Date post: | 01-Jan-2016 |
Category: |
Documents |
Upload: | alim-sumarno |
View: | 186 times |
Download: | 0 times |
ANALISIS LINIERITAS PELAKSANAAN PSG TAHUN 2011
DI LEMBAGA MITRA BAGI SISWA PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI
DI SMKN 2 KEDIRI TAHUN 2012
Meta Ardiana
Fakultas Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ekonomi – Akuntansi, Universitas Negeri Surabaya
ABSTRACT
PSG is a real step to make vocational education and training system is more linear with the
needs of the working world. But the reality shows in the implementation of PSG have not found
a match between the job of accounting expertise obtained during the implementation of PSG
students in partner institutions. This study was to analyze how the implementation of PSG at
SMK N 2 Kediri. This research using descriptive analysis techniques, and the data used are the
primary data and secondary data. These results indicate that the procedures for implementing
Multiple System of Education (PSG) in SMK Negeri 2 Kediri is PSG in accordance with the
criteria PSG.
Kata Kunci: PSG, Lembaga Mitra
Dalam ruang lingkup dunia kerja saat ini,
sumber daya manusia tidak hanya dituntut
unggul dalam kemampuan hard skills saja
melainkan juga memiliki kemampuan soft skills.
Menurut kajian Wiwiet Putrianingrum, hasil
survey di SMK Kota Malang tahun 2009
menunjukkan, kebanyakan lulusan SMK masih
mengalami kesulitan untuk mendapatkan
pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian
mereka. Hal ini masih ada kesenjangan antara
dunia pendidikan dan dunia kerja di mana dunia
pendidikan memandang lulusan yang
mempunyai kompetensi yang tinggi adalah
mereka yang lulus dengan nilai tinggi atau hard
skills. Sedangkan dunia industri atau stake
holders menginginkan lulusan yang high
competence yaitu lulusan denga kemampuan
teknis dan sikap yang baik yang kemudian
disebut soft skills.
Sekolah menengah kejuruan sebagai
lembaga pendidikan formal tingkat menengah
merupakan wadah dalam menyiapkan peserta
didik untuk terjun ke dunia kerja dan mampu
menjawab tantangan dunia kerja secara nyata.
Hal ini senada dengan PP RI No. 29 Tahung
1990 tentang pendidikan menengah pasal 3 ayat
2, ―Sekolah Menengah Kejuruan mengutamakan
penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja
serta mengembangkan sikap profesional‖. Proses
pembelajaran di SMK sebenarnya telah
mengandung muatan hard skills dan soft skills,
tetapi mayoritas masih mengedepankan aspek
hard skills. Menurut laporan Dikti, kelemahan
SMK dalam mengisi peluang kerja pada
umumnya adalah masalah personal skills
(menurut Dikti). Berikut ini adalah
soft skills dalam sistem pendidikan dan dunia
kerja / usaha.
Kemampuan soft skills bisa diasah dan
ditingkatkan seiring dengan pengalaman belajar,
sehingga perlu adanya perubahan pemikiran dan
tindakan dari fokus pada hard skills saja menjadi
mensinergikan antara hard skills dengan soft
skills. Kemampuan hard skills bisa diasah
melalui pembelajaran rutin di kelas, sedangkan
kemampuan soft skills harus berlandaskan pada
kehidupan nyata, berpikir tingkat tinggi,
aktivitas siswa, aplikasi langsung, belajar
berbasis masalah, pengajaran autentik,
pengajaran berbasis relevansi, belajar berbasis
proyek, belajar berbasis layanan, belajar
kooperatif, dan belajar berbasis kerja.
Pengembangan aspek soft skills bagi siswa
merupakan aspek penting dalam menghasilkan
lulusan yang mampu bersaing dan berhasil
dalam pekerjaannya. Oleh karena itu diperlukan
pembekalan soft skills untuk kesiapan kerja yang
terkandung dalam kurikulum pendidikan, salah
perbandingan rasio kebutuhan dan pengembagan
satu strategi yaitu melalui praktik kerja industri
dalam Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) merupakan
suatu media yang dapat mensinergikan antara
kemampuan hard skills dan soft skills sehingga
mampu meningkatkan mutu sumber daya
manusia (SDM) tingkat menengah. Peningkatan
tersebut dilakukan secara terprogram, bertahap,
dan berkelanjutan serta kontekstual dengan
memadukan seluruh sumber daya internal dan
eksternal, masyarakat. Sehingga mampu
menyesuaikan mutu tamatan dengan
kemampuan kerja dan tingkat profesional tingkat
menengah kejuruan yang dibutuhkan oleh dunia
kerja.
Dengan pelaksanaan Pendidikan Sistem
Ganda (PSG) diharapkan siswa dapat
memperoleh bekal dan gambaran mengenai
tinjauan dunia kerja nyata. Sehingga setelah
lulus siswa benar-benar dapat menerapkan
ilmunya pada saat PSG.
Dalam pelaksanaan pendidikan sistem
ganda (PSG) diharapkan terjadi link and match
atau kesesuaian antara pihak DU/DI dengan
pihak sekolah. Siswa diharapkan menempati
posisi yang sesuai dengan keahlian yang
dimilikinya. Sebab setelah melaksanakan
Pendidikan Sistem Ganda (PSG), siswa
diharapkan memperoleh pengalaman yang
mencakup tinjauan tentang perusahaan dan
kegiatan-kegiatan praktik yang berhubungan
langsung dengan teknologi yang tentu saja
belum pernah didapat di sekolah khususnya pada
program keahlian mereka masing-masing.
Disamping itu juga mempersiapkan siswa untuk
belajar bekerja secara mandiri, bekerja dalam
suatu tim, bertanggungjawab, serta
mengembangkan potensi dan keahlian sesuai
minat dan bakat yang mereka miliki..
Namun sampai saat ini pelaksanaan
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dinilai belum
sepenuhnya terjadi link and match (keterkaitan
dan kecocokan) antara dunia pendidikan dengan
dunia usaha. Ini didasarkan pada penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Astutik (2007)
yang menyatakan bahwa pelaksanaan praktik
kerja industri siswa program keahlian akuntansi
di SMK Negeri Wachid Hasyim belum terdapat
kesesuaian antara keahlian akuntansi yang
dipelajari siswa di sekolah dengan aplikasinya
pada saat siswa melaksanakan praktik kerja
industri. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Ulfah (2007) bahwa pelaksanaan praktik kerja
industri yang dilakukan oleh salah satu SMK di
Malang juga belum terdapat kesesuaian. Serta
penelitian yang dilakukan Desy Wulansari
(2011) mengenai analisis pelaksanaan Praktik
Kerja Industri (Prakerin) dalam penempatan
siswa program keahlian akuntansi di SMKN
Mojoagung, penelitian ini menunjukkan belum
adanya kesesuaian antara pendidikan di sekolah
dengan penempatan siswa dalam pelaksanaan
praktik kerja di DU/DI.
