ix
ABSTRACT
Law enforcement of Immigration on foreigners related abuse of stay
permit is not in accordance with permits in Bali. Law enforcement of Immigration
in Act Number 6 Of 2011 Concerning Immigration take the idea double track
system. Referred to idea double track system is settled through the act of
administrative immigration (the act of sanctions) and through the courts (criminal
sanctions). So that it should be clearly regulated about the deed whereby worn to
sanctions the act of administrative immigration and deed whereby that subject to
criminal sanctions (projustitia). In this essay researched how the legal
consequences of the abuse of say permit is not in accordance with permits and
then how law enforcement of Immigration on foreigners related abuse of stay
permit is not in accordance on Immigration Office Denpasar.
This essay uses the method empirical research. As for the approach that
was used in this research is the approach of legislation, conceptual approach and
approach sociological. Data sources in this research was an primary data
obtained indirectly and secondary data that which is funded by literature
Conclusion of the research this law is due to law abuse of stay permit is
not in accordance with permits is worn to criminal sanctions based on Article 122
Act Number 6 Of 2011 Concerning Immigration. The second law enforcement
immigration through the action of administrative immigration more done because
attributed to several factors is : the cost is not comparable with the budget,
function PPNS of immigration still weak in investigating the crimes immigration
and judicial process very long, so that the act of administrative is considered to
be more efficient. Therefore efforts to control the amount of abuse by optimize the
existence of Tim PORA and always coordinate with related agencies
Key Words : Law Enforcement, Immigration, Foreigners, Abuse of Stay Permit,
Immigration Office Denpasar
x
ABSTRAK
Penegakan hukum keimigrasian terhadap warga Negara asing terkait
penyalahgunaan terhadap izin tinggal yang tidak sesuai dengan peruntukannya di
wilayah Bali. Penegakan hukum keimigrasian dalam Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2011 tentang Keimigrasian tersebut menggunakan ide double track system.
Ide double track system yang dimaksud disini adalah penyelesaian melalui
tindakan administatif Keimigrasian (sanksi tindakan) dan melalui pengadilan
(sanksi pidana). Sehingga harus diatur secara tegas mengenai perbuatan mana
yang dikenakan sanksi Tindakan Administratif Keimigrasian dan perbuatan mana
yang dikenakan sanksi pidana (projustitia). Dalam skripsi ini meneliti mengenai:
Bagaimana akibat hukum penyalahgunaan izin tinggal yang tidak sesuai dengan
peruntukannya, serta Bagaimana penegakan hukum keimigrasian terhadap warga
Negara asing terkait penyalahgunaan izin tinggal yang tidak sesuai dengan
peruntukannya pada Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar.
Skripsi ini menggunakan metode penelitian empiris. Adapun pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan,
pendekatan konseptual dan pendekatan sosiologis. Sumber data dalam penelitian
ini adalah Data primer yang diperoleh langsung dari lapangan dan data sekunder
yaitu yang bersumber dari kepustakkaan.
Adapun yang dapat disimpulkan dalam penelitian hukum ini, adalah (1)
Akibat hukum penyalahgunaan izin tinggal yang tidak sesuai dengan
peruntukannya adalah dilakukan tindakan pidana, berdasarkan Pasal 122 Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Kemudian, (2) Penegakan
hukum keimigrasian melalui Tindakan Administratif Keimigrasian lebih banyak
karena disebabkan beberapa faktor antara lain : biaya yang tidak sebanding
dengan anggaran, masih lemahnya fungsi PPNS Keimigrasian dalam melakukan
penyidikan Tindak Pidana Keimigrasian dan lamanya proses peradilan, sehingga
Tindakan Administratif dipandang lebih efisien. Maka dari itu upaya untuk
menekan angka penyalahgunaan dengan cara mengoptimalkan keberadaan
TIMPORA serta selalu berkordinasi dengan instansi terkait.
