147
ANALISIS LUASNYA PENGUNGKAPAN KUANTITATIF PADA
INTEGRATED REPORTING DI INDONESIA, MALAYSIA, DAN
SINGAPURA
Agnes Febriyanti
Juniati Gunawan
Abstract
This study aims to determine how much disclosures can be found on the IR
issued by companies in Indonesia, Malaysia, and Singapore that implement
International <IR> Framework as a guide. This study uses a total observation of 21
(twenty one) Integrated Reports, consisting of 12 (twelve) IR from Indonesia, 5 (five) IR
from Malaysia, and 4 (four) IR from Singapore, where the entire population is used as
the research object.
Content analysis and descriptive qualitative are used as the chosen methods
to explore many information disclosures. The result of this study shows that IR in
Indonesia, Malaysia, and Singapore falls in the high category. This achievement was
obtained because the companies that are used as the object of the research (the
companies that publish IR) might be are top companies (total assets, capital, business
lines, and employees) and have a good reputation. In addition, the companies that are
used as a sample of this research have reported a sustainability report in the previous
period which has an indicator similar to IR.
Additionally, this study shows that IR in Indonesia is leading in reporting
risks and opportunities because regulators require public companies have a risk
management committee (Regulation of Bapepam and LK X.K.6). Whereas, IR in
Malaysia and Singapore are leading in basic preparation and presentation of IR in
behalf of the guidance of the current corporate reporting (Sustainability Reporting
Guide - Malaysia and Singapore Stock Exchange) that has similar indicators to the
International <IR> Framework. However, the third IR lacks the ability to disclose the
strategy and allocation of resources are caused by uncertainty. The trend for
subsequent reporting will be done through IR, IR is considered capable of creating
organization’s value in the short, medium, and long term to meet the needs of
stakeholders.
Keywords: integrated reporting, corporate reporting, iirc, ir disclosure list,
financial and nonfinancial information, value creation
Jurnal Magister Akuntasi Trisakti (e-Journal)
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
Hal.146-168
ISSN : 2339-0859
148 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
hal. 146-168, ISSN : 2339-0859
PENDAHULUAN
Pelaporan perusahaan adalah hal yang dinantikan oleh para pemangku
kepentingan (manajemen, karyawan, investor, kreditur, bank, pemerintah, auditor, dan
lain-lain). Pelaporan perusahaan memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan di
masa lampau dan peluang di masa yang akan datang (Kieso, 2014). Informasi yang
didapat pemangku kepentingan akan digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, pelaporan perusahaan harus dapat menjawab kebutuhan bisnis yang
semakin hari semakin berkembang.
Menurut Intenational Integrated Reporting Council (IIRC) (2011), dalam rentan
waktu yang panjangtelah terjadi perubahan bentuk pelaporan perusahaan. Bentuk
pelaporan yang paling awal dan sangat sederhana diawali dengan financial reporting
(pelaporan keuangan). Financial reporting(FR) hanya menyajikan informasi keuangan
perusahaan yang meliputi, aset, liabilitas, ekuitas, penghasilan dan beban, kontribusi
dari dan distribusi kepada pemilik perusahaan, serta arus kas. PSAK 1 menerangkan
bahwa entitas menyajikan FR berdasarkan asumsi kelangsungan usaha (going concern).
Pengungkapan keberlangsungan usaha dalam FR masih belum dapat diandalkan karena
kecurangan atas laporan keuangan masih mungkin terjadi (AICD dan AUASB, 2009).
Terdapat beberapa kasus kecurangan pelaporan keuangan yang merugikan para
pemangku kepentingan. Kasus Enron, Worldcom, dan Tyco adalah beberapa contoh
nyata. Pada tahun berjalan perusahaan dilaporkan memiliki profit dan aset yang besar,
tetapi dalam seketika, ketiga perusahaan tersebut goyah dan dinyatakan bangkrut.
Terjadinya kasus ini mengakibatkan para pemangku kepentingan tidak dapat
sepenuhnya mengandalkan FR karena FR tidak cukup menggambarkan fakta
perusahaan (FMA, 2014).
Pemangku kepentingan menuntut keterbukaan informasi agar kasus-kasus di
atas tidak terulang kembali,manajemen perlu mengetahui operasional dan pengendalian
intern perusahaan terhadap pelaporan keuangan (internal control over financial
reporting) selengkap mungkin(Hall, 2016). Dalam management reporting (MR) harus
dinyatakan bahwa manajemen bertanggung jawab memastikan adanya pengendalian
intern yang cukup atas pelaporan keuangan.
Kebutuhan bisnis yang semakin berkembang menuntut perusahaan bukan hanya
fokus pada aspek keuangan seperti yang disampaikan dalam laporan tahunan
perusahaan (annual report), tetapi juga dalam pertanggungjawaban terhadap aspek
sosial dan lingkungan. Berdasarkan Peraturan Bapepam dan LK X.K.6, seluruh
perusahaan publik diwajibkan melakukan dan melaporkan kegiatan CSR (corporate
social responsibility). CSR adalah tanggung jawab organisasi yang berdampak pada
keputusan dan kegiatan di masyarakat serta lingkungan, yang tergambar dalam perilaku
transparan dan etis serta memberikan kontribusi pembangunan berkelanjutan (ISO
26000). Hal ini sebagai wujud kepedulian, komitmen, dan tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap isu-isu sosial dan lingkungan yang menjadi pilar bisnis. CSR telah
diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan (AR), tetapi masih dalam porsi yang
sangat sedikit (Peraturan Bapepam dan LK X.K.6). AR masih fokus pada kinerja
keuangan. Sehingga dibutuhkan sebuah pelaporan yang fokus pada aspek sosial dan
lingkungan.
_____________________________________Agnes Febriyanti/Juniati Gunawan 149
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
hal. 146-168, ISSN : 2339-0859
Sustainability reporting (SR) adalah jawaban atas kebutuhan informasi
nonfinansial (sosial dan lingkungan). SR adalah bentuk pelaporan perusahaan atau
organisasi mengenai dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang disebabkan oleh
aktivitas bisnis sehari-hari (GRI, 2016). SR juga menyajikan nilai-nilai dan model tata
kelola organisasi, dan menunjukkan hubungan antara strategi dan komitmennya untuk
ekonomi global yang berkelanjutan. SR dapat membantu organisasi untuk mengukur,
memahami, dan mengomunikasikan, kinerja lingkungan, sosial, dan tata kelola
organisasi (ESG). Sebuah lembaga internasional mengeluarkan panduan dalam
penyampaian SR, lembaga tersebut adalah Global Reporting Initiatives (GRI). GRI
menerbitkan Sustainability Reporting Guidelines sebagai pedoman penyusunan SR
yang transparan. Dalam SR terdapat pengungkapan atas standar umum dan khusus
(GRI, 2013).
Dalam kenyataannya saat ini, perusahaan menerbitkan dua bentuk pelaporan
untuk memenuhi permintaan pemangku kepentingan, laporan tahunan (AR) yang fokus
pada kinerja keuangan dan laporan berkelanjutan (SR) yang fokus pada kinerja
lingkungan dan sosial. AR dan SR yang dilaporkan terpisah membuat pemangku
kepentingan mengorbankan usaha yang lebih besar untuk dapat mengakses pelaporan
perusahaan tersebut, begitu juga dalam hal pembuatannya perusahaan juga
mengorbankan biaya yang lebih banyak, jika dibandingkan biaya dan keuntungan (cost
and benefit) yang didapat tidaklah sesuai. SR juga tidak menyajikan informasi yang
dapat menimbulkan penciptaan nilai dalam jangka pendek, menengah, dan panjang
secara spesifik. Untuk itu diperlukan kombinasi antara AR dan SR yang dapat dibuat
dalam bentuk pelaporan yang terintergrasi hanya dengan satu laporan dapat memenuhi
kebutuhan informasi pemangku kepentingan, kombinasi AR dan SR tercermin dalam
integrated reporting (IR) (Eccles, 2010).
Diawal pengenalan IR ke publik, para akuntan memiliki kesulitan untuk
mengidentifikasi bentuk IR yang seharusnya (Phillips, 2011). Sehingga pada tahun
2010, dibentuklah International Integrated Reporting Council (IIRC) sebagai lembaga
yang bertujuan untuk membuat sebuah kerangka yang dapat diterima secara global
untuk sebuah proses komunikasi informasi oleh organisasi kepada pemangku
kepentingan dalam penciptaan nilai dari waktu ke waktu. Bentuk pelaporan ini
dinamakan integrated reporting (IR), IR mengomunikasikan secara ringkas dan
terintegrasi bagaimana strategi, tatakelola, remunerasi, kinerja, dan prospek suatu
organisasi yang dapat menimbulkan penciptaan nilai dalam jangka pendek, menengah,
dan panjang. Keunggulan utama IR adalah sebuah pandangan yang lebih holistik atas
informasi yang relevan terhadap perusahaan serta penciptaan nilai dan strategi (Phillips,
2011).
