Post on 02-Mar-2019
transcript
PENGARUH KECAKAPAN MANAJERIAL TERHADAP PRAKTIK
MANAJEMEN LABA DENGAN KOMPOSISI KOMISARIS
INDEPENDEN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
(Skripsi)
Oleh
DESSI ARDILA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2016
ABSTRACT
INFLUENCE OF MANAGERIAL SKILLS ON EARNINGS
MANAGEMENT PRACTICE WITH THE COMPOSITION OF
INDEPENDENT COMMISSIONERSAS A MODERATING VARIABLE
By
Dessi Ardila
The study aims to empirically examinethe effect of managerial skills on earnings
management practice by the composition of independent commissioners as a
moderating variable. Managerial skills were measured using Data Envelopment
Analysis (DEA)to measure the level of efficiency manager, Earning management
as the dependent variable is measured by discretionary accrual from the Modified
Jones models, the composition of independent commissioners was measured by
dividing the total of independent commisioners to total board of commisioners.
This study used a sample of manufacturing firms during the years 2012-2014 by
using purposive sampling method. The data used was obtained from annual report
listed manufacturing companies in BEI. There are 120 companies during the years
2012-2014 that meet the criteria. The methode of analysis used in this study is
multiple regression analysis.
The study found that managerial skills have positive effect on earning
management practice, while the composition of independent commissioners did
not have negative effect on the relationship between managerial ability and
earnings management practice.
Keywords : Earnings Management, Data Envelopment Analysis (DEA),
Manufacturing Firm.
ABSTRAK
PENGARUH KECAKAPAN MANAJERIAL TERHADAP PRAKTIK
MANAJEMEN LABA DENGAN KOMPOSISI KOMISARIS
INDEPENDEN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
Oleh:
Dessi Ardila
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh kecakapan
manajerial terhadap praktik manajemen laba dengan komposisi komisaris
independen sebagai variabel pemoderasi. Kecakapan manajerial diukur
menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) yang mengukur tingkat
efisiensi manajer. Manajemen labasebagai variabel dependen diukur dengan
menggunakan discretionary accrual dengan menggunakan model Jones
Modifikasian. Komposisi komisaris independen diukur dengan cara membagi
jumlah dewan komisaris independen dengan total dewan komisaris.
Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur selama tahun 2012-2014
denganmenggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan diperoleh
dari laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar
BEI . Terdapat 120 perusahaan selama tahun 2012-2014 yang memenuhi kriteria.
Metode analisis yang digunakandalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel kecakapan manajerial memiliki
pengaruh positif terhadap manajemen laba sedangkan variabel komposisi dewan
komisaristidak memiliki pengaruh negatif terhadap hubungan kecakapan
manajerial terhadap manajemen laba.
Kata kunci:Manajemen Laba, Data Envelopment Analysis (DEA), Perusahaan
Manufaktur.
PENGARUH KECAKAPAN MANAJERIAL TERHADAP PRAKTIK
MANAJEMEN LABA DENGAN KOMPOSISI KOMISARIS
INDEPENDEN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
Oleh
Dessi Ardila
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Krui pada 25 Desember 1993 merupakan putri kedua dari lima
bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Menyancang
dan lulus tahun 2005. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan menengah
pertama di SMP Negeri1 Pesisir Tengah yang diselesaikan pada tahun 2008,
kemudian penulis melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMA Negeri 1 Pesisir
Tengah hingga lulus pada tahun 2011.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung pada tahun 2012 melaluijalur Penerimaan Mahasiswa
Perluasan Akses Pendidikan. Selama menjalani perkuliahan penulis aktif di
organisasi KSEI (Kelompok Studi Ekonomi Islam) serta Unit Kegiatan
Mahasiswa Universitas ZOOM.
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini kepada:
Orang tuaku tercinta, atas kasih sayang yang tak terbatas, untaian do’a dan
cucuran keringat.
Kakak dan adik kuter sayang, untuk semangat, dukungan, hangat senyum
dan tawa yang selalu diberikan.
Seluruh keluarga besar dan saudara-saudaraku, kakek nenek(Alm) yang
selalu memberikan doa, nasihat, dan motivasi.
Sahabat dan teman-temanku yang selalu menemani dan menjalani proses
ini bersama.
Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
MOTO
““Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka
apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya
kepadaTuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
(AlInsyirah : 6-8 )
Gantungkan cita-cita mu setinggi langit! Bermimpilah setinggi
langit, Jikaengkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-
bintang.
(Ir. Soekarno)
When you do things from your soul,
you feel a river moving inyou.”
(Rumi)
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Kecakapan
Manajerial Terhadap Praktik Manajemen Laba dengan Komposisi
Komisaris Independen sebagai Variabel Pemoderasi”sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Lampung dapat
terselesaikan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si.,Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku sekretaris Jurusan Akuntansi.
4. BapakKiagus Andi, S.E., M.Si., Akt, selaku Pembimbing Utama atas
kesediaannya untuk memberikan waktu, bimbingan, nasihat, dan dukungan
selama proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Lego Waspodo, S.E., M.Si Akt.,selaku Pembimbing Pendamping atas
kesediannya dalam memberikan waktu, bimbingan, pengetahuan, nasihat,
pengalaman serta pembelajaran diri selama proses penyelesaian skripsi ini.
6. IbuAgrianti Komalasari, S.E., M.Si, Akt selaku Penguji Utama atas saran dan
kritik, serta nasihat yang membangun baik bagi penyelesaian skripsi maupun
bagi diri penulis.
7. Ibu Dr. Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Akt., selaku Pembimbing Akademik
atas segala saran dan nasihat yang diberikan selama masa perkuliahan.
8. Bapak dan Ibu Dosen serta staf di Jurusan Akuntansi dan Fakultas Ekonomi
Universitas Lampung, atas ilmu, dukungan dan pembelajaran yang telah
diberikan.
9. Kedua orang tuaku, bak tercinta Tambat Ali dan bunda tersayang Dahlina.
Terima kasih atas limpahan kasih sayang, do’a, dukungan, perlindungan,
nasihat, semangat, dan ajaran hidup yang dengan setia akan selalu
membimbing setiap langkah untuk mewujudkan mimpi dan cita-cita. Tiada
kata yang dapat menggambarkan rasa syukur dan rasa terima kasih atas segala
hal yang telah diberikan.
10. Terimakasihuntukpapah Afhar dan mamah Yusnapuriuntuk setiap dukungan
semangat, do’a dan motivasi yang diberikan kepadakuselamaini.
11. Terimakasih kepada kakak dan adik adik tersayang.Wo Meyda Safitri, S.Pd ,
Ata Seprina, Riski Nanda Saputra dan Necha Fivtya yang selalu memberikan
semangat, canda tawa serta kegembiraan selama ini,
semogakitabisasuksesdanmembanggakankedua orang tua.
12. Terimakasih Algian Winarso, S.E.I sudah menjadi partner terbaik yg selalu
sabar menjadi pelampiasan kekesalan skripsi (wkwkwk), motivasi, semangat
dan merangkap partner bisnis founder siger beauty. Thanks for everything
dear
13. Terimakasihuntuksahabatku,wanita-wanitaluar biasa Hidayana partner in
crime, Eva Hardianti,IntanPermatasarimiss selfi, Nur Pitriani ukhti
seperjuangan skripsi. Dan Donnysahabat satu bimbingan, wara wiri cari
pengalaman audit. Terimakasih untuk kalian telah menemani keluh kesah,
tempat curhat, perhatian yang tiada henti, selalu peduli, support dan atas
semua canda tawa selama ini. Semoga tali silaturahmi kita selalu terjaga.