Kata Kunci : Penegakan Hukum, Keimigrasian, Warga Negara Asing,
Penyalahgunaan Izin Tinggal, Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM .................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI .............................. iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ............................................ viii
ABSTRACT .............................................................................................. ix
ABSTRAK ................................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 5
1.3 Ruang Lingkup Masalah ................................................... 6
1.4 Orisinalitas Penelitian ...................................................... 6
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................. 8
1.5.1 Tujuan Umum .............................................................. 8
1.5.2 Tujuan Khusus ............................................................. 8
1.6 Manfaat Penelitian ........................................................... 9
1.6.1 Manfaat Teoritis .......................................................... 9
1.6.2 Manfaat Praktis ............................................................ 9
1.7 Landasan Teoritis ............................................................. 9
1.7.1 Teori Negara Hukum ..................................................... 10
xii
1.7.2 Teori Penegakan Hukum .............................................. 14
1.7.3 Konsep Izin .................................................................. 15
1.8 Metode Penelitian ............................................................. 21
1.8.1 Jenis Penelitian ............................................................ 21
1.8.2 Jenis Pendekatan .......................................................... 21
1.8.3 Sifat Penelitian ............................................................ 22
1.8.4 Data dan Sumber Data ................................................. 23
1. Data Primer ................................................................. . 23
2. Data Sekunder ............................................................. 23
1.8.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................... 24
1.8.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ......................... 25
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI WARGA NEGARA ASING,
KEIMIGRASIAN, IZIN TINGGAL DAN PENEGAKAN HUKUM
KEIMIGRASIAN
2.1 Warga Negara Asing.. ....................................................... . 26
2.2 Keimigrasian ...................................................................... 28
2.2.1 Ruang Lingkup Fungsi Keimigrasian ............................. 29
2.2.2 Pengawasan Keimigrasian……………………………… 34
2.3 Izin Tinggal Keimigrasian ............................................... . 37
2.3.1 Visa……………………………………………………. 45
2.4 Pengertian Penegakan Hukum ........................................ 49
2.4.1 Bentuk Penegakan Hukum Keimigrasian…………....... 54
xiii
BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN
TINGGAL YANG TIDAK SESUAI DENGAN
PERUNTUKANNYA
3.1 Gambar Umum dan Struktur Organisasi
Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar……………………. ... .. 61
3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi terjadinya
Penyalahgunaan Izin Tinggal yang tidak sesuai
dengan Peruntukannya di Wilayah Kantor
Imigrasi Kelas I Denpasar …………………….. .............. .. 63
3.3 Akibat Hukum terhadap Penyalahgunaan Izin Tinggal yang
Tidak sesuai dengan peruntukannya …………………....... 65
BAB IV PENEGAKAN HUKUM KEIMIGRASIAN TERHADAP WARGA
NEGARA ASING TERKAIT PENYALAHGUNAAN IZIN
TINGGAL YANG TIDAK SESUAI DENGAN
PERUNTUKANNYA PADA KANTOR IMIGRASI KELAS I
DENPASAR
4.1 Upaya yang dilakukan Jajaran Kantor Imigrasi Kelas
I Denpasar dalam rangka menekan angka Penyalahgunaan
Izin Tinggal Keimigrasian oleh Warga
Negara Asing ………………………………………….. .. .. 67
4.2 Penegakan Hukum Keimigrasian terhadap Warga Negara
Asing terkait Penyalahgunaan Izin Tinggal yang tidak
sesuai dengan Peruntukannya pada Kantor
xiv
Imigrasi Kelas I Denpasar …………………………….. .. 70
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................... 79
5.2 Saran ................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 82
DAFTAR INFORMAN ............................................................................. 85
RINGKASAN SKRIPSI
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia adalah negara berdasarkan hukum. Dalam UUD 1945
telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Republik Indonesia berdasarkan atas
hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtsstaat). Hukum
menetapkan apa yang harus dilakukan atau apa yang boleh serta yang dilarang.
Sasaran hukum yang hendak dituju bukan saja orang-orang yang nyata-nyata
berbuat melawan hukum melainkan perbuatan hukum yang mungkin akan terjadi
dan kepada alat pelengkap negara untuk bertindak menurut hukum. Sistem
bekerjanya hukum yang demikian itu merupakan salah satu bentuk penegakan
hukum. Penegakan hukum pada hakikatnya merupakan penegakan ide-ide atau
konsep-konsep serta usaha untuk mewujudkan ide-ide dari harapan masyarakat
untuk menjadi kenyataan.
Penegakan hukum diartikan sebagai suatu proses dilakukannya upaya
tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman
berperilaku. Penegakan hukum ini merupakan upaya aparatur penegak hukum
untuk menjamin dan memastikan tegaknya hukum baik terhadap Warga Negara
Indonesia maupun Warga Negara Asing. Mengingat letak wilayah Indonesia
yang sangat strategis dalam kehidupan internasional, yang disebabkan oleh
persimpangan lalu lintas internasional baik itu di darat, laut maupun udara.
Pengaturan terhadap lalu lintas antar negara yang menyangkut orang di suatu
wilayah negara, adalah berkaitan dengan aspek Keimigrasian yang berlaku
2
disuatu negara yang bersifat universal maupun kekhususan masing-masing
negara sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan negara.1 Selain itu, pengaruh
letak geografis Indonesia lainnya menyentuh soal budaya dan banyaknya tempat-
tempat bersejarah yang menarik perhatian wisatawan dari mancanegara untuk
datang ke Indonesia. Kekayaan kultur di Indonesia tidak lepas dari kebudayaan
negara yang terletak di sekitarnya. Kebudayaan ini lambat laun memasuki proses
asimilasi dan sebagai hasilnya Indonesia memiliki kebudayaan lain yang
beragam dan khas. Hal inilah yang menjadikan daya tarik bagi Warga Negara
Asing untuk berkunjung bahkan menetap di Indonesia. Pergantian zaman yang
sangat pesat dan cepat membuat segala sesuatu berubah menjadi semakin
canggih dan cepat.