Pada 9 Desember 2013, IIRC mengeluarkan International <IR> Framework
yang menjadi panduan bagi organisasi dalam menyusun IR-nya masing-masing. Dalam
International <IR> Framework memisahkan Guiding Principles dan Content Elements.
Guiding Principles mendukung penyusunan IR, menginformasikan isi laporan dan
bagaimana isi laporan disajikan, sedangkan Content Elements mencakup kategori
utama dari informasi yang harus dilaporkan dalam IR, disajikan sebagai serangkaian
pertanyaan dari pada daftar preskriptif dari pengungkapan.
150 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
hal. 146-168, ISSN : 2339-0859
Indonesia, Malaysia, dan Singapura adalah beberapa negara berkembang di
kawasan Asia Tenggarayang menjadi tujuan penanaman modal investor karena posisi
negara yang strategis berada di selat Malaka yaitu jalur lalu lintas perdagangan
internasional, potensi perekonomian yang sedang dan akan terus berkembang, stabilitas
politik, dan pertumbuhan GDP (Gross Domestic Product) yang cenderung stabil dari
tahun ke tahun (Murphy, 2012). Ketiga negara ini penting bagi investor. Dalam
menanamkan modalnya, investor membutuhkan informasi perusahaan sebagai dasar
pengambilan keputusan investasi. Investor membutuhkan informasi yang komprehensif
bukan hanya finansial, melainkan nonfinansial (sosial dan lingkungan) juga. Oleh
karena itu kombinasi antara AR dan SR sangat diperlukan yaitu IR. Regulasi yang ada
di Indonesia, Malaysia, dan Singapura saat ini baru mengatur AR dan SR. Regulator
dan bursa efek di ketiga negara ini belum mengeluarkan panduan tentang IR. Berbeda
dengan Afrika Selatan, sejak tahun 2011 seluruh perusahaan publik di Johannesburg
Stock Exchange (JSE) wajib menyampaikan pelaporan perusahaan dalam bentuk IR,
hal ini didasarkan pada King III tahun 2009.
Indonesia, Malaysia, dan Singapura masih fokus pada SR (walaupun di
Indonesia dan Singapura belum diwajibkan). IR masih menjadi hal baru yang sangat
langka dan belum ada regulasi khusus dari ketiga negara tersebut yang menjelaskan
panduan pembuatan IR. Namun sudah ada beberapa perusahaan di Indonesia, Malaysia,
dan Singapura yang berinisiatif dan secara sukarela menerbitkan pelaporan perusahaan
dalam bentuk IR.
Penduan yang seharusnya digunakan dalam pembuatan IR adalah elemen dan
indikator yang tertuang dalam International <IR> Framework. Namun, tidak semua
perusahaan mengungkapkan dasar pelaporan yang diterbitkan, dan jika perusahaan
menuliskan International <IR> Framework sebagai standar penyusunan IR, tidak
menjamin kesesuaian antara IR perusahaan dengan elemen dan indikator yang tertuang
dalam International <IR> Framework.
Dengan adanya kondisi yang telah digambarkan di atas, penelitian ini akan
meneliti seberapa banyak pengungkapan informasi pada IR yang diterbitkan oleh
perusahaan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura dengan seluruh indikator yang harus
diungkapkan,dimana International <IR> Framework sebagai panduan.
LANDASAN TEORI
Integrated Reporting IR mengomunikasikan secara ringkas dan terintegrasi bagaimana strategi,
tata kelola, remunerasi, kinerja, dan prospek suatu organisasi yang dapat menimbulkan
penciptaan nilai dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Selain dalam hal
penciptaan nilai organisasi, IR memberikan gambaran yang lengkap tentang organisasi.
Pengungkapan informasi nonfinansial yang dilaporkan dalam IR sangat penting untuk
mengurangi asimetri informasi yang ada antara manajemen dan pemangku
kepentingan(Narayanan, 2000). Dengan disediakannya informasi nonfinansial
memungkinkan investor untuk lebih menilai area penting dan membentuk pandangan
yang lebih luas mengenai kinerja perusahaan yang juga mencakup masyarakat luas
(Holder-Webb, 2009).
_____________________________________Agnes Febriyanti/Juniati Gunawan 151
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
hal. 146-168, ISSN : 2339-0859
Menurut International Integrated Reporting Council (IIRC, 2013), sebagai
lembaga yang memprakarsai IR, IR bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kualitas informasi yang tersedia untuk penyedia modal finansial
untuk memungkinkan pengalokasian modal yang lebih efisien dan produktif.
2) Mempromosikan pendekatan yang lebih kohesif dan efisien untuk pelaporan
perusahaan yang mengacu pada lembaran pelaporan yang berbedadan
mengomunikasikan berbagai faktor yang secara material mempengaruhi
kemampuan organisasi untuk menciptakan nilai dari waktu ke waktu.
3) Meningkatkan akuntabilitas dan penatalayanan sebagai dasar dari modal (finansial,
produksi, intelektual, manusia, sosial dan hubungan, dan alam) dan
mempromosikan pemahaman mengenai saling ketergantungan diantara modal
tersebut.
4) Mendukung pemikiran terintegrasi, pengambilan keputusan dan tindakan yang
berfokus pada penciptaan nilai dalam jangka pendek, menengah, danpanjang.
IR konsisten dengan perkembangan pelaporan keuangan dan pelaporan
lainnya, tetapiIRjuga berbeda dari laporan dan komunikasi lainnyadalambeberapa hal.
Secara khusus, IR berfokus pada kemampuan sebuah organisasi menciptakan nilai
dalam jangka pendek, menengah, dan panjang, dan dengan demikian IR memiliki
penekanan pada keringkasan (jelas dan padat berisi), fokus strategis dan orientasi masa
depan, konektivitas informasi dan modal dan hubungan saling ketergantungan diantara
hal tersebut.
IR juga menekankan pentingnya pemikiran terintegrasidalam
organisasi.Pemikiran terintegrasi adalah pertimbangan aktif oleh sebuah organisasi
mengenai hubungan antara berbagai unit operasi dan fungsional dan
modalyangorganisasi gunakan atau pengaruhi. Pemikiran terintegrasi mengarahpada
pengambilan keputusan dan tindakan yang terintegrasi yang mempertimbangkan
penciptaan nilai dalam jangka pendek, menengah dan panjang.Semakin banyak
pemikiran terintegrasi tertanam di dalam kegiatan organisasi, tentunya semakinlancar
konektivitas informasi mengalir ke manajemenpelaporan, analisis dan pengambilan
keputusan.
Selain itu keunggulan utama IR adalah sebuah pandangan yang lebih holistik
atas informasi yang relevan terhadap perusahaan serta penciptaan nilai dan strategi
(Phillips, 2011). IR menguntungkan semua pemangku kepentingan yang tertarik pada
kemampuan organisasi menciptakan nilai dari waktu ke waktu, termasuk karyawan,
pelanggan, pemasok, mitra bisnis, masyarakat lokal, legislator, regulator, dan pembuat
kebijakan. IR memberikan informasi finansial dan nonfinansial bagi para pemegang
kepentingan dengan komprehensif dan ringkas. Sehingga kualitas keputusan yang
diambil para pemangku kepentingan menjadi lebih bernilai dan menguntungkan.
International Integrated Reporting Council (IIRC)
International Integrated Reporting Council (IIRC) adalah sebuah koalisi
global, regulator, investor, perusahaan, pembuat standar, profesi akuntansi, dan
lembaga swadaya masyarakat yang dibentuk pada tahun 2010.Secara bersama-sama,
koalisi ini berpandangan bahwa komunikasi tentang penciptaan nilai harus menjadi
langkah berikutnya dalam evolusi pelaporan perusahaan, oleh karena itudi tahun 2013
152 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
hal. 146-168, ISSN : 2339-0859
IIRC merilis International <IR> Frameworkyang telah dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan dan memberikan landasan informasi untuk masa depan.
