Post on 29-Nov-2015
description
transcript
PENYUSUNAN KARYA ILMIAH
Ringkasan Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa
Oleh : Dedi Merisa, SHI
As language distinguishes man from animal,
So writing distinguishes civilized man from barbarian
1. Prolog
Kutipan redaksi di atas adalah pemeo dalam dunia antropologi, penulis ingin
menegaskan bahwa menulis itu penting karena terkait erat dengan peradaban. Carlyle, Kant,
Mirabeau dan Renan bahkan percaya dan meyakini bahwa penemuan tulisan benar-benar
telah membentuk awal peradaban (Haris Sumadiria, 2009: v). Melalui tulisan, kita mengenal
sejarah dan peradaban masa lalu, dan masa kini akan tetap dikenang oleh masa depan jika
terekam dalam tulisan. Salah satu ragam tulisan adalah karya ilmiah. Di perguruan tinggi,
menulis karya ilmiah menjadi kewajiban bagi setiap civitas academika. Hal ini karena karya
ilmiah adalah manifestasi dari penelitian yang merupakan bagian integral dari Tridharma
Perguruan Tinggi. Dengan demikian maka, lemahnya budaya menulis karya ilmiah di
perguruan tinggi adalah indikasi telah terjadi kepincangan dalam internalisasi Tridharma
Perguruan Tinggi, atau dalam terminologi lain dapat disebut belum menjadi perguruan tinggi
yang kafah. Merefleksi realitas tersebut, maka menjadi penting untuk terus menggelorakan
semangat meneliti dan menulis bagi seluruh civitas acedemika. Dalam terminologi fiqih,
menulis karya ilmiah bagi mahasiswa adalah jihad dan hukumnya fadlu' 'ain. Bagi
mahasiswa, karya tulis ilmiah harus dijadikan masterpiece, sehingga dalam produksinya
harus memenuhi berbagai ketentuan yang agar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Karena itulah maka pengetahuan tentang teknik penulisan karya tulis ilmiah menjadi
kebutuhan mendasar bagi setiap mahasiswa. Tulisan ringkas mengenai Tata Cara Penulisan
Karya Ilmiah ini berupaya memberikan stimulus bagi mahasiswa untuk dapat
mengembangkan potensinya dalam bidang penulisan karya ilmiah dengan memberikan
gambaran singkat tentang teknik penyusunan karya tulis ilmiah. Karena keterbatasan ruang
dan waktu, maka penulis tidak mengkaji teknik penyusunan karya ilmiah secara
komprehensif, namun hanya sekilas informasi dan petunjuk teknik secara ringkas tentang tata
cara penulisan karya tulis ilmiah.
2. Definisi Karya Ilmiah
Karya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuan yang ingin
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperolehnya melalui
kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian dan pengetahuan orang lain
Disampaikan dalam Pelatihan Karya Ilmiah yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas
Tarbiyah INISNU Jepara pada tanggal 10 April 2011 di Desa Jambu Alumni Fakultas
Syari’ah INISNU JeparaBarat Mlonggo Jepara. sebelumnya. Karya ilmiah merupakan
pernyataan sikap ilmiah peneliti. Jadi, bukan sekedar pertanggungjawaban peneliti dalam
penggunaan sumber daya (uang, alat, bahan) yang digunakan dalam penelitian. Untuk
memenuhi standar ilmiah, sebuah karya harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya
adalah kriteria metodologis, dalam hal ini karya ilmiah harus disusun dengan menggunakan
metodologi ilmiah. Brotowidjojo (1985:8-9) mengemukakan bahwa “karya ilmiah adalah
karya ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan
yang baik dan benar”. Dengan demikian, penggunaan metodologi yang benar menjadi salah
satu unsur terpenting dalam penyusunan karya ilmiah (Bambang Dwiloka dan Rati Riana,
2005: 1-6).
Dalam literatur lain, disebutkan bahwa karya tulis ilmiah adalah serangkaian kegiatan
penulisan yang didasarkan pada pengkajian atau penelitian ilmiah yang ditulis secara
sistematis menggunakan bahasa prinsip-prinsip ilmiah. Atau ada juga yang menyatakan
bahwa karya tulis ilmiah adalah karya tulis yang disusun berdasarkan kriteria ilmiah.
(Maizuddin M. Nur, 2010).
3. Jenis Karya Ilmiah
Karya ilmiah mempunyai banyak jenis, tergantung pada penggunaannya. Ada yang
berupa skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian (research report), artikel untuk dimuat di
majalah ilmiah, jurnal atau makalah untuk diseminarkan. Dalam tulisan ini, penulis akan
lebih banyak mendeskripsikan tentang karya ilmiah jenis makalah. hal ini karena makalah
adalah jenis karya ilmiah yang paling banyak dibuat oleh mahasiswa.
Berdasarkan sifat dan jenis penalaran yang digunakan, makalah dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu makalah deduktif, makalah induktif dan makalah campuran. Makalah
deduktif merupakan makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian teoritis (pustaka)
yang relevan dengan masalah yang dibahas. Makalah induktif adalah makalah yang disusun
berdasarkan data empiris yang diperoleh dari lapangan yang relevan dengan masalah yang
dibahas. Makalah campuran adalah makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian
teoretis digabungkan dengan data empiris yang relevan dengan masalah yang dibahas. Dalam
pelaksanaannya, jenis makalah pertama merupakan jenis makalah yang paling banyak
digunakan (Bambang Dwiloka dan Rati Riana, 2005: 97-98).