Dengan kata lain belum terjadi sinkronisasi
antara lembaga penyelenggara pendidikan
dengan perkembangan lapangan kerja.
Dampaknya adalah banyak lulusan yang
kemudian tidak terserap oleh pasar kerja,
sehingga menimbulkan atau bahkan menambah
tinggikan angka pengangguran. Lembaga
penyelenggara pendidikan pada umumnya lebih
terfokus pada lulusan berkualitas, namun belum
memperhatikan kebutuhan pasar itu sendiri.
Faktor lainnya yaitu karena lulusan belum
mempunyai skills yang memadai yang
disyaratkan dunia kerja saat ini. Jadi jelasnya
bahwa sekarang amat diperlukan pendidikan
yang dengan sengaja dirancang untuk
membekali peserta didik dengan kecakapan
hidup (life skills).
Berdasarkan observasi yang telah
dilakukan, ditemukan fenomena yang
menggambarkan bahwa mayoritas siswa kelas
XII program keahlian akuntansi mendapatkan
pekerjaan tidak linier dengan keterampilan dan
keahlian yang dimiliki pada saat melaksanakan
Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Salah satu
contohnya Badan Pertanahan Kota Kediri,
kantor ini menerima siswa praktik kerja industri,
peserta praktik kerja industri dari program
keahlian akuntansi ditempatkan yaitu pada
bagian kearsipan yang bertugas mengarsipkan
dokumen-dokumen serta merekap surat-surat
tanah.
Rumusan masalah mengenai pelaksanaan
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di SMK N 2
Kediri dianalisis menggunakan teknik analisis
deskriptif yang diperoleh melalui wawancara
dengan Ketua Program Jurusan Akuntansi dan
Ketua Pokja PSG, sedangkan untuk rumusan
masalah mengenai linieritas Pelaksanaan
Pendidikan Sistem Ganda yang dilihat dari
laporan kegiatan harian peserta PSG serta
dikonfrontasi dengan pendapat siswa melalui
angket juga dianalisis dengan analisis deskriptif.
Pada penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan evaluasi bagi pihak sekolah dalam
pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG),
mengingat pentingnya Pendidikan Sistem Ganda
(PSG) dalam meningkatkan keahlian siswa.
Untuk menghasilkan tamatan SMK yang
siap memasuki lapangan kerja maka tamatan
SMK tersebut harus merupakan manusia yang
produktif. Untuk mendapat keterampilan tidak
cukup peserta didik belajar di sekolah tetapi
harus didapat melalui ―on the job training‖ yaitu
belajar dari pekerja yang sudah berpengalaman
di industri, disinilah letak pentingnya konsep
pendidikan sistem ganda (PSG) untuk
menghasilkan tenaga yang terampil. Oleh karena
itu keahlian profesional pada diri peserta didik
tanpa partisipasi lembaga mitra.
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) atau
mungkin lebih akrab dikenal dengan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk
penyelenggaraan pendidikan keahlian
profesional, yang memadukan secara sistematik
dan sinkron antara program pendidikan di
sekolah dan program pengusahaan yang
diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di
dunia kerja untuk mencapai suatu tingkat
keahlian profesional (Djojonegoro:1999).
Dimana keahlian profesional tersebut hanya
dapat dibentuk melalui tiga unsur utama yaitu
ilmu pengetahuan, teknik dan kiat. Ilmu
pengetahuan dan teknik dapat dipelajari dan
dikuasai kapan dan dimana saja kita berada,
sedangkan kiat tidak dapat diajarkan tetapi dapat
dikuasai melalui proses mengerjakan langsung
pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri.
Kurikulum SMK edisi 2006 mendefinisikan
pen-didikan sistem ganda sebagai ―pola
penyelenggaraan diklat yang dikelola bersama-
sama antara SMK dengan institusi lapangan,
mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
hingga tahap evaluasi dan sertifikasi yang
merupakan satu kesatuan program dengan
menggunakan berbagai bentuk pelaksanaan.
Pendidikan Sistem Ganda adalah bentuk
penyelenggaraan pendidikan kejuruan yang
memajukan, memadukan secara utuh dan
terintegrasi program penguasaan keahlian yang
diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di
lapangan kerja, yang terarah untuk mencapai
suatu tingkat keahlian profesional tertentu.
Dari pengertian di atas terlihat selain
lembaga pendidikan dan pelatihan maka
tanggung jawab dalam penyelenggaraan
program pendidikan dan pelatihan kejuruan juga
menjadi tanggung jawab dunia industri/
perusahaan tertentu. Tanggung jawab itu mulai
dari tahap perencanaan program, tahap
penyelenggaraan, sampai pada tahap penilaian
dan penentuan kelulusan peserta didik, serta
upaya pemasaran tamatannya.
Pada tahap perencanaan,
industri/perusahaan yang telah mengikatkan diri
bekerjasama dengan lembaga pendidikan
pelatihan kejuruan atau sekolah penyelenggara
dalam menyelenggarakan pelaksanaan program
pelatihan, pendidikan yang digunakan harus
merupakan program yang dirancang dan
disepakati bersama oleh kedua pihak yang jelas
dan tertulis, tentunya tidak merugikan kedua
belah pihak yaitu sekolah (siswa) dan pihak
institusi pasangan (dunia usaha/dunia industri).
Mengapa ini penting , karena pelaksanaan
pendidikan sistem ganda diarahkan untuk
menghasilkan tamatan yang memiliki
keahlian/kompetensi atau kecakapan hidup (life
skill) tentu secara terstandar sesuai dengan
kebutuhan tenaga kerja, maka senantiasa
mengacu pada pencapaian standar
kemampuan/kompetensi sesuai dengan tuntutan
jabatan pekerjaan atau profesi tertentu yang
berlaku di lapangan kerja.
Kurikulum PSG bertujuan untuk
meningkatkan kebermaknaan kurikulum yang
akan dipelajari di sekolah dan di Institusi
Pasangan sebagai satu kesatuan utuh dan saling
melengkapi, serta pengaturan kegiatan belajar-
mengajar yang dapat dijadikan acuan bagi para
pengelola dan pelaku pendidikan di lapangan,
sehingga pada gilirannya siswa dapat menguasai
kompetensi yang relevan dan sesuai dengan
yang dipersyaratkan. Kurikulum terdiri dari
berbagai bentuk, salah satu diantaranya adalah
kurikulum berbasis kompetensi (competecy
based curriculum) yaitu semua kegiatan
kurikulum diorganisasi ke arah fungsi atau
kemampuan yang dituntut pasaran kerja atau
dibidang pekerjaan.
