Post on 31-Jan-2023
transcript
I. JUDUL
Golongan Darah pada Manusia
II. TUJUAN
Setelah selesai praktium ini mahasiswa diharapkan dapat
menjelaskan penggolongan darah pada manusia
III. DASAR TEORI
Darah adalah unit fungsional seluler pada manusia
yang berperan untuk membantu proses fisiologi. Darah
terdiri dari dua komponen yaitu plasma darah dan sel-
sel darah. Plasma darah yang ada pada darah sekitar 55%
dari jumlah darah dalam tubuh manusia, sedangkan sel-
sel darah ada pada darah sekitar 45%. Sel-sel darah
dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu eritrosit,
leukosit, dan trombosit yang berperan dalam pembekuan
darah.
Struktur dan komposisi darah
1. Plasma Darah
Plasma darah adalah cairan darah yang berwarna
kekuningan. Lebih kurang dari 92% dari plasma adalah
air, sehingga sisanya berupa garam dan molekul organik.
Bahan terlarut yang ada dalam plasma darah adalah
protein plasma, garam-garam dalam, SO-24, gas-gas, bahan
makanan, garam mineral, produk limbah, bahan pengatur.
Bagian plasma darah yang berperan dalam pertahanan
tubuh adalah serum. Serum mengandung beragam antibodi
untuk melawan antigen. Misalnya, aglutinin untuk
menggumpalkan antigen presipitin yang dapat
mengendapkan antigen.
2. Sel-sel Darah Merah
Sel darah merah (eritrosit) adalah bagian utama
dari sel-sel darah. Ciri-ciri dari sel darah merah,
anatar lain bentuknya melingkar, pipih, dan cakram
bikonkaf; sel yang telah matang tidak mempunyai
nukleus; berdiameter kurang dari 0,01 mm; dan
elastis.hemoglobin adalah suatu protein yang mengandung
senyawa besi hemin. Hemoglobin mempunyai daya ikat
terhadap oksigen dan karbon dioksida dan berwarna
merah. Sel-sel darah merah berasal dari sel darah induk
dan diproduksi didalam sumsum tulang merah. Sel darah
merah yang matang akan kehilangan nukleus dan
memperoleh molekul Hb. Umur sel darah merah lebih
kurang 120 hari. Setelah sel-sel tersebut usang atau
mati, kemudian dihancurkan didalam organ hati/limpa dan
ditelan oleh makrofag.
3. Sel-sel Darah Putih
Sel darah putih (leukosit) tidak berwarna,
mempunyai nukleus, kehilangan Hb, bentuknya tidak
beraturan, dapat bergerak, dan dapat merubah
bentuk.perbandingan jumlah sel darah putih dengan sel
darah merah adalah 1:700. Fungsi utama leukosit adalah
memakan kuman penyakit atau benda asing lain yang masuk
kedalam tubuh. Selain itu juga sebagai pengangkut zat
lemak. Sel darah putih dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu granulosit yang mempunyai nukleus yang
banyak dan bersifat fagosit. Dan agranulosit yang hanya
mempunyai satu nukleus dan tidak seluruhnya bersifat
fagosit.
4. Keping Darah
Keping darah (trombosit) berbentuk tidak
beraturan, berukuran kecil, tidak berwarna dan tidak
berinti. Trombosit berfungsi untuk pembekuan darah.
Keping darah berasal dari hasil fragmentasi sel
megakariosit di sumsum tulang merah. Setiap hari tubuh
manusia memproduksi rata-rata 200 miliar keping darah.
Dalam darah terkandung 150-300 ribu per mm kubik.
Sirkulasi Darah
Darah dipompa pada tekanan tinggi dari jantung dalam
arteri. Perjalanan melalui jaringan tipis kapiler, di
mana ia dapat bertukar bahan dengan jaringan. Ini
kemudian dikumpulkan dan kembali ke jantung pada
tekanan rendah dalam urat
(Authory,2013.http://www.bbc.co.uk/schools/
gcsebitesize/science/add_ocr_gateway/
living_growing/circulatoryrev2.shtml)
Fungsi darah antaralain:
Sebagai alat transportasi yaitu pembawa zat-
zat makanan dari sistem pencernaan keseluruh
sel tubuh
Mengangkut oksigen dari sistem pernapasan,
yaitu paru-paru keseluruh tubuh;
Mengangkut sisa-sisa metabolisme, misalnya
karbondioksida, dari seluruh sel tubuh ke
organ ekskresi, misalnya paru-paru.