4. Kriteria Ilmiah
M. Nazir, (1988) menjelaskan bahwa karya ilmiah disusun dengan menggunakan metode
ilmiah, yaitu cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan
penjelasan tentang suatu kebenaran. Adapun kriteria metode ilmiah adalah :
1. Berdasarkan fakta (bukan kira-kira, khayalan, legenda)
2. Bebas dari prasangka (tidak subyektif)
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisis (kausalitas & pemecahan masalah berdasarkan
analisis yang logis)
4. Menggunakan hipotesis (sebagai pemandu jalan pikiran menuju pencapaian tujuan)
5. Menggunakan ukuran obyektif (bukan berdasarkan perasaan)
6. Menggunakan teknik kuantifikasi (nominal, rangking, rating)
Metode ilmiah juga memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk
mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk pemecahan masalah.
Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang
dibuat secara rasional berdasarkan buktibukti yang tersedia
Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama
dengan kondisi yang sama pula.
Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan
konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.
Nur Khoiri (2011) memaparkan bahwa suatu karya tulis disebut karya tulis ilmiah
jika: (1) mempermasalahkan pengetahuan ilmiah, (2) penulisannya dijiwai oleh metode
ilmiah, dan (3) memenuhi persyaratan tata cara penulisan keilmuan. Lebih lanjut dijelaskan
pula bahwa yang dimaksud dengan ilmiah adalah bersifat dan berada pada kawasan
keilmuan. Ilmu bagian dari pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah.
Adapun metode ilmiah adalah cara berfikir sistematis, logis, rasional, objektif, berdasarkan
fakta untuk menemukan, membuktikan, dan mengembangkan pengetahuan tertentu.
Sebuah karya tulis ilmiah yang disusun berdasarkan hasil penelitian, metode ilmiah
digunakan dengan melalui beberapa tahapan, yaitu:
Melakukan observasi, menetapkan masalah dan tujuan
Menyusun hipotesis
Menyusun rencana penelitian
Melaksanakan percobaan berdasarkan metode yang direncanakan
Melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data
Menganalisa dan menginterpretasikan data
Merumuskan kesimpulan (teori) dan saran (Nur Khoiri, 2011)
5. Tahap Penyusunan Karya Ilmiah
Berikut ini akan dijelaskan tentang tahapan penyusunan karya ilmiah menurut Zaenal
Arifin (2003) sebagaimana dikutip oleh Bambang Dwiloka dan Rati Riana (2005:9-24). Pada
dasarnya, dalam penyusunan karya ilmiah terdapat lima tahap, yaitu :
a. Persiapan
1) Pemilihan Topik/Masalah
Topik/Masalah adalah pokok pembicaraan. Dalam memilih topik/masalah, Arifin
(2003:8) memberikan beberapa pertimbangan :
Topik yang dipilih harus berada di sekitar kita, baik di sekitar pengalaman kita
maupun di sekitar pengetahuan kita. Hindarilah topik yang jauh dari kita karena hal
itu akan menyulitkan kita ketika menggarapnya.
Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik perhatian kita.
Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan terbatas. Hindari
pokok masalah yang menyeret kita kepada pengumpulan informasi yang beraneka
ragam.
Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif. Hindari topik yang bersifat
subyektif, seperti kesenangan atau angan-angan kita.
Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya, walaupun serba
sedikit. Artinya topik yang dipilih itu janganlah terlalu baru bagi kita.
Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan, memiliki bahan kepustakaan yang
dapat memberikan informasi tentang pokok masalah yang hendak ditulis. Sember
kepustakaan dapat berupa buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur, surat keputusan,
situs web, atau undang-undang.
2) Pembatasan Topik dan Penentuan Judul
Jika topik sudah ditentukan dengan pasti sesuai dengan petunjuk-petunjuk, kita
tinggal menguji sekali lagi; apakah topik itu betul-betul cukup sempit dan terbatas ataukah
masih terlalu umum dan mengambang. Jika sudah dilakukan pembatasan topik, judul karya
ilmiah bukanlah hal yang sulit ditentukan karena pada dasarnya langkah-langkah yang
ditempuh dalam pembatasan topik sama saja dengan langkah-langkah dalam penentuan judul.
Perbedaannya adalah pembatasan topik harus dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah,
sedangkan penentuan judul dapat dilakukan sebelum atau sesudah penulisan karya ilmiah.
Jika sudah ada topik yang terbatas, karya ilmiah sudah dapat mulai digarap walaupun judul
belum ada.
Selain dengan pembatasan topik, penentuan judul karya ilmiah dapat pula ditempuh
dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan masalah apa, mengapa, bagaimana, di mana dan
kapan. Tentu saja, tidak semua pertanyaan itu harus dijawab pada penentuan judul. Dalam
sebuah judul, adakalanya dibatasi dengan memberi sub judul. Sub judul selain berfungsi
membatasi judul juga berfungsi sebagai penjelas atau keterangan judul utama. Dalam hal
seperti itu, antara judul utama dan sub judul harus dibubuhan tanda baca titik dua (:).