Sayang kalian gengs
14. Teman-teman seangkatan Akuntansi 2012. Terutama untuk Mafiana, Sakinah,
Heni, Mia, Sri, Wayan,Widya Maulin,Yunita, Esti, Ersyah, Shalihatunnisa,
Nurul, Yuni Pratiwi, Wulan Ayu, Puspita, Lehan,Robert, Dwi, Ori, Abin, atas
semua bantuan dan dukungan kepada penulis. Terima kasih untuk sudah
bersama-sama berjuang di bangku perkuliahan. Segala jerih payah kita akan
terbayar di masa mendatang.
15. Teman-temankostn srikandi wo sel, ngah dica, mbak ima, mb sayu, marlia,
mia, desi damayanti dan devi terimakasihtelahmenemaniselama ini, jauh
dimata dekat dihati ya semuaaa (emooot peluk)
16. Kance-kance SMA terkeceh Laila Roza, S.Pd, Leni Olandari, S.IP, Fera
Agustina, S.Pd Terimakasih telah menemani masa labil selama SMA, semoga
kita selalu seperti ini sampai tua ya Wo, Ngah dan Lele dumbo.
17. Teman-teman KKN Mulyo Jadi Tulang Bawang Barat irus, tiur, herlambang,
afif, kak denya dan mb yuni terimakasih atas kebersamaan dan kerja samanya
selama proses KKN.
18. Terimakasihuntuksemuapihak yang
telahmembantupenulisdalammenyelesaikanskripsiini, yang
tidakdapatdisebutkansatupersatu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu mohon maaf atas segala kekurangannya. Semoga skripsi ini bermanfaat
dikemudian hari.
Bandar Lampung, 17Agustus 2016
Penulis
Dessi Ardila
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ................................................................................... 8
2.1.1 Teori Agensi ........................................................................... 8
2.1.2 Asimetri Informasi ................................................................. 9
2.1.3 Manajemen Laba .................................................................... 11
2.1.4 Kecakapan Manajerial ............................................................ 13
2.1.5 Komposisi Komisaris Independen ......................................... 14
2.2 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 16
2.3 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 18
2.4 Perumusan Hipotesis........................................................................... 19
2.4.1 Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen Laba 19
2.4.2 Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen
Laba dengan Komposisi Komisaris Independen sebagai Variabel
Pemoderasi ........................................................................................ 20
III. METODEPENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................... 21
3.2 Data Penelitian ................................................................................ 22
3.2.1 Jenis dan Sumber Data ........................................................... 22
3.3 Operasional Variabel Penelitian ...................................................... 22
3.3.1 Variabel Dependen .............................................................. 22
3.3.2 Variabel Independen ........................................................... 24
3.3.3 Variabel Pemoderasi ........................................................... 27
3.4 Tekhnik Analisis Data ..................................................................... 28
3.4.1 Uji Asumsi Klasik ................................................................ 29
a. Uji Normalitas .................................................................... 29
b. Uji Multikolinearitas .......................................................... 29
c. Uji Heteroskedastisitas ....................................................... 30
d. Uji Autokorelasi ................................................................. 31
3.5 Persamaan Regresi .......................................................................... 32
3.6 Pengujian Hipotesis ......................................................................... 33
3.6.1 Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji T) .......................... 33
3.6.2 Pengujian Simultan (Uji F) .................................................... 33
3.6.3 Determinasi ( R2).................................................................... 34
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data dan Sampel ............................................................................ 35
4.2 Statistik Deskriptif .......................................................................... 36
4.3 Hasil Pengujian Asumsi Klasik ....................................................... 38
4.3.1 Uji Normalitas ..................................................................... 38
4.3.2 Uji Multikolinearitas ........................................................... 39
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ........................................................ 40
4.3.4 UjiAutokorelasi ................................................................... 41
4.4 Persamaan Regresi .......................................................................... 42
4.5 Hasil Pengujian Hipotesis ............................................................... 43
4.5.1 Pengujian Koefisien Regeresi Parsial (Uji-t) ......................... 43
4.5.2 Pengujian Simultan (Uji F) ................................................ 44
4.5.3 Determinasi (R2)..................................................................... 45
4.6 Pembahasan ..................................................................................... 46
4.6.1 Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen
Laba ................................................................................... 46
4.6.2 Komposisi Komisaris Independen Memoderasi Pengaruh
Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen Laba ......... 47
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ......................................................................................... 50
5.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................... 51
5.3 Saran ................................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
2.1 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 16
4.1 Sampel Penelitian ............................................................................... 35
4.2 Statistik Deskriptif atas Variabel Penelitian ...................................... 36
4.3 Uji Multikolinearitas .......................................................................... 39
4.4 Uji Glejser .......................................................................................... 41
4.5 Uji Durbin Watson ............................................................................. 42
4.6 Simple Regression Analysis ............................................................... 42
4.7 Multiple Regression Analysis ............................................................ 43
4.8 Uji Signifikan Individual ................................................................... 44
4.9 Hasil Hipotesis ................................................................................... 44
4.10 Uji Signifikasi Simultan ..................................................................... 45
4.11 Uji Determinasi .................................................................................. 45
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
4.1 Uji Heteroskedastisitas Scatterplot .......................................................... 40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Nama Sampel Perusahaan Manufaktur
2 Data Dicretionary Accruals Perusahaan Manufaktur
3 PerhitunganData Envelopment Analysis(DEA) Perusahaan Manufaktur
4 PerhitunganKomposisi Komisaris Independen Perusahaan Manufaktur
5 Stasistik Deskriptif
6 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
7 Uji Multikolinearitas
8 Uji Heteroskedastisitas
9 Uji Autokorelasi Durbin Watson
10 Uji Determinasi
11 Uji F
12 Persamaa Regresi
13 Uji T
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan output akhir dalam proses akuntansi. Laporan
keuangan mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja
sebuah perusahaan. Laporan keuangan dibuat dengan tujuan untuk memberikan
gambaran atau laporan kemajuan yang secara periodik dilakukan pihak
manajemen perusahaan yang bersangkutan. Dengan kata lain laporan keuangan
bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisikeuangan dan
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan yang berkualitas adalah yang terbebas dari rekayasa dan
mengungkapkan informasi sesuai dengan fakta yang sebenarnya dan digunakan
untuk berbagai pihak. Informasi yang sering menjadi perhatian bagi pemakai
laporan keuangan untuk dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Mulyadi,2002). Di
dalam perusahaan informasi laba sangat penting informasi laba merupakan
bagian dari laporan keuangan, informasi tersebut menjadi target rekayasa para
2
mmanajer melalui tindakan oportunis manajemen untuk kepuasannya tetapi dapat
merugikan para pemegang saham atau investor yang sering disebut pihak
prinsipal. Tindakan oportunis ini dilakukan dengan cara memilih kebijakan
akuntansi tertentu sehingga laba perusahaan dapat diatur dan dimanipulasi
dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan keinginannya. Tindakan oportunis ini
bertujuan untuk mengatur laba sesuai dengan keinginannya dan dikenal dengan
istilah manajemen laba.
Manajemen laba merupakan suatu pemilihan kebijakan akuntansi yang digunakan
manajer dalam memperbagus laba pada laporan keuangan perusahaan yang
dikelola sehingga terlihat bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik.
Manajemen laba adalah sebagai pilihan bagi manajer atas kebijakan akuntansi dari
berbagai kebijakan yang diperbolehkan dalam standar untuk mencapai tujuan
khusus (Scott, 2009). Manajer melakukan manajemen laba karena informasi
mengenai laba sering menjadi perhatian bagi para pengguna laporan keuangan
salah satunya investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi pada
perusahaan. Informasi laba dinilai sebagai buku rapor perusahaan yang memuat
kinerja manajemen selama periode tertentu sehingga jika laba dalam keadaan
baik, maka publik akan memiliki kepercayaan bahwa kondisi perusahaan tengah
positif dan harga saham dapat meningkat (Sulistiawan dkk.,2011). Selain untuk
menilai kinerja manajemen informasi laba juga dapat membantu investor dalam
memprediksi laba di masa mendatang dan untuk memprediksi risiko dalam
berinvestasi.
