+ All Categories
Home > Documents > ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR PADA KAWASAN …

ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR PADA KAWASAN …

Date post: 08-Nov-2021
Category:
Upload: others
View: 4 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
13
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/337531254 Alternatif Pengendalian Banjir pada Kawasan Perumahan di Wilayah Bandung Barat Conference Paper · September 2017 CITATIONS 0 READS 316 5 authors, including: Some of the authors of this publication are also working on these related projects: Hydrological modeling View project Ph.d Studies View project Doddi Yudianto Universitas Katolik Parahyangan 38 PUBLICATIONS 96 CITATIONS SEE PROFILE Steven Reinaldo Rusli Universitas Katolik Parahyangan 8 PUBLICATIONS 21 CITATIONS SEE PROFILE Obaja Wijaya National Chiao Tung University 7 PUBLICATIONS 4 CITATIONS SEE PROFILE Finna Fitriana Universitas Katolik Parahyangan 8 PUBLICATIONS 2 CITATIONS SEE PROFILE All content following this page was uploaded by Finna Fitriana on 30 November 2019. The user has requested enhancement of the downloaded file.
Transcript
Page 1: ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR PADA KAWASAN …

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/337531254

Alternatif Pengendalian Banjir pada Kawasan Perumahan di Wilayah Bandung

Barat

Conference Paper · September 2017

CITATIONS

0READS

316

5 authors, including:

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Hydrological modeling View project

Ph.d Studies View project

Doddi Yudianto

Universitas Katolik Parahyangan

38 PUBLICATIONS   96 CITATIONS   

SEE PROFILE

Steven Reinaldo Rusli

Universitas Katolik Parahyangan

8 PUBLICATIONS   21 CITATIONS   

SEE PROFILE

Obaja Wijaya

National Chiao Tung University

7 PUBLICATIONS   4 CITATIONS   

SEE PROFILE

Finna Fitriana

Universitas Katolik Parahyangan

8 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Finna Fitriana on 30 November 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.

Page 2: ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR PADA KAWASAN …

67

ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR PADA KAWASAN PERUMAHAN DI WILAYAH BANDUNG BARAT

Doddi Yudianto*, Steven R. Rusli, Obaja T. Wijaya, Finna Fitriana, dan Steven S. Salim

Program Studi Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan

*[email protected]

IntisariJawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang dalam kurun waktu 2010-2015 tercatat memiliki Urban Rural Growth Difference sebesar 0,35%. Hal ini terindikasi dengan adanya peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Bandung dan Bandung Barat secara cukup signifikan yang kemudian berdampak pada perluasan kawasan komersial dan permukiman di kedua wilayah administratif tersebut. Tepatnya di Kabupaten Bandung Barat terdapat sebuah kawasan perumahan seluas 45 hektar yang dibangun dengan memanfaatkan Sungai Citunjung sebagai badan air penerima. Akibat adanya pembelokan alur sungai dengan sudut belok 900 dan penyempitan penampang sungai pada sebuah ruas di sisi hilir, kawasan perumahan mengalami genangan pada sejumlah titik lokasi. Adanya kontribusi limpasan yang berasal dari daerah tangkapan hujan di luar kawasan permukiman menyebabkan semakin buruknya kondisi genangan yang terjadi. Permasalahan genangan ini dapat diatasi dengan menyediakan kolam retensi di sisi hulu kawasan perumahan dan atau menata kembali alur dan penampang Sungai Citunjung. Khusus untuk periode ulang banjir 5 dan 10 tahun, studi ini menegaskan pentingnya fungsi bantaran sungai dalam pengendalian banjir.

