LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI ANALISIS (FA 3211)
PERCOBAAN I
ANALISIS GUGUS FUNGSI
Tanggal Percobaan : 12 Februari 2015
Tanggal Pengumpulan : 19 Februari 2015
Disusun oleh:
Stefiani Emasurya Indrajaya (10712038)
Nurinanda Prisky Qomaladewi (10712083)
Asisten:
Putri Dwi Wahyuni (10711025)
LABORATORIUM KIMIA FARMASI ANALISIS
PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI
SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015
I. Tujuan Percobaan
1.1 Menentukan keberadaan gugus fungsi dari sampel dengan uji analisis gugus
fungsi.
II. Prinsip Percobaan
Gugus fungsi adalah kumpulan atom-atom yang berikatan satu sama
lain dan memberi peran pada sifat fisikokimia suatu senyawa; seperti
kelarutan, keasaman, dan kereaktifan kimia. Gugus fungsi secara umum
dianalisis dengan metode kimia dan metode fisikokimia. Analisis metode
kimia berarti interaksi kimia antara gugus fungsi dengan pereaksi
memberikan warna, bau, endapan, atau kekeruhan yang berbeda untuk
masing-masing senyawa. Pereaksi yang digunakan bisa merupakan pereaksi
umum dimana memberikan hasil positif dengan beberapa gugus fungsi; atau
pereaksi khusus yang hanya memberikan hasil positif untuk gugus fungsi
spesifik. Cara yang digunakan dalam metode kimia adalah spot test, dimana
sampel dan pereaksi digunakan hanya dalam jumlah 2-3 tetes dalam plat tetes
atau tabung reaksi. Analisis kimia biasa disebut dengan uji pendahuluan
karena memberikan hasil secara kualitatif. Uji lanjutan atau konfirmasi
dilakukan dengan bantuan instrumen khusus dan disebut metode fisikokimia.
III. Alat dan Bahan
ALAT BAHAN
Tabung reaksi
Plat tetes
Pipet tetes
Pipet volume
Rak tabung reaksi
Gelas ukur
Kertas lakmus
Pereaksi Lucas
Aquadest
FeCl3
H2SO4
NaNO2
2,4-dinitrofenilhidrazon
HCl pekat
PereaksiTollens
NaHCO3 5%
Fenolftalein
NaOH 5%
β - Naftol
KMnO4 2%
IV. Metodologi
4.1 Uji Lucas
Sejumlah sampel dimasukkan ke dalam sejumlah peraksi Lucas.
Setelah itu, campuran dikocok dan didiamkan. Sampel yang mengandung
gugus alkohol sekunder dan tersier akan menghasilkan endapan,
sedangkan pada alkohol primer tidak terdapat endapan.
4.2 Uji FeCl3
Sejumlah sampel diteteskan larutan FeCl3, kemudian diamati
perubahan warnanya.
4.3 Uji Lieberman
Sejumlah sampel ditambahkan H2SO4 dan NaNO2 (jika sampel
mengandung gugus alkohol akan terbentuk warna biru hijau atau biru
ungu). Kemudian, campuran diencerkan dengan air, lalu diteteskan NaOH
5%. Terjadi perubahan warna menjadi merah jika sampel mengandung
gugus alkohol.
4.4 Uji Pembentukan Hidrazon
Sejumlah sampel ditambahkan 2,4-dinitrofenilhidrazon dan HCl
pekat. Jika sampel mengandung gugus karbonil, akan terbentuk endapan
jingga coklat.
4.5 Uji Tollens
Sejumlah sampel dimasukkan dalam pereaksi Tollens, terbentuk
endapan atau koloidal perak jika sampel mengandung aldehid.
4.6 Uji Kertras Lakmus
Kertas lakmus biru dicelupkan ke dalam sampel. Kertas lakmus akan
berubah menjadi merah jika sampel bersifat asam.
4.7 Uji Bikarbonat
Sejumlah sampel ditambahkan larutan NaHCO3 5%. Terbentuk
gelembung udara jika sampel mengandung gugus karbonil.