Izin yang diberikan terhadap Warga Negara Asing untuk berada di wilayah
Indonesia disebut dengan Izin Tinggal. Izin tinggal diberikan terhadap Warga
Negara Asing sesuai visa yang mereka miliki. Izin tinggal bagi Warga Negara
Asing di wilayah Indonesia dibatasi oleh jangka waktu tertentu. Izin tinggal yang
diperoleh oleh Warga Negara Asing tersebut digunakan untuk melakukan
kegiatan di Indonesia. Izin tinggal itu diberikan untuk melaksanakan komitmen
internasional di bidang Keimigrasian, baik untuk wisata, Tenaga Kerja Asing
(TKA), investor, dan kerja sama di bidang pendidikan serta perkembangan
globalisasi. Hal ini dilakukan dimana masing-masing negara di dunia
memberikan kemudahan-kemudahan maupun berdasarkan asas resiprositas.2
1 Wahyudi Ukun,2004, Deportasi sebagai Instrumen Penegakan Hukum dan Kedaulatan
Negara Di Bidang Keimigrasian, PT. Adi Kencana Aji, Jakarta, h. 31. 2 Sihar Sihombing, 2009,Hukum Imigrasi, Nuansa Mulia, Bandung, h. 60
3
Hukum Keimigrasian merupakan bagian darii sistem hukum yang berlaku di
Indonesia, Bahkan merupakan subsistem dari Hukum Administrasi Negara.3
Dengan adanya kemajuan teknologi membuat kerjasama antar bangsa
dalam bidang ekonomi, politik, sosial maupun budaya semakin meningkat,
sehingga dalam era globalisasi ini memudahkan orang-orang berpindah tempat
dari suatu negara ke negara lainnya dalam rangka melakukan aktifitas atau untuk
mencapai tujuannya, antara lain yaitu, tugas diplomatik, wisata, usaha maupun
kunjungan sosial budaya. Perkembangan teknologi dalam bidang pembangunan
menyebabkan peningkatan pergerakan manusia yang tidak hanya dalam lingkup
domestik tetapi juga internasional.4 Akibat adanya hal tersebut, membuat
semakin meningkatnya resiko pelanggaran Keimigrasian yang dilakukan oleh
Warga Negara Asing yang mencari cara untuk dapat melintasi batas imigrasi.
Menindaklanjuti pelanggaran keimigrasian yang dilakukan oleh WNA yang
berwisata ke Indonesia maka penegakan hukum perlu dilaksanakan khususnya
penegakan hukum dalam bidang Keimigrasian. Selain merupakan destinasi
wisata bagi Warga Negara Asing, Bali merupakan ladang penghasilan bagi orang
asing. Orang asing yang datang dan tercatat sebagai wisatawan, tetapi
kenyataannya banyak bekerja di bidang pariwisata maupun usaha industri kecil
dan kerajinan.5 Dengan demikian selain dampak positif yang ditimbulkan oleh
banyaknya kunjungan Warga Negara Asing ke Bali yang dapat mempengaruhi
3 M.Iman Santoso, 2007, Perspektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi dan
Ketahanan Nasional, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta, h.1. 4 Ibid. 5 http://news.okezone.com/read/2014/04/13/340/969534/tenaga-kerja-asing-ilegal-
berkedok-wisatawan-merajalela-di-bali, diakses tanggal 18 September 2016
4
penghasilan daerah dan berputarnya siklus ekonomi, namun demikian dampak
negatif yang ditimbulkan juga sangat perlu untuk menjadi perhatian. Khususnya
pihak Imigrasi dalam hal ini Direktorat Jenderal Imigrasi telah menempatkan 3
(tiga) Kantor Imigrasi yang tersebar di wilayah Bali guna melaksanakan tugas
dan fungsi baik dalam hal memberikan pelayanan Keimigrasian dan juga
pengawasan serta penegakan hukum Keimigrasian terhadap Warga Negara
Indonesia ataupun Warga Negara Asing yang datang dan/atau tinggal di wilayah
Bali. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor:
M.03.PR.07.04 Tahun 1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi
serta berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor : M.05.PR.07.04 Tahun 2002, pembagian wilayah
kerja Kantor Imigrasi diwilayah Bali adalah sebagai berikut :
1. Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai yang memiliki wilayah
kerja Kecamatan Kuta, Kecamatan Kuta Utara dan Kecamatan Kuta
Selatan;
2. Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar yang memiliki wilayah kerja
Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Gianyar,
Kabupaten Klungkung, Kabupaten Bangli dan Kota Denpasar;
3. Kantor Imigrasi Kelas II Singaraja yang memiliki wilayah kerja
Kabupaten Jembrana, Kabupaten Buleleng, dan Kabupaten
Karangasem.
Peraturan mengenai Keimigrasian khususnya terkait izin tinggal Warga
Negara Asing di Indonesia telah diakomodir dalam Undang-Undang Nomor 6
5
Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Namun demikian penegakan hukum
terkait pelanggaran dan/atau penyalahgunaan terhadap izin tinggal, di dalam
Undang-Undang tersebut menggunakan ide double track system. Ide double track
system yang dimaksud disini adalah penyelesaian melalui tindakan administatif
Keimigrasian (sanksi tindakan) dan melalui pengadilan (sanksi pidana).6
Sehingga penegakan hukum dengan ide double track system ini juga seharusnya
membagi kriteria antara perbuatan mana yang bisa dikenakan sanksi tindakan
administratif Keimigrasian dan perbuatan mana yang bisa dikenakan sanksi
pidana (projusticia). Berdasarkan pemikiran yang telah diuraikan diatas dan
mengingat luas serta kompleksnya wilayah kerja Kantor Imigrasi Kelas I
Denpasar yang meliputi 6 (enam) Kabupaten/Kota di wilayah Bali maka perlu
dilakukan penelitian terkait penegakan hukum Keimigrasian dalam usulan
penelitian berjudul : “PENEGAKAN HUKUM KEIMIGRASIAN
TERHADAP WARGA NEGARA ASING TERKAIT
PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL YANG TIDAK SESUAI DENGAN
PERUNTUKANNYA DI WILAYAH BALI’’
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan urutan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana akibat hukum penyalahgunaan izin tinggal yang tidak
sesuai dengan peruntukannya ?