Kata Kunci: sistem drainase, pengendalian banjir, Bandung barat

LATAR BELAKANG Seiring dengan pesatnya laju pertumbuhan daerah perkotaan di Indonesia, Bank Dunia memperkirakan 68% penduduk Indonesia akan tinggal di kawasan perkotaan pada tahun 2025. Jawa Barat, seperti disajikan pada Tabel 1, adalah salah satu provinsi di Indonesia yang tercatat memiliki nilai Urban Rural Growth Difference (URGD) dalam kategori tinggi yaitu 0,35% selama periode 2010 - 2015 (BPS, 2013). Khususnya untuk wilayah Bandung, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat menginformasikan adanya peningkatan jumlah penduduk yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir terutama di Kabupaten Bandung dan Bandung Barat. Sebagai konsekuensinya, saat ini sejumlah lahan pertanian di kedua wilayah administratif tersebut diketahui telah beralih fungsi menjadi kawasan komersial dan permukiman. Selain berkurangnya luas daerah resapan air hujan, pengembangan kawasan ini secara tidak langsung juga mengakibatkan terjadinya peningkatan limpasan permukaan.

Pada salah satu perumahan seluas 45 hektar yang sedang dikembangkan di wilayah Bandung Barat, seperti disajikan pada Gambar 1, memiliki sebuah saluran drainase alami yaitu Sungai Citunjung yang melintas di dalam kawasan dan telah

Page 3: ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR PADA KAWASAN …

68

dimanfaatkan sebagai badan air penerima limpasan permukaan kontribusi baik dari daerah tangkapan di sisi hulu maupun dari kawasan perumahan itu sendiri. Seiring dengan pengembangan kawasan perumahan terkait, saat ini sungai tersebut telah mengalami perubahan secara cukup signifikan. Selain alur saluran yang dimodifikasi dengan sudut belok 90o, luas penampang basah Sungai Citunjung juga telah diperkecil pada salah satu ruas di sisi hilirnya. Hal ini diduga menjadi penyebab genangan yang terjadi di sejumlah titik di dalam kawasan perumahan. Ilustrasi terkait kondisi lapangan saat ini disajikan pada Gambar 1-3. Sehubungan dengan informasi di atas, studi ini dimaksudkan untuk menganalisis penyebab terjadinya genangan, mengevaluasi kapasitas sejumlah saluran drainase eksisting untuk mengalirkan debit banjir, dan mengkaji sejumlah alternatif solusi pengendalian banjir.

Tabel 1. Perbandingan laju pertumbuhan penduduk perkotaan dan pedesaanProvinsi 2010-2015 2015-2020 2020-2025 2025-2030 2030-2035Kep Riau 1,0613 0,9552 0,8597 0,7737 0,6963Banten 0,3512 0,3687 0,3872 0,4065 0,4269Jawa Barat 0,3461 0,3115 0,2804 0,2607 0,2425

Sumber: BPS, 2013

Tabel 2. Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk menurut kabupaten/kota

Kab/Kota Jumlah penduduk (ribu) Laju pertumbuhan pddk (%)2010 2014 2015 2010-2015 2014-2015

Kota Bandung 2.412,1 2.470,8 2.481,5 0,57 0,43Kab. Bandung 3.205,1 3.470,4 3.534,1 1,97 1,84Kab. Bandung Barat 1.522,1 1.609,5 1.629,4 1,37 1,24

Sumber: BPS, 2015

Gambar 1. Lokasi studi yang terletak di Kabupaten Bandung Barat

Page 4: ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR PADA KAWASAN …

69

Gambar 2. Rencana induk pengembangan dan pola aliran drainase

Gambar 3. Kondisi Sungai Citunjung setelah dinormalisasi dan dibelokan dengan sudut 900