4.8 Uji Fenolftalein
Sejumlah sampel ditambahkan etanol, fenolftalein, dan NaOH 5%.
Setelah itu, campuran dipanaskan (warna merah muda hilang saat
pemanasan pada sampel yang mengandung gugus ester).
4.9 Uji Diazotasi dan Penggabungan
Sejumlah sampel ditambahkan HCl pekat dan NaNO2, kemudian
campuran ditambahkan β-Naftol dalan NaOH. Sampel mengandung gugus
amina jika terbentuk warna merah atau jingga.
4.10 Uji Baeyer
Sejumlah sampel ditambahkan air dan KMnO4 2%, kemudian
campuran dikocok. Sampel mengandung senyawa tidak jenuh jika warna
ungu KmNO4 hilang dan terbentuk endapan MnO2.
V. Data dan Pengolahan Data
Jenis Uji Hasil Pengamatan
1. Uji gugus Alkohol
Uji Lucas
Kontrol positif : 2-propanol Hasil positif dengan terbentuk kekeruhan setelah waktu cukup lama menunjukkan adanya alkohol sekunder. Kontrol negatif : aseton Hasil negatif tidak terjadi kekeruhan meski telah ditunggu cukup lama karena tidak ada gugus alkohol atau ada gugus alkohol primer. Sampel 18A : hasil negatif tidak terbentuk kekeruhan setelah waktu cukup lama berarti tidak ada gugus alkohol atau ada gugus alkohol primer. Sampel 18B : hasil negatif tidak terbentuk kekeruhan setelah waktu cukup lama berarti tidak ada gugus alkohol atau ada gugus alkohol primer.
2. Uji Gugus Fenol
Uji FeCl3 Kontrol positif : fenol Hasil negatif dimana seharusnya positif dengan terbentuk warna ungu karena adanya gugus fenol. Kontrol negatif : - Sampel 18A : hasil negatif tidak terbentuk perubahan warna ungu berarti tidak ada
gugus fenol. Sampel 18B : hasil negatif tidak terbentuk perubahan warna ungu berarti tidak ada gugus fenol.
Uji Lieberman Kontrol positif : fenol Hasil negatif dimana seharusnya positif dengan terbentuk warna merah karena adanya gugus fenol. Kontrol negatif : heksana Hasil negatif tidak terjadi perubahan warna karena tidak ada gugus fenol. Sampel 18A : hasil negatif tidak terbentuk perubahan warna merah berarti tidak ada gugus fenol. Sampel 18B : hasil negatif tidak terbentuk perubahan warna merah berarti tidak ada gugus fenol.
3. Uji Gugus Karbonil
Uji Hidrazon
Kontrol positif : aseton Hasil positif karena terdapat gugus karbonil dengan terbentuk endapan jingga-coklat. Kontrol negatif : metanol Hasil negatif tidak terjadi perubahan warna atau endapan karena tidak ada gugus karbonil. Sampel 18A : hasil negatif tidak terbentuk perubahan warna sama seperti kontrol negatif berarti tidak ada gugus karbonil. Sampel 18B : hasil positif berarti ada gugus karbonil dengan terbentuk endapan jingga-coklat sama dengan kontrol positif.
Uji Tollens Kontrol positif : formaldehid Hasil positif karena terdapat gugus karbonil dengan terbentuk koloid silver
kehitaman. Kontrol negatif : heksana Hasil negatif tidak ada perubahan warna atau terbentuknya koloid endapan karena tidak ada gugus karbonil. Sampel 18A : hasil negatif tidak terjadi perubahan warna sama seperti kontrol negatif berarti tidak ada gugus karbonil. Sampel 18B : hasil positif berarti ada gugus karbonil dengan terbentuk koloid silver terang.
4. Uji Gugus Karboksil
Uji Kertas Lakmus
Kontrol positif : asam asetat Hasil positif karena terdapat gugus karboksil dengan terjadi perubahan kertas lakmus biru menjadi merah. Kontrol negatif : metanol Hasil negatif dimana kertas lakmus biru tidak mengalami perubahan warna. Sampel 18A : hasil positif dengan terjadi perubahan warna kertas lakmus biru menjadi merah terang dan cepat. Sampel 18B : hasil positif dengan terjadi perubahan warna kertas lakmus biru menjadi merah.
