8/19/2019 Turbidity Current
1/20
turbidity current
Turbidit adalah suatu sedimen yang diendapkan oleh mekanisme arus turbid
(turbidity current ), sedangkan arus turbid itu sendiri adalah suatu arus yang
memiliki suspensi sedimen dan mengalir pada dasar tubuh cairan, karena
mempunyai kerapatan yang lebih besar daripada cairan tersebut.(Keunen dan
Migliorini, 1950).
Ciri-ciri endapan Turbidit :
Endapan turbidit mempunyai karakteristik tertentu yang sekaligus dapat dijadikan
sebagai ciri pengenalnya. Namun perlu diperhatikan bahwa ciri itu bukan hanya
berdasarkan suatu sifat tunggal sehingga tidak bisa secara langsung untuk
mengatakan bahwa suatu endapan adalah endapan turbidit. Hal ini mengingat bahwa
banyak struktur sedimen tersebut, yang juga berkembang pada sedimen yang bukan
turbidit (Keunen, 1964).
Karakteristik endapan turbidit pada dasarnya dapat dikelompokan ke dalam dua
bagian besar berdassarkan litologi dan struktur sedimen, yaitu :
1.
Karakteristik Litologi
Terdapat perselingan tipis yang bersifat ritmis antar batuan berbutir relatif
kasar dengan batuan yang berbutir relatif halus, dengan ketebalan lapisan
beberapa milimeter sampai beberapa puluh centimeter. Umumnya
perselingan antar batupasir dan serpih. Batas atas dan bawah lapisan datar,
tanpa adanya penggerusan (scouring).
8/19/2019 Turbidity Current
2/20
Pada lapisan batuan berbutir kasar memiliki pemilahan buruk dan
mengandung mineral-mineral kuarsa, feldspar, mika, glaukonit, juga banyak
didapatkan matrik lempung. Kadang-kadang dijumpai adanya fosil rework,
yang menunjukan lingkungan laut dangkal.
Pada beberapa lapisan batupoasir dan batulanau didapatkan adanya fragmen
tumbuhan.
Kontak perlapisan yang tajam, kadang berangsur menjadi endapan pelagik.
Pada perlapisan batuan, terlihat adanya struktur sedimen tertentu yang
menunjukan proses pengendapannya, yaitu antara lain perlapisan bersusun,
perlapisan sejajar, perlapisan bergelombang, konvolut, dengan urut-urutan
tertentu.
Tak terdapat struktur sedimen yang memperlihatkan ciri endapan laut
dangkal maupun fluvial, antara lain pengerukan, silang siur, dll.
Sifat-sifat penunjukan arus , memperlihatkan pola aliran yang hampir
seragam saat suplai terjadi.
Karakteristik tersebut tidak selalu harus ada pada suatu endapan turbidit. Dalam hal
ini lebih merupakan suatu alternatif, mengingat bahwa suatu endapan turbidit juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yang akan memberikan ciri yang berbeda dari
2. Karakteristik Struktur sedimen
Menurut Bouma (1962) dalam hal pengenalan endapan turbidit salah satu ciri yang
penting adalah struktur sedimen, karena mekanisme pengendapan arus turbid
memberikan karakteristik sedimen tertentu. Banyak klasifikasi struktur sedimen
8/19/2019 Turbidity Current
3/20
hasil mekanisme arus turbid, salah satunya karakteristik genetik dari Selly (1969).
Selly (1969) mengelompokan struktur sedimen menjadi 3 berdasarkan proses
pembentukannya :
Struktur Sedimen Pre-Depositional
Merupakan struktur sedimen yang terjadi sebelum pengendapan sedimen, yang
berhubungan dengan proses erosi oleh bagian kepala (head) dari suatu arus
turbid (Middleton, 1973). Umumnya pada bidang batas antara lapisan batupasir
dan serpih. Beberapa struktur sedimen yang antara lain flute cast, groove cast.
Struktur Sedimen Syn-Depositional
Struktur yang terbentuk bersamaan dengan pengendapan sedimen, dan
merupakan struktur yang penting dalam penentuan suatu endapan turbidit.
Beberapa struktur sedimen yang penting diantaranya adalah perlapisan bersusun,
perlapisan sejajar dan perlapisan bergelombang.