Mengangkut hormon dari kelenjar hormon ke
organ sasaran;
Memelihara keseimbangan cairan tubuh;
Mempertahankan tubuh terhadap penyakit
menular dan infeksi kuman-kuman atau antibody
(oleh sel-sel darah putih);
Mengatur keseimbangan asam dan basa, untuk
menghindari kerusakan-kerusakan jaringan.
Darah selalu dihubungkan dengan kehidupan, baik
berdasarkan kepercayaan saja maupun secara langsung
kedalam pembuluh darah juga sudah lama pula dilakukan,
paling tidak sejak abad pertengahan. Pada mulanuya,
pemberian darah seperti ini dan yang kini dikenal
sebagai transfuse tidak dilakukan dengan landasan
ilmiah, tidak mempunyai indikasi yang jelas dan
dilakukan secara sembarang saja. Tindakan ini lebih
banyak dilakukan atas dasar yang lebih bersifat
kepercayaan, misalnya darah sebagai lambang kehidupan.
Indikasi juga tidak jelas, Pelaksanaan juga tidak
didasarkan atas pengetahuan yang cukup. Oleh karena itu
tidak heran bila pada masa itu banyak korban karena
tindakan yang dilakukan secara sembarang ini, baik pada
donor maupun pada penerima darah. Bahkan pernah ada
suatu masa, tepatnya abad ke-17 dan 18, transfuse
dilarang dilakukan di Eropa.
Akan tetapi Dr.Karl Landsteiner dalam tahun 1901 yang
bekerja di laboratorium di Wina menemukan bahwa sel-sel
darah merah (eritrosit) dari beberapa individu akan
menggumpal (beraglutinasi) dalam kelompok-kelompok yang
dapat dilihat dengan mata telanjang, apabila dicampur
dengan serum dari beberapa orang, tetapi tidak dengan
semua orang.Kemudian diketahui bahwa dasar dari
menggumpalnya eritrosit tadi ialah adanya reaksi
antigen-antibodi. Apabila suatu substansi asing
(disebut antigen) disuntikkan ke dalam aliran darah
dari seekor hewan akan mengakibatkan terbentuknya
antibodi tertentu yang akan bereaksi dengan antigen
(Suryo,1997:345)
Penggolongan Darah pada manusia dibagi menjadi beberapa
sistem, antaralain.
a. Sistem ABO
Dasar penggolongan darah adalah adanya aglutinogen
(antigen) di dalam sel darah merah dan aglutinin
(antibodi) di dalam plasma (serum). Aglutinogen adalah
zat yang digumpalkan, sedangkan aglutinin adalah zat
yang menggumpalkan.
Dalam sistem ABO, ada tidaknya antigen tipe A dan B di
dalam sel darah merah menentukan golongan darah
seseorang. Sistem tersebut mengelompokkan darah manusia
menjadi empat golongan yaitu A, B, AB, dan O
(Priadi, 2009: 138-
140)
Ahli imunologi (ilmu kekebalan tubuh) kebangsaan
Austria bernama Karl Landsteiner (1868-1943)
mengelompokan golongan darah manusia. Penemuan Karl
Landsteiner diawali dari penelitiannya, yaitu ketika
eritrosit seseorang dicampur dengan serum darah orang
lain, maka terjadi penggumpalan(aglutinasi). Tetapi
pada orang lain, campuran itu tidak menyebabkan
penggumpalan darah. Aglutinogen (aglutinin) yang
terdapat pada eritrosit orang tertentu dapat bereaksi
dengan zat aglutinin (antibodi) yang terdapat pada
serum darah.
Aglutinogen dibedakan menjadi dua yaitu:
Aglutinogen A : memiliki enzim glikosil transferase
yang mengandung glutiasetil glukosamin pada rangka
glikoproteinnya.
Aglutinogen B : memiliki enzim galaktose pada rangka
glikoproteinnya. Aglutinin dibedakan menjadi aglutinin
α dan β .
Darah seseorang memungkinkan dapat mengandung
aglutinogen A saja atau aglutinogen B saja. Tetapi
kemungkinan juga dapat mengandung aglutinogen A dan B.
Ada juga yang tidak mengandung aglutinogen sama sekali.
Adanya aglutinogen dan aglutinin inilah yang menjadi
dasar penggolongan darah manusia berdasarkan sistem
ABO.
Berdasarkan ada atau tidaknya aglutinogen,
golongan darah dikelompokan menjadi :
1. Golongan darah A, yaitu jika eritrosit mengandung
aglutinogen-A dan aglutinin-b dalam plasma darah.
2. Golongan darah B, yaitu jika eritrosit mengandung
aglutinogen-B dan aglutinin-a dalam plasma darah.