Menurut Siskandar (2003), kurikulum
berbasis kompetensi adalah pengembangan
kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi
yang seharusnya dimiliki siswa setelah
menyelesaikan pendidikan, yang meliputi
pengetahuan, keterampilan, nilai dan pola
berpikir serta bertindak sebagai refleksi dari
pemahaman dan penghayatan dari apa yang
telah dipelajari siswa.
Konsep PSG tersebut di atas merupakan
inovasi pendidikan kejuruan bagi sistem lama.
Namun keterlaksanaan dan keberhasilan
pelaksanaan program ini sangat ditentukan oleh
kadar pemahaman, kepedulian dan komitmen
dari semua pihak pelaksana di lapangan, yaitu
manajemen SMK, guru dan pihak dunia usaha
dan industri, untuk mewujudkan hasil yang
diinginkan mungkin dibutuhkan strategi
pengembangan yang mengena pada sasaran.
Strategi pentahapan dan pembekalan, adalah
proses pembentukan, pemahaman, kepedulian
dan komitmen, memerlukan proses penerimaan
tata nilai baru, perubahan pola pikir, sikap dan
perilaku dari segenap pelaku yang terlibat.
Pada tahap pembekalan, diharapkan sejalan
dengan langkah penyiapan sumber daya manusia
yang siap menghadapi globalisasi.
Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda akan
menjadi salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan menengah kejuruan sesuai dengan
ketentuan pada Undang-Undang Nomor 2 / 1989
tentang Sistem pendidikan Nasional, dan
peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990
tentang Pendidikan Menengah, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 39 tahun 1992 tentang
Peranan masyarakat Dalam Pendidikan
Nasional, dan Kepmendikbud Nomor 080 / U /
1993 tentang Kurikulum SMK, sebagai berikut:
(1)‖Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan
melalui 2 ( dua ) jalur yaitu jalur pendidikan
sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah‖.
[UUSPN, Bab IV, pasal 10, ayat 1]; (2)
―Penyelenggaraan sekolah menengah dapat
bekerjasama dengan masyarakat terutama dunia
usaha dan para dermawan untuk memperoleh
sumber daya dalam rangka menunjang
penyelenggaraan dan pengembangan
pendidikan‖. [PP 29, Bab XI, pasal 29, ayat 1];
(3) ―Masyarakat sebagai mitra pemerintah
berkesempatan yang seluas-luasnya untuk
berperan serta dalam penyelenggaraan
pendidikan Nasional ―. [UUSPN, Bab XIII,
pasal 47, ayat (1) ]‖
(4) Peran serta masyarakat dapat berbentuk
pemberian kesempatan untuk magang dan atau
latihan kerja ―. [ PP 39, Bab III, pasal 4, butir ( 8
) ].
Tentang tujuan Pendidikan Sistem Ganda
ini disebutkan dalam buku konsep Pendidikan
Sistem Ganda oleh direktorat Dikmenjur (1994)
adapun setiap sekolah dalam menyelenggarakan
Pendidikan sistem Ganda ini tidak lain bertujuan
untuk:
Tujuan umum pelaksananaan PSG antara
lain sebagai berikut:
(1) Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki
keahlian profesional yaitu tenaga kerja
yang memiliki tingkat pengetahuan,
keterampilan dan etos kerja yang sesuai
dengan tuntutan dunia kerja.
(2) Memperkokoh Link and Match antara
sekolah dengan dunia kerja.
(3) Meningkatkan efisiensi proses pendidikan
dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas
profesional.
(4) Memberi pengakuan dan penghargaan
terhadap pengalaman kerja sebagian dari
proses pendidikan.
Sedangkan tujuan khusus dari pelaksanaan
PSG meliputi:
(1) Melalui Pendidikan Sistem Ganda untuk
mendapatkan tamatan yang siap kerja
diberbagai bidang yang membutuhkan
keahlian dan keterampilan tertentu.
(2) Untuk mendapatkan keterpaduan yang
saling mengisi dan keahlian profesi yang
diperoleh melalui pendidikan sistem ganda.
(3) Aplikasi pengetahuan akademik.
(4) Merupakan suatu peningkatan
keterampilan, dan membentuk pribadi yang
mandiri dan percaya diri dan mandiri guna
dipasar kerja.
Penilaian dan Sertifikasi Pendidikan Sistem
Ganda berdasarkan kriteria PSG (a) Penilaian
pendidikan sistem ganda Depdikbud (1997)
menyebutkan jenis penilaian pelaksanaan
pendidikan sistem ganda yang dijabarkan
sebagai berikut:
(1) Penilaian hasil belajar, penilaian yang
dilakukan untuk mengetahui tingkat
pencapaian penguasaan hasil belajar siswa
berdasarkan program yang berlaku,
dilaksanakan pada akhir satuan waktu
tertentu.
(2) Penilaian penguasaan keahlian, penilaian
yang dilakukan untuk mengetahui tingkat
penguasaan terhadap kemampuan-
kemampuan yang dipersyaratkan untuk
dinyatakan ahli dan berwenang
melaksanakan tugas tertentu, berdasarkan
ketentuan dan standar yang berlaku
dilapangan.
Berdasarkan standar yang digunakan dan
proses pengukurannya, penilaian penguasaan
keahlian digolongkan menjadi:
(1) Ujian kompetensi, proses pengukuran dan
penilaian penguasaan keahlian seseorang,
berdasarkan standar yang berlaku
dilapangan pekerjaan tertentu dan atas
dasar kesepakatan kebutuhan lapangan
kerja tertentu.
(2) Ujian profesi, suatu proses pengukuran dan
penilaian penguasaan keahlian seseorang,
berdasarkan standar resmi yang berlaku
dalam suatu jenis keahlian tertentu.
Sertifikasi Pendidikan Sistem Ganda
Depdikbud (1997) menyebutkan jenis sertifikasi
pendidikan sistem ganda yang dapat disarikan
sebagai berikut:
(1) Ijasah, surat keterangan yang diterbitkan
oleh departemen Pendidikan Nasional dan
diberikan kepada peserta didik sebagai
pengakuan terhadap prestasi belajar dan
atau penyelesaian pada jenjang pendidikan
setelah lulus ujian yang diselenggarakan
oleh satuan pendidikan yang terakreditasi.
(2) Surat keterangan yang diberikan kepada
peserta didik yang lulus uji kompetensi
yang diselenggarakan oleh satuan
pendidikan yang terakreditasi sebagai
penyelenggara uji kompetensi.
(3) Sertifikasi profesi, keterangan yang
menjelaskan bahwa pemegang sertifikat
tersebut telah memiliki kompetensi jenis
dan tingkat keahlian pada satu bidang
keahlian tertentu, sesuai dengan persyaratan
yang berlaku pada bidang profesi yang
bersangkutan.
