transcript
Pengaruh Jenis Deterjen Terhadap Ketahanan Luntur Warna Naphtol
Pada Proses Pencucian Batik Tulis
Merek Tan
Vocational Education Program, Fashion Engineering Studies Program,
University of Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia
*Corresponding author: Widihastuti; Email:
widihastuti@uny.ac.id
Abstract
Batik Tan merupakan salah satu produk batik yang ada di Bantul,
Yogyakarta.Semenjak diakui oleh PBB sebagai warisan kemanusiaan
untuk budaya lisan dan nonmateri, batik cukup terkenal di dunia
Internasional.Kain batik memerlukan perawatan yang khusus, salah
satu perawatannya adalah dari pencucian, sangat penting memilih
jenis deterjen yang cocok untuk mencuci kain batik, karena
beragamnya jenis deterjen yang beredar di masyarakat.Penelitian ini
merupakan penelitian true eksperimentdengan desain faktorial A X B
dimana A adalah kain batik tulis merekTan batik dengan pewarna
naphtol dan B adalah faktor perlakuan proses pencucian menggunkan
lima jenis deterjen yang ada di pasaran yaitu deterjen bubuk,
deterjen cair, deterjen cream, deterjen batang dan lerak cair.
Teknik pengumpulan dengan simple random sampling, mengujiKetahanan
Luntur Warna Terhadap Pencucian yang dilakukan oleh Tim Penguji di
Balai Batik dan Kerajinan dengan menggunakan prosedur dan alat yang
sudah terkalibrasi. Teknik analisis data menggunakan non-parametrik
yaitu kruskal wallis.Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap
pencucian menggunakan lima jenis deterjen menghasilkan nilai
rata-rata baik yaitu 4- 4,5, hasil uji beda ketahanan luntur warna
terhadap pencucian dan penodaan menghasilkan p 0,406>0,05 yang
artinya tidak ada pengaruh yang signifikandikarenakan komposisi
masing-masing jenis deterjen yang sama yaitu jenis surfaktan
anionic, jenis deterjen yang paling baik komposisinya adalah jenis
lerak karena mengandung saponin sebagai surfaktan alami masyarakat
dapat menggunakan deterjen sebagai pencuci batik dengan
memperhatikan komposisi deterjen yang mengandung lauryl
alkylbenzensulfonate sebagai bahan deterjen yang lunak.
Keywords: batik tulis, deterjen, naphtol
1. Introduction
Tanggal 2 Oktober 2009, merupakan hari bersejarah bagi Indonesia
karena pada hari itu Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan
Kebudayaan PBB (United Nation Educational, Scientifik and Cultural
Organization/UNESCO) mengakui batik sebagai warisan kemanusiaan
untuk budaya lisan dan nonmateri (masterpieces of the oral and
intangible heritage of humanity)[1]. Pemerintah mengeluarkan
Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009 tentang tanggal 2 Oktober
diperingati sebagai “Hari Batik Nasional”.Batik merupakan
peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia yang memiliki “nilai
estetika” yang tinggi [2].Kerajinan membatik menjadi bagian dari
budaya Nusantara serta dilakukan sebagai mata pencaharian. Kain
batik memerlukan perawatan yang khusus apalagi kain batik tulis,
perawatannya dapat dilihat dari 4 macam yaitu proses pencucian,
peyimpanan, penjemuran dan merendam [3]. Salah satu cara perawatan
kain batik adalah pencucian, batik dibuat dan diwarna dengan manual
tanpa mesin.Penting untuk diperhatikanmemilih jenis deterjen yang
sesuai untuk mencuci kain batik karena jenis deterjen yang beredar
dimasyarakat cukup beragam macamnya.