3. Golongan darah AB, yaitu jika eritrosit mengandung
glutinogen-A dan B, dan plasma darah tidak memiliki
aglutinin.
4. Golongan darah O, yaitu jika eritrosit tidak
memiliki aglutinogen-A dan B, dan plasma darah memiliki
aglutinin-a dan b.
Frekuensi populasi dari keempat golongan ini
menunjukkan bahwa mereka diwariskan, dan menuntun ke
hipotesis bahwa mereka menetukan oleh tiga gena alelik,
alel A yang menentukan kekhususan A, alel B yang
menentukan kekhususan B, dan alel O yang tak
aktif,Sesuai dengan pengertian ini, maka individu
golongan O semuanya homozigot OO dan individu golongan
AB semuanya heterozigot AB.Tetapi individu golongan A
mungkin homozigot AA maupun heterozigot AO, dan
individu golongan B mungkin homozigot BB maupun
heterozigot BO
(Harris,1994:402)
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling
umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara
seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih
dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding
antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan
keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini
adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia
(Sudjadi,
2007:85-86)
b. Sistem MN
Pada tahun 1972, K. Landsteiner dan p. Levine telah
menemukan golongan darah sistem MN, akibat ditemukannya
antigen M dan antigen N pada sel darah merah manusia.
Sistem ini digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Golongan M, mengandung antigen M
2) Golongan N, mengandung antigen N
3) Golongan MN mengandung antigen M dan antigen
N
c. Sistem Rh
Seperti juga golongan darah berdasarkan sistem ABO,
golongan darah Rhesus juga didasarkan pada jenis
aglutinogen pada eritrosit dan aglutinin pada plasma
darah.
Golongan darah Rhesus ini juga ditemukan oleh
Landsteiner. Penamaan golongan Rhesus ini diambil dari
nama kera yang diteliti Landsteiner, namanya Macacus
rhesus. Pada kera ini didapati antigen dan antibodi yang
sama dengan manusia.
Ada dua jenis golongan Rhesus, yaitu Rhesus (+) dan
Rhesus (-). Orang bergolongan Rhesus + memiliki antigen
Rhesus (antigen Rh) pada eritrositnya dan tidak
memiliki antibodi. Golongan Rhesus – memiliki antibodi
Rhesus (anti Rh) pada plasma darahnya dan tidak
memiliki antigen. Lihat tabel berikut:
Golongan Rhesus + Rhesus -
Antigen antigen Rhesus -
antibodi - anti Rhesus
Orang bergolongan Rhesus – bisa menjadi donor terhadap
golongan Rhesus – maupun Rhesus + (dalam kondisi
darurat). Tetapi orang Rhesus + hanya diperbolehkan
mendonorkan darahnya kepada Rhesus + saja, dan tidak
boleh ke Rhesus –. Alasannya sama seperti golongan
darah ABO, yaitu karena Rhesus + sebagai donor memiliki
antigen (antigen Rhesus) dan Rhesus - sebagai resipien
memiliki antibodi (anti Rhesus). Inkompatibilitas ini
akan menyebabkan penggumpalan (aglutinasi) antigen
Rhesus oleh anti Rhesus, dan bisa menyebabkan kematian
sang resipien.
IV. METODE PENELITIAN
1. Alat dan Bahan
Alat
a. Lanset/jarum pentul
b. Jarum pentul
c. Spidol
d. Gelas objek
e. Kertas putih
Bahan
a. Serum A dan B
b. Alkohol 70%
c. KapaS
d. Darah segar manusia
Dengan menggunakan spidol, menarik garis tengah lurus pada sisi panjang yang membagi sisi gelas objek menjadi tiga bagian yang sama. Di pojo kiri atas gelas objek menuliskan AB, ditengah atas gelas objek menuliskan A, dan di pojok kanan atas menuliskan tulisan B. Meletakkan gelas objek pada selembar kertas putihMencuci tangan hingga bersih, megambil segumpal kapas dengan pinset, menyelupkan ke dalam alkohol dan menggosok pada ujung jari manis tangan.Membiarkan alkohol mengering, menusuk bagian tersebut dengan mengguakan lanset yang telah disterilkan.Menempatkan setets darah pada bagian AB, A, dan B gelas gelas objekMenutup bekas tusukan dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam alkoholMeneteskan segera serum anti A pada bagian A gelas objek, aduk sampai merata dengan tusuk gigiMeletakkan serum anti B pada darah di bagian B gelas objekMembandingkan kedua bagian A dan B pada gelas objek2. Cara Kerja
V. HASIL PENGAMATAN
No
.
Kel
.
