Post on 08-Feb-2023
transcript
LEARNING ISSUE LBM 4
1. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kolaboratif
2. Factor penghambat adaptasi
3. Bagaimana adaptasi dan sosialisasi mempengaruhi
pembelajaran kolaboratif dan elaborative?
4. Filosofipembelajarankolaboratifdan elaborative
5. Tinggkatan dan strategi konflik
6. Pengaruhkemampuanbersosalisasidanberadaptsaiterhadapprest
asibelajarmahasiswa?
7. sifat kelas yang pembelajarannya kolaboratif ( take and
give )
JAWABAN
1. Ingga :
a. Kelebihan
i. Siswa belajar bermusyawarah
ii. Siswa belajar menghargai pendapat orang lain
iii. Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan
rasional
iv. Dapatmemupuk rasa kerjasama
v. Adanyapersaingan yang sehat
b. Kelemahan
i. Pendapatsertapertanyaansiswadapatmenyimpangda
ripokokpersoalan.
ii. Membutuhkanwaktucukupbanyak.
iii. Adanyasifat-sifatpribadi yang ingin
menonjolkan diriatausebaliknya yang
lemahmerasarendahdiridanselalutergantungpad a
orang lain.
iv. Kebulatan atau kesimpulan bahan kadang
sukardicapai.
Yudhit :
a. Siswa belajar bermusyawarah
b. Siswa belajar menghargai pendapat orang lain
c. Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan
rasional
d. Dapat memupuk rasa kerja sama
e. Adanya persaingan yang sehat
2. Kelemahan
a. Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang
dari pokok persoalan.
b. Membutuhkan waktu cukup banyak.
c. Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan
diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan
selalu tergantung pada orang lain.
d. Kebulatan atau kesimpulan bahan kadang sukar
dicap
Shika:
a. Kelebihan
- Siswa belajar bermusyawarah
- Siswa belajar menghargai pendapat orang lain
- Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan
rasional
- Dapat memupuk rasa kerja sama
- Adanya persaingan yang sehat
b. Kelemahan
- Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang
dari pokok persoalan.
- Membutuhkan waktu cukup banyak.
- Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan
diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri
dan selalu tergantung pada orang lain.
- Kebulatan atau kesimpulan bahan kadang sukar
dicapai.
Mutia :
1) Lebih banyak dibuat dalam masa yang singkat.
2) Setiap ahli kumpulan mempunyai sumbangan yang unik.
3) Pelajar dimotivasi oleh orang lain dalam kumpulan.
4) Pelajar memahami antara satu sama lain lebih daripada
guru.
5) Manfaat Jangka Panjang
Kekurangan:
• Sulit diterapkan pada kelas yg belum memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang memadai, terutama pada
kelas peringkat yg masih dlm tahap adaptasi dan
sosialisasi.
• Tidak berhasil diterapkan jika fasilitator tidak
memiliki kemampuan mengelola dan memotivasi kelompok
dengan baik
• Kalau fasilitator kurang aktif, maka dinamika kelompok
tdk tercipta & menjadi vacum. Namun, keaktifan
fasilitator sangat ditentukan oleh komitmen pimpinan dlm
memberikan perhatian yang serius dan kemahuan yg kuat dr
fasilatator sendiri.
Ditawi:
Kelebihan
1. memudahkan para siswa bekerjasama,
2. dapat saling bertukar pengalaman
3. saling menyumbangkan pemikiran dan bertanggung
jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara kelompok
maupun individu.
4. Dapat saling belajar dan berubah bersama serta
maju bersama pula
5. Dapat saling membina,
Kelemahan
1. proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lama
2. berpotensi menimbulkan perselisihan kecil
3. arah pembicaraan atau arah diskusi tidak merujuk
pada suatu permasalahan saja.
4. Bila para siswa di dalam suatu kelompok tidak
saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab
terhadap pencapaian hasil belajar secara kelompok maupun
individu, kelompok itu tak dapat digolongkan sebagai
kelompok pembelajaran kolaboratif
Sumber:Ismail, 2002. Model-model Pembelajaran. Jakarta :
Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Dirjen
Dikdasmen Depdiknas
Lala :
Kelebihan pembelajaran kolaboratif
1. Siswa belajar bermusyawarah
2. Siswa belajar menghargai pendapat orang lain
3. Dapat mengembangkan cara berfikir kritis dan rasional
4. Dapat memupukrasa kerjasama
5. Adanya persaingan yang sehat
Kekurangan pembelajaran kolaboratif
1. pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang dari
pokok persoalan. Membutuhkan waktu yang cukup banyak
2. Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan
diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan
selalu tergantung pada orang lain
3. Kesimpulan bahan kadang sukar dicapai
(Utomo Dananjaya,2012:139)
Pertanyaan:
Kelebihan waktunya cepat kelemahannya erwan?
Berkelompok itu memakan waktu dari waktu diskusi
Berkelompok itu ada pembagian tugas
KESIMPULAN:
Menuntut bekerjasama, menghargai pendapat orang lain,
menambah informasi, belajar bertanggungjawab,
Membutuhkan waktu yang lama, ada pertikaian.