6 M.Sholehuddin, 2013, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana Ide Dasar Double Track
System dan Implementasinya, PT. RajaGrafindo Persada, h. 17
6
2. Bagaimana penegakan hukum Keimigrasian terhadap Warga Negara
Asing terkait penyalahgunaan izin tinggal yang tidak sesuai dengan
peruntukannya pada Kantor Imigrasi kelas I Denpasar ?
1.3. Ruang Lingkup Masalah
Untuk mencegah adanya pembahasan yang terlalu luas dan menyimpang
dari pokok permasalahan maka sangatlah diperlukan adanya pembatasan-
pembatasan dalam usulan penelitian ini. Di dalam usulan penelitian ini yang
menjadi ruang lingkup permasalahannya adalah akibat hukum terhadap
penyalahgunaan izin tinggal dan penegakan hukum Keimigrasian terhadap
Warga Negara Asing terkait penyalahgunaan izin tinggal yang tidak sesuai
peruntukannya pada Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar.
1.4. Orisinalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan hasil buah karya asli dan original, merupakan
suatu buah pemikiran yang dikembangakan sendiri. Sebagai perbandingan dapat
ditemukan beberapa buah karya tulis sejenis yang juga mengangkat tentang
penegakan hukum Keimigrasian terhadap Warga Negara Asing terkait
penyalahgunaan izin tinggal. Adapun substansi dari penelitian terhadap karya tulis
terdahulu sebagaimana dalam tabel berikut :
Tabel 1.1
Daftar Penelitian Sejenis
NO JUDUL NAMA PENULIS
RUMUSAN
MASALAH
1. Penegakan Hukum
Pidana Terhadap
Yoyok Adi
Syahputra, Fakultas
1) Apa saja faktor-faktor
penyebab terjadinya
7
Penyalahgunaan Izin
Keimigrasian
Menurut Undang-
Undang RI Nomor 9
Tahun 1992 tentang
Keimigrasian (Studi
Kasus Pengadilan
Negeri Medan)
Hukum Universitas
Sumatera Utara,
Medan, 2007
tindak pidana
penyalahgunaan izin
Keimigrasian.
2) Bagaimana aparatur
penegak hukum dalam
penegakan hukum
pidana terhadap
penyalahgunaan izin
Keimigrasian
2. Penegakan Hukum
Terhadap Warga
Negara Asing (WNA)
yang Melanggar Izin
Tinggal di Indonesia
Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 6
Tahun 2011 (Studi
Kasus di Kota
Semarang)
Desi Setiawati,
Fakultas Hukum
Universitas
Negeri,Semarang,
2015.
1) Bagaimana penegakan
hukum terhadap Orang
Asing yang masa
berlaku izin tinggalnya
telah habis (overstay)
di Kantor Imigrasi
Kelas I Semarang.
2) Faktor apa saja yang
mempengaruhi
penegakan hukum
terhadap Orang Asing
yang masa berlaku izin
tinggalnya telah habis
(overstay)
8
Dari kedua skripsi diatas dapat ditemukan perbedaannya dengan materi
penelitian ini yaitu untuk mengetahui akibat hukum penyalahgunaan izin tinggal
yang tidak sesuai dengan peruntukannya dan penegakan hukum Keimigrasian
terhadap Warga Negara Asing terkait penyalahgunaan izin tinggal yang tidak
sesuai dengan peruntukannya pada Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar, sedangkan
penelitian yang dilakukan pada kedua skripsi diatas adalah mengenai faktor
penyebab terjadinya penyalahgunaan izin Keimigrasian dan penegakan hukum
pidana terhadap penyalahgunaan izin Keimigrasian menurut Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian serta penegakan hukum terhadap
orang asing yang masa berlaku izin tinggalnya telah habis (overstay) dan faktor-
faktor yang mempengaruhi penegakan hukum tersebut.
1.5. Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
penegakan hukum Keimigrasian terhadap Warga Negara Asing terkait
penyalahgunaan izin tinggal yang tidak sesuai dengan peruntukannya
di wilayah Bali.
1.5.2 Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui akibat hukum penyalahgunaan izin tinggal yang
tidak sesuai dengan peruntukannya.
9
2) Untuk mengetahui penegakan hukum Keimigrasian Warga Negara
Asing terkait penyalahgunaan izin tinggal yang tidak sesuai dengan
peruntukannya.
1.6. Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dilakukan untuk pengembangan hukum
khususnya hukum pemerintahan,khususnya untuk mengetahui bagaimana akibat
hukum terhadap penyalahgunaan izin tinggal serta bagaimana penegakan hukum
Keimigrasian terhadap penyalahgunaan izin tinggal pada Kantor Imigrasi Kelas I
Denpasar.