Fungsi deterjen adalah untuk menurunkan tegangan permukaan,
melepaskan kotoran, serta menguraikan kotoran.Kandungan dalam
deterjen yaitu zat pembangun aktif tinggi, enzim dan atau pemutih
juga bahan pengisi tambahan lainnya [4].Pencucian batik secara
tradisoinal dapat menggunakan lerak atau Sapindus rarak De Condole,
atau S. mukoros, tumbuhan ini dikenal karena bijinya yang dapat
digunakan sebagai deterjen tradisional dan dianjurkan untuk mencuci
batik agar terjaga kualitasnya.Kandungan biji lerak yaitu saponin,
suatu alkaloid beracun, saponin inilah yang menghasilkan busa dan
berfungsi sebagai bahan pencuci serta pembersih berbagai alat rumah
tangga.Batik memang memerlukan bahan pencuci khusus baik berupa zat
kimia ataupun tradisional.Saponin inilah yang bekerja sebagai
surfaktan yang membuat air cucian “lebih basah”, akibatnya saponin
mudah masuk kedalam serat-serat kain yang dicuci, mengikat kotoran
yang melekat dan melepas kotoran tadi dari kain cucian, batik
memang memerlukan bahan pencuci khusus baik berupa zat kimia
ataupun tradisional [5].
Pencucian kain batik mempengaruhi keawetan kain batik, sebelumnya
telah dilakukan penelitian pertama tentang pengaruh frekuensi
pencucian kain batik namun hanya menggunakan satu jenis deterjen
yaitu lerak. Hasil analisis varian menunjukkan adanya pengaruh
signifikan frekuensi pencucian 1x sampai 7x menunjukkan hasil
ketajaman warna terbaik, pada pencucian 9x sampai 19x sudah
megalami kepudaran warna. Penelitian kedua tentang efektifitas
sabun alami terhadap warna batik, hasilnya menunjukkan batik yang
dicuci menggunakan buah lerak dan lerak cair komersial bernilai
sama yaitu 4 [6]. Penelitian pertama menunjukkan hasil yang
signifikan karena dicuci hingga pencucian ke 19, penelitian kedua
tidak diketahui berapa kali pencucian dalam peneltian tersebut.
Penelitian ini merupakan pengujian ketahanan luntur warna kain
batik menggunakan pewarna sintetis napthol dengan diberi treatmen
pencucian menggunakan lima jenis deterjen yang beredar di
masyarakat. Kain yang digunakan adalah mori primissima karena
memiliki sifat higroskopis dan memungkinkan dalam menyerap warna
dengan baik.Jenis batik yang digunkan adalah batik tulis karena
batik jenis ini cukup dikenal dimasyarakat luas serta cukup
diminati di pasaran internsional dilihat dari ekspor batik yang
meningkat setiap tahunnya [7]. Uji ketahanan luntur warna ini
menggunakan lima jenis deterjen yang digunakan oleh masyarakat
untuk mencuci pakaian, yaitu deterjen bubuk, deterjen cair,
deterjen cream, deterjen batang dan lerak cair sehingga masyarakat
dapat mengetahui bagaimana perawatan batik yang benar, penggunaaan
jenis deterjen apa yang komposisinya tidak terlalu keras untuk
mencuci kain batik tulis sehingga masyarakat dapat menggunakannya
jikalau tidak ada lerak saat pencucian agar tetap mengurangi
kelunturan warna pada kain batik akibat proses pencucian.
2. Methods and Equipment
2.1. Methods
2.1.1Diagrammatic representation
Penelitian ini merupakan true exsperimental yang bertujuan untuk
mendeskripsikan nilai hasil ketahanan luntur warna terhadap lima
jenis deterjen yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, serta
mengetahui adakah pengaruh deterjen terhadap ketahanan luntur warna
pada batik tulis merek Tan batik lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 1. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu desain factorial AXB, dimana A adalah pengujian ketahanan
luntur warna naphtol terhadap pencucian dan B adalah faktor
perlakuan dengan variasi jenis deterjen yang digunakan yaitu
deterjen cair, deterjen bubuk, deteren lerak, deterjen cream dan
deterjen batang.Metode pengumpulan data dengan teknik probability
sampling yaitu simple random sampling, melakukan pengujian
Ketahanan Luntur Warna Terhadap Pencucian yang dilakukan oleh Tim
Penguji di Balai Batik dan Kerajinan dengan menggunakan prosedur
dan alat yang sudah terkalibrasi. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis deskriptif,
data hasil uji beda berupa data ordinal, dari acuan tersebut teknik
analisis data yang digunakan yaitu analisis non-parametrik kruskal
wallis.