3
Kesadaran manajemen akan pentingnya informasi laba mendorong manajer untuk
melakukan intervensi dalam proses pelaporan keuangan demi mencapai tujuan
tertentu. Hal lain yang mendorong pihak manajemen melakukanmanajemen laba
adalah adanya ketidaksejajaran kepentingan antara pemegang saham dengan
manajer (masalah keagenan). Baik pemilik maupun manajer merupakan individu
yang cenderung mencari keuntungan sendiri. Masalah keagenan ini
mengakibatkan adanya sifat manajemen melaporkan laba secara oportunistik
untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya. Perhatian pengguna laporan
keuangan yang lebihterpusat pada informasi laba dan adanya ketidaksejajaran
kepentingan antara manajer dengan pihak pengguna laporan keuangan yang lain
mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba.
Manajer adalah pengelola perusahaan. Kemajuan suatu perusahaan tergantung
bagaimana manajer mengelola perusahaan oleh karena itu perusahaan
membutuhkan manajer yang cakap. Manajer yang cakap dianggap memiliki
kemampuan dan integritas yang tinggi serta pengalaman sehingga manajer dapat
menggambil keputusan yang tepat demi kemajuan perusahaan. Selain itu manajer
memiliki kewajiban untuk mengkomunikasikan kinerja perusahaan kepada
stakeholder yaitu pihak-pihak yang berkepentingan melalui laporan keuangan.
Dengan berbagai kemampuan dan kesempatan manajer tersebut maka semakin
memperbesar peluang terjadinya praktek manajemen laba (Isnugrahadi dan
Kesuma, 2009).
Kecakapan manajer menjadi salah faktor yang penting dalam praktek manajemen
laba. Hal ini telah diungkapkan pada beberapa penelitian sebelumnya, diantaranya
4
penelitian Utami (2013) mengenai pengaruh kecakapan manajerial terhadap
manajemen laba dengan kualitas auditor sebagai variabel pemoderasi dengan hasil
pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba menunjukkan adanya
pengaruh yang positif dan signifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
semakin cakap manajer maka intensitasnya dalam melakukan manajemen laba
semakin tinggi. Menurut Utami (2013), hal ini terjadi salah satunya karena
kenyataan adanya asimetri informasi yang membuat manajemen memiliki
informasi yang bisa digunakan untuk melakukan rekayasa.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Utami
(2013). Penelitian ini menguji kembali pengaruh kecakapan manajerial terhadap
manajemen laba dengan menambahkan komposisi komisaris independen sebagai
variabel pemoderasi.
Dechow dkk (1995) menyatakan struktur internal governance perusahaan sebagai
faktor yang membatasi kemampuan dan kesempatan manajer dalam melakukan
praktik manajemen laba. Salah satu faktor tersebut adalah peranan pengawasan
komisaris independen dalam mewujudkan corporate governance untuk
memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham dan kreditor sehingga
yakin akan return atas investasinya.
Menurut Surya (2006) menyatakankomisaris independen yang merupakan bagian
dari dewan komisaris sangat berperan dalam meminimumkan praktik manajemen
laba yang dilakukan pihak manajemen. Komisaris independen diharapkan mampu
mendorong dan menciptakan iklim yang objektif serta dapat menempatkan
kesetaraan sebagai prinsip utama dalam memperhatikan kepentingan pemegang
5
saham minoritas danstakeholders. Keberadaan komisaris independen dalam
perusahaan diharapkan mampu menjamin laporan keuangan yang
menggambarkan informasi sesungguhnya mengenai operasional perusahaan
sehingga dapat mencegah praktik manajemen laba.
Penggunaan komposisi komisaris independen sebagai variabel pemoderasi
didasarkan pada penekananan masalah konflik kepentingan antara manajer dan
investor. Komisaris independen sebagai bentuk perwujudan dari pelaksanaan
corporate governanceyang mampu menekankan motivasi seorang manajer dalam
melakukan praktik manajemen laba karena adanya fungsi pengawasan yang baik
terhadap kinerja manajemen
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Kecakapan Manajerial terhadap
Manajemen Laba dengan Komposisi Komisaris Independen sebagai
Variabel Pemoderasi”.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka rumusan masalahdalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.2.1. Apakah kecakapan manajerial berpengaruh terhadap praktik manajemen
laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
1.2.2. Apakah komposisi komisaris independen memiliki pengaruh terhadap
hubungan kecakapan manajerial dengan praktik manajemen labapada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
6
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Untuk Menguji secara empiris pengaruh kecakapan manajerial terhadap
praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
1.3.2. Untuk Menguji secara empiris dan mengetahui apakah komposisi
komisaris independen memiliki pengaruh terhadap hubungan kecakapan
manajerial dengan manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
bagi penulis dan pembaca tentang pengaruh kecakapan manajerial
terhadap manajemen laba dengan komposisi komisaris independen
sebagai variabel moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
1.4.2. Manfaat Praktis
a. Bagi perusahaan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada perusahaan mengenai pengaruh kecakapan manajerial
terhadap praktik manajemen laba dengan komposisi komisaris independen
sebagai variabel pemoderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI dan menjadi bahan sebagai tambahan informasi bagi perusahaan
dalam pengambilan keputusan dalam mencegah praktik manajemen laba.
7
b. Bagi investor, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
alat bantu dalam mempertimbangkan keputusan investasinya di pasar
modal.
c. Bagi akademik, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
tambahan ilmu pengetahuan dan tambahan referensi mengenai pengaruh
kecakapan manajerial terhadap praktik manajemen laba dengan komposisi
komisaris independen sebagai variabel pemoderasi pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI. Di samping itu, menjadi tambahan
informasi terhadap penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Landasan Teori
2. 1. 1. Teori Agensi
Teori keagenan mengungkapan hubungan antara pemilik dan manajemen.
Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk memahami isu
corporate governance dan manajemen laba. Adanya pemisahan kepemilikan oleh
principal dengan pengendalian oleh agent cenderung menimbulkan konflik
keagenan diantara principal dan agent. Teori agensi menggambarkan perusahaan
sebagai suatu titik temu antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen
(agent).Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan
merupakan sebuah kontrak yang terjadi antara manajer (agent) dengan pemilik
perusahaan (principal). Wewenang dan tanggung jawab agentmaupun principal
diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama.
Eisendhart (1989) dalam Ujiyanto dan Bambang (2007) menyatakan bahwa teori
agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu :
1. manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri
2. manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang
9
3. manusia selalu menghindari risiko.
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia
bertindak opportunistic yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya. Sebagai
pengelola perusahaan, manajer memiliki informasi internal perusahaan dan
prospek perusahaan di masa yang akan datang yang lebih dibandingkan dengan
pemegang saham. Oleh karena itu manajer seharusnya selalu memberikan
informasi kepada pemilik mengenai kondisi perusahaan melalui pengungkapan
informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hal
yang sangat penting bagi pengguna eksternal karena kelompok ini berada dalam
kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Nasution dan Doddy, 2007). Adanya
ketidakseimbangan penguasaan informal dapat menjadi pemicu munculnya
kondisi yang disebut asimetri informasi. Informasi yang dimiliki manajer lebih
banyak dibanding informasi yang diketahui oleh pemilik perusahaan. Banyaknya
informasi yang dimiliki oleh manager memicu manajer melakukan manajemen
laba.
Kesimpulan dari teori agensi ini adalah teori yang mencoba menjelaskan
hubungan antara pihak principal dan agent, dimana terdapat penyerahan otorisasi
dari pemilik kepada agentuntuk menjalankan aktivitas perusahaan.