2. Apa factor yang menghambat adaptasi
Shika :
1) Pengaruh rumah dan keluarga.
Faktor rumah dan keluarga merupakan faktor yang sangat
penting, karena keluarga merupakan satuan kelompok sosial
terkecil.Interaksi sosial yang pertama diperoleh individu
adalah dalam keluarga. Kemampuan interaksi sosial ini
kemudian akan dikembangkan di masyarakat.
2) Hubungan Orang Tua dan Anak
Pola hubungan antara orang tua dengan anak akan mempunyai
pengaruh terhadap proses penyesuaian diri anak. Beberapa
pola hubungan yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri
antara lain :
a) Menerima (acceptance).
b) Menghukum dan disiplin yang berlebihan.
c) Memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan.
d) Penolakan.
e) Hubungan saudara
Ingga
Faktor – faktor yang mempengaruhi adaptasi makhuk hidup
di darat :
Air
Suhu
Kelembapan udara
Intensitas cahaya
Faktor – faktor yang mempengaruhi adaptasi makhuk hidup
di air
Kadar garam dan mineral
Kadar oksigen
Kedalaman air
Intensitas cahaya
Mutia:
Pentingnya beradaptasi
(Aminuddin, 2000: 38), pentingnya beradaptasi untuk:
a. Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.
B Menyalurkan ketegangan sosial.
c. Mempertahankan kelanggengan kelompok atau unit
sosial.
d. Bertahan hidup
Sumber:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31455/4/C
hapter%20II.pdf
Lala
Faktor penghambat proses adaptasi
1. Kondisi – kondisi fisik
- keturunan, konstitusi fisik,susunan saraf, kelenar dan
system otot, kesehatan,penyakit dsb.
Contoh : seperti cacat yang susah untuk komunikasi dan
beradaptasi
2. Perkembangan dan kematangan.
- Kematangan intelektkual, social, moral dan emosional
3. Penentu psikologis.
- Pengalaman, belajarnya, pengkondisian, penentu diri
(self-determination), frustasi, dan konflik
4. Kondisi lingkungan.
- Keluarga, sekolah dan masyarakat
Sofa:
Belum siap berubah saat beradaptasi
Ingga
Tidak tahu dengan kondisi lingkungan
Kurang PD dengan lingkungan
Sumber: PDF
PER
Dita
Apa faktor penghambat adaptasi?. Faktor penghambat perubahan
social
a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
Kehidupan terasing menyebabkan sebuah masyarakat tidak
mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi di
masyarakat lain. Mereka terkungkung dalam tradisinya
sendiri dan tidak mengalami perubahan, Padahal kebudayaan
lain dapat memperkaya kebudayaannya sendiri. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan
kunci terjadinya perubahan sosial budaya.
b. Sikap masyarakat yang sangat tradisional
Masyarakat tradisional biasanya bersikap mengagung-
agungkan tradisi dan masa lampau. Mereka beranggapan
bahwa tradisi tersebut secara mutlak tidak dapat diubah.
Anggapan inilah yang menghambat adanya proses perubahan
sosial. Keadaan tersebut akan menjadi lebih buruk apabila
yang berkuasa dalam masyarakat yang bersangkutan adalah
golongan konservatif.
c. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi
kebudayaan
Pada dasarnya semua unsur kebudayaan tidak mungkin
berintegrasi dengan sempurna. Namun demikian, terdapat
beberapa unsur tertentu memiliki derajat integrasi yang
tinggi. Keadaan inilah yang membuat suatu masyarakat
merasa khawatir dengan datangnya unsur-unsur dari luar.
Hal ini dikarenakan unsur-unsur tersebut mampu
menggoyahkan integrasi dan menyebabkan perubahan-
perubahan pada aspek-aspek tertentu di masyarakat.
d. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
Terlambatnya perkembangan ilmu pengetahuan suatu
masyarakat dimungkinkan karena kehidupan masyarakat yang
terasing dan tertutup. Namun, dapat pula dikarenakan
sebagai akibat dijajah oleh masyarakat lain. Biasanya
masyarakat yang dijajah dengan sengaja dibiarkan
terbelakang oleh masyarakat yang menjajah. Hal ini
dimaksudkan menjaga kemurnian masyarakat guna mencegah
terjadinya pemberontakan atau revolusi.
e. Adat atau kebiasaan
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi
anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pokoknya. Adat dan kebiasaan ini dapat berupa
kepercayaan, sistem mata pencaharian, pembuatan rumah,
dan cara berpakaian tertentu. Adat dan kebiasaan tersebut
sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat sehingga sukar
untuk diubah.
f. Prasangka terhadap hal-hal yang baru atau sikap yang
tertutup
Sikap demikian dapat dijumpai pada masyarakat yang pernah
dijajah. Mereka selalu mencurigai sesuatu yang berasal
dari negara-negara Barat. Secara kebetulan unsur-unsur
baru kebanyakan berasal dari negara-negara Barat.