2.2.Equipment
2.2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: mesin cuci,
timbangan analitis, pengaris, gunting, ember, gray scale, staining
scale. Bahan yang digunakan yaitu deterjen bubuk dengan komposisi
surfaktan anionic 19%, lerak cair komersial, deterjen cream dengan
komposisi 18% sodium alkylbenzensulfonate, optical brighter 0.06%,
deterjen batang dengan komposisi bahan aktif LAS, deterjen cair
dengan komposisi surfaktan 16% dan bahan additive 1,4%, kain batik
tulis, kain mori putih primissima.
2.2.1 Prosedur Eksperimen
Vlot : 1: 40
Suhu : suhu ruangan
Prosedur eksperimen yang dilakukan yaitu, Tahap pra eksperimen yang
dilakukan yaitu menyiapkan peralatan dan contoh uji kemudian
melakukan pembatikan yaitu batik tulis abstrak yang diwarna dengan
naphtol merah tua.Eksperimen/Uji cob melakukan pencucian dengan
lima jenis deterjen yaitu: deterjen bubuk, deterjen cair, deterjen
cream, deterjen batang, deterjen lerak.Pengujian dilakukan dengan
uji tahan luntur warna naphtol pada kain batik tulis merek Tan
batik terhadap pencucian dan uji beda warna. Hasil pengujian akan
memberikan nilai ketahanan luntur warna terhadap pencucian tiap
jenis deterjen, sehingga dapat diketahui deterjen jenis apa yang
dapat melunturkan warna naphtol pada kain batik tulis merek Tan
batik.
( Perlunya perawatan batik tulis, salah satunya dengan pencucian )
( Bahan Mori Primissmia Pewarnaan dengan ZW. Sintetis Naphtol ) (
Kerajinan Batik Tulis )
( Permasalahan: Kadar kimia dalam unsur deterjen bermacam-macam.
Tingkat frekuensi pencucian dapat mempengaruhi ketahanan luntur
warna. Referensi mengenai penggunaan deterjen untuk kain batik
tulis belum banyak. ) ( Melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kelima jenis deterjen terhadap ketahanan luntur
warna kain batik tulis dengan yang diwarnai dengan ZW.Naphtol
dengan menggunkan lima jenis deterjen yaitu: deterjen bubuk,
deterjen cream , deterjen cair, deterjen batang dan deterjen lerak
)
( Adakah pengaruh jenis deterjen dalam pencucian dan menemukan
deterjen yang bagus untuk pencucian kain batik tulis ) ( Melakukan
pengujian kelima jenis deterjen terhadap ketahanan luntur warna
pencucian kain batik tulis )
Figure 1: Bagan kerangka pikir penelitian.
3. Results
Hasil kualitas pengujian ketahanan luntur warna naphtol terhadap
pencucian kain batik tulis dengan lima jenis deterjen yaitu
deterjen cair, deterjen batang, deterjen bubuk, deterjen cream,
deterjen lerak dapat dilihat pada tabel 1. Data yang dihasilkan
berupa data ordinal, sehingga diuji lanjut menggunakan uji ANAVA
1-Jalur Non-parametrik. Hasil uji normalitas dengan SPSS,
menunjukkan hasil nilai 0,001< 0,05, yang menghasilkan bahwa
data tersebut tidak berdistribusi normal, maka dilanjutkan dngan
teknik analisis data kruskal wallisdapat dilihat pada gambar1.Hasil
analisis data menggunakan bantuan SPSS, didapat hasil uji tahan
luntur warna terhadap pencucian kain batik tulis dengan zat warna
naphtol menggunakan lima jenis deterjenmenunjukkan p0,406 >
0,05, dapat dilihat pada tabel 2.Hasil Uji Ketahanan Luntur Warna
Terhadap Penodaan, analisis data dengan bantuan program SPSS,
didapat hasil uji penodaan pada kain putih, dengan jenis kain katun
mori primissima menunjukan p 0,406 > 0,05 dapat dilihat pada
tabel 3. Berdasarkan hasil pengujian, jenis deterjen cair, deterjen
batang, deterjen cream dan deterjen bubuk, sama-sama menghasilkan
kain yang lebih putih daripada kain yang sebelumnya dikarenakan
efek dari surfaktan yang terkandung dalam deterjen adalah dari
bahan kimia, sedangkan untuk deterjen lerak hasil penodaan warnanya
masih hampir sama dengan yang asli karena lerak surfaktan pada
lerak tidak dihasilkan dari zat kimia melainkan dari buah lerak itu
sendiri.