Struktur Sedimen Post-Derpositional
Struktur sedimen yang dibentuk setelah terjadi pengendapan sedimen, yang
umumnya berhubungan dengan proses deformasi. Salah satunya struktur
pembebanan.
Sam Boggs (1995) mengklasifikasikan struktur sedimen dengan menghubungkan
struktur stratifikasi dan bentuk dasar. Struktur stratifikasi dibagi menjadi 4 :
8/19/2019 Turbidity Current
4/20
Bedding dan lamination
Bedforms
Cross lamination
Irregular stratification
Struktur sedimen dibagi 4 berdasarkan proses terjadinya, yaitu :
Strutur yang terjadi karena proses sedimentasi
Struktur yasng terjadi karena adanya deformasi
Struktur yang terjadi karena erosi
Struktur yang terbentuk dari aktivitas biogenic
Umumnya struktur sedimen yang ditemukan pada endapan turbidit adalah struktur
sedimen yang terbentuk karena proses sedimentasi, terutama yang terjadi karena
proses pengendapan suspensi dan arus.
Bouma (1962) memberikan urutan ideal endapan turbidit yang dikenal dengan
Bouma Sequence, dari interval a-e. Urut-urutan endapan turbidit yang umumnya
berupa perselingan antara batupasir dan batulempung merupakan suatu satuan yang
berirama (ritmis), dimana setiap satuan merupakan hasil episode tunggal dari suatu
arus turbid. Bouma Sequence yang lengkap dibagi 5 interval, peralihan antara satu
interval ke interval berikutnya dapat secara tajam, berangsur, atau semu, yaitu :
a. Gradded Interval (Ta)
Merupakan perlapisan bersusun dan bagian terbawah dari urut-urutan ini,
bertekstur pasir kadang-kadang sampai kerikilatau kerakal. Struktur perlapisan
8/19/2019 Turbidity Current
5/20
ini menjadi tidak jelas atau hilang sama sekali apabila batupasir penyusun ini
terpilah baik. Tanda-tanda struktur lainnya tidak tampak.
b. Lower Interval of Parallel Lamination (Tb)
Merupakan perselingan antara batupasir dengan serpih atau batulempung, kontak
dengan interval dibawahnya umumnya secara berangsur.
c. Interval of Current Ripple Lamination (Tc)
Merupakan struktur perlapisan bergelombang dan konvolut. Ketebalannya
berkisar antara 5-20 cm, mempunyai besar butir yang lebih halus daripada kedua
interval dibawahnya. (Interval Tb).
d. Upper Interval of Parallel Lamination (Td)
Merupakan lapisan sejajar, besar butir berkisar dari pasir sangat halus sampai
lempung lanauan. Interval paralel laminasi bagian atas, tersusun perselingan
antarabatupasir halus dan lempung, kadang-kadang lempung pasirannya
berkurang ke arah atas. Bidang sentuh sangat jelas.
e. Pelitic Interval (Te)
Merupakan susunan batuan bersifat lempungan dan tidak menunjukan struktur
yang jelas ke arah tegak, material pasiran berkurang, ukuran besar butir makin
halus, cangkang foraminifera makin sering ditemukan. Bidang sentuh dengan
interval di bawahnya berangsur. Diatas lapisan ini sering ditemukan lapisan yang
bersifat lempung napalan atau yang disebut lempung pelagik.
8/19/2019 Turbidity Current
6/20
Urut-urutan idealseperti diatas mungkin tak selalu didapatkan dalam lapisan, dan
umumnya dapat merupakan urut-urutan internal sebagai berikut (Gb.2.5) :
a. Base cut out sequence.
Urutan interval ini merupakan urutan turbidit yang lebih utuh, sedangkan bagian
bawahnya hilang. Bagian yang hilang bisa Ta, Ta-b, Ta-c dan Ta-d.
b. Truncated sequence
Urutan interval yang hilang dari sekuen yang hilang adalah bagian atas, yaitu :
Tb-e, Tc-e, Td-e, Te. Hal ini disebabkan adanya erosi oleh arus turbid yang
kedua.
c. Truncated base cut out sequence
Urutan ini merupakan kombinasi dari kedua kelompok base cut out sequence
dan truncated sequence yaitu bagian atas dan bagian bawah bisa saja hilang.