Nama
Probandus
Umur
(th)Anti
A
Anti
B
Gol.
darah
1.3
Devi
Aprilia18
- - O
2. 2 Didin Dyah 19 AB
3. 3 Pandu Joyo 19 - B
4. 4 Swit Tanti 18 - A
5. 5 Eka A. 19 - - O
6. 6 Zulva N. 18 - B
7. 7 Rizki M. 19 - A
8. 8 Miftah K. 17 - A
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, penggolongan darah yang akan
dilakukan berdasarkan sistem ABO. Menurut sistem ABO,
golongan darah manusia dibedakan menjadi empat, yaitu
sebagai berikut
No Golongan Keterangan
Darah
1 A Apabila di dalam sel darah seseorang
mengandung aglutinogen A dan serumnya
mengandung aglutinin β sehingga dapat
dirumuskan (A, β ).
2 B Apabila di dalam sel darah seseorang
terdapat aglutinogen B, sedangkan dalam
serumnya terdapat aglutinin α sehingga
dirumuskan (B, α )
3 AB Apabila di dalam sel darah seseorang
terdapat aglutinogen A dan B, sedangkan
di dalam serumnya tidak mengandung
aglutinin, sehingga dapat dirumuskan
(AB,–)
4 O Apabila di dalam sel darah seseorang
tidak terdapat aglutinogen sedangkan
dalam serumnya mengandung aglutinin α
dan β sehingga dapat dirumuskan (-, α, β
).
Pada praktikum ini ada 8 orang mahasiswa yang akan
diperiksa golongan darahnya, dan berdasarkan hasil
pengamatan diperoleh data sebagai berikut:
Golongan darah A
Probandus : Swit, Rizki,Miftah
Pada saat pengetesan darah
A
MENGGUMPAL
(ditetesi serum A)
B
TIDAK MENGGUMPAL
(ditetesi serum B)
Individu dapat dikatakan bergolongan darah A apabila di
dalam sel darah seseorang mengandung aglutinogen A dan
serumnya mengandung aglutinin β
Donor Resipien
A (aglutinogen A, Aglutinin
β)
A B (Aglutinogen B, Aglutinin
α)
(Aglutinogen A, Aglutinin β) AB (Aglutinogen A
dan B, Aglutinin - )
O (Aglutinogen - ,
Aglutinin α dan β)
Ket:
Donor : yang diperhatikan aglutinogennya
Resipien : yang diperhatikan aglutininnya
Penggumpalan darah terjadi apabila Aglutinogen A
bertemu dengan Aglutininin α (Anti A), jadi Swit,
Riski, dan Miftah (golongan darah A) dapat mendonorkan
darahnya pada individu yang bergolongan darah A dan AB
Golongan Darah B
Probandus (Pandu dan Zulva)
Pada saat pengetesan darah
A
TIDAK MENGGUMPAL
(ditetesi serum A)
B
MENGGUMPAL
(ditetesi serum B)
Individu dapat dikatakan bergolongan darah B apabila di
dalam sel darah seseorang terdapat aglutinogen B,
sedangkan dalam serumnya terdapat aglutinin α
Donor Resipien
A (aglutinogen A, Aglutinin
β)
B B (Aglutinogen B, Aglutinin
α)
(Aglutinogen B, Aglutinin A) AB (Aglutinogen A
dan B, aglutinin - )
O (Aglutinogen - ,
Aglutinin α dan β )
Ket:
Donor : yang diperhatikan aglutinogennya
Resipien : yang diperhatikan aglutininnya
Penggumpalan darah terjadi apabila Aglutinogen B
bertemu dengan Aglutininin β (Anti B), jadi Pandu dan
Zulva (golongan darah B) dapat mendonorkan darahnya
pada individu yang bergolongan darah B dan AB
Golongan darah AB
Probandus : Didin
Pada saat pengetesan darah
A
MENGGUMPAL
(ditetesi serum A)
B
MENGGUMPAL
(ditetesi serum B)
Individu dapat dikatakan bergolongan darah AB apabila
di dalam sel darah seseorang terdapat aglutinogen A dan
B, sedangkan di dalam serumnya tidak mengandung
aglutinin
Donor Resipien
A (aglutinogen A, Aglutinin
β)
AB B (Aglutinogen B, Aglutinin
α)
(Aglutinogen A dan B, Aglutinin -) AB (Aglutinogen A
dan B, aglutinin - )
O (Aglutinogen - ,
Aglutinin α dan β)
Ket:
Donor : yang diperhatikan aglutinogennya
Resipien : yang diperhatikan aglutininnya
Penggumpalan darah terjadi apabila Aglutinogen A dan B
bertemu dengan Aglutininin α (Anti A) dan Aglutinin β
(Anti B) jadi Didin (golongan darah AB) dapat
mendonorkan darahnya pada individu yang bergolongan
darah AB saja, tetapi AB dapat menerima darah dari
golongan darah apa saja. Itulah sebabnya mengapa
golongan darah AB disebut sebagai resipien universal
Golongan darah O
Probandus : Devi dan Eka
Pada saat pengetesan darah