Tabel 1.Data hasil Evaluasi Tahan Luntur Warna
JENIS UJI
HASIL UJI
Kapas
4
4
4-5
4
4
Keterngan: 1= buruk, 1-2= buruk, 2- kurang, 2-3= kurang baik, 3=
cukup, 3-4= cukup baik, 4= baik, 4-5= baik, 5= sangat2 baik
DCr: deterjen cair. DB: deterjen batang, DL= deterjen lerak, DBt:
deterjen batang, DC: deterjen cream
Figure 1.Hasil uji normalitas dengan alat bantu SPSS
Figure 2.Hasil Pencucian dengan lima jenis deterjen
Hasil pencucian terhadap ketahanan luntur warna naphtol pada kain
batik merek Tan, dapat dilihat secara kasat mata, bahwa ada
perbedaan warna pada kain penodaan.Perbedaanya yaitu kain yang
sudah dicuci menggunakan berbagai jenis deterjen warnanya lebih
putih dari pada kain yang asli.
Table 2: Hasil Statistik Uji Perubahan Warna Karena Pencucian
Indikator
Indikator
4. Discussion
Pencucian terhadap ketahanan luntur warna dengan sabun dimaksudkan
untuk menentukan tahan luntur warna terhadap pencucian yang
berulang-ulang [8]. Tabel 1. menunjukan hasil pencucian terhadap
luntur warna naphtol menghasilkan data rata-rata baik. Dilihat dari
hasil analisis SPSS pada tabel 2 dan 3. menunjukkan bahwa nilai
hasil pencucian kain batik tulis dengan pewarnanaphtol menggunkan
lima jenis deterjen yaitu deterjen bubuk, deterjen cair, deterjen
cream, deterjen batang dan deterjen lerak menghasilkan tidak ada
beda nyata. Hasil dari uji beda nilai ketahanan luntur warna
deterjen bubuk dengan nilai 4,5, deterjen cream nilainya 4,
deterjen cair nilainya 4, deterjen batang nilainya 4, deterjen
lerak nilainya 4 yang artinya rata-rata baik. Data hasil pengujian
penodaan pada kain putih yang ditunjukan pada tabel 2. mengasilkan
data yang rata-rata baik yaitu deterjen cream menghasilkan nilai 4,
deterjen batang nilainya 4, deterjen lerak nilainya 4,5, deterjen
bubuk nilainya 4 serta deterjen cair dengan nilai 4.Komposisi
deterjen bubuk yang digunakan pada penelitian ini yaitu surfaktan
anionik 19%, surfaktan anionik ini biasanya untuk untuk tujuan
domestic karena lebih murah, lebih stabil dalam air, memiliki daya
bersih yang baik serta memiliki busa yang banyak, surfaktan
berfungsi sebagai sebagai daya pembasahan air sehingga kotoran yang
berlemak dapat dibasahi, mengendorkan dan mengangkat kotoran pada
kain serta mensuspensikan kotoran yang telah terangkat. Komposisi
deterjen cair yaitu surfaktan 16% dan zat additiv 1,4%.