KAJIAN PUSTAKASecara umum proses urbanisasi tidak terlepas dari perluasan lapisan kedap air dan peningkatan limpasan permukaan. Merujuk pada konsep pengelolaan air hujan terdahulu, limpasan yang permukaan yang terjadi diupayakan agar dapat dialirkan secepat mungkin menuju saluran drainase atau badan air penerima. Hal ini tentunya akan berdampak pada peningkatan risiko terjadinya genangan seiring dengan terbatasnya kapasitas saluran penerima. Dalam perkembangannya, konsep pengelolaan hujan ini mengalami perubahan dimana hujan yang jatuh seyogyanya diupayakan semaksimal mungkin untuk diresapkan ke dalam tanah sementara limpasan permukaan yang terjadi perlu dikonservasi dan dikendalikan agar tidak membebani sistem saluran dan badan penerima air (Jones dan Macdonald, 2007). Seiring dengan praktis perencanaan sistem drainase kawasan, konsep ini diimplementasikan dalam berbagai media antara lain sumur resapan, kolam retensi,

Page 5: ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR PADA KAWASAN …

70

kolam detensi, dan sebagainya. Salah satu studi terdahulu yang dilakukan oleh Yudianto dan Roy pada tahun 2009 menjelaskan bagaimana perencanaan sistem drainase yang dilengkapi dengan sumur resapan dapat diwujudkan sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi infiltrasi lahan. Sedangkan Wicaksono dkk pada tahun 2012 dan 2013 secara tegas menyatakan pentingnya fungsi retensi pada kawasan terbangun sebagai pengendali banjir terutama pada kawasan yang tidak memiliki kapasitas resapan yang memadai. Kemudian, seiring dengan isu perubahan iklim, Aryansah dkk (2014) dan Wijaya dkk (2016, 2017) mengindikasikan bagaimana perubahan intensitas hujan dapat berdampak pada kinerja sistem drainase yang tersedia sehingga diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan kapasitas saluran dan kolam atau bahkan memodifikasi pola operasi pompa.

Gambar 4. Indikasi genangan pada Sungai Citunjung dan ruas penampang yang dipersempit menjadi gorong-gorong

Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 12 tahun 2014 tentang penyelenggaraan sistem drainase perkotaan, perencanaan sistem drainase pada kawasan perkotaan didasarkan pada tingkat risiko atau kala ulang untuk berbagai jenis tipologi dan luas kawasan terbangun. Seperti disajikan pada Tabel 3, untuk tipologi kota kecil dengan luas daerah tangkapan kurang dari 500 hektar, perencanaan sistem drainase kawasan didasarkan pada kala ulang 2 tahun.

Tabel 3. Kala ulang berdasarkan tipologi kota

Tipologi KotaDaerah tangkapan air (ha)

< 10 10 – 100 100 – 500 > 500Kota metropolitan 2 thn 2 – 5 thn 5 – 10 thn 10 – 25 thnKota besar 2 thn 2 – 5 thn 2 – 5 thn 5 – 20 thnKota sedang 2 thn 2 – 5 thn 2 – 5 thn 5 – 10 thnKota kecil 2 thn 2 thn 2 thn 2 – 5 thn

Page 6: ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR PADA KAWASAN …

71

Model Matematik HEC-HMSHEC-HMS merupakan hasil penyempurnaan dari model-model terdahulu yaitu HEC-1 yang dirilis pada tahun 1967 oleh Hydrologic Engineering Center, United States Army Corps of Engineers. Dalam perangkat lunak HEC-HMS pemodelan hujan limpasan dilakukan dalam 3 komponen yaitu: (1) komponen daerah tangkapan hujan (basin); (2) komponen meteorologi, dan (3) komponen spesifikasi kontrol (http://www.hec.usace.army.mil/software/hec-hms/). Pada komponen daerah tangkapan hujan, pengguna difasilitasi untuk dapat memodelkan skema dan bentuk fisik daerah tangkapan hujan yang cukup kompleks dan berbentuk dendritik. Dalam komponen ini, pengguna dimungkinkan untuk sekaligus menentukan metode perhitungan kehilangan air, limpasan permukaan, dan aliran dasar yang digunakan dalam simulasi proses hidrologi. Sedangkan pada komponen meteorologi, pengguna memformulasikan hujan baik berupa hujan titik maupun raster sebagai data masukan perhitungan model hujan limpasan. Untuk menyelesaikan perhitungan, pengguna menetapkan periode dan interval waktu analisis pada komponen spesifikasi kontrol. Proses penginputan komponen data yang terdiri atas data runtut waktu, data berpasangan, atau data raster dapat dilakukan secara manual ataupun dengan menggunakan bantuan file basis data HEC-DSS.

Model Matematik HEC-RASSerupa dengan HEC-HMS, HEC-RAS juga merupakan perangkat lunak yang dikembangkan oleh Hydrologic Engineering Center sebagai alat bantu untuk melakukan perhitungan profil muka air 1 dimensi baik pada simulasi aliran langgeng maupun tidak langgeng. Seiring perkembangannya, HEC-RAS saat ini memiliki kemampuan tambahan untuk menghitung berbagai aspek hidraulik dan rekayasa sungai atau saluran yaitu sedimentasi dan kualitas air (http://www.hec.usace.army.mil/software/hec-ras/). Proses perhitungan aliran langgeng di dalam model matematik HEC-RAS didasarkan pada persamaan energi yang diselesaikan menggunakan metode tahapan standar. Kemudian untuk memodelkan karakteristik setiap penampang saluran, HEC-RAS membagi suatu penampang menjadi tiga bagian utama; yaitu bantaran kiri (left overbank), saluran utama (channel) dan bantaran kanan (right overbank). Selain saluran utama, HEC-RAS juga memfasilitasi pengguna untuk dapat memodelkan bangunan air dalam bentuk inline dan lateral structures.

METODOLOGI STUDIBerdasarkan informasi genangan yang diperoleh baik dari pengelola kawasan perumahan maupun warga setempat, studi ini dilakukan dalam beberapa tahapan mulai dari pengumpulan data primer dan sekunder, analisis perubahan intensitas curah hujan, analisis curah hujan rencana, perhitungan debit banjir dan evaluasi kapasitas sistem drainase eksisting, evaluasi penyebab genangan banjir, pengembangan alternatif solusi pengendalian banjir kawasan. Adapun data yang dikumpulkan meliputi data curah hujan harian maksimum tahunan Kota Bandung

Page 7: ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR PADA KAWASAN …

72

tahun 1986 - 2016, data curah hujan menitan maksimum tahunan Kota Bandung tahun 1986 – 2016, distribusi hujan jam-jaman Kota Bandung tahun 2005-2009, informasi terkait Daerah Aliran Sungai Citunjung, profil penampang melintang dan memanjang Sungai Citunjung, dan rencana induk pengembangan kawasan serta sistem drainase kawasan eksisting. Studi ini juga memanfaatkan piranti HEC-HMS dan HEC-RAS untuk memodelkan perhitungan debit banjir dan analisis hidraulika pada saluran.

HASIL STUDI DAN PEMBAHASANBerdasarkan data hujan yang diperoleh untuk Kota Bandung selama 32 tahun terakhir, seperti tersaji pada Gambar 5 di bawah ini, dapat diketahui adanya curah hujan maksimum tahunan yang melampaui curah hujan rencana pada beberapa periode ulang. Khususnya 3 tahun terakhir, curah hujan rencana yang terjadi di Kota Bandung diketahui hampir menyamai atau bahkan melampaui curah hujan rencana 10 tahunan. Hal serupa juga ditunjukkan pada Gambar 6 dimana terindikasi secara jelas adanya peningkatan curah hujan rencana dalam 4 tahun terakhir.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1985

1986

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

Ting

gi C

urah

Huj

an (

mm

)

Tahun

Hujan Harian Maks Tahunan R2 R5 R10 R25 R50 R100

Gambar 5. Curah hujan harian maksimum tahunan dan curah hujan rencana BMKG Bandung

70

80

90

100

110

120

130

2 5 10 25Ting

gi C

urah

Huj

an R

enca

na (

mm

)

Periode Ulang (Tahun)

22 thn 23 thn 24 thn 25 thn 26 thn 27 thn 28 thn 29 thn 30 thn 31 thn 32 thn

Gambar 6. Kecenderungan curah hujan rencana berdasarkan panjang data

Page 8: ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR PADA KAWASAN …

73

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pers

enta

se (%

)

Durasi (jam)

40.82 42.19

17.00

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

1 2 3

Dis

tribu

si H

ujan

(%)

Jam ke-

Gambar 7. Distribusi hujan dominan periode tahun 2005-2009

Informasi tersebut di atas memberikan gambaran mengenai besaran dan kecenderungan hujan ekstrem yang terjadi di wilayah Bandung. Dalam setidaknya 3 tahun terakhir, Gambar 5 dan 6 secara tidak langsung mengindikasikan bahwa periode ulang 2 tahun mungkin tidak lagi sesuai untuk dijadikan dasar perencanaan sistem drainase kawasan seluas 500 hektar atau kurang. Hal ini tentunya menjadi satu bahan pertimbangan yang penting untuk mengkritisi dan meninjau kembali ketentuan perencanaan sistem drainase kawasan sebagaimana diatur dalam Tabel 3. Sementara dominasi hujan berdurasi 3 jam untuk curah hujan maksimum yang tercatat pada tahun 2005-2009 menekankan pentingnya penyediaan kapasitas sistem drainase yang memadai sebagai media untuk mengendalikan limpasan permukaan yang terjadi.

Inlet 1Q = 2,45

m3/s

Q = 2,626 m3/s

Q = 2,998 m3/s

C3L= 320 mS = 0,001

Qp = 0,08953 m3/s

D2L = 241 mS = 0,001Qp = 0,08621 m3/s

C1L = 191 m

S = 0,00200Qp = 0,16484 m3/s

D1L = 285,5 mS = 0,001Qp = 0,20674 m3/s

Q = 3,588 m3/s

Q = 0,245 m3/s

C2L = 251 mS = 0,003

Qp = 0,04163 m3/s

B2L = 380 mS = 0,002

Qp = 0,20348 m3/s

B1L = 300,15 m

S = 0,001Qp = 0,21002 m3/s

FL = 266,29 mS = 0,001Qp = 0,139 m3/s

Q = 4,062 m3/s

A2L = 333,94 m

S = 0,003Qp = 0,22494 m3/s

A1L = 511,21 m

S = 0,002Qp = 0,24870 m3/s

Q = 2,652 m3/s

Q = 8,134 m3/s

Q = 1,846 m3/s

Q = 0,511 m3/s

Q = 0,269 m3/s

Drain LuarL = 413,06 m

S = 0,001Qp = 0,136 m3/s

Inlet 2Q = 1,71

m3/s

IL = 190,55 m

S = 0,001Qp = 0,138 m3/s

JL = 139,13 m

S = 0,001Qp = 0,131 m3/s

HL = 151,86 m

S = 0,001Qp = 0,133 m3/s

GL = 142,96 m

S = 0,001Qp = 0,109 m3/s

EL = 269,32 m

S = 0,001Qp = 0,156 m3/s

GudangL = 289,25 mS = 0,001Qp = 0,13511 m3/s

Sungai Citunjung

Inlet 3Q = 1,42

m3/s

Gambar 8. Besaran debit banjir yang memberikan kontribusi terhadap sistem drainase perumahan

Page 9: ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR PADA KAWASAN …

74

Sehubungan dengan pengembangan salah satu kawasan perumahan di Kabupaten Bandung Barat, selain mempertimbangkan besaran hujan ekstrem dalam proses evaluasi kapasitas saluran eksisting, studi ini juga mengkaji penyebab genangan dan solusi pengendalian banjir pada Sungai Citunjung yang dimanfaatkan sebagai saluran drainase utama kawasan. Gambar 8 di bawah ini menyajikan besarnya debit puncak limpasan yang berasal dari 3 daerah tangkapan di luar kawasan perumahan dan setiap kavling dalam perumahan untuk periode ulang 2 tahun.