1.6.2 Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini ditulis untuk mendapatkan ide-ide atau
tindakan guna membangun lingkungan yang tertib sesuai dengan peraturan yang
ada, serta memberikan rekomendasi kepada Instansi/Imigrasi dalam rangka
penegakan hukum tehadap penyalahgunaan izin tinggal terhadap Warga Negara
Asing yang tidak sesuai dengan peruntukannya.
1.7. Landasan Teoritis
Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian hukum merupakan
sebuah pijakan dasar yang kuat dan membedah masalah hukum yang terkait.
Adapun landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berupa Teori
Negara Hukum , Teori Penegakan Hukum dan Konsep Izin.
10
1.7.1. Teori Negara Hukum
Istilah rechtsstaat yang diterjemahkan sebagai negara hukum menurut
Philipus M. Hadjon mulai popular di Eropa sejak abab ke-19, meski pemikiran
tentang hal ini telah lama ada7. Cita Negara huku utnuk pertama kalinya di
kemukakan oleh Plato dan kemudian pemikiran tersebut dipertegas oleh
Arisoteles8. Menurut Arisoteles , yang memerintah dalam suatu Negara bukanlah
manusia., melainkan pikiran yang adil dan kesusilaanlah yang menetukan baik
atau buruknya suatu hukum. Menurut Arisoteles, suatu Negara yang baik ialah
Negara yang diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum. Ia
menyatakan9:
“Constitutional rule in a state is closely connected, also with the
requestion whether is better to be rulled by the best men or the best
law,since a goverrment in accordinace with law,accordingly the
supremacy of law is accepted by Arisoteles as mark of good state and not
merely an unfortunate neceesity’’( Artinya : Aturan konstutitusional dalam
suatu Negara bekaitan secara erat,juga dengan mempertanyakan kembali
apakah lebih baik diatur oleh manusia yang terbaik sekalipun atau hukum
yang terbaik, selama pemerintahan menurut hukum. Oleh sebab itu,
supermasi hukum diterima oleh Arisoteles sebagai pertanda Negara yang
baik dan bukun semata-mata sebagai keperluan yang tidak layak).
7Philipus.M.Hadjon,1996, Kedaulatan Rakyat,Negara Hukum dan Hak-hak Asasi
Manusia,Media Pratama, Jakarta,h.72. 8NI’matul Huda,2005, Negara Hukum,Demokrasi dan Judicial Riview,UII Press,
Yogyakarta,h.5. 9George Sabine, 1995, A History of Political Theory,George G.Harrap &
CO.Ltd.,London,h.95.
11
Konsep Negara hukum rechtsstaat di Eropa Kontinental sejak semula
disadarkan pada filsafat liberal yang individualistik. Ciri individualistik itu sangat
menonjol dalam pemikiran Negara hukum menurut konsep Eropa Kontinental itu.
Konsep rechtsstaat menurut Philus M.Hardjon lahir dari suatu perjuangan
menentang absolutisme, sehingga sifatnya revolusioner.10
Adapun ciri-ciri rechtsstaat adalah sebagai berikut 11:
a) Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat
ketentuan tertulis tentang hubungan antara penguasa dan rakyat.
b) Adanya pembagian kekuasaan.
c) Diakui dan dilindunginya hak-hak kebebasan rakyat.
Lain halnya dengan AV Dicey dari kalangan hukum Anglo Saxon memberikan
pengertian the rule of law sebagai berikut”
a) Supremasi hukum,dalam arti tidak boleh ada kewenangan-
kewenangan, sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika
melanggar.
b) Kedudukan yang sama di depan hukum baik rakyat ataupun pejabat.
c) Terjaminya hak-hak manusia oleh Undang-Undang dan keputusan-
keputusan pengadilan.12
10Philipus M.Hadjon I, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia,Bima ilmu,
Surabaya,h.72 11 NI’matul Huda,op.cit,h.9. 12Anwar C.S.H,2011, Teori dan Hukum Konstitusi, Intrans Publishing,h.47-48.
12
Selanjutnya “Internasional Commision of Jurists” pada konfrensinya di
Bangkok pada tahun 1965 menekankan bahwa disamping hak-hak politik rakyat
harus diakui pula adanya hak-hak social da ekonomi sehingga perlu dibentuk
standar-standar dasar ekonomi. Komisi ini dalam konfrensi tersebut juga
merumuskan syarat-syarat(ciri-ciri) pemerintahan demokratis dibawah rule of law
(yang dinamis, baru ) sabagai berikut :
a) Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak
individu, konstituds haruslah pula menentukan cara procedural untuk
memperoleh hak-hak yang dijamin.
b) Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
c) Pemilihan umum yang bebas.
d) Kebebasan menyatakan pendapat.
e) Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi.
f) Pendidikan kewarganegaraan.13
Dari ciri-ciri negara hukum (material) tersebut, menurut Anwar C.