2. 1. 2. Asimetri Informasi
Menurut Jensen dan Meckling (1976) asimetri informasi adalah keadaan dimana
agent mempunyai informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dan prospek
dimasa yang akan datang dibandingkan denganprincipal. Kondisi ini memberikan
10
peluang kepada agent menggunakan informasi yang diketahuinya untuk
memanipulasi pelaporan keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan laba.
Menurut Scott dalam Herlina (2015) terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:
a. Adverse Selection, yaitu bahwa manajer serta orang-orang dalam internal
perusahaan lainnya pada dasarnya mengetahui lebih banyak tentang keadaan
dan prospek perusahaan dibandingkan pemegang saham atau pihak luar.
Manajer dapat tidak memberikan informasi yang mengandung fakta yang akan
digunakan pemegang saham atau stakeholder dalam proses pengambilan
keputusan.
b. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer
tidak seharusnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman.
Oleh karena itu, manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan
pemegang saham yang melanggar kontrak yang secara etika atau norma tidak
layak dilakukan.
Kondisi asimetri informasi tersebut dapat menimbulkan konflik kepentingan
diantara manajer sebagai agentdan pemegang saham sebagai principalsehingga
memungkinkan manajer untuk melakukan tindakan yang menyimpang seperti
manajemen laba. Manajemen laba tersebut dilakukan manajer dalam rangka
meningkatkan nilai perusahaan.
Tindakan manajemen laba dalam suatu perusahaan dapat dijelaskan dengan teori
keagenan. Investor sebagai principal diasumsikan hanya menginginkan hasil
investasi mereka bertambah atau mendapat pengembalian yang menguntungkan.
Sedangkan para agen yaitu manajer diasumsikan akan merasa puas apabila
11
menerima kompensasi keuangan dan syarat–syarat yang menyertai dalam
hubungan atau kontrak antara principal dengan agent. Dengan adanya perbedaan
kepentingan tersebut masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan
bagi diri sendiri. Bila tidak ada pengawasan yang memadai maka manajer atau
agent dapat memainkan beberapa kondisi perusahaan untuk memaksimalkan
keuntungan mereka sendiri. Permainan tersebut dapat terjadi atas prakarsa dari
principal atau inisiatif agent sendiri. Dengan kondisi yang demikian, maka
terjadilah creative accounting yang menyalahi aturan.
2. 1. 3. Manajemen Laba
Setiawati dan Na’im (2000) menyatakan bahwa manajemen laba adalah campur
tangan manajer dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk
menguntungkan diri sendiri. Manjamen laba sendiri dapat mengakibatkan
berkurangnya kredibilitas laporan keuangan, menambah bias dalam laporan
keuangan, dan dapat membuat pemakai laporan keuangan menjadi mempercayai
angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa. Manajemen
laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan
peran atau perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan manajemen
perusahaan (Wallace, 1997). Manajer melakukan manipulasi laba melalui
manajemen laba agar laba nampak sebagaimana yang diharapkan.
Beberapa peneliti mendefinisikan manajemen laba dalam arti yang berbeda-beda.
terdapat beberapa definisi mengenai manajemen labayaitu:
12
1. Schipper (2003) manajemen laba adalah campur tangan dalam proses
penyusunan pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan-keuntungan pribadi.
2. Fisher dan Rosenzweig (1995) manajemen laba adalah tindakan-tindakan
manajer untuk menaikkan atau menurunkan laba periode berjalan dari sebuah
perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikkan atau penurunan
keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang.
3. Healy dan Wahlen (1999) manajemen laba terjadi apabila manajer
menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam struktur
transaksi untuk mengubah laporan keuangan guna menyesatkan pemegang
saham mengenai prestasi ekonomi perusahaan atau mempengaruhi akibat-
akibat perjanjian yang mempunyai kaitan dengan angka-angka yang dilaporkan
dalam laporan keuangan.
Sugiri (1998) menyatakan bahwa membagi definisi menjadi dua, yaitu :
1. Definisi Sempit
dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. dalam
artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk “bermain”
dengan komponen discretionary accruals.
2. Definisi Luas
merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan atau mengurangi laba yang
dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa
mengakibatkan peningkatan atau penuruna profitabilitas ekonomis jangka
panjang.
13
Menurut Scott (2003) discretionary accruals adalah suatu cara untuk mengurangi
pelaporan laba yang sulit dideteksi melalui manipulasi kebijakan akuntansi yang
berkaitan dengan akrual. Oleh karena itu dalam penelitian ini bentuk akrual
dianalisis adalah bentuk discretionary accruals yang merupakan akrual tidak
normal dan merupakan pemilihan kebijakan manajemen dalam pemilihan metode
akuntansi.
2. 1. 4. Kecakapan Manajerial
Dechow (1995) mendefinisikan kecakapan manajerial adalah suatu keterampilan
atau karakteristik personal yang membantu tercapainya kinerja yang tinggi dalam
tugas manajemen. Demerijan,dkk.,(2006) meneliti tentang kecakapan manajerial
dibidang keuangan, yaitu seberapa efisien sebuah perusahaan dalam bidang
keuangan secara relatif terhadap perusahaan lain. Manajer yang memiliki tingkat
kecakapan yang tinggi akan lebih terampil mengolah informasi, terdapat dua hal
yang menjadi pendorong manajer melakukan manajemen laba. Dua hal tersebut
adalah kompensasi bonus dan asimetri informasi antara manajemen dan pemilik
perusahaan.
Isnugrahadi dan Kusuma (2009) menyatakan bahwa seorang manajer dikatakan
cakap apabila manajer tersebut memiliki keahlian yang memadai dalam bidang
yang menjadi tanggung jawabnya. Keahlian tersebut bisa berasal dari intelejensi
yang dimilikinya serta pendidikan yang telah ditempuh. Pengalaman yang dimiliki
juga merupakan faktor penentu tingkat keahlian seorang manajer. Keputusan
manajer dalam perusahaan akan mencerminkan kecakapan manajer tersebut.
14
Manajer dalam mengambil keputusan bisnis seharusnya dipandu oleh explicit
profesional codes sehingga setiap keputusan yang diambil oleh manajer selalu
melalui pertimbangan profesionalnya. Manajer dan pemilik perusahaan memiliki
tingkat informasi yang berbeda,manajer memiliki informasi yang lebih dibanding
pemilik perusahaan tentang aktivitas bisnis perusahaan. Manajer yang memiliki
keahlian akan dengan mudah menyalahgunakan dan memanipulasi informasi yang
tidak diketahui pemilik dengan melakukan tindakan oportunistik. Manajer dapat
melihat peluang dalam bidang akrual, akrual merupakan keputusan bidang
keuangan yang diestimasi dan ditentukan oleh manajer, sehingga dengan
keterbatasan informasi yang dimilki pemilik, manajer akan dengan mudah
melakukan manajemen laba. Fleksibilitas dari standar akuntansi yang
memperbolehkan manajemen untuk memilih satu dari beberapa alternatif yang
tersedia juga menjadi pendorong bagi manajer yang handal untuk melakukan
manipulasi (Kusuma dan Isnugrahadi, 2009 dalam Purwanti 2012).
2. 1. 5. Komposisi Komisaris Independen
Dewan Komisaris merupakan organ perusahaan yang bertugas memastikan bahwa
perusahaan melaksanakan GCG (KNKG, 2006). Komposisi komisaris independen
adalah susunan keanggotaan yang terdiri dari komisaris dari luar perusahaan
(komisaris independen) dan komisaris dari dalam perusahaan. Komisaris
independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan
manajemen, anggota dewan komisaris lainnya, dan pemegang saham mayoritas,
serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
15
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau semata-mata
demi kepentingan perusahaan.
Menurut aturan yang dikeluarkan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI)
Nomor:Kep-305/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan
Saham danEfek Bersifat Ekuitasmenyebutkan tentang rasio komisaris independen
yaitu komisaris independen yang jumlahnya secara proporsional jumlah saham
anggota komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh
anggota dewan komisaris wajib diisi oleh anggota komisaris yang berasal dari luar
perusahaan. Jadi, seperti itulah komposisi komisaris independen yang ideal.