Berdasarkan hasil analisis hidraulika saluran, diketahui sejumlah saluran drainase eksisting berdimensi 40 x 50 cm, 50 x 60 cm, dan 70 x 85 cm perlu diperbesar untuk dapat mengalirkan debit banjir dengan periode ulang 2 tahun. Khusus pada ruas Sungai Citunjung yang dimanfaatkan sebagai badan air penerima sekaligus saluran drainase utama, hasil analisis hidraulika menggunakan piranti HEC-RAS menunjukkan adanya genangan setinggi 63 cm sepanjang 150 m sebagaimana disajikan pada Gambar 9 di bawah ini. Sedangkan pada ruas saluran pembuang yang mengakomodasi limpasan sisi timur kawasan, Gambar 9 juga mengindikasikan adanya genangan setinggi 30 cm pada saluran sepanjang 30 m. Keseluruhan genangan ini terjadi sebagai dampak atas pembelokan Sungai Citunjung dengan sudut 90o dan penyempitan secara signifikan di sisi hilir. Hal ini dijelaskan secara lebih lanjut dengan mengeliminasi pembelokan dan penyempitan yang terjadi pada Sungai Citunjung. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10, Sungai Citunjung sesungguhnya memiliki kemampuan mengalirkan secara aman banjir yang terjadi pada periode ulang 2 tahun.

Gambar 9. Genangan pada Sungai Citunjung pada periode ulang 2 tahun

Untuk mengatasi permasalahan genangan tersebut di atas studi ini mengusulkan 2 alternatif solusi: (1) penyediaan kolam retensi di luar kawasan untuk mengendalikan limpasan yang berasal dari daerah tangkapan hulu Sungai Citunjung; (2) penataan kembali alur dan penampang Sungai Citunjung. Hasil analisis yang diperoleh untuk alternatif solusi pertama menunjukkan bahwa dengan dikendalikannya limpasan

Page 10: ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR PADA KAWASAN …

75

yang berasal dari daerah tangkapan Sungai Citunjung yang terletak di sisi hulu, seperti disajikan pada Gambar 11, saluran drainase utama dapat sepenuhnya mengalirkan debit banjir pada periode ulang 2, 5, dan 10 tahun meskipun genangan tetap terjadi pada saluran pembuang kawasan timur perumahan. Volume kolam retensi yang diperlukan untuk mengendalikan limpasan yang berasal dari daerah tangkapan Sungai Citunjung hulu adalah 17.375 m3 (0,9 ha), 36.120 m3 (1,8 ha), dan 49,950 m3 (2,5 ha) untuk periode ulang 2, 5, dan 10 tahun secara berurutan. Untuk dapat menerapkan solusi ini, diperlukan akuisisi lahan sawah yang terletak di sisi hulu kawasan perumahan. Namun jika kolam ditempatkan di dalam kawasan permukiman, untuk mengendalikan limpasan mutlak diperlukan sistem pompa.

0 200 400 600 800 1000 1200-3

-2

-1

0

1

2

3RAS GK Plan: 11 14/03/2017

Main Channel Distance (m)

Ele

vation

(m

)

Legend

WS 5 Tahun

WS 10 Tahun

WS 2 Tahun

Ground

LOB

ROB

Gambar 10. Profil muka air banjir Sungai Citunjung tanpa pembelokan dan penyempitan penampang

0 200 400 600 800 1000 1200-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

RAS GK Plan: Plan 84 4/21/2017

Main Channel Di stance (m)

Ele

vatio

n (m

)