memperlihatkan adanya perluasan makna Negara hukum formil dan pengakuan
peran pemerintah yang lebih luas sehingga dapat menjadi rujukan berbagai
konsepsi Negara Hukum.14 Dalam hal ini dapat dirumuskan kembali adanya tiga
belas prinsip pokok Negara Hukum (Rehctsstaat) yang berlaku pada zaman
sekarang. Ketiga-belas prinsip pokok tersebut merupakan pilar-pilar utama yang
menyangga berdiri tegaknya atau Negara modern sehingga dapat disebut sebagai
13Ibid 14Ibid,h.48-49
13
Negara Hukum (The Rule of Law, ataupun Rechtsstaat) dalam arti yang
sebenarnya, yaitu :15
1) Supremasi hukum (Supremacy of Law);
2) Persamaan dalam hukum (Equality before the Law);
3) Asas Legalitas (Due Process of Law);
4) Pembatasan Kekuasaan;
5) Organ-Organ Campuran yang bersifat Independen;
6) Peradilan bebas dan tifak memihak;
7) Peradilan Tata Usaha Negara;
8) Peradilan Tata Negara (Constitutional Court);
9) Perlindungan Hak Asasi Manusia;
10) Bersifat Demokratis (Democratishe Rechtsstaat);
11) Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan bernegara (Walfare
Rechtsstaat);
12) Transparansi dan Kontrol Sosial;
Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa Berdasarkan atas uraian diatas dapat
disimpulkan, bahwa ciri-ciri dari suatu Negara hukum adalah, adanya pengakuan
dan perlindungan atas hak-hak asasi manusia, peradilan yang bebas dari pengaruh
sesuatu kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak memihak, dan legalitas dalam arti
hukum dalam segala bentuknya.
15Jimly Asshiddiqie, “Gagasan Negara Hukum Indonesia. URL:http://www.jimly.com.
Diakses tanggal 18 september 2016.
14
1.7.2. Teori Penegakan Hukum
Secara umum penegakan hukum dapat diartikan sebagai tindakan
menerapkan perangkat sarana hukum tertentu untuk melaksanakan sanksi guna
menjamin penataan terhadap ketentuan yang ditetapkan tersebut,sedangkan
menurut Satjipto Rahardjo16, penegakan hukum adalah suatu proses untuk
mewujudkan keinginan-keinginan hukum (yaitu pikiran-pikiran badan undang-
undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum) menjadi kenyataan.
Secara konsepsional ,inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaedah-kaedah yang
baik yang terwujud dalam serangkaian nilai untuk menciptakan , memelihara dan
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Lebih lanjut dikatakannya
keberhasilan penegakan hukum mungkin dipengaruhi oleh beberapa factor yang
mempunyai arti yang netral, sehingga dampak negative atau positifnya terletak
pada isi factor-faktor tersebut. Faktor-faktor ini mempunyai yang saling berkaitan
dengan eratnya, merupakan esensial serta tolak ukur dan efektivitas penegakan
hukum.
Faktor-faktor tersebut adalah :17
a) Hukum (undang-undang)
b) Penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum.
c) Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
16Satjipto Raharjo, 1983, Masalah Penegakan Hukum,Sinar Biru, Bandung,h.24. 17Soerjono Soekanto,1983, Faktor-Faktor yang Mempengaruh Penegakan Hukum,Raja
Grafindo Persada, Jakarta,h.5.
15
d) Masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan.
e) Kebudayaan, yakni sebagai hasil karya dan rasa yang didasarkan pada
karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
Dari kelima faktor diatas saling berkaitan dengan erat, oleh karena itu
merupakan esensial dari penegakan hukum dan juga merupakan tolak ukur
daripada penegakan hukum.
Dalam penulisan ini, yang menjadi substansi adalah Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Penegakan
hukum terhadap penyalahgunaan izin tinggal yang tidak sesuai dengan
peruntuknya ini masih sering terjadi karena kurangnya SDM (Sumber Daya
Manusia) dan PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil ), Begitu juga peran
masyarakat untuk mendukung tercapainya tujuan penegakan hukum bagi Warga
Negara Asing yang melakukan penyalahgunan izin tinggal yang tidak sesuai
dengan peruntukannya.
1.7.3. Konsep Izin.
1) Pengertian Perizinan.
Menurut Sjachran Basah , izin adalah perbuatan hukum administrasi
negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret
berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan.18
18 Sjachran Basah, 1995, Pencabutan Izin Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi,
Makalah pada Penataran Hukum Administrasi dan Lingkungan di Fakultas Hukum Unair,
Surabaya, h.1-2
16
Perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku
usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha. Izin
ialah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum
administrasi, untuk mengemudikan tingkah laku para warga19. Selain itu izin juga
dapat diartikan sebagai dispensasi atau pelepasan/pembebasan dari suatu larangan.
Terdapat juga pengertian izin dalam arti sempit maupun luas :20
a) Izin dalam arti luas yaitu semua yang menimbulkan akibat kurang
lebih sama, yakni bahwa dalam bentuk tertentu diberi perkenaan
untuk melakukan sesuatu yang mesti dilarang.
b) Izin dalam arti sempit yaitu suatu tindakan dilarang, terkecuali
diperkenankan, dengan tujuan agar ketentuan-ketentuan yang
disangkutkan dengan perkenaan dapat dengan teliti diberikan batas-
batas tertentu bagi tiap kasus.