Komisarisindependen memiliki peran untuk memonitor kebijakan direksi. Peran
komisaris independen ini diharapkan dapat meminimalisir permasalahan agensi
yang muncul antara dewan direksi dan pemegang saham, sehingga kinerja
yang dihasilkan oleh perusahaan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan.
Komisaris independen memegang peran penting dalam mengarahkan strategi dan
mengawasi jalannya perusahaan serta memastikan bahwa para manajer
benar-benar meningkatkan kinerja perusahaan sebagai bagian dari pencapaian
perusahaan. Komisaris independen merupakan inti dari corporate governance
yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi
manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya
akuntabilitas (Zehnder, 2000).
Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa komisaris independen dapat
bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer
internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada
16
manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan
fungsi monitoring agar terciptanya perusahaan corporate governance. Dalam
menjalankan fungsinya, komisaris independen harus membebaskan diri dari
kepentingan pihak – pihak lain yang berpotensi memunculkan konflik
kepentingan dan menjalankan fungsinya sesuai dengan kompetensi yang
memadai. Wallace dan Peter dalam (Ujiyantho dan Pramuka, 2007) menyatakan
bahwa perusahaan yang memiliki komposisi komisarisindependen akan
meningkatkan pengawasan, sehingga akan mengurangi tindakan manajer dalam
melakukan praktik manajemen laba. Hal ini didukung dengan penelitian Klein
dalam (Herawaty 2008) yang berhasil membuktikan bahwa discretionary accrual
lebih tinggi untuk perusahaan yang memiliki komite audit yang terdiri dari lebih
sedikit komisaris independen dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki
komite audit yang terdiri dari banyak komisaris independen.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu memaparkan penelitian-penelitian sebelumnya mengenai
kecakapan manajerial, manajemen laba serta komposisi komisaris independen.
Beberapa penelitian telah membahas hal-hal tersebut. Ringkasan penelitian
terdahulu disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Hasil
1 Indra
Isnugrahadi
dan Indra
Wijaya
Kusuma
Pengaruh kecakapan
manajerial dengan
kualitas auditor sebagai
variabel pemoderasi
Hasil penelitianmenunjukkan
bahwa kecakapan manajerial
berpengaruh positif signifikan
terhadap manajemen laba dan
variabel interaksi antara
17
(2009) kecakapan manajerial dan
kualitas audit berpengaruh
negatif secara signifikan
terhadap intensitas manajemen
laba.
2 Heryn
Septiana
(2012)
Pengaruh kecakapan
manajerial dan
kepemilikan manajerial
terhadap praktik
manajemen laba
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa manajemen laba
berpengaruh negatif oleh
kecakapan manajerial dan
kepemilikan manajerial
3 Radityas
Utami
(2013)
Pengaruh kecakapan
manajerial terhadap
manajemen laba dengan
kualitas auditor sebagai
variabel pemoderasi
Hasil penelitianmenunjukkan
bahwa kecakapan manajerial
berpengaruh positif terhadap
manajemen laba. Namun,
kualitas auditor tidak
memoderasi hubungan antara
kecakapan manajerial dan
manajemen laba
.
3 Riske
Meitha
Anggraeni
(2013)
Pengaruh struktur
kepemilikan manajerial,
ukuran perusahaan, dan
praktik corporate
governance terhadap
manajemen laba
Hasil penelitianmenunjukkan
bahwa struktur kepemilikan
manajerial dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen
laba. Sementara itu praktik
corporate governance (proporsi
komisaris independen, komite
audit, dan ukuran KAP)
berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba.
4 Annas Budi
Wicaksono
(2013)
Pengaruh kecakapan
manajerial terhadap
praktik manajemen laba
dengan corporate
governance sebagai
variabel pemoderasi
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kecakapan
manajerial berpengaruh positif
signifikan terhadap praktik
manajemen laba. Penelitian ini
juga menemukan proporsi
komisaris independen,
kepemilikan saham institusional,
dan kepemilikan saham
manajerial pengaruh negatif
dalam memoderasi kecakapan
manajerial terhadap praktik
manajemen laba.
18
5
Satya Novi
Hastuti
(2014)
Peran mekanisme
corporate governance
dalam memoderasi
pengaruh kecakapan
manajerial terhadap
manajemen laba
Berdasarkan hasil pengujian
didapatkan bahwa kecakapan
manajerial tidak terbukti
berpengaruh signifikan terhadap
praktik manajemen laba.
Penelitian ini juga menemukan
bahwa kepemilikan institusional
dan komposisi
komisarisindependen mampu
memoderasi pengaruh
kecakapan manajerial terhadap
manajemen laba.
6 Herlina
(2015)
Pengaruh kecakapan
manajerial terhadap
manajemen laba dengan
kepemilikan manajerial
sebagai variabel
pemoderasi
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kecakapan manajerial
berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba, sedangkan
kepemilikan manajerial tidak
mempengaruhi hubungan
kecakapan manajerial dengan
manajemen laba.
2. 3. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran menjelaskan tentang alur berfikir dan hubungan yang
menunjukkan kaitan antara variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Variabel-
variabel dalam penelitian antara lain manajemen laba, kecakapan manajerial, dan
komposisi komisaris independen.
Kecakapan Manajerial
Komposisi Komisaris Independen
Manajemen Laba
19
2. 4. Perumusan Hipotesis
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang hipotesis yang akan diuji dalam
penelitian. Terdapat dua hipotesis yang akan diuji. Pertama, kecakapan manajerial
berpengaruh positif terhadap manjamen laba. Kedua,komposisi komisaris
independen berpengaruh negatif terhadap hubungan kecakapan manajerial
dengan manajemen laba.
2.4.1. Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Praktik Manajemen Laba
Isnugrahadi dan Kusuma (2009) dalam penelitannya mengungkapkan bahwa
terdapat pengaruh positif antara kecakapan manajerial dengan manajemen laba.
Dengan kecakapan manajaerial akan terjadi asimetri informasi yang mendorong
management untuk melakukan manajemen laba diperusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian Utami (2013) membuktikan bahwa kecakapan
manajerial berpengaruh secara positif terhadap manajemen laba. Hal ini
menujukkan bahwa perusahaan yang memiliki manajer yang cakap cenderung
melakukan manajemen laba. Penelitian tersebut didukung dengan penelitian
Purwanti (2010) yang mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh positif antara
kecakapan manajerial dan manajemen laba. Hal ini berarti bahwa semakin cakap
seorang manajer maka manajemen laba yang dilakukannya juga semakin tinggi.
Dalam penelitian Wicaksono (2013)menunjukkan bahwa variabel kecakapan
manajerial berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba. Penelitian
tersebut didukung dengan penelitian Saputra (2013) yang membuktikan bahwa
variabel kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba,
20
manajer yang cakap dapat lebih leluasa untuk memanfaatkan peluang untuk
melakukan praktik manajemen laba secara leluasa. Sedangkan dalam penelitian
Herlina (2015) menunjukan bahwa kecakapan manajerial berpengaruhnegatif
terhadap manajemen laba, hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kecakapan manajerial dan efisiensi yang tinggi tidak dapat menjamin bahwa
manajer tidak akan melakukan praktik manajemen laba.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
: Kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba
2.4.2. Pengaruh Kecakapan Manajerial terhadap Praktik Manajemen Laba
dengan Komposisi Komisaris Independen sebagai Variabel Pemoderasi.
Komisaris independen sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal
perusahaan, memiliki peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama
dalam pelaksanaan corporate governance. Menurut Egon Zehnder (2000),
komisaris independen merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan
untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam
mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Keberadaan
komisaris independen mampu memberikan pengaruh terhadap pengendalian dan
pengawasan aktivitas pengelola perusahaan, termasuk perilaku oportunistik
seperti tindakan manajemen laba yang memanfaatkan kecakapan dan wewenang
yang dimiliki manajer.
