Date post: | 01-Aug-2019 |
Category: |
Documents |
Upload: | nguyenkiet |
View: | 218 times |
Download: | 0 times |
1
ANALISIS PENGARUH LAYANAN DAN HARGATERHADAP PERILAKU MENCARI VARIASI
(VARIETY SEEKING)(Studi Kasus pada minimarket Toko Tembalang Semarang)
Muhamad Arbi Trisnawan (C2A007085)
Drs. H. Sutopo, M.S.
ABSTRACTThe development of local retail Indonesia more rapidly. However this is not
easy in the competition due to foreign retailers to enter Indonesia. Therefore, thenecessary is strategy to win the competition. This research aims to know the thingsthat affect the variety-seeking behavior in a store / retail. In regression, the variableservice and price as independent variables and variety-seeking behavior as thedependent variable.
This research was conducted by questionnaire method use accidentalsampling techniques (part of a non-probability sampling method) and purposivesampling of 100 respondents who happened to be found as Diponegoro Universitystudent and ever make purchases in store Tembalang (Totem). Analysis of the dataobtained in the form of quantitative and qualitative analysis. Quantitative analysisinvolves the validity and reliability, the classical assumption test, multiple regressionanalysis, test of Goodness of Fit via the F test and t test and analysis of regressioncoefficients (R2). Qualitative analysis is an interpretation of the data obtained in thisstudy and the results of data processing that have been implemented by givingdescriptions and explanations.
The results of this research was obtained from regression, the variable servicehas negative and significant impact, while the price variable has positive andsignificant impact on variety-seeking behavior. Adjusted R2 value of 0.191 onregression showed 19.1% can be explained by the two independent variables and by80.9% explained by other factors outside of the research.
Keywords: Retail, Service, Price, Variety Seeking Behavior
2
1. PENDAHULUAN
Iklim persaingan bisnis di Indonesia belakangan ini semakin ketat, baik itu
dilakukan oleh pebisnis besar maupun pebisnis kecil. Hal itu tidak lain dikarenakan
adanya regulasi pemerintah yang mengakibatkan banyaknya investor maupun
pebisnis asing yang ikut meraup keuntungan di pasar Indonesia. Regulasi pemerintah
tersebut tentunya didorong oleh globalisasi ekonomi yang mendunia, setiap negara di
seluruh dunia terintegrasi menjadi satu kekuatan dan kegiatan ekonomi tanpa
mengenal batas teritorial negara.
Peritel asing inilah yang akhirnya menekan peritel lokal dalam perebutan
pangsa pasar di Indonesia. Basu Swastha dan Irawan (1996) mengatakan bahwa
persaingan yang semakin ketat, dimana semakin banyak produsen yang terlibat dalam
pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, menyebabkan perusahaan harus
menempatkan orientasi pada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama. Hal ini
dilakukan agar konsumen selalu loyal dan tidak ingin berpindah ke ritel yang lain.
Misalnya, peritel asing Carrefour dalam waktu singkat telah berhasil
mengepung potensi pasar ritel di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, dengan
kepemilikan gerai hingga akhir tahun 2008 sebanyak 70 unit.
Ekspansi gerai yang mereka lakukan akan menjangkau pasar potensial di
Indonesia. Termasuk juga gerai ritel asing yang menjangkau pemukiman dan dekat
dengan tempat tinggal masyarakat. Hal ini dilakukan oleh peritel asing semisal
Alfamart dan Indomaret. Mereka melakukan ekspansi besar-besaran untuk bisa
mnenguasai pasar tersebut. Hal inilah yang menjadikan peritel lokal terdesak dengan
adanya persaingan yang semakin ketat. Apalagi dengan adanya perkembangan dunia
teknologi dan informasi yang semakin pesat yang menyebabkan pebisnis ritel lokal
terpaksa mengikuti perkembangan ini dan akan lebih baik jika memanfaatkannya
untuk dijadikan sebagai senjata untuk menghadapi persaingan.