Bouma (1962) telah membuat bentuk hipotetik kerucut tunggal dan ganda (gb.2.5).
Pada dasarnya endapan oleh arus turbid yang besar mempunyai rangkaian yang
lengkap dan setelah pengendapan material yang kasar kecepatan berkurang dan pada
saat tertentu dimana kecepatan sangat rendah mulai terbentuk laminasi interval (Tb-
e = T2). Proses berkurangnya kecepatan dan ukuran butir sedimen berjalan terus
selama pengendapan, sehingga terbentuk rangkaian (Tc=T3), (Td-e=T4) dan
(Te=T5).
8/19/2019 Turbidity Current
7/20
Berdasarkan sifat jauh dekatnya sumber, maka endapan turbidit dapat dibagi
menjadi 3 fasies, yaitu : fasies proximal, intermediate dan distal. Distal merupakan
endapan turbidit yang pengendapannya relatif lebih jauh dari sumbernya atau tidak
mengandung interval a dan b. endapannya dicirikan oleh adanya perselingan yang
teratur antara batupasir dan serpih, lapisan batupasirnya tipis-tipis dan lapisan
serpihnya lebih tebal. Pengendapan yang relatif lebih dekat dengan sumbernya
disebut turbidit proximal, biasanya berbutir kasar, kadang0kadang konglomeratan
dan sedikit serpih.
Mekanisme Pembentukan Endapan Turbidit
Middleton (1967) menyatakan bahwa arus turbid merupakan salah satu tipe dari
arus kerapatan (density current), dimana arus bergerak secara gaya berat, karena
adanya perbedaan kerapatan antara arus dengan cairan di sekeliingnya, yang
disebabkan oleh adanya dispersi sedimen pada suatu tempat (misalnya : muara
sungai atau delta), dimana sedimen banyak terakumulasi karena adanya faktor
pemicu, misalnya : suatu gempa bumi, tsunami,dll, mulai bergerak dan meluncur
secara tiba-tiba ke arah bawah cekungan. Saat sedimen tersebut mulai meluncur ke
bawah akan membentuk slump. Slump tersebut bergerak perlahan-lahan dan
berangsur-angsur menjadi lebih cepat disebabkan adanya pengurangan viskositas.
Selanjutnya massa sedimen akan bergerak sampai pada lereng yang curam, maka
terjadilah kenaikan kecepatan dan pergerakan selanjutnya berubah menjadi arus
turbid, sehingga butiran kasar akan terkonsentrasi pada bagian kepala arus,
8/19/2019 Turbidity Current
8/20
sedangkan yang lebih hglus di bagian ekor. Karena pengaruh gravitasi maka arus
turbid akan bergerak ke bawah mengikuti ngarai di bawah samudera.
Pada saat mendekati daerah pengendapannya, kecepatan arus mulai berkurang
karena penurunan gravitasi akibat kemiringan lereng yang semakin landai. Dalam
kondisi seperti ini maka bagian kepala dari arus akan mengerosi lapisan dibawahnya
membentuk struktur sedimen scour mark. Sesuai dengan sifat-sifat kerapatan arus,
maka pengendapan akan terjadi sekaligus, sehingga sedimen yang diendapkan
mempunyai pemilahan yang sangat buruk. Dalam hal ini material-material yang
lebih berat akan terkumpul pada bagian depan arus turbid, sedangkan material halus
akan terperangkap bersama-sama. Endapan yang pertama terbentuk adalah batupasir
berstruktur perlapisan bersusun. Selanjutnya arus akan semakin lemah dan sedimen
yang halus akan diendapkan. Apabila kecepatan arus telah hilang, maka akan terjadi
pengendapan lempung pelagik dalam suasana suspensi yang menunjukan kondisi
lingkungan bernergi rendah.
Bouma (1962) menyimpulkan bahwa partikel-partikel sedimen bergerak tanpa
bantuan benturan atau seretan air, tetapi bergerak dibawah permukaan air yang
relatif tenang (stagnant water). Massa sedimen bisa saja tidak tercampur air secara
baik sehingga mengakibatkan massa sedimen tersebut terlalu encer untuk melengser
dan membentuk arus turbid. Sedimen yang berbutir kasar tidak menempati bagian
kepala dan apabila terendapkan massa sedimen kasar akan membentuk
fluxoturbidite yaitu endapan antara nendatan dan arus turbid (Dzulynski, dkk, 1959).