Dalam penelitian Wicaksono (2013) menyimpulkan proporsi komisaris
independen berpengaruh negatif dalam memoderasi pengaruh kecakapan
manajerial terhadap manajemen laba, penelitian itu sejalan dengan Penelitian
21
Saputra (2013) menyatakan bahwa komposisi komisaris independen berpengaruh
negatif terhadap pengaruh kecakapan manajerial dengan manajemen laba. Hal ini
menandakan bahwa makin sedikit komisaris independen maka tindakan
manajemen laba semakin banyak karena sedikitnya komisaris independen
memungkinkan bagi organisasi tersebut untuk didominasi oleh pihak manajemen
dalam menjalankan perannya.
Sedangkan menurut penelitian Wulandari (2013) hasil penelitiannya menunjukan
komisaris independen berpengaruh positif dalam memoderasi praktik manajamen
laba. Hal ini disebabkan pengangkatan komisaris independen oleh perusahaan
hanya dilakukan untuk pemenuhan ketaatan terhadap regulasi, tetapi tidak
dimaksudkan untuk menegakkan corporate governancedan rata-rata komposisi
komisaris independen saat ini relatif rendah, sehingga secara kolektif komisaris
independen tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi keputusan dewan
komisaris.
Berdasarkan uraian di atas, untuk menguji peran komposisi komisaris independen
dalam memoderasi pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba,
maka hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut:
: komposisi komisaris independen berpengaruh negatif dalam memoderasi
pengaruhkecakapan manajerial terhadap manajemen laba
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaanyang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014. Adapun pemilihan
sampel dengan menggunakan metode purposive samplingyaitu penentuan sampel
atas dasar kesesuaian karakteristik dan kriteria tertentu (Suaryana, 2005).
Adapun kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktursektor industri dasar dan kimia yangterdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2012 sampai dengan 2014 berturut-turut.
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir 31
Desember selama periode 2012-2014berturut–turut dan perusahaan
menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit dalam mata uang rupiah.
3. Perusahaan memiliki data lengkap mengenai informasi yang diperlukan
dalam penelitian.
22
3.2. Data Penelitian
3.2.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berupa laporan tahunan
(annual report) periode 2012-2014. Sumber Data tersebut diambil dari ICMD
(Indonesian Capital Market Directory) dan Bursa Efek Indonesia yaitu
www.idx.co.id. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia (Utami,2013).Data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah berupa laporan keuangan yang akan
diambil elemen-elemen yang digunakan dalam pengukuran variabel kecakapan
manajerial dengan metode DEA (Data Envelopment Analysis) serta variabel
manajemen laba dengan metode jones modifikasian. Data tersebut diambil dari
ICMD (Indonesian Capital Market Directory) dan Bursa Efek Indonesia yaitu
www.idx.co.id.
3.3. Operasional Variabel Penelitian
3.3.1. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang terikat dan variabel yang
dipengaruhi oleh variabel lainnya. Melalui analisis terhadap variabel terikat
adalah mungkin untuk menemukan jawaban atas suatu masalah (Sekaran, 2006).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Pengukuran
discretionary accruals sebagai manajemen laba menggunakan Model Jones
Modifikasin (Isnugrahadi dan Kusuma, 2009).
Menurut model Jones yang dimodifikasi Dechow (1995) Untuk menghitung nilai
discretionary accuals dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
23
1. Menghitung total acruals menggunakan pendekatan aliran kas (cash flow
approach) dengan persamaan sebagai berikut :
Keterangan:
:Total akrual perusahaan i pada tahun t
:Laba bersih kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada tahun t
:Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada tahunke t.
2. Menghitung nilai nondiscretionary accrual (NDA):
= α1 + α2 + α3 + e
Keterangan:
: nondiscretionary accruals perusahaan i ada tahun t
α : fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi
pada perhitungan total accruals
At-1 : Total aset untuk sampel perusahaan i pada tahun t – 1
: Pendapatan perusahaan i tahun t dikurangi dengan pendapatan
periode t – 1
: Piutang bersih periode t dikurangi periode t – 1
PPEit : Aktiva tetap (gross property plant and equipment) perusahaan
tahun t
e : Error term perusahaan i pada tahun t
3. Menghitung niai accruals dengan persamaan Ordinary Least Square (OLS)
= α1 + α2 + α3 + e
Keterangan :
: nondiscretionary accruals perusahaan i ada tahun t
α : fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi
pada perhitungan total accruals
At-1 : Total aset untuk sampel perusahaan i pada tahun t – 1
: Pendapatan perusahaan i tahun t dikurangi dengan pendapatan
periode t – 1
: Piutang bersih periode t dikurangi periode t – 1
24
PPEit : Aktiva tetap (gross property plant and equipment) perusahaan
tahun t
e : Error term perusahaan i pada tahun t
4. Menghitung discretionary accrual
=
Keterangan
:Discretionary accrual
: Total akrual perusahaan i pada tahun t
: nondiscretionary accruals perusahaan i ada tahun t
At-1 : Total aset untuk sampel perusahaan i pada tahun t – 1
3.3.2. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel bebas yang tidak dipengaruhi oleh
variabel apapun. Variabel independen merupakan variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel dependen (Sugiyono,2012). Variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kecakapan manajerialyang diukur dengan
Data Envelopment Analysis (DEA).
Data Envelopment Analysis (DEA) diperkenalkan oleh Charnes, Cooper Dan
Rhodes (2002). Metode DEA dibuat sebagai alat bantu untuk evaluasi kinerja
suatu aktivitas dalam sebuah unit entitas. Pada dasarnya prinsip kerja model DEA
adalah membandingkan data input berbobot dan output berbobot dari suatu
organisasi atau perusahaan (decision making unit) dengan data input berbobot dan
output berbobot lainnya pada decision making unit yang sejenis. Perbandingan ini
dilakukan untuk mendapatkan suatu nilai efisiensi. Efisiensi merupakan salah satu
parameter pengukuran kinerja sebuah organisasi.
25
Kecakapan manajerial dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tingkat
keefisienan relatif sebuah perusahaan dalam mengelola input-input (faktor-faktor
sumber daya dan operasional) untuk meningkatkan output(penjualan). Tingkat
keefisienan relatif ini kemudian disimpulkan sebagai hasil dari kecakapan
manajer. Semakin efisien sebuah perusahaan dibanding dengan perusahaan
lainnya dalam sub sektor industri yang sama, maka semakin cakap manajer yang
berada di perusahaan tersebut (Isnugrahadi dan Kusuma, 2009).
Dalam penelitian ini untuk mengukur variabel kecakapan manajerial yang
menggunakan metode DEA digunakan input dan output sebagai berikut :
Input :
Item – item yang dijadikan input dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu
faktor sumber daya (total aset dan jumlah tenaga kerja) dan faktor operasional
(Days Cost Of Good Sold in Inventory dan Days Sales Outstanding)
1. Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja adalah faktor sumber daya yang berperan dalam
menghasilkan penjualan. Secara umum, untuk nilai penjualan yang tertentu,
semakin kecil jumlah tenaga kerja untuk menghasilkan penjualan tersebut
maka semakin efisien perusahaan tersebut.
2. Total Aset
Total aset dimasukkan sebagai input karena aset merupakan faktor sumber
daya yang sangat penting dalam menghasilkan penjualan (output). Seorang
manajer yang cakap akan mampu mengelola besaran aset yang diperlukan
untuk menghasilkan penjualan yang maksimal.