Dalam proses pembuatan International <IR> Framework, IIRC tidak berjalan
sendirian, IIRC memiliki beberapa rekanan, seperti CDP-Driving Sustainable
Economies, Global Reporting Invitiative (GRI), IFRS Foundation, International
Federation of Accountants (IFAC), Sustainability Accounting Standards Board
(SASB), dan World Business Council for Sustainable Development (WBCSD).
International <IR> Framework
Pada tahun 2013 IIRC merilis International <IR> Frameworkyang telah
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dan memberikan landasan informasi untuk
masa depan.International <IR> Framework menyajikan panduan dalam penyusunan
laporan perusahaan secara terintegrasi sehingga mempermudah para pemangku
kepentingan mendapatkan informasi.
Tujuan dari International <IR> Framework adalah untuk membangun prinsip
panduan dan elemen konten yang mengatur keseluruhan isi IR, dan untuk menjelaskan
konsep dasar yang mendukung hal tersebut (IIRC, 2013).
Isi laporan dan informasi IR harus disajikan dengan Prinsip Panduan, sebagai
berikut, fokus strategis dan orientasi masa depan (strategic focus and future
orientation), konektivitas informasi (conectivity of information), hubungan para
pemangku kepentingan (stakeholder relationships), materialitas (materiality),
keringkasan (conciseness), keandalan dan kelengkapan (reliability and completeness),
serta konsistensi dan komparabilitas (consistency and comparability).
Sebuah IR mencakup delapan elemen konten yang pada dasarnya berhubungan
satu sama lain dan tidak berdiri sendiri, yaitu gambaran organisasi dan lingkungan
eksternal (organizational review and external environment), tata kelola (governance),
model bisnis (business model), risiko dan peluang (risks and opportunities), strategi
dan alokasi sumber daya (strategy and resource allocation), kinerja (performance),
pandangan (outlook), serta dasar persiapan dan penyajian (basis of preparation and
presentation). Selain delapan elemen konten di atas, International <IR> Framework
juga menjabarkan satu Panduan Pelaporan Umum (general reporting guidance).
Penelitian Terdahulu
Stubbs dan Higgins (2014) meneliti mekanisme internal perusahaan yang baru
mengadopsiIR di Australia dalam mengelola proses pelaporan perusahaan dan
mengeksplorasi apakah IR mendorong mekanisme pengungkapan yang lebih inovatif.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa perusahaan yang menerbitkan IR merubah proses
dan struktur pelaporan mereka, tetapi pengadopsian IR belum mendorong inovasi baru
dalam mekanisme pengungkapan informasi. Penelitian Stubbs dan Higgins (2014) tidak
mengungkapkan perubahan proses pelaporan yang radikal dan transformatif, melainkan
hanya perubahan secara inkremental pada proses dan struktur dari bentuk pelaporan
yang sebelumnya yaitu SR.
Frias-Aceituno (2014) membuktikan bahwa perusahaan yang bersifat monopoli
memiliki kemungkinan yang lebih kecil menerbitkan IR yang berisi informasi yang
relevan terhadap pengambilan keputusan agar perusahaan dapat mempertahankan profit
_____________________________________Agnes Febriyanti/Juniati Gunawan 153
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
hal. 146-168, ISSN : 2339-0859
yang selama ini didapat (abnormal profits). Di sisi lain, ukuran dan profitabilitas
perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap penerbitan IR, dengan kata lainsemakin
besar ukuran dan profit perusahaan, semakin besar juga kemungkinan perusahaan
menerbitkan IR. Penelitian Frias-Aceituno (2014) tidak memberikan panduan untuk
menilai kualitas IR dan indikator kineja kunci (KPI) yang harus diungkapkan oleh
sebuah IR.
Lipunga (2015) meneliti pengungkapan IR perusahaan publik di Malawi salah
satu negara di Afrika Tenggara. Penelitian ini mengungkapkan bahwa lebih dari 50%
informasi yang seharusnya diungkapkan, tetapi tidak diungkapkan di dalam IR
perusahaan, luasnya pengungkapan didasarkan pada kerangka IR yang dikembangkan
oleh Toit (2014) dan Abeysekera (2013). Lipunga (2015) menyarankan penelitian
berikutnya dapat menilai luasnya pengungkapan IR perusahaan menggunakan kerangka
yang diterbitkan oleh IIRC (International <IR> Framework).
Pada tahun 2014, PwC Malaysia juga meneliti laporan tahunan 30 perusahaan
publik di Bursa Malaysia terhadapInternational <IR> Framework (kerangka yang
diterbitkan oleh IIRC). Penilaian IR dilakukan dengan 110 pertanyaan seputar
IR.Pertanyaan-pertanyaan ini didasarkan pada elemen kontenInternational <IR>
Framework.Penelitian ini membuktikan bahwa informasi-informasi yang diungkapkan
pada laporan tahunan perusahaan publik di Malaysia belum terintegrasi, terbukti dari
banyaknya pertanyaan yang tidak terjawab.Penelitian ini merekomendasikan
perusahaan publik Malaysia untuksegera menyampaikan pelaporan perusahaan dalam
bentuk IR.
Dari penelaahan penelitian terdahulu ditemukan bahwa belum pernah ada
penelitian yang menganalisis luasnya pengungkapan kuantitatif IR perusahaan di
Indonesia, Malaysia, dan Singapura berdasarkan International <IR> Framework
sebagai panduan pengungkapan. PwC Malaysia telah terlebih dahulu melakukan
penelitian sehubungan dengan International <IR> Framework, tetapi objek penelitian
bukanlah IR perusahaan, melainkan laporan tahunan perusahaan publik. Berdasarkan
penelaahan literatur,tidak ditemukan daftar pengungkapan khusus yang dibuat
berdasarkan International <IR> Framework, untuk itu sebagai langkah awal diperlukan
pembuatan daftar pengungkapan IR berdasarkan International <IR> Framework untuk
panduan dalam menentukan luasnya pengungkapan.
Rerangka Konseptual
Penelitian ini akan menganalisisbanyaknya pengungkapan informasi dalam IR
pada perusahaan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura berdasarkan International <IR>
Framework yang diterbitkan oleh International Integrated Reporting Council (IIRC).
Penelitian ini menggunakan analisis konten melalui scoring process(skala 1-5) yang
akan menghasilkan analisis luasnya pengungkapan kuantitatif pada IR perusahaan di
Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Maka, dapat digambarkan dengan rerangka
konseptual sebagai berikut:
154 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
hal. 146-168, ISSN : 2339-0859
Gambar 1
Rerangka konseptual penelitian
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode eksplorasi.
Penelitian ini menggunakan angka-angka deskriptif dengan pemberian skor yang
bertujuan mendukung pendeskripsian hasil penelitian. Penelitian ini mengolah dan
menganalisis data sekunder dengan melihat banyaknya pengungkapan informasi dalam
IR pada perusahaan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura berdasarkan International
<IR> Framework yang diterbitkan oleh International Integrated Reporting Council
(IIRC) dengan penjabaran secara deskriptif.
Populasi ini menggunakanseluruh populasi sebagai sampel penelitian yaitu
seluruh perusahaan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura dari tahun 2013-2015 yang
menerbitkan laporan perusahaan dalam bentuk laporan terintegrasi (integrated report)
atau laporan tahunan terintegrasi (integrated annual report) dalam periode tahun 2013-
2015.Data didapat dari situsInternational Integrated Reporting Council(IIRC), bursa
efek di Indonesia(www.idx.co.id), Malaysia (www.bursamalaysia.com), dan Singapura
(www.sgx.com), serta situs masing-masing perusahaan. Sebagai usaha dalam
pengumpulan data, penelitian ini juga melibatkan diskusi dengan para pembuat IR di
Indonesia sehingga sampel yang didapat mendekati populasi yang sebenarnya.
Analisis Konten
Analisis konten adalah sebuah metode atau teknik yang digunakan untuk
mengubah data kualitatif menjadi kuantitatif melalui proses pemberian skor(scoring)
(Raar, 2002). Proses analisis konten pada penelitian ini akan fokus pada kuantitas
pengungkapan. Kuantitas pengungkapan menunjukkan banyaknyainformasi yang
diungkapkan perusahaan di dalam laporan perusahaan untuk menggambarkan kegiatan
perusahaan (Gunawan, 2010). Jika tidak ada pengungkapan sama sekali maka diberi
skor nol (0), sedangkan jika ada pengungkapan maka diberi skor 1-5 (Tabel 1).