8/19/2019 Turbidity Current
9/20
Menurut Koesoemadinata (1972) pengendapan arus turbid merupakan suatu
keadaan massa teronggok pada lereng benua, yang secara tiba-tiba dapat meluncur
dengan kecepatan tinggi bercampur dengan air, yang merupakan suatu aliran menuju
laut dalam. Disini partikel-partikel sedimen bergerak tanpa bantuan benturan
/seretan air, melainkan oleh energi inersia, dimana energi potensial diubah menjadi
energi kinetik, kemudian pengendapan terjadi segera setelah energi kinetik habis.
Middleton dan Hampton (1973) memperkenalkan istilah sedimen gravity flow
untuk menerangkan mekanisme pengangkutan batupasir dan sedimen klastik kasar
lainnya dalam lingkungan laut dalam melalui pematang bawah samudra (submarine
canyons). Dalam hal ini istilah sedimen gravity flow, digunakan secara umum untuk
aliran sedimen atau campuran sedimen fluida dibawah pengaruh gaya berat.
Berdasarkan gerakan relatif antar butir dan jaraknya dari sumber, sedimen gravity
flow dapat dibedakan menjadi 4 jenis yaittu :
8/19/2019 Turbidity Current
10/20
Aliran turbid (turbidity current), dimana butir-butir telah lepas sama sekali
dan masing-masing butir didukung oleh fluida (telah terinduksi menjadi
turbulen).
Aliran sedimen yang difluidakan (fluidized sediment flow), butir yang lepas
di dukung oleh cairan yang diperas ke atas antar butir. Butir-butir masih
bersentuhan.
Aliran butir (grain flow), dimana butir-butir belum lepas dan dalam mengalir
masih sering bersentuhan.
Aliran debris (debris flow), dimana butir-butir kasar masih didukung oleh
matriks (massa dasar) campuran sedimen yang lebih halus dan media (air)
dan masih mempunyai kekuatan. Jika butir-butir ini masih mempunyai
kekuatan dan relatif merupakan massa dan terdapat kohesi antara butir, maka
hal ini disebut slump (lengseran), sehingga masih bersifat plastis.
Mutti dan Ricci Luchi (1972), mengatakan bahwa fasies adalah suatu lapisan atau
kumpulan lapisan yang memperlihatkan karakteristik litologi, geometri dan
sedimentologi tertentu yang berbeda dengan batuan di sekitarnya. Suatu mekanisme
yang bekerja serentak pada saat yang sama. Asosiasi fasies didefinisikan sebagai
suatu kombinasi dua atau lebih fasies yang membentuk suatu tubuh batuan dalam
berbagai skala dan kombinasi. Asosiasi fasies ini mencerminkan lingkungan
pengendapan atau proses dimana fasies-fasies itu terbentuk.
Dalam menentukan fasies turbidit, Walker dan Mutti (1973) merinci pembagian
fasies turbidit dari Mutti dan Ricci Lucci (1972).
8/19/2019 Turbidity Current
11/20
Walker dan Mutti (1973) telah mengemukakan suatu model, yaitu model kipas laut
dalam dan hubungannya dengan fasies. Walker (1978) kemudian menyederhanakan
kembali klasifikasi tersebut menjadi 5 fasies, yaitu :
a. Fasies Turbidit Klasik (Classical Turbidite, CT)
Fasies ini pada umumnya terdiri dari perselingan antara batupasir dan
serpih/batulempung dengan perlapisan sejajar tanpa endapan channel. Struktur
sedimen yang sering dijumpai adalah perlapisan bersusun, perlapisan sejajar, dan
laminasi, konvolut atau a,b,c Bouma (1962), lapisan batupasir menebal ke arah
atas. Pada bagian dasar batupasir dijumpai hasil erosi akibat penggerusan arus
turbid (sole mark) dan dapat digunakan untuk menentukan arus turbid purba.