Zat additiv dalam deterjen merupakan zat tambahan yang biasanya
ditambahkan sedikit, tambahan additivedigunakan sebagai bahan
penarik sebuah produk deterjen. Bahan ini ditambahkan dalam jumlah
kecil untuk meningkatkan sifat suatu komponen dalam
deterjen.Komposisi deterjen creamyaitu bahan aktif sodium
alkylbenzenesulfonate 18%, optical brighter 0,06%.
Alkylbenzensulfonate merupakan jenis surfaktan anionic.Deterjen
jenis ini tidak dianjurkan dalam mencuci batik karena ABS termasuk
dalam golongan deterjen keras karena memiliki rantai karbon yang
bercabang, deterjen ini mengandung zat aktif yang sukar di dirusak
oleh mikroorganisme, baik sebelum digunakan maupun setelah
dibuang.Sifatnya tidak dapat terdegradasi yang mengakibatkan zat
tersebut masih aktif dan mencemari lingkungan.Komposisi dari
deterjen batang yaitu LAS, termasuk dalam kategori surfaktan
anionic memang digunakan pada deterjen komersial pada umumnya
memiliki fungsi yang samasebagai daya pembasahan air sehingga
kotoran yang berlemak dapat dibasahi dan mudah untuk dihilangkan.
LAS termasuk dalam golongan deterjen lunak karena memiliki mata
rantai karbon yang tidak bercabang.Komposisi dari deterjen lerak
adalah buah lerak asli biji pohon itu mengandung saponin yang
menghasilkan busa dan berfungsi sebagai bahan pencuci dan
pembersih. Saponin inilah yang bekerja sebagai surfaktan yang
membuat air cucian “lebih basah”, akibatnya saponin mudah masuk
kedalam serat-serat kain yang dicuci, mengikat kotoran yang melekat
dan melepas kotoran tadi dari kain cucian, oleh karena itu kain
batik tulis sangat dianjurkan pencuciannya menggunakan lerak ini
karena tidak mengandung surfaktan yang kimia namun mengandung
saponin sebagai surfaktan alami.Hasil uji ketahanan luntur warna
terhadap pencucian kain batik tulis dengan zat warna naphtol yang
dicuci menggunakan lima jenis deterjen menunjukan hasil yang tidak
ada beda nyata, hasil yang tidak beda nyata ini dikarenakan
komposisimasing-masing jenis deterjen yang sama yaitu jenis
surfaktan anionic dan hanya sampai pencucian yang ketiga. Warna
naphtol adalah suatu senyawa yang tidak larut dalam air, maka jika
terjadinya senyawa warna tersebut didalam bahan textil, bertendensi
tidak mau keluar kedalam air waktu dicuci, atau dengan kata lain
warna tersebut tahan terhadap pencucian, maka golongan warna
naphtol ini termasuk dalam zat warna yang mempunyai ketahanan
luntur warna yang baik [9]. Dilihat dari hasil penodaan Ketahanan
Luntur Warna, nilai hasil penodaan yang paling baik adalah lerak
yaitu 4,5 dibanding dari berbagai jenis deterjen memang lerak yang
nilainya paling baik dalam Ketahanan Luntur Warna. Karena komposisi
dari buah lerak alami, maka buah lerak ini sangat dianjurkan
sebagai pencucian batik. Pilih deterjen dengan kandungan lauril
alkylbenzensulfonate, karena bersifat biodegradable dan cukup
tersebar di pasaran, jangan gunakan deterjen dengan komposisi
pemutih atau bleaching agent.Namun deterjen juga jangan terlalu
sering digunakan dalam pencucian batik walaupun ketahanan terhadap
zat kimia atau kereaktifan kimia pada setiap jenis serat tergantung
pada struktur kimia dan adanya gugus-gugus aktif pada molekul serat
[10]. Dibanding dengan penelitian sebelumnya hanya menggunakan satu
jenis deterjen yaitu lerak saja, penelitian ini lebih meluas dengan
menggunakan lima jenis deterjen. Kelebihan penelitian sebelumnya
pencucian dilakukan sampai 19x sehingga terdapat hasil yang
signifikan, penelitian ini dicuci 3x sehingga menghasilkan tidak
ada pengaruh.
