi HTI)
Riset FKPT 350 Tokoh Sultra
terbesar di Provinsi Sulawesi Tenggara, persebaran radikalisme dikampus ini melalui lembaga-lembaga dakwah, seperti pada gambar 2berikut ini.
Gambar 2Spot Beraktivitas Individu Atau Kelompok Radikal
Berbasis Komunitas di IAIN Kendari
Berdasarkan gambar 2 tersebut dapat diketahui bahwa padaIAIN Kendari sebagai satu-satunya perguruan tinggi Islam negeri diSulawesi Tenggara, persebaran radikalisme melalui 4 organisasikemahasiswaan internal dan ekternal kampus yakni LDK (LembagaDakwah Kampus) yang berafiliasi dengan HTI mulai diperkenalkanpada tahun 1990-an akan tetapi baru mulai aktif pada tahun 2000,Kopma (Koperasi Mahasiswa), HTI Chapter dan Gema (GerakanMahasiswa) Pembebasan, ketiganya juga berafiliasi dengan HTI.Aktivitas 4 lembaga kampus di IAIN itu dengan melakukanpembinaan dalam bentuk halaqoh-halaqoh yang berjenjang mulai daripengenalan tentang akidah Islam, gerakan-gerakan Islam sampaihalaqoh yang mengkaji tata pemerintahan negara. Untuk kasus IAINhalaqoh yang paling tinggi diperkenalkan adalah kajian tentangDaulah Islamiyah/Khilafah Islamiyah. Fakta ini sangat menguatkanperspektif masyarakat bahwa sebenarnya aktivitas lembaga-lembagamahasiswa tersebut lebih dapat dimaknai sebagai perjuangan politikkendati dilabeli ‘dakwah’ atau ‘agama’.
82
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga...
La OdeAbdul Wahab
Peran Dosen
Pet ingi HTI
Ind oktrinasiHTI
Mewajibkanmah asiswam engikutikader isasi
HTI
Mengh aru skan
m ahasiswab erd emo nstrasi d engansim bol HTI
Akadem ik
In doktr inasiAkadem ik
Berb asis HTI
Mengajarkan
mah asiswam enolak
pengh orm atan sim bol
n egara
D iskrim inasipem ber iannilai mataku liah bagikad er dan
bu kan kaderHTI
Pemb uatanskripsiacu an
referen siHTI
Pen olakanmata kuliah
d anPancasila itu
sendir i
Riset F KPT 350 Tokoh Sultra
Berdasarkan pengamatan terlibat yang dilakukan penulis,keempat lembaga itu menganggap diri sejalan dengan kajian dansistem dakwah yang dimiliki oleh HTI dan sebagian besar kaderkeempat organisasi kampus ini aktif dalam kegiatan-kegiatan HTISultra. Sistem kaderisasi dilakukan lewat ILT (Islamic LeadershipTraining) dan saat ini memiliki kader aktif sebanyak kurang lebih 60orang dari 4 fakultas yakni Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan,Fakultas Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, serta FakultasUshuludin Adab dan Dakwah.
Penelitian FKPT Sultra menemukan bahwa persebaranradikalisme di perguruan tinggi di Sulawesi Tenggara khususnya diIAIN Kendari melibatkan dosen. Dosen berperan penting dalampertumbuhan radikalisme di IAIN Kendari, seperti pada gambar 3 ini.
Gambar 3Peran Dosen dalam Pertumbuhan Radikalisme di IAIN Kendari
Berdasarkan gambar 3 di atas dapat diketahui bahwa padatingkat yang lebih jauh, keterlibatan organisasi kampus dalam tumbuhkembang potensi radikalisme di kampus justru ditopang olehkenyataan keterlibatan birokrasi kampus utamanya dosen. Bahkan diIAIN Kendari beberapa dosen menjadi bagian penting (petinggi)dalam struktur HTI di tingkat Sulawesi Tenggara dan sangat aktifmenularkan ideologi HTI dalam berbagai kesempatan. Apabiladiamati keterlibatan dosen menjadi ambivalen, pada satu sisi merekaadalah PNS yang terikat oleh kode etik dan sejumlah instrumenperaturan perundang-undangan untuk menjalankan tanggungjawab
83
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga....