Dicirikan oleh adanya CCC (Clast, Convolution, Climbing ripples). Climbing
ripples dan convolut merupakan hasil dari pengendapan suspensi, sedangkan
clast merupakan hasil erosi arus turbid (Walker, 1985).
b. Fasies Batupasir masif (Massive Sandstone, MS)
Fasies ini terdiri dari batupasir masif, kadang-kadang terdapat endapan channel,
ketebalan 0,5-5 meter, struktur mangkok/dish structure. Fasies ini berasosiasi
dengan kipas laut bagian tengah dan atas.
c. Fasies Batupasir Kerakalan (Pebbly Sandstone, PS)
Fasies ini terdiri dari batupasir kasar, kerikil-kerakal, struktur sedimen
memperlihatkan perlapisan bersusun, laminasi sejajar, tebal 0,5 – 5 meter.
8/19/2019 Turbidity Current
12/20
Berasosiasi dengan channel, penyebarannya secara lateral tidak menerus,
penipisan lapisan batupasir ke arah atas dan urutan Bouma tidak berlaku.
d. Fasies Konglomeratan (Clast Supported Conglomerate, CGL)
Fasies ini terdiri dari batupasir sangat kasar, konglomerat, dicirikan oleh
perlapisan bersusun, bentuk butir menyudut tanggung-membundar tanggung,
pemilahan buruk, penipisan lapisan batupasir ke arah atas, tebal 1-5 m. Fasies ini
berasosiasi dengan sutrafanlobes dari kipas tengah dan kipas atas.
Fasies Lapisan yang didukung oleh aliran debris flow dan lengseran (Pebbly
mudstone, debris flow, slump and slides, SL).
Fasies ini terdiri dari berbagai kumpulan batuan, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah-
bongkah yang terkompaksi. Fasies ini berasosiasi dengan lingkungan pengendapan
kipas atas (upper channel fill)
Dari penelitian fasies turbidit ini, beberapa peneliti kemudian berusaha
untukmembuat suatu model kipas bawah laut, yang merupakan asosiasi dari
beberapa fasies. Model fasies adalah suatu model umum dari suatu sistem
pengendapan yang khusus (Walker, 1992). Dari model tersebut diharapkan dapat
diketahui arah pengendapan serta letak dari suatu endapan turbidit.
Model Kipas Bawah Laut Mutti dan Lucchi
Mutti dan Lucchi (1972) berdasarkan sifat fisik endapan turbidit seperti warna,
komposisi, variasi besar butir, tekstur perlapisan dan struktur sedimen, membagi
fasies turbidit menjadi 7 fasies utama, yaitu fasies A,B,C,D,E,F, DAN G, dimana
8/19/2019 Turbidity Current
13/20
ketujuh fasies tersebut berasosiasi dengan tiga lingkungan pengendapan, yaitu :
lereng (slope), dibagi menjadi lereng atas (upper slope) dan lereng bawah (lower
slope); kipas (fan) dibagi menjadi kipas dalam (inner fan), kipas tengah (middle fan)
dan kipas luar (outer fan); kumpulan daratan cekungan.
Model Kipas Bawah Laut Normark
Model kipas bawah laut Normark (1978), terdiri dari 3 lingkungan pengendapan
utama, yaitu : kipas atas (upper fan), kipas tengah (middle fan), dan kipas bawah
(lower fan). Kipas atas ditandai oleh suatu lembah dengan lebar 1-5 km, endapan
dasar lembah terdiri dari endapan berbutir kasar seperti endapan channel, braided
berupa batupasir kasar dan batulanau, struktur sedimen perlapisan bersusun,
perlapisan sejajar atau interval a dan b Bouma (1962). Kipas tengah ditandai bentuk
morfologi suprafan lobe, litologi terdiri dari perselingan batupasir dan batulempung,
dimana sifat lapisan batupasir mengkasar dan menebal kearah atas, kipas bawah
ditandai oleh permukaan yang hampir rata (flat), lapisan batupasir yang tipis dan
berstruktur perlapisan sejajar atau interval b Bouma (1962).