International <IR>
Framework
Integrated Report
(Indonesia, Malaysia, dan
Singapura)
Content Analysis
(Scoring Process)
“Analysis of The Extent of
Quantitative Disclosure”
Sumber: olahan penulis
_____________________________________Agnes Febriyanti/Juniati Gunawan 155
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
hal. 146-168, ISSN : 2339-0859
Tabel 1
Pengukuran Kuantitas (Raar, 2002)
Kuantitas pengungkapan “berapa banyak”
1 = kalimat
2 = paragraf
3 = setengah halaman A4
4 = satu halaman A4
5 = lebih dari satu halaman A4
Tabel 2
Pengategorian IR
Rentang Rata-rata Banyaknya Pengungkapan Kategori
0 ≤ rata-rata banyaknya pengungkapan < 1,67 Rendah
1,67 ≤ rata-rata banyaknya pengungkapan < 3,34 Menengah
3,34 ≤ rata-rata banyaknya pengungkapan ≤ 5,00 Tinggi
Sumber: data olahan penulis
Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan jumlah objek penelitian sebanyak 11 perusahaan
yang terdiri atas, 5 (lima) perusahaan Indonesia, 3 (tiga) perusahaan Malaysia, dan 3
(tiga) perusahaan Singapura. Jumlah total observasi penelitian adalah 21 (dua puluh
satu) Laporan Terintegrasi (Integrated Report) atau Laporan Tahunan Terintegrasi
(Integrated Annual Report), terdiri atas 12 (dua belas) IR dari Indonesia, 5 (lima) IR
dari Malaysia, dan 4 (empat) IR dari Singapura.
Tabel 3
Objek penelitian bedasarkan negara asal dan tahun penerbitan
No Nama Perusahaan 2013 2014 2015 Total
Observasi
Indonesia 12
1 Timah 3
2 Pertamina Gas 2
3 Pertamina EP 3
4 Pertamina Hulu Energi 2
5 Elnusa 2
156 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
hal. 146-168, ISSN : 2339-0859
No Nama Perusahaan 2013 2014 2015 Total
Observasi
Malaysia 5
1 Sime Darby Berhad 2
2 Felda Global Ventures 1
3 Telekom Malaysia 2
Singapura 4
1 DBS Bank 1
2 City Development 1
3 MPA Singapore 2
Jumlah 3 8 10 21
Sumber: data olahan penulis
PEMBAHASAN
IR Indonesia, Malaysia, dan Singapura telah mencakup seluruh elemen-elemen
konten di atas yang telah sesuai dengan International <IR> Framework yang diterbitkan
oleh International Integrated Reporting Council (IIRC). Berdasarkan Tabel 4, IR
Indonesia unggul dalam pelaporan elemen risiko dan peluang (risks and opportunities)
karena banyak perusahaan di Indonesia yang telah memiliki komite manajemen risiko
sehingga sudah ada prosedur, sistem, dan metodologi untuk mengidentifikasi,
mengukur, memitigasi, memantau, dan mengendalikan risiko perusahaan. Selain diatur
dalam International <IR> Framework, hal risiko dan peluang juga telah diatur dalam
Panduan GRI dan Peraturan Bapepam dan LK X.K.6 dan ada Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) yang mengawasi kegiatan dan pelaporan perusahaan.
Banyaknya pengungkapan elemen risiko dan peluang juga merupakan tuntutan
investor sebagai pemilik modal di perusahaan. Investor ingin perusahaan miliknya
dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang dan mampu memenuhi kewajibannya
(going concern) (O’Reilly, 2010). Sehingga manajemen wajib mengungkapkan
peristiwa-peristiwa yang dapat mengancam keberlangsungan hidup perusahaan.
IR Malaysia dan Singapura menunjukkan nilai tertinggi pada elemen yang
pelaporan elemen dasar persiapan dan presentasi (basis of preparation and
presentation). Perusahaan Malaysia dan Singapura sangat peduli terhadap tingkat
materialitas dan boundary dari informasi yang diungkapkan dalam IR. IR
mengungkapkan bagaimana proses penentuan informasi-informasi yang dianggap
material disertai dengan material matrixperusahaan. Panduan pelaporan IR
menyebutkan bahwa IR harusnya menjawab kebutuhan pemangku kepantingan,
menyajikan hal yang material, tetapi tetap ringkas (IIRC, 2013). IR Malaysia dan
Singapura dapat memenuhi panduan pelaporan ini dengan baik.
Perusahaan Malaysia dan Singapura juga menyadari perbedaan budaya, latar
belakang, dan kebutuhan investor, maka dari itu IR menyajikan topik-topik yang
dianggap material dengan jelas untuk para pemangku kepentingan karena perusahaan
_____________________________________Agnes Febriyanti/Juniati Gunawan 157
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
hal. 146-168, ISSN : 2339-0859
menyadari betul apa yang ditampilkan dalam laporan perusahaan akan mempengaruhi
pandangan pemangku kepentingan. Penelitian Deegan (1997), menunjukkan
pentingnya materialitas dalam pelaporan perusahaan, hasil survei membuktikan bahwa
infomasi lingkungan adalah informasi yang dianggap material oleh investor. Walaupun
pada kenyataannya, infomasi finansial dianggap lebih lebih penting dibanding
informasi lingkungan.
IR Indonesia, Malaysia, dan Singapura paling lemah dalam pengungkapan
elemen strategi dan alokasi sumber daya (strategy and resource allocation). Panduan
pengungkapan strategi telah ada di dalam panduan pelaporan sebelumnya (AR dan SR-
GRI G4). Namun adanya pengalokasian sumber daya menambah indikator yang harus
dilaporkan. IR menjeslakan berbagai jenis modal sumber daya atau modal yang dapat
dikelola perusahaan, bukan hanya sebatas modal finansial, melainkan terdapat pula
modal manufaktur, intelektual, manusia, sosial dan hubungan, dan alam yang menjadi
input yang masuk dalam model bisnis perusahaan. Perusahaan masih fokus pada
penggunaan dan pengalokasian sumber daya finansial.
Perusahaan belum dapat mengungkapkan antara strategi perusahaan dan
pengalokasian sumber dayadengan selaras. Kurangnya pengungkapan strategi dan
sumber daya mungkin disebabkan karena strategi adalah elemen yang sulit untuk
diungkapkan karena berakitan dengan ketidakpastian. Manajemen memilih untuk tidak
mengungkapkan strateginya karena ditakutkan akan berbeda dengan kenyataan pada
aslinya nanti. Investor tidak terlalu menyukai perubahan seperti ini, investor akan
menganggap manajemen kurang handal dalam menentukan strategi dan alokasi sumber
daya perusahan (Ferreira, 2007). Sehingga pada akhirnya manajemen memilih untuk
tidak mengungkapkan strategi perusahaan.
Selain kemampuan manajer menetapkan strategi, tipe investor juga mungkin
mengakibatkan perbedaan dalam penggunaan informasi strategi, investor Eropa lebih
suka terhadap pengungkapan strategi yang komprehensif, sedangkan investor Asia
lebih menyukai pengungkapan strategi yang ringkas dan sederhana (Santema, 2005).
Indonesia, Malaysia, dan Singapura yang berlokasi di Asia Tenggara memiliki
kecenderungan untuk mengikuti budaya investor Asia, sehingga manajemen
mengungkapkan strategi dan pengalokasian sumber daya dengan jumlah yang sedikit.
Tabel 4
Hasil dari seluruh elemen konten dan panduan pelaporan
Elemen Konten Indonesia Malaysia Singapura
A. Organizational overview and
external environment
3,83 3,50 3,35
B. Governance 3,57 4,09 2,86
C. Business model 3,53 4,02 4,26
D. Risks and opportunities 4,42 4,57 3,38
E. Strategy and resource allocation 2,80 3,28 2,54
F. Performance 3,85 3,78 3,56
G. Outlook 3,06 3,78 3,11
H. Basis of preparation and presentation 4,18 4,74 4,79
158 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
hal. 146-168, ISSN : 2339-0859
I. General reporting guidance 3,80 4,03 4,29
Rata-rata banyaknya pengungkapan 3,63 3,88 3,68
Total Indikator yang diungkapkan 132 128 131
Nilai maksimal pengungkapan indikator 4,42 4,74 4,79
Nilai minimal pengungkapan indikator 2,80 3,28 2,54
Kategori IR Tinggi Tinggi Tinggi
Sumber: data olahan penulis
Jika melihat dan membandingkan IR yang diterbitkan di Indonesia, Malaysia,
dan Singapura dari nilai banyaknya pengungkapannya per elemen konten akan
ditemukan IR yang memiliki nilai paling tinggi diantara negara-negara yang lain. Pada
elemen organizational overview and external environment, IR Indonesia memiliki nilai
pengungkapan yang paling tinggisebesar 3,83 dengan nilai maksimal pengungkapan
sebesar 5,00. Banyaknya pengungkapan ini disebabkan karenahampir seluruh indikator
yang bernilai tinggitelah tercantum dalam Peraturan Bapepam dan LK X.K.6,serta
adanya tuntutan dari banyak pemangku kepentingan yang membutuhkan pengungkapan
informasi atas elemen organizational overview and external environment.Dengan
kondisi ini, perusahaan Indonesia terbiasa mengungkapkan indikator yang terdapat
pada elemen organizational overview and external environment di pelaporan
perusahaan sebelumnya.