La OdeAbdul Wahab
KarakteristikPaham
Radikalismedi IAINKendari
Umum
Khusus
Menjadikan Islam sebagaiideologi final/ingin
menegakkan khilafah
Mengkafirkan demokrasi
Bersifat eksklusif
Tidak mau hormat benderamerah putih
Dosen IAIN tokoh HTImembina
Menguasai lembaga intra(LDK, KOPMA), ekstra (HTI
Chapter, Gema)
By: workshop, training, mediasosial facebook, buletin & orasi
HTI merekrut anggota barumelalui LDK di IAIN Kendari
KOLABORATIF RISETLaode, Mursal, Pebry
(2015)
SumberDana: DIPA24.000.000/Tahun ut:
LDK &KOPMA
Pemerintah (Pejabat Kampus)ikut menumbuhsuburkan
Radikalisme
Kantor &Fasilitar (ITListrik, Air,ATK) IAIN
Sumber Dana:1. Iuran, 2.jual ikan, 3.beasiswa, 4.
instalHP, Leptop, 5.
tikettraining, 6.dll
+ 60orang
sebagai pegawai pemerintah, sehingga menjadi keharusan tunduk danpatuh pada pemerintah dan setia kepada ideologi negara Pancasila danUUD 1945 dan menjaga harkat dan martabat negara, namun di sisilain secara sengaja mengabaikan komitmen itu dengan menjadi simpulbertumpu ideologi radikal di mana pada tingkat tertentu sebenarnyadapat dipandang menghianati sumpah dan janjinya kepada negara.
Pada kasus IAIN Kendari, seperti yang ditunjukan olehpenelitian Laode Wahab, Mursalaat, dan Febriani, tumbuhkembangradikalisme turut ditopang oleh kebijakan kampus, utamanya terkaitdengan pembiayaan lembaga intra kampus seperti LDK dan KOPMAyang notabene berafiliasi dengan HTI, seperti pada gambar 4 berikutini yang menemukan karakteristik paham radikalisme di IAINKendari.
Gambar 4Karakteristik Paham Radikalisme di IAIN Kendari
Pada IAIN Kendari, keterlibatan dosen terdistribusi sampaipada aktivitasnya di level kebijakan akademik dan dilakukan secaratersembunyi (hidden). Pemberian kebebasan akademik padaperguruan tinggi untuk menganut otonomi kurikulum dan kebebasanmimbar akademik menjadi jembatan bagi para dosen radikal untuk
84
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga...
La OdeAbdul Wahab
Peran Guru
AfiliasiOrmasRadikal
IndoktrinasiRadikal
RekrutmenGuru Guru Honorer
IdeologiRadikal
Akademik
MetodeCuci Otak
Guru keSiswa
SiswaSenior ke
Yunior
MelaluiEskul
HiddenCurriculum
Riset FKPT 350 Tokoh Sultra
berperan ganda sekaligus sebagai dosen dan sebagai petinggi HTI,sehingga mudah melakukan indoktrinasi kepada para mahasiswa,misalnya mewajibkan mahasiswa mengikuti kaderisasi di lembagakampus yang berafiliasi dengan HTI, mengharuskan mahasiswamelakukan demonstrasi dengan simbol-simbol HTI di dalam kampus,mengajarkan mahasiswa menolak penghormatan simbol negara(bendera merah putih) dalam kegiatan akademik kenegaraan, sampaipada urusan akademik diskriminasi pemberian nilai mata kuliah bagikader dan bukan kader HTI, pembuatan skripsi dengan menggunakanacuan referensi yang diacu oleh HTI antara lain buku-buku karanganTaqyudin An-Nabhani (tokoh referensi HTI) serta penolakan matakuliah dan Pancasila itu sendiri. Apa yang terjadi di IAIN Kendarididuga kuat juga dilakukan atau terjadi di perguruan tinggi lain diSulawesi Tenggara dengan dinamikanya sendiri-sendiri dan pastilahmenguras energi dan menaikan ardenalin civitas akademika yangmelihat radikalisme sebagai ancaman serius.
Penelitian FKPT juga menemukan bahwa persebaranradikalisme di sekolah di Sulawesi Tenggara melibatkan guru. Guruberperang penting dalam pertumbuhan radikalisme di sekolah, sepertipada gambar 5 berikut.
Gambar 5Peran Guru dalam Pertumbuhan Radikalisme di Sekolah
85
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga....
La OdeAbdul Wahab
Apabila diperhatikan gambar 5 tersebut menunjukan bahwapada level sekolah pola yang terjadi di kampus determinan dengansekolah. Pada banyak kasus sekolah-sekolah di Sulawesi Tenggara,peran guru sangat dominan dalam menaikan laju pertumbuhanradikalisme di sekolah. Banyak guru yang berafiliasi dengankelompok radikal termasuk dengan HTI. Selain metode cuci otak yangdilakukan oleh guru radikal ke siswa senior lalu diteruskan ke padasiswa yunior dengan berkedok kegiatan ekstra kurikuler (eskul) di luarpengawasan pihak sekolah, pejabat pengawas dan orang tua, cuci otakjuga dilakukan melalui hidden kurikulum radikal atau lebih tepatdisebut infiltrasi kurikulum radikal. Transisi kurikulum di sekolahantara menggunakan K-13 dan KTSP ditambah lagi kebijakankementerian pendidikan nasional yang menyerahkan sepenuhnyakepada guru untuk berinovasi dan berkreativitas dalammengimplementasikan kurikulum, keadaan itu justru dibajak para gururadikal untuk melakukan infiltrasi kurikulum radikal.
Apabila ditelisik transkrip wawancara untuk beberapa kasus diSultra, guru radikal ini muncul berawal dari rekrutmen tenaga honoreryang tanpa melalui seleksi yang ketat seperti CPNS, sehingga guruyang terekrut dan mengajar tidak dapat diindentifikasi sebagai gururadikal. Apalagi sekolah tidak melakukan verifikasi yang ketat karenapertimbangan guru yang direkrut sangat dibutuhkan oleh sekolah.Dalam perjalanannya sang guru merasa tidak terikat tanggung jawabmoral untuk mendedikasikan dirinya selain sebagai tugas mulia jugasebagai bagian bentuk bakti kepada bangsa dan negara.
Pola ini hampir menggejala di satuan pendidikan di SulawesiTenggara. Keadaan itu juga ditopang oleh kenyataan, bahwaumumnya sekolah-sekolah di Sulawesi Tenggara utamanya yangberada di pelosok dan terpencil tak terkecuali di ibu kota provinsi,kabupaten/kota dan kecamatan, mengalami kekurangan guru, sehinggamenerima guru honorer apalagi sangat dibutuhkan menjadi pilihanyang memungkinkan dan pada tingkat tertentu bahkan perekrutan guruhonorer utamanya untuk kualifikasi dan disiplin ilmu tertentu menjadiharus dilakukan tanpa perlu mempertimbangan latar belakang ideologiradikal sang guru terlebih dahulu
Ditambah lagi rekrutmen itu juga ditopang oleh relasi-relasiideologis karena persamaan pemahaman keagamaan tertentu antaraguru yang direkrut dengan pemutus kebijakan, alasan psikologiskarena pertemanan atau untuk membantu kebutuhan diseminasi ilmu
86
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga...
La OdeAbdul Wahab
Mengedukasisiswa dampaknegatif radikal
terorisme Mengedukasisiswa sejak dini
pluralitas
Mengedukasisiswa agama
tidakmengajarkan
kekerasan
Mengajari siswarukun dengan
umat lain
Mengedukasisiswa tentang
radikalisterorisme rutin
Mengedukasisiswa pentingnyaNKRI yang damai
Melarang/mengawasi siswa ikutkajian ekstrim
radikal
Mendidik siswaagar selalu jujurdan taat aturan
Guru memberiajaran agamayang benar
Dibutuhkancontoh tauladan
guru
Mendekatkansiswa denganmesjid dan Al-
Quran
Riset FKPT 350 Tokoh Sultra
Upaya MemutusMata RantaiRadikalismeAgama danTerorismedi
SulawesiTenggaraoleh
Pendidik
pengetahuan sang guru yang direkrut dan pertimbangan relasisosiologis misalnya karena tetangga, keluarga, atau satu etnis/daerah.
Akhirnya, penelitian menjaring upaya yang harus dilakukanoleh stakeholders utamanya slakeholders pendidikan dalam memutusmata rantai radikalisme agama dan terorisme di Sulawesi Tenggara,seperti gambar 6 berikut ini.
Gambar 6Upaya Memutus Mata Rantai Radikalisme Agama dan Terorisme di
Sulawesi Tenggara oleh Pendidik
Apabila memperhatikan gambar 6 tersebut menunjukan bahwapendidik dapat berkontribusi memutus mata rantai radikalisme denganbeberapa upaya, antara lain: mengedukasi siswa tentang dampaknegatif radikal terorisme, mengedukasi siswa sejak dini tentangpluralitas, mengedukasi siswa bahwa agama tidak mengajarkankekerasan, mengajari siswa agar rukun dengan umat lain, edukasidilakukan secara rutin, mengedukasi siswa tentang pentingnya NKRIyang damai, melarang/mengawasi siswa ikut kajian ekstrim, mendidik
87
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga....
La OdeAbdul Wahab
Penguatankurikulum anti
radikalSekolah bersama
orang tuabendung radikalis
terorisme
Menaktifkanpesantren kilat
tema kebangsaan
Pembinaankarakter/nilai-
nilai ke-Indonesiaan
Pendidikmelakukan
penelitian didaerah
Pemeriksaanbahan ajar gurukonten radikal
Seleksi calonguru, banyakguru radikalmenyusup
Sekolahterbukadengan
lingkungansekitar
Membentuklembaga anti
radikalisterorisme di
sekolah dan dikampus
Riset FKPT 350 Tokoh Sultra
Upaya MemutusMata RantaiRadikalismeAgama danTerorismedi
SulawesiTenggaraoleh
Pendidik bersamaPemerintah
siswa agar selalu jujur dan taat aturan, guru memberikan ajaran agamayang benar, dibutuhkan contoh tauladan guru serta mendekatkan siswadengan mesjid dan Al-Qur’an.
Upaya yang dilakukan pendidik utamanya di sekolah tersebutdapat disinergikan dengan pemerintah, seperti pada gambar berikutini.
Gambar 7Upaya Memutus Mata Rantai Radikalisme Agama dan Terorisme di
Sulawesi Tenggara oleh Pendidik bersama Pemerintah
Apabila memperhatikan gambar 7 di atas pendidik bersamadengan pemerintah dapat berkontribusi memutus mata rantairadiklaisme dengan beberapa upaya, antara lain: penguatan kurikulumanti radikal, pelibatan orangtua, mengaktifkan pesantren kilat bertemakebangsaan, pembinaan karakter/nilai-nilai ke-Indonesiaan, penguatanpenelitian di daerah, pemeriksaan bahan ajar guru yang bermuatanradikal, seleksi calon guru agar tidak terjadi penyusupan, sekolahdiharapkan terbuka dengan masyarakat, dan membentuk lembaga antiradikal dan terorisme di sekolah dan di kampus.
88
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga...
La OdeAbdul Wahab
Persepsi informan tentang upaya memutus mata rantairadikalisme agama dan terorisme di Sulawesi Tenggara yang harusdilakukan oleh pendidik baik secara sendiri-sendiri maupun pendidikbersama-sama dengan pemerintah seperti yang ditampilkan padagambar 6 dan 7 di atas, diperkuat dengan rekomendasi dan rencanatindak lanjut workshop optimalisasi peran tokoh pendidikan dalammenangkal radikalisme dan terorisme di Sulawesi Tenggara, yakni:Pertama, peran tokoh pendidikan bersama-sama dengan instrumentNegara lainnya sangat penting dalam memutus mata rantairadikalisme dan terorisme di Sulawesi Tenggara, karenanya tokohpendidikan diharapkan menjadi bagian garda terdepan melakukanperang terhadap radikalisme dan terorisme dan menjadikankepentingan bangsa dan Negara di atas segalanya. Pemerintah danmasyarakat khususnya tokoh pendidikan diharapkan tidak melakukanpembiaran terhadap persebaran dan pertumbuhan radikalisme dilembaga pendidikan terutama pada sekolah dan kampus. Kedua, tokohpendidikan diminta terus-menerus mengedukasi masyarakat bahwapenanggulangan radikalisme dan terorisme dapat dilakukan melaluipeletakan dasar yang dimulai dari keluarga dengan cara membentengianak dengan pendidikan karakter berbasis agama dan kearifan lokaldan menambah jam pelajaran agama di sekolah, mengingat cara inidipandang mampu melahirkan masyarakat yang berkarakter yangsecara simultas akan menguatkan karakter bangsa sebagai fondasi ke-Indonesiaan kita. Ketiga, tokoh pendidikan khususnya Dosen, Guru,Pemerhati, dan Praktisi Pendidikan agama diminta membantumeluruskan pemahaman agama yang sempit dan keliru di kalanganmasyarakat utamanya di kalangan siswa dan mahasiswa sertamenguatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama penuh dengankedamaian di tengah-tengah kehidupan masyarakat SulawesiTenggara. Keempat, pemerintah diminta melakukan tindakan tegasdengan adanya atribut dan sejenisnya di tengah-tengah masyarakatyang sangat jelas mengandung kampanye provokatif ingin menggantiideologi negara Pancasila dan anti NKRI yang cenderung meresahkanmasyarakat. Kelima, upaya pemerintah dalam menanggulangiradikalisme dan terorisme penting dimulai dari akar ataumenyelesaikan penyebabnya terlebih dahulu dan perlu diimbangidengan peningkatan kesejahteraan masyarakat di semua bidangkehidupan, karena kesenjangan pembangunan dan tidak tercapainyakesejahteraan dipandang menjadi pemicu radikalisme dan terorisme di
89
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga....
La OdeAbdul Wahab
daerah. Keenam, kendati Sulawesi Tenggara merupakan daerah yangaman, sikap waspada pemerintah dan masyarakat khususnya tokohpendidikan perlu terus ditumbuhkan karena peristiwa terorisme dapatsaja terjadi di setiap waktu mengingat Sulawesi Tenggara potensialmenjadi tempat persebaran terorisme karena berbatasan langsungdengan Sulawesi Tengah salah satu daerah basis pertumbuhan radikal-terorisme. Ketujuh, diharapkan kepada pemerintah dan masyarakatkhususnya tokoh pendidikan di Sulawesi Tenggara agar menangkaldan tidak membangun serta mengkampanyekan stigma agama tertentusebagai agama yang mengajarkan kekerasan dan sebaliknya memberipenguatan bahwa semua agama mengajarkan kedamaian dan dapathidup berdampingan satu sama lain dalam bingkai NKRI. 19
Upaya ini dapat dipandang sebagai tanggung jawab parapendidik dalam menangkal radikalisme dan terorisme demi menjagakeutuhan Negara Kesatuan Repubik Indonesia dan kewajiban negarauntuk menfasilitasinya.
DAFTAR PUSTAKAAzra, Azyumardi, Rekrutmen Sel Radikal di Kampus. Harian Kompas,
27 April 2011.Berita, Kurir Teroris Poso Ditangkap di Kendari, Koran Kendari Pos
27 Agustus 2015.Berita: Detik.com, Kamis, 16/04/2015, 11:55 WIB.Choiri, Yosouf M. Islamic Fundamentalism, London: Pinter
Pubhlisher, 1990.Chulsum, Umi dan Windy Novia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Surabaya: Kashiko, 2006.Dokumen Hasil Kajian Pusat Studi Deradikalisasi dan Konflik Sosial
IAIN Kendari tahun 2015.Dokumen Hasil Penelitian Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme
(FKPT) Sulawesi Tenggara: Peta Potensi Radikalisme danTerorisme di Sulawesi Tenggara, pada tahun 2015.
Dokumen Rekomendasi dan Rencana Tindaklanjut WorkshopOptimalisasi Peran Tokoh Pendidikan dalam Menangkal
19 Dokumen Rekomendasi dan Rencana Tindaklanjut WorkshopOptimalisasi Peran Tokoh Pendidikan dalam Menangkal Radikalisme dan Terorismedi Sulawesi Tenggara oleh FKPT Sulawesi Tenggara, Hotel Athaya Kendari, Kamis,12 November 2015.
90
Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016Metamorfosa Radikalisme pada Lembaga...
La OdeAbdul Wahab
Radikalisme dan Terorisme di Sulawesi Tenggara oleh FKPTSulawesi Tenggara, Hotel Athaya Kendari, Kamis, 12November 2015.
Fanani, Ahmad Fuad, Fenomena Radikalisme di Kalangan KaumMuda, Jakarta: Jurnal Maarif, Volume 8 No. 1 Juli 2013.
Hapsin, Abu, Radikalisme religio Politik di Jawa Tengah, LaporanPenelitian Balitbang Semarang, 2011.
IEP, Global Terrorism Index: Capturing the Impact of Terrorism forthe Last Decade, Sydney: Institute for Economics and Peace,2012.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990Pratama, Prio, Radikalisme di Dunia Pendidikan: Penelitian, Telaah
dan Solusi, Islamlib.com, 27/05/2011.Radikalisme Agama Ancaman bagi Pemilu 2004?, www. Sinar
Harapanonline.co.id.Syam, Nur, Radikalisme dan Masa Depan Hubungan Agama-Agama:
Rekonstruksi Tafsir Sosial Agama, Makalah PengukuhanGuru Besar Besar IAIN Sunan Ampel Surabaya dalamBidang Sosiologi, tanggal 10 Oktober 2005.
Zihbudi, Muhammad Rizza, Islam, Radikalisme dan Demokrasi, OrasiPengukuhan Ahli Peneliti Utama LIPI, 2004.