of 28
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
1/28
BAB I
DEFENISI
A. DEFENISI1. Pengertian dasar restrain: “membatasi gerak”atau “membatasi kebebasan”2. Pengertian secara internasional: restraint adalah suatu metode/secara
pembatasan/restraksi yang disengaja tehadap gerakan/perilaku seseorang. Dalam
hal ini, “perilaku” yang dimaksudkan adalah tindakan yang direncanakan, bukan
suatu tindakan yang tidak disadari/tidak disengaja/sebagai suatu releks.
!. Pengertian lainya: restrain adalah suatu tindakan untuk menghambat/mencegah
seseorang melakukan sesuatu yang diinginkan.
Deenisi restraint ini berlaku untuk semua pengguna restraint di unit dalam rumah
sakit madani. Pada umumnya, jika pasien dapat melepaskan suatu alat yang dengan
mudah, maka alat tersebut tidak dianggap suatu restraint.
"solasi/pengasingan adalah suatu tindakan pengasingan terhadap pasien di dalam
suatu ruangan dimana pasien tinggal sendiri dan dicegah secara isik untuk
meninggalkan ruangan tersebut. "solasi hanya di gunakan untuk tujuan penanganan
tindakan membahayakan diri sendiri dan atau orang lain. #uangan isolasi ini harus
dipastikan untuk selalu terkunci.
$eorang pasien yang dipisahkan sendirian dalam suatu ruangan yang tidak dikunci
tidak tergolong sebagai isolasi. Pengasingan pasien di suatu unit/ruang ra%at yang
dikunci bersama&sama dengan pasien lainya juga tidak tergolong isolasi. Timeout
adalah suatu inter'ensi dimana pasien setuju untuk ditempatkan sendirian dalam suatu
area/ruangan dalam ukuran %aktu tertentu dan pasien dicegah secara isik untuk
meninggalkan ruangan. Pasien dapat meninggalkan ruangan dengan bebas.
Panduan ini diaplikasikan pada semua sarana kesehatan yang mempunyai
layanan/asilitas kepera%atan. Panduan ini biasanya di tetapkan oleh pera%at
penanggung ja%ab pasien, mahasis%a kepera%atan dan asisten tenaga kesehatan.
Panduan ini diaplikasikan kepada pasien de%asa, geriatri dan sebagainya.
Pengambilan keputusan untuk pengaplikasian restraint sebaiknyadibicarakan/didiskusikan bersama (kapanpun memungkinakan) dengan pasien,
kerabat, keluarga dan dokter penanggung ja%ab pasien, kecuali pada kondisi
emergensi. Perlu di ingat akan pentingnya melibatakn suatu tim multidisiplin,
termasuk proesional kesehatan lainya yang terkait. *ang dapat membantu dan
mendukung pera%at pasien.
B. TUJUAN
1
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
2/28
1. +embantu sta untuk memahami akan arti restraint
2. +embantu memberikan layanan kesehatan yang terbaik untuk pasien
!. +enyediakan pelayanan yang terpusat kepada pasien, memastikan keselamatan
pasien dan meminimalisasi penggunaan restraint
. +emahami aspek etik dan hukum yang rele'an dengan pengaplikasian restraint .-. +engetahui langkah/tindakan apa yang sebaiknya dilakukan jika terdapat
kecurigaan terjadinya penyalagunaan restraint
. +emahami kondisi/situasi yang memperbolehkan penggunaan restraint secara
legal dan etis
. +emahami cara untuk meminimalisasi resiko yang dapat terjadi akibat
penggunaan restraint
BAB II
2
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
3/28
RUANG LINGKUP PELAYANAN
INDIKASI1. Pasien menunjukan perilaku yang berisiko membahayakan dirinya sendiri dan
atau orang lain
2. 0ahanan pemerintah (yang lebih legal/sah secara hukum) yang dira%at dirumah
sakit madani
!. Pasien yang membutuhkan tata laksana emergensi (segera) yang brhubungan
dengan kelangsungan hidup pasien
. Pasien yang memerlukan penga%asan dan penjagaan ketat diruangan yang aman
-. Restraint atau isolasi digunakan jika inter'ensi lainya yang lebih tidak restrikti
tidak berhasil/tidak eekti untuk melindungi pasien, sta atau orang lain dari
ancaman bahaya
"ndikasi ini diaplikasikan untuk :
1. $emua rumah sakit : rumah sakit layanan akut (acute care), layanan jangka
panjang, rumah sakit ji%a, rumah sakit anak dan bunda, dan rumah sakit kanker
2. $emua lokasi didalam rumah sakit: semua jenis pera%atan, termasuk ruang ra%at
inap, "D, orensik, ruang ra%at psikiatri, ruang ra%at anak dan sebagainya
!. $emua pasien di rumah sakit, tanpa melihat usia, yang memenuhi indkasi
"ndikasi ini tidak spesiik terhadap prