Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 i
Vol. 4 No. 2 - Juli 2015 ISSN 2089-4198
ADB’S Secretary JURNAL DUNIA SEKRETARIS
Susunan Kepengurusan Jurnal Ilmiah Dunia Sekretaris :
Penanggung Jawab
:
Muller Sagala, S.E., M.M.
Mitra Bestari/Reviewer
Pimpinan Redaktur
:
:
Dr. Nicolaus Uskono, S.Sos., M.Si.
Dr. V.W. Cahyana, M.Si.
Dr. Hendrikus Passagi
Dr. Zulkifli Rangkuti
V.Y. Sri Sudarwinarti, S.Pd., M.Si.
Wakil Pimpinan Redaktur : Drs. Redemptus Sriyono D H., Bc.Th.
Redaktur : Cecilia Agustien Umbas, S.Kom., M.Pd.
Astuti Widiati, S.E
Penyunting / Editor : Ir. Markonah, ASAI, M.M.
Drs. Redemptus Sriyono D H., Bc.Th.
Muller Sagala, S.E., M.M
Desain Grafis dan Fotografer : Antonius Sugi Suhartono, S.E., M.Ak.
Sekretariat : M.V. Mieke Marini M.P., S.Pd
Widyastuti Listyawati, S.Sos.
Theresia Pawarti
A. Niken Budi Palupi
Alamat Redaksi : Kampus Asekma Don Bosco
Jl. Pulomas Barat V
Jakarta Timur
Telp: 021-4898774 Faks:021-4701190.
Situs http://www.asekma.ac.id
Email: [email protected]
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 ii
PENGANTAR REDAKSI
Pembaca yang terhormat,
Buku Jurnal Dunia Sekretaris nomor Vol.4 No.2 Juli 2015 ini merupakan karya
ilmiah dari para dosen, alumni, mahasiswa dari perguruan tinggi, dan pegawai Akademi
Sekretari dan Manajemen Don Bosco yang relevan dengan dunia sekretaris. Buku Jurnal
Ilmiah ini menyajikan beberapa kajian yang menarik antara lain mengenai bagaimana
kesiapan sekretaris di Indonesia menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN 2015,
mengenal lebih jauh pengelolaan tata naskah dinas di instansi Pemerintah, dan seberapa
jauh dampak pembajakan software berpengaruh terhadap etika profesi.
Sekali lagi tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan AFTA-2015, yaitu
berbicara mengenai keluar dan masuk barang, jasa, investasi, modal, dan sumber daya
manusia secara bebas antar negara. Pertanyaannya adalah sejauh mana kesiapan lulusan
perguruan tinggi di Indonesia khususnya di bidang kesekretarisan menghadapi tantangan
tersebut.
Semoga para pengguna buku Jurnal Ilmiah ini mendapatkan manfaat besar dalam
bidangnya masing-masing sekaligus untuk mendorong perkembangan profesi sekretaris
dalam dunia yang terus berubah.
Salam sukses dari Dewan Redaksi.
Jakarta, 1 Juli 2015
Dewan Redaksi
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 iii
Vol.4 No.2 - Juli 2015 ISSN 2089-4198
ADB’S Secretary JURNAL DUNIA SEKRETARIS
DAFTAR ISI
Hal
Hubungan Kepuasan Kerja Dan Motivasi Berprestasi Dengan Kinerja Dosen
Oleh: Martha Septina Purbowati, S.S., M.Pd.
1
Dampak Kasus Pembajakan Software Terhadap Penyimpangan Etika Profesi
Oleh : Clara Cynthia Aprilia
24
Skala Prioritas Penanganan Masalah Tata Naskah Dinas Di Instansi Pemerintah
Oleh: Muller Sagala, S.E., M.M.
36
Analisis Korelasi Skor Bahasa Inggris Terhadap Skor Toeic - Studi Kasus :
Mahasiswa Asekma Don Bosco
Oleh : V.Y. Sri Sudarwinarti, S.Pd., M.Si.
48
Soft Skill Yang Dibutuhkan Calon Sekretaris Untuk Menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015
Oleh : Yohanes Adven Sarbani
62
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 1
HUBUNGAN KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN
KINERJA DOSEN
Oleh : Martha Septina Purbowati, S.S., M.Pd.
(Dosen ASEKMA Don Bosco, [email protected])
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the relationship berween job satisfaction and job
achievement motivation with lecturers performance. The samples of this research is 30
lecturers of Don Bosco Secretary and Management Academy chosen by random sampling.
Variable of research are consists of job satisfaction (X1), achievement motivation (X2),
and lecturers performance (Y). The analyze test of research is normality test. The result of
calculation showed that job satisfaction (X1) have significant relationship with lecturers
performance (Y) which correlation coefficient is ryl=0.242 and equality of Y variable =
115.978 + 0.443X1, job achievement motivation (X2) have linear relationship and
significant with lecturers performance (Y) with correlation coefficient is ry2 = 0.631 and
equality of Y variable = 79.924 + 0.531X2. Job satisfaction and achievement motivation
all together have linear relationship and significant with lecturers performance with
double correlation coefficient ry 12 = 0.434 and equality of double regression Y variable
= 92.889 + 0.339X1 + 0.658X2. The research concludes that: (1) There is a positive and
significant correlation berween satisfaction lecturers performance. (2) There is a positive
and significant correlation between achievement motivation with the lecturers
performance. (3) There is a positive and significant correlation between satisfaction and
achievement motivation all together with the lecturers performance.
Keywords: certainty, performance, risk
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Persoalan kinerja dosen masih relevan untuk dibicarakan khususnya berkaitan
dengan pemberlakuan masa Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kompetensi lulusan
menjadi taruhan pertama di dunia kerja, dan tidak hanya sekedar lulus. Adanya
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 2
gonjang-ganjing jual beli ijasah juga menjadi hal yang perlu mendapat perhatian
karena dapat terkait dengan persoalan kinerja dosen. Terlebih saat ini pemerintah
sedang mencari dan mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang cerdas dan
bermoral.
Upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan nasional
merupakan salah satu cita-cita nasional yang harus diperjuangkan. Oleh karenanya
diharapkan bagi seorang pendidik untuk bisa menjadi yang baik, dan dapat
menghasilkan output yang bermutu, agar dapat bersaing dengan lulusan dari negara
yang sudah maju. Selain itu UUD 1945 mengatakan bahwa setiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran. Pemerintah harus memperhatikan lapisan masyarakat yang
memiliki kemampuan ekonomi lemah agar mereka juga dapat mengecap pendidikan di
setiap jenjang pendidikan.
Faktor yang menjadi tolak ukur keberhasilan lembaga pendidikan adalah
kinerja dosen. Kinerja dosen yang dimaksud adalah hasil kerja dosen yang terefleksi
dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses pembelajaran yang
intensitasnya dilandasi oleh etos kerja dan disiplin profesional dosen dalam proses
pembelajaran. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dilihat bahwa tugas dosen tidak
hanya mengajar, tetapi dimulai dari proses perencanaan sampai dengan penilaian.
Tugas tersebut tidak mudah dilakukan apabila dosen tidak memiliki motivasi kerja
yang baik.
Hal ini dapat dipahami, karena sekalipun gedung, ruang belajar, peralatan, dan
dana sudah tersedia jika tidak didukung oleh dosen sebagai pendidik yang kinerjanya
tinggi maka dapat dipastikan tujuan pendidikan tidak akan tercapai. Berkaitan dengan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 3
hal itu, hubungan antara semua komponen dalam lingkungan pendidikan dengan
masyarakat dan pemerintah harus berjalan secara positif, dinamis, dan harmonis.
Salah satu komponen penting yang lain adalah kemampuan pimpinan dalam
memberikan motivasi kepada dosen secara maksimal, akan meningkatkan kualitas
proses pembelajaran di dalam kelas. Selain itu, kinerja dosen bukan hanya ditentukan
oleh motivasi tetapi juga ditentukan oleh kompensasi yang diberikan kepada dosen.
Dengan adanya motivasi kerja yang tinggi dan pemberian kompensasi yang cukup
kepada dosen, akan dapat meningkatkan kualitas dalam proses pembelajaran.
Akademi Sekretari dan Manajemen Don Bosco Jakarta (ASEKMA DB) dalam
pengelolaannya di era globalisasi ini membutuhkan prinsip-prinsip manajemen
modern, penyelenggaraan program pelatihan, pendidikan lebih lanjut bagi dosen dan
karyawan, kursus keterampilan untuk mendukung penerapan IPTEK yang sampai saat
ini pelaksanaannya masih perlu ditingkatkan terutama pendidikan lanjut bagi dosen
dan karyawan. Hal ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka
menciptakan suasana kerja yang kondusif sehingga dosen dapat memberikan
pengajaran yang berkualitas kepada mahasiswa. Akademi Sekretari dan Manajemen
Don Bosco adalah perguruan tinggi swasta yang mempunyai strategi melaksanakan
tridarma perguruan tinggi secara penuh mempunyai misi ke depan dalam mendukung
pelaksanaan program untuk mencerdaskan bangsa untuk mendidik mahasiswa menjadi
sekretaris yang profesional di bidangnya.
Salah satu indikator keberhasilan dosen dalam melaksanakan tugas adalah
kemampuan dosen itu menjabarkan, memperluas, menciptakan relevansi kurikulum
dengan kebutuhan peserta didik dan perkembangan serta kemajuan ilmu pengetahuan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 4
dan teknologi, dan yang lebih penting lagi mampu mewujudkan kurikulum potensial
menjadi kurikulum aktual melalui proses pembelajaran di kelas.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas dan dengan memperhatikan judul penelitian, ada
banyak permasalahan yang dapat diidentifikasi, antara lain:
a. Bagaimanakah motivasi kerja dosen?
b. Bagaimanakah kinerja dosen dalam mengajar?
c. Bagaimanakah kepuasan kerja dosen?
d. Apakah terdapat hubungan penilaian dosen terhadap lingkungan kerja?
e. Apakah terdapat hubungan antara kepuasan kerja dosen dengan kinerja dosen?
f. Apakah terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dosen dengan kinerja
dosen?
g. Apakah latar belakang pendidikan dosen mempengaruhi kualitas proses
pembelajaran?
h. Apakah terdapat hubungan antara gaya manajemen kepemimpinan dengan
kinerja dosen?
i. Apakah komunikasi antar dosen mempengaruhi kinerja dosen?
j. Apakah kelengkapan sarana dan prasarana mempengaruhi kinerja dosen?
3. Pembatasan Masalah
Hasil identifikasi ruang lingkup masalah menunjukkan luasnya cakupan
permasalahan yang dihadapi oleh dosen Akademi Sekretari dan Manajemen Don
Bosco Jakarta. Beberapa masalah yang timbul tidak dapat diteliti secara keseluruhan
karena adanya keterbatasan waktu, kemampuan, dan dana yang tersedia. Oleh karena
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 5
itu, penulis hanya meneliti masalah yang berhubungan dengan judul karya tulis ini
yaitu: “Apakah terdapat hubungan antara kepuasan kerja dan motivasi berprestasi
dengan kinerja dosen di Akademi Sekretari dan Manajemen Don Bosco Jakarta?”
4. Perumusan masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini sesuai dengan batasan masalah yang
dikemukakan di atas, berfokus pada:
a. Apakah terdapat hubungan antara kepuasan kerja dosen dengan kinerja dosen?
b. Apakah terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dosen dengan kinerja
dosen?
c. Apakah terdapat hubungan antara kepuasan kerja dosen dengan motivasi
berprestasi secara bersama-sama dengan kinerja dosen.
5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Akademi Sekretari dan Manajemen Don Bosco
Jakarta dengan tujuan untuk mendapatkan data, dan hasil penelitian ini diharapkan
dapat memperoleh gambaran tentang variabel-variabel yang mempengaruhi:
a. Seberapa besar hubungan antara kepuasan kerja dosen dengan kinerja dosen?
b. Seberapa besar hubungan antara motivasi berprestasi dosen dengan kinerja
dosen?
c. Seberapa besar hubungan antara kepuasan kerja dan motivasi berprestasi secara
bersama-sama dengan kinerja dosen?
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 6
LANDASAN TEORI
1. Kerangka Teoritik
a. Hakikat Kinerja Dosen
Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu.
Kinerja memerlukan proses dalam cara bekerja sehingga dicapainya sebuah hasil
yang diharapkan. Vroom memberi batasan bahwa kinerja adalah tingkat sejauh
mana dalam menyelesaikan tugas pekerjaannya atau disebut “Level of
Performance” (Vroom dalam Psikologi Industri, 2001 : 48). Artinya orang yang
level performance-nya tinggi disebut orang yang produktif, sebaliknya orang yang
levelnya tidak mencapai standar dikatakan tidak produktif atau performance-nya
rendah. Kriteria-kriteria individu yang berorientasi pada kinerja menurut Hradesky
(1995 : 237) adalah :
1) Kemampuan intelektual : kapasitas untuk berpikir secara logis, praktis, dan
analisis sesuai dengan konsep, begitu juga halnya kemampuan dalam
mengungkapkan dirinya dengan jelas.
2) Ketegasan : menganalisis kemungkinan dan memiliki komitmen terhadap
pilihan yang pasti secara tepat dan singkat, cepat tanggap, memiki perencanaan
karir yang pasti.
3) Semangat antusiasme : kapasitas untuk bekerja secara aktif tanpa mengenal
lelah.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 7
4) Berorientasi pada hasil : keinginan intrinsik dan memiliki komitmen untuk
mencapai suatu hasil dan menyelesaikan apa yang telah dimulai olehnya.
5) Kedewasaan : sikap dan perilaku yang pantas. Suatu kemampuan dalam melatih
kontrol (emosi dan disiplin diri).
6) Asertif : suatu kemampuan dalam mengambil alih tanggung jawab.
7) Keterampilan interpersonal : bersahabat, cepat tanggap dan menekankan setiap
orang untuk memberikan tanggapan. Suatu kecenderungan untuk
memperhatikan dan menunjukan perhatian, pemahaman, dan memperdulikan
perasaan orang lain.
8) Keterbukaan : kemampuan untuk mengungkapkan pendapat dan perasaan
secara jujur, apa adanya, dan bersikap langsung.
9) Keingintahuan : suatu kemampuan untuk melakukan usaha-usaha yang rumit
secara obyektif dan singkat. Menilai suatu peristiwa atau seseorang secara
kritis.
10) Proaktif : kemampuan untuk melakukan inisiatif sendiri, mengantisipasi
permasalahan dan menerima tanggung jawab dalam melaksanakan suatu
pekerjaan.
11) Pemberdayaan kemampuan : kemampuan untuk mempercayai dan memberikan
harapan, petunjuk-petunjuk, dan kewenangan kepada yang lainnya untuk
melaksanakan tanggung jawab masing-masing.
12) Teknis : pengetahuan, keterampilan, keputusan, perilaku, dan tanggung jawab.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 8
Sedangkan kriteria yang mencerminkan kinerja dosen pada pelaksanaan
tridarma perguruan tingginya, antara lain melalui darma yang pertama, yaitu :
pendidikan dan pengajaran.
Tidak semua orang dapat menjadi guru atau dosen sebagaimana yang
diharapkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru atau dosen sebagai pendidik
dan pengajar di sekolah merupakan motor penggerak keberhasilan siswa untuk
mencapai prestasi yang lebih tinggi. Pidarta (1995 : 279) mengatakan bahwa selain
sebagai pengajar dan pendidik, guru adalah sebagai (a) manajer pendidikan, (b)
fasilitator pendidikan, (c) pelaksana pendidikan, (d) pembimbing / supervisor
siswa, (e) penegak disiplin, (f) menjadi model perilaku yang dicontoh siswa, (g)
konselor, (h) penilai, (i) administrator kelas, (j) pengajar untuk meningkatkan
profesi secara berkelanjutan, dan (k) menjadi anggota organisasi profesi
pendidikan.
Peran dosen sebagi pendidik selalu melakukan berbagai upaya yang dapat
meningkatkan hasil belajar anak didik. Berbagai upaya yang dilakukan dosen untuk
memilah dan memilih bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik,
akan tercermin pada kinerjanya di dalam merencanakan atau merancang,
melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran.
b. Hakikat Kepuasan kerja
Kepuasan kerja secara umum berkaitan dengan kinerja seseorang terhadap
pekerjaanya karena menyangkut kinerja (performance), perngertian kepuasan kerja
mencakup berbagai hal, sebagaimana halnya dimensi kinerja seperti keterampilan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 9
penguasaan tugas, kerjasama, komunikasi, pengambilan keputusan, keteladanan,
kejujuran, kesungguhan kerja, ketaatan dan tanggung jawab.
Kepuasan tidak nampak secara nyata tetapi akibatnya dapat dilihat dalam
wujud hasil pekerjaan. Oleh sebab itu, walaupun agak sulit dan abstrak penelitian
tentang kepuasan kerja perlu dilakukan, hal ini disebabkan informasi tentang
kepuasan kerja dapat dijadikan bahan pengambilan keputusan yang baik dan tepat
oleh para pengambil keputusan baik dalam upaya mencegah maupun dalam
menanggulangi berbagai masalah pegawai (karyawan).
Teori tentang kepuasan kerja (job satisfaction) dimulai dari pengertian
umum yang dikemukakan oleh Robins yang mengatakan bahwa :
“Kepuasan kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap umum seorang
individu terhadap pekerjaannya” (Robbins, 1996:179). Fieldman dan Arnold
mengatakan bahwa: “Job satisfaction will be defined as the amount of overall
positive affect (or feelings) that individuals have toward their job” (Fieldman and
Arnold, 1998:192).