3) Pembuatan Kerangka Karya (outline)
Pada prinsipnya, penyusunan kerangka karangan karya adalah proses penggolongan
dan penataan berbagai fakta, yang kadang-kadang berbeda jenis dan sifatnya, menjadi
kesatuan yang berpautan. Penyusun karya ilmiah dapat membuat ragaan buram, yakni ragaan
yang hanya memuat pokok-pokok gagasan sebagai pecahan dari topik yang sudah dibatasi,
atau dapat juga membuat ragaan kerja, yaitu ragaan yang sudah merupakan perluasan atau
penjabaran dari ragaan buram. Tentu saja, jenis kedua memudahkan penyusunan untu
mengembangkan karya (Moeliono, 1998:1; Arifin, 2003:15).
Penulis karya ilmiah harus menentukan dahulu judul-judul bab dan judul subbab
sebelum menentukan kerangka karya. Judul bab dan judul subbab itu merupakan pecahan
masalah dari judul karya ilmiah yang ditentukan. Jika ragaan telah selesai dibuat, langkah
berikutnya adalah pembuatan rencana daftar isi karya ilmiah. Kita perlu membuat rencana
daftar isi yang lengkap, pada bagian awal dilengkapi dengan tajuk prakata, daftar isi, daftar
table (jika ada), daftar gambar (jika ada), daftar lampiran (jika ada). Bab Pedahuluan/Bab I
terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi masalah, cakupan masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian. Kemudian dalam bagian terakhir daftar isi
dicantumkan tajuk bab simpulan dan saran, daftar pustaka dan lampiran (jika ada).
Pada dasarnya, penulis karya ilmiah mempunyai hak prerogatif untuk menyusun
daftar isinya sendiri. Akan tetapi, paling sedikit sebuah karya ilmiah berisi tiga bab, yaitu
pendahuluan, isi atau analisis, dan penutup. Jika isi atau analisis itu agak luas, kita dapat
memecah isu itu menjadi dua atau lebih bab sehingga kaya ilmiah menjadi empat bab atau
lebih.
b. Pengumpulan Data
Dalam diskursus ilmu penelitian, data dapat dikumpulkan melalui pengamatan
(observasi), wawancara atau eksperimen (percobaan). Adapun langkah-langkah yang dapat
ditempuh dalam pengumpulan data adalah :
1. Pencarian informasi/keterangan dari bahan bacaan, seperti buku, surat kabar dan
majalah yang relevan dengan topik tulisan.
2. Pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui masalah yang akan
ditulis
3. Pengamatan langsung ke obyek yang akan diteliti
4. Percobaan dan pengujian di lapangan atau di laboratorium
c. Pengorganisasian dan Pengonsepan
Jika data sudah terkumpul, penyusun menyeleksi dan mengorganisasi data tersebut.
Penyusun harus menggolongkan data menurut jenis, sifat atau bentuk. Penyusun menentukan
data mana yang akan dibicarakan kemudian. Jadi, penyusun harus mengolah dan
menganalisis data yang ada dengan teknik-teknik yang ditentukan. Misalnya, jika penelitian
bersifat kuantitatif, data diolah dan dianalisis dengan teknik statistic. Selanjutnya, penyusun
dapat mulai mengonsep karya ilmiah itu dengan urutan dalam ragaan yang ditetapkan.
d. Pemeriksaan/Penyuntingan Konsep
Sebelum mengetik konsep, penyusun terlebih dahulu memeriksanya. Tentu ada
bagian yang tumpang tindih atau ada penjelasan yang berulang-ulang. Buanglah penjelasan
yang tidak perlu dan tambahkan penjelasan yang dirasakan sangat menunjang pembahasan.
Secara ringkas, pemeriksaan konsep mencakup pemeriksaan isi karya dan cara penyajian
karya, termasuk penyuntingan bahasa yang digunakan.
e. Penyajian/Pengetikan.
Dalam mengetik naskah, penyusun hendaklah memperhatikan segi kerapian dan
kebersihan. Penyusun memperlihatkan tata letak unsur-unsur dalam karya ilmiah. Misalnya
penyusun menata unsur-unsur yang tercantum dalam kulit luar, unsur-unsur dalam halaman
judul, unsur-unsur dalam daftar isi, dan unsur-unsur dalam daftar pustaka.
6. Sistematika Karya Ilmiah
Di atas telah dijelaskan bahwa karya ilmiah memiliki banyak varian. Setiap varian
tersebut memiliki sistematika yang berbeda. Dalam kesempatan ini, penulis hanya akan
mendeskripsikan sistematika penulisan karya ilmiah jenis makalah. Pertimbangannya, jenis
makalah merupakan jenis karya ilmiah yang paling sering disusun oleh mahasiswa. Sehingga
diharapkan akan lebih bermanfaat secara praktis.
Deskripsi tentang sistematika penulisan makalah berikut ini dikutip dari buku “Teknik
Menulis Karya Ilmiah”karya Bambang Dwiloka dan Rati Riana. Dari segi jumlah halaman,
dapat dibedakan antara makalah panjang dan makalah pendek. Makalah panjang adalah
makalah yang jumlah halamannya lebih dari 20 halaman. Secara garis besar, makalah
panjang terdiri dari atas tiga bagian; yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir.