Terdapat istilah lain yang memiliki kesejajaran dengan izin yaitu:21
a) Dispensasi ialah keputusan administrasi Negara yang membebaskan
suatu perbuatan dari kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan
tersebut. Sehingga suatu peraturan undang-undang menjadi tidak
berlaku bagi sesuatu yang istimewa (relaxation legis).
b) Lisensi adalah suatu suatu izin yang meberikan hak untuk
menyelenggarakan suatu perusahaan. Lisensi digunakan untuk
19 Philipus M. Hadjon,1993, Pengantar Hukum Perizinan, Surabaya: Yuridika,h.2. 20 Ibid,h.2-3 21 Ridwan HR,2006, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,h.
196-197
17
menyatakan suatu izin yang meperkenankan seseorang untuk
menjalankan suatu perusahaan denngan izin khusus atau istimewa.
c) Konsesi merupakan suatu izin berhubungan dengan pekerjaan yang
besar di mana kepentingan umum terlibat erat sekali sehingga
sebenarnya pekerjaan itu menjadi tugas pemerintah, tetapi
pemerintah diberikan hak penyelenggaraannya kepada konsesionaris
(pemegang izin) yang bukan pejabat pemerintah. Bentuknya bisa
berupa kontraktual atau kombinasi antara lisensi dengan pemberian
status tertentu dengan hak dan kewajiban serta syarat-syarat tertetu.
2) Perizinan dapat berbentuk tertulis maupun tidak tertulis, dimana di
dalamnya harus termuat unsur-unsur antara lain:22
a) Instrumen yuridis Izin merupakan instrument yuridis dalam bentuk
ketetapan yang bersifat konstitutif dan yang digunakan oleh
pemerintah untuk menghadapi atau mentapkan peristiwa
konkret,sebagai ketetapan izin itu dibuat dengan ketentuan dan
persyaratan yang berlaku pada ketetapan pada umumnya.
b) Peraturan perundang-undangan pembuatan dan penerbitan
ketetapan izin merupakan tindakan hukum permerintahan,sebagai
tindakan hukum maka harus ada wewenang yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan atau harus berdasarkan pada asas
legalitas, tanpa dasar wewenang, tindakan hukum itu menjadi tidak
sah,oleh karena itu dalam hal membuat dan menerbitkan izin
22 Adrian Sutedi,2011, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar
Grafika,Jakarta, h.201-202
18
haruslah didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku, karena tanpa adanya dasar
wewenang tersebut ketetapan izin tersebut menjadi tidak sah.
c) Organ pemerintah adalah organ yang menjalankan urusan
pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.Menurut
Sjahran Basah,dari badan tertinggi sampai dengan badan terendah
berwenang memberikan izin.
d) Peristiwa konkret izin merupakan instrument yuridis yang
berbentuk ketetapan yang digunakan oleh pemerintah dalam
menghadapi peristiwa kongkret dan individual, peristiwa kongkret
artinya peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, orang tertentu
,tempat tertentu dan fakta hukum tertentu.
e) Prosedur dan persyaratan pada umumnya permohonan izin harus
menempuh prosedur tertentu yang ditentukan oleh
pemerintah,selaku pemberi izin. Selain itu pemohon juga harus
memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan secara
sepihak oleh pemerintah atau pemberi izin. Prosedur dan
persyaratan perizinan itu berbeda-beda tergantung jenis izin, tujuan
izin, dan instansi pemberi izin. Menurut Soehino, syarat-syarat
dalam izin itu bersifat konstitutif dan kondisional,konstitutif,karena
ditentukan suatu perbuatan atau tingkah laku tertentu yang harus
(terlebih dahulu) dipenuhi,kondisional, karena penilaian tersebut
19
baru ada dan dapat dilihat serta dapat dinilai setelah perbuatan atau
tingkah laku yang disyaratkan itu terjadi.23
3) Prosedur Pemberian Izin
a) Proses dan prosedur perizinan, proses penyelesaian perizinan
merupakan proses internal yang dilakukan oleh aparat/petugas.
Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur
tertentu yang ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin serta
pemohon izin juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan
tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah atau
pemberi izin. Prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda-beda
tergantung jenis izin, tujuan izin, dan instansi pemberi izin. Inti
dari regulasi dan deregulasi adalah tata cara prosedur perizinan . Isi
regulasi dan deregulasi harus memenuhi nilai : sederhana, jelas,
tidak melibatkan banyak pihak, meminimalkan kontak fisik
antarpihak yang melayani dan dilayani, memiliki prosedur
operasional standar, dan wajib dikomunikasikan secara luas.
b) Persyaratan merupakan hal yang harus dipenuhi untuk memperoleh
izin yang dimohonkan, yang berupa dokumen dan kelengkapan
atau surat-surat. Menurut Soehino, syarat-syarat dalam izin bersifat
konstitutif dan kondisional.24
(1). Konstitutif yaitu ditentukan suatu perbuatan tertentu yang
harus dipenuhi terlebih dahulu, yaitu dalam pemberian izin
23Ibid. 24 Ibid,h.187
20
ditentukan suatu perbuatan konkret yang bila tidak
dipenuhi dapat dikenai sanksi.
(2) Kondisional artinya penilaian tersebut baru ada dan dapat
dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang
diisyaratkan terjadi.
c) Waktu penyelesaian izin harus ditentukan oleh instansi yang
bersangkutan. Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat
pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan.