26
3. Days Cost Of Good Sold in Inventory(DCI)
DCI mengukur besaran kecepatan perputaran sediaan perusahaan dalam satuan
hari. Semakin kecil waktu (hari) yang diperlukan untuk perputaran sediaan
maka semakin efisien perusahaan tersebut. Manajer yang cakap diharapkan
mampu mengambil langkah – langkah yang diperlukan untuk meminimalkan
besaran DCI ini.
Rumus untuk menghitung besaran DCI adalah sebagai berikut :
DCI = 365 / (COGS/Inventory)
4. Days Sales Outstanding (DSO)
DSO mengukur waktu yang diperlukan perusahaan untuk mendapatkan kas
setelah melakukan penjualan. Semakin cepat perusahaan melakukan kas
semakin baik.
Rumus untuk menghitung DSO adalah sebagai berikut :
DSO = Receivables / (Sale /365)
Input-input diatas akan membentuk suatu persamaan :
Output:
1. Penjualan
Penjualan digunakan sebagai output karena penjualan merepresentasikan nilai
nominal dari produk perusahaan yang merupakan output mendasar dari
perusahaan.
Model yang digunakan untuk menghitung efisiensi dengan pendekatan DEA
adalah sebagai berikut :
Total Input = Total Aset + Jumlah Tenaga Kerja + DCI +DCO
27
MAX =
Keterangan:
: Nilai efisiensi perusahaan k
Ui : Bobot output i yang dihasilkan perusahaan k
Yik : jumlah output i dari perusahaan k dan dihitung dari i=1 hingga s
Vj : bobot input j yang digunakan perusahaan k
Xjk : jumlah input j dari perusahaan k dan dihitung dari j=1 hingga m
NIilai efisiensi tidak melebihi 1 (100%) dan input serta output yang dianalisis
harus positif. Dengan kata lain, perusahaan tidak melakukan pemborosan sumber
daya jika bernilai 1 (100%), sebaliknya jika nilainya 0 ≤ < 1 , maka
perusahaan dinilai inefisien dalam mengelola sumber daya perusahaan yang
tersedia.
3.3.3. Variabel Pemoderasi
Variabel moderasi adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah
hubungan langsung antara variabel independen dan variabel dependen (Ghozali,
2013). Penelitian ini menggunakan varibel pemoderasi yaitukomposisi komisaris
independen.
Dewan komisaris adalah sebuah dewan yang bertugas untuk melakukan
pengawasan dan memberikan nasihat kepada direktur Perseroan Terbatas. Di
Indonesia dewan komisaris ditunjuk oleh RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)
dan di dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dijabarkan
fungsi, wewenang, dan tanggung jawab dari dewan komisaris.
28
Komisaris Independen merupakan anggota komisaris yang berasal dari luar
perusahaan (tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan) yang dipilih
secara transparan dan independen. Mereka harus memiliki integritas, memiliki
kompetensi yang memadai, bebas dari pengaruh pihak–pihak yang berhubungan
dengan kepentingan pribadi serta dapat bertindak objektif dan independen dengan
berpedoman pada prinsip–prinsip corporate governance (transparancy,
accountability, responbility, and fairness). Komisaris independen dapat bertindak
sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer dan
mengawasi kebijakan manajemen serta memberi nasihat kepada manajemen
(Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Apabila dalam laporan keuangan tidak
dicantumkan berapa jumlah anggota komisaris independen, maka diasumsikan
perusahaan tersebut memiliki komisaris independen sebanyak 1 orang, karena di
dalam undang-undang perseroan terbatas No. 40 tahun 2007 mewajibkan semua
perusahaan untuk memiliki komisaris independen.
Variabel ini diukur berdasarkan pendekatan BCOM oleh (Chtourou et al., 2001)
dalam Nasution (2007) komposisi komisaris independen dihitung dengan cara :
Komposisi KomisarisIndependen =
3.4. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul harus dianalisis agar memperoleh makna yang berguna
bagi pemecahan masalah yang telah diangkat oleh peneliti. Teknik analisis data
dalam penelitian kuantitatif adalah dengan menggunakan statistik. Secara garis
besar metode statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian
Jumlah anggota komisaris independen
Jumlah seluruh anggota dewan komisaris
29
adalah statistik deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan dan
memberikan gambaran tentang distribusi frekuensi variabel-variabel dalam
penelitian ini dan menjelaskan nilai maksimum, minimum, rata-ratadan standar
deviasi.Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak
SPSS (Statistical Program For Social Science) 21.0 for windows.
3.4.1 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi ini klasik terdiri dari :
a. Uji Normalitas
Menurut (Ghozali, 2013) Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi variabel dependen dan variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Uji Kolmogorov
Smirnov dapat dijadikan dapat dijadikan petunjuk apakah suatu data
berdistribusi normal atau tidak. Pada uji Kolmogorov Smirnov jika tingkat
signifikansi dibawah 0,05 maka data yang diuji memiliki perbedaan yang
signifikan dengan data normal baku sehingga data yang diuji tidak berdistribusi
normal.Sebaliknya, jika tingkat signifikansi di atas 0,05 maka data yang diuji
memiliki distribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana terdapat hubungan yang
sempurna antara beberapa atau semua variabel independen dalam model
regresi. Tujuan uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi atau hubungan linier antara variabel-variabel
bebas. Sebab terjadinya multikolinearitas karena sifat-sifat yang terkandung
dalam kebanyakan variabel ekonomi berubah bersama-sama sepanjang waktu.
30
Besaran-besaran ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama. Oleh
karena itu, sekali faktor-faktor yang mempengaruhi itu menjadi operatif, maka
seluruh variabel akan cenderung berubah dalam satu arah. Pendeteksian
multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan tolerance valuedan variance
inflationfactor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
independen yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Menurut Ghozali (2013) untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dengan
membuat hipotesis:
Tolerance value < 0,10 atau VIF > 10 : terjadi multikolinieritas
Tolerance value > 0,10 atau VIF < 10 : tidak terjadi multikolinieritas
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika varians tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas.
Pengujian untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah
dengan melihat grafik scatterplot. Apabila pada grafik scatterplot titik
menyebar di atas maupun di bawah nilai nol pada sumbu Y, maka dapat
disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas atau
dapat disebut terjadi homokedastisitas. Jika terdapat pola tertentu yang teratur,
seperti bergelombang, melebar kemudian menyempit maka menunjukkan telah
terjadi heteroskedastisitas. Pendeteksiannya juga dilakukan dengan metode
Glejser (Ghozali, 2013) yaitu dengan meregresikan nilai absoluteresiduals.
Jika berada diantara ± , maka tidak terjadi heterokedastisitas.
31
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi
linear terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah
ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu
observasi ke observasi lainnya. Cara untuk mendeteksi adanya autokorelasi
adalah dengan menggunakan Durbin Watson Test (D-W).
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dalam Imam Ghozali (2013)
adalah sebagai berikut:
1. Bila nilai D-W terletak antara batas atas (du) dan (4-du), maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.
2. Bila nilai D-W lebih rendah daripada batas bawah (dl), maka koefisien
autokorelasi lebih besar dari nol, berarti terdapat autokorelasi positif.
3. Bilai nilai D-W lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien
autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti terdapat autokorelasi negatif.
4. Bilai nilai D-W terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl)
atau D-W terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat
disimpulkan.
32
3.5. Persamaan Regresi
Metode analisis yang digunakan untuk menilai variabilitas luas pengungkapan
risiko dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda (multiple regression
analysis). Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Analisis regresi berganda menggunakan
taraf signifikansi pada level 5%(0,05).
Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H1 diuji dengan analisis regresi linear sederhana (simple regression
analysis).