Selanjutnya Schermerhorn dan Osborn mengatakan bahwa kepusan kerja
adalah tingkat di mana seseorang merasa positif atau negatif tentang berbagai segi
dari pekerjaan, tempat bekerja, dan hubungan dengan teman kerja (schermerhorn
dan Osborn, 1995 : 29)
Sementara Davis dan Newstrom mengatakan bahwa kepuasan kerja : “is the
degree to which and individual feels positively or negatively about his or her job”,
selanjutnya dikatakan bahwa : “Job satisfaction is an emotional response to one’s
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 10
taks, as well as, to te physical and social conditions of the workplace” (Davis and
Newstrom 1996 : 105)
Wexley dan Yulk (1992 : 129) mengatakan bahwa kepuasan kerja adalah
cara seorang pekerja merasakan pekerjaannya. Dikatakan juga kepuasan kerja
merupakan generalisasi sikap terhadap pekerjaannya yang didasarkan atas aspek
bermacam-macam pekerjaan.
c. Hakikat Motivasi Berprestasi
Meneliti dosen sebagai salah seorang pelaksana pendidikan di kampus
sangat diperlukan. Sering ditemukan dosen yang tidak memilik gairah dalam
melakukan tugasnya, yang berakibat kurang berhasilnya tujuan yang ingin
dicapai. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah kurangnya
motivasi kerja. Untuk membahas motivasi kerja, terlebih dahulu dikemukakan
konsep motivasi.
Beck dalam Uno 2006;63 mengemukakan, motivasi berasal dari kata motif
yang dapat diartikan sebagai tenaga penggerak yang mempengaruhi kesiapan
untuk memulai melakukan rangkaian kegiatan dalam suatu perilaku. Disamping
itu, motivasi juga dapat dinilai sebagai suatu daya dorong (driving force) yang
menyebabkan orang dapat berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini,
motivasi menunjuk pada gejala yang melibatkan dorongan perbuatan terhadap
tujuan tertentu (Knootz dan Weihrich, 1997:411). Jadi motivasi dalam hal ini
sebernarnya merupakan respon dari suatu aksi, yaitu tujuan. Sejalan dengan itu,
Purwanto (1998:71) mengatakan bahwa fungsi motivasi bagi manusia adalah : (1)
sebagai motor penggerak bagi manusia (2) menentukan arah perbuatan, yaitu ke
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 11
arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita, (3) mencegah penyelewengan dari
jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan dalam hal ini, makin jelas
tujuan, maka makin jelas pula bentangan jalan yang harus ditempuh, (4)
menyeleksi perbuatan diri, artinya menentukan perbuatan mana yang harus
dilakukan, yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyampingkan kegiatan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.
2. Kerangka Berpikir
a. Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan Kinerja Dosen
Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian kepuasan
kerja adalah tingkat atau perasaan yang dimiliki seorang pekerja pada saat tertentu
yang disebabkan oleh pengaruh intrinsik berupa kemampuan, partisipasi upaya dan
kepribadiannya, serta pengaruh ekstrinsik seperti imbalan kerja yang diterimanya.
Perasaan tersebut terlihat pada sikap dan perilakunya antara lain semangat dalam
melaksanakan pekerjaan, tanggung jawab, kepatuhan, dan loyalitas serta partisipasi,
perasaan aman, perasaan terjamin dan perasaan keikutsertaan dalam kegiatan.
Kepuasan kerja merupakan satu variabel yang erat kaitannya dengan kinerja
dan persepsi seseorang. Perbedaannya adalah variabel kinerja sangat dipengaruhi
oleh faktor internal, sedangkan kepuasan kerja sangat dipengaruhi oleh faktor
eksternal.
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dapat berupa
kondisi ekstrinsik seperti upah, kondisi pekerja, jaminan pekerjaan serta
kesempatan promosi, sedangkan faktor internal yang juga dapat mempengaruhi
kepuasan kerja dapat berupa tanggung jawab, prestasi, upaya dan kepribadian.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 12
Teori-teori yang membicarakan tentang kepuasan kerja banyak mengacu
kepada perbandingan antan konstribusi karyawan, dengan imbalan yang diberikan.
Oleh karena titik berat kepuasan kerja adalah ratio antara harapan dan kenyataan,
maka konsekuensi dari perbandingan tersebut adalah perlunya pemenuhan imbalan
yang seimbang dengan kontribusi yang diberikan oleh karyawan dalam rangka
memenuhi hasrat kepuasan kerja. Sebab terjadinya keseimbangan antara pemberian
imbalan dengan kontribusi tersebut akan menunjukkan letak titik kepuasan.
Titik kepuasan yang lebih condong ke arah kepuasan akan memberikan
pengaruh positif berupa peningkatan performance (kinerja), meningkatnya rasa
tanggung jawab, loyalitas, rasa memiliki yang tinggi, dan kebanggaan serta rasa
percaya diri.
Sebaliknya jika titik kepuasan lebih mengarah kepada ketidakpuasan maka
pengaruh negatif akan lebih mungkin terjadi seperti tingkat absenteism, turn over,
dan defensive behavior seperti perusahaan dan rasa tidak peduli.
Oleh karena itu penelitian terhadap kepuasan kerja merupakan hal yang perlu
dilaksanakan untuk menghindari atau menghilangkan berbagai permasalahan yang
ditimbulkan oleh ketidakpuasan (seperti kemangkiran), turn over dan defensive
behavior (seperti kemangkiran), turn over dan defensive behavior (seperti
pengrusakan), pencurian, dan menurunnya performance karyawan.
b. Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Dosen
Motivasi berprestasi adalah dorongan untuk mencapai suatu hasil yang lebih
baik dari yang diperoleh sebelumnya, yang diwujudkan dalam bentuk kesediaan
untuk bekerja keras, disiplin dalam melaksanakan tugas dengan cepat, menetapkan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 13
program lebih dari yang sudah ditentukan, meningkatkan kemampuan (ability),
menyukai tantangan dan keinginan untuk dilibatkan setiap kegiatan dan keinginan
untuk mendapatkan prestasi dan prestise.
Dengan demikian, motivasi berprestasi pada dasarnya adalah kekuatan
pendorong dalam diri seseorang yang tumbuh karena adanya berbagai jenis dan
tingkat kebutuhan yang berasal dari luar dan dari diri orang tersebut. Seseorang
dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan membangun kinerja yang positif,
yang tercermin dalam usaha keras, upaya yang kuat untuk mencapai tujuan (goal),
dan harapan (expectation).
Dengan demikian patut diduga bahwa antara motivasi berprestasi dengan
kinerja dosen terdapat hubungan positif dan signifikan.
c. Hubungan antara Kepuasan Kerja dan Motivasi Berprestasi secara Bersama-sama
dengan Kinerja Dosen
Kuatnya motivasi berprestasi harus diikuti oleh besarnya kepuasan kerja yang
dirasakan semakin tinggi kinerjanya. Kepuasan kerja dan motivasi berprestasi
seperti diuraikan di atas, dalam beberapa hal sangat menentukan kualitas proses
belajar mengajar yang diberikan oleh seorang dosen. Kinerja seorang dosen di
dalam proses belajar mengajar akan memberikan pengaruh munculnya perasaan
memiliki, loyalitas, rasa tanggung jawab, dan kebanggaan terhadap organisasi.
Perasaan-perasaan tersebut merupakan pemicu lahirnya dorongan untuk
menunjukkan prestasi yang tinggi, yang ditandai dengan adanya upaya yang keras
dan kegairahan kerja yang tinggi yang pada akhirnya akan menghasilkan kinerja
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 14
yang optimal, yang mendorong organisasi berusaha memenuhi kebutuhan sesuai
dengan harapan dan keinginan dosen.
Dengan demikian patut diduga terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara kepuasan kerja dan motivasi berprestasi secara bersama-sama dengan kinerja
dosen. Dengan perkataan lain, makin tinggi penilaian dosen terhadap kepuasan
kerja dan motivasi berprestasi, makin baik kinerja dosen.
3. Pengajuan Hipotesis Penelitian
Dari uraian yang telah dijelaskan dalam kerangka teori dan kerangka berpikir,
maka hipotesis penelitian ini adalah:
a. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kepuasan kerja dengan kinerja
dosen.
b. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi berprestasi terhadap
kinerja dosen.
c. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kepuasan kerja dan motivasi
berprestasi, secara bersama-sama dengan kinerja dosen.
METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei
korelasional. Dalam hal ini penelitian bertujuan untuk menguji hipotesis yang
menyatakan hubungan antara variabel bebas (independent variable) dengan variabel
terikat (dependent variable) untuk menguji hipotesis yang menyatakan hubungan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 15
antara variabel bebas independent variable dengan variabel terikat. Tiga variabel yang
diteliti yaitu variabel terikat penelitian adalah kinerja dosen disebut variabel Y,
sedangkan variabel bebas penelitian adalah kepuasan kerja (X1) dan motivasi
berprestasi (X2). Pola hubungan diantara ketiga variabel penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
2. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi penelitian ini adalah dosen di wilayah DKI Jakarta, yaitu dosen Akademi
Sekretari dan Manajemen Don Bosco. Populasi penelitian ini adalah dosen Akademi
Sekretari dan Manajemen Don Bosco Jakarta Timur sebanyak 48 orang. Penentuan
sampel menggunakan metode acak sederhana (simple sampling), yaitu dengan
memberikan nomor pada subyek yang ada kemudian mengundinya. Dari 48 dosen
yang ada maka diambil 30 dosen sebagai sampel dalam penelitian ini, dengan kriteria :
(a) Mengajar, yaitu berpendidikan serendah-rendahnya strata satu; dan (b) Memiliki
pengalaman mengajar lebih dari tiga tahun.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data terdiri dari tiga instrumen yang berbentuk angket, yaitu
untuk mengumpulkan data tentang variabel kepuasan kerja, motivasi berprestasi, dan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 16
kinerja dosen. Di dalam pengukurannya dilakukan dengan skala data model Likert
dengan rentang skor 1 sampai dengan 5.
PEMBAHASAN
1. Beberapa Persyaratan
Statistika deskriptif yang digunakan dalam tulisan ini adalah rata-rata, median, modus,
standar deviasi, tabel frekuensi, dan histogram. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan analisis korelasi sederhana, analisis korelasi ganda, analisis regresi
ganda, dan analisis korelasi parsial.
Pengujian dilakukan menurut uji normalitas berikut ini.
a. Kinerja Dosen
Persyaratan dalam menganalisis data yang pertama dilakukan adalah uji normalitas.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data yang akan
dianalisis dan dilakukan dengan menggunakan software SPSS terhadap jumlah
sampel sebanyak 30.
b. Kepuasan Kerja
Persyaratan dalam menganalisis data yang pertama dilakukan adalah uji normalitas.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data yang akan
dianalisis dan dilakukan dengan menggunakan software SPSS jumlah sampel
sebanyak 30.
2. Hubungan antara kepuasan kerja dosen dengan kinerja dosen di Akademi Sekretari
dan Manajemen Don Bosco Jakarta Positif dan signifikan.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 17
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa hubungan antara kepuasan
kerja dosen dengan kinerja dosen sangat signifikan. Ini berarti bahwa kepuasan kerja
dosen mutlak sangat diperlukan dan harus dimiliki oleh seorang dosen sebagai
persyaratan minimal dalam rangka meningkatkan kinerja dosen, agar dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik sebagai seorang dosen.
Melalui perhitungan regresi kepuasan kerja dosen (X1) dengan kinerja dosen (Y)
diperoleh persamaan = 115,978 + 0,443 X1, yang berarti bahwa kenaikan sebesar
0.443 terhadap skor kinerja dosen. Uji signifikan regresi menunjukan signifikan
karena nilai hitung = 1.734 lebih besar dari nilai tabel.
Antara variabel kepuasan kerja dosen dengan kinerja dosen mempunyai
hubungan yang sangat signifikan. Hal ini ditunjukan oleh besarnya nilai koefisien
korelasi ryl = 0,242 sedangkan besarnya variansi variabel kinerja dosen yang dapat
dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel kepuasan kerja dosen sebesar 5,8 %.
Maknanya bahwa kepuasan kerja dosen merupakan faktor penting dalam
meningkatkan kinerja dosen. Kenyataan ini sesuai teori yang telah diuraikan pada
landasan teori.
3. Hubungan antara motivasi berprestasi dengan kinerja dosen Akademi Sekretari dan
Manajemen Don Bosco Jakarta positif dan signifikan.
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa motivasi berprestasi
dengan kinerja dosen sangat signifikan. Ini berarti bahwa motivasi berprestasi dosen
mutlak sangat diperlukan dan harus dimiliki oleh seorang dosen dalam rangka
meningkatkan kinerja dosen, agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan
baik sebagai seorang dosen.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 18
Melalui perhitungan regresi motivasi berprestasi dosen (X2) dengan kinerja
dosen (Y) Akademi Sekretari dan Manajemen Don Bosco Jakarta diperoleh persamaan
Y = 79,924 + 0.531 X2. Yang berarti bahwa kenaikan satu skor motivasi berprestasi
dosen (X2) akan memberikan kenaikan sebesar 0.531 terhadap skor kinerja dosen (Y).
Uji signifikan karena nilai f-hitung 18.484 lebih besar dari nilai f-tabel.
Antara variabel motivasi berprestasi dosen dengan kinerja dosen mempunyai
hubungan positif dan signifikan. Hal ini ditunjukan oleh besarnya nilai koefisien
korelasi ry2 = 0.361 sedangkan besarnya variansi variabel kualitas kinerja dosen dapat
dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel motivasi berprestasi dosen sebesar 39.8 %.
Maknanya bahwa motivasi berprestasi dosen merupakan faktor penting dalam
meningkatkan kinerja dosen. Kenyataan ini sesuai dengan teori yang telah diuraikan
pada landasan teori.
4. Hubungan antara kepuasan kerja dosen dan motivasi berprestasi dosen secara
bersama-sama dengan kinerja dosen adalah positif dan signifikan.
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa hubungan antara kepuasan
kerja dosen dan motivasi berprestasi secara bersama-sama dengan kinerja dosen sangat
signifikan.
Melalui perhitungan regresi kepuasan kerja dosen (X1) dan motivasi berprestasi
(X2) secara bersama-sama dengan kinerja dosen (Y) diperoleh persamaan Y= 92,889
+ 0.339 X1 + 0.658 X2, yang berarti bahwa kenaikan satu skor kepuasan kerja dosen
(X1) dan motivasi berprestasi dosen (X2) akan memberikan kenaikan sebesar 0,445
untuk X1 dan 0, 658 X2 terhadap skor kinerja dosen (Y). Uji signifikansi regresi
menunjukan signifikan karena nilai f-hitung = 10.346 lebih besar dari nilai f-tabel.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 19
Antara variabel kepuasan kerja dan motivasi berprestasi dengan kinerja dosen
mempunyai koefisien korelasi ganda ry12 = 0.659 sedangkan besarnya variansi
variabel kinerja dosen yang dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel kepuasan
kerja dan motivasi berprestasi dosen secara bersama-sama dengan kinerja dosen
sebesar 43.4 % maknanya bahwa kepuasan kerja dan motivasi berprestasi secara
bersama-sama merupakan faktor penting dalam meningkatkan kinerja dosen.
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan
kinerja dosen Akademi Sekretari dan Manajemen Don Bosco Jakarta. Kontribusi
efektif variabel-variabel kepuasan kerja (X1) terhadap kinerja dosen (Y) sebesar
5.8% dengan koefisien korelasi ry1 = 0.242. Artinya jika hendak meningkatkan
kinerja dosen harus memperhatikan kepuasan kerja.
b. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan
kinerja dosen Akademi Sekretari dan Manajemen Don Bosco Jakarta. Konstribusi
efektif variabel motivasi berprestasi (X2) terhadap kinerja dosen (Y) sebesar 39.8
% dengan koefisien korelasi ry2 = 0.361. Artinya jika hendak meningkatkan
kinerja dosen harus meningkatkan motivasi berprestasi dosen itu sendiri.
c. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepuasan kerja dosen (X1) dan
motivasi berprestasi (X2) secara bersama-sama dengan kinerja dosen (Y) di
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 20
Akademi Sekretari dan Manajemen Don Bosco Jakarta. Konstribusi efektif
variabel kepuasan kerja (X1) dan motivasi berprestasi (X2) secara bersama-sama
tehadap kinerja dosen (Y) sebesar 43.4 % dengan koefisien korelasi ganda ry12 =
0.659. Artinya jika hendak meningkatkan kinerja dosen harus memperhatikan
kepuasan kerja (X1) dan motivasi berprestasi (X2) secara bersama-sama.
2. Implikasi
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja (X1) dan motivasi
beprestasi (X2) mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja dosen (Y).
Ditinjau dari sumbangan yang diberikan oleh dua variabel bebas tersebut,
ternyata variabel kepuasan kerja merupakan variabel yang paling berpengaruh
terhadap kinerja dosen. Hal ini mengimplikasikan bahwa kepuasan kerja dosen
mendapat perhatian yang lebih besar untuk ditingkatkan. Implikasi dari kenyataan ini
dapat disimpulkan melalui perilaku positif dosen dalam melaksanakan tugasnya
dengan kedisiplinan pada waktu mengajar, pemenuhan kebutuhan dosen melalui
pemenuhan kebutuhan intrinsik dan ekstrinsik. Hal ini cukup beralasan karena jika
seorang dosen tidak lagi memikirkan hal lain selain pengajaran, konsentrasinya akan
lebih baik sehingga waktu yang dimilikinya dapat digunakan untuk meningkatakan
kemampuannya di dalam mengajar. Selain itu, timbulnya rasa kepuasan kerja ini dapat
disebabkan oleh kondusifnya tempat bekrja, kerja sama yang baik di antara sesama
dosen dan peningkatan kesejahteraannya.
Implikasi dari upaya pemenuhan kebutuhan dalam rangka meningkatkan
motivasi berprestasi dosen, yaitu dengan memberikan penghargaan, memberikan
reward pada dosen setiap akhir semester, menciptakan suasana yang demokrasi di
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 21
dalam kelas, memberikan kesempatan untuk studi lanjut, menciptakan materi
pengajaran unggulan dalam kurikulum yang berlaku, serta melaksanakan kegiatan
penelitian dan pengabdian terhadap masyarakat.
3. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, simpulan, dan implikasi dalam penelitian ini dapat
disampaikan beberapa saran sebagai berikut:
Pertama, peningkatan kinerja dosen terkait erat dengan tingkat kepuasan yang
dimiliki oleh seorang dosen melalui gaji, employee benefit, status dan penghargaan
terhadap dosen, kondisi kampus, keakraban dan kerja sama di kampus, hubungan
antara dosen dengan pimpinan, rasa percaya pada manajemen, kompetensi manajemen
dalam bekerja, efektifitas administrasi kerja, identitas perguruan tinggi, dan fasilitas
kerjanya. Selain itu, peningkatan penguasaan melalui berbagai macam pelatihan-
pelatihan dan kesempatan studi lanjut, akan membuat dosen lebih percaya diri
sehingga meningkat pula proses pembelajaran di kampus.
Kedua, peningkatan kinerja dosen berkaitan erat dengan pembentukan motivasi
berprestasi yang tinggi. Hal ini dapat dinyatakan melalui keinginan berprestasi,
keinginan melaksanakan tugas dengan baik, keinginan bertanggung jawab, keinginan
memperoleh umpan balik, ketabahan dan kesabaran, keinginan memperoleh
penghargaan, seta keinginan berkompetisi sehingga dapat memacu kreativitas dosen.
Ketiga, penelitian ini dapat dikembangkan lebih jauh dengan meneliti faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap kinerja dosen dengan menambah atau mengubah
variabel bebasnya, menggunakan populasi yang lebih luas sehingga akan mendukung
hasil penelitian yang sudah dilakukan atau sebaliknya.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 22
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rucky S. Sistem manajemen kinerja (Performance Management System),
Panduan Praktis Untuk Merancang dan Meraih Kinerja Prima. Gramedia
Pustaka Umum. Jakarta. 2001.
As’aaf Moh. Psikologi Industri. Liberty. Yogyakarta. 1987.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran Secara Manusia. Rineka Cipta. Jakarta.
1990.
Azar. Bet APA Monitor. Which Traits Predict Job Performance : 1999.
http://www.org/monitor/ju195/personal.html
Cushway, Barry. Manajemen Sumber Daya Mahasiswa. Terjemahan oleh Paloepi Tyas
Rahajeng. Gramedia. Jakarta. 1996.
Hamton, David R. Management New York. Hill Book Company. Mc Graw. 1987.
Ivancevich, John M., and Matteson, Michael T. Organization Behavior and Management.
Irwin Mc. Graw –Hill. Singapore. 1999.
Jarolimek, John dan Foster Cliffor D. Foster. Model of Teaching. Prentice hall. Englewood
cliffs New Jersey. 1981.
Lawler, Edward E. Motivation in Work Organization. Jossey – Bass Publisher. San
Fransisco. 1994.
Luthans Fred. Organizational Behavior. Mc. Graw – Hill. Singapore. 1995.
Nitisemito, Alex S. Manajemen Personalia. Jakarta.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 23
Rooijakers. Mengajar Dengan Sukses : Petunjuk Untuk Merencanakan dan
Manyampaikan Pengajaran. Grasindo. Jakarta. 1991.
Sasmoko. Pengembangan Instrumen, Universitas Kristen Indonesia. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan. Jakarta. 2003.
Sasmoko. Metode Penelitian PPS Universitas Kristen Indonesia. Jakarta. 2007.
Scolovitch, Harold D. and keeps, Erica J. “What is Human Performance Technology”
Handbook of Human Performance Technology San Fransisco. Jossey – Bass
Publishers. San Fransisco. 1992.
Sudjana, Nana. Penelitin Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosda Karya.
Bandung. 1995.
Simanjuntak, Payaman. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit
FE. UI. Jakarta. 1985.
Simanjuntak, Payaman. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Lembaga Penerbit FE UI.
Jakarta. 2005.
Tilaar, HAR. Membina Profesi Guru Indonesia Abad 21. LPMP IKIP Jakarta. Jakarta.
1998.
Uno, Hamzah B. Teori Motivasi dan pengukurannya Analisis Dibidang Pendidikan. PT
Bumi Aksara. Jakarta. 2007.
Vroom, Victor H. And Deci, Edward I. Management and Motivation Selected Readings.
Penguin Group. London. 1992.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 24
DAMPAK KASUS PEMBAJAKAN SOFTWARE TERHADAP
PENYIMPANGAN ETIKA PROFESI
Oleh : Clara Cynthia Aprilia
(Mahasiswa Tingkat III, [email protected])
ABSTRACT
A professional including secretaries will behave and act in accordance with the code of
conduct of his profession. Professional code of ethics made to set a very high moral
standards. Each profession will be kept up relating to the public interest such as safety,
security, survival and so on. Software piracy is done by a professional means have been
ruined and violated the code of ethics of his profession. Such actions are not only self-
destructive but also has damaged the profession at large. The availability of an Act to
regulate the substance is not automatically make people aware of the law. Law
enforcement and socializing code of professional conduct is to be done and continue to do
endlessly.
Keywords: professional, secretary, code of ethics
PENDAHULUAN
Perkembangan zaman yang diiringi kemajuan teknologi, mendorong berbagai upaya
untuk meningkatkan kemampuan dalam hal penguasaan teknologi informasi. Dalam upaya
tersebut tentu harus memperhatikan kode etik dalam teknologi informasi (untuk
selanjutnya disebutkan TI). Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional
tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 25
dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau
salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.
Tujuan kode etik yaitu agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada
pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak
profesional. Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah
yang telah bersatu dengan pikiran, jiwa dan perilaku tenaga profesional. Ketaatan itu
terbentuk dari masing-masing orang bukan karena paksaan.
Namun dalam kenyataannya, etika ini seolah telah diabaikan oleh para professional,
oleh para pengguna TI. Contoh kasus, beberapa orang telah dijadikan tersangka karena
kurang memperhatikan etika penggunaan TI. Indonesia dijuluki sebagai negara pengedar
software illegal.
Beberapa lingkup pembahasan dalam karya tulis ini adalah :
a. Mengetahui alasan terjadinya penyimpangan
b. Mengetahui faktor-faktor yang mendorong / memicu terjadinya penyimpangan
c. Mengetahui akibat yang ditimbulkan dari penyimpangan
d. Meninjau etika berdasarkan 8 standar profesi
e. Mengetahui standar profesi mana yang paling diabaikan.
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini yaitu untuk mengetahui kasus-kasus
penyimpangan etika profesi yang merupakan bagian dari pembelajaran. Metode penulisan
yang dilakukan dalam penulisan jurnal ini adalah dengan metode penulisan studi pustaka.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 26
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Pembajakan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
tanggal 29 Juli 2002 Pasal 27 menyebutkan bahwa “Kecuali atas izin Pencipta, sarana
kontrol teknologi sebagai pengaman hak Pencipta tidak diperbolehkan dirusak, ditiadakan,
atau dibuat tidak berfungsi”. Lebih lanjut dalam penjelasannya menyebutkan “Yang
dimaksud dengan sarana kontrol teknologi adalah instrumen teknologi dalam bentuk antara
lain kode rahasia, password, bar code, serial number, teknologi deskripsi (decryption) dan
enkripsi (encryption) yang digunakan untuk melindungi Ciptaan. Semua tindakan yang
dianggap pelanggaran hukum meliputi: memproduksi atau mengimpor atau menyewakan
peralatan apa pun yang dirancang khusus untuk meniadakan sarana kontrol teknologi atau
untuk mencegah, membatasi Perbanyakan dari suatu Ciptaan).
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, membajak dapat berarti mengambil
hasil ciptaan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizinnya
(http://www.kamusbesar.com/3150/membajak).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan
Transaksi Elektronik tanggal 21 April 2008 pada Bab VII memuat tentang pengaturan
Perbuatan Yang Dilarang dimulai dari Pasal 27 sampai dengan Pasal 37. Pasal 32 dan
Pasal 34 berbunyi : “
Pasal 32
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun
mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan,
memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik milik Orang lain atau milik publik.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun
memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
kepada Sistem Elektronik Orang lain yang tidak berhak.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 27
(3) Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mengakibatkan
terbukanya suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang bersifat
rahasia menjadi dapat diakses oleh publik dengan keutuhan data yang tidak
sebagaimana mestinya.
Pasal 34
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,
menjual, mengadakan untuk digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan,
atau memiliki:
a. perangkat keras atau perangkat lunak Komputer yang dirancang atau secara khusus
dikembangkan untuk memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
sampai dengan Pasal 33;
b. sandi lewat Komputer, Kode Akses, atau hal yang sejenis dengan itu yang ditujukan
agar Sistem Elektronik menjadi dapat diakses dengan tujuan memfasilitasi perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33.
(2) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan tindak pidana jika ditujukan
untuk melakukan kegiatan penelitian, pengujian Sistem Elektronik, untuk perlindungan
Sistem Elektronik itu sendiri secara sah dan tidak melawan hukum.
Dalam pemahaman umum terdapat beberapa jenis pembajakan perangkat lunak.
Berikut ini adalah semua yang berhubungan dengan penggunaan perangkat lunak ilegal
dan berbagai jenis pembajakan:
a. Menggunakan versi tunggal lisensi pada beberapa komputer.
b. Memuat perangkat lunak di komputer tanpa memberikan lisensi yang sesuai.
c. Menggunakan key generator untuk menghasilkan kunci pendaftaran yang mengubah
sebuah versi evaluasi menjadi versi berlisensi.
d. Menggunakan kartu kredit curian untuk menipu membeli lisensi perangkat lunak.
e. Mengirim versi lisensi produk perangkat lunak di internet dan membuatnya tersedia
untuk diunduh.
2. Pengertian Etika Profesi
Sebelum membahas hal ini lebih lanjut terlebih dahulu harus mengetahui apa itu
profesi. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dengan mengandalkan suatu keahlian yang dimiliki.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 28
Adapun ciri-ciri profesi adalah :
a. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
b. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki
berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
c. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku
profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
Setiap profesi akan selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-
nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya.
Dengan demikian untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai
seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Ada tiga hal pokok
yang merupakan fungsi dari kode etik profesi:
a. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana
profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan (do and don’t).
b. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan
kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga
memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan
sosial).
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 29
c. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para
pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh
mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.
Berdasarkan ACM - “Code of Ethics and Professional Conduct” - Data Processing
Management Association - “Code of Ethics and Standards of Conduct” menyatakan bahwa
tujuan kode etik profesi adalah :
a. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
b. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
c. Untuk meningkatkan mutu profesi.
d. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
e. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
f. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
g. Menentukan baku standarnya sendiri.
PEMBAHASAN
Undang-Undang tentang Hak Cipta dan Undang-Undang tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE) telah banyak menyeret masyarakat dalam persoalan
pelanggaran hukum. Masyarakat bahkan para professional seolah tidak mau tau isi dan
dampak sebagaimana diatur dalam kedua Undang-Undang tersebut.
Ketua Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJI), Semmy Pangerapan, 16
November 2014, menyebutkan bahwa selama tahun 2014 telah terjadi 40 kasus
pelanggaran Undang-Undang ITE. Angka kasus ini menyatakan dan memastikan bahwa
telah terjadi pelanggaran baik sengaja maupun tidak disengaja.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 30
Sementara itu berdasarkan Studi Dampak Pemalsuan Terhadap Perekonomian
Indonesia yang dilakukan oleh MIAP dan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan
Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) pada Tahun 2010
menyatakan, produk software ilegal menjadi salah satu produk yang banyak digunakan
oleh konsumen Indonesia. yaitu sebesar 34,1 persen. Peredaran barang ilegal dan palsu
(termasuk software) disinyalir telah menimbulkan kerugian negara, kehilangan potensi
pajak hingga Rp.43 triliun.
Disisi lain berdasarkan riset International Data Corporation (IDC) tahun 2012
menempatkan Indonesia pada peringkat ke-11 di dunia dengan jumlah peredaran software
bajakan sebesar 86 persen. Nilai kerugiannya diperkirakan mencapai 1,46 miliar dolar
Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 12,8 triliun, naik sekitar 10 persen dari tahun
sebelumnya.
Temuan sebagaimana diungkapkan di atas telah menjadi fakta bahwa pembajakan
software telah berdampak kepada pelanggaran etika profesi dan berpotensi merugikan
negara dalam jumlah rupiah yang cukup besar.
Ada beberapa faktor sebagai penyebab terjadinya pelanggaran etika profesi, yaitu :
a. Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat.
b. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik pada setiap bidang.
c. Belum maksimalnya upaya sosialisasi dari pihak profesi itu sendiri.
d. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk menjaga
martabat profesinya.
e. Tidak adanya kesadaran etis da moralitas dari para pengemban profesi.
Faktor pendorong lainnya terjadinya pelanggaran adalah :
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 31
f. Perilaku dan kebiasaan individu yang buruk sehingga menjadi sebuah kebiasaan.
g. Kurangnya kesadaran untuk menghargai kekayaan intelektual orang lain (hasil cipta
pemilik).
h. Kurangnya penegakkan hukum dan sanksi tegas bagi pengguna software bajakan.
i. Mahalnya harga software.
j. Kemudahan mendapatkan software bajakan.
k. Tidak adanya rasa saling menghargai.
l. Memiliki iman yang tidak kuat.
m. Persaingan yang tidak sehat.
Dari uraian tersebut di atas, terjadi dampak negatif sebagai akibat pelanggaran kode etik
profesi yaitu :
a. Merugikan Negara karena hilangnya potensi penerimaan negara dari masyarakat yang
menggunakan software yang asli berupa dana bea masuk yang cukup besar dari
produsen software yang memasarkan produknya di Indonesia.
b. Mencoreng nama baik Negara.
c. Membuat industi software lokal menjadi lesu bahkan mereka lebih memilih menjual
software buatannya ke luar negeri.
Sebagai wujud langkah tindak, ada delapan sudut pandang dan sebagai bahan analisis
bagaimana mencari alternatif solusi atas pelanggaran kode etik profesi tersebut, yaitu :
a. Tanggung Jawab Profesi
Mendorong para profesi teknologi informasi agar memiliki tanggung jawab akan
profesinya karena para profesi teknologi informasi itu seharusnya memajukan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 32
perusahaannya dengan cara dan jalan yang benar. Sebab pembajakan merupakan cara
curang yang tidak bertanggung jawab (mengambil milik orang lain tanpa izin).
b. Kepentingan Publik
Profesionalitas yang pada prinsipnya mengakibatkan orang lain mendapatkan
kesejahteraan, mandapatkan manfaat dari tindakan para profesi. Para profesi teknologi
informasi tidak perlu melakukan pembajakan software tetapi perlu berpihak
memikirkan kepentingan publik. Para pembajak software perlu memperdulikan
kepentingan atau kerja keras pencipta software.
c. Integritas
Para pekerja teknologi informasi adalah orang-orang yang memiliki kepintaran dalam
mengelola teknologi dan perlu dikelola secara benar atau baik. Tindakan mereka
diharapkan dapat mencerminkan adanya keseimbangan antara brain, beauty, dan
behavior.
d. Obyektivitas
Mencegah para profesi teknologi informasi untuk tidak melakukan pembajakan
software. Para pemilik software yang bekerja keras menciptakan software perlu
diperlakukan dengan adil.
e. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Membantu dan mendorong agar para profesi teknologi informasi yang
menyalahgunakan kompetensi yang dimiliki untuk melakukan sesuatu yang benar, hati-
hati dan professional. Tindakan yang hati-hati tersebut dapat menaikkan derajat
profesionalitas seorang profesi.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 33
f. Kerahasiaan
Sebuah software yang beredar pasti ada hak cipta dari si pemilik. Para profesi yang
membajak software tersebut perlu disadarkan untuk memandang adanya kerahasiaan
dalam software.
g. Perilaku Profesional
Seseorang dikatakan profesional apabila seseorang tersebut melakukan sesuatu dan
memanfaatkan kepandaiannya bagi orang lain sesuai dengan profesinya. Untuk itu para
profesi tersebut diarahkan untuk tidak melakukan kecurangan agar mereka dapat
disebutkan memiliki perilaku profesional.
h. Standar Teknis
Pada prinsipnya semua software memiliki standar teknis yang dapat beragam dalam
pengembangan maupun dalam pemasarannya. Para profesi teknologi informasi
menyadari untuk tidak melanggar dan perlu mematuhi standar teknis yang berlaku pada
dunia TI. Para profesi tersebut harus mengapresiasikan dengan cara baik akan software
yang diciptakan oleh orang lain.
PENUTUP
Simpulan
1. Kode etik merupakan norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu
sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.
2. Belajar dari kasus-kasus yang terjadi, seseorang yang mempunyai profesi misalnya
seorang teknisi komputer harus berhati-hati dalam menjalankan pekerjaannya. Para
penyandang profesi tersebut harus memiliki softskill dan hardskill dalam memenuhi
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 34
standarisasi profesinya. Karena sesuatu yang kecil, misalnya dengan tidak sengaja
memindahkan file yang tidak seharusnya dipindahkan, bisa menjadi masalah yang
besar dan berhubungan dengan hukum.
3. Sebagai suatu profesi, sebuah software yang dibuat merupakan hasil kerja keras
seorang pencipta, sudah sepantasnya semua orang menghargai hasil karya cipta
tersebut. Terlebih para profesi teknologi informasi yang memang sudah mengerti
mengenai sulitnya pembuatan software.