Depdikbud (1997) menyebutkan aspek yang
dinilai dalam sertifikat Pendidikan Sistem Ganda
yang dapat disarikan sebagai berikut: (a) Aspek
teknis, aspek yang dilihat dari tingkat
penguasaan keterampilan siswa dalam
menyelesaikan pekerjaannya (keterampilan
produktif); (b) Aspek teknis yang dinilai
meliputi persiapan, proses kerja, hasil kerja dan
penyelesaiannya; (c) Aspek non teknis, aspek
yang digunakan sebagai acuan untuk menilai
sikap, perilaku dan penampilan siswa selama
melaksanakan pelatihan di dunia usaha. Aspek
non teknis yang dinilai antara lain kedisiplinan,
tanggung jawab, inisiatif, kemandirian dan
kerjasama berdasarkan kesepakatan kedua belah
pihak.
Keberhasilan pelaksanaan PSG tergantung
sepenuhnya pada komitmen para pelaku
pendidikan, yaitu: pemerintah, masyarakat,
sekolah dan dunia usaha/industri, termasuk
didalamnya pengguna lulusan. Pembiayaan
pendidikan kejuruan dibagi menjadi dua yaitu:
(1) segala bentuk pembiayaan yang diakibatkan
oleh pelatihan yang diselenggarakan di
perusahaan ditanggung oleh perusahaan; dan (2)
segala bentuk pembiayaan yang dibutuhkan
untuk pendidikan di sekolah kejuruan
ditanggung oleh pemerintah. Sebagai
implikasinya, semua unsur tersebut turut serta
bertanggung jawab menggali dan memberikan
kontribusi nyata dalam hal pembiayaan PSG.
Disisi lain sekolah sebagai pelaku utama
PSG, hendaknya secara terus menerus menggali
dan mengembangkan sumber-sumber dana
dengan mengacu pada peraturan yang berlaku.
Untuk pembiayaan pelaksanaan PSG, sumber
pendanaan didapat dari: dana rutin, dana bantuan
orang tua, dana penunjang pendidikan, unit
produksi, sharing institusi pasangan, kegiatan
promosi dan bantuan lain.
Untuk mewujudkan visi dan misi sekolah
sesuai dengan paradigma pendidikan kejuruan,
perlu pemberdayaan masyarakat dan lingkungan
sekolah secara optimal. Hal ini penting karena
sekolah memerlukan masukan dari masyarakat
dalam menyusun program yang relevan antara
keahlian siswa dengan kebutuhan pasar kerja,
sekaligus memerlukan dukungan masyarakat
berupa dana dalam melaksanakan kegiatan
tersebut. Tercapainya tujuan SMK antara lain
ditentukan oleh sejauh mana terjadinya
keterkaitan dan kecocokan (link and match)
antara apa yang ada dan yang terjadi di sekolah
dengan apa yang terjadi di dunia usaha/ dunia
kerja.
Muliati A.M (2007) menjelaskan untuk
mendapatkan keterampilan tidak cukup peserta
didik belajar di sekolah tetapi harus didapat
melalui on the job training yaitu belajar dari
pekerja yang sudah berpengalaman di industri,
oleh karena itu sulit diharapkan dapat
membentuk keahlian profesional pada diri
peserta didik tanpa partisipasi industri. Menurut
Crowley dan Karim (dalam Lendra, 2004),
kemitraan secara mendasar dapat didefinisikan
menurut dua cara. Pertama melalui atribut yang
melekat pada kemitraan seperti kepercayaan,
saling berbagi misi dan komitmen jangka
panjang. Kedua melalui proses dimana
kemitraan dilihat sebagai suatu kata kerja,
seperti membangun pernyataan misi,
kesepakatan terhadap sasaran dan tujuan
bersama.
Lembaga pendidikan kejuruan tanpa hal
dunia industri sebagai tempat belajar akan sulit
untuk menghasilkan lulusan yang dapat
memahami dunia kerja. Berfungsinya lembaga
pendidikan formal memberikan bekal-bekal
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
relevan bagi dunia kerja secara langsung
membawa pengaruh terhadap lapangan kerja di
masyarakat, sedikit banyak dipengaruhi oleh
produk-produk atau luaran (output) sistem
pendidikan persekolahan itu sendiri. Menurut
Pakpaham (dalam Anwar, 1999) kemitraan
sekolah dengan dunia usaha dan industri
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Kemitraan dalam perencanaan dapat
berupa: (1) penyusunan standar kompetensi; (2)
pengembangan kurikulum dan bahan ajar sesuai
dengan tuntutan perkembangan teknologi yang
paling mutakhir; dan (3) penyusunan sistem
pengujian dan sertifikasi. Kemitraan dalam
pelaksanaan dapat berupa: (1) memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan
praktik kerja industri/prakerin; (2) pemagangan
guru; (3) pembiayaan pendidikan dan pelatihan;
(3) pengadaan sarana dan prasarana pendidikan.
Kemitraan dalam evaluasi dapat berupa (1)
pelaksanaan uji kompetensi; (2) pemberian
sertifikasi; dan (3) rekrutmen tamatan. Dalam
pelaksanaan PSG perlu menyusun program
bersama, dan mengadakan penilaian bersama
antara sekolah dan industri. Hubungan
pendidikan ditandai dengan adanya kontrak
diikuti dengan kewajiban yang harus dijalankan
oleh perusahaan dan peserta didik. Sejalan
dengan uraian di atas, maka diperlukan
industri/Institusi Pasangan sebagai mitra
penyelenggaraan pendidikan dengan pihak
sekolah dalam upaya peningkatan mutu tamatan
yang berwawasan mutu, sesuai dengan tuntutan
kerja.
Pendidikan kejuruan mempunyai pengertian
yang bervariasi menurut perumus. Menurut
Rupert Evans dalam (Muliati:thn)
mendefinisikan Sekolah Menengah Kejuruan
sebagai bagian dari sistem pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik agar lebih mampu
bekerja pada satu bidang pekerjaan dari bidang
pekerjaan lain
Depdikbud (2000) menjelaskan bahwa
Program Keahlian Akuntansi adalah program
keahlian yang akan diikuti peserta sesuai dengan
potensi kemampuan, bakat dan minat serta
ketersediaan bidang akuntansi.
Setelah melaksanakan PSG diharapkan
siswa Program Keahlian Akuntansi dapat
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di sekolah
dengan praktik kerja nyata di lembaga mitra.