Peningkatan omset yang cukup tinggi tersebut membuat Pasar Modern
semakin menguasai pangsa omset Ritel Modern. Pada 2004, market share omset
3
Pasar Modern adalah 70,5% dari total omset Ritel Modern di Indonesia. Kemudian
pada tahun 2008 telah meningkat menjadi 78,7% dari total omset keseluruhan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, adanya peningkatan ini seharusnya
peritel lokal juga menikmati kenaikan omset ini. Namun sebaliknya, peritel asinglah
yang justru menikmatinya. Dalam hal ini mungkin strategi yang dilakukan oleh
peritel asing yang lebih berjalan lancar untuk menarik minat pembelian dari para
konsumen. Namun tidak menutup kemungkinan, persaingan tersebut juga datang dari
peritel sejenis yang berada dekat dengan ritel tersebut.
Hal inilah yang sekarang dialami oleh peritel lokal yang berlokasi di Jl
Tembalang 2 RT 002/03 Bulusan, Gajah Mungkur, Semarang, Jawa Tengah. Ritel ini
merupakan sebuah toko swalayan yang bernama Mini Market “Toko Tembalang”.
Biasanya warga sekitar minimarket ini terkenal dengan sebutan “Totem” yang
merupakan kependekan dari Toko Tembalang.
Namun, pada awal tahun 2007, Toko Tembalang mulai mengalami penurunan
penjualan yang sangat signifikan. Menurut pengelola toko, penyebabnya adalah
adanya perkembangan ritel lain yang tumbuh di sekitar Toko Tembalang hingga
menjamur di wilayah Tembalang. Pesaing-pesaing tersebut adalah mulai dari toko
kelontong kecil hingga Indomaret dan Alfamart.
Pada bulan Januari tahun 2007 total penjualannya adalah Rp 250.598.985,
namun pada bulan Januari tahun 2008 total penjualannya menurun sebesar 5,23%
menjadi Rp 237.485.355. Pada bulan Januari tahun berikutnya menjadi Rp
170.589.674 atau mengalami penurunan sebesar 28% dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai bagaimana pengaruh dari layanan dan harga
kompetitif yang diberikan serta perilaku pelanggan dalam melakukan pencarian
variasi yang berujung pada perpindahan merek. Penelitian ini mengambil judul
“ANALISIS PENGARUH LAYANAN DAN HARGA TERHADAP PERILAKU
MENCARI VARIASI (VARIETY SEEKING) (Studi Kasus pada minimarket
Toko Tembalang Semarang)”
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Merek
Menurut Keller (dalam Sadat 2009), istilah brand berasal dari kata brandr
yang berarti “to brand”, yaitu aktivitas yang sering dilakukan para peternak sapi
Amerika dengan memberi tanda pada ternak-ternak mereka untuk memudahkan
identifikasi kepemilikan sebelum dijual ke pasar. Sedangkan menurut Afiff (dalam
Sadat 2009), kata merek yang sering kita gunakan sebagai terjemahan kata brand
berasal dari bahasa Belanda yang diadopsi dan digunakan secara luas dalam bahasa
pemasaran kita. Menurut Assosisasi Pemasaran Amerika (dalam Kotler dan Keller,
2007) mendefinisikan brand atau merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau
rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi
barang atau jasa penjual dan untuk mendifferensiasikannya dari barang dan jasa
pesaing.
2.2. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah sebagai perilaku yang diperhatikan konsumen
dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk
dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka (Schiffman dan
Kanuk dalam Sumarwan 2004).
Para pemasar berkewajiban untuk memahami konsumen, mengetahui apa
yang dibutuhkannya, apa seleranya, dan bagaimana ia mengambil keputusan.
Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen akan memungkinkan pemasar
dapat mempengaruhi perilaku mencari variasi sehingga mau membeli apa yang
ditawarkan oleh pemasar. Persaingan yang ketat antarmerek menjadikan konsumen
memiliki posisi yang semakin kuat dalam posisi tawar menawar.
2.3. Perilaku Mencari Variasi (Variety Seeking)
Variety seeking adalah perilaku dari konsumen yang berusaha untuk mencari
keberagaman merek diluar kebiasaannya karena tingkat keterlibatan produk yang
5
rendah (Sulistiyani, 2006). Perilaku ini sering terjadi pada beberapa produk dengan
keterlibatan yang rendah. Tujuan konsumen mencari keberagaman produk adalah
untuk mencapai suatu sikap terhadap sebuah merek yang menyenangkan. Tujuan lain
perilaku variety seeking adalah konsumen hanya dapat berupa sekedar mencoba
sesuatu yang baru atau mencari kebaruan dari sebuah produk (Riyanto, 2010).
Indikator perilaku mencari variasi (variety seeking) yang digunakan dalam
penelitian ini:
1. Rasa bosan terhadap ritel
2. Ketidakpuasan pembelian
3. Rasa penasaran pada ritel lain
4. Pencarian pada ritel lain
5. Kekhawatiran mencoba ritel lain
6. Percobaan pada ritel lain
7. Perbedaan yang dirasakan dengan merek lain
2.4. Layanan
Dalam manajemen pemasaran, layanan masuk dalam manajemen pemasaran
jasa karena tidak dapat diraba, dibawa dan hanya dapat dirasakan oleh seorang
konsumen yang mendapatkannya dari penyedia layanan. Menurut (Lovelock, 1988),
pada umumnya layanan konsumen hanya berpusat pada satu bagian, yang sering
menimbulkan ketidakpuasan konsumen karena untuk mendapatkan pelayanan harus
melalui birokrasi yang berbelit-belit.
Menurut Tjiptono dan Chandra (2006), layanan konsumen meliputi berbagai
aktivitas diseluruh area bisnis yang berusaha mengkombinasikan mulai dari
pemesanan, pemrosesan, hingga pemberian hasil jasa melalui komunikasi untuk
mempererat kerjasama dengan konsumen. Tentu saja tujuannya adalah memperoleh
keuntungan.
Indikator layanan yang digunakan dalam penelitian ini (Parasuraman, dalam
Tjiptono dan Chandra, 2005)
6
:
1. Tangibles atau bukti fisik
2. Reliability atau Keandalan
3. Responsiveness atau ketanggapan
4. Assurance atau jaminan dan Kepastian
5. Empathy
H1: “Semakin tinggi layanan yang diberikan, maka semakin rendah
perilaku mencari variasi”
2.5. Harga (Price)
Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kommbinasi dari produk dan pelayanannya.
Maka harga yang dibayar oleh pembeli itu sudah termasuk pelayanan yang diberikan
oleh penjual. Bahkan penjual juga menginginkan sejumlah keuntungan dari harga
tersebut (Mowen dan Minor, 2002). Menurut Ferdinand (dalam Ardininto, 2009),
harga merupakan suatu variabel penting dalam pemasaran dimana harga dapat
mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu produk
karena berbagai alasan.
Indikator harga (price) yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Harga yang tinggi
2. Kenaikan harga yang tidak wajar. (Sulistiyani, 2006)
3. Perbandingan harga dengan ritel lain sejenis
H2: “Semakin tinggi tingkat harga, maka semakin tinggi perilaku mencari
variasi”
7
3. METODE PENELITIAN
3.1. Pemilihan Populasi, Sampel dan Pengumpulan Data
Penelitian yang dilakukan menggunakan alat bantu berupa kuesioner, yaitu
jawaban-jawaban responden tersebut akan diukur dengan menggunakan skala Likert.
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap
instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata dan untuk keperluan analisis
kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor.
Skala Likert 1-10 dengan keterangan sebagai berikut :
Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas Diponegoro yang
sering melakukan pembelian di minimarket Toko Tembalang. Kemudian dalam
pengambilan sampel, dikarenakan populasi yang diambil berukuran besar dan
jumlahnya tidak diketahui maka digunakan rumus (Widiyanto dalam Wibisono,
2011):
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan Purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik
pengambilan sampel yang pengambilan objeknya sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan dengan menggunakan berbagai cara (Mas’ud, 2004).
8
3.2. Metode Pengumpulan Data
3.2.1 Kuesioner
Pengukuran variabel dilakukan dengan skala Likert yang menggunakan
metode scoring. Kuesioner ini menggunakan sistem tertutup, yaitu bentuk pertanyaan
yang disertai alternatif jawaban dan responden tinggal memilih salah satu dari
alternatif jawaban tersebut. Data yang dikumpulkan meliputi :
1. Identitas responden
Nama, Jenis Kelamin, dan Usia
2. Data mengenai tanggapan responden terhadap variabel-variabel yang
mempengaruhi keputusan pembelian
9
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data
4.1.1 Uji Validitas dan Reliabiltas
4.1.1.1 Uji Validitas
Hasil Pengujian Validitas
Variabel Kode r hitung r tabel KeteranganLayanan (X1) x1.1 0.709 0.1975 Valid
x1.2 0.665 0.1975 Validx1.3 0.611 0.1975 Validx1.4 0.812 0.1975 Validx1.5 0.734 0.1975 Validx1.6 0.789 0.1975 Validx1.7 0.808 0.1975 Validx1.8 0.654 0.1975 Validx1.9 0.723 0.1975 Valid
Harga (X2) x2.1 0.848 0.1975 Validx2.2 0.890 0.1975 Validx2.3 0.821 0.1975 Valid
Perilaku MencariVariasi (Y)
y3.1 0.626 0.1975 Valid
y3.2 0.594 0.1975 Validy3.3 0.742 0.1975 Validy3.4 0.722 0.1975 Validy3.5 0.633 0.1975 Validy3.6 0.709 0.1975 Validy3.7 0.687 0.1975 Valid
Berdasarkan uji validitas yang dilakukan terhadap variabel layanan, harga,
perilaku mencari variasi, dan keputusan perpindahan merek, secara keseluruhan
indikator pada masing-masing variabel diperoleh nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05. Sedangkan nilai koefisien korelasi yang dihasilkan masing-masing indikator
lebih besar dari r tabel. Jika r hitung lebih lebih besar dari r tabel, maka butir atau
10
pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid (Ghozali, 2006). Data di atas
menunjukkan bahwa masing-masing indikator variabel dinyatakan valid.
4.1.1.2 Uji Reliabilitas
Hasil Pengujian Reliabilitas
Variabel Cronbach Alpha InterpretasiLayanan (X1) 0.891 Reliabel
Harga (X2) 0.832 ReliabelPerilaku Mencari
Variasi (Y)0.820 Reliabel
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha variabel independen
yaitu variabel Layanan sebesar 0.891, Harga sebesar 0.832, dan Variabel Dependen
yaitu Perilaku Mencari Variasi memiliki nilai Cronbach Alpha sebesar 0,818. Dari
hasil perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa variabel independen dan
dependen dalam penelitian ini adalah reliabel.
4.1.2 Uji Asumsi Klasik
4.1.2.1 Uji Multikolonearitas
Hasil Pengujian Multikolonieritas
Variabel Tolerance VIF KeteranganLayanan 0.902 1.109 Tidak MultikolonearHarga 0.902 1.109 Tidak Multikolonear
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa model regresi berganda yang memiliki
nilai tolerance > 0,10 serta nilai VIF < 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada multikolonearitas antar variabel bebas dalam model tersebut.
11
4.1.2.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas
Hasil pengujian heteroskedastisitas menunjukkan tidak terdapat pola yang
jelas dari titik-titik tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi tidak
memiliki gejala adanya heteroskedastisitas, yang berarti bahwa tidak ada gangguan
yang berarti dalam model regresi ini.
12
4.1.2.3 Uji Normalitas
Pengujian Normalitas
Grafik normal probability plot di atas menunjukkan bahwa data menyebar di
sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
13
4.1.3 Uji Hipotesis4.1.3.1 Uji t
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 5.521 .510 10.834 .000
Layanan -.159 .079 -.193 -2.023 .046 .902 1.109
Harga .347 .069 .477 5.013 .000 .902 1.109
a. Dependent Variable: Perilaku Mencari Variasi
Variabel Layanan
Ho : b1 ≤0 : Variabel layanan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
perilaku mencari variasi
Ha : b1 > 0 : Variabel layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku
mencari variasi
Nilai thitung pada variabel layanan (X1) adalah sebesar -2.023 dengan tingkat
signifikansi 0.046. Karena nilai thitung sebesar (-) 2.023 > nilai ttabel sebesar 1,9847
dengan tingkat signifikansi sebesar 0.046 < 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Kesimpulan: variabel layanan (X1) secara parsial berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap variabel perilaku mencari variasi (Y). Perlu diingat bahwa
variabel perilaku mencari variasi menjadi variabel dependennya. Jadi dalam hal ini,
hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa “semakin tinggi layanan yang
diberikan, maka semakin rendah perilaku mencari variasi” dapat diterima.
14
Variabel Harga
Ho : b2 ≤0 : Variabel harga tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku
mencari variasi
Hi : b2 > 0 : Variabel harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku
mencari variasi
Nilai thitung pada variabel Harga (X2) adalah sebesar 5.013 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Karena nilai thitung sebesar 5.013 > nilai ttabel sebesar 1,9847
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Kesimpulan: variabel Harga (X2) secara parsial berpengaruh dan signifikan
terhadap variabel perilaku mencari variasi (Y). Perlu diingat bahwa variabel perilaku
mencari variasi dalam model I menjadi variabel dependennya. Jadi dalam hal ini,
hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa “semakin tinggi tingkat harga, maka
semakin tinggi perilaku mencari variasi” dapat diterima.
4.1.3.2 Uji FUji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 27.112 2 13.556 12.677 .000a
Residual 103.728 97 1.069
Total 130.840 99
a. Predictors: (Constant), Harga, Layanan
b. Dependent Variable: Perilaku Mencari VariasiDari hasil uji ANOVA atau uji F pada tabel di atas, diperoleh Fhitung sebesar
12,677 sedangkan Ftabel sebesar 3,94 . Hal ini memiliki arti Fhitung > Ftabel dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena probabilitias signifikansi tersebut kurang
dari 0,05 dan Fhitung > Ftabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel layanan
dan harga secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel perilaku mencari variasi.
15
4.1.4 Analisis Regresi Linier
Hasil Analisis Regresi Linier
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 5.521 .510 10.834 .000
Layanan -.159 .079 -.193 -2.023 .046 .902 1.109
Harga .347 .069 .477 5.013 .000 .902 1.109
a. Dependent Variable: Perilaku Mencari Variasi
Dari hasil tersebut, persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Perilaku Mencari Variasi= -0,193 Layanan+ 0,477 Harga
Persamaan regresi berganda tersebut dijelaskan sebagai berikut :
Variabel Layanan (X1) memiliki koefisien sebesar -0,193. Menunjukkan
bahwa variabel layanan berpengaruh negatif terhadap variabel perilaku
mencari variasi.
Variabel Harga (X2) memiliki koefisien sebesar 0,477. Menunjukkan
bahwa variabel harga berpengaruh positif terhadap variabel perilaku
mencari variasi.
16
4.1.5 Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .455a .207 .191 1.0340996
a. Predictors: (Constant), Harga, Layanan
b. Dependent Variable: Perilaku Mencari Variasi
Tabel diatas menunjukkan tampilan output SPSS model summary dengan
besarnya adjusted R square model 1 adalah 0,191. Kesimpulannya adalah kedua
variabel independen (layanan dan harga) hanya mampu menjelaskan 19,1% variasi
yang terjadi dalam variabel perilaku mencari variasi, sedangkan variasi lainnya
80,9% (100% - 19,1%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam model
regresi ini.
4.2 Pembahasan
Setelah melakukan analisis regresi dan uji statistik t, maka berikut ini adalah
hasil dari tiap-tiap hipotesis:
Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
HIPOTESIS BUNYI HIPOTESIS HASILPENGUJIAN
H1
Semakin tinggi layanan yang diberikan, maka
semakin rendah perilaku mencari variasi Diterima
H2
Semakin tinggi tingkat harga, maka semakin
tinggi perilaku mencari variasi Diterima
17
4.2.1 Hipotesis Pertama (H1)
Pengaruh Layanan terhadap Perilaku Mencari Variasi
Hasil dari pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel layanan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel perilaku
mencari variasi. Hal tersebut didasarkan pada tabel regresi diatas, dapat dilihat bahwa
variabel layanan memiliki koefisien regresi sebesar -0,193 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,046 (lebih kecil dari nilai α = 0,05).
Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis yang diajukan peneliti pada penelitian
ini, semakin tinggi layanan yang diberikan, maka semakin rendah perilaku mencari
variasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan
Dharmmesta yaitu bahwa karakterisktik kategori produk, dalam hal ini termasuk pada
variabel layanan berpengaruh negatif pada perilaku mencari variasi.
Produk dan jasa (layanan) yang berkualitas mempunyai peranan penting untuk
membentuk kepuasan pelanggan (Kotler dan Armstrong, 2001). Jika pengalaman
mereka puas setelah membeli dan mempergunakan suatu produk atau merek, maka ia
akan melakukan pembelian ulang dan tidak akan pindah ke produk atau merek lain
(East, 1997). Pengalaman akan kepuasan tersebut tentunya bukan hanya produk saja,
tetapi juga yang berkaitan dengan jasa (layanan).