Sehingga segala sesuatu yang berasal dari negara-negara
Barat mendapat prasangka buruk oleh masyarakat setempat.
Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis
Setiap usaha mengadakan perubahan pada unsur-unsur
kebudayaan rohaniah biasanya diartikan sebagai usaha yang
berlawanan dengan ideologi. Di mana ideologi masyarakat
mempakan dasar integrasi masyarakat tersebut. Oleh
karenanya, perubahan sosial tidak terjadi.
Yudhit
. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
Kehidupan terasing menyebabkan sebuah masyarakat tidak
mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi di
masyarakat lain. Mereka terkungkung dalam tradisinya
sendiri dan tidak mengalami perubahan, Padahal kebudayaan
lain dapat memperkaya kebudayaannya sendiri. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan
kunci terjadinya perubahan sosial budaya.
b. Sikap masyarakat yang sangat tradisional
Masyarakat tradisional biasanya bersikap mengagung-
agungkan tradisi dan masa lampau. Mereka beranggapan
bahwa tradisi tersebut secara mutlak tidak dapat diubah.
Anggapan inilah yang menghambat adanya proses perubahan
sosial. Keadaan tersebut akan menjadi lebih buruk apabila
yang berkuasa dalam masyarakat yang bersangkutan adalah
golongan konservatif.
c. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi
kebudayaan
Pada dasarnya semua unsur kebudayaan tidak mungkin
berintegrasi dengan sempurna. Namun demikian, terdapat
beberapa unsur tertentu memiliki derajat integrasi yang
tinggi. Keadaan inilah yang membuat suatu masyarakat
merasa khawatir dengan datangnya unsur-unsur dari luar.
Hal ini dikarenakan unsur-unsur tersebut mampu
menggoyahkan integrasi dan menyebabkan perubahan-
perubahan pada aspek-aspek tertentu di masyarakat.
d. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
Terlambatnya perkembangan ilmu pengetahuan suatu
masyarakat dimungkinkan karena kehidupan masyarakat yang
terasing dan tertutup. Namun, dapat pula dikarenakan
sebagai akibat dijajah oleh masyarakat lain. Biasanya
masyarakat yang dijajah dengan sengaja dibiarkan
terbelakang oleh masyarakat yang menjajah. Hal ini
dimaksudkan menjaga kemurnian masyarakat guna mencegah
terjadinya pemberontakan atau revolusi.
e. Adat atau kebiasaan
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi
anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pokoknya. Adat dan kebiasaan ini dapat berupa
kepercayaan, sistem mata pencaharian, pembuatan rumah,
dan cara berpakaian tertentu. Adat dan kebiasaan tersebut
sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat sehingga sukar
untuk diubah.
f. Prasangka terhadap hal-hal yang baru atau sikap yang
tertutup
Sikap demikian dapat dijumpai pada masyarakat yang pernah
dijajah. Mereka selalu mencurigai sesuatu yang berasal
dari negara-negara Barat. Secara kebetulan unsur-unsur
baru kebanyakan berasal dari negara-negara Barat.
Sehingga segala sesuatu yang berasal dari negara-negara
Barat mendapat prasangka buruk oleh masyarakat setempat.
g. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis
Setiap usaha mengadakan perubahan pada unsur-unsur
kebudayaan rohaniah biasanya diartikan sebagai usaha yang
berlawanan dengan ideologi. Di mana ideologi masyarakat
mempakan dasar integrasi masyarakat tersebut. Oleh
karenanya, perubahan sosial tidak terjadi.
KESIMPULAN:
Rasa takut kita untuk berubah dan beradaptasi terhadap
lingkungan baru, factor lingkungan, factor fisik, factor
psikologi.
3. Bagaimana adaptasi dan sosialisasi mempengaruhi
pembelajaran kolaboratif dan elaborative?
Ingga
Adaptasi: Keterbatasan pembelajaran kolaboratif adalah
masih susah diterapkan pada kelas yang belum memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang memadai, terutama
pada kelas awal yang masih dalam tahap adaptasi dan
sosialisasi.
Pembelajaran ini tidak sukses kalau dosen tidak
memiliki kemampuan memotivasi dan memanage kelompok
dengan baik. Kalau dosen kurang aktif, maka dinamika
kelompok tidak tercipta dan menjadi vacum. Namun
demikian, keaktifan dosen sangat ditentukan oleh
komitmen pimpinan dalam memberikan perhatian yang
serius dan keinginan besar dari dosen sendiri.
Sosialisasi: Model
Kolaboratifbertujuanuntukmelatihketerampilanbelajarmaha
siswasecaraberkelompokuntukmenghasilkansesuatudalamkons
truksipengetahuan, membangun rasa
salingpercayamelaluikomunikasiterbukaantaranggota,
dankeadilanuntuksemuadalammencapaitujuan yang
ditetapkanbersama
Shofa:
Globalisasi menntutu untuk bersosialisasi
Dita:
Keduanya ini jelas memiliki andil dalam mempengaruhi
pembelajaran kolaboratif sebab pembelajaran
kolaboratif itu merupakan salah satu model “SCL” pada
model ini mahasiswa/peserta dituntut aktif dalam
bentuk beljar bersama atau kelompok (kolaborasi)
sumber: Matthews, Roberta S.; Cooper, James L.;
Davidson, Neil; Hawkes, Peter. Building bridges
between cooperative and collaborative learning. [on
line] http://www.teachersrock.net
Efty
Adaptasi penyesuaian diri dengan lingkungan dan bisa
sosialisasi dengan orang lain.