Pada elemen governance, IR Malaysia memiliki nilai pengungkapan yang
paling tinggisebesar 4,09. Malaysia merupakan negara yang memiliki regulasi tata
kelola yang baik, hal ini terlihat pada regulasi publik yang telah diterbitkan, seperti
Malaysian Code on Corporate Governance 2012 (MCCG 2012) adalah penyempurnaan
atas Malaysian Code on Corporate Governance 2007 (MCCG 2007). MCCG 2012
menetapkan prinsip dan rekomendasi khusus tentang struktur dan proses yang harus
perusahaan adopsi dalam membuat tata kelola perusahaan yang baik yang merupakan
bagian integral dari transaksi dan budaya bisnis. MCCG 2012 memperjelas area
yangberkaitan dengan peran dan tanggung jawab dewan, komposisi dewan,
independensi dari direktur independen, pemisahaan antara chairman dan CEO,
komitmen direktur, remunerasi direktur, kerangka manajemen risiko dan sistem
pengendalian intern, integritas pelaporan keuangan, dan hubungan antara perusahaan
dengan pemangku kepentingan. Area-area yang dijelaskan dalam MCCG 2012
mencakup indikator yang terdapat dalam elemen governance pada International <IR>
Framework.
Selain MCCG 2012, Bursa Malaysia juga menerbitkan Corporate Governance
Blueprint 2011 (akan dilaksanakan selama lima tahun) yang diterbitkan pada 8 Juli
2011. Corporate Governance Blueprint 2011 memberikan rencana yang akan dilakukan
untuk meningkatkan standar tata kelola perusahaan di Malaysia dengan memperkuat
disiplin diri dan pasar dan mempromosikan budaya tata kelola yang baik. Hal ini
menimbulkan pergeseran budaya tata kelola perusahaan dari sekadar memenuhi aturan,
berubah menjadi lebih mendapat esensi dari tata kelola perusahaan yang baik, yaitu
pendalaman hubungan kepercayaan antara perusahaan dan pemangku kepentingan.
_____________________________________Agnes Febriyanti/Juniati Gunawan 159
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
hal. 146-168, ISSN : 2339-0859
Corporate Governance Blueprint 2011 dikembangkan melalui proses konsultasi
dengan industri, blueprint berfokus pada enam tema yang saling terhubung di dalam
lingkungan tata kelola, yaitu hak pemegang saham, peran investor institusional, dewan,
penjaga gerbang (gatekeepers) dan pemberi pengaruh (influencers), pengungkapan dan
transparansi serta penegakan publik dan swasta.Perkembangan regulasi tata kelola
perusahaan ini disebabkan karena adanya kebutuhan global yang semakin
komprehensif (Bhatt, 2016 dan Alnasser, 2012).
Pada elemen business model, IR Singapura memiliki nilai pengungkapan yang
paling tinggi sebesar 4,26. Business model adalah satu elemen baru yang belum pernah
dicantumkan dalam panduan pelaporan perusahaan sebelumnya (AR dan SR).Elemen
business model baru muncul di dalam International <IR> Framework. Tidak ada
panduan khusus sebagai panduan dalam pengungkapan business model yang diterbitkan
oleh Singapore Exchange. Dengan kemampuannya manajemen perusahaan
menganalisis dan membuat panduan atau framework tersendiri yang dapat membantu
pengungkapan business model perusahaan.
DBS Bank adalah sebuah perusahaan perbankan besar di Singapura (sampel
penelitian), DBS Bank terlibat dalam pilot program IIRC dalam pembuatan IR. DBS
Bank melakukan analisis terhadap International <IR> Framework dan Panduan GRI
G4. Dalam pembuatan IR, ada konten baru yang ditambahkan, tetapi perubahan yang
utama adalah cara penyampaian informasi untuk mengomunikasikan bagaimana
operasi bisnis, kinerja, strategi dan keberlanjutan organisasi saling terintegrasi dalam
penciptaan nilai perusahaan (ISCA, 2015).
Selain DBS Bank, MPA Singapore (sampel penelitian) juga menjadi pencetus
IR di Singapura. Di pertengahan tahun 2014, MPA Singapore melakukan brainstorming
untuk meningkatkan model bisnis perusahaan dan akan menerapkan rencana ini
kedepannya. Upaya ini dikonsolidasikan ke dalam “Future Ready Framework” (FRF)
yang merumuskan strategi jangka panjang MPA. MPA mengadopsi Panduan GRIG4,
yang merupakan standar de facto internasional untuk pelaporan keberlanjutan (SR).
FRF juga menjadi dasar bagi IR MPA Singapore, mengarahkan laporan perusahaan
pada penciptaan nilai dan kinerja yang bermakna sembari merangkul perusahaan
dengan pemikiran yang terintegrasi.
Walaupun belum ada panduan khusus sebagai panduan dalam pengungkapan
business model yang diterbitkan oleh Singapore Exchange atau lembaga pemerintah
lainnya. Perusahaan di Singapura dapat dengan baik menganalisis, menginterpretasi,
dan mengungkapkan elemen business modeldalam IR perusahaan. Hal ini mungkin
terjadi karena Singapura adalah garis depan dari perkembangan IR di Asia Tenggara
(IIRC, 2016). Institute of Singapore Chartered Accountants (ISCA)telah membentuk
steering commitee, yang membawa instansi pemerintah bersama-sama dengan praktisi
senior, investor, korporat terkemuka, dan akademisi untuk memimpin dan
mempengaruhi perkembangan IR di Singapura dan Asia Tenggara. Steering commitee
yang dibentuk ISCA juga dapat menjadi wadah konsultasi bagi perusahaan dalam
penyusunan IR perusahaan.
Pada elemen risks and opportunities, IR Malaysia memiliki nilai pengungkapan
yang paling tinggi sebesar 4,57.Perusahaan Malaysia telah memiliki komite manajemen
risiko untuk melakukan untuk mengidentifikasi, mengukur, dan memitigasi risiko yang
160 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
hal. 146-168, ISSN : 2339-0859
muncul dari aktivitas perusahaan.Perusahaan mengungkapkan risiko kunci, dampak
bagi perusahaan, kemungkinan terjadinya, dan usaha apa yang telah dan akan dilakukan
perusahaan untuk memitigasi risiko tersebut. Dibentuknya komite manajemen risiko
sejalan dengan Malaysian Code on Corporate Governanceyang diterbitkan oleh
Sucurities Commission dan Bursa Malaysia.Dalam menjalankan tugasnya, komite
manajemen risiko diawasi oleh audit internal perusahaan.Auditor internal bertugas
melakukan pengawasan independen, mengevaluasi, dan memperbaiki efektivitas
manajemen risiko,pengendalian internal, dan tata kelola perusahaan. Fungsi audit
internal dikepalai oleh kepala audit internal (head of internal audit) yang akan
memberikan laporan langsung ke komite audit perusahaan (MCCG, 2012).
Dengan adanya komite manajemen risiko, auditor internal, kepala audit internal,
serta pelaporan langsung ke komite audit mengondisikan perusahaan mengungkapkan
dengan baik, jelas, dan lengkap risiko dan peluang yang dihadapi perusahaan dalam
menjalankan aktivitas bisnis perusahaan. Kondisi ini membuat tingginya nilai
pengungkapan elemen risks and opportunitiesperusahaandi Malaysia.
Pada elemen strategy and resource allocation, IR Malaysia memiliki nilai
pengungkapan yang paling tinggisebesar 3,28. Penduduk Malaysia terdiri atas
multikultural etnis dan ras 50,4% orang Melayu, 23,7% orang Tionghoa, 11%
masyarakat adat, 7,1% orang India, dan 7,8% ras lainnya (Noor dan Leong, 2013).