Bagian Awal
Halaman Sampul
Daftar Isi
Daftar Tabel dan Gambar (jika ada)
Bagian Inti
Pendahuluan
Latar Belakang Penulisan Makalah
Masalah atau Topik Bahasan
Tujuan Penulisan Makalah
Teks Utama
Penutup
Bagian Akhir
Daftar Rujukan
Lampiran (jika ada)
Setiap bagian dari sistematika di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Halaman Sampul
Dicantumkan judul makalah, keperluan atau maksud ditulisnya makalah, nama penulis
makalah dan tempat serta waktu penulisan makalah. Terkait dengan pembuatan judul
makalah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Judul harus mencerminkan isi makalah atau mencerminkan topik yang diangkat.
2. Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa atau klausa, bukan dalam bentuk
kalimat. Itulah sebabnya judul makalah tidak diakhiri dengan tanda titik (.).
3. Judul makalah hendaknya singkat dan jelas, sebaiknya berkisar 5-15 buah kata.
4. Judul hendaknya menarik perhatian pembaca untuk mengetahui isinya. Namun, judul
makalah harus tetap mencerinkan isi makalah.
- Daftar Isi
Daftar isi dipandang perlu jika panjang makalah lebih dari 20 halaman. Penulisan
daftar isi dilakukan dengan ketentuan (1) judul bagian makalah ditulis dengan menggunakan
huruf kecil (kecuali awal kata selain kata tugas), (2) penulisan judul bagian dan judul
subbagian dilengkapi dengan nomor halaman tempat pemuatannya dalam makalah, dan (3)
penulisan daftar isi dilakukan dengan menggunakan spasi tunggal dengan antarbagian dua
spasi.
- Daftar Tabel dan Gambar
Identitas tabel dan gambar (yang berupa nomor dan nama) dituliskan secara lengap.
Jika tabel dan gambar lebih dari satu buah, sebaiknya penulisan daftar tabel dan gambar
dilakukan terpisah, tetapi jika hanya terdapat sebuah tabel atau gambar, sebaiknya daftar tabel
atau gambar disatukan dengan daftar isi makalah.
- Bagian Inti
Ada tiga macam cara penulisan yang dapat dipakai dalam susunan bagian inti, yaitu :
1. Penulisan dengan menggunakan angka (Romawi dan atau Arab),
2. Penulisan dengan menggunakan angka yang dikombinasikan dengan abjad, dan
3. Penulisan tanpa menggunakan angka maupun abjad
- Pendahuluan
Penulisan bagian pendahuluan dapat dilakukan dengan cara seperti berikut :
1. Setiap unsur bagian pendahuluan ditonjolkan dan disajikan sebagai subbagian.
2. Semua unsur yang terdapat dalam bagian pendahuluan tidak dituliskan sebagai
subbagian, sehingga tidak dijumpai adanya subbagian dalam bagian pendahuluan.
Untuk menandai pergantian unsur, dapat dilakukan dengan pergantian paragraf.
- Latar Belakang
Butir-butir yang seyogyanya ada dalam latar belakang adalah hal-hal yang melandasi
perlunya ditulis makalah. hal-hal dimaksud dapat berupa paparan teoretis atau pun paparan
yang bersifat praktis, tetapi juga bukan alasan yang bersifat pribadi. Yang pokok, bagian ini
harus dapat mengantarkan pembaca pada masalah atau topik yang dibahas dalam makalah
dan menunjukkan bahwa masalah atau topik tersebut memang perlu dibahas.
- Masalah atau Topik Bahasan
Masalah atau topik bahasan tidak terbatas pada persoalan yang memerlukan pemecahan,
tetapi juga mencakupi persoalan yang memerlukan penjelasan, deskripsi atau penegasan lebih
lanjut. Beberapa pertimbangan dalam menentukan topik adalah :
1. Topik yang dipilih haruslah ada manfaatnya, baik dari segi praktis maupun segi
teoritis dan layak untuk dibahas.
2. Topik yang dipilih hendaknya menarik dan sesuai dengan minat penulis.
3. Topik yang dipilih haruslah dikuasai, dalam arti tidak terlalu asing atau terlalu baru
bagi penulis.
4. Bahan yang diperlukan sehubungan dengan topik tersebut memungkinkan untuk
diperoleh
- Tujuan Penulisan Makalah
Makalah dimaksudkan bukan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh seseorang
dan yang sejenis dengan itu, tetapi lebih mengarah pada apa yang ingin dicapai dengan
penulisan makalah tersebut.
- Teks Utama
Bagian teks utama makalah berisi pembahasan topik-topik makalah. Isi bagian teks
utama sangat bervariasi, tergantung topik yang dibahas dalam makalah. Jika dalam makalah
dibahas tiga topik, ada tiga pembahasan dalam bagian teks utama.
Penulisan bagian teks utama dapat dikatakan sebagai inti kegiatan penulisan makalah.
kemampuan seserang dalam menulis bagian teks utama makalah merupakan cerminan tinggi-
rendahnya kualitas makalah yang disusun. Penulisan bagian teks utama yang baik adalah
yang dapat membahas topik secara mendalam dan tuntas, dengan menggunakan bahasa yang
baik dan benar. Pengertian mendalam dan tuntas ini tidak selalu berarti panjang dan bertele-
tele. Dalam penulisan teks utama, hindarilah penggunaan kata-kata tanpa makna dan cara
penyampaian yang melingkar-lingkar. Hindarilah kata-kata seperti : dan sebagainya, dan lain-
lain (yang lain itu apa), yang sebesar-besarnya (seberapa besarnya).