Uji Bkarbonat Kontrol positif : asam asetat Hasil positif dengan munculnya gelembung udara sangat banyak menunjukkan adanya gugus karboksil. Kontrol negatif : aseton Hasil negatif tanpa muncul gelembung berarti tidak ada gugus karboksil. Sampel 18A : hasil negatif dengan tidak muncul gelembung udara sama seperti kontrol negatif berarti
tidak ada gugus karboksil. Sampel 18B : hasil positif dengan muncul gelembung udara meski tidak sebanyak kontrol positif menunjukkan adanya gugus karboksil.
5. Uji Gugus Ester
Uji Fenolftalein
Kontrol positif : etil asetat Hasil positif hilangnya warna merah muda menjadi jernih setelah didiamkan cukup lama dan dipanaskan menunjukkan adanya gugus ester. Kontrol negatif : aseton Hasil negatif warna merah muda tidak menjadi jernih meski setelah dipanaskan berarti tidak ada gugus ester. Sampel 18A : hasil negatif warna merah muda tidak menghilang menjadi jernih meski telah dipanaskan berarti tidak ada gugus ester. Sampel 18B : hasil positif warna merah muda menghilang menjadi jernih dengan segera berarti ada gugus ester.
6. Uji Gugus Amina
Uji Diazotasi
Kontrol positif : sulfanilamida Hasil positif terbentuk warna jingga tua berarti ada gugus amina. Kontrol negatif : air Hasil negatif tidak terbentuk warna jingga tua berarti tidak ada gugus amina. Sampel 18A : hasil negatif seperti kontrol negatif berarti tidak ada gugus amina. Sampel 18B : hasil positif seperti kontrol positif terjadi perubahan warna menjadi jingga tua berarti ada gugus amina.
7. Uji Senyawa Tak Jenuh
Uji Baeyer
Kontrol positif : fenol Hasil positif warna ungu menghilang dan terbentuk endapan berarti terdapat ikatan rangkap karbon dan senyawa bukan jenuh. Kontrol negatif : aseton Hasil negatif warna ungu tidak menghilang karena ikatan rangkap terjadi antara karbon-oksigen dan bukan karbon-karbon. Sampel 18A : hasil negatif seperti kontrol negatif berarti senyawa jenuh. Sampel 18B : hasil positif warna ungu menghilang dan terbentuk endapan seperti kontrol positif berarti terdapat ikatan rangkap karbon-karbon.
Berdasarkan hasil percobaan :
a. Senyawa 18A diidentifikasi sebagai asam dan tidak mengandung gugus
fungsi lain.
b. Senyawa 18B diidentifikasi :
- Memiliki gugus ester
- Memiliki gugus amin
- Memiliki gugus karboksil
- Memiliki gugus karbonil
- Sebagai senyawa asam
- Sebagai senyawa tak jenuh
VI. Pembahasan
Dalam percobaan dilakukan uji gugus alkohol, fenol, karbonil,
karboksil, ester, amina, dan senyawa tak jenuh terhadap dua sampel 18A dan
18B. Hasil percobaan menunjukkan bahwa senyawa A hanya diidentifikasi
sebagai asam tanpa memiliki gugus fungsi lain; sedangkan senyawa B
memiliki gugus ester, amin, karboksil, karbonil, dan diidentifikasi sebagai
senyawa asam dan tak jenuh. Informasi yang diberikan setelah percobaan
dilakukan adalah senyawa A merupakan air dan senyawa B merupakan
sulfanilamida dengan struktur sebagai berikut :
Gambar 1. Struktur air Gambar 2. Struktur sulfanilamide
Terdapat kecocokan dan ketidakcocokan antara hasil percobaan dengan
kenyataan pada uji gugus fungsi yang dilakukan dengan prinsip percobaan
masing-masing yang disebabkan berbagai faktor dan kondisi.