Beragamnya etnis dan ras penduduk Malaysia menggambarkan tipe investor
yangberada di Malaysia. Beragamnya tipe investor mengakibatkan perbedaan dalam
kebutuhan pengungkapan strategi dan alokasi sumber daya.Investor Eropa lebih suka
terhadap pengungkapan strategi yang komprehensif, sedangkan investor Asia lebih
menyukai pengungkapan strategi yang ringkas dan sederhana (Santema, 2005).
Walaupun secara demografi penduduk Malaysia tidak secara langsung berasal dari
Eropa, tetapi negara Malaysia adalah negara persemakmuran (commenwealth) Inggris,
sehingga peraturan dan regulasi yang berlaku di Malaysia mengaju kepada peraturan
dan regulasi yang berlaku di Inggris (salah satu negara Eropa). Hal ini membuat IR
Malaysia melakukan pengungkapan elemen strategy and resource allocation yang
lebih banyak dan komprehensif dibanding IR Indonesia dan Singapura.
Pada elemen performance, IR Indonesia memiliki nilai pengungkapan yang
paling tinggi sebesar 3,85 dan nilai maksimal pengungkapan sebesar 5,00 yaitu pada
indikator F1, F5 (lampiran A). Perusahaan Indonesia mampu mengungkapkan dengan
baik kinerja perusahaan perusahaan pada masa lampau (membandingkan anggaran awal
yang dibuat dengan realisasi di tahun berjalan) karena beberapa indikator dalam elemen
performance telah tercantum di dalam Peraturan Bapepam dan LK X.K.6. Pelaporan
kinerja merupakan indikator yang telah dilaporakan secara terus-menerus di dalam
pelaporan perusahaan.
Selain itu, tingginya nilai pengungkapan dimungkinkan karena kinerja
perusahaan di Indonesia tahun 2013-2015 dalam keadaan baik (profit) sehingga
perusahaan terdorong untuk melakukan lebih banyak pengungkapan melalui indikator
kuantitatif serta signifikasi dan implikasi/kontribusi terhadap perusahaan dalam lingkup
kecil dan Indonesia dalam lingkup yang lebih besar.Pengungkapan ini disebabkan oleh
motivasi perusahaan yang ingin memunculkan gambaran positif (creating a positive
image) di mata para pemangku kepentingan (Gunawan, 2015).
_____________________________________Agnes Febriyanti/Juniati Gunawan 161
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
hal. 146-168, ISSN : 2339-0859
Pada elemen outlook, IR Malaysia memiliki nilai pengungkapan yang paling
tinggi sebesar 3,78. Seluruh informasi, ekspektasi, dan aspirasi yang diungkapkan
perusahaan dalam IR adalah berdasarkan keadaan yang sebenarnya, sekalipun belum
terjadi, tetapi telah melalui perhitungan dan proses analisis yang tepat. Transparansi
(prinsip GCG) adalah prinsip penting yang mendasari pengungkapan informasi pada
pelaporan perusahaan, informasi positif dan negatif yang harus diantisipasi dalam
kaitannya dengan pencapaian nilai jangka pendek, menengah, dan panjang. Oleh sebab
itu, Malaysia mampu memperoleh nilai pengungkapan tertinggi pada elemen
outlooksama dengan pencapaian pada elemen governance.
Menurut Rodrigue (2014), dalam pembuatan pelaporan perusahaan telah
melibatkan pemangku kepentingan (internal dan eksternal) untuk menggambarkan
realitas yang terjadi karena perusahaan menyadari pelaporan perusahaan adalah bentuk
tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan. Jadi walaupun elemen
outlooksifatnya prediktif (masa yang akan datang), tetapi telah diungkapkan
berdasarkan realitas perusahaan.
Pada elemen basis of preparation and presentationdan general reporting
guidance, IR Singapura memiliki nilai pengungkapan yang paling tinggi sebesar 4,79
dan 4,29. Elemen basis of preparation and presentationdan general reporting
guidancemengungkapkan bagaimana organisasi menentukan hal-hal yang akan
disertakan dalam IR danbagaimana hal-hal tersebut diukur atau dievaluasi. Indikator
yang nantinya akan diungkapkan,yaitu materialitas, reporting boundary, kerangka atau
metode yang digunakan dalam pengukuran materialitas,modal, pemenggalan rentan
waktu jangka pendek, menengah, dan panjang, serta agregasi dan disagregasi.
IR Singapura mampu mengungkapkan elemen basis of preparation and
presentationdangeneral reporting guidancelebih banyak dibandingkan IR Indonesia
dan Malaysia. Indikator yang terdapat pada kedua elemen ini merupakan elemen-
elemen yang juga terdapatdi GRI G4 (terdapat penambahan indikator modal). Seperti
yang telah dikatakan pada pembahasan elemen business model, perusahaan Singapura
adalah perusahaan yang unggul dengan kemampuan analisis manajemen perusahaan
yang sangat baik. Perusahaan telah terbiasa dengan indikator-indikator pada GRI G4
melakukan analisis mandiri ditambahkan konsultasi dengansteering commitee yang
dibentuk ISCA membuat tingginya nilai pengungkapan IR Singapura.
Hasil penelitian menunjukkan pengungkapan dalam IR Indonesia (3,63),
Malaysia (3,88), dan Singapura (3,68)masuk dalam kategori tinggi (Tabel 4). Kategori
tinggi bisa diperoleh karena perusahaan yang menjadi objek penelitian (perusahaan
yang menerbitkan IR) adalah perusahaan yang besar (total aset, modal, lini bisnis, dan
karyawan) serta memiliki reputasi baik sehingga perusahaan menyusun IR dengan baik.
Selain itu,semua perusahaan yang menjadi sampel penelitian telah menerapkan SR di
periode sebelumya, dengan indikator SR yang hampir sama dengan IR membuat
migrasi pelaporan lebih mudah dan nilai rata-rata banyaknya pengungkapan yang
cukup tinggi.
162 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
hal. 146-168, ISSN : 2339-0859
SIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak
pengungkapaninformasi finansial dan nonfinansial pada IR yang diterbitkan oleh
perusahaan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura dengan International <IR>
Framework sebagai panduan.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan menggunakan analisis konten,
maka dapat disimpulkan:
1) Pengungkapan IR di Indonesia masuk dalam kategori tinggi, IR unggul dalam
pelaporan elemen risiko dan peluang (risks and opportunities) karena banyak
perusahaan di Indonesia yang telah memiliki komite manajemen risiko dan
pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
2) Pengungkapan IR di Malaysia dan Singapuramasuk dalam kategori tinggi,IR
Malaysia dan Singapuraunggul dalam pelaporan elemen dasar persiapan dan
presentasi (basis of preparation and presentation). Perusahaan Malaysia dan
Singapura sangat peduli terhadap tingkat materialitas dan boundary dari informasi
yang diungkapkan dalam IR. Perusahaan mengungkapkan materialitas (material
matrix) dan boundary dengan baik karena mengetahui bahwa hal tersebut akan
mempengaruhi pengambilan keputusan investor (Deegan, 1997).
3) Pengungkapan IR Indonesia, Malaysia, dan Singapura paling lemah dalam
pelaporan elemen strategi dan alokasi sumber daya (strategy and resource
allocation). Kurangnya pengungkapan strategi dan sumber daya yang mungkin
disebabkan karena kurangnya kemampuan manajemen dalam memprediksikan
strategi dan alokasi sumber daya yang tepat untuk perusahaan. Manajemen memilih
untuk tidak mengungkapkan strateginya saat itu karena takut berbeda dengan
kenyataan aslinya (tidak prediktif) (Ferreira, 2007).
Selain itu, tipe investor juga mengakibatkan perbedaan dalam pengungkapan
strategi dan alokasi sumber daya, investor Eropa lebih suka terhadap pengungkapan
strategi yang komprehensif, sedangkan investor Asia lebih menyukai pengungkapan
strategi yang ringkas dan sederhana, tampaknya (Santema, 2005). Indonesia,
Malaysia, dan Singapura yang berlokasi di Asia Tenggara memiliki kecenderungan
untuk mengikuti budaya investor Asia, sehingga manajemen mengungkapkan
strategi dan pengalokasian sumber daya dengan jumlah yang sedikit. Sumber daya
atau modal yang dikelola hanya sebatas modal finansial, belum mencakup modal
manufaktur, intelektual, manusia, sosial dan hubungan, dan alam yang menjadi
input yang masuk dalam model bisnis perusahaan.