Ingga
Keterbatasan pembelajaran.
KESIMPULAN:
Bahwa sosialisasi beradaptasi dan bekerjasama berjalan
beriringan agar memperoleh tujuan. Berkolaborasi
metode SCL yang menuntut kita nersosialisasi dan
adaptasi dengan lingkungan.
4. Filosofipembelajarankolaboratifdan elaborative
Shika
- Pembelajaran kolaboratif menurut Sato adalah
pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelompok, namun
tujuannya bukan untuk mencapai kesatuan yang didapat
melalui kegiatan kelompok, namun, para siswa dalam
kelompok didorong untuk menemukan beragam pendapat atau
pemikiran yang dikeluarkan oleh tiap individu dalam
kelompok. Pembelajaran tidak terjadi dalam kesatuan,
namun pembelajaran merupakan hasil dari keragaman atau
perbedaan (Sato, 2007).
Dita
Filosofi pembelajaran kolaboratif dan elaboratif?
pembelajaran ini lebih menekankan pada siswanya sendiri
untuk menilai proses pembelajarannya sendiri dan dapat
mengembangkan pembelajaran bersama. Dari pengertian umum
tersebut dapat direkonstruksi unsur-unsur pembelajaran
kolaboratif sebagai berikut: suatu filsafat pengajaran,
bukan serangkaian teknik untuk mengurangi tugas guru dan
mengalihkan tugas-tugasnya kepada para siswa. Hal
terakhir ini perlu ditekankan karena mungkin begitulah
kesan banyak orang tentang pembelajaran kolaboratif.
Dengan demikian, pembelajaran kolaboratif dapat
didefinisikan sebagai filsafat pembelajaran yang
memudahkan para siswa bekerjasama, saling membina,
belajar dan berubah bersama, serta maju bersama pula.
Inilah filsafat yang dibutuhkan dunia global saat ini.
Bila orang-orang yang berbeda dapat belajar untuk
bekerjasama di dalam kelas, di kemudian hari mereka lebih
dapat diharapkan untuk menjadi warganegara yang lebih
baik bagi bangsa dan negaranya, bahkan bagi seluruh
dunia. Akan lebih mudah bagi mereka untuk berinteraksi
secara positif dengan orang-orang yang berbeda pola
pikirnya, bukan hanya dalam skala lokal, melainkan juga
dalam skala nasional bahkan mondial
Yudhit
Landasan Filosofi Pembelajaran Kolaboratif. Seperti
halnya pembelajaran koopertif, pembelajaran kolaboratif
pun didasarkan pada landasan kontruktivisme sosial.
Selain itu kondisi kooperatif dan kolaborasi diperlukan
pada kondisi dunia saat ini. Silberman menyatakan bahwa
pada saat ini siswa dihadapkan pada ledakan pengetahuan,
perubahan yang cepat, dan ketidakpastian. Untuk
menghadapi dunia yang seperti itu diperlukan kehidupan
berkelompok. Hidup berkelompok akan menumbuhkan rasa
aman, sehingga memungkin menghadapi berbagai perubahan
bersama-sama. Untuk itulah perlu pembelajaran
berkelompok.
Vygotsky [1896-1934] (1962), salah satu pengagas
konstruktivisme sosial, yang terkenal dengan teori “Zone
of Proximal Development” (ZPD). ”Proximal” dalam bahasa
sederhana bermakna “next“. Vygotsky mengamati, ketika
anak diberi tugas untuk dirinya sediri, mereka akan
bekerja sebaik-baiknya ketika mereka bekerjasama
(berkolaborasi). Selanjutnya Vygotsky menyatakan, setiap
manusia mempunyai potensi, dan potensi tersebut dapat
teraktualisasi dengan ketuntasan belajar, tetapi di
antara potensi dan aktualisasi terdapat wilayah abu-abu.
“Guru berkewajiban menjadikan wilayah abu-abu ini dapat
teraktualisasi, caranya dengan belajar kelompok. Dalam
bahasa yang lebih umum, terdapat tiga wilayah “cannot yet
do”, “can do with help“, and “can do alone“. ZPD adalah
wilayah “can do with help”, wilayah ini bukan wilayah
yang permanen, kuncinya adalah menarik pembelajar menjadi
dari zona tersebut, dengan cara kolaborasi.
KESIMPULAN:
Menurut Vygotsky fungsi guru atau pengajar menarik
stimulus untuk mengaktualisasikan dari grey scale itu
sendiri.