Berikut beberapa percobaan yang dilakukan, diantaranya:
a. Uji Gugus Alkohol
Alkohol adalah senyawa yang mengikat gugus (-OH) dan dapat dibagi
menjadi alkohol primer, sekunder, dan tersier. Alkohol primer memiliki
rumus umum RCH2-OH sehingga biasanya terletak di ujung rantai karbon.
Alkohol sekunder memiliki rumus umum R2CH-OH, sedangkan alkohol
tersier R3C-OH. Uji gugus alkohol bisa dilakukan dengan tiga cara sebagai
berikut :
Uji Seri Amonium Nitrat (tidak dilakukan)
Uji ini digunakan untuk membedakan gugus alkohol dengan
fenol dari perbedaan warna yang muncul. Pereaksi yang
ditambahkan adalah air dan larutan seri ammonium nitrat hingga
reaksi kimia yang muncul adalah :
Gambar 3. Reaksi antara alkohol dengan seri amonium nitrat
Gambar 4. Reaksi antara fenol dengan seri amonium nitrat
Pada hasil reaksi dengan alkohol terjadi perubahan warna
menjadi merah, sedangkan dengan fenol menjadi hijau-coklat.
Uji Kromat (tidak dilakukan)
Uji ini digunakan untuk membedakan alkohol primer dan
alkohol sekunder, dengan alkohol tersier. Pereaksi yang digunakan
adalah pereaksi kromat yang merupakan campuran K2Cr2O7 dalam
H2SO4 dan menghasilkan warna biru-hijau untuk alkohol primer dan
sekunder, sedangkan untuk alkohol tersier tidak akan bereaksi atau
terjadi perubahan warna. Prinsip percobaan adalah reaksi redoks,
dimana alkohol primer dan sekunder dapat mengalami oksidasi
untuk mengimbangi reduksi dari Cr6+ (merah) menjadi Cr3+ (hijau).
Gambar 5. Reaksi kimia pereaksi kromat dengan alkohol primer dan
sekunder
Uji Lucas
Uji Lucas dilakukan untuk membedakan alkohol primer,
sekunder, dan tersier dengan pereaksi Lucas campuran dari ZnCl2
dan HCl pekat. Reaksi kimia yang terjadi adalah :
Gambar 6. Reaksi alkohol dengan pereaksi Lucas
ZnCl2 berfungsi sebagai katalis untuk memercepat reaksi
antara senyawa yang memiliki gugus alkohol dengan HCl. Pada
alkohol tersier terbentuk R3CCl yang menghasilkan kekeruhan dalam
waktu singkat, sedangkan pada alkohol sekunder terbentuk R2CHCl
yang membutuhkan waktu relatif lebih lama (±5 menit) untuk
membentuk kekeruhan. Pada percobaan, sampel A dan B tidak
membentuk kekeruhan meski telah ditunggu cukup lama yang
berarti tidak terdapat gugus alkohol atau terdapat gugus alkohol
primer pada struktur senyawa. Identifikasi ini tidak dapat dipastikan
lebih jauh karena uji kromat tidak dilakukan. Bila uji kromat
dilakukan dan senyawa tidak menunjukkan perubahan warna
menjadi biru tua-kehijauan, maka bisa dipastikan kedua senyawa
tidak memiliki gugus alkohol.
b. Uji Gugus Fenol
Fenol memiliki struktur umum yang serupa dengan akohol, hanya
saja gugus fungsi (-OH) menempel pada cincin aromatik. Sifat gugus fungsi
pada fenol mudah lepas atau terdeprotonasi ketika ditambahkan dengan
basa kuat, dimana sifat inilah yang tidak mungkin dimiliki alkohol.