Legend

WS 10 Tahun

WS 5 Tahun

WS 2 Tahun

Ground

LOB

ROB

Sungai Citunj ung 1 Sungai Citunj ung 2Saluran Induk 3 Saluran Induk 1

Gambar 11. Profil muka air banjir sesuai alternatif solusi 1

Page 11: ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR PADA KAWASAN …

76

Pada alternatif solusi ke-2 dimana direncanakan penataan kembali alur Sungai Citunjung dengan sudut belok 450 dan normalisasi penampang sungai hingga titik terjun di sisi hilir, hasil analisis hidraulik menunjukan bahwa Sungai Citunjung mampu mengalirkan debit banjir untuk periode ulang 2 tahun. Pada periode ulang 5 dan 10 tahun, seperti disajikan pada Gambar 12, Sungai Citunjung akan mengalami limpasan meskipun tinggi genangan yang terjadi tidak signifikan, yaitu 10 cm pada periode ulang 5 tahun dan 25 cm pada periode ulang 10 tahun. Hal ini menekankan pentingnya peran sempadan atau bantaran sungai sebagai ruang untuk pengendalian banjir pada periode ulang yang lebih tinggi. Meskipun alternatif ini secara praktis lebih ekonomis dan mudah untuk dilaksanakan, namun bukan berarti bahwa alternatif ini adalah yang terbaik mengingat solusi ini tidak menyertakan sama sekali aspek konservasi dan pengendalian banjir yang berwawasan lingkungan. Dengan melakukan penataan alur dan memperbesar kapasitas sungai, alternatif ini pada dasarnya hanya mengupayakan pembuangan limpasan permukaan secepat-cepatnya menuju badan air penerima.

-3

-2.5

-2

-1.5

-1

-0.5

00 1 2 3 4 5 6 7

Keda

lam

an sa

lura

n (m

)

Lebar saluran (m)-3.5

-3

-2.5

-2

-1.5

-1

-0.5

00 1 2 3 4 5 6 7

Keda

lam

an sa

lura

n (m

)

Lebar saluran (m)

Gambar 12. Contoh normalisasi penampang Sungai Citunjung

0 200 400 600 800 1000 1200-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3RAS GK Plan: FINAL 15/05/2017

Main Channel Distance (m)

Ele

vatio

n (m

)

Legend

WS 10 Tahun

WS 5 Tahun

WS 2 Tahun

Ground

LOB

ROB

Gambar 13. Profil muka air banjir sesuai alternatif solusi 2

Page 12: ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR PADA KAWASAN …

77

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanBerdasarkan hasil studi yang diperoleh dapat ditarik sejumlah kesimpulan sebagai berikut:

1. Genangan yang terjadi pada kawasan perumahan disebabkan oleh pembelokan alur Sungai Citunjung dengan sudut 900 dan penyempitan penampang sungai di sisi hilir. Akibat pembelokan alur sungai, ditambah dengan adanya kontribusi limpasan permukaan yang berasal dari kawasan perumahan, terjadi genangan setinggi 63 cm sepanjang 150 m pada periode ulang 2 tahun.

2. Permasalahan genangan yang terjadi dapat diatasi dengan menyediakan kolam retensi di sisi hulu kawasan perumahan. Volume kolam retensi yang diperlukan untuk mengendalikan limpasan yang berasal dari daerah tangkapan Sungai Citunjung hulu adalah 17.375 m3 (0,9 ha), 36.120 m3 (1,8 ha), dan 49,950 m3 (2,5 ha) untuk periode ulang 2, 5, dan 10 tahun secara berurutan.

3. Penataan alur Sungai Citunjung dengan sudut 450 yang disertai dengan normalisasi penampang sungai hanya mampu mengendalikan limpasan pada periode ulang 2 tahun. Pada periode ulang 5 dan 10 tahun kawasan akan mengalami genangan meskipun secara umum tinggi genangan tidak signifikan. Hal ini mempertegas pentingnya fungsi sempadan atau bantaran sungai dalam pengendalian banjir.