Berikut kemampuan yang harus dimiliki oleh
tamatan program keahlian akuntansi (Panduan
PSG)
(1) Menerapkan prinsip professional
bekerja, (2) Menerapkan praktik-praktik
kesehatan dan keselamatan di tempat kerja, (3)
Melaksanakan komunikasi bisnis, (4) Mengelola
dokumen transaksi, (5) Memproses dokumen
dana kas kecil; (6) Memproses entry jurnal, (7)
Memproses buku besar, (8) Mengelola kartu
piutang, (9) Mengelola kartu persediaan, (10)
Mengelola kartu aktiva tetap, (11) Mengelola
kartu utang, (12) Menyusun laporan keuangan,
(13) Mengoperasikan paket program pengolah
kata.
KAJIAN PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian mengenai Pendidikan Sistem
Ganda (PSG) juga pernah diangkat oleh Desy
Wulansari (2011) dengan judul ―Analisis
Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Dalam Penempatan Siswa Kelas XI Program
Keahlian Akuntansi Di SMK Negeri
Mojoagung.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yaitu sama-sama meninjau
mengenai pelaksanaan pendidikan sistem ganda
(PSG) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Penelitian Desy menunjukkan belum adanya
kesesuaian antara pendidikan di sekolah dengan
penempatan siswa dalam pendidikan sistem
ganda di SMK Negeri Mojoagung.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yaitu pada fokus penelitian. Pada
penelitian Desy difokuskan pada proses
penempatan dan kendala yang menyebabkan
ketidaksesuaian penempatan siswa dalam
pelaksanaan prakerin di SMK Negeri
Mojoagung. Sedangkan pada penelitian ini
difokuskan linieritas pelaksanaan Pendidikan
Sistem Ganda (PSG) dengan keterampilan siswa
program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2
Kediri.
Penelitian mengenai Pendidikan Sistem
Ganda (PSG) juga pernah diangkat oleh
Masyhudi (2011) dengan judul ―Pelaksanaan
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) Sebagai
Mediator Pembentukan Sikap dan Keterampilan
Kerja Siswa Kelas XI AK SMK Negeri
Lamongan‖.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu yaitu sama-sama meninjau tentang
pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG)
pada program keahlian akuntansi di SMK
Negeri Mojoagung. Dalam penelitian Mashyudi
menunjukkan bahwa pelaksanaan Pendidikan
Sistem Ganda (PSG) merupakan mediator dalam
pembentukan sikap dan keterampilan kerja siswa
di SMK Negeri 1 Lamongan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yaitu pada fokus penelitian. Pada
penelitian Masyhudi difokuskan pada
pembentukan sikap dan keterampilan siswa
melalui Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
Sedangkan penelitian ini difokuskan linieritas
pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG)
dengan keterampilan siswa program keahlian
akuntansi di SMK Negeri 2 Kediri.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Metode deskriptif adalah metode yang
bertujuan menggambarkan dan menjelaskan
masalah dari obyek yang telah diketahui lebih
rinci (Isparji;2006:10). Metode penelitian
deskriptif merupakan metode penelitian yang
berusaha menggambarkan dan
menginterpretasikan objek sesuai dengan apa
adanya.
Berdasarkan pendekatan penelitian ini,
maka dalam penelitian ini ada beberapa sumber
data yang diperoleh. Sumber data yang diperoleh
tersebut berupa informan maupun dokumen
yang dapat memberikan informasi-informasi dan
data yang terpercaya mengenai hal-hal yang
telah ditentukan dalam penelitian. Informasi-
informasi diperoleh Kepala Pokja PSG maupun
laporan kegiatan harian peserta PSG.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan
penulis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
(a) Tahap Persiapan meliputi studi
pendahuluan merupakan langkah awal yang
dilakukan penulis dengan tujuan untuk
mengetahui secara umum kondisi sekolah
yang menjadi objek penelitian, untuk
mencari permasalahan yang akan dibahas
di penelitian ini. Adapun langkah awal
yang dilakukan penulis adalah membuat
proposal penelitian yang akan digunakan
dalam pelaksanaan kegiatan penelitian.
Studi Kepustakaan Setelah mengadakan
persetujuan mengenai judul skripsi,
langkah selanjutnya adalah mencari dan
mempelajari literatur-literatur yang sesuai
dengan judul skripsi yaitu mengenai
pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda.
Literatur tersebut berupa kurikulum SMK,
jurnal penelitian terdahulu mengenai
pelaksanaan PSG.
(b) Tahap Pelaksanaan meliputi studi
Lapangan. Studi lapangan merupakan
langkah yang lebih mendetail untuk
mengetahui secara umum kondisi sekolah
dengan melakukan pengamatan dan
dokumentasi untuk memperoleh data yang
lebih lengkap guna pedoman pembahasan.
Pada penelitian ini, peneliti mengadakan
studi lapangan pelaksanaan Pendidikan
Sistem Ganda di SMK N 2 Kediri.
Pengumpulan data berdasarkan wawancara
dengan ketua program keahlian akuntansi,
ketua pokja PSG, dan angket pertanyaan
untuk siswa.
Setelah data diperoleh kemudian diolah dan
dianalisis serta dilakukan perbandingan data
yang didapat dari permasalahan dengan data
yang didapat dari hasil kajian teori. Analisis data
dalam penelitian ini menggunakan metode
deskriptif.
Dalam penelitian ini bermaksud untuk
mendeskripsikan tentang linieritas pelaksanaan
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dengan
keterampilan siswa program keahlian akuntansi
di SMK N 2 Kediri. Berdasarkan hal tersebut
maka hasil penelitian ini nantinya akan berupa
teks naratif.
Berdasarkan judul penelitian ini, maka
subjek penelitiannya adalah guru akuntansi
khususnya pembimbing program pendidikan
sistem ganda (PSG), siswa kelas XII program
keahlian akuntansi sebagai subjek observasi
pendahuluan.
Dalam penelitian ini, objek penelitiannya
adalah pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda
(PSG) di SMK Negeri 2 Kediri. Sekolah ini
berlokasi di Jl. Veteran No 5 Kota Kediri.
Arikunto (2002:96) menyatakan bahwa
―data adalah segala fakta dan angka yang dapat
dijadikan bahan untuk menyusun suatu
informasi‖. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini ada dua macam:
1) Data Primer, data primer yaitu data yang
diperoleh atau dikumpulkan langsung dari
lapangan oleh peneliti. Data primer ini
berasal dari sumber data (responden) di
lokasi penelitian. Adapun data primer yan
disajikan adalah sebagai berikut : (a)
Pedoman wawancara kepada pihak sekolah
tentang proses pelaksanaan PSG. (b)
Angket pertanyaan untuk siswa tentang
linieritas pelaksanaan Pendidikan Sistem
Ganda (PSG). (c) DU/DI sebagai laporan
pelaksanaan PSG tahun lalu.
(2) Data Sekunder Data sekunder merupakan
data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti dari sumber-sumber yang telah ada.