4. Setiap orang harus dapat saling menghargai dan mengapresiasikan hasil karya orang
lain dengan cara yang baik dan bijaksana.
Saran
1. Setiap penyandang suatu profesi, misalnya seorang teknisi komputer harus berhati-hati
dalam menjalankan pekerjaannya, harus memperhatikan dan memahami etika
profesinya.
2. Perlu diciptakan adanya kesadaran setiap individu yang memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi yang juga sebagai kontrol sosial terhadap pengguna lain,
disertai dengan penegakan hukum yang tegas untuk memberantas tindak pelanggaran-
pelanggaran teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga terbentuk suatu kesadaran
sosial masyarakat akan pentingnya pengendalian terhadap penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi yang sesungguhnya sangat bermanfaat bila dimanfaatkan
dengan tepat guna.
3. Dalam pelaksanaan penegakan hukum di bidang teknologi informasi dan komunikasi,
Pemerintah hendaknya lebih tegas untuk menindak pelaku kejahatan sehingga adanya
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 35
efek jera yang dapat mengurangi atau memberantas tindak pelanggaran penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi.
4. Setiap pengguna teknologi informasi selayaknya mematuhi dan ikut mengawasi
pengguna lain agar tercipta kesadaran akan etika dalam penggunaan tekonologi
informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Akademi Sekretari dan Manajemen (ASEKMA) Don Bosco. Handbook of Modern Secretary:
Panduan Sukses Secretaris dalam Dunia Kerja Modern. Penerbit PPM. Jakarta.
2010.
Burhan N,Dr. Perencanaan Strategik. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. 1994.
Wursanto, Ignatius. Kompetensi Sekretaris Profesional. Ed.I.Yogyakarta:ANDI. 2006
http://www.republika.co.id/berita/trendtek/elektronika/13/06/19/mon6ti-pembajakan-
software-semakin-mengkhawatirkan, diakses 22 Januari 2015
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 36
SKALA PRIORITAS PENANGANAN MASALAH TATA NASKAH DINAS DI
INSTANSI PEMERINTAH
Oleh : Muller Sagala, S.E., M.M.
(Dosen dan Direktur ASEKMA Don Bosco, [email protected])
ABSTRACT
The business world will continue to grow following the progress of technology. Changes in
the business world will be followed by a change of administration and communication.
Correspondence is one way to communicate in the form of writing. This correspondence
activities require the handling of a secretary or a person designated by the leader. Many of
the impacts that could be caused if negligent or incorrect handling of correspondence in
government agencies. To reduce the impact of the risk of loss greater and wider posed, it
would require the handling of correspondence upon priorities. Priorities based on a
variable time (urgent or non-urgent) and variable substance of the letter (important or not
important). Important and urgent condition can be interpreted as a problem which if not
resolved could lead to a solution will soon be fatal. Fatal means will can lead to large
losses and large impact. The solution to the problem of correspondence prioritized on the
urgent and important, then the next priority is a matter of urgency but not essential, etc.
Keywords: the official scripts, communication, secretary
PENDAHULUAN
Dalam beberapa kali melaksanakan diklat baik instansi pemerintah maupun di
korporat ditemukan persamaan jenis permasalahan surat menyurat, namun terdapat
perbedaan dalam implementasinya. Dalam korporasi penanganan surat menyuruat
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 37
(handling mail) lebih mengutamakan efektifitas dan efisiensi, sedangkan di instansi
pemerintah, tata naskah dinas lebih ditekankan pada pembakuan proses dan format.
Penekanan pada pembakuan proses dan format diharapkan dapat meningkatkan
efektifitas dan efisiensi sekaligus mengurangi permasalahan yang terjadi. Hampir setiap
orang mengharapkan agar tidak menemukan hambatan atau masalah dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya sehari-hari. Namun faktanya hal tersebut tidak mungkin. Hambatan
dapat muncul dari internal dan juga dari eksternal. Semua masalah yang berasal dari
internal dan eksternal tersebut haruslah diselesaikan.
Banyaknya dan tidak henti-hentinya masalah yang dihadapi oleh seorang sekretaris
memaksa dirinya untuk menentukan skala prioritas. Hal ini dimaksud agar tidak terjadi
masalah yang menumpuk dan berakibat multiflier. Masalah yang mendesak dan penting
untuk diselesaikan hendaklah mendapatkan prioritas pertama.
Seorang sekretaris professional harus dapat menyikapi setiap permasalahan yang ada
dengan cerdas dan sigap. Memanfaatkan fasilitas teknologi modern yang ada saat ini
merupakan sikap yang cerdas. Metode penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini
adalah metode analisis deskriptif dan studi pustaka.
DASAR HUKUM TATA NASKAH DINAS
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2012 Tentang Pedoman Tata Naskah Dinas
instansi pemerintah perlu dibentuk dalam rangka peningkatan efisiensi dan tertib
administrasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta peningkatan
pelayanan publik. Setiap instansi pemerintah secara bertahap wajib menyesuaikan
pedoman ini dengan pedoman tata naskah dinas instansi masing-masing.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 38
Secara umum setiap organisasi membutuhkan kegiatan surat menyurat sebagai salah
satu bentuk komunikasi dalam bentuk tulis menulis. Surat menyurat meliputi surat masuk,
surat keluar, dan pengelolaan arsip.
Dalam penanganan surat menyurat (handling mail) yang berlaku di kalangan korporat
(international best practices) bahwa pengertian surat adalah sarana atau wahana
komunikasi tertulis yang ditujukan kepada orang lain atau suatu instansi dengan tujuan
untuk menyampaikan suatu hal baik, berupa informasi, perintah atau sebuah
pemberitahuan. Untuk dapat membuat surat yang baik, harus memenuhi kriteria di bawah
ini, yaitu: (a) bahasa yang digunakan sesuai dengan etika, estetika, dan logika; (b)
menarik, padat, dan jelas. (c) bahasa yang digunakan dapat mewakili isi dan tujuan surat.
Surat dapat berfungsi sebagai (1) wakil pribadi, kelompok, atau suatu organisasi untuk
berhadapan dengan pribadi, kelompok, atau organisasi lain; (2) dasar atau pedoman untuk
bekerja, misalnya surat keputusan dan surat tugas; (3) bukti tertulis yang otentik hitam di
atas putih yang memiliki kekuatan hukum atau yuridis, misalnya surat jual beli surat
wakaf, atau pembagian warisan; (4) alat pengingat atau arsip jika sewaktu-waktu
diperlukan; (5) dokumen historis yang memiliki nilai kesejarahan, misalnya untuk
menelusuri peristiwa penting masa lalu.
Surat Masuk
Tahap-tahap yang dilakukan dalam menangani surat masuk secara garis besar
meliputi : (1) Classifying and Sorting; (2) First Sorting; (3) Opening The Mail; (4)
Removing dan Inspecting contents; (5) Date Time Stamping (membubuhkan stempel
tanggal); (6) Reading, Underlining and Annotating; dan (7) Distributing Mail.
Pada dasarnya tahap-tahap yang berlaku secara international best practices tersebut
tidak jauh berbeda sebagaimana diatur oleh pemerintah. Berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 181/PMK.01/2014 Tentang Pedoman Tata Naskah
Dinas Kementerian Keuangan bahwa penanganan naskah dinas masuk dilaksanakan
melalui tahapan : (1) Penerimaan; (2) Pencatatan; (3) Penilaian; (4) Pengolahan; dan (5)
Penyimpanan.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 39
Surat Keluar
Dalam hal penanganan surat keluar, tahap-tahap yang dilakukan secara international
best practices adalah (1) Masukkan draft atau konsep untuk dicek pimpinan; (2) Catat di
Agenda Surat Keluar untuk mendapatkan nomor, dan belum diberi tanggal sampai surat
benar-benar terkirim; (3) Cetak surat ke dalam Kertas Berkepala /Kop surat; (4) Masukkan
ke dalam map tanda tangan untuk ditandatangani pimpinan; (5) Setelah ditandatangani
pimpinan baru diberi tanggal dan siap dikirim; (6) Membuat foto copy surat untuk
keperluan arsip.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
181/PMK.01/2014 Tentang Pedoman Tata Naskah Dinas Kementerian Keuangan bahwa
penanganan naskah dinas keluar dilaksanakan melalui tahapan : (1) Pengolahan; (2)
Pencatatan; (3) Penggandaan; (4) Pengiriman; dan (5) Penyimpanan.
Pengelolaan Arsip
Pengelolaan arsip atau penyimpanan arsip baik surat masuk maupun surat keluar wajib
dilakukan. Inti dari pengelolaan arsip adalah “store efficiently and find quickly”.
Penyimpanan surat masuk perlu mempertimbangkan bahwa (1) Selama masa
pengolahan, naskah dinas masuk sudah mulai mengalami proses penyimpanan. Karena
naskah dinas yang sudah disimpan itu sering diminta kembali untuk diolah, naskah dinas
harus disimpan sedemikian rupa sehingga mudah ditemukan kembali jika diperlukan; (2)
Naskah dinas masuk yang melalui proses pemberkasan disimpan dalam berkas naskah
dinas menurut bidang permasalahan; (3) Naskah dinas masuk yang diproses tidak melalui
proses pemberkasan, maka naskah dinas disimpan dalam himpunan sesuai dengan
kebutuhan.
Penyimpanan surat keluar perlu mempertimbangkan bahwa (1) Semua arsip naskah
dinas keluar (pertinggal) harus disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang
kearsipan; (2) Naskah asli naskah dinas keluar yang diparaf harus disimpan; (3) Tata cara
penyimpanan naskah dinas keluar diatur menurut prosedur yang berlaku di masing-masing
unit.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 40
Beberapa cara menghimpun naskah dinas adalah (a) berdasarkan seri, yaitu himpunan
satu jenis naskah dinas berdasarkan format naskah dinas atau jenis naskah dinas lain yang
menyertai surat dinas yang bersangkutan. Misalnya, keputusan, instruksi, petunjuk
pelaksanaan, dan surat edaran disusun secara kronologis. Himpunan menurut seri selain
dibatasi oleh kemampuan map juga dibatasi oleh tahun naskah dinas; (b) rubrik, yaitu
himpunan dari satu macam masalah/ hal/ pokok persoalan yang disusun secara kronologis,
misalnya masalah cuti, perlengkapan, dan perjalanan dinas. Himpunan menurut rubrik
dibatasi dengan tahun atau dibatasi sampai dengan masalah selesai; (c) dosir, yaitu
himpunan satu macam masalah/ hal/ pokok persoalan yang disusun secara kronologis, dari
awal sampai akhir. Misalnya, berkas / file pegawai adalah himpunan naskah dinas dari
mulai lamaran sampai dengan pemberhentian. Pemberkasan naskah dinas dapat
digolongkan sebagai himpunan rubrik.
Dilihat dari cara penyimpanan terdiri dari (a) lateral, yaitu penyimpanan naskah dinas
yang diletakkan sedemikian rupa sehingga yang terlihat hanya bagian sisi samping,
misalnya penyimpanan dalam ordner, kotak arsip, box file atau buku perpustakaan; (b)
vertikal, yaitu penyimpanan naskah dinas yang diletakkan sedemikian rupa sehingga yang
terlihat hanya bagian muka, misalnya penyimpanan surat / map pada lemari berkas / box
file; (c) horizontal, yaitu penyimpanan naskah dinas yang diletakkan sedemikian rupa
sehingga muka naskah dinas terlihat di sebelah atas, misalnya penyimpanan sementara
surat/ himpunan yang diletakkan di meja pejabat pada waktu surat masih dipelajari /
diolah, peta, atau gambar konstruksi.
SKALA PRIORITAS PENANGANAN TATA NASKAH DINAS
Dalam beberapa kali penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (diklat) di instansi
pemerintah, beberapa peserta menyatakan adanya perbedaan penanganan tata naskah dinas
antara instansi pemerintah dengan korporasi. Pada dasarnya secara konsep tidak ada
perbedaan, tetapi secara operasional perbedaan tersebut lebih disebabkan karena kebijakan
yang berlaku. Di instansi pemerintah asas pembakuan lebih utama sementara di korporasi
lebih mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 41
a. Unit Kompetensi Umum
Dalam beberapa kesempatan pelatihan baik di korporasi maupun di instansi
pemerintah, kepada peserta ditanyakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan dalam unit
kompetensi. Setelah data dikompilasi terlihat ada 13 unit kompetensi yang perlu diurusi
oleh seorang sekretaris, dan kemungkinan masih dapat bertambah. Unit kompetensi
tersebut adalah sebagai berikut :
No Unit Kompetensi
1 Mengetik Komputer
2 Trouble Shooting (al. Komputer)
3 Menangani Surat Masuk dan Surat Keluar (handling mail)
4 Mengelola Dokumen (Kearsipan)
5 Korespondensi Bahasa Indonesia dan Inggris / Komunikasi
6 Pengelolaan Komunikasi melalui berbagai alat komunikasi
7 Menerima Tamu
8 Mengurus Perjalanan Dinas
9 Menangani Pertemuan atau Rapat
10 Mengelola Kas Kecil
11 Menangani Alat Tulis dan Perlengkapan Kantor
12 Menangani Laporan
13 Hubungan Masyarakat dan Keprotokolan
Sumber : Data ASEKMA Don Bosco, diolah Juni 2015
Ketigabelas unit kompetensi di atas sama-sama dipilih oleh pihak korporasi maupun
pihak instansi pemerintah, bedanya hanya pada prioritas. Sebagai contoh, kegiatan
“Mengelola Kas Kecil”, di korporasi merupakan bagian kegiatan yang banyak
dilakukan sementara di instansi pemerintah hanya untuk kegiatan tertentu.
b. Masalah Tata Naskah Dinas
Dalam beberapa kali diklat di instansi pemerintah, dan dari beberapa unit kerja yang
berbeda, kepada peserta dimintakan list permasalahan yang dihadapi saat menjalankan
tugas di kantor masing-masing. List masalah tersebut dikumpulkan dan dikelompokan
untuk selanjutnya dibahas, apa penyebabnya dan apa alternative solusinya. Dari hasil
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 42
rekap list masalah tampak sebagai berikut ini termasuk skala prioritas yang beri huruf
“P” pada kolom “Skala”.
No Permasalahan yang Dihadapi Skala
1. Surat terlalu banyak
2. Jaringan computer bermasalah P
3. Arsip berantakan/menumpuk
4. Surat Masuk berulang (lebih 1x)
5. Butuh proses segera tapi pimpinan tidak ada P
6. Fax/dokumen tidak jelas/tidak terbaca P
7. Sudah di-email tapi mengaku belum terima P
8. Surat dari pelayanan terpusat lama sampainya
9. Surat sudah jatuh tempo / mendadak P
10. Fax gagal P
11. Surat nyasar ke unit kerja lain P
12. Mengirim surat saat mau pulang P
13. Lampiran tidak sesuai / kurang lengkap
14. Dokumen tidak ditemukan
15. Terlalu lama di pimpinan
16. Belum menerima dokumen asli tetapi copynya sudah ada
17. Surat langsung ke pimpinan tidak via sekretaris
18. Tidak ada stempel
19. Disimpan sendiri oleh atasan
20. Salah konsep / bolak-balik ke pimpinan
21. Tidak ada lampiran
22. Kurang tempat ordner
23. Salah disposisi
24. Surat / dokumen hilang / terselip Surat Basah P
25. Listrik mati P
26. Pengiriman tidak buat identitas/sulit diidentifikasi
27. Surat dalam benduk CD
28. Surat Masuk tapi isi undangan
29. Tandatangan terlewat P
30. Terlalu banyak steples
31. Tidak ada no surat
32. Hasil scan dokumen tidak dishare
33. No/pengirim salah ketik P
34. Scanning lama
35. Terlalu banyak Lembar Disposisi
36. Tujuan surat salah P
37. Surat/dokumen sobek/rusak P
38. Lembar Disposisi : tertukar, tidak diisi pimpinan
39. Tidak ada tanggal surat
40. Isi dan sampul tidak sama
41. Komputer rusak saat mengambil nomor agenda P
42. Salah menuliskan tahun
43. Tidak buat tanda terima
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 43
44. Surat didistribusi tidak dicatat
45. Surat terlem di surat
46. Tidak mencatat SK dalam agenda
47. Lemari tidak terkunci
48. Surat per email terhapus P
49. Surat Rahasia terbuka atau tidak ada identitas pengirim
50. Surat pribadi terbaca
51. Surat Rahasia tercecer
Sumber : Data ASEKMA Don Bosco, diolah Juni 2015
c. Skala Prioritas Permasalahan Tata Naskah Dinas
Dalam tabel sebelumnya ditemukan beberapa permasalahan yang telah
ditandai dengan huruf “P” pada kolom “Skala” untuk mendapatkan penanganan
yang diprioritaskan. Penentuan skala prioritas didasarkan dalam dua variabel yaitu
waktu (mendesak atau tidak mendesak) dan substansi yang terkandung / isi surat
(penting atau tidak penting).
Berdasarkan pengalaman Penulis semasa masih aktif di Kementerian
Keuangan dengan ruang lingkup tugas melaksanakan setelmen transaksi utang
negara luar negeri dan dalam negeri, surat menyurat merupakan hal yang sangat
penting. Contoh surat yang sangat penting yang berkaitan dengan setelmen
transaksi uang negara adalah invoice, reminder letter, notification letter, atau yang
sejenisnya. Dokumen tersebut berisi informasi penting misalnya tanggal jatuh
tempo pembayaran utang (due date), jumlah yang harus dibayar, dan nomor
rekening yang dituju. Apabila seorang pegawai salah atau lalai memproses surat-
surat tersebut menurut waktu, jumlah, dan sasarannya maka kemungkinan akan
terjadi hal yang sangat fatal.