5. Tinggkatandanstrategikonflik
Mutia
TINGKAT KONFLIK (LEVELS OF CONFLICT):
Konflik yang timbul dalam suatu lingkungan pekerjaan
dapat dibagi dalam
empat tingkatan:
Konflik dalam diri individu itu sendiri
Konflik dalam diri seseorang dapat timbul jika terjadi
kasus overload jitu dimana ia dibebani dengan tanggung
jawab pekerjaan yang terlalu banyak, dan dapat pula
terjadi ketika dihadapkan kepada suatu titik dimana ia
harus membuat keputusan yang melibatkan pemilihan
alternatif yang terbaik.
Konflik interpersonal, yang merupakan konflik antara satu
individual dengan individual yang lain.
Konflik intergrup
konflik ini meyebabkan sulitnya koordinasi dan integrasi
dari kegiatan yang berkaitan dengan tugas-tugas dan
pekerjaan.
Konflik interorganisasi
Konflik ini sering dikaitkan dengan persaingan yang
timbul di antara perusahaan-perusahaan.
Sumber:
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1248/1/manajemen
-ritha5.pdf
Strategi konflik:
Ada tiga strategi untuk mengatasi konfilk antarpersonal
yakni :
1) Lose-lose(kalah-kalah);
2) Win-lose(menang-kalah);
3) Win-win(menang-menang). (Luthans, 1983 : 378 -379).
Sumber:
http://www.ipdn.ac.id/wakilrektor/wp-content/uploads/MANA
JEMEN-KONFLIK.pdf
Lala
STRATEGI KONFLIK
1. Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau
masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau
jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat
yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi
yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk
menenangkan diri
2. Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur
strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu
tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan
timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka
untuk membuat keputusan
3. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda
memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih
dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin
mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa
memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang
penting untuk alasan-alasan keamanan.
4. Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada
waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta
meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat
menguntungkan semua pihak.
5. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang
terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama. Perlu adanya
satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling
mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
TINGKAT KONFLIK
Konflik intra perorangan
Konflik intra perorangan ini muncul dalam diri seorang
individu dengan pemikirannya sendiri. Konflik ini bisa
disebabkan karena harus memilih dua pilihan yang sama sekali
tidak disukainya.
Konflik intra perorangan bisa berbentuk pendekatan-
menghindari. konflik ini terjadi ketika seseorang harus
mengambil suatu keputusan yang sangat menyenangkan tetapi ada
resiko yang tidak disukai.
Konflik Antar Perorangan
Konflik antar perorangan terjadi antara satu individu dengan
individu lain atau lebih. Konflik ini biasanya disebabkan oleh
adanya perbedaan sifat dan perilaku setiap orang dalam
organisasi. Perasaan ini tidak selalu dilakukan secara terbuka
tapi bisa juga secara diam-diam. Apabila berlangsung lebih
lama, bisa menyebabkan ketidak selarasan dalam pengambilan
keputusan.
Konflik Antar Kelompok
Sebuah organisasi terbentuk dari beberapa kelompok kerja yang
terdiri dari banyak unit. Apabila diantara unit-unit disuatu
kelompok mengalami pertentangan dengan unit-unit dari kelompok
lain maka manajer merupakan pihak yang harus bisa menjadi
penghubung antara keduanya. Pertentangan ini apabila
dipertahankan maka koordinasi dan integrasi kegiatan-kegiatan
akan menjadi sulit.
Konflik Antar Keorganisasian
Konflik ini bisa terjadi karena adanya ketidak cocokan suaut
badan terhadap kinerja suatu organisasi.
Pada situasi konflik seperti ini para manajer tingkat menengah
kebawah bisa berperan sebagai penghubung-penghubung dengan
pihak luar yang berhubungan dengan bidangnya. Apabila konflik
ini bisa diselesaikan dengan prioritas keorganisasian atau
perbaikan pada kegiatan organisasi, maka konflik-konflik bisa
dijadikan perbaikan demi kemajuan organisasi.
Referensi :
Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen, Prof. Dr. J. Winardi, SE.
Dita
Tingkatan dalam konflik terdiri atas:
1. Konflik Intra Individu Handoko (1995:349) mengemukakan
konflik dalam diri individu, terjadi bila seorang
individu menghadapi ketidakpastian tentang pekerjaan yang
dia harapkan untuk melaksanakannya, bila berbagai
permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau bila
individu diharapkan untuk melakukan lebih dari
kemampuannya. Konflik ini muncul dalam diri seorang
individu degan pemikirannya sendiri, yaitu individu
mengalami semacam tekanan-tekanan dalam dirinya sendiri
secara emosional.
2.Konflik antar Individu Terjadi antara satu individu
dengan individu lain atau lebih, biasanya disebabkan oleh
adanya perbedaan sifat & perilaku setiap orang dalam
organisasi. Perilaku yang tidak disukai
atau diharapkan dari tindakan seorang individu terhadap
individu lain dapat menyulut terjadinya konflik antar
individu dalam organisasi.