Uji FeCl3
Uji ini dilakukan untuk mendeteksi adanya gugus fenol
dengan hasil reaksi warna ungu. Pereaksi yang digunakan adalah
FeCl3 dengan reaksi kimia sebagai berikut :
Gambar 7. Reaksi fenol dengan FeCl3
Dari hasil percobaan tidak didapatkan warna ungu pada
sampel A dan B, juga pada kontrol positif dimana seharusnya
didapatkan warna ungu. Hal ini bisa dikarenakan pereaksi telah
rusak atau adanya kontaminan pada kontrol positif sehingga tidak
bisa didapatkan hasil yang sesungguhnya. Bila diasumsikan pereaksi
tidak rusak dan pada kontrol positif didominasi kesalahan praktikan,
maka sampel A dan B tidak mengandung fenol. Identifikasi tersebut
sekaligus menguatkan dugaan bahwa pada uji Lucas tidak ditemukan
gugus alkohol. Maka dari dua uji Lucas dan FeCl3 dapat diidentifikasi
bahwa kedua sampel tidak memiliki gugus alkohol maupun fenol
sehingga sesuai dengan kenyataan struktur sesungguhnya pada
sulfanilamid dan air.
Uji Lieberman
Uji Lieberman dilakukan untuk mengidentifikasi adanya
gugus fenol dalam suatu senyawa dengan hasil reaksi berwarna
merah. Hasil uji terhadap kedua sampel mengidentifiasikan bahwa
kedua sampel tidak mengandung gugus fenol. Hal ini disebabkan
oleh tidak terdapatnya gugus fenol pada kedua sampel (sulfanilamid
dan air) yang membentuk kompleks warna merah setelah
penambahan asam sulfat, Na-nitrit, dan natrium hidroksida.
Uji Permanganat (tidak dilakukan)
Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan gugus
fenol dalam suatu senyawa. Dengan menambahkan kalium
permanganat, senyawa yang mengandung gugus fenol akan
mengalami oksidasi dan kalium permanganat mengalami reduksi
menjadi mangan oksida yang memberikan warna coklat.
c. Uji Gugus Karbonil
Gugus karbonil terdiri dari atom karbon yang berikatan rangkap
dengan atom oksigen (C=O) dan dikenal secara umum sebagai aldehid atau
keton. Aldehid memiliki gugus karbonil pada ujung rantai beserta atom
hidrogen, sedangkan keton memiliki gugus karbonil yang terhubung dua
atom karbon.
Uji Pembentukan Hidrazon
Uji ini dilakukan untuk mendeteksi adanya gugus karbonil
pada senyawa dengan hasil positif terbentuknya endapan jingga-
coklat pada (2,4-dinitrofenilhidrazon). Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
Gambar 8. Reaksi pembentukan 2,4-dinitrofenilhidrazon
Hasil percobaan pada sampel A tidak menunjukkan adanya
perubahan warna ataupun terbentuknya endapan sehingga dapat
diidentifikasi tidak memiliki gugus karbonil; sesuai struktur
kenyataan pada air tidak memililiki gugus karbonil. Sedangkan hasil
percobaan pada sampel B menunjukkan adanya endapan jingga yang
menunjukkan adanya karbonil. Hasil ini tidak sesuai dengan
kenyataan karena tidak terdapat gugus karbonil pada sulfanilamid.
Hal ini disebabkan pipet yang digunakan untuk mengambil sampel B
belum bersih dari pengambilan kontrol positif sehingga
memengaruhi hasil yang didapatkan.
Uji Tollens
Uji ini dilakukan untuk membedakan aldehid dengan keton
dalam sampel dengan pereaksi Tollens yang terdiri dari AgNO3,
NaOH, dan NH4OH. Hasil positif uji adalah terbentuk endapan logam
atau koloid perak. Pereaksi Tollens hanya positif terhadap gugus
aldehid karena dapat mengalami oksidasi untuk logam Ag tereduksi,
sedangkan hal tersebut tidak dapat terjadi pada gugus keton. Reaksi
kimia yang terjadi adalah :
Gambar 9. Reaksi aldehid dengan reagan Tollens
Dari hasil percobaan pada sampel A, tidak didapatkan
endapan perak yang sesuai dengan kenyataan struktur air tidak
memiliki gugus aldehid. Sedangkan pada sampel B didapatkan
endapan perak terang, dimana seharusnya tidak ada karena struktur
sulfanilamid tidak memiliki gugus karbonil. Kesalahan dimungkinkan
karena pipet yang terkontaminasi kontrol positif percobaan karbonil
telah mencemari sampel sehingga memberikan hasil reaksi yang
salah ketika diuji dengan reagen Tollens.