Dengan demikian regulasi dan deregulasi harus memenuhi
kriteria25:
(1) Disebutkan dengan jelas.
(2) Waktu yang ditetapkan sesingkat mungkin.
(3) Diinformasikan secara luas bersama-sama dengan prosedur
dan persyaratan.
d) Biaya perizinan tarif pelayanan termasuk rinciannya ditetapkan
dalam proses pemberian izin, dimana pembiayaan menjadi hal
mendasar dari pengurusan perizinan. Oleh karena itu harus
memenuhi syarat-syarat 26:
(1) Disebutkan dengan jelas.
(2) Mengikuti standar nasional.
25Ibid,h.188. 26Ibid.
21
(3) Tidak ada pengenaan biaya lebih dari sekali untuk setiap
objek tertentu.
(4) Perhitungan berdasar pada tingkat real cost.
(5) Besarnya biaya diinformasikan secara luas..
1.8. Metode Penelitian
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan
yang disebut ilmu. Dengan kata lain ilmu merupakan pengetahuan yang
didapatkan lewat metode ilmiah, dan ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh
interrelasi yang sistematis.27
1.8.1 Jenis Penelitian
Penelitian hukum ini menggunakan metode penelitian hukum empiris.
Penelitian hukum empiris menurut Soerjono Soekanto disebut juga
penelitian hukum sosiologis, yang terdiri dari penelitian terhadap
indentifikasi hukum (tidak tertulis) dan penelitian terhadap efektifitas
hukum.28
1.8.2 Jenis Pendekatan
Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan-pendekatan
antara lain sebagai berikut :
27 Bambang Sunggono, 2007, Metodelogi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo,
Jakarta,h.44 28 Soerjono Soekanto,2007. Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia,
Jakarta,h.51
22
(1) Pendekatan undang-undang (statue approach).
(2) Pendekatan konseptual (conceptual approach).
(3) Pendekatan sosiologis.
Dengan pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari
jawabannya. Didalam penelitian ini menggunakan pendekatan undang-
undang (statue approach), pendekatan konseptual (conceptual approach)
dan pendekatan sosiologis. Pendekatan undang-undang dilakukan dengan
menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkutpaut dengan
isi hukum yang sedang ditangani. Pendekatan konseptual beranjak dari
pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam
ilmu hukum.29 Pendekatan sosiologis artinya dalam menelaah
permasalahan yang diangkat dengan fakta yang ditunjang dengan
pendekatan yuridis, dengan kata lain dalam menelaah permasalahan yang
ada dikaji berdasarkan fakta yang ada di lapangan dan ditunjang dengan
disiplin ilmu dan peraturan-peraturan yang ada dalam kaitannya dengan
permasalahan yang akan dibahas.
1.8.3 Sifat Penelitian
Sifat penelitian terdiri dari penelitian yang bersifat eksploratif,
penelitian yang bersifat deskritif dan penelitian yang bersifat eksplanatoris.
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian yang sifatnya deskriptif.
Penelitian deskriptif secara umum bertujuan untuk menggambarkan secara
29Ibid.
23
tepat sifat-sifat suatu individu , keadaan gejala, atau kelompok tertentu,
atau untuk menentukan ada tindakan hubungan antara suatu gejala dengan
gejala lain dalam masyarakat. Penelitian yang bersifat deskriptif dapat
diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
1.8.4 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.
1) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber
pertama dilapangan yaitu baik dari responden maupun informan.30
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bersumber dari penelitian
kepustakaan, yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari
sumber pertamanya, melainkan bersunmber dari data-data yang
sudah terdokumenkan dalam bentuk bahan-bahan hukum.31 Bahan
hukum terdiri dari bahan hukum primer , bahan hukum sekunder,
dan bahan hukum tersier.32 Bahan-bahan hukum yang
dipergunakan dalam penelitian ini meliputi :
30 Ibid,h.141 31 Ibid. 32 Ibid.
24
1) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang
mengikat, dalam penelitian ini terdiri dari perundang-
undangan yaitu :
a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan.
2) Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang
hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi.
Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-
kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-
komentar atas putusan hukum33. Dalam penelitian ini bahan
hukum sekunder yang terutama adalah buku teks karena
buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu
hukum dan perundang-undangan klasik para sarjana yang
mempunyai kualifikasi tinggi.
1.8.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1) Teknik wawancara
Wawancara ini dilakukan dengan mengajukan daftar
pertanyaan yang diajukan secara sistematis. Dalam hal ini,
33Ibid,h.144.
25
penulis mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk
berwawancara kepada responden atau informan.
2) Teknik Studi Dokumen
Studi dokumen merupakan teknik awal yang digunakan dalam
setiap penelitian ilmu hukum, baik dalam penelitian hukum
normatif maupun empiris.34
1.8.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Keseluruhan data yang terkumpul baik dari data primer maupun
data sekunder, akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data
secara sistematis, klasifikasikan, dan dihubungkan antara satu data dengan
data lainnya. Setelah dilakukan analisis secara kualitatif kemudian data
akan disajikan secara deskriptif kualitatif dan sistematis.
34Ibid,h. 154.