3.Konflik antar Kelompok
Terjadi apabila diantara unit-unit kelompok mengalami
pertentangan dengan unit-unit
dari kelompok lain, pertentangan ini bila berlarut-larut
akan membuat koordinasi & integrasi
kegiatan menjadi terkendala/mengalami kesulitan.
4.Konflik antar Organisasi
Konflik antar organisasi terjadi karena mereka memiliki
saling ketergantungan pada tindakan
suatu organisasi yang menyebabkan dampak negatif terhadap
organisasi lain.misalnya konflik yang terjadi antara
sekolah dengan salah satu organisasi masyarakat.
Sumber: Greenhalgh, Leonard, 1999. “Menangani Konflik”.
Dalam A.Dale Timpe, (Ed.), Memimpin Manusia. Alih bahasa
oleh Sofyan Cikmat. Jakarta: PT.Gramedia.
strategi Penyelesaian Konflik
Menurut Stevenin (2000, pp.134-135), terdapat lima
langkah meraih kedamaian dalam
konflik. Apa pun sumber masalahnya, lima langkah berikut
ini bersifat mendasar dalam
mengatasi kesulitan:
1. Pengenalan
Kesenjangan antara keadaan yang ada atau yang
teridentifikasi dan bagaimana
keadaan yang seharusnya. Satu-satunya yang menjadi
perangkap adalah kesalahan
dalam mendeteksi (tidak mempedulikan masalah atau
menganggap ada masalah
padahal sebenarnya tidak ada).
2. Diagnosis
Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan
telah diuji mengenai siapa, apa,
mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan sempurna.
Pusatkan perhatian pada
masalah utama dan bukan pada hal-hal sepele.
3. Menyepakati suatu solusi
Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang
memungkinkan dari orang-orang
yang terlibat di dalamnya. Saringlah penyelesaian yang
tidak dapat diterapkan atau tidak
praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan cara
yang tidak terlalu baik. Carilah
yang terbaik.
4. Pelaksanaan
Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian.
Namun hati-hati, jangan 11
biarkan pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan
arah pada kelompok
tertentu.
5. Evaluasi
Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian
masalah baru. Jika
penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke
langkah-langkah sebelumnya dan
cobalah lagi.
Sumber: Greenhalgh, Leonard, 1999. “Menangani Konflik”.
Dalam A.Dale Timpe, (Ed.), Memimpin Manusia. Alih bahasa
oleh Sofyan Cikmat. Jakarta: PT.Gramedia.
Shika
Tingkatan dan strategi konflik
A. Tingkatan Konflik
Menurut Prof. Dr. J. Winardi, SE. konflik terbagi
menjadi empat tingkatan sebagai berikut:
- Konflik intra perorangan
Konflik intra perorangan ini muncul dalam diri seorang
individu dengan pemikirannya sendiri. Jadi dia mengalami
semacam tekanan-tekanan dalam dirinya sendiri secara
emosional.
Konflik intra perorangan bisa berbentuk pendekatan-
menghindari. Jadi konflik ini terjadi pada situasi ketika
seseorang harus mengambil suatu keputusan yang sangat
menyenangkan tetapi ada peningkatan resiko yang tidak
disukai.
- Konflik Antar Perorangan
Konflik antar perorangan terjadi antara satu individu
dengan individu lain atau lebih. Konflik ini biasanya
disebabkan oleh adanya perbedaan sifat dan perilaku
setiap orang dalam organisasi. Hal ini biasanya pernah
dialami oleh setiap anggota organisasi baik hanya
dirasakan sendiri maupun ditunjukkan dengan sikap.
- Konflik Antar Kelompok
Tingkat lainnya dalam konflik di organisasi adalah
konflik antar kelompok. Seperti diketahui bahwa sebuah
organisasi terbentuk dari beberapa kelompok kerja yang
terdiri dari banyak unit. Apabila diantara unit-unit
disuatu kelompok mengalami pertentangan dengan unit-unit
dari kelompok lain maka manajer merupakan pihak yang
harus bisa menjadi penghubung antara keduanya. Hubungan
pertentangan ini apabila dipertahankan maka akan menjadi
koordinasi dan integrasi kegiatan-kegiatan menjadi sulit.
- Konflik Antar Keorganisasian
Konflik juga bisa terjadi antara organisasi yang satu
dengan yang lain. Hal ini tidak selalu disebabkan oleh
persaingan dari perusahaan-perusahaan di pasar yang sama.
Konflik ini bisa terjadi karena adanya ketidak cocokan
suatu badan terhadap kinerja suatu organisasi.
Contoh: organisasi PDGI dengan para organisasi advokat
Strategi konflik
1. Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah
yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika
potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang
akan ditimbulkannya.
2. Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur
strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu
tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan
timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka
untuk membuat keputusan.
3. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki
lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding
yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan
nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik
tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk
alasan-alasan keamanan.
4. Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada
waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta
meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat
menguntungkan semua pihak.
5. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat
mempunyai tujuan kerja yang sama.Perlu adanya satu
komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling
mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
Senja
Kenali masalah
Mendiagnosa
Menyepakati suatu solusi
Kumpulkan masukan
Pelaksanaan
Evaluasi
Yudhit
Tingkat konflik
- Konflik intra perorangan
Konflik intra perorangan ini muncul dalam diri seorang
individu dengan pemikirannya sendiri. Jadi dia mengalami
semacam tekanan-tekanan dalam dirinya sendiri secara
emosional.
Konflik intra perorangan bisa berbentuk pendekatan-
menghindari. Jadi konflik ini terjadi pada situasi ketika
seseorang harus mengambil suatu keputusan yang sangat
menyenangkan tetapi ada peningkatan resiko yang tidak
disukai.
- Konflik Antar Perorangan
Konflik antar perorangan terjadi antara satu individu
dengan individu lain atau lebih. Konflik ini biasanya
disebabkan oleh adanya perbedaan sifat dan perilaku
setiap orang dalam organisasi. Hal ini biasanya pernah
dialami oleh setiap anggota organisasi baik hanya
dirasakan sendiri maupun ditunjukkan dengan sikap.
- Konflik Antar Kelompok
Tingkat lainnya dalam konflik di organisasi adalah
konflik antar kelompok. Seperti diketahui bahwa sebuah
organisasi terbentuk dari beberapa kelompok kerja yang
terdiri dari banyak unit. Apabila diantara unit-unit
disuatu kelompok mengalami pertentangan dengan unit-unit
dari kelompok lain maka manajer merupakan pihak yang
harus bisa menjadi penghubung antara keduanya. Hubungan
pertentangan ini apabila dipertahankan maka akan menjadi
koordinasi dan integrasi kegiatan-kegiatan menjadi sulit.
- Konflik Antar Keorganisasian
Konflik juga bisa terjadi antara organisasi yang satu
dengan yang lain. Hal ini tidak selalu disebabkan oleh
persaingan dari perusahaan-perusahaan di pasar yang sama.
Konflik ini bisa terjadi karena adanya ketidak cocokan
suatu badan terhadap kinerja suatu organisasi.
Strategi konflik
KESIMPULAN:
Tingkatan: diri sendiri, perorangan, perkelompok,
perorganisasi
Stragtegi: mengenali, diagnosis, menyepakati,
pelaksanaan, evaluasi
6. Pengaruh kemampuan bersosalisasi dan
beradaptsaiterhadapprestasibelajarmahasiswa?
Mutia
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
a. Kemampuan bersosialisasi
Kemampuan bersosialisasi adalah proses komunikasi dan
proses interaksi yang dilakukan oleh seorang individu
selama hidupnya sejak lahir sampai dengan meningal dunia.
Melalui proses pembelajaran inilah siswa akan mampu
memahami diri dan lingkungan di sekolah, serta sistem
kehidupan di sekolah baik norma, nilai tradisi dan adat
istiadat dalam bergaul di sekolah. Dengan proses
sosialisasi, siswa akan mengetahui bagaimana harus
bertingkah laku di lingkungan sekolah baik dengan guru
maupun dengan siswa lain.
b. Kemampuan Beradaptasi
Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya disebut adaptasi. Apabila seorang siswa
tidak dapat beradaptasi dengan lingkungannya, ia akan
memiliki sikap negatif dan tidak bahagia yang dapat
mempengaruhi kelangsungan pendidikan dan kehidupannya
dapat mempengaruhi kelangsungan pendidikan.
Sumber: http://eprints.uny.ac.id/10257/1/JURNAL
%20SKRIPSI.pdf
Dita
Pengaruh kemampuan beradaptasi dan bersosialisasi
terhadap prestasi belajar?
Penjabaran masing-masing:
a. Kemampuan besosialisasi :proses komunikasi dan proses
interaksi yang dilakukan seorang individu selama
hidupnya sejak lahir hingga meninggal dunia(proses
alamiah MH sebagai makhluk sosial)----Melalui proses
pembelajaran inilah siswa akan mampu memahami diri dan
lingkungan di sekolah, serta sistem kehidupan di sekolah
baik norma, nilai tradisi dan adat istiadat dalam bergaul
di sekolah. Dengan proses sosialisasi, siswa akan
mengetahui bagaimana harus bertingkah laku di lingkungan
sekolah baik dengan guru maupun dengan siswa lain
b. Kemampuan beradaptasi :Kemampuan makhluk hidup untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya
c. Prestasi belajar :merupakan gambaran dari
keberhasilan belajar siswa
Sumber: Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi
Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Kesimpulan:jelas kemampuan sosialisasi dan beradaptasi iini
berpengaruh dalam menunjang prestasi belajar dan kelangsungan
pendidikan sebaimana disebutkan,tanpa adanya kedua kemampuan
ini siswa akan kesulitan dalam memahami dirinya
sendiri,sekolah dan lingkungan belajar(teman).siswa juga akan
merasa kurang bahagia dan bergairah tanpa adanya motivasi dan
dukungan dari teman.
7. sifat kelas yang pembelajarannya kolaboratif ( take and
give )
ingga
1)Mahasiswadibagidalambeberapakelompokberdasarkantopik
yang akandibahas.