4. Meskipun alternatif solusi ke-2 mengindikasikan adanya fungsi ekonomis dan kemudahan praktis pelaksanaan, namun solusi ini tidak mempertimbangkan aspek konservasi dalam pengendalian banjir kawasan.

Saran1. Memperhatikan bahwa data curah hujan berdurasi pendek sangat diperlukan

dalam perencanaan dan evaluasi sistem drainase kawasan, studi ini mendukung agar pemerintah daerah atau lembaga yang berwenang dapat mengakomodasi penyediaan data terkait. Karena keterbatasan data, studi ini memanfaatkan data curah hujan berdurasi pendek yang direkam oleh BMKG Kota Bandung yang dalam hal ini sangat dimungkinkan memiliki perbedaan karakteristik dengan hujan yang terjadi di wilayah sekitarnya. Pada kasus dimana hanya tersedia data curah hujan harian, studi ini juga menyarankan untuk dilakukannya penelitian mengenai kurva Intensity Duration Frequency (IDF) untuk wilayah Kabupaten Bandung dan Bandung Barat.

2. Mempertimbangkan adanya peningkatan intensitas curah hujan dan kecenderungan hujan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir sebagai konsekuensi dari perubahan iklim, studi ini menyarankan agar aturan atau ketentuan sebagaimana disajikan pada Tabel 3 mengenai jenis tipologi kota dan periode ulang perencanaan sistem drainase untuk dievaluasi lebih lanjut dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan sumber daya air di kawasan perkotaan.

Page 13: ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR PADA KAWASAN …

78

REFERENSI Aryansyah, R., Yudianto, D., dan Wicaksono, A., 2014. Evaluasi perubahan

intensitas curah hujan dan dampaknya terhadap kapasitas saluran drainase di kampus Universitas Katolik Parahyangan, disajikan pada Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air pada tanggal 20 September 2014, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Indonesia.

Badan Pusat Statistik, 2013. Proyeksi Penduduk Indonesia 2010 – 2035, BPS Jakarta.

Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2015. Provinsi Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2016, BPS Provinsi Jawa Barat, Bandung.

Jones, P. and Macdonald, N., 2007. Making space for unruly water: Sustainable drainage systems and the disciplining of surface runoff. Geoforum, Vol. 38, hal. 534–544.

www.hec.usace.army.mil/software/hec-hms/, 2016. HEC-HMS user’s manual versi 4.2, US Army Corps of Engineers, diakses pada tanggal 18 Juni 2017.

www.hec.usace.army.mil/software/hec-ras/, 2016. HEC-RAS user’s manual versi 5.0, US Army Corps of Engineers, diakses pada tanggal 18 Juni 2017.

Wicaksono, A. dan Yudianto, D., 2013. The evaluation of retention pond capacity under a series of rainfall occurrence and land development, disajikan pada International Seminar of HATHI on water related disaster solutions, 6 – 8 September 2013, Sheraton Hotel, Yogyakarta, Indonesia.

Wicaksono, A., Yudianto, D., dan Gandwinatan, J., 2012. Penerapan sistem semi polder sebagai upaya manajemen limpasan permukaan di Kota Bandung, disajikan pada Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752.

Wijaya, O.T., Yudianto, D., dan Guan, Y.Q., 2017. Application of sluice gates in main channel as a flood control, case: industrial area of Cikande. Sustainable Water Resources Management, Vol 3(2), hal. 205–212.

Wijaya, O.T., Wulandari, U., dan Yudianto, D., 2016. Evaluation of pumping operation system under daily basis rainfall, disajikan pada International Seminar of HATHI on Water Resilience in a Changing World, 29 – 30 July 2016, Bali, Indonesia.

Yudianto, D. dan Roy, A.F.V., 2009. Pemanfaatan kolam retensi dan sumur resapan pada sistem drainase kawasan padat penduduk. Jurnal Teknik Sipil Volume 5(2), Oktober 2009.

View publication statsView publication stats


Recommended