Data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dari penelitian terdahulu, buku-
buku, internet, jurnal online, arsip atau
dokumen dari Pokja PSG dan Tata Usaha
SMK Negeri 2 Kediri yang terkait dengan
pelaksanaan PSG.
Yang dimaksud dengan sumber data adalah
subjek maupun objek dimana data dapat
diperoleh (Suharsimi,2006:129). Sumber data
untuk penelitian ini meliputi :
(a) Pihak sekolah yaitu Ketua Jurusan
Akuntansi dan Guru Pembimbing akuntansi
di SMK Negeri 2 Kediri.
(b) Laporan kegiatan harian peserta Pendidikan
Sistem Ganda (PSG).
(c) DU/DI untuk mengetahui pelaksanaan PSG
tahun sebelumnya.
―Instrumen penelitian adalah suatu alat
yang digunakan untuk mengukur suatu
fenomena alam maupun sosial yang diamati‖.
(Sugiyono,2010:199).
Instrumen yang disusun harus sesuai dengan
tujuan penelitian serta mengacu pada variabel
dan indikator penelitian. Instrumen penelitian
juga merupakan alat yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data yang
dipergunakan agar pekerjaannya lebih mudah
dan hasilnya lebih baik. Hal ini pengambilan
data lebih cepat, lengkap dan sistematis sehingga
mudah diolah.
Oleh karena itu, dalam menerapkan metode
penelitian peneliti bisa menggunakan instrumen
atau alat agar data yang diperoleh lebih baik
Jenis instrumen dalam penelitin ini adalah
wawancara berstruktur, angket pertanyaan untuk
siswa dan menggunakan laporan kegiatan
harian peserta PSG untuk mengumpulkan data
mengenai liniertas pelaksanaan pendidikan
sistem ganda (PSG).
Teknik pengumpulan data merupakan cara
yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan
data yang akan digunakan dalam penelitian.
Adapun teknik pengumpulan data tersebut yaitu.
Guna mendapatkan dan mengumpulkan data
dalam penelitian ini menggunakan metode:
Dalam penelitian ini observasi digunakan
untuk memperoleh informasi yang berkaitan
dengan pendidikan sistem ganda yang
dilaksanakan di SMK Negeri 2 Kediri. Dalam
penelitian ini observasi dilakukan dengan
wawancara pada siswa dan dengan ketua Pokja
PSG.
―Teknik dokumentasi yaitu mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yag berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya‖.
(Suharsimi.2007:231)
Dalam penelitian ini data yang diperoleh
melalui dokumentasi adalah: (a) Laporan
kegiatan harian peserta Pendidikan Sistem
Ganda (PSG). (b) Daftar tempat praktik
pengalaman kerja siswa program keahlian
kauntasi di SMK Negeri 2 Kediri. (c) Profil
SMK Negeri 2 Kediri.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan
tanya jawab langsung dengan Humas Pokja
Pendidikan Sistem Ganda. Data yang diperoleh
sifatnya untuk menunjang atau memperjelas data
yang diperoleh melalui dokumentasi.
Teknik angket dilakukan untuk memperoleh
data tentag pendapat siswa mengenai
pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
Lembar angket pendapat siswa diberikan untuk
mencocokkan dengan laporan kegiatan harian
yang telah dibuat. Dalam mengisi angket hanya
diminta untuk memilih salah satu jawaban yang
telah disediakan dengan memberikan jawaban
―ya-tidak‖ atas pertayaan yang diajukan (skala
Guttman). Pengisian angket dilakukan siswa
sesuai dengan pendapat masing-masing tanpa
ada paksaan atau pengaruh dari pihak lain.
―Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
bahan-bahan lain sehingga dapat mudah
dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain‖. (Sugiyono,2008:244)
Penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif, sehingga data yang telah diperoleh
selanjutnya dianalisis dengan menggambarkan
secara sistematis mengenai keadaan sebenarnya
berdasarkan data. Analisis data juga merupakan
tahapan penelitian terhadap hasil pengumpulan
data yang dilakukan oleh peneliti yang
digunakan untuk memecahkan masalah
penelitian.
Secara sederhana tahap-tahap tersebut
adalah sebagai berikut : (1) Reduksi data yang
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dan
memfokuskan pada hal-hal yang penting. (2)
Penyajian data, yaitu proses penyusunan data.
Karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif
maka penyajian data berupa teks naratif atau
uraian. (3) Penarikan kesimpulan atas data yang
diperoleh. Dalam hal ini kesimpulan harus
menjawab perumusan masalah.
HASIL PENELITIAN
Dari hasil angket menunjukkan bahwa
sebanyak 190 siswa (95 %) menyatakan ya dan
10 siswa menyatakan tidak terkait pertanyaan
tentang sudah adanya sistem presensi yang baik
di tempat PSG. Sebagian besar siswa
menyatakan tidak mendapatkan pekerjaan yang
sesuai dengan keahlian mereka atau sekitar 123
siswa (61,5 %) dan yang mendapakatkan
pekerjaan yang linier hanya 77 siswa (38,5 %).
Untuk pertanyaan selanjutnya terkait kesulitan
siswa apabila mendapatkan pekerjaan yang tidak
linier, 178 siswa (89 %) menyatakan ya atau
merasa kesulitan karena belum pernah
mendapatkan teorinya, sedangkan 22 siswa (11
%) ini membuktikan bahwa siswa menghadapi
kendala pada saat mendapat pekerjaan yang
tidak sesuai dengan keahlian mereka yaitu
akuntansi, hal ini dapat mempengaruhi
kelancaran pelaksanaan PSG.
Dalam pelaksanaan PSG siswa dituntun
mengerjakan tugas yang diberikan dikerjakan
dengan baik dan tepat waktu, sebanyak 189
siswa (94,5 %) menyatakan ya artinya mampu
mengerjakan tugas dengan baik, sedangkan 11
siswa menyatakan tidak. Untuk pertanyaan
tentang kebersiha tempat kerja, 196 siswa (98
%) menyatakan ya, dan hanya 4 siswa
menyatakan tidak artinya bahwa sebagian besar
tempat PSG sudah menjaga kebersihan tempat
kerja. 55 siswa (27,5 %) menyatakan ya, dan
145 siswa (72,5 %) menyatakan tidak, terkait
pertanyaan apakah ada kensulitan pada saat
berkomunikasi dengan kolega pihak lembaga
mitra. Selanjutanya terkait dengan komunikasi
dengan kolega, sebanyak 83 siswa (41,5 %)
menyatakan ya, dan 117 siswa (58,5 %)
menyatakan tidak pernah. Untuk melatih
tanggung jawab dan keberanian siswa, setelah
menyelesaikan tugas, siswa melaporkan atau
mempresentasikan hasilnya, dan sebanyak 34
siswa (17 %) menyatakan ya atau pernah, serta
166 siswa (83 %) menyatakan tidak. Hal ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan PSG
memberikan kontribusi terhadap kemampuan
siswa dalam berkomunikasi yang baik dengan
baik, yang nantinya akan bermanfaat pada saat
siswa terjun ke dunia kerja.