2)Setiapkelompokbelajarbersamamembahastopik yang
diberikan.
3) Hasilkelompokdidiskusikandalamkelas yang
didahuluidenganpersiapansetiapkelompokuntukmempresentasik
anhasilkerjakelompoknya.
4)Tanggapandanmasukandarikelompok lain
ditampungsebagaibahanperbaikansetiapkelompok.
5) Dipimpinolehfasilitatoruntukmenjagasuasanadiskusi
6)Fasilitatorberperansebagaipenengahdanmemancingberbagaih
al yang
masihperludimasukkanuntukpenyempurnaanhasilkerjasetiapkel
ompok
7)
Diskusikelompokdiakhiridenganpenarikansimpulanolehfasilitatord
anberbagaiperbaikansetiapkelompok
Kholis
Berbagi informasi
Perbagian kuasa
Perantara
Kelompok siswa heterogen ( memberi pendapat / motivasi )
Mutia
Sifat kelas dengan pembelajaran kolaboratif
Secara umum, kelas kolaboratif mempunyai empat
karakteristik:
(1) berbagi pengetahuan antara pengajar dan pebelajar;
(2) berbagi otoritas antara pengajar dan pebelajar;
(3) pengajar menempatkan diri sebagai mediator; dan
(4) kelas kolaboratif mengarah pada komposisi yang
heterogen (Tinzmann,1990).
Sumber: http://journal.um.ac.id/index.php/teknologi-
kejuruan/article/viewFile/3081/441
Lala
Sifat kelas yang pembelajaran kolaboratif
a) Berbagi informasi antara siswa dan guru
Dalam kelas tradisional, guru adalah sebagai pemberi
informasi yang mutlak di mana aliran informasi bergerak
satu arah saja yaitu dari guru ke siswa dan sedikit
sekali dari siswa kepada siswa yang lain. Guru dianggap
mempunyai pengetahuan tentang isi mata pelajaran,
keahlian, dan pengajaran. Siswa hanya menunggu arahan
yang akan diberi oleh guru.
b) Perbagian kuasa
Dalam kelas kolaboratif, guru berbagi kuasa autoritas
dengan siswa, dalam beberapa keadan tertentu. Kebanyakan
dalam kelas tradisional guru bertanggungjawab menetapkan
arah, memberi dan mengatur kerja, melihat perjalanan
tugas serta menilai apa yang diajarkan.
c) Guru sebagai perantara (mediator)
Peranan guru di kelas sebagai perantara, ia menolong
menghubung informasi baru dengan pengalaman yang ada
serta membantu siswa bila siswa buntu dan bersedia
menunjukkan cara bagaimana hendak belajar.
d) Kelompok siswa yang heterogen
Perkembangan pengalaman siswa adalah penting untuk
memperkaya pembelajaran di kelas. Pada kelas kolaboratif
siswa menunjukkan kebolehan mereka, dibebaskan menyumbang
informasi dan mendengar atau membahas sumbangan informasi
siswa lain.
Dita
Satu sifat kelas kolaboratif ialah siswa tidak diasingkan
dari usaha, tingkat pencapaian, kegemaran dan penilaian.
Berbeda dengan kelas non-kolaboratif, perlombaan yang
bersifat individual akan melemahkan semangat bekerjasama
dan menyekat peluang siswa belajar melalui berinteraksi
secara bermakna dan berkesan. Siswa yang lemah tidak ada
peluang untuk belajar daripada siswa yang pintar atau
sebaliknya. Guru yang mengajar di kelas yang dikelola
secara kolaboratif dapat melihat perkembangan siswa yang
lemah dengan jelas dan terarah.
sumber:Matthews, Roberta S.; Cooper, James L.; Davidson,
Neil; Hawkes, Peter. Building bridges between cooperative
and collaborative learning. [on line]
http://www.teachersrock.net
Yudhit
Salah satu ciri penting dari kelas yang menerapkan model
pembelajaran kolaboratif adalah siswa tidak dikotak-
kotakan berdasarkan kemampuannya, minatnya, ataupun
karakteristik dan mengurangi kesempatan siswa untu
belajar bersama siswa lain. Dengan demikian, semua siswa
dapat belajar dari siswa dan tidak ada siswa yang tidak
mempunyai kesempatan untuk memberikan masukan dan
menghargai masukan yang diberikan orang lain.
Model kolaboratif dapat digambarkan sebagai berikut.
Ketika terjadi kolaboratif, semua siswa aktif. Mereka
saling berkomunikasi secara alami. Dalam sebuah kelompok
yang terdiri atas 4 sampai 6 anak, di sana guru sudah
membuat rancangan agar siswa yang satu dengan yang lain
bisa berkolaborasi. Dalam kelompok yang sudah ditentukan
oleh guru, fasilitas yang ada pun diusahakan anak mampu
berkolaborasi. Misalnya dalam kelompok yang terdiri atas
4 sampai 6 tersebut seorang guru hanya menyiapkan 2
sampai 3 kotak alat mewarna