Uji Schiff (tidak dilakukan)
Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan gugus
aldehid dalam suatu senyawa sekaligus dapat digunakan untuk
membedakan keberadaan gugus karbonil (aldehid atau keton) pada
suatu senyawa. Penambahan asam klorida dan pereaksi Schiff
memberikan warna merah violet untuk senyawa yang mengandung
gugus aldehid, sedangkan senyawa dengan gugus keton tidak
memberikan perubahan warna setelah penambahan asam klorida
dan pereaksi Schiff.
Uji Iodoform (tidak dilakukan)
Pada uji iodoform, senyawa yang mengandung gugus CH3CO-
jika ditambahkan NaOH dan larutan iod akan menghasilkan bau yang
khas dan membentuk endapan kuning.
d. Uji Gugus Karboksil
Gugus karboksil merupakan gabungan nama antara karbonil (ikatan
ganda atom karbon dan atom oksigen) dengan hidroksil (ikatan atom
hidrogen dan atom oksigen) sehingga bentuk gugus fungsinya adalah (-
COOH). Sifat senyawa yang memiliki gugus karboksil adalah asam, baik
kuat maupun lemah.
Uji Esterifikasi (tidak dilakukan)
Uji ini dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya asam
karboksilat dengan mencium bau ester khas yang muncul dari hasil
percobaan. Pereaksi yang digunakan adalah etanol, H2SO4 pekat, dan
air. Pemanasan adalah kunci munculnya perubahan aroma wangi
ester. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Gambar 10. Reaksi kimia antara karboksilat dan etanol
Uji Kertas Lakmus
Uji kertas lakmus merupakan uji yang paling sederhana
dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa asam atau basa. Pada
percobaan kali ini digunakan kertas lakmus biru sebagai indikator.
Perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus disebabkan oleh
bahan dasar kertas lakmus (orchein; spesies lumut) yang dapat
bereaksi dengan kation pada asam sehingga terjadi perubahan jenis
ikatan, posisi, dan delokalisasi. Perubahan-perubahan yang terjadi
menyebabkan perubahan penyerapan panjang gelombang yang lebih
tinggi sehingga mata menangkap warna kertas lakmus menjadi
warna merah. Hal tersebut tidak terjadi pada senyawa basa karena
orchein berupa anion sehingga tidak terjadi reaksi apapun pada
kertas lakmus.
Hasil percobaan pada kedua sampel menunjukkan
perubahan warna kertas lakmus menjadi merah, sedangkan senyawa
yang terdapat pada sampel bersifat netral (air) dan basa
(sulfanilamid). Hal ini dapat terjadi pada air oleh karena sifat air
yang amfoter sehingga kation pada air mampu mengubah ikatan,
posisi, dan delokalisasi orchein, terjadi perubahan penyerapan
panjang gelombang yang lebih tinggi sehingga kertas lakmus terlihat
berwarna merah. Hal serupa dapat pula terjadi pada sulfanilamid
oleh karena sifat basa lemah yang dimiliki dan keelektropositifan
hidrogen sehingga hidrogen yang lepas dapat bereaksi dengan
orchein, terjadi perubahan penyerapan panjang gelombang yang
lebih tinggi sehingga kertas lakmus terlihat berwarna merah.
Uji Bikarbonat
Uji ini dilakukan untuk menentukan keberadaan gugus
karboksil pada senyawa. Hasil positif menunjukkan adanya
gelembung karbon dioksida yang merupakan hasil sampingan dari
reaksi substitusi antara gugus karboksilat dengan NaHCO3.