Kondisi fatal atas penanganan notification letter atau invoice tersebut, baik di
instansi pemerintah maupun dalam korporasi, jika surat menyurat tersebut tidak
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 44
dapat diproses dengan tepat waktu, tepat jumlah, maupun tepat sasaran akan dapat
mengakibatkan kerugian yang sangat besar dan berdampak luas.
Beberapa penyebabnya tidak diprosesnya surat menyurat secara tepat antara lain :
(a) petugas tidak memeriksa email; (b) petugas tidak memeriksa fax; (c) petugas tidak
memperhatikan due date (jatuh tempo) pembayaran utang; (d) petugas tidak memeriksa
identitas, jumlah, dan nomor rekening yang dituju; (e) petugas tidak teliti; (f) alat-alat /
media komunikasi dengan lender tidak baik.
Sebagai akibat tidak dapatnya memenuhi kewajiban tersebut di atas secara tepat
maka akan dapat berakibat antara lain pada : (a) negara dinyatakan default (gagal
membayar utang); (b) rating negara menurun; (c) country risk meningkat; (d)
kehilangan kepercayaan dari lender; (e) negara donor atau negara lender menganggap
negara borrower tidak komit.
Merujuk dari uraian pengalaman di atas, penanganan surat menyurat khasusnya
dalam instansi pemerintah dalam hal tata naskah dinas perlu disikapi dengan baik.
Berikut ini adalah contoh penanganan surat yang berkaitan dengan setelmen transaksi
pembayaran utang negara luar negeri. Dokumen yang diperlukan adalah surat
pemberitahuan pembayaran utang (notification letter), atau surat peringatan
pembayaran utang (reminder letter). Masalah yang dihadapi adalah surat dimaksud
gagal masuk melalui fax, tidak terbaca atau tidak jelas (merujuk pada list permasalahan
yang dihadapi).
Apabila dianalisis penyebab timbulnya permasalahan tersebut, dapat disebabkan
oleh berbagai hal antara lain : jaringan komunikasi fax di tempat pengirim atau di
tempat penerima mempunyai masalah; operator pengirim atau operator penerima tidak
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 45
memahami pengoperasian mesin fax; kertas fax pada lokasi penerima tidak sesuai;
toner fax pada lokasi penerima tidak tersedia dengan baik.
Apabila salah satu penyebab masalah di atas terjadi, sementara kondisi surat sangat
mendesak dan penting, maka harus segera dicarikan solusinya. Misalkan dalam contoh
kasus ini, surat diduga berisi pemberitahuan agar borrower segera melakukan
pembayaran utang besok pagi sebelum pukul 10.00 waktu lokasi penerima, dengan
jumlah tertentu, dan pada nomor rekening tertentu. Dengan demikian, hari ini juga
surat dimaksud harus sudah diterima di tempat penerima. Perlu dipertimbangkan
berapa lama waktu proses yang diperlukan untuk melakukan persiapan pembayaran
sebelum pukul 10.00 besok paginya.
Solusi jangka pendek yang dapat dilakukan adalah : (1) cek peralatan fax penerima
dan yakinkan tidak ada masalah baik jaringan, kertas tersedia, dan toner cukup; (2)
dapatkan nomor fax alternative jika fax utama gagal (dapatkan nomor fax unit lain
yang berdekatan dengan tempat kerja); (3) segera hubungi pihak pengirim untuk
meminta mengirim ulang ke fax yang dituju; dan (4) dengan memanfaatkan teknologi
yang ada, informasi dapat juga dikirim melalui email tau media sosial. Dengan kata
lain dalam keadaan darurat (in emergency) usahakan tersedia multi-backup solution.
Secara jangka panjang, apabila surat menyurat dalam tempat kerja mempunyai
volume surat yang sangat besar, dapat dipertimbangkan menyediakan dua buah fax
dengan pengaturan : satu fax untuk incoming mail dan satu lagi untuk outcoming mail
dan atau incoming mail. Disamping fax dimaksud, lebih baik lagi apabila disediakan
email sebagai backup. Dengan demikian operasional tetap jalan tanpa terganggu oleh
hal-hal yang tidak perlu diurusi.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 46
PENUTUP
Setiap organisasi, baik korporasi maupun instansi pemerintah, membutuhkan satu
unit kerja yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang kesekretarisan termasuk di
dalamnya urusan surat menyurat. Komunikasi melalui tulis menulis ini tentu
memerlukan penanganan tersendiri (handling mail).
Salah satu peran sekretaris pimpinan adalah handling mail. Penanganan surat-
menyuruat ini dapat berbeda dalam implementasinya di korporat maupun di instansi
pemerintah. Pada instansi pemerintah, implementasi tata naskah dinas lebih
menekankan pada prosedur dan bantuk yang baku.
Skala prioritas penanganan surat menyurat atau tata naskah dinas di instansi
pemerintah tidak jauh berbeda dengan yang ada di korporat. Keduanya mengacu
kepada variabel waktu (mendesak atau tidak mendesak), dan substansi isi surat
(penting atau tidak penting). Tata naskah dinas yang mendesak dan penting jauh lebih
prioritas dibandingkan dengan yang mendesak dan tidak penting, demikian seterusnya.
Dalam menentukan skala prioritas “mendesak dan penting”, seorang sekretaris
harus memahami betul apa dampak yang diakibatkan apabila permasalahan tata naskah
dinas tersebut tidak mendapatkan solusi. Semakin besar dan semakin luas dampak
kerugian yang diakibatkan maka kondisi tersebut dimasukan dalam skala prioritas
“mendesak dan penting”. Siapkan beberapa backup solution dalam hal terjadi keadaan
darurat (in emergency).
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 47
DAFTAR PUSTAKA
Akademi Sekretari dan Manajemen (ASEKMA) Don Bosco. Handbook of Modern
Secretary: Panduan Sukses Sekretaris dalam Dunia Kerja Modern.
Penerbit PPM. Jakarta. 2010.
ASEKMA Don Bosco. DTU-Sekretaris Pimpinan Kementerian Keuangan.
Senin – Kamis, 2 – 5 Januari 2015
_________. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Tata Naskah Dinas Instansi Pemerintah
_________. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
181/PMK.01/2014 Tentang Pedoman Tata Naskah Dinas Kementerian
Keuangan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 48
ANALISIS KORELASI SKOR BAHASA INGGRIS TERHADAP SKOR TOEIC
STUDI KASUS : MAHASISWA ASEKMA DON BOSCO
Oleh : V.Y. Sri Sudarwinarti, S.Pd., M.Si..
(Dosen ASEKMA Don Bosco, [email protected])
ABSTRACT
As assistant chief secretaries often dealing with guests from various backgrounds to
meet with the leadership. Through personal communication abilities and skills
possessed, the secretary must be able to encompass a variety of purposes before a visit
leadership. Often in communicating with guests, secretaries had to use a foreign
language, one of which is English. In other words, the secretary must master English
both oral and written. This paper is intended to test whether there is a correlation
score of the English against the TOEIC scores. Results of this study were conducted to
prove the existence of a correlation between the two variables given the fact that some
students ASEKMA Don Bosco as respondents impaired TOEIC score on a test for the
same material. The analytical method used is discriptif analysis by using statistical
data processing tools through Excel software. Results of this study are expected to be
useful for students, faculty, and management in particular academic field.
Keywords: secretaries, communication skills, TOEIC scores
PENDAHULUAN
Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA 2015) menjadi trending
topic menjelang akhir tahun 2015. Hal ini dipandang wajar mengingat tujuan
pembentukannya sebagaimana dijelaskan dalam cetak biru MEA adalah meningkatkan
pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN dan menjembatani jurang kesenjangan
di antara negara-negara anggotanya. Dalam agenda MEA 2015 tersebut juga akan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 49
melibatkan kesiapan sumber daya manusianya termasuk Indonesia, minimal dalam
penggunaan bahasa dalam berkomunikasi.
Akademi-akademi di Indonesia dengan program studi sekretari sudah dapat
dipastikan akan mempersiapkan lulusannya untuk dapat berkomunikasi dengan baik,
salah satunya menggunakan bahasa Inggris. Dalam berkomunikasi antar negara, bahasa
Inggris merupakan bahasa antara yang umum digunakan, sehingga tentu setiap lulusan
akademi tersebut diharuskan mampu berbahasa Inggris secara aktif.
Karya tulis ini membahas tentang tingkat penguasaan bahasa Inggris. Manfaat
dari hasil karya tulis ini adalah agar para mahasiswa, dosen, dan manajemen bidang
akademik dapat mengetahui apakah ada korelasi antara skor bahasa Inggris dengan
skor TOEIC. Skor TOEIC secara internasional diakui sebagai alat ukur untuk
menetapkan seseorang mempunyai tingkat kemampuan berkomunikasi dalam bahasa
Inggris. Secara umum dapat berarti bahwa jika seseorang ingin mendapatkan skor
TOEIC yang lebih tinggi maka terlebih dahulu harus memenuhi skor bahasa Inggris
secara maksimal. Metode penulisan karya tulis ini menggunakan analisis deskriptif dari
hasil olahan data statistik melalui software excel.
LANDASAN TEORI
1. Peran Akademi Sekretari
Dunia bisnis membutuhkan sumber daya manusia yang terdidik, mempunyai
kompetensi sesuai kebutuhan dunia usaha dan dunia industri, serta mampu
berkomunikasi dalam bahasa yang dapat dimengerti kebanyakan orang. Kebutuhan
tersebut sudah merupakan prioritas dalam perkembangan dunia bisnis terutama lagi
dalam tuntutan akan diberlakukannya agenda MEA 2015.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 50
Institusi pendidikan, misalnya akademi sekretari, sangat berperan penting
dalam menyediakan tenaga yang siap kerja. Akademi sekretari dimaksud harus
mampu menghasilkan sekretaris profesional dan berintegritas tinggi. Sekretaris
dapat diartikan sebagai asisten pimpinan dalam mendukung pekerjaannya yang
bersifat strategis (penentu kebijakan).
Sebagai asisten pimpinan sikap mental yang harus dimiliki antara lain : (a)
harus mengerti dan menyadari bahwa pekerjaan sebagai pendukung adalah
penting; (b) semua tugas yang dilaksanakan harus dapat memberikan manfaat
positif pada instansi ataupun rekan kerja; dan (c) semua tugas dikerjakan dengan
sepenuh hati.
Tugas seorang sekretaris sangat banyak dan beragam. Apabila
dikelompokkan tugas sekretaris dapat terdiri dari : (a) tugas rutin adalah tugas-
tugas umum yang hampir tiap hari dihadapi tanpa menunggu instruksi dari
pimpinan atau tanpa menunggu waktu harus dilaksanakan sesuai aturan yang
diterapkan dalam uraian tugasnya; (b) tugas instruksi adalah tugas yang tidak setiap
hari dilaksanakan oleh sekretaris, tetapi hanya dilaksanakan jika ada instruksi
khusus dari pimpinan; (c) tugas kreatif adalah tugas atau pekerjaan yang
dilaksanakan atas prakarsa sekretaris sendiri guna meringankan beban pekerjaan
atau menciptakan efisensi dan efektivitas kerja; dan (d) tugas koordinatif adalah
tugas yang diwujudkan melalui kerja sama dengan unit/bagian lain yang memiliki
keterkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Apabila dirinci lebih lanjut, tugas rutin sekretaris adalah : (a) Menangani
surat menyurat; (b) Menerima telepon; (c) Menggandakan dokumen (copy); (d)
Mempersiapkan rapat; (e) Membuat laporan; (f) Menyimpan dokumen (arsip); (g)
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 51
Menerima tamu; dan (h) Menjaga rahasia (informasi informal). Hal yang terakhir
disebutkan ini yaitu menjaga rahasia perlu mendapatkan perhatian khusus yaitu
perhatikan isu-isu sensitif; ditangani dengan bijaksana, tidak diteruskan kepada
pihak yang tidak berkepentingan; dan diharapkan tidak mengeluarkan statement
apapun sebelum mendapat ijin resmi dari yang berwenang.
Tugas – tugas instruksi meliputi : (a) Mengatur perjalanan dinas pimpinan;
(b) Membuat SPT tahunan pimpinan; (c) Menyiapkan pidato pimpinan; (d)
Menyiapkan bahan sosialisasi; (e) Mendampingi pimpinan dalam rapat koordinasi;
(f) Membuat SOP; (g) Melakukan monitoring dan evaluasi ke mitra kerja; (h) Print
peraturan baru; (i) Menyediakan sarana prasarana tim pemeriksa; dan (j)
Menjemput dan menjamu tamu.
Tugas - tugas kreatif meliputi : (a) Membuat form-form; (b) Membuat
tampilan arsip lebih menarik; (c) Membuat jadwal kerja yang menarik; (d)
Membuat catatan follow up; (e) Membuat daftar tamu; (f) Mengumpulkan berita-
berita yang ada hubungannya dengan pimpinan / pekerjaan. Tugas kreatif juga
merupakan kegiatan sebagai pengisi waktu jeda atau refreshing, dapat dilakukan
dalam waktu yang teratur setiap hari, bebas mengekspresikan kreatifitas, dan tetap
memperhatikan aturan-aturan yang berlaku.
Tugas koordinatif meliputi tugas : (a) Penyusunan kegiatan tahunan dengan
seksi lain; dan (b) Pembahasan masalah yang berkaitan dengan unit lain.
Tugas-tugas sebagaimana diuraikan di atas banyak melibatkan orang lain
selain pimpinan yang mungkin berasal dari berbagai budaya dan bahasa. Dalam
berkomunikasi diperlukan salah satu bahasa penterjemah yang berlaku umum dan
bersifat internasional, yaitu bahasa Inggris. Dengan demikian peran akademi
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 52
sekretari sangat penting dan strategis untuk menghasilkan tenaga-tenaga yang siap
kerja.
2. Peran Bahasa Inggris Untuk Profesi Sekretaris
Sekretaris adalah seorang yang membantu pimpinan dalam memulai serta
menyelesaikan suatu pekerjaan sekaligus merupakan perantara bagi orang yang
ingin berhubungan dengan pimpinannya atau sebaliknya. Dia juga sebagai pembina
hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat luar. Disamping itu sekretaris
setiap harinya berkomunikasi dengan tamu-tamu dari berbagai tingkatan, golongan
dan berbagai macam individu yang masing-masing berbeda latar belakang, berbeda
status sosial, berbeda kepentingan, berbeda kedudukan, berbeda bahasa, maka
sekretaris dituntut mampu memahami pihak-pihak yang berhubungan dengannya.
Untuk itu seorang sekretaris harus mampu berkomunikasi dengan baik dan
menguasai bahasa Indonesia dan beberapa bahasa asing dengan baik seperti bahasa
Inggris, sehingga dapat berkomunikasi dengan tamu- tamu tingkat eksekutif, dan
mampu membantu pimpinan dalam bernegosiasi. Sekretaris juga dituntut untuk
memilih kata dan menyusun kalimat secara baik dan jelas, menyenangkan semua
pihak yang berkomunikasi dengannya.
Kemampuan berkomunikasi dan interaksi dengan pimpinan, pihak luar dan
juga rekan bisnis merupakan peranan yang sangat penting bagi seorang sekretaris,
dia juga harus mempunyai wawasan yang luas untuk dapat bersaing di dunia bisnis.
Karena jangkauan atau kerjasama perusahaan bukan hanya di tingkat nasional
tetapi juga ditingkat internasional, terlebih-lebih perusahaan yang besar.
Oleh karena itu bahasa Inggris penting untuk sekretaris tetapi juga tidak boleh
lupa dengan bahasa yang dimiliki sendiri. Bahasa Inggris merupakan modal untuk
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 53
bersaing meraih suatu pekerjaan yang lebih baik dan merupakan bahasa
internasional penghubung segala bahasa, disamping itu juga dengan bahasa Inggris
kita dapat : (1) meningkatkan karier; (2) mendapatkan posisi lebih tinggi dibanding
rekan-rekan yang tidak memilikinya; (3) mempermudah untuk melakukan
komunikasi dengan siapapun juga dimanapun juga berada; dan (4) membuat kita
bisa percaya diri dan tak pernah takut untuk melakukan apapun juga.
Memahami bahasa Inggris sangat penting dalam bekerja karena hampir setiap
hari kita pasti akan menemui kata-kata dalam bahasa Inggris secara tidak langsung.
Kebanyakan perusahaan juga kadang menggunakan bahasa Inggris untuk
berkorespondensi baik dengan relasi maupun dengan pihak intern. Bahasa Inggris
di dunia usaha memang digunakan untuk bisnis, surat menyurat dan meeting
dengan tamu asing yang tidak mau belajar dan tidak bisa berbahasa Indonesia.
3. TOEIC Salah Satu Alat Ukur
TOEIC (Test of English for International Communication) adalah tes untuk
mengukur kemampuan berbahasa Inggris untuk mereka yang bahasa sehari-harinya
bukan bahasa Inggris. TOEIC mengukur secara objektif dan akurat mengenai
kemampuan berkomunikasi seseorang dalam bahasa Inggris. Tes ini dirancang
berdasarkan kondisi sehari-hari yang dijalani setiap orang sehingga tes ini sangat
mudah dipahami dan dirasakan langsung manfaatnya karena berkaitan langsung
dengan kehidupan sehari-hari yang dialami setiap orang di lingkungannya.
Tes TOEIC mengukur kemampuan bahasa Inggris untuk individu yang
sedang belajar atau bekerja dilingkungan global. Skor TOEIC menunjukkan
seberapa baik seseorang dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris dalam dunia
pendidikan, bisnis, perdagangan dan industri. Tes ini tidak memerlukan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 54
pengetahuan atau istilah khusus selain dari bahasa Inggris yang dipergunakan
sehari-hari. Ada 3 jenis tes yaitu TOEIC Listening Reading, TOEIC Speaking
Writing, dan TOEIC Bridge.