Sebagian besar tempat PSG telah
menerapkan sistem pencatatan akuntansi yang
baik, ini dibuktikan dengan pernyataan siswa
sebanyak 127 siswa (63,5 %) menyatakan ya,
yang artinya sudah menerapkan dan sebanyak 73
siswa (36,5 %) menyatakan tidak atau belum
menerapkan sistem pencatatan akuntansi yang
baik. Untuk pertanyaan berkaitan tentang adanya
bukti transaksi setiap terjadinya transaksi,
sebanyak 46 siswa (23 %) menyatakan ya, dan
154 siswa (83 %) menyatakan tidak. Berkenaan
dengan adanya bukti transaksi, sebanyak 43
siswa (21,5 %) menyatakan sudah terdapat
pengelolaan atas bukti transaksi, sedangkan
sebanyak 157 siswa (78,5 %) menyatakan tidak
atau belum terdapat pengelolaan yang baik atas
transaksi keuangan. Dari data diatas dapat
diketahui bahwa tempat PSG masih banyak yang
tidak relevan dengan keahlian siswa, karena
sebagian besar lembaga mitra masih belum
menerapkan sistem pencatatan yang baik atas
transaksi.
Pada indikator pengelolaan dana kas kecil,
sebanyak 45 siswa (22,5 %) menyatakan pernah
mendapat tugas berkenaan dana kas kecil, dan
75 siswa (37,5 %) menyatakan tidak pernah
mendapat tugas mengenai pengelolaan dana kas
kecil. Untuk pekerjaan berkaitan dengan
pengelolaan persediaan barang dagang sebanyak
44 siswa (22 %) menyatakan ya artinya pernah
mendapat pekerjaan berkaitan dengan
pengelolaan persediaan, misalnya menghitung
mutasi persediaan, mencataan persediaan barang
di kartu persediaan, dan 156 siswa (78 %)
menyatakan tidak pernah. Untuk indikator
pengelolaan aktiva tetap, sebanyak 29 siswa
(14,5 %) menyatakan pernah mendapat tugas
berkaitan tentang transaksi aktiva tetap, dan 171
siswa (85,5 %) menyatakan tidak pernah.
Sebagian besar siswa yaitu 179 siswa (89,5 %)
tidak dan 29 siswa menyatakan ya, berkaitan
dengan pertanyaan apakah siswa pernah
mendapatkan tugas untuk menyusun laporan
keuangan pada saat PSG. Untuk pertanyaan
terakhir berkaitan tentang keterampilan
komputer siswa, sebanyak 186 siswa (93 %)
menyatakan dapat mengaplikasikan
keterampilan komputer (microsoft office)
mereka, dan hanya 14 (7 %). Sedangkan untuk
aplikasi MYOB (Mind Your Own Business),
sebanyak 5 siswa (2,5 %) menyatakan ya atau
pernah, dan 195 siswa (97,5 %) menyatakan
tidak pernah. Dari uraian tersebut dapat
diketahui bahwa pada saat melaksanakan PSG
siswa program keahlian akuntansi sebagian
besar siswa tidak mendapatkan pekerjaan yang
sesuai dengan keahlian mereka dan belum sesuai
dengan profil tamatan yang harus dimiliki siswa
program keahlian akuntansi. Hal ini
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan PSG
yaitu menghasilkan tenaga profesional yang
sesuai dengan keahlian.
Dari hasil angket pertanyaan siswa tersebut
akan dikroscekkan dengan laporan kegiatan
harian siswa, yang berisi tentang penjelasan
lengkap tentang kegiatan dan pekerjaan harian
siswa pada saat melaksanakan PSG. Sehingga
akan memperoleh data yang akurat tentang
linieritas pelaksanaan PSG di lembaga mitra
bagi siswa program keahlian akuntansi di SMK
N 2 Kediri.
PEMBAHASAN
1. Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda
(PSG) di SMK N 2 Kediri Pelaksanaan praktik kerja di lembaga
mitra merupakan wujud nyata dari
pelaksanaan Program Pendidikan Sistem
Ganda (PSG). Dalam rangka
penyelenggaraan PSG terdapat beberapa
tahap kegiatan yang harus dilakukan yaitu
tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap
evaluasi.
Tahap persiapan meliputi koordinasi
dengan pihak DU/DI, pembekalan siswa,
hingga pemberangkatan siswa. Sedangkan
Tahap pelaksanaan yaitu pelaksanaan PSG di
lembaga mitra selama dua bulan. Dan
terakhir tahap evaluasi merupakan tahap
penilaian dari keseluruhan pelaksanaan PSG.
Dari penjelasan di atas menunjukkan
bahwa pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda
(PSG) di SMK Negeri 2 Kediri telah
dilaksanakan cukup baik sesuai dengan
ketentuan pelaksanaan yang tertuang dalam
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
tentang penyelenggaraan dan karakteristik
Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah
Menengah Kejuruan yang mencakup standar
profesi dan standar pendidikan dan pelatihan.
Analisis Linieritas Pelaksanaan Pendidikan
Sistem Ganda (PSG) Di Lembaga Mitra
(Instansi Pemerintah)
Dari hasil analisis berdasarkan angket da
laporan kegiatan peserta PSG menunjukkan
bahwa pelaksanaan PSG di instansi pemerintah
belum terdapat linieritas untuk siswa program
keahlian akuntansi. Ketidaklinieran antara
pekerjaan siswa dengan keahlian siswa akan
berpengaruh pada nilai PSG siswa serta
keterampilan yang akan diperoleh siswa setelah
melaksanakan PSG khususnya untuk
keterampilan akuntansi. Ketidaklinieran
pekerjaan siswa dengan keterampilannya juga
berpengaruh pada proses adaptasi siswa selama
PSG, sehingga siswa banyak mengalami
kesulitan.
Berdasarkan data tersebut di atas maka
sebagian besar pada saat pelaksanaan PSG di
lembaga mitra khususnya instansi pemerintah
siswa program keahlian akuntansi di SMK N 2
Kediri mendapat penugasan yang tidak linier
dengan keahlian mereka yaitu sebanyak 120
siswa. Jika diprosentasekan hanya 27 % yang
dinyatakan linier dengan keahlian dan 73 %
dapat dinyatakan belum linier dengan keahlian
mereka yaitu akuntasi.