Gambar 11. Reaksi gugus karboksilat dengan Na-bikarbonat
menghasilkan gelembung CO2
Hasil percobaan menunjukkan kedua sampel tidak
mengandung gugus karboksil karena gas karbon dioksida tidak
terbentuk.
e. Uji Gugus Ester
Ester adalah senyawa organik yang terbentuk ketika salah satu atau
lebih atom hidrogen yang ada pada gugus karboksil terlepas dan
digantikan gugus organik suatu senyawa yang biasanya berupa alkohol.
Senyawa bergugus ester cenderung memiliki aroma khas yang mudah
dideteksi ketika terbentuk.
Uji Fenolftalein
Uji fenolftalein dilakukan untuk mengidentifikasi adanya
gugus ester dalam senyawa dengan menggunakan fenolftalein
sebagai indikator. Dengan adanya senyawa basa dalam suatu larutan,
ketika diberikan fenolftalein akan terjadi perubahan warna menjadi
merah muda.
Hasil percobaan menunjukkan perubahan warna pada
kontrol positif (etil asetat) dan sampel B (sulfanilamid) yang secara
teoritis mengidentifikasikan bahwa kedua senyawa tersebut
mengandung gugus ester. Perubahan warna yang terjadi disebabkan
oleh ion natrium pada NaOH berikatan pada gugus karboksilat pada
senyawa membentuk ester. Perubahan warna dari merah muda
menjadi tidak berwarna terjadi karena NaOH dalam larutan telah
bereaksi membentuk ester sehingga indikator PP tidak mengenali
adanya NaOH dalam larutan. Perubahan warna yang terjadi pada
sulfanilamid terjadi karena sulfanilamid dapat bereaksi pula dengan
NaOH sehingga NaOH dalam larutan habis dan tidak dapat dideteksi
oleh indikator PP. Pada kontrol negatif (aseton) dan sampel A (air)
tidak menunjukkan perubahan warna karena NaOH dalam larutan
tidak bereaksi dengan kedua senyawa.
Uji fenolftalein kurang akurat digunakan untuk identifikasi
senyawa ester karena perubahan warna pada indikator fenolftalein
terjadi oleh hilangnya senyawa NaOH dalam larutan, sedangkan
bukan hanya senyawa yang mempunyai gugus ester saja yang dapat
berikatan dengan ion natrium dari NaOH.
Uji Asam Hidroksamat (tidak dilakukan)
Uji ini dilakukan untuk mendeteksi adanya ester dalam
sampel dengan menggunakan pereaksi larutan hidroksilamin HCl
dalam etanol, NaOH encer, HCl, dan FeCl3 serta bantuan pemanasan
dan pendinginan. Hasil dari uji ini adalah terjadi perubahan warna
menjadi merah violet/burgundy/magenta dengan reaksi sebagai
berikut :
Gambar 12. Reaksi pembentukan asam hidroksamat dan munculnya
warna merah violet
f. Uji Gugus Amina
Amina adalah salah satu bentuk senyawa organik dan gugus
fungsional yang terdiri dari atom nitrogen berpasangan secara umum
dengan hidrogen.
Uji Diazotasi dan Penggabungan
Uji diazotasi menggunakan prinsip pembentukan garam
diazonium pada senyawa amin aromatik dengan menggunakan
natrium nitrat pada suasana asam serta penambahan senyawa naftol
dalam suasana basa. Suasana asam diberikan dengan HCl, sedangkan
suasana basa diberikan dengan NaOH. Hasil dari reaksi adalah
muncul warna merah atau jingga.
Gambar 13. Reaksi pembentukan garam diazonium
Dari hasil percobaan pada sampel A tidak terjadi perubahan
warna berarti tidak ada amin aromatik. Hasil tersebut sesuai
kenyataan struktur air tidak memiliki gugus amin. Sedangkan pada
sampel B terjadi perubahan warna menjadi jingga yang sama dengan
perubahan pada kontrol positif karena kedua senyawa adalah sama
memiliki amin aromatik.
Uji p-DAB HCl (tidak dilakukan)
Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan amina
dalam sampel dengan hasil positif terbentuk endapan kuning sampai
jingga. Pereaksi yang digunakan adalah HCl encer dan p-DAB HCl.