Saat ini, perguruan tinggi dan lembaga bahasa Inggris dapat menggunakan tes
TOEIC Speaking and Writing sebagai pelengkap tes TOEIC Listening and Reading
untuk memastikan mereka memiliki keterampilan mendengarkan, berbicara,
membaca dan menulis yang dibutuhkan untuk meraih kesuksesan di pasar kerja
global yang semakin kompetitif, khususnya para sekretaris.
Bahasa Inggris adalah bahasa global, dalam dunia usaha global yang semakin
kompetitif, perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang dapat berbicara dan
menulis secara efektif melewati lintas batas dan budaya. Tes TOEIC Speaking and
Writing merupakan alat ukur valid untuk mengukur kemampuan berbicara dan
menulis bahasa Inggris untuk dunia bisnis.
Dalam dunia usaha global saat ini : (a) Kemampuan berbicara sangat
diperlukan untuk melakukan presentasi secara efektif, komunikasi tatap muka,
rapat, konferensi melalui video, telekonferensi dan percakapan melalui telepon; (b)
Keterampilan menulis penting untuk menulis email yang jelas dan persuasif, juga
dalam jenis korespondensi bisnis lainnya.
Manfaat dari skor TOEIC ini yaitu : (a) Untuk proses perekrutan, pelatihan
dan promosi karyawan yang paling berkualitas; (b) Dapat menghemat waktu dan
sumber daya dengan mengetahui langsung siapa karyawan yang memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif di dunia kerja internasional; (c)
Untuk proses seleksi karyawan baru dan pengembangan individu yang dapat
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 55
berinteraksi secara efektif dengan kolega dan klien di seluruh dunia. (http://itc-
indonesia.com/index.php/id/)
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Profil Data Skor Bahasa Inggris
ASEKMA Don Bosco secara kontinu melakukan test TOEIC untuk mengukur dan
memacu para mahasiswa menguasai bahasa Inggris. Dalam bahan tulisan ini, data yang
digunakan adalah data hasil test TOEIC tanggal 11 Maret 2015 dan 25 Mei 2015. Data
menunjukan adanya kenaikan dan penurunan skor TOEIC setelah dilakukan test ke 2 untuk
materi yang sama. Dari data hasil skor TOEIC ke dua periode test tersebut akan
dikhususkan untuk mahasiswa yang mengalami penurunan skor.
NIM Skor B.Inggris NIM Skor B.Inggris
3210 67
3220 78.5
3224 78.5
3217 84
3227 70
3242 79
3228 80.5
3213 89.5
3241 100
3225 89.5
3216 69
3251 73
3226 71
3222 93
3233 71
3238 79
3259 79
3249 79
3211 73
3252 73
3267 83.5
3256 83.5
3232 67
3223 96.5
3236 73
3235 93
3265 67
3208 89.5
3258 100
3234 96.5
3260 79
3243 79
3244 79
3262 79
3215 78.5
3229 96.5
3247 79
3230 100
3218 77
3254 89.5
Sumber: Hasil Test TOEIC, ASEKMA Don Bosco, 2015, diolah
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 56
HASIL TEST TOEIC 11 Maret 2015 dan 25 Mei 2015 (sebagian data)
No NIM Total Score 11 Mar 2015
Total Score 25 Mei 2015
Naik Turun
1 3208 445 595 150
2 3210 70 55 -15
3 3211 200 220 20
4 3213 265 325 60
5 3215 110 265 155
6 3216 205 195 -10
7 3217 280 300 20
8 3218 310 280 -30
9 3220 320 290 -30
10 3222 310 400 90
11 3223 485 565 80
12 3224 220 140 -80
13 3225 285 350 65
14 3226 205 195 -10
15 3227 105 145 40
22 3235 485 565 80
23 3236 245 240 -5
24 3238 220 435 215
25 3241 100 190 90
42 3267 155 225 70
Sumber: Hasil Test TOEIC, ASEKMA Don Bosco, 2015, diolah
2. Analisis Korelasi
Sesuai dengan tujuan penelitian dan hipotesa yang telah disebutkan sebelumnya,
proses pembuktiannya dilakukan dengan pendekatan statistik. Dalam penelitian ini agar
hasil yang diperoleh lebih akurat dan untuk menghemat waktu, proses pengolahan
datanya menggunakan software Exell.
Untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh skor bahasa Inggris terhadap
peningkatan skor TOEIC pada ASEKMA Don Bosco, telah dilakukan pemrosesan data
yang diperoleh dengan menggunakan alat analisis yaitu (1) koefisien korelasi
sederhana, (2) uji signifikansi dengan uji t, (3) Uji Koefisien Diterminasi Pengaruh;
dan (4) Regresi Sederhana.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 57
Data statistik yang didapatkan dari hasil pengolahan data primer skor bahasa
Inggris dan data skor TOEIC mahasiswa ASEKMA Don Bosco tingkat I dan tingkat II
tahun 2015 melalui software Excell diperoleh hasilnya sebagai berikut :
1. Multiple R (korelasi) sebesar 0,5680
2. R Square (determinasi) sebesar 0.3227 atau 32,27 persen
3. T-Hitung sebesar 4,3652
4. T-Tabel sebesar 2,0210
5. Intercept (a) sebesar -556,82
6. Slope (b) sebesar 11,34
a. Koefisien Korelasi Sederhana
Hasil pengujian menunjukan bahwa terdapat korelasi antara variabel skor
bahasa Inggris yang tercermin dari harga koefisien korelasi sebesar r = 0,5680. Ini
dapat diartikan bahwa terdapat hubungan kedua variabel skor bahasa Inggris dan
skor TOEIC tergolong dalam kategori sedang dan mempunyai arah hubungan yang
positif (korelasi yang sempurna mendekati angka 1). Dengan kata lain apabila skor
bahasa Inggris ditingkatkan maka skor TOEIC akan meningkat.
b. Uji Signifikansi dengan Uji t
Hasil penelitian di atas masih perlu dilanjutkan dengan pengujian
signifikansi. Pengujian signifikansi hubungan antara akurasi skor bahasa Inggris
dengan skor TOEIC dapat diketahui dengan menggunakan uji t, yaitu dengan cara
membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Dengan kriteria pengujian yang
didasarkan pada ketentuan jika t hitung > t tabel maka korelasi variabel X (skor
bahasa Inggris) dengan variabel Y (skor TOEIC) adalah signifikan.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 58
Angka t hitung didapat dari hasil perhitungan dari software Excell yaitu
sebesar 4,3652. Angka t tabel didapat dari tabel t atau melalui software Excell
dengan ketentuan σ (alpha) = 0,05, derajat kebebasan 42 - 2 = 40 sehingga
diperoleh nilai t tabel sebesar 2,0210.
Berdasarkan perhitungan di atas ternyata t hitung lebih besar dari t tabel
yaitu 4,3652 lebih besar 2,0210. Ini memberikan arti bahwa terdapat korelasi yang
signifikan dan positif antara variable skor bahasa Inggris dan skor TOEIC.
c. Uji Koefisien Diterminasi Pengaruh
Melalui pengukuran koefisien diterminasi pengaruh dapat diketahui seberapa
besar variable skor bahasa Inggris dapat mempengaruhi skor TOEIC menjadi naik
atau turun. Semakin besar nilai koefisien diterminasi pengaruh maka semakin besar
pengaruh skor bahasa Inggris terhadap perubahan skor TOEIC, atau sebaliknya
semakin kecil nilai koefisien diterminasi pengaruh maka semakin kecil pengaruh
skor bahasa Inggris terhadap perubahan skor TOEIC.
Kontribusi pengaruh variabel skor bahasa Inggris terhadap skor TOEIC,
dihitung dengan rumus koefisien diterminan (R Square, 0,3227 x 100%) adalah
sebesar 32,27 persen. Ini memberikan arti bahwa sebesar 32,27 persen, skor
TOEIC ditentukan atau dipengaruhi oleh skor bahasa Inggris dan sisanya sebesar
67,73 persen ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya kondisi fisik
mahasiswa saat melaksanakan test TOEIC.
d. Regresi Sederhana
Analisis koefisien regresi variabel skor bahasa Inggris dan variabel skor
TOEIC dapat dilakukan dengan menggunakan data sebagaimana yang tersedia.
Melalui pengukuran koefisien regresi ini dapat diketahui seberapa besar
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 59
peningkatan skor TOEIC dengan peningkatan skor bahasa Inggris dalam satu
satuan. Dari data dalam tabel tersebut, secara matematis persamaan regresi dapat
dinyatakan bahwa :
Y = -556,82 + 11,34X
Dimana :
Y = skor TOEIC.
X = skor bahasa Inggris.
Arti dari persamaan regresi di atas dapat dijelaskan bahwa :
1) Konstanta -556,82 (intercept) menunjukan bahwa skor TOEIC tanpa
dipengaruhi oleh variable skor bahasa Inggris, skor TOEIC-nya adalah
sebesar -556,82.
2) Skor Bahasa Inggris (X) sebesar 11,34 (slope) menunjukan bahwa setiap
skor bahasa Inggris ditingkatkan 1 satu satuan, maka hal tersebut juga
akan meningkatkan skor TOEIC sebesar 11,34.
Empat analisis dalam karya tulis ini telah dihitung dengan pendekatan
statistik, dan telah diperoleh angka-angka dan penjelasan pada masing-masing alat
analisis. Penelitian ini memang dimaksud untuk mendapatkan gambaran mengenai
pengaruh skor bahasa Inggris terhadap skor TOEIC pada ASEKMA Don Bosco.
Berdasarkan hasil pembuktian dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini, maka
hasil penelitian telah dijelaskan dalam beberapa alat analisis.
Analisis hubungan dan pengaruh skor bahasa Inggris sebagai variabel bebas
dan skor TOEIC sebagai variabel terikat menunjukan bahwa hasil skor bahasa
Inggris yang dilaksanakan oleh ASEKMA Don Bosco mempunyai hubungan pada
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 60
tingkat sedang dan positif dengan skor TOEIC. Dengan kata lain variabel skor
bahasa Inggris mempunyai pengaruh yang besar terhadap skor TOEIC.
Terungkap dalam penelitian ini, hubungan antara skor bahasa Inggris
tersebut dengan skor TOEIC dengan pendekatan kuantitatif menghasilkan nilai
koefisien korelasi sebesar r = 0,5680. Melalui uji t terbukti bahwa koefisien
korelasi signifikan dan ini ditunjukkan oleh hasil t hitung yang lebih besar dari t
tabel yaitu 4,3652 lebih besar dari 2,0210.
Melalui hasil perhitungan dengan koefisien determinasi, terbukti bahwa
variabel skor TOEIC dipengaruhi oleh variabel skor bahasa Inggris sebesar 32,27
persen sedangkan sisanya sebesar 67,73 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Skor TOEIC dapat dicapai lebih tinggi apabila variabel skor bahasa Inggris
ditingkatkan. Ini terbukti bahwa setiap kenaikan satu satuan skor bahasa Inggris
dapat mempengaruhi kenaikan skor TOEIC sebesar 11,34.
PENUTUP
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapatlah dibuktikan
bahwa variabel skor bahasa Inggris mempunyai hubungan (korelasi) pada tingkat yang
sedang dan positif dengan variabel skor TOEIC. Dapat diartikan bahwa jika variabel skor
bahasa Inggris ditingkatkan, maka variabel skor TOEIC juga akan meningkat. Diketahui
pula bahwa skor bahasa Inggris mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
peningkatan skor TOEIC. Hal ini dipertegas melalui analisis regresi sederhana, terbukti
secara signifikan bahwa skor bahasa Inggris dapat digunakan untuk memprediksi
perubahan pada skor TOEIC. Hal ini dapat diartikan bahwa skor bahasa Inggris secara
signifikan dan positif terhadap peningkatan skor TOEIC pada ASEKMA Don Bosco.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 61
Berdasarkan pada simpulan di atas, maka dapat disampaikan saran-saran yang
kiranya dapat menjadi bahan pertimbangan dalam upaya lebih meningkatkan skor TOEIC
dimasa-masa yang akan datang, sebagai berikut :
1. Variabel skor bahasa Inggris terbukti sebagai salah satu variabel dalam pencapaian
nilai akhir yang maksimal walaupun tidak dominan tetapi telah dapat memberikan
pengaruh sebesar 32,27 persen. ASEKMA Don Bosco diharapkan dapat menekankan
kepada mahasiswa akan pentingnya variabel skor bahasa Inggris dalam menentukan
hasil kerja yang maksimal dalam tugas dimanapun bekerja.
2. Berdasarkan hasil penelitian di atas, selain variabel skor bahasa Inggris ada faktor-
faktor lain juga berpengaruh terhadap peningkatan skor TOEIC sebesar 67,73 persen.
Disarankan ASEKMA Don Bosco dapat melanjutkan penelitian ini untuk mengetahui
variable apa saja dari 67,73 persen tersebut yang secara dominan mempengaruhi skor
TOEIC tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Akademi Sekretari dan Manajemen (ASEKMA) Don Bosco. Handbook of Modern Secretary:
Panduan Sukses Secretaris dalam Dunia Kerja Modern. Penerbit PPM. Jakarta.
2010.
ASEKMA Don Bosco. DTU-Sekretaris Pimpinan Kementerian Keuangan.
Senin – Kamis, 2 – 5 Januari 2015
Sri Sudarwinarti. Bahan Pelatihan Keterampilan Berkomunikasi (Communcations Skill)
Staf Tata Usaha Yayasan Panca Dharma dan Unit Kerja. Jumat, 26 Juni
2015
http://edukasi.kompas.com/read/2009/08/14/16370439/sks.itu.penting.skp.juga, diakses 30
Desember 2014
http://siscaciut.blogspot.com/2009/09/pentingnya-bahasa-inggris.html, diakses tanggal 20
Juni 2015
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 62
SOFT SKILL YANG DIBUTUHKAN CALON SEKRETARIS UNTUK
MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015
Oleh : Yohanes Adven Sarbani
(Dosen Akademi Sekretari Widya Mandala Surabaya, [email protected])
ABSTRACT
This study aims to determine the students perception towards the implementation of the
ASEAN Economic Community (AEC) and soft skills they need to face the AEC. This
research is a descriptive study, with a survey method and use a quantitative approach. The
population in this study were all active student of Widya Mandala Secretarial Academi
Surabaya in the academic year 2014/2015. The sampling technique is purposive sampling.
The technique of collecting data uses questionnaires. The findings of this study are:
students have a positive perception regarding the implementation of AEC. In addition,
95% respondents agree to improve their soft skills to face the MEA, and 4% neutral. No
respondents disagree. Soft skills sequences chosen by respondents are: 1. Adaptability, 2.
Resilience, 3. Critical thinking, 4. Proactivity, 5. Optimism, 6. integrity, 7. Empathy.
Keywords: AEC, perception, soft skills, secretary
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
mulai diberlakukan pada akhir tahun 2015 ini. Pemberlakukan MEA ini akan diarahkan
kepada pembentukan sebuah integrasi ekonomi kawasan dengan mengurangi biaya
transaksi perdagangan, memperbaiki fasilitas perdagangan dan bisnis, serta meningkatkan
daya saing sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah, Iklan). Untuk dapat menangkap
keuntungan dari MEA tantangan yang dihadapi Indonesia adalah meningkatkan daya
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 63
saing. Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbesar akan memperoleh
keunggulan tersendiri. Perbandingan jumlah penduduk produktif Indonesia dengan negara-
negara ASEAN lain adalah 38:100, yang artinya bahwa setiap 100 penduduk ASEAN, 38
adalah warga negara Indonesia. Bonus ini diperkirakan masih bisa dinikmati setidaknya
sampai dengan 2035, yang diharapkan dengan jumlah penduduk yang produktif akan
mampu menopang pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita
penduduk Indonesia (http://www.setneg.go.id/index.php?option com_content&task
=%20view %20&id=7911).
Akan tetapi, berdasarkan struktur pasar, tenaga kerja didominasi oleh pekerja
lulusan SD (80%) sementara lulusan Perguruan Tinggi hanya 7%, dimana saat ini sebagian
dunia kerja mensyaratkan lulusan Perguruan Tinggi. Hal ini sangat berbanding terbalik
dengan Malaysia yang sebagian besar penduduknya lulusan S1. Kesempatan memperoleh
pendidikan secara merata di seluruh Indonesia sulit dilakukan sehingga kesadaran untuk
menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sangat rendah. Kondisi ini
mengakibatkan tenaga kerja Indonesia hanya dilirik sebagai buruh atau tenaga kerja kasar
di pasar tenaga kerja internasional (http://www.setneg.go.id/index.php?option com_content
&task=%20view %20&id=7911).
Menghadapi kompetisi persaingan kerja ketika MEA diterapkan, pekerja terampil
(skilled labor) nantinya harus mampu bersaing tidak hanya dengan rekan senegaranya
namun juga pekerja dari berbagai negara ASEAN. Bahkan sebelum AEC ini diterapkan
Tenaga Kerja Asing (TKA) telah menyerbu Indonesia, data Kemnaker menunjukkan dari
bulan Januari-Oktober 2014 jumlah TKA di Indonesia berjumlah 64.604 orang yang
didominasi dari lima negara Asia yaitu Tiongkok (15.341), Jepang (10.183), Korea Selatan
(7.678), India (4.680) dan Malaysia (3.779). Sedangkan berdasarkan kategori sektor
didominasi sektor perdagangan dan jasa sebanyak 38.540 orang, sektor industri 23.482 dan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 64
sektor pertanian sebanyak 2.582 orang dan dari level jabatan, TKA tetap didominasi level
profesional, advisor/consultant, manager, direksi, supervisor, teknisi dan komisaris
(http://www.indonesia.go.id/in/kementerian/kementerian/kementerian-ketenagakerjaan/
497-ketenaga-kerjaan/14417-pemerintah-akan-perketat-aturan-soal-tenaga-kerja-asing).