Penulisan teks utama makalah dapat dilakukan setelah bahan penulisan makalah
berhasil dikumpulkan. Bahan penulisan dapat berupa bahan yang bersifat teoritis (yang
diperoleh dari buku teks, laporan penelitian, jurnal, majalah dan barang cetak lainnya) atau
dapat juga dipadukan dengan bahan yang bersifat factual-empiris (yang terdapat dalam
kehidupan nyata).
- Penutup
Bagian penutup berisi simpulan atau rangkuman pembahasan dan saran (jika
dipandang perlu). Bagian ini menandakan berakhirnya makalah. Penulisan bagian penutup
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik berikut.
1. Penegasan kembali atau ringkasan dari pembahasan yang telah dilakukan, tanpa
diikuti dengan simpulan. Hal ini dilakukan karena masih belum cukup bahan untuk
memberikan simpulan terhadap masalah yang dibahas, atau dimaksudkan agar
pembaca menarik kesimpulan sendiri.
2. Menarik simpulan dari apa yang telah dibahas pada teks utama makalah.
Selain itu, pada bagian ini juga dapat disertakan saran atau rekomendari sehubungan dengan
masalah yang dibahas. Saran harus relevan dengan apa yang telah dibahas. Saran yang dibuat
haris eksplisit, kepada siapa saran ditujukan dan tindakan atau hal apa yang disarankan.
- Daftar Rujukan
Teknik penulisan daftar rujukan dibahas dalam materi teknik notasi ilmiah dalam makalah
ini.
- Lampiran
Bagian ini berisi hal-hal yang bersifat pelengkap yang dimanfaatkan dalam proses
penulisan makalah. Bagian ini hendaknya juga bernomor halaman.
7. Teknik Penulisan
Materi tentang teknik penulisan karya ilmiah dalam tulisan ini mengacu pada
pedoman penulisan skripsi bagi mahasiswa S.1 INISNU Jepara tahun 2007. Beberapa hal
yang perlu dipahami tentang teknik penulisan adalah sebagai berikut :
Penulisan karya ilmiah menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu
pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan; dan jika di
pandang mampu maka dapat menggunakan Bahasa Arab dan atau Bahasa Inggris
Informasi disajikan dengan bahasa yang lugas, sederhana, tepat dan langsung pada
persoalan yang dibicarakan;
Penulisan istilah yang berasal dari bahasa asing dan daerah, dengan huruf miring
(italic), seperti kata istinbath al-ahkam (istinbâth al-ahkâm), drop out (drop out),
gugur gunung (gugur gunung);
Untuk menghindari subyektivitas, penulisan karya ilmiah tidak diperbolehkan
menggunakan kata saya, aku, kami atau kita kecuali dalam kata pengantar;
Penulisan ayat al-Quran dan teks al-Hadist sesuai dengan aslinya, memperhatikan
tanda-tanda baca yang tertera, disertai syakalnya dengan menggunakan mushaf
Utsmâni serta menyebutkan nama surat dan nomor ayat untuk teks al-Quran dan nama
perawi untuk teks al-Hadist.
8. Bentuk dan Format Penulisan
Berdasarkan pengalaman penulis, setiap literatur memberikan ketentuan yang
berdeda-beda tentang bentuk dan format penulisan karya ilmiah, tergantung pada siapa atau
instansi apa yang menerbitkan ketentuan tersebut. Namun, secara umum bentuk dan format
penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut :
Naskah diketik dengan jenis huruf standard (Times New Roman) dengan ukuran/font
12 dan line spacing 1,5;
Karya ilmiah berbahasa Arab menggunakan font Traditional Arabic dengan huruf
ukuran 18;
Kertas yang dipergunakan untuk penulisan karya ilmiah adalah Kuarto (A4) ukuran
21 x 29,7 cm berat 70 – 80 gsm;
Batas margin kiri dan atas 4 cm, kanan dan bawah 3 cm, sedangkan untuk karya
ilmiah yang ditulis dengan Bahasa Arab maka margin kanan dan atas 4 cm, kiri dan
bawah 3 cm;
Setiap satu lembar kertas kuarto hanya digunakan satu halaman saja (tidak bolak
balik) diketik dengan spasi ganda, sedangkan karya ilmiah berbahasa Arab dengan
jarak 1 spasi;
Alinea baru dimulai pada ketukan ketujuh dari margin kiri bagi karya ilmiah yang
berhuruf latin atau dari margin kanan bagi skripsi yang berhuruf Arab;
Judul karya ilmiah ditulis dengan huruf kapital (besar) di tengah, ukuran huruf dengan
memperhatikan estetika penulisan.