5. Conclusion
Hasil 3x pencucian menggunakan lima jenis deterjen yaitu deterjen
cair, deterjen bubuk, deterjen batang, deterjen cream dan deterjen
lerak rata-rata menghasilkan nilai 4-4,5 yang artinya baik.Tidak
ada pengaruh yang nyata pengujian tahan luntur warna pada pencucin
dan penodaan kain batik dengan zat warna naphtol dibuktikan dengan
hasil statistika yaitu 0,406 >0,005, sehingga golongan zat warna
naphtol termasuk dalam zat warna yang mempunyai ketahanan luntur
warna yang baik.Jenis deterjen yang komposisinya paling baik untuk
mencuci batik adalah deterjen lerak karena mengandung saponin
sebagai surfaktan alami, jika mencuci menggunkan deterjen
konvensional gunakan deterjen dengan komposisi lauril
alkylbenzensulfonate, karena bersifat biodegradable dan cukup
tersebar di pasaran, namun tidak disarankan untuk pencucian yang
berulang-ulang.Penelitian ini hanya menggunakan satu sampel pada
tiap jenis deterjen, apabila terdapat pembaca atau ingin yang
peneliti lebih lanjut, sangat disarankan untuk mencoba jenis
deterjen selain yang digunakan dalam penelitian ini karena kadar
dan komposisi tiap jenis deterjen berbeda-beda.Untuk penelitian
lebih lanjut disarankan melakukan pencucian tidak hanya sampai
pencucian yang ke tiga karena, untuk penelitian ini hanya sampai
pencucian ke tiga sehingga hasilnya tidak ada pengaruh lakukan
pencuian yang berulang-ulang sehingga dapat memunculkan data yang
signifikan.Penelitian ini dapat dikembangkan dengan penelitian
lanjutan menggunakan jenis lerak asli agar terjamin keasliannya.Zat
naphtol merupakan zat warna yang memiliki ketahanan luntur warna
yang baik dan dapat digunakan untuk mewarnai kain batik, memiliki
banyak palet warna yang dapat digunakan dalam pewarnaan industri
batik. Jenis zat warna naphtol lebih unggul dibanding dengan
pewarna lain, untuk mengurangi dampak bagi kesehatan pada saat
pewarnaan dengan zat warna naphtol perlu memeperhatikan standar
opersional kerjanya salah satunya dengan menggunkan masker dan
sarung tangan karet pada saat pewarnaan dan memperhatikan limbah
sebelum dibuang.
References
Pratama, A.N., (2018) Internet. [cited 2019 April 28]. Batik, dari
Canting Menuju Warisan Dunia.Kompas.com. Available from
https://nasional.kompas.com/read/2018/10/02/13301351/batik-dari-canting-menuju-warisan-dunia
. 02/10/2018, 13:30 WIB.
Piputri,D A., Lutfiati D. (2014). Pengaruh Frekuensi Pencucian
Dengan Menggunakan Lerak (Sapindus Rarak De Condole) Pada Ketajaman
Warna Batik Dulit Gersik. E-Jurnal, vol. 03 no 01 Edisi Yudisium
Periode Februari hal: 175-179.
Parasuram, KS. (2002). Soap and Detergent. New Delhi: Tata
McGraw-Hill Compenies Limited.
Musman, A dan Ambar B. (2011). Batik:Warisan Adiluhung Nusantara.
Yogyakarta: ANDI OFFEST.
Laela, E., Isnaini, et al. (2018). Efektifitas Sabun Alami Terhadap
Warna Batik. Dinamika Kerajinan dan Batik. Vol 35, No 2 Desember
2018 119-124.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin). (2018) Internet. [cited
2019 June 20]. Nilai Ekspor Batik rilis Kementerian Perindustrian
(Kemenperin). Availabel from
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/10/02/berapa-nilai-ekspor-batik-indonesia
.