Sebagai salah satu jenis pekerja terampil, sekretaris juga merupakan profesi yang
akan berkompetisi memperebutkan lapangan pekerjaan ketika MEA dilaksanakan.
Persaingan yang akan sekretaris hadapi tidak hanya dengan rekan-rekan senegara namun
juga sekretaris dari mancanegara. Karena itu, mereka harus menyiapkan diri sejak dari
bangku perkuliahan. Bekal hard skills dan soft skillss sebagai calon sekretaris harus
dipelajari dan dikuasai agar mereka mampu berkompetisi di dunia kerja.
Bagi sekretaris hard skills sekretaris jelas keterampilan teknis yang berkaitan
dengan profesi sekretaris, seperti mengatur petty cash kantor, mengatur perjalanan dinas
pimpinan, menerima telepon dan tamu pimpinan, menulis laporan dan notulensi rapat.
Sedangkan soft skills bagi sekretaris ialah keterampilan personal yang dimiliki sekretaris
yang berkaitan dengan perilaku, karakter, dan sikap sekretaris untuk berhubungan dengan
orang lain. Sebagai sekretaris soft skills sangat diperlukan karena pekerjaan sekretaris
adalah pekerjaan yang senantiasa berhubungan dengan orang lain.
Akademi Sekretari Widya Mandala (Akse WMS), sebagai akademi penghasil
lulusan sekretaris yang sudah berdiri sejak tahun 1969, dengan visi menjadi akademi
penyelenggara pendidikan sekretari yang unggul di tingkat nasional dan internasional tentu
harus mempersiapkan alumninya menghadapi MEA ini baik dengan bekal hard skills
maupun soft skills. Melalui perkuliahan, seminar, kuliah umum dan diskusi pimpinan dan
dosen Akse WMS membuka wawasan mahasiswa tentang MEA dan dampaknya bagi
mereka. Soft skills sekretaris diajarkan melalui pembiasaan, keteladanan, dan penciptaan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 65
lingkungan kampus yang mendukung mahasiswa siap menjadi seorang sekretaris
profesional.
MEA yang pasti akan dilaksanakan akhir tahun 2015 ini merupakan tantangan bagi
kita semua. Banyak argumentasi yang menyatakan bahwa bangsa Indonesia tidak siap
menghadapi MEA. Kenyataan ini membuat peneliti tertarik untuk mendapatkan informasi
bagaimana pengetahuan dan persepsi mahasiswa Akse WMS mengenai penerapan MEA
2015? Juga peneliti ingin mengetahui soft skills apa yang ingin ditingkatkan oleh
mahasiswa Akse WMS dalam menghadapi MEA?
II. KAJIAN TEORI
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
ASEAN Vision 2020 yang ditandatangani para pemimpin negara ASEAN di Kuala
Lumpur pada tahun 1997 mencita-citakan ASEAN sebagai suatu komunitas yang stabil,
makmur dan berpandangan maju, hidup dalam lingkungan yang damai, serta dipersatukan
oleh hubungan kemitraan. Pada KTT ke-9 ASEAN di Bali pada tahun 2003 tekad untuk
membentuk Komunitas Ekonomi ASEAN kemudian dipertegas lagi dengan
ditandatanganinya Bali Concord II. Bali Concord II yang menegaskan bahwa ASEAN akan
menjadi sebuah komunitas yang aman, damai, stabil, dan sejahtera pada tahun 2020.
(ASEAN Economic Community Blueprint, 2008).
Pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina, pada Januari 2007, ditandatangani
“Cebu Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by
2015” sebagai komitmen untuk mewujudkan Komunitas Ekonomi ASEAN dipercepat dari
tahun 2020 menjadi tahun 2015 dengan tujuan dari pembentukan Komunitas ASEAN
adalah untuk lebih mempererat integrasi ASEAN dalam menghadapi perkembangan
konstelasi politik internasional. ASEAN menyadari sepenuhnya bahwa ASEAN perlu
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 66
menyesuaikan cara pandangnya agar dapat lebih terbuka dalam menghadapi permasalahan-
permasalahan internal dan eksternal.
Negara-negara ASEAN kemudian memproklamirkan pembentukan komunitas
ASEAN (ASEAN Community) yang terdiri atas tiga pilar yaitu: Komunitas Keamanan
ASEAN (ASEAN Security Community/ASC), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN
Economic Community/AEC), dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN (ASEAN Socio-
Cultural Community/ASCC). Tiga pilar pendukung tersebut akan menjadi paradigma baru
yang akan menggerakkan kerjasama ASEAN ke arah sebuah komunitas dan identitas baru
yang lebih mengikat.
Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO)
mengkaji bahwa karena semakin bebasnya pergerakan tenaga kerja terampil dalam MEA
akan dapat tercipta 14 juta lapangan kerja tambahan atau mengalami kenaikan 41% pada
2015. Pertumbuhan ekonomi regional bisa terdongkrak menjadi 7%. Namun analisis
menyebutkan bahwa Indonesia kemungkinan tidak banyak diuntungkan oleh
pemberlakukan MEA. Taksiran lapangan kerja baru hanya mencapai 1,9 juta atau 1,3%
dari total pekerja. Sementara ILO memperkirakan permintaan akan tenaga kerja kelas
menengah akan meningkat 22% atau 38 juta dan tenaga kerja level rendah akan meningkat
24% atau 12 juta. Menurut kajian tersebut, sekitar setengah dari tenaga kerja terampil
diramalkan akan bekerja di Indonesia. Sayangnya, sebagian besar lapangan pekerjaan itu
justru akan diperebutkan oleh calon pekerja yang kurang terlatih dan minim pendidikan.
Akibatnya, kesenjangan kecapakan itu akan mengurangi produktivitas dan daya saing
Indonesia (Wuryandari, 2014).
Berbagai upaya akan dan sudah dilakukan oleh berbagai pihak agar Indonesia
menjadi pemain besar dalam MEA nanti. Seperti yang persiapan yang dilakukan oleh
Kementerian Ketenagaidentifkaskerjaan untuk memperketat aturan soal tenaga kerja asing.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 67
(http://www.indonesia.go.id /in/kementerian/ kementerian/kementerianketenagakerjaan/
497-ketenagakeraan/14417). Kemendikbud menyiapkan peserta didik agar mumpuni
berkompetisi dengan tenaga kerja asing dan menyiapkan program Uji Kompetensi
(http://www.republika.co.id/ berita/ kemen-dikbud/opini-kemendikbud/ 14/ 09/02/
nb9emg). Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menyiapkan tiga program dalam rangka
menghadapi MEA 2015 yang juga mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI): (1) Identifikasi kebutuhan tenaga kerja
profesional/terampil untuk mendukung 22 kegiatan ekonomi di enam koridor ekonomi dan
meningkatkan daya saing 12 sektor prioritas MEA 2015; (2) Memfasilitasi pengembangan
standar kompetensi dan pembentukan lembaga sertifikasi profesi (LSP) oleh Asosiasi
Industri terkait 22 kegiatan ekonomi di koridor ekonomi dan 12 sektor prioritas MEA
2015; serta (3) Pengembangan Kadin Training Center (KTC) untuk mendorong
pengembangan program pelatihan berbasis kompetensi sesuai kebutuhan industri oleh
Kadin Provinsi (http://old.bappenas.go.id/ print/3813/sdm-berkualitas-kunci-sukses-
hadapi-era-masyarakat-ekonomi asean/)
Menurut Fauziyyah (2014) untuk menghadapi MEA, SDM Indonesia harus
memiliki kemampuan berdaya saing yang harus terus ditingkatkan baik secara formal
maupun informal. Hal-hal yang sangat dibutuhkan dalam membentuk skilled labor
Indonesia yaitu:
1. Meningkatkan kemampuan hard skill dan soft skill pada setiap individu
2. Memiliki keahlian dan pemikiran yang bersifat global
3. Memahami nilai kearifan lokal
4. Pelatihan keterampilan dan kompetensi kerja.
Kriteria skilled labor ini memang tidak terlalu dijelaskan dalam Blueprint AEC.
Namun secara umum, skilled labor ini adalah pekerja yang mempunyai keterampilan atau
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 68
keahlian khusus, pengetahuan, dan kemampuan di bidangnya, yang bisa berasal dari
lulusan perguruan tinggi, akademisi, sekolah teknik ataupun dari pengalaman kerja
(Ditjenkpi.kemendag, 2014 dalam Fauziyyah, 2014). Tentu profesi sekretaris termasuk
dalam skilled labor yang harus bersaing dalam kompetisi di pasar ASEAN.
Sekretaris
Istilah sekretaris yang berasal dari bahasa Belanda “Secretaris” atau bahasa Inggris
“Secretary” berasal dari bahasa Latin “Secretum” yang artinya rahasia. Oxford Advanced
Dictionary mengartikan sekretaris sebagai “an employee in an office, who deals with
correspondence, keep record, make arrangements and appointments for a particular
members of the staff.” Sedangkan The European Associations of Professional Secretary
mengartikan sekretaris sebagai “one who considerable amount delegated to her, is able to
make decision in business occasion.” (Hendarto dan Tulusharyanono, 2003).
Tugas dan peran sekretaris di kantor dipengaruhi oleh budaya organisasi dan
budaya pimpinan yang didampinginya (Perajaka dan Embungganda, 2013). Namun
menurut Perajaka dan Embungganda (2013) ada peran sekretaris yang tidak pernah
berubah yaitu: 1) penyimpan rahasia; 2) konsultan dan penasehat; 3) asisten, fasilitator dan
ekspeditur; 4) koordinator dan duta; 5) manajer informasi; 6) ibu rumah tangga kantor; 7)
public relation officer.
Peran sekretaris dari masa ke masa senantiasa berkembang dan menantang. Di
tengah dunia bisnis yang dinamis sekretaris diharapkan mampu berpikir logis, kritis,
analitis, pragmatis, kreatif dan mampu bekerja mandiri tanpa banyak supervisi sehingga
pimpinan tidak segan-segan mendelegasikan tugas-tugasnya secara ekstensif (Hendarto
dan Tulusharyono, 2003). Melalui proses pendidikan yang tidak hanya diarahkan pada
penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan memanfaatkan perangkat perkantoran
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 69
(hard skills) saja, sekretaris juga harus belajar untuk mengembangkan soft skills yaitu
keterampilan bersosialisasi dan berkomunikasi untuk mengembangkan relasi interpersonal
(Perajaka dan Embungganda, 2013).
Calon sekretaris profesional bisa menempuh pendidikan tinggi program pendidikan
vokasi. Pendidikan vokasi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki
pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara program sarjana (UU No. 20
tahun 2003 pasal 15 tentang Jenis Pendidikan). Salah satu program pendidikan sekretaris
adalah Prodi D3 Sekretari Akademi Sekretari Widya Mandala Surabaya. Akse WMS telah
berpengalaman selama 46 tahun, menghasilkan sekretaris dan tenaga administrasi
profesional. Akse WMS mendapatkan nilai Akreditasi Program Studi B, berdasarkan SK
172/SK/BAN-PT/Ak-XIII/Dpl-III/VIII/2013.
Persepsi
Persepsi (perception) adalah proses di mana individu mengatur dan
mengintepretasikan kesan-kesan sensorik mereka untuk memberikan arti pada lingkungan
mereka (Robbins dan Judge, 2009). Ketika seorang individu melihat sebuah target dan
berusaha mengintrepetasikan apa yang ia lihat, intepretasi itu sangat dipengaruhi oleh
berbagai karakteristik pribadi dari pembuat persepsi individual tersebut. Karakteristik
pribadi meliputi sikap, kepribadian, motif, minat, pengalaman masa lalu, dan harapan-
harapan seseorang (Robbins dan Judge, 2009). Karakteristik target yang diobservasi dan
konteks dimana melihat target atau objek juga penting dan bisa mempengaruhi apa yang
dipersepsikan. Berikut gambar faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 70
Gambar 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi (Robbins dan Jugde, 2009)
Menurut Kasali (2006) persepsi ditentukan oleh faktor-faktor berikut ini: 1) Latar
belakang budaya, 2) Pengalaman masa lalu, 3) nilai-nilai yang dianut, 4) berita yang
berkembang. Robbins dan Judge (2009) menegaskan individu berperilaku tidak didasarkan
pada lingkungan eksternal mereka tetapi lebih pada apa yang mereka lihat atau yakini.
Dasar untuk perilaku adalah persepsi individu mengenai suatu situasi.
Soft skills
Soft skills didefinisikan sebagai “personal and intepersonal behaviors that develop
and maximize human performance (e.g. coaching, team building, initiative, decision
making, etc.). Soft skills does not include technical skills such as financial, computing, and
assembly skills.” (Berthal, dalam Sailah, 2008). Soft skills adalah keterampilan seseorang
dalam berhubungan dengan orang lain (termasuk dirinya sendiri). Atribut soft skills dengan
demikian meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter, dan sikap
(Sailah, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh negara-negara Inggris,
Amerika, dan Kanada, ada 23 atribut soft skills yang dominan di lapangan kerja. Ke-23
PERSEPSI
Faktor-faktor dalam diri si
pengarti:
Sikap-sikap
Motif-motif
Minat-minat
Pengalaman
Harapan-harapan
Faktor-faktor dalam diri target:
Sesuatu yang baru
Gerakan
Suara
Ukuran
Latar belakang
Kedekatan
Kemiripan
Faktor-faktor dalam
situasi:
Waktu
Keadaan kerja
Keadaan sosial
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 71
atribut tersebut diurut berdasar prioritas kepentingan di dunia kerja, yaitu: 1) Inisiatif, 2)
Etika/integritas, 3) Berpikir kritis, 4) Kemauan belajar, 5) Komitmen, 6) Motivasi, 7)
Bersemangat, 8) Dapat diandalkan, 9) Komunikasi lisan, 10) Kreatif, 11) Kemampuan
analitis, 12) Dapat mengatasi stress, 13) Manajemen diri, 14) Menyelesaikan persoalan,
15) Dapat meringkas, 16) Berkoperasi, 17) Fleksibel, 18) Kerja dalam tim, 19) Mandiri,
20) Mendengarkan, 21) Tangguh, 22) Berargumentasi logis, 23) Manajemen waktu.
Masing-masing dari sekarang perlu mengembangkan keterampilan pribadi yang
kuat, yang membantu untuk bisa bekerja dengan baik, aman secara finansial, memiliki
hubungan dan kehidupan keluarga yang memuaskan, dan terutama memberikan kontribusi
kepada masyarakat dan sebisa mungkin hidup dengan memberikan sebaik mungkin yang
bisa diberikan (Prince, 2014).
Emma-Sue Prince (2014) menjelaskan ada tujuh soft skills atau kompetensi
personal yang dibutuhkan untuk menjadi sukses di masa sekarang ini:
1. Kemampuan beradaptasi (adaptability)
Beradaptasi berarti kemampuan berubah (atau diubah) untuk menyesuaikan diri dengan
keadaan yang telah berubah juga. Fleksibilitas, beradaptasi dan cekatan dengan sumber
daya dan kreativitas untuk membantu merespon secara efektif terhadap tantangan dan
meraih peluang baru.
2. Kemampuan berpikir kritis (critical thinking)
Berpikir kritis merupakan kemampuan melihat berbagai hal dari berbagai sudut
pandang, berpikir di luar kebiasaan, berkolaborasi dengan orang lain, memperjelas
tujuan, dan menemukan solusi. Berpikir kritis berarti mampu mempertanyakan asumsi-
asumsi, mengevaluasi sebuah situasi dari sudut pandang berbeda, memecahkan
masalah secara kreatif, dan menggunakan pendekatan yang dianggap reflektif.
3. Kemampuan berempati (empathy)
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 72
Empati merupakan kemampuan dan kapasitas untuk benar-benar memahami apa yang
sedang dialami oleh orang lain dan merasakan perasaan mereka. Empati berarti mampu
untuk mengelola dan memelihara semua hubungan dengan baik dengan bisa
mengalami emosi orang lain, konflik, atau aspirasi dari dalam sudut pandang orang
lain.
4. Kemampuan berintegritas (integrity)
Integritas berarti keselarasan kata, tindakan, dan pikiran. Kepercayaan, nilai-nilai,
prinsip, dan kejujuran sekarang merupakan pokok dalam kehidupan yang terintegrasi.
Menjadi berintegritas berarti menjadi konsisten antara perilaku dengan nilai-nilai yang
dianut.
5. Kemampuan menjadi optimis (optimism)
Kemampuan untuk menjadi optimis berarti mampu menerima hal-hal negatif, dan
belajar dari pengalaman tersebut. Orang yang optimis mampu melihat peluang dan hal
positif dalam sebuah situasi, memilih berbahagia, dan belajar tentang keseimbangan
hidup.
6. Kemampuan menjadi proaktif (proactivity)
Menjadi proaktif berarti mampu berpikir dan bertindak lebih jauh dan menggunakan
tinjauan ke masa depan. Bersikap proaktif artinya menanggapi stimulus dengan
menciptakan situasi yang didasarkan pada strategi yang diciptakan untuk diri sendiri.
Perilaku proaktif bisa berbicara tentang mengubah diri sendiri (pengembangan pribadi)
atau mengubah lingkungan melalui kesadaran diri.