Judul bab ditulis dengan huruf kapital (besar) di tengah, sub judul bab ditulis dari tepi
kiri, awal kata menggunakan huruf kapital, demikian juga anak sub judul atau sub
anak judul disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan estetika penulisan;
Penomoran halaman dimulai dari Bab I sampai akhir halaman menggunakan angka
arab (1, 2, 3, 5, 6 dst.) diletakkan di sebelah kanan atas, kecuali nomor halaman bab
baru yang diletakkan di tengah bagian bawah, sub judul ditulis dari tepi kiri, awal kata
menggunakan huruf kapital kecuali kata penghubung/sambung, demikian juga anak
sub judul atau sub anak judul disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan
estetika penulisan, sedangkan pada halaman judul sampai halaman daftar isi
menggunakan huruf Romawi kecil (seperti i, ii, iii, iv, v, dst.) yang diletakkan di
tengah bagian bawah;
Penomoran tabel atau gambar diberi nomor urut dengan angka arab (Tabel 1., Tabel
2., dst.);
Nomor kutipan atau catatan kaki pada masing-masing bab ditulis berturut-turut
sampai akhir bab dan dimulai kembali dengan nomor satu pada bab berikutnya;
Abstrak skripsi diketik 1 spasi maksimal 2 halaman, ditulis dalam Bahasa Indonesia.
9. Teknik Notasi Ilmiah.
a. Kutipan
1. Kutipan terdiri dari dua macam, yaitu : [a] Kutipan Langsung adalah kutipan yang
sama dengan bentuk asli yang dikutip baik dalam susunan kata maupun tanda
bacanya. Kutipan langsung tidak dibenarkan lebih dari satu halaman. Kutipan
langsung dipergunakan hanya untuk hal-hal yang penting saja seperti definisi atau
pendapat seseorang yang khas. Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris,
diketik biasa dalam teks skripsi dengan diawali dan diakhiri oleh tanda petik(“) dan
diberi nomor kutipan yaitu dengan pola catatan kaki (footnote). Ini dimaksudkan jika
diperlukan notasi dapat lebih leluasa dan memudahkan pembaca. Kutipan yang lebih
dari empat baris, diketik dengan masuk (menjorok) tujuh ketukan dan tidak
dibubuhkan tanda petik, serta ditulis dengan jarak 1 spasi. Kutipan terjemah al-Qur’an
dianggap seperti kutipan langsung, diketik 1 spasi meskipun kurang dari empat baris,
tidak ditulis miring dan tidak menyebut kata Artinya; [b] Kutipan tak langsung
(parafrase) adalah kutipan yang hanya mengambil isinya saja, seperti saduran, atau
ringkasan. Dalam kutipan semacam ini, penulis tidak perlu memberi tanda petik,
ditulis seperti teks biasa dengan menyebut sumber pengambilannya;
2. Sumber kutipan merujuk pada ilmuwan yang ahli dalam bidangnya;
3. Kutipan dalam karya ilmiah diantaranya harus mencakup minimal satu sumber/buku
yang berbahasa Arab dan satu sumber/buku berbahasa Inggris yang terkait dengan
pokok bahasan, tidak termasuk kamus;
4. Kutipan Tafsir dan Hadist harus bersumber pada kitab asli (sumber primer).
5. Kutipan dapat bersumber dari internet atau CD dengan mencantumkan situs dan
menunjukkan print-outnya.
b. Catatan Kaki (footnote)
1) Catatan kaki merupakan catatan pada bagian kaki halaman teks yang menyatakan sumber
sesuatu kutipan atau pendapat mengenai sesuatu hal yang diuraikan dalam teks;
2) Catatan kaki dapat berfungsi sebagai tambahan yang berisi komentar atau penjelasan yang
dianggap tidak dapat dimasukkan di dalam teks;
3) Catatan kaki diketik satu spasi dan dimulai langsung dari margin kiri untuk tulisan latin
dan margin kanan untuk tulisan Arab, dimulai pada ketukan kelima di bawah garis catatan
kaki;
4) Catatan kaki pada tiap bab diberi nomor urut mulai dari angka 1 sampai habis, dan diganti
dengan nomor 1 kembali pada bab baru;
5) Cara penulisannya secara berurutan: nama pengarang (tanpa gelar dan tidak dibalik),
koma, judul sumber/buku dengan huruf kapital setiap awal kata kecuali kata tugas, koma,
jilid/juz, koma, kurung buka kemudian tempat/kota penerbit, titik dua, nama penerbit, koma,
tahun terbit kemudian kurung tutup, koma, nomor cetakan, koma, dan nomor halaman
diakhiri dengan titik;
6) Judul buku dengan huruf miring (italic), kecuali berbahasa Arab maka ditulis dengan huruf
tebal (bold) dan halaman (صفحة ) bisa disingkat dengan hlm. atau ص. (dalam bahasa Arab),
contoh :
1Mastuhu, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21,
(Yogyakarta: Safiria Insania Press dan UII, 2003), Cet. 1, hlm. 15.
7) Nama pengarang yang jumlahnya terdiri dari dua orang, maka kedua nama itu ditulis.
Apabila lebih dari dua orang hanya disebutkan nama pengarang yang pertama dan setelah
tanda koma dituliskan singkatan et. al. ditulis dengan huruf miring (italic) atau dkk., atau
Contoh: Djaali, Pudji Mulyono dan Ramly, Pengukuran dalam .(dalam bahasa Arab) واخرون
Bidang Pendidikan, Jakarta: PPS Universitas Negeri Jakarta, 2000. Penulisan dalam footnote
sebagai berikut :
2Djaali, et. al., Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: PPS Universitas
Negeri Jakarta, 2000), hlm. 10.