Model Kipas Bawah Laut Walker
Model kipas menurut Walker (1978) ini merupakan penyempurnaan darii beberapa
peneliti terdahulu yang terdiri dari saluran utama (fedder channel), lereng(slope),
kipas atas (upper fan ), kipas tengah (middle fan) yang terdiri dari channeled portion
of suprafan lobes, kipas bawah (lower fan) dan dasar cekungan (basin pain). Pada
umumnya kipas tersebut berasosiasi dengan lima fasies turbidit yang diajukan oleh
8/19/2019 Turbidity Current
14/20
Walker (1978). Hubungan antara mekanisme arus turbid dengan jenis fasies yang
dihasilkannya dapat dilihat pada gambar 2.11 dibawah ini
Pada dasarnya Walker (1978) membagi kipas laut dalam 4 bagian pokok, yaitu :
a. Asosiasi Fasies Pada Lembah Pengisi
Lembah pengisi merupakan alur utama dari sedimen yang membentuk lipas laut
dalam. Lembah ini memotong lereng kontinen dan dapat menerus dari laut
dalam sampai dekat pantai. Dari penyelidikan yang dilakukan umumnya lembah
pengisi berisi sedimen berukuran halus (fasies G), interkalasi lensa-lensa tubuh
batupasir dari fasies A merupakan endapan paritan (submarine channel),
interkalasi batuan yang campur aduk (fasies F) juga sering didapatkan sisipan
fasies E dan D, diperkirakan sebagai akibat dari kenaikan atau fluktuasi muka air
laut setelah zaman es.
b. Asosiasi Fasies Kipas Laut Dalam
Kipas ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : kipas atas (upper fan), kipas tengah
(middle fan), dan kipas bawah (lower fan).
Kipas Atas (upper fan)
Kipas atas merupakan pengendapan pertama dari suatu sistem kipas laut
dalam, yang merupakan tempat dimana aliran gravitasi itu terhenti oleh
perubahan kemiringan. Oleh karena itu, seandainya aliran pekat
(gravitasi endapan ulang) ini membawa fragmen ukuran besar, maka
tempat fragmen kasar tersebut diendapkan adalah bagian ini. Fragmen
8/19/2019 Turbidity Current
15/20
kasar dapat berupa batupasir dan konglomerat yang dapat digolongkan ke
dalam fasies A,B dan F.
Bentuk lembah-lembah pada kipas atas ini bermacam-macam, bias
bersifat meander, bias juga hampir berkelok (low sinuosity). Mungkin
hal ini berhubungan dengan kemiringan dan kecepatan arus melaluinya,
ukuran kipas atas ini cukup besar dan bervariasi tergantung besar dan
kecilnya kipas itu sendiri. Lebarnya bisa mencapai mulai dari ratusan
meter sampai beberapa kilometer, dengan kedalaman dari puluhan
sampai ratusan meter. Alur-alur pada kipas atas berukuran cukup besar.
Walker (1978) memberikan model urutan macam sedimen kipas atas ke
bawah. Bagian teratas ditandai oleh fragmen aliran (debris flow)
berstruktur longsoran (slump), jika sedimennya berupa konglomerat,
maka umumnya letak semakin ke bawah pemilahannya makin teratur,
mengakibatkan bentuk lapisan tersusun terbalik ke bagian atas dan
berubah menjadi lapisan normal bagian bawah.
Kipas tengah (middle fan)
Bagian tengah kipas laut dalam adalah yang paling menarik dan sering
diperdebatkan. Letak kipas tengah berada di bawah aliran kipas atas.
Morfologi kipas laut dalam bagian tengah berumur Resen, dapat dibagi
menjadi 2, yaitu suprafan dan suprafan lobes, disamping ketinggian dari
lautan, juga morfologi di dalamnya. Suprafan umumnya ditandai lembah
8/19/2019 Turbidity Current
16/20
yang tidak mempunyai tanggul alam (Nomark, 1978) dimana lembah
tersebut saling menganyam (braided), sehingga dalam profil seismic
berbentuk bukit-bukit kecil. Relief ini sebenarnya merupakan bukit-bukit
dan lembah yang dapat mempunyai relief 90 meter. Lembah dapat berisi
pasir sampai kerakal (Nomark,1980), kadang-kadang dapat menunjukan
urutan Bouma (1962).
Bagian suprafan sebenarnya lebih merupakan model yang kadang-
kadang di lapangan sulit untuk diterapkan. Masalah dasar tmbuhnya
model bagian ini adalah adanya urutan batuan yang cirinya sangat
menyerupai kipas luar, tetapi masih menunjukan bentuk-bentuk torehan,
dimana cirri terakhir ini menurut Walker (1978) adalah kipas Suprafan.