= α + + e
Keterangan:
:Konstanta
:Koefisien Regresi
:Akrual discretionary pada tahun t
:Kecakapan manajerial perusahaan pada tahun t
e :Error
2. H2 diuji dengan analisis regresi linear berganda (multiple regression
analysis)
= α + + + * + e
Keterangan:
:Konstanta
:Koefisien Regresi
:Akrual discretionary pada tahun t
:Kecakapan manajerial perusahaan pada tahun t
:Komposisi komisaris independen perusahaan pada tahun t
:Error
33
4.6. Pengujian Hipotesis
4.6.1. Pengujian Koefiesien Regresi Parsial (Uji T)
Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh variabel independen
secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya
adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai t hitung > (+) atau < (-) maka variabel
independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai thitung< (+) atau > (-) maka variabel
independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen.
4.6.2. Pengujian Simultan (Uji F)
Uji simultan ini juga disebut uji signifikansi serentak atau uji F. Uji ini bertujuan
untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variabel independen dapat atau
mampu menjelaskan tingkah laku atau keragaman variabel dependen
(Ghozali,2013).
Hasil uji hipotesis dapat disimpulkan dengan melihat tingkat signifikansi sebagai
berikut:
a. jika nilai probabilitas < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas
terhadap variabel terikat.
34
b. jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap
variabel terikat.
3.6.3. Determinasi ( )
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol dan satu. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Secara singkat, jika =1 berarti variabel independenberpengaruh sempurna
terhadap variabel dependen, sebaliknya jika = 0 berarti variabel
independentidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian inibertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara
kecakapan manajerial terhadap praktik manajemen laba dengan komposisi
komisaris independen sebagai variabel pemoderasi. Berdasarkan analisis yang
dilakukan pada 120 perusahaan manufaktur dari 2012-2014, maka hasil
pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap praktik manajemen
laba.Hal ini dikarenakan manajer yang cakap memiliki tingkat
intelegensia, pendidikan, dan pengalaman yang tinggi lebih cenderung
melakukan manajemen laba untuk kepentingan pribadinya.
2. Komposisi komisaris independen berpengaruh positif dalam memoderasi
kecakapan manajerial terhadap manajemen laba.Hal ini disimpulkan
karena pengangkatan komisaris independen oleh perusahaan hanya
dilakukan untuk pemenuhan ketaatan terhadap regulasi, tetapi tidak untuk
menegakan corporate governance.
51
5.2. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitin ini sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur dalam
pengambilan sampel sehingga hasil penelitian ini tidak dapat
digeneralisasi pada jenis perusahaan laba seperti perbankan, BUMN,
telekomunikasi atau transportasi dengan periode yang terbatas pada jangka
waktu tiga tahun (2012-2014).
2. Variasi variabel yang mampu dijelaskan dalam penelitian ini sebesar 21%.
Sisanya sebesar 79% dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak
dimodelkan dalam penelitian ini.
5.3. Saran
Peneliti memiliki beberapa saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi
penelitian selanjutnya, antara lain:
1. Penelitian selanjutnya perlu menambahkan sampel yang lebih banyak agar
semakin luas perusahaan yang dapat dijadikan sampel, sehingga dapat
digunakan untuk lebih memprediksi dan hasil penelitian selanjutnya
semakin banyak.
2. Menggunakan periode penelitian dengan rentang waktu yang jauh lebih
panjang untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik.
3. Terkait dengan tidak signifikannya komposisi komisaris independen dalam
memoderasi kecakapan manajerial terhadap manajemen laba, penelitian
yang akan datang bisa mencari variabel-variabel pemoderasi lainnya untuk
melihat variabel pemoderasi manakah yang signifikan mempengaruhi
52
hubungan kecakapan manajerial terhadap manajemen laba, seperti : porsi
kepemilikan manajer atau saham perusahaan, kepemilikan institusional,
corporate governance dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Dechow, P. M., Sloan, R. G., Sweeney, A. P. 1995. “Detecting Earnings
Manajemen”.The Accounting Review 70. Hlm 193-225.
Demerjian, P., B. Lev, dan S. McVay. 2006. “Manajerial Ability and Accruals
Quality”. Working paper. Stem School of Business.
Egon Zehnder International. 2000. Corporate Governance and the Role of the
Board of Directors.
Fama, Eugene. F, dan Michael C. Jensen. 1983. Separation of Ownership and
Control. Journal of Law and Economics. Vol. XXVI, June, pp. 1-32.
Fischer, M dan K Rosenzweig. 1995. Attitudes of Students and Accounting
PractitionersConcerning the Ethical Acceptability of Earnings
Management. Journal of Business Ethics, 14: 434 - 444.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
19. Semarang: Universitas Diponegoro.
Gujarati, D. N. 2012. Dasar - Dasar Ekonometrika. TerjemahanMangunsong.
SalembaEmpat : Jakarta.
Healy, P., dan Wahlen J. 1999. “A Review of The Earnings Manajement
Literatureand ItsImplications for Standard Setting”. Accounting Horizon
12
Herawaty, Vionola. 2008. “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai
ModeratingVariable Dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai
Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.
Herlina. 2015. “Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen Laba
dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Pemoderasi”. Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Isnugrahadi, dan Indra, W.K. 2009. “Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap
Manajemen Laba dengan Kualitas Auditor Sebagai Variabel
Pemoderasi”. Simposium Nasional Akuntansi 12 Palembang, 4-6
November 2009.
Jensen, Michael C. dan W. H. Meckling. 1976. “Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of Financial
Economics 3. Hlm 305 – 360.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum GCG
Indonesia. Jakarta.
Mulyadi. 2002. Auditing. Buku Dua. Edisi Ke Enam. Salemba Empat : Jakarta.
Nasution,Marihot dan Doddy Setiawan. 2007.”Pengaruh Corporate Governance
TerhadapManajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia”. Simposium
Nasional Akuntansi X. Makasar.
Nuryaman. 2008. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan
Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba”.
Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.
Purwanti. 2012. “Pengaruh Kecakapan Manajerial, Kualitas Auditor, Komite
Audit, FirmSize dan Leverage Terhadap Earnings Manajement”. Skripsi.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponogoro.
Schipper, Khaterine and Linda Vincent. 2003. “Earnings Quality”. Accounting
Horizons,Vol. 17. Suplement. P 97-110.
Scott, William R. 2009. Financial Accounting Theory. 5nd Ed. Prentice Hall
International Inc. New Jersey.
Sekaran, Uma, 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba
Empat.
Septiana, Heryn. 2012. Pengaruh Kecakapan Manajerial dan Kepemilikan
Manajerial terhadap Praktik Manajemen Laba. Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Setiawati, L. dan A. Na’im. 2000. Manajemen Laba. Journal Ekonomi dan Bisnis.
Mei : 159-176.
Suaryana, Agung 2005.PengaruhKomite Audit TerhadapKualitasLaba.
SimposiumNasionalAkuntansi VIII.Solo.
Sudibyo, Marcela. 2013. Pengaruh struktur corporate governance dan ukuran
perusahaan terhadap manajemen laba. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Diponogoro.
Sugiri, Slamet. 1998. “Earnigs Management: Teori, Model, dan Bukti Empiris”.
Telaah Bisnis.Hal 1-8.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta.
Sulistiawan, Dedhy dkk. 2011. Creative Accounting: Mengungkap Manajemen
Laba dan Skandal Akuntansi. Malang : Salemba Empat.
Surya, Indra dan Ivan Yustiavandana. 2006. Penerapan Good Corporate
Governant Mengesampingkan Hak – Hak Istimewa demi Kelansungan
Usaha. Jakarta : Kencana.
Ujiyantho, Muh Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”. Simposium
Nasional Akuntansi X.Makasar.
Utami, Radityas. 2013. “Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen
Laba dengan Kualitas Auditor Sebagai Variabel Pemoderasi”. Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponogoro.
Wicaksono, Budi. 2013.”Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen
Laba dengan Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi”.
Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponogoro.
Wallace, G. G., Geoffrey, M. S. dan Peter, R. 1997. Conductive Electroactive
Polymers,Technomic Publishing Company, Inc., Lancaster: Pennsylvania.