4.2.2 Hipotesis Kedua (H2)
Pengaruh Harga terhadap Perilaku Mencari Variasi
Hasil dari pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel perilaku mencari
variasi. Hal tersebut didasarkan pada tabel regresi diatas, dapat dilihat bahwa variabel
layanan memiliki koefisien regresi sebesar 0,477 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,000 (lebih kecil dari nilai α = 0,05).
Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis yang diajukan peneliti pada penelitian
ini, semakin tinggi tingkat harga, maka semakin tinggi perilaku mencari variasi. Hal
ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Westbrook, Robert A. Dan Richard
18
L. Oliver (dalam Kurniawan, 2010) menjelaskan dalam penelitiannya tentang
indikator-indikator yang membentuk kepuasan pelanggan, yaitu; tingkat harga yang
kompetitif, utilitas produk dan pengalaman yang positif.
Oleh karena itu, harga sangat berpengaruh terhadap perilaku seorang
konsumen dalam menentukan keputusan pembelian selanjutnya. Apabila harga yang
ditawarkan cukup kompetitif dibanding dengan toko/ritel lain, maka pelanggan akan
loyal terhadap toko tersebut.
Namun sebaliknya, jika harga yang ditawarkan tidak menimbulkan kepuasan,
maka akan timbul rasa bosan dan akan mengakibatkan pelanggan mencoba
melakukan pembelian di toko lain untuk memenuhi kepuasan pelanggan tersebut.
Seperti yang dikemukakan oleh Swastha (1999) Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa konsumen akan menjadi loyal pada merek-merek berkualitas tinggi jika
produk-produk yang ditawarkan dengan harga yang wajar.
Hal inilah yang seharusnya menjadi bahan pertimbangan bagi toko/ritel dalam
menawarkan harga yang kompetitif agar tidak menimbulkan perilaku mencari variasi
dalam diri pelanggan.
19
5. PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai pengaruh layanan dan
harga terhadap perilaku mencari variasi dan dampaknya pada perpindahan merek
pada minimarket Toko Tembalang (Totem) dengan sampel sebanyak 100 responden,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Persamaan regresi yang diperoleh :
Perilaku Mencari Variasi= -0,193 Layanan+ 0,477 Harga
2. Hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa variabel layanan
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel perilaku mencari
variasi telah terbukti.
3. Hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa variabel harga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel perilaku mencari
variasi telah terbukti.
4. Penelitian ini telah melalui uji validitas, uji reliabilitas dan uji
normalitas. Hasilnya adalah masing-masing indikator valid dan reliable
sehingga layak untuk dilakukan penelitian. Selanjutnya, dalam uji
normalitas menunjukkan bahwa masing-masing model regresi telah
memenuhi asumsi normalitas.
5. Tidak terjadi Multikolinearitas dan Heteroskedastisitas pada Uji Regresi
Linear
6. Penelitian ini telah lolos uji signifikansi simultan (Uji Statistik F).
Pada Hasil Uji F, diperoleh Fhitung sebesar 12,677 sedangkan Ftabel
sebesar 3,94 . Hal ini memiliki arti Fhitung > Ftabel dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,000. Karena probabilitias signifikansi tersebut
kurang dari 0,05 dan Fhitung > Ftabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel layanan dan harga secara bersama-sama (simultan) berpengaruh
20
positif dan signifikan terhadap variabel perilaku mencari variasi. Hal ini
berarti bahwa model regresi I layak digunakan dalam penelitian ini.
7. Nilai determinasi (R2 )
Pada persamaan regresi, besarnya adjusted R square model 1 adalah
0,191. Kesimpulannya adalah kedua variabel independen (layanan dan
harga) hanya mampu menjelaskan 19,1% variasi yang terjadi dalam
variabel perilaku mencari variasi, sedangkan variasi lainnya 80,9%
(100% - 19,1%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam
model regresi penelitian ini.