7. Ketangguhan (resilience)
Ketangguhan adalah kemampuan untuk menanggapi tekanan dengan baik, menghadapi
rintangan secara efektif, merespon perubahan dan tantangan untuk bangkit kembali.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 73
III. METODE PENELITIAN
Berdasarkan tujuannya penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian
dekriptif (pemaparan) merupakan suatu penelitian yang digunakan jika seseorang ingin
melukiskan secara cermat dan sistematis tentang suatu aspek fenomena tertentu atau suatu
objek yang sedang diteliti (Rochmah dan Nugroho, 2009). Tipe penelitian ini didasarkan
pada pertanyaan dasar yang kedua, yaitu: bagaimana (Gulo, 2002). Berdasarkan metode
yang digunakan penelitian ini termasuk penelitian survei, pendekatan yang dipakai dalam
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
Penelitian dilaksanakan di kampus Akse WMS. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh mahasiswa aktif Akse WMS pada tahun akademik 2014/2015. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan purposive sampling. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini untuk data primer adalah teknik pengumpulan data
survei, dengan cara menyebarkan angket dalam bentuk closed questions. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tentang persepsi mahasiswa Akse WMS mengenai
MEA.
Penelitian ini menggunakan format skala Likert. Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena yang telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut
variabel penelitian (Sugiyono, 2010). Analisis data merupakan proses penyerdehanaan data
dalam bentuk yang mudah dibaca dan diintrepretasikan (Singarimbun dan Effendi, 1989
dalam Rochmah dan Nugroho, 2009). Dalam penelitian ini peneliti hanya menyajikan
analisis secara deskriptif hasil angket yang telah didapatkan.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 74
IV. HASIL PENELITIAN
Melalui teknik pengambilan sampel penelitian purposive sampling responden yang
memenuhi kriteria untuk dianalis sebanyak 94 kuesioner. Pemerintah, media massa, dan
bermacam instansi terkait akhir-akhir ini semakin gencar mensosialisasikan tentang
pemberlakuan MEA diakhir tahun 2015. Pimpinan dan dosen Akse WMS juga sering
mengingatkan mahasiswa tentang tantangan yang harus mereka hadapi mulai tahun depan.
Melalui perkuliahan, penugasan, dan seminar yang telah Akse WMS selenggarakan
mahasiswa senantiasa diingatkan tentang akan adanya MEA dan dampaknya bagi mereka.
Persentase hasil penelitian penulis mengenai pengetahuan dan persepsi mahasiswa Akse
WMS mengenai MEA disajikan dalam Tabel 1. berikut ini.
Tabel 1. Pengetahuan dan Persepsi Mahasiswa Akse WMS Mengenai MEA
NO. PERNYATAAN STS* TS N S SS %
% % % % %
1
Saya telah mendapatkan informasi
yang jelas mengenai penerapan MEA
dan dampaknya.
2% 23% 35% 31% 9% 100%
2 Saya setuju dengan akan diterapkannya
MEA di akhir tahun 2015 ini. 3% 5% 35% 40% 16% 100%
3 Penerapan MEA akan berdampak
positif bagi bangsa Indonesia. 1% 14% 34% 41% 10% 100%
4 Penerapan MEA akan berdampak
positif bagi dunia bisnis di Indonesia. 1% 7% 26% 52% 14% 100%
5
Penerapan MEA memiliki dampak
positif bagi profesi sekretaris di
Indonesia.
0% 16% 35% 36% 13% 100%
* STS-Sangat Tidak Setuju; TS-Tidak Setuju; N-Netral; S-Setuju; SS-Sangat Setuju
Sumber: Akse WMS 2015, diolah
Dari Tabel 1. bisa dilihat bahwa responden yang mengakui telah mendapatkan
informasi yang jelas mengenai MEA dan dampaknya memiliki persentase yang besar yaitu
40% responden, sedangkan responden yang merasa tidak mendapatkan informasi yang
jelas sebesar 26%. Menurut Kasali (2006) salah satu faktor pembentuk persepsi adalah
berita yang berkembang. Dengan mengikuti berita baik melalui media pemberitaan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 75
maupun terlibat dalam kegiatan di kampus, mahasiswa akan mendapatkan informasi
mengenai MEA dan dampaknya bagi mereka.
Pada pernyataan tentang persetujuan diterapkannya MEA, responden yang setuju
mencapai 56%, responden yang netral sebesar 35%, dan responden yang tidak setuju hanya
sebesar 8%. Dari hasil ini, terlihat bahwa mayoritas responden memiliki persepsi yang
positif akan diberlakukannya MEA. Persepsi yang bagi Robbins dan Judge (2009) adalah
proses di mana individu mengatur dan mengintepretasikan kesan-kesan sensorik mereka
untuk memberikan arti pada lingkungan mereka, dalam diri responden terlihat baik.
Artinya sebagian besar responden (56%) memberikan makna positif atas akan
diberlakukannya MEA.
Persepsi positif ini tercermin dalam pandangan mereka bahwa MEA akan
berdampak positif bagi bangsa Indonesia (51%), bagi dunia bisnis di Indonesia (66%) dan
bagi sekretaris di Indonesia (49%). Sedangkan persepsi negatif yang berupa
ketidaksepakatan akan penerapan MEA akan berdampak positif bagi bangsa Indonesia
(15%), dunia bisnis di Indonesia (8%), dan sekretaris di Indonesia (16%). Responden yang
lebih memiliki persepsi yang positif berdampak pada bagaimana mereka menyiapkan diri
dalam menghadapi MEA. Pada Tabel 2. mengenai bekal dan kesiapan mahasiswa Akse
WMS untuk mengadapi MEA terlihat bagaimana responden memandang perlunya
persiapan agar mereka mampu berkompetisi di dunia kerja.
Tabel 2. Bekal dan Kesiapan Responden menghadapi MEA
NO. PERNYATAAN STS TS N S SS TOTAL
% % % % % %
1
Bekal yang diberikan kampus Akse
WMS kepada mahasiswanya sudah
cukup lengkap agar mereka siap
menghadapi MEA.
1% 13% 28% 41% 17% 100%
2 Saya perlu meningkatkan soft skills
untuk menghadapi MEA. 0% 0% 4% 23% 72% 100%
Sumber: Akse WMS 2015, diolah
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 76
Tabel 2. memperlihatkan bahwa responden merasa bahwa bekal yang diberikan
oleh Akse WMS kepada mahasiswanya sudah cukup lengkap agar mereka siap
menghadapi MEA. Sebesar 58% menyetujui pernyataan tersebut, sebesar 28% netral, dan
sisanya 14% tidak setuju. Masih adanya responden yang tidak setuju dan netral tentu harus
menjadi perhatian bagi Akse WMS agar bisa memberikan perhatian dan dukungan kepada
setiap mahasiswa agar mereka yakin mereka sudah siap menghadapi persaingan dunia
kerja ketika MEA dilaksanakan.
Pernyataan mengenai peningkatan soft skills yang harus dikuasai oleh responden
untuk menghadapi MEA mendapatkan persetujuan sebesar 95% responden, 4% responden
netral, dan tidak ada responden yang tidak setuju. Artinya sebagian besar responden
menyadari pentingnya soft skills untuk mendukung keberhasilan mereka di masa depan.
Beranjak dari tulisan Prince (2014) yang meneliti ada 7 soft skills utama yang dibutuhkan
para pekerja di masa depan, urutan pilihan responden yang berhak memilih soft skills lebih
dari satu, mulai dari yang paling banyak ditingkatkan adalah sebagai berikut: (1).
kemampuan beradaptasi (60), (2). kemampuan untuk tangguh mengadapi persoalan (59),
(3). kemampuan berpikir kritis (57), (4). kemampuan bersikap proaktif (52), (5).
kemampuan bersikap optimis (44), (6). kemampuan berintegritas (44), dan (7).
kemampuan berempati (28). Berikut ini diagram batang tujuh soft skills yang ingin
responden tingkatkan untuk menghadapi MEA.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 77
Diagram Batang 1. Soft skills yang Ingin Responden Tingkatkan untuk Menghadapi
MEA
Sumber: Akse WMS 2015, diolah
Kemampuan beradaptasi merupakan soft skills pertama yang dipilih oleh
responden. Responden nampaknya mengetahui bahwa saat MEA diterapkan berarti akan
ada perubahan besar di dunia bisnis. Mereka harus bersaing dengan sekretaris-sekretaris
dari luar negeri untuk mendapatkan posisi dan pekerjaan. Cekat beradaptasi terhadap
lingkungan yang berubah, mampu merespon secara efektif setiap perubahan dan meraih
peluang tentu menjadi kunci kesuksesan mereka meraih masa depan.
Ketangguhan menjadi soft skills kedua yang dipilih oleh responden. Persaingan di
dunia kerja yang semakin kompetitif tentu tidak akan menyediakan tempat bagi sekretaris
yang mudah menyerah. Ketangguhan untuk menanggapi tekanan dengan baik, menghadapi
rintangan secara efektif, merespon perubahan dan tantangan untuk bangkit kembali akan
menjadikan responden siap bersaing memperebutkan lapangan kerja yang disediakan bagi
lulusan Akse WMS.
Soft skills kemampuan berpikir kritis, menjadi soft skills ketiga yang dipilih oleh
responden untuk dikuasi guna menghadapi MEA. Sebagai calon sekretaris profesional
kemampuan berpikir kritis tentu sangat diperlukan, karena kecakapan berpikir akan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 78
membuat responden mampu bekerja secara kreatif, efektif, dan efisien. Sekretaris yang
berpikir kritis akan mampu melihat berbagai hal dari berbagai sudut pandang, berpikir di
luar kebiasaan, berkolaborasi dengan orang lain, memperjelas tujuan, dan menemukan
solusi dalam pekerjaannya.
Itulah tiga soft skills tertinggi yang dipilih oleh responden, sedangkan soft skills
lain: kemampuan bersikap proaktif, optimis, integritas dan empati jelas tidak bisa
diabaikan sebagai soft skills yang perlu dimiliki oleh setiap sekretaris. Keempat soft skills
ini juga sangat diperlukan oleh setiap sekretaris profesional. Dengan bekal soft skills,
seorang sekretaris yang memiliki hard skills sekretaris yang baik akan mampu menghadapi
persaingan pasar kerja di era MEA.
V. PENUTUP
Pengetahuan dan persepsi mahasiswa Akse WMS mengenai penerapan MEA 2015
secara umum positif. Responden setuju atas pelaksanaan MEA mencapai 56%, responden
yang netral sebesar 35%, dan responden yang tidak setuju hanya sebesar 8%. Dalam
persepsi responden, MEA akan memiliki dampak positif bagi bangsa Indonesia (51%),
bagi dunia bisnis di Indonesia (66%) dan bagi sekretaris di Indonesia (49%).
Guna menghadapi MEA, responden menilai bekal yang diberikan oleh Akse WMS
kepada mahasiswanya sudah cukup lengkap. Sebesar 58% responden menyatakan
persetujuannya, sebesar 28% netral, dan sisanya 14% tidak setuju. Sedangkan perlunya
peningkatan soft skills yang dikuasai responden untuk menghadapi MEA mendapatkan
persetujuan sebesar 95% responden, 4% responden netral, tidak ada responden yang tidak
setuju. Urutan soft skills yang pilihan responden adalah: (1). kemampuan beradaptasi (60),
(2). kemampuan untuk tangguh mengadapi persoalan (59), (3). kemampuan berpikir kritis
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 79
(57), (4). kemampuan bersikap proaktif (52), (5). kemampuan bersikap optimis (44), (6).
kemampuan berintegritas (44), (7). kemampuan berempati (28).
Terkait dengan hasil penelitian ini, penulis memberikan saran kepada Akse WMS
dan institusi pendidikan lain serta pihak terkait yaitu perlunya diperluas kesempatan bagi
mahasiswa untuk mendapatkan bekal kompetensi personal di luar kompetensi teknis yang
harus mereka kuasai, khususnya soft skills yang memang mereka butuhkan untuk
menghadapi MEA. Penelitian ini hanya mengambil sampel dari mahasiswa Akse WMS
dan juga hanya menyajikan analisis secara deskriptif. Untuk penelitian selanjutnya dapat
mengambil sampel yang lebih luas dan menganalisis secara lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
ASEAN. ASEAN Economic Community Blueprint. ASEAN Secretariat. Jakarta. 2008.
ASEAN. Thinking Globally, Prospering Regionally – ASEAN Economic Community 2015.
ASEAN Secretariat. Jakarta. 2014.
Fauziyyah, Neneng Ela. “Langkah Persiapan SDM Indonesia dalam Menghadapi
Persaingan di ASEAN Economic Community (AEC) 2015”. ForSei Basic Education
(FBE) 2014. 2014.
Gulo, W. Metodologi Penelitian. Grasindo. Jakarta. 2005.
Hendarto dan Tulusharyono. Menjadi Sekretaris Profesional. Penerbit PPM. Jakarta.2003.
Kasali, Rhenald. Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasi di Indonesia. Grafiti.
Jakarta.2006.
Perajaka dan Embungganda. The Innovative Secretary. Taman Pustaka. Jakarta. 2013.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 80
Price, Emma-Sue. The Advantage. Elex Media Komputindo. Jakarta. 2014.
Robbins, Stephen P. dan Judge, Timothy A. Perilaku Organisasi Edisi 12, buku 1.
Salemba Empat. Jakarta.
Rochmah, Siti dan Nugroho, Trilaksono. Metode Penelitian Sosial Pendekatan Kualitatif
dan Kuantitatif dalam Penelitian Bidang Administrasi Publik. Intimedia. Malang.
2009.
Sailah, Illah. Pengembangan Soft skills di Perguruan Tinggi. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi. Jakarta. 2008.
Singarimbun, Marsi dan Soyfan Effendi. Metode Penelitian Survei, edisi revisi. LP3ES.
Jakarta. 1995.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, edisi
kelimabelas. Alfabeta. Bandung. 2010.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Wuryandari, Dewi. 2014. “Peluang dan Tantangan SDM Indonesia menyongsong Era
Masyarakat Ekonomi ASEAN”. Info Singkat Pusat Pengkajian, Pengolahan
Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jendral DPR RI. Vol VI, No.
17/P3DI/September/2014.
Bappenas. - . “SDM Berkualitas Kunci Sukses Hadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”.
http://old.bappenas.go.id/print/3813/sdm-berkualitas-kunci-sukses-hadapi-era-
masyarakat-ekonomi-asean/, diakses pada Rabu, 15 April 2015.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 81
Depnakertrans. 2015. “Hadapi MEA 2015 Pemerintah Fokus Siapkan 8 Profesi Prioritas”.
http://ppid.depnakertrans.go.id/hadapi-mea-2015-pemerintah-fokus-siapkan-8-
profesi-prioritas/, diakses pada Rabu, 15 April 2015.
Indonesia.go.id. 2014. “Pemerintah Akan Perketat Aturan Soal Tenaga Kerja Asing”.
http://www.indonesia.go.id/in/kementerian/kementerian/kementerian-
ketenagakerjaan/497-ketenagakerjaan/14417-pemerintah-akan-perketat-aturan-
soal-tenaga-kerja-asing, diakses pada Rabu, 15 April 2015.
Republika. 2014. “Jelang Masyarakat Ekonomi ASEAN, Siapkan Diri dengan Uji
Kompetensi”. http://www.republika.co.id/berita/kemendikbud/opini-kemendik
bud/ 14/09/02/nb9emg-jelang-masyarakat-ekonomi-asean-siapkan-diri-dengan-
uji-kompetensi, diakses pada Rabu, 15 April 2015.
Setneg. 2014. “Peluang dan Tantangan Indonesia Pada ASEAN Economic Community
2015”. http://www.setneg.go.id/index.php?option =com_content&task= view
&id=7911, diakses pada Rabu, 15 April 2015.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli 2015 82
PEDOMAN PENULISAN NASKAH
1. Naskah merupakan tulisan yang bersifat ilmiah baik dari dosen, alumni, mahasiswa
dari perguruan tinggi, dan pegawai ASEKMA Don Bosco, di bidang Sekretaris.
2. Naskah merupakan hasil penelitian lapangan, studi kasus, dan studi kepustakaan yang
bersifat objektif, sistematis, analitis dan deskriptif.
3. Naskah harus asli dan belum pernah dipublikasikan melalui media lainnya.
4. Kata atau istilah asing yang belum diubah menjadi kata Indonesia atau belum menjadi
istilah teknis diketik dengan huruf miring (italic).
5. Naskah diketik dalam Microsoft Word huruf Times New Roman 12, jarak baris 2 spasi,
jumlah halaman seluruhnya 14-20 lembar ukuran A4, dengan margin kiri dan bawah 3
cm, margin kanan dan atas 2.5 cm dan dikirim ke alamat redaksi.
6. Sistematika terdiri dari : Judul, Nama Penulis, Instansi, Alamat Email, ABSTRAK
(jika makalah ditulis dalam Bahasa Indonesia maka abstrak ditulis dalam bahasa
Inggris dan demikian sebaliknya), PENDAHULUAN (latar belakang, permasalahan,
tujuan, manfaat, dan metodologi), PEMBAHASAN, PENUTUP (simpulan dan saran),
dan DAFTAR PUSTAKA.
7. ABSTRAK merupakan intisari (substansi) yang mencakup pendahuluan, pendekatan,
metode, hasil dan simpulan; ditulis dalam bahasa Inggris/Indonesia kurang lebih 100-
200 kata, dalam 1 paragraf.
8. Daftar Pustaka ditulis tanpa nomor, diurutkan secara alfabetis: Nama pengarang (tanpa
gelar). Judul (cetak miring). Penerbit. Kota. Tahun Penerbitan.
Contoh: Ignatius Wursanto. Kompetensi Sekretaris Profesional. Andi. Yogyakarta.
2004.
9. Isi naskah bukan tanggungjawab redaksi. Redaksi berhak memilih naskah dan
mengedit redaksionalnya tanpa mengubah arti.