A B
TIDAK MENGGUMPAL
(ditetesi serum A)
TIDAK MENGGUMPAL
(ditetesi serum B)
Individu dapat dikatakan bergolongan darah O apabila di
dalam sel darah seseorang tidak terdapat aglutinogen
sedangkan dalam serumnya mengandung aglutinin α dan β
Donor Resipien
A (aglutinogen A, Aglutinin
β)
O B (Aglutinogen B, Aglutinin
α)
(Aglutinogen -, Aglutinin α dan β) AB (Aglutinogen A
dan B, aglutinin - )
O (Aglutinogen - ,
Aglutinin α dan β)
Ket:
Donor : yang diperhatikan aglutinogennya
Resipien : yang diperhatikan aglutininnya
Penggumpalan darah terjadi apabila Aglutinogen A dan B
bertemu dengan Aglutininin α (Anti A) dan Aglutinin β
(Anti B) jadi Devi dan Eka (golongan darah O) dapat
mendonorkan darahnya pada individu yang bergolongan
darah A,B,AB,dan O. Tetapi golongan darah O hanya bisa
menerima darah dari golongan darah O saja. Golongan
darah O disebut sebagai donor universal karena dapat
mendonorkan darahnya pada semua golongan darah.
Seseorang perlu sekali untuk mengetahui golongan
darahnya.Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan
mengetahui golongan darah antara lain :
1. Membantu orang lain yang kecelakaan, melahirkan,
atau butuh darah, melalui proses
transfusi.Transfusi darah adalah proses
menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari
satu orang ke sistem peredaran orang lainnya.
Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis
seperti kehilangan darah dalam jumlah besar
disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak
berfungsinya organ pembentuk sel darah merah.
2. Untuk mengetahui silsilah keluarga
3. Untuk menghindari penyakit jika terjadi
perkawinan.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa:
Penggolongan darah manusia dapat dilakukan dengan
beberapa sistem, salah satunya adalah sistem ABO.
Menurut sistem ini, golongan darah dapat dilihat
berdasarkan aglutinogen dan aglutininnya. Berdasarkan
sistem ABO, golongan darah dibedakan menjadi:
1. Golongan darah A, yaitu jika sel darah merah
mengandung aglutinogen A dan aglutinin b dalam
plasma darah
2. Golongan darah B, yaitu jika sel darah merah
mengandung aglutinogen B dan aglutinin a dalam
plasma darah
3. Golongan darah AB, yaitu jika sel darah merah
mengandung glutinogen A dan B, dan plasma darah
tidak memiliki aglutinin.
4. Golongan darah O, yaitu jika sel darah merah
tidak memiliki aglutinogen A dan B, dan plasma
darah memiliki aglutinin a dan b
Dengan mengetahui jenis golongan darah dapat memudahkan
dalam proses transfusi darah apa saja yang cocok antara
donor (yang memberikan darah) dan resipien (yang
menerima darah).
Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa:
a. Golongan darah A dapat mendonorkan darahnya pada
golongan darah A dan B, dan menerima darah dari
golongan darah A dan O
b. Golongan darah B dapat mendonorkan darahnya pada
golongan darah B dan AB, dan dapat menerima darah
dari golongan darah B dan O
c. Golongan darah AB dapat mendonorkan darahnya pada
golongan darah AB saja,tetapi dapat menerima dari
semua golongan darah sehingga disebut resipien
universal
d. Golongan darah O dapat mendonorkan darahnya pada
semua golongan darah (disebut donor
universal),tetapi hanya dapat menerima darah dari
golongan O saja
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Authory.2013. The Circulatory System,(http://www.bbc.co.uk/schools/gcsebitesize/science/add_ocr_gateway/living_growing/circulatoryrev2.shtml). Diakses pada tanggal 17 April 2013
Harris, H. 1994. Dasar-dasar Genetika Biokemis Manusia.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Priadi, Arif. 2009. Biologi. Jakarta: Tirta.
Sudjadi, Bagod. 2007. Biologi 1. Jakarta: Erlangga.
Suryo. 1997. Genetika Manusia Cetakan Kesembilan. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.