5.2. Saran
5.2.1 Implikasi Kebijakan
Berdasarkan dari hasil penelitian, variabel layanan, harga, dan perilaku
mencari variasi merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi
keputusan perpindahan merek oleh pelanggan. Dengan adanya keputusan
perpindahan merek yang rendah, diharapkan kesetiaan pelanggan akan lebih
tinggi. Sehingga implikasi manajerial seharusnya lebih memperhatikan pada
variabel-variabel tersebut. Implikasi kebijakan yang perlu dilakukan oleh
minimarket Toko Tembalang adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan harus mampu mempertahankan atau bahkan meningkatkan
pelayanan purna jual yang merupakan kelebihan Honda dibandingkan
pesaing lainnya. Tenaga teknisi yang berpengalaman dalam memberikan
pelayanan servis yang cepat agar konsumen tidak lama menunggu,
pelayanan yang ramah dari karyawan kepada konsumen yang datang dan
tanggapan atas keluhan konsumen terhadap pelayanan maupun servis
terhadap sepeda motor harus lebih ditingkatkan lagi. Semua itu dapat
diwujudkan dengan tenaga teknisi yang mempunyai sertifikat resmi
sebagai teknisi yang telah melalui pendidikan yang baik sehingga lebih
meyakinkan konsumen. Penyambutan yang ramah kepada konsumen
21
yang datang, penyediaan ruang tunggu yang nyaman dengan berbagai
fasilitas yang dibutuhkan ketika konsumen menunggu sepeda motor yang
sedang diservis seperti koran untuk dibaca, menyediakan air minum
kemasan secara cuma-cuma dan pemberian pelayanan yang baik apabila
ada konsumen merasa kurang puas. Potongan harga kepada konsumen
langganan juga dapat memberi nilai lebih. Standar yang baik tersebut
harus diterapkan untuk semua bengkel resmi sepeda motor Honda agar
konsumen tidak merasakan perbedaan bengkel yang satu dengan yang
lain. Dealer dan bengkel resmi Honda juga harus lebih diperbanyak lagi
untuk lebih mendekatkan dengan masyarakat dan memberikan
kemudahan bagi konsumen.
2. Untuk meningkatkan penjualannya Honda harus mampu menciptakan
sepeda motor dengan harga yang lebih terjangkau. Biarpun beberapa
segmen masyarakat tidak mempertimbangkan harga dalam membeli suatu
produk tetapi bagi kebanyakan masyarakat harga menjadi pertimbangan
penting dalam memutuskan membeli. Harga sepeda motor Honda yang
relatif lebih tinggi dari pesaing lainnya harus menjadi pertimbangan untuk
kedepannya. Honda harus mampu menciptakan sepeda motor yang murah
dengan kualitas yang baik.
3. Honda dikenal sebagai motor yang irit bahan bakar di kalangan
masyarakat. Kualitas mesin Honda juga sudah lama teruji. Akan tetapi
salah satu yang masih menjadi kekurangan Honda adalah faktor desain
atau model kendaraan. Masyarakat beranggapan kalau Honda adalah
motor untuk para orang tua sehingga segmen anak muda kurang dapat
diraih oleh Honda. Biarpun belakangan ini Honda telah menciptakan
beberapa tipe sepeda motor yang cukup stylish, akan tetapi Honda harus
lebih menciptakan inovasi-inovasi di semua motor yang diproduksi.
4. Dilihat dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel promosi tidak
berpengaruh signifikan bagi responden dalam menentukan keputusan
22
pembelian. Untuk itu sebaiknya pihak perusahaan harus lebih
menciptakan iklan yang efektif mempengaruhi masyarakat untuk
membeli produknya. Pesan iklan yang jelas dan mudah dimengerti juga
harus lebih dikembangkan. Kemudian untuk mendongkrak penjualan
semua varian sepeda motornya, maka hendaknya Honda mengiklankan
semua varian sepeda motornya dengan berbagai kelebihan yang dimiliki.
5.2.2 Agenda Penelitian Mendatang
Populasi dan sampel yang diambil lebih luas agar hasil yang detail bisa didapatkan
1. Penelitian dilakukan pada ritel lain yang lebih besar
2. Menambahkan variabel selain layanan dan harga. Misal: Strategi Pesaing.
Hal tersebut agar didapatkan nilai adjusted r square-nya lebih besar.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chaula.2007.Pengaruh Ketidakpuasan Konsumen, Karakteristik KategoriProduk, dan Kebutuhan Mencari Variasi Terhadap Keputusan PerpindahanMerek (Survey Produk Susu, Teh, Kopi).Jurnal Arthavidya, Vol. 8, No. 1, h.69-76.
Ardininto, Rizki.2009.”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KeputusanPerpindahan Merek Pada Produk Teh Botol (Studi Kasus Konsumen TehBotol Fruit Tea Yang Telah Berpindah Merek Ke Merek Lain Di KotaSemarang)”.Skripsi.Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Cannon, Joseph P., William D., Perreault E., dan Jerome Mc Carthy.2008.PemasaranDasar-Pendekatan Manajerial Global.Jakarta: Salemba Empat.