4) IR Indonesia, Malaysia, dan Singapura berada pada kategori tinggi. Kategori tinggi
dapat diperoleh mungkin karena perusahaan yang menjadi objek penelitian
(perusahaan yang menerbitkan IR) adalah perusahaan yang besar (total aset, modal,
lini bisnis, dan karyawan) serta memiliki reputasi baik sehingga perusahaan
menyusun IR dengan baik. Selain itu, perusahaan telah menerapkan SR dipelaporan
sebelumnya, sehingga mempermudah dalam penerbitan IR.Laporan sebelum sudah
disusun berdasarkan Panduan GRI dan peraturan bursa di negara masing-masing
yang kriteria dan indikatornya hampir sama dengan elemen dan indikator yang
terdapat dalam International <IR> Framework, sehingga perusahaan tinggal
melakukan penyesuaian dengan elemen dan indikator yang baru.
_____________________________________Agnes Febriyanti/Juniati Gunawan 163
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
hal. 146-168, ISSN : 2339-0859
Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, beberapa
keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Adanya subjektivitas pada tahap pemberian skor dalam analisis kontenuntuk
menentukan banyaknya pengungkapan daftar pengungkapanInternational <IR>
Framework yang harus diungkapkan perusahaan di dalam IR perusahaan yang
mungkin mengakibatkan jumlah skor yang diberikan bias.
2) Setelah dilakukan penelusuran yang mendalam, penelitian ini hanya menggunakan
total observasi sebanyak21 (dua puluh satu) Laporan Terintegrasi (Integrated
Report) atau Laporan Tahunan Terintegrasi (Integrated Annual Report), terdiri atas
12 (dua belas) IR dari Indonesia, 5 (lima) IR dari Malaysia, dan 4 (empat) IR dari
Singapura. Dengan jumlah objek penelitian yang terbatas, uji statistik yang lebih
komprehensif belum bisa dilakukan.
3) Dibutuhkan biaya yang cukup besar dalam pembuatan IR perusahaan, sehingga
hanya perusahaan-perusahaan yang besar yang dapat membuat IR.
Implikasi
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, hasil
penelitian ini memiliki beberapa implikasi, antara lain:
1) Perusahaan dapat menggunakan daftar pengungkapan yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu 135 indikator elemen konten yang masing-masing elemennya
terdiri atas, 27 indikator gambaran organisasi dan lingkungan eksternal
(organizational review and external environment), 9 indikator tata kelola
(governance), 25 indikator model bisnis (business model), 6 indikator risiko dan
peluang (risks and opportunities), 13 indikator strategi dan alokasi sumber daya
(strategy and resource allocation), 8 indikator kinerja (performance), 11 indikator
pandangan (outlook), 7 indikator dasar persiapan dan penyajian (basis of
preparation and presentation), dan 29 indikator panduan pelaporan umum (general
reporting guidance) sebagai panduan dalam pembuatan IR perusahaan.
2) Manajemen dapat mengetahui kategori pengungkapan informasi dalam IR yang
telah dibuat, serta pengungkapan yang harus diperbanyak yaitu mengenai strategi
dan pengalokasian sumber daya yang jumlahnya masih sangat rendah dibanding
dengan elemen lainnya.
3) Regulator dapat menggunakan daftar pengungkapan pada penelitian ini sebagai
panduan dalam pembuatan regulasi terbaru tentang pelaporan perusahaan.
4) Penelitian ini menunjukkan bahwa strategi dan pengalokasian sumber daya
memiliki pengungkapan paling sedikit diantara elemen lainnya. Pengungkapan
yang rendah ini menjadi tanda bagi investor agar lebih berhati-hati dalam
pengambilan keputusan.
Saran
Hasil penelitian ini memberikan beberapa saran untuk penelitian-penelitian
selanjutnya, antara lain:
164 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
hal. 146-168, ISSN : 2339-0859
1) Untuk mengurangi level subjektivitas, maka disarankan penelitian selanjutnya
untuk melibatkan lebih banyak pihak yang memberi skor(minimal dua orang) saat
melakukan scoring(Gunawan, 2009).
2) Penelitian selanjutnya dapat memperbanyaksampel penelitian, apabila
memungkinkan mengakses penyusun IR dari tiap negara agar didapat objek
penelitian yang mendekati jumlah populasi sebenarnya, sehingga uji statistik yang
lebih komprehensif dapat dilakukan. Serta meneliti negara berkembang lainnya di
kawasan Asia Tenggara, seperti Brunei Darussalam.
DAFTAR PUSTAKA
Abd-Mutalib, Hafizah, Che Zuriana Muhammad Jamil, dan Wan Nordin Wan-
Hussin. (2014). The Availability, Extent and Quality of Sustainability
Reporting by Malaysian Listed Firms: Subsequent to Mandatory Disclosure.
Asian Journal of Finance & Accounting. Vol. 6, No.2. Hal. 239-257.
Abdullah, Maizatulakma, Zaleha Abdul Shukor, Zakiah Muhammadun
Mohamed, dan Azlina Ahmad. (2015). Risk Management Disclosure: A study
on The Effect of Voluntary Risk Management Disclosure Toward Firm Value.
Journal of Applied Accounting Research. Vol. 16, No: 3. Hal. 400-432.
Abeysekera, Indra. (2013). A Template for Integrated Reporting. Journal of
Intellectual Capital. Vol. 14, No. 2. Hal. 227-245.
Al-Mahmood, Syed Zain. (2015). Palm-Oil Migrant Workers Tell of Abuses on
Malaysian Plantations.http://www.wsj.com/articles/palm-oil-migrant-
workers-tell-of-abuses-on-malaysian-plantations-1437933321 (diakses pada 1
Juni 2016).
Alnasser, Sulaiman. (2012). What Has Changed? The Development of Corporate
Governance in Malaysia. The Journal of Risk Finance. Vol. 13, No. 3. Hal. 269-
276.
Asian Development Bank (ADB). (2014). ASEAN Corporate Governance Scorecard:
Country Reports and Assessments 2013–2014. Mandaluyong City, Philippines:
Asian Development Bank.
Australian Institute of Company Directors (AICD) and Audting and Assurance
Standards Board (AUASB). (2009). Going Concern Issues in Financial
Reporting: A Guide For Companies and Directors. Australia: Ligare Pty Ltd.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK). (2006).
Peraturan Bapepam dan LK X.K.6.
Bhatt, Padmanabha Ramachandra. (2016). Corporate Governance in Malaysia: Has
MCCG Made a Difference. International Journal of Law and Management.
Vol. 58, No. 4. Hal. 403-415.
Bozzolan, S., Favotto, F. dan Ricceri, F. (2003). Italian Annual Intellectual Capital
Disclosure: An Empirical Analysis. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4, No.
4. Hal. 543-558.
_____________________________________Agnes Febriyanti/Juniati Gunawan 165
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
hal. 146-168, ISSN : 2339-0859
Burgman, Roland, dan Göran Roos. (2007). The Importance of Intellectual Capital
Reporting: Evidence and Implications. Journal of Intellectual Capital. Vol. 8,
No. 1. Hal. 7-51.
Bursa Malaysia Berhad. (2011). Corporate Disclosure Guide. Malaysia: Bursa
Malaysia.
Chau, Gerald K., dan Sidney J Gray. (2002). Ownership Structure and Corporate
Voluntary Disclosure in Hong Kong and Singapore. The International Journal
of Accounting. Vol. 37, No. 2. Hal. 247-265.
Cohen, Jeffrey R., Lori L. Holder-Webb, Leda Nath, dan David Wood. (2012).
Corporate Reporting of Nonfinancial Leading Indicators of Economic
Performance and Sustainability. Accounting Horizons. Vol. 26, No. 1. Hal. 65-
90.
Deegan, Craig dan Michaela Rankin. (1997). TheMateriality of Environmental
Information To Users of Annual Reports. Accounting, Auditing &
Accountability Journal. Vol. 10, No. 4. Hal. 562-583.
Eccles, Robert G. dan George Serafeim. (2014). Corporate and Integrated Reporting: A
Functional Perspective. Harvard Business School Working Paper. No. 14-094.
Eccles, Robert G., dan Daniela Saltzman. (2011). Achieving Sustainability Through
Integrated Reporting. Standford Social Innovation Review. United Kingdom:
Leland Stanford Jr. University.
Eccles, Robert G., Michael P. Krzus, dan Don Tapscott. (2010). One Report:
Integrated Reporting for a Sustainable Strategy. USA: Wiley.