8) Kumpulan karangan yang dirangkum oleh editor, yang dianggap pengarangnya atau yang
dicantumkan dalam catatan kaki nama editor saja. Caranya dibelakang nama editor itu
dicantumkan “(ed.)” dengan italic (ed.). Bila editornya lebih dari satu maka diberi tambahan
“s” (eds.), sedangkan untuk bahasa Arab ditulis dengan تحقيق. Contohnya:
3Mastuhu (ed.), Penelitian Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998),
hlm. 125. 4 Harun Nasution dan Azyumadi Azra (eds.), Perkembangan Modern dalam Islam,
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985), hlm. 125.
9) Apabila dari sumber yang sama dikutip lagi pada halaman yang sama maka cukup dengan
“Ibid.” (dicetak miring) atau جع الر dicetak) وفس tebal dalam bahasa Arab) tanpa
menyebutkan halamannya lagi. Ibid. singkatan dari Ibidem yang berarti pada tempat yang
sama. Sedangkan bila dari sumber yang sama dikutip lagi pada halaman yang berbeda, maka
dalam catatan kaki ditulis: Ibid., lalu disebutkan halamannya, contoh:
5Sutrisno (eds.), Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001),
hlm. 20,
6Ibid. (bila mengutip halaman yang sama).
7Ibid., hlm. 30. (bila mengutip pada halaman yang berbeda).
10) Apabila dari sumber tersebut dikutip lagi tetapi telah diselingi oleh kutipan dari sumber
lain, maka pada catatan kaki ditulis: Nama pengarang, Judul buku / sumber (jika ada lebih
dari satu buku), op.cit., (italic) atau جع المر
diikuti hlm. Adapun op.cit, singkatan daru “opere (dicetak tebal dalam bahasa Arab) السابق
citato” yang artinya dalam karangan yang telah disebut. Sedangkan apabila dari halaman
yang sama dikutip lagi tetapi telah diselingi kutipan dari sumber lain, maka ditulis loc.cit atau
المكا Tanpa menyebutkan halaman. loc.cit. adalah .(dicetak tebal dalam bahasa Arab) وفس
singkatan dari “loco citato” yang artinya pada tempat yang telah dikutip. Contoh :
8Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 21.
9Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas, (Bandung: Pustaka, 1986), hlm. 65.
10Mustaqim, op.cit., hlm. 30.
11Fazlur Rahman, loc.cit.
11) Apabila buku itu berjilid dan yang digunakan lebih dari satu jilid, maka bila ingin
menyebutkan lagi sumber yang terdahulu harus dicantumkan nama pengarang dan nomor
jilidnya. Contoh :
12Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1, (Jakarta: UI Press,
1973), Cet. 3, hlm. 25.
13 Ibid., Jilid 2, hlm. 40.
14 Harun Nasution, op.cit., Jilid I, hlm.36
15Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1985), hlm. 75.
16Harun Nasution, Loc.cit., Jilid I.
12) Kutipan yang berasal dari buku yang berbentuk bunga rampai (antologi) atau kumpulan
tulisan dari beberapa penulis, cara penulisannya sebagai berikut: nama penulis, koma, tanda
petik (“), judul tulisan, tanpa petik (“), koma, dalam, nama editor, koma, judul buku, (italic),
koma, kurung buka, tempat terbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit, kurung tutup,
koma, dan halaman. Contoh:
17Abdurrohma Masud, “Pendidikan Islam Kontemporer: Problem Utama, Tantangan
dan Prospek”, dalam Ismail (eds.), Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2001), hlm. 278.
13) Kutipan yang berasal dari majalah ditulis sebagai berikut : nama penulis, koma, judul
artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama majalah ditulis italic, koma, volume, koma,
nomor edisi, koma, bulan, koma, tahun terbit, koma dan nomor halaman.
Contoh:
18Novel Ali, “Kejahatan Sebagai Akibat Lumpuhnya Pendidikan Moral”, Panji
Masyarakat, XXXV, 789, April, 1994, hlm. 66.
14) Kutipan yang berasal dari surat kabar cara penulisannya sebagai berikut: nama penulis,
koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama surat kabar ditulis miring, koma,
tempat terbit, koma, tanggal, bulan dan tahun terbit, koma, diakhiri dengan nomor halaman
sesuai sumbernya. Contoh:
19Abdurrohman Said, “Pendidikan Agama setengah Hati”, Suara Merdeka,
Semarang, 4 Juli 2003, hlm. VI.
15) Kutipan yang berasal dari karya ilimiah yang tidak / belum diterbitkan, cara
penulisannya: nama pengarang, koma, judul karangan ilmiah dengan diapit tanda petik
(“---“), koma, disebutkan skripsi, tesis atau disertasi, koma, kurung buka, nama kota
penyimpanan, titik dua, nama tempat penyimpanan, koma, tahun penulisan, koma, kurung
tutup, koma, nomor halaman, dan keterangan tidak diterbitkan yang disingkat dengan
“t.d.”sedangkan untuk Bahasa Arab ditulis dengan ط :contoh عخطو
20Nasirudin, “Asketisisme Hasan Al-Bashri (Tinjauan Sosio-Historis)”, Tesis
Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (Yogyakarta: Perpustakaan Pascasarjana
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2000), hlm. 23, t.d.