Asosiasi fasies kipas bagian tengah berupa tubuh-tubuh batupasir dengan
sedikit konglomerat yang berbentuk lensa yang lebih lebar dan luas.
Batupasir dan Konglomerat tergolong ke dalam fasies A, B, dan F.
Fasies-fasies itu disisipi juga oleh lapisan-lapisan sejajar dari fasies D
dan E, kadang-kadang juga fasies C.
Asosiasi fasies ini berbeda dengan asosiasi fasies yang terdapat di kipas
bagian dalam, yaitu :
o Tubuh batupasir dan konglomerat dimensinya kecil
o Geometrinya kurang cembung ke bawah
o Adanya sisipan-sisipan perselingan dari batupasir-
batulempung.
8/19/2019 Turbidity Current
17/20
Kipas Bawah (Lower Fan)
Kipas bawah terletak pada bagian luar dari system laut dalam, Umumnya
mempunyai morfologi yang datar sangat landai (Nomark,1978). Kipas
bawah merupakan endapan paling akhir dari system paket atau aliran
gravitasi tersebut yang paling mungkin mencapai bagian kipas adalah
system aliran dari arus kenyang. Ukuran yang paling mungkin di daerah
kipas luar adalah berukuran halus.
Serta menunjukan urutan vertical , Bouma (1962). Asosiasi fasies kipas
bawah disusun oleh lensa-lensa butiran di dalam batulempung,
perselingan batupasir dan batulanau yang berlapis tebal. Lnesa-lensa
batupasir dari fasies B dan C, sedangkan batuan-batuan yang
mengapitnya dari fasies D .
Karakteristik asosiasi fasies – fasies kipas bagian bawah ditandai oleh :
o Langkanya batuan-batuan yang diendapkan di dalamnya pasitan
(channel deposit)
o Penampang geometrinya berbentuk lensa.
o Di bagian puncak sekuen, kadang-kadang didapatkan juga endapan
paritan dan amalgamasi.
o Sering kali sekuennya memperlihatkan penebalan lapisan ke bagian
atas.
c. Asosiasi Fasies Lantai Cekungan
8/19/2019 Turbidity Current
18/20
Daerah lantai cekungan adalah daerah yang tidak dipengaruhi oleh aliran
gravitasi, dan merupakan endapan asli pada bagian laut tersebut. Asosiasi fasies
lantai cekungan dicirikan oleh :
o Asosiasi fasies Ddan G
o Perlapisan sejajar
o Arah purba memancar
o
Homogenitas fasies dan pola perlapisan, baik ke arah lateral maupun tegak.
EROSI DI DALAM RANGKAIAN TURBIDIT
Struktur sedimen di atas dasar turbidit adalah hal umum. Aliran turbulen yang kuat
menggerus hingga ke sedimen yang mendasarinya ketika aliran ini melintas di
atasnya dan menghasilkan flute mark dan groove dan fitur erosi lainnya
8/19/2019 Turbidity Current
19/20
Fitur ini petunjuk paleocurrent yang berguna di dalam endapan turbidit.
Penggerusan mungkin cukup kuat untuk memindahkan keseluruhan bagian atas
lapisan yang terendapkan sebelumnya, khususnya di bagian aliran yang lebih
proximal dimana energi turbulennya merupakan yang tertinggi. Oleh karena itu
kemungkinan ketiadaan divisi ‘d’ dan ‘e’ karena erosi ini. Sedimen yang tererosi
mungkin tertransportasikan menjadi endapan yang menutupi sebagai klastik lumpur.
WAKTU DAN ARUS TURBIDIT
Arus turbidit adalah peristiwa aliran individual. Arus ini terjadi dengan periode
waktu geologi yang sangat pendek, dengan hampir semua pengendapan terjadi
dalam beberpa jam sampai beberapa hari. Faktanya, dalam konteks waktu geologi
endapan turbidit berlangsung sejenak. Waktu yang diperlukan untuk lapisan tipis
dari sedimen suspensi agar terendapkan di bagian teratas turbidit berlangsung lebih
lama (bulanan hingga ratusan tahun).
8/19/2019 Turbidity Current
20/20
Daftar pustaka
o http://geofact.blogspot.com/2011/01/proses-transportasi-dan-struktur.html
o http://feadry-satrio.blogspot.com/2012/10/turbidite-current-arus-turbidit.html