Faktor-faktor yang menyebabkan tidak
liniernya pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda
di Lembaga Mitra khususnya di Instansi
Pemerintah bagi siswa program keahlian
akuntansi di SMK Negeri 2 Kediri adalah
sebagai berikut: (1) Pihak sekolah menyerahkan
sepenuhnya kepada instansi pemerintah selaku
lembaga mitra atas pembagian pekerjaan pada
saat pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda
(PSG). (2) Ketidaksesuaian antara ilmu
akuntansi yang dipelajari siswa di sekolah
dengan aplikasinya pada saat PSG. (3) Siswa
belum terbiasa dengan peralatan teknologi yang
ada di Instansi Pemerintah. (4) Bagian Keuangan
merupakan bagian yang rahasia. (5) Kurang
kepedulian Lembaga Mitra (Instansi
Pemerintah) terhadap kegiatan PSG.
Analisis Linieritas Pelaksanaan Pendidikan
Sistem Ganda (PSG) Di Lembaga Mitra
(Instansi Swasta)
Sedangkan pelaksanaan PSG di Instansi
Swasta menunjukkan bahwa pelaksanaan
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di Instansi
swasta sudah terdapat linieritas antara keahlian
siswa yaitu akuntansi dengan pekerjaan yang
diperoleh siswa pada saat PSG. Apabila di
prosentasikan perbandingannya yaitu 91% : 9%.
Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
PSG di Instansi Swasta sudah berjalan dengan
baik karena penempatan siswa sudah sesuai
dengan keterampilan siswa. Dengan demikian
tujuan yang diharapkan dari Pendidikan Sistem
Ganda akan tercapai yakni menghasilkan tenaga
kerja yang memiliki keahlian profesional sesuai
dengan keahliannya yaitu tenaga kerja yang
memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan
etos kerja yang sesuai dengan tuntutan dunia
kerja serta memperkokoh link and match antara
sekolah dan dunia kerja.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda
(PSG) tahun 2011 di SMK Negeri 2 Kediri telah
dilaksanakan dengan cukup baik, yang meliputi
tahap persiapan, tahap pelaksanaan, hingga
tahap evaluasi, sudah sesuai dengan karakteristik
pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di
Sekolah Menengah Kejuruan.
Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda
(PSG) di SMK N 2 Kediri dilaksanakan di
lembaga mitra baik instansi pemerintah maupun
swasta. Pelaksanaan PSG di instansi pemerintah
belum terdapat linieritas antara keahlian siswa
yaitu akuntansi dengan pekerjaan yang diperoleh
siswa pada saat PSG.
Sedangkan pelaksanaan Pendidikan Sistem
Ganda di Instansi Swasta sudah terdapat
linieritas antara keahlian siswa dengan tugas
yang diperoleh pada saat PSG.
SARAN
Agar pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda
(PSG) berjalan sesuai dengan yang diharapkan,
maka perlu adanya kontrak dan komitmen yang
jelas antara pemerintah, masyarakat, sekolah dan
dunia usaha/ industri
Agar pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda
(PSG) dapat berjalan secara optimal dan
mencapai tujuan yang diharapkan serta untuk
memupuk semangat kewirausahaan siswa
program keahlian akuntansi, maka pelaksanaan
PSG sebaiknya terbatas pada DU/DI (Instansi
Swasta) dan tidak pada instansi pemerintah,
sehingga pengalaman yang diperoleh selama
PSG dapat diaplikasikan secara nyata setelah
lulus, serta menyiapkan mental siswa untuk
terjun dan bersaing di dunia kerja nyata .
Untuk lebih memantapkan kesiapan siswa
maka perlu ditingkatkan intensitas praktik,
termasuk kunjungan lapangan ke Lembaga Mitra
pada kelas-kelas awal, sehingga siswa dapat
dengan mudah memahami dan menguasai
keterampilan sesuai dengan jurusannya.
Guru pembimbing Pendidikan Sistem
Ganda (PSG) dari sekolah seharusnya
meningkatkan frekuensi kunjungan peserta atau
kontrol di Lembaga Mitra. Sehingga dapat
meningkatkan keseriusan dan motivasi siswa
dalam melaksanakan PSG.
Untuk mengetahui kontribusi pelaksanaan
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) bagi lulusan
SMK dalam memasuki dunia kerja, maka perlu
dilakukan penelitian lanjutan dengan
mengembangkan permasalahan yang berkaitan
dengan Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
DAFTAR RUJUKAN
Anwar.1999. Pelaksanaan Program Pendidikan
Sistem Ganda Pada SMK di Kota
Kendari. Tersedia http://www.ktiguru.org
Arikunto, Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian.
Jakarta : PT. Asdi Mahasatya
Astutik, Yuni. 2007. Penempatan Siswa Dalam
Rangka Penerapan Pembelajaran
Akuntansi Berorientasi Kecakapan Hidup
(life skills) pada Siswa Kelas XI Program
Keahlian Akuntansi di SMK Negeri
Wachid Hasyim. Skripsi tidak diterbitkan.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Dikmendikti.(2003). Undang-Undang Praktik
Kerja Industri (Prakerin).
Tersedia:http://kal.dikmendikti.go.id/dow
nload/SK_PKAL.doc [ 3 September
2011).
Dikmenjur. (2008). Prakerin sebagai Bagian dari
Pendidikan Sistem
Ganda.Tersedia:http://www.geocities.com
/dit_dikmenjur/prosedur_Prakerin.htm [3
September 2011].
Hafid, Tibe.2011. Evaluasi Pelaksanaan
Program Pendidikan Sistem Ganda Pada
SMK di Nusatenggara Timur.Jurnal
Pendidikan. Vol.1, No.2.
Laily, Fauziyah. 2010. Pelaksanaan Pendidikan
Sistem Ganda (PSG) Dalam Rangka
Meningkatkan Keahlian Siswa Kelas XII
Program Keahlian Akuntansi SMK N 2
Kediri. Skripsi tidak diterbitkan.
Surabaya: Unesa.
Lendra.2004.Tingkat Kepercayaan Dalam
Hubungan Kemitraan Antara Kontraktor
dan Sub Kontraktor di Surabaya. Tersedia
Muliati AM.2007. Evaluasi Program
Pendidikan Sistem Ganda, Suatu
Penelitian Evaluatif Berdasarkan Stake’s
Countenance Model Mengenai Program
Pendidikan Sistem Ganda Pada Sebuah
SMK Di Sulawesi Selatan.Tersedia http://www.damandiri.or.id
Nurhajadmo,Wahyu.2008. ―Evaluasi
Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem
Ganda Di Sekolah Kejuruan‖. Jurnal
Pendidikan. Vol. 4, No. 2, Oktober 2008.
Suhartini.2007.Pelaksanaan Pendidikan Sistem
Ganda di SMK N 2 Nganjuk. Skripsi ini tidak
diterbitkan. Surabaya: Unesa
http://dewey.petra.ac.id.