16) Kutipan yang berasal dari buku / kitab yang asli dan terjemahnya, angka kutipan
diletakkan di belakang terjemah; sedangkan kutipan yang berasal dari buku / kitab berbahasa
asing tanpa terjemah maka angka kutipan diletakkan di belakang kutipan tersebut. Hal ini
dimaksudkan untuk membedakan antara terjemahan dari penerjemah dan penulis sendiri.
17) Sumber kutipan yang tidak ada tempat terbitnya maka tempat terbitnya ditulis dengan
singkatan tt.p. atau مكان jika tidak ada penerbitnya maka nama ,(dalam Bahasa Arab) بدون
penerbit ditulis dengan singkatan t.p. ( شر وا dan jika tidak ada tahun terbitnya maka ( بدون
ditulis t.t atau تاريخ dalam) بدون Bahasa Arab). Sedang untuk singkatan الطبعة
menggunakan .ط , dan singkatan الجزء
menggunakan huruf
.ج
18) Sumber kutipan yang diambil dari internet cara penulisannya adalah sebagai berikut :
nama penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama situs koma, nomor
halaman. Contoh :
21Ahmad Sapari, “Kurikulum Berbasis Kompentensi”,
http://www.surya.co.id./30052002/12pini.phtml, hlm. 2.
c. Daftar Kepustakaan
1) Daftar pustaka, yang merupakan keterangan mengenai bahan bacaan yang
dijadikan rujukan dalam proses pembuatan skripsi, ditempatkan diakhir skripsi dengan jarak
satu (1) spasi dan tidak menggunakan nomor urut. Sedangkan jarak antara dua sumber
pustaka satu setengah (1,5) spasi;
2) Daftar pustaka ditulis dengan urutan: nama pengarang (nama kedua), koma, nama lengkap
(tanpa gelar), koma, judul buku dicetak miring (italic), koma, jilid atau volume, koma, tempat
penerbitan, titik dua, nama penerbit, koma, tahun penerbitan, koma, nomor cetakan;
3) Penulisan nama pengarang disusun secara alfabetik dengan mendahulukan nama keluarga
dan marga (kalau ada) atau nama belakang, dan diketik pada ketukan pertama. Untuk
singkatan mengikuti nama terakhir. Bila informasi tentang buku/sumber rujukan itu melebihi
satu baris, maka baris kedua dan berikutnya diketik mulai ketukan kelima. Contoh :
Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press,
1973, Cet. 3.
Sapari, Ahmad “Kurikulum Berbaris Kompetensi”,
http://www.surya.co.id./30052002/12pini.phtml.
4) Apabila penulis terdiri dari dua orang, maka nama kedua-duanya ditulis, dihubungkan
dengan kata dan, seperti Nashiruddin dan Karnadi. Apabila lebih dari dua orang, ditulis nama
pertama dan diikuti kata dkk. (dan kawan-kawan) atau واخرون (dalam bahasa Arab), seperti
Nashiruddin dkk. ( واخرون .( واصرالديه
5) Apabila ada dua karangan atau lebih berasal dari pengarang yang sama, maka nama
pengarang dicantumkan satu kali, lainnya cukup diganti dengan garis sepanjang lima ketukan
dari garis margin kiri (tulisan latin) dan margin kanan (bahasa Arab) dan diikuti oleh koma,
dengan ketentuan mendahulukan sumber pustaka yang lebih dahulu penerbitannya.
Contoh :
Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press,
1973, Cet. 3.
____, Teologi Islam, Jakarta: UI Press, 1986.
6) Apabila berupa buku terjemahan maka ditulis pengarang yang asli, koma, judul buku,
koma, kata terj. Atau جمة ,nama penerjemah, koma, tempat penerbit ,(dalam bahasa Arab) تر
titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit diakhiri dengan titik. Contoh :
Benda, Harry J., Bulan Sabit dan Matahari Terbit : Islam Indonesia pada Masa Pendudukan
Jepang, terj. Daniel Dhakidae, Jakarta: Pustaka Jaya, 1980.
7) Jika penulis dan tahunnya sama, sedangkan judul bukunya berbeda maka dibelakang
keterangan tahun diberi kode a, b, c, dan seterusnya sesuai dengan bulan terbit. Contoh :
Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press,
1986a, Cet. 3.
____, Teologi Islam, Jakarta: UI Press, 1986b.
8) Sumber kutipan yang diambil dari internet cara penulisannya adalah sebagai berikut: nama
penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama situs, titik.
Contoh :
Sapari, Ahmad “Kurikulum Berbaris Kompetensi”,
http://www.surya.co.id./30052002/12pini.phtml.
10. Epilog
Sebagai catatan akhir, penulis ingin mengutip semangat mahasiswa jurnalis yang senantiasa
didengungkan untuk menggelorakan semangat berkarya :
"Menulislah agar dibaca orang,
atau berbuatlah agar ditulis orang,
niscaya kau akan abadi"
(LPM Bursa)
-------------------------------------------------------------
Daftar Pustaka
BAUAK INISNU Jepara, Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa Program Sarjana
(S1) INISNU Jepara, Jepara: INISNU Press, 2007
Dwiloka, Bambang dan Rati Riana, Teknik Menulis Karya Ilmiah, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2005, Cet. 1
Nazir, M., Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
Singarimbun, M., Effendi, S., Metode Penelitian Survai, Jakarta : LP3ES, 1995
Soemanto, Wasty, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah), Jakarta: Bumi
Aksara, 2005, Cet. 8