Ferreira, Daniel dan Marcelo Rezende.(2007). Corporate Strategy and Information
Disclosure.RAND Journal of Economics.Vol. 38, No. 1.Hal.164-184.
Financial Market Authority.(2014). Going Concern Disclosures in Financial
Statements. New Zealand.
Frias-Aceituno, José V, Lázaro Rodríguez-Ariza, dan Isabel M. Garcia-SánchezFrias-
Aceituno. (2014). Explanatory Factors of Integrated Sustainability and
Financial Reporting. Business Strategy and the Environment. Vol. 23, No. 1.
Hal. 56-72.
Ghazali, Nazli Anum Mohd. (2010). Ownership structure, corporate governance
andcorporate performance in Malaysia. International Journal of Commerce and
Management. Vol. 20, No. 2. Hal. 109 – 119.
Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Global Reporting Initiative (GRI). (2016). www.globalreporting.org (diakses pada 1
Juni 2016).
Global Reporting Initiative (GRI). (2013). GRI G4 Guidelines.
www.globalreporting.org(diakses pada 1 Juni 2016).
166 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
hal. 146-168, ISSN : 2339-0859
Gunawan, Juniati. (2009). An Examination of Corporate Social Disclosures in The
Annual Reports of Indonesian Listed Companies. Centre for Accounting,
Governance, and Sustainability. Vol. 15, No. 1. Hal. 14-36.
Gunawan, Juniati. (2007). Corporate Social Disclosures by Indonesia Listed
Companies: A Pilot Study. Social Responsibility Journal. Vol. 6, No. 1. Hal.
62-71.
Gunawan, Juniati. (2015). Corporate Social Disclosures in Indonesia: Stakeholders’
Influence and Motivation. Social Responsibility Journal. Vol. 11,No. 3.Hal.535-
552.
Gunawan, Juniati. (2010). Perception of Information in Corporate Social Disclosures:
Evidence From Indonesia. Social Responsibility Journal. Vol. 3, No. 3. Hal. 26-
34.
Hall, James A. (2016). Accounting Information Systems. 9th edition. Pennsylvania:
Cengage Learning.
Holder-Webb, L., J. Cohen, L. Nath, dan D. Wood. (2009). The Supply of Corporate
Social Responsibility Disclosure among U. S. Firms. Journal of Business
Ethics. Hal. 497–527.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). (2014). Standar Akuntansi Keuangan: Per Efektif
1Januari 2015. Jakarta: Salemba Empat.
Institute of Singapore Chartered Accountants (ISCA). (2015). The <IR> Journey in
Practice: Insights from Early Adopters in Singapore. Singapore: ISCA.
http://integratedreporting.org/resource/the-journey-in-practice-early-adopters-
of-in-singapore/
International Organization for Standardization (ISO). (2010). ISO 26000. Geneva: ISO.
International Integrated Reporting Council (IIRC). (2016). <IR> Networks.
http://integratedreporting.org/ir-networks/ (diakses pada 28 Agustus 2016).
International Integrated Reporting Council (IIRC). (2013). International <IR>
Framework. www.theiirc.org (diakses pada 4 April 2016).
International Integrated Reporting Council (IIRC). (2011). Towards Integrated
Reporting: Communicating Value in The 21st Century. www.theiirc.org
(diakses pada 10 April 2016).
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield. (2014). Intermediate
Accounting: IFRS Edition, 2nd Edition. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.
Lipunga, Andrew Munthopa. (2015). Integrated Reporting in Developing Countries:
Evidence from Malawi. Journal of Management Research. Vol. 7, No. 3. Hal
130-156.
Murphy, Andy. (2012). Why are Singapore and Malaysia More Developed Than The
Surrounding Southeast Asian Economies?. https://www.quora.com/Why-are-
Singapore-and-Malaysia-more-developed-than-the-surrounding-Southeast-
Asian-economies(diakses pada 4 Agustus 2016).
_____________________________________Agnes Febriyanti/Juniati Gunawan 167
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
hal. 146-168, ISSN : 2339-0859
Narayanan, V. K., G. E. Pincus, K. M. Kelm, dan D. M. Lander. (2000). The Influence
of Voluntarily Disclosed Qualitative Information. Strategic Management
Journal. Vol. 21. Hal. 707–722.
National Center for Sustainability Reporting (NCSR). (2015). Sustainability Reporting
Award (SRA) 2015 Press Release.http://www.ncsr-
id.org/2015/12/21/sustainability-reporting-award-sra-2015-press-release/
(diakses pada 14 Juni 2016).
Noor, Noraini M. dan Chan-Hoong Leong. (2013). Multiculturalism in Malaysia and
Singapore. International Journal of Intercultural Relations. Vol. 37, No. 6. Hal.
714-726.
OECD. (2014). The Evolution of Corporate Reporting for Integrated Performance.
https://www.oecd.org/sd-
roundtable/papersandpublications/The%20Evolution%20of%20Corporate
%20Reporting%20for%20Integrated%20Performance.pdf(diakses pada 25
Juli 2016).
O'Reilly, Dennis M. (2009). Do investors perceive the going-concern opinion as useful
for pricing stocks?. Managerial Auditing Journal. Vol. 25, No. 1. Hal. 4-16.
Phillips, David, Liv A. Watson, dan Mike Willis. (2011). Benefits of Comprehensive
Integrated Reporting. United Kingdom: Financial Executives International.
http://www.financialexecutives.org/KenticoCMS/Financial-Executive-
Magazine/2011_03/Financial-Reporting--March-
202011.aspx#axzz4GEoHIbzM (diakses pada 1 Mei 2016)
Polluter Watch. (2014). KOCH Industries. http://polluterwatch.com/koch-industries
(diakses pada 1 Juni 2016).
PricewaterhouseCoopers.(2014).The State of Integrated Reporting in Malaysia.
Malaysia: PwC.
PricewaterhouseCoopers.(2012).Integrated Reporting The Future of Corporate
Reporting.https://www.pwc.de/de/rechnungslegung/assets/integrated_reporting.
pdf (diakses pada 25 Juli 2016).
Raar, Jean. (2002). Environmental Initiatives: Toward Triple-Bottom Line Reporting.
Corporate Communications: An International Journal. Vol. 7, No. 3. Hal. 169-
183.
Rodrigue, Michelle. (2014). Contrasting Realities: Corporate Environmental
Disclosure and Stakeholder-Released Information. Accounting, Auditing &
Accountability Journal. Vol. 27, No. 1. Hal. 119-149.
Santema, Sicco, Marijke Hoekert, Jeroen van de Rijt, dan Aswin van Oijen.
(2005).Strategy Disclosure in Annual Reports Across Europe: AStudy on
Differences Between Five Countries. European Business Review. Vol. 17,No.
4.Hal.352-366.
Securities Commission Malaysia. (2011). Corporate Governance Blueprint 2011:
Towards Excellence in Corporate Governance. Kuala Lumpur: Suruhanjaya
168 Analisis Luasnya Pengungkapan Kuantitatif______________________________
Volume. 3 Nomor. 2 September 2016
hal. 146-168, ISSN : 2339-0859
Sekuriti Malaysia. http://www.sc.com.my/corporate-governance-blueprint-
2011/
Securities Commission Malaysia. (2012). Malaysian Code on Corporate Governance
2012. Kuala Lumpur: Suruhanjaya Sekuriti
Malaysia.http://www.sc.com.my/wp-content/uploads/eng/html/cg/cg2012.pdf
Sekaran, Uma dan Roger Bougie. (2013). Research Methods For Business, 6th
Edition. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.
Singapore Exchange (SGX). (2011). Guide to Sustainability Reporting for Listed
Companies. Singapura: SGX.
Stubbs, Wendy dan Colin Higgins. (2014). Integrated Report and Internal Mechanisms
of Change. Accounting, Auditing & Accountability Journal. Vol. 27, No. 7. Hal
1068-1089.
Tan, Nicole. (2015). SGX-listed firms expected to publish sustainability report from
FY2017.http://www.channelnewsasia.com/news/singapore/sgx-listed-firms-
expected/2176512.html(diakses pada 14 Juni 2016).
Toit, Anton du., Steyn B., Pilley, A., & Gweshe R. (2014). Insights into SOC
Integrated Reporting Trends in South Africa. Afrika Selatan: Nkonki.
United Nations Children’s Fund (UNICEF) Malaysia. (2013). Corporate Social
Responsibility Policies in Malaysia Enhancing the Child Focus. Malaysia:
UNICEF.