East, R.1997.Consumer Behaviour: Advance And Applications In Marketing.London:Prentice Hall.
Ermayanti S., Dwi.2006.Pengaruh Periklanan, Perubahan Harga dan KetidakpuasanKonsumen terhadap Keputusan Perpindahan Merek pada Konsumen ShampoSunsilk di Surabaya.Jurnal Eksekutif, Vol. 3, No. 2, h. 97-104.
Ferdinand, Agusty.2006.Metode Penelitian Manajemen: Metode Penelitian UntukPenulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen.Semarang: BadanPenerbit Universitas Diponegoro.
Junaidi, Shellyana dan Dharmmesta, Basu S.2002.Pengaruh KetidakpuasanKonsumen, Karakteristik Kategori Produk, dan Kebutuhan Mencari Variasiterhadap Keputusan Perpindahan Merek.Jurnal Ekonomi dan BisnisIndonesia, Vol. 17, No. 1, h. 91-104.
Kotler, Philip dan K.L. Keller.2007.Manajemen Pemasaran.Edisi 12.Jakarta: PTIndeks.
Kotler, Philip dan Armstrong.2001.Prinsip-prinsip Pemasaran.Jakarta: Erlangga.
Lovelock, C.1988.Managing Service: Marketing, Opertaions, and HumanResources.London: Prentice halll International.
24
Noviandra K., W. Mahestu.2006.Evaluasi Citra Produk dan Accessibility padaPerilaku Perpindahan Merek Pembelian Produk Pemutih Kulit.Modus, Vol. 18(1), h. 62-72.
Parasuraman, V.A. Zeithaml and L.L. Berry.1985.A Conceptual Model Of ServiceQuality And Its Implications For Future Research.Journal of Marketing,Vol.49, h 41-50.
Pratiwi, Septa.2009.”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Niat Beralih Merekpada Kartu Seluker IM3 ke Kartu Seluler Lain (Studi Kasus Pada MahasiswaFakultas Ekonomi Universitas Diponegoro yang Pernah MenggunakanIM3)”.Skripsi.Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Rahadian, Susalit Sulthan.2006.”Analisis Pengaruh Loyalitas Pelanggan Dan PerilakuMencari Variasi Terhadap Perpindahan Merek (Studi Kasus Pada PelangganKartu Prabayar Mentari Di Kota Semarang)”.Tesis TidakDipublikasikan.Magister Manajemen Universitas Diponegoro.
Rantih, Rena Reno.2010.”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KeputusanPerpindahan Merek Pada Produk Pembalut Wanita (Studi Pada KonsumenPembalut Wanita Merek Laurier Yang Telah Berpindah Ke Merek Lain DiKota Semarang)”.Skripsi.Fakultas Ekonomika Dan Bisnis UniversitasDiponegoro.
Riyanto, Sadono.2010.”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PerpindahanMerek (Brandswitching) Obat Flu (Studi Kasus Di Kelurahan Jomblang,Semarang)”.Skripsi.Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Sadat, Andi M.2009.Brand Belief: Strategi Membangun Merek BerbasisKeyakinan.Jakarta: Salemba Empat.
Setiadi. J. Nugroho.2003.Perilaku Konsumen.Ed.1.Jakarta:Prenada Media Group.
Sugiyono.2004.Metode Penelitian Bisnis.Bandung: Alfabeta.
Sulistiyani, Tina.2006.Analisis Perilaku Brand Switching Produk Air Minum Mineraldi daerah Istimewa Yogyakarta.Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. XVII,No. 3, h. 257-267.
Sumarwan, Ujang.2004.Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya DalamPemasaran.Bogor: Ghalia Indonesia.
25
Swastha, Basu dan Irawan.1996.Manajemen Pemasaran Modern.Yogyakarta:Liberty.
Swastha, Basu.1999.Manajemen Pemasaran Modern.Yogyakarta: Liberty
Tjiptono, Fandy.1997.Strategi Pemasaran.Ed II.Yogyakarta: Andi.
Tjiptono, Fandy dan G. Chandra.2005.Service, Quality and Satisfaction. Yogyakarta:Andi.
__________________________.2006.Service, Quality & Satisfaction. Yogyakarta:Andi.
htttp/:www.mediadata.co.id
htttp/:www.wikipedia.com