Reaksi yag terjadi adalah :
Gambar 14. Reaksi gugus amin dengan pereaksi p-DAB HCl
Uji Korek Api (tidak dilakukan)
Uji ini sederhana dan menggunakan bantuan batang korek
api. Pereaksi yang digunakan adalah HCl pekat ditambahkan pada
sampel yang akan mengubah warna batang korek api yang
dimasukkan dalam larutan menjadi kuning-jingga.
Uji Karbilamin (tidak dilakukan)
Uji ini menggunakan pereaksi NaOH, etanol, CHCl3 untuk
kemudian identifikasi dengan menggunakan bau isonitril yang
tercium dan bersifat racun kuat. Reaksi kimia yang terjadi adalah :
Gambar 15. Reaksi amin dengan kloroform dan NaOH
g. Uji Senyawa Tak Jenuh
Uji Adisi Brom (tidak dilakukan)
Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya senyawa tak
jenuh dengan melihat perubahan warna ketika senyawa uji
ditambahkan larutan jenuh brom (dari coklat menjadi pucat atau
tidak berwarna). Perubahan warna yang terjadi disebabkan oleh
putusnya ikatan bromida yang kemudian beraksi dengan ikatan
rangkap pada senyawa.
Uji Baeyer
Uji Baeyer adalah uji yang dilakukan untuk identifikasi
senyawa tak jenuh pada suatu senyawa dengan prinsip reaksi adisi
dengan kalium permanganat, dimana hasil samping reaksi adisi yang
terjadi antara senyawa tak jenuh dengan kalium permanganat
berupa endapan mangan oksida berwarna coklat.
Pada kontrol positif (fenol) terjadi perubahan warna menjadi
coklat dan terbentuk endapan. Hal serupa terjadi pada salah satu
sampel (sulfanilamid). Sedangkan pada kontrol negatif (aseton),
tidak terjadi perubahan warna setelah penambahan KMnO4. Hal
serupa terjasi pada sampel lainya, yaitu air. Perubahan warna dan
adanya endapan terjadi karena reaksi adisi mengubah kalium
permanganat menjadi mangan oksida. Reaksi adisi tidak terjadi pada
aseton dan air karena tidak terdapat ikatan rangkap karbon pada
senyawa-senyawa tersebut sehingga tidak terjadi reaksi adisi untuk
menghasilkan endapan mangan oksida.
VII. Kesimpulan
7.1 Senyawa A diidentifikasi merupakan senyawa asam dan tidak ada gugus
fungsi di dalamnya. Senyawa A merupakan air, dimana sifat
keasambasaannya netral dan tidak mengandung gugus fungsi di dalamnya,
sedangkan senyawa B diidentifikasi merupakan senyawa asam, memiliki
gugus ester, amin, karboksil, karbonil, dan memiliki ikatan C rangkap.
Senyawa B merupakan sulfanilamid, dimana sifat keasambasaannya basa,
memiliki gugus amin dan memiliki ikatan C rangkap.
VIII. Daftar Pustaka
Fessenden dan Fessenden . 2003 . Kimia Organik . Jilid 1 . Jakarta : Erlangga ,
halaman 259-302.
Furniss, Brian S. 1989 . Vogel’s Textbook of Practical Organic Chemistry . 5th ed .
London : Thames Polytechnic , halaman 517-691.
Solomon, Graham T.W. dan Craig B.Fryhle . 2001 . Organic Chemistry . Edisi 8 .
New York : John Willey & Sons Inc , halaman 74-77.
http://www.chemistry.mtu.edu/pages/courses/organic/manuals/226/QA/Q
AofROH&C=C.htm (diakses pada 15.02.15 pukul 14:24 WIB).
http://chemwiki.ucdavis.edu/?title=Organic_Chemistry/Aldehydes_and_Keto
nes/Reactions_of_Aldehydes_%26_Ketones/Tollens%E2%80%99_Test
(diakses pada 15.02.15 pukul 14:45 WIB).
http://www2.plymouth.ac.uk/science/wembury/nutrient/nitrogen.htm
(diakses pada 15.02.15 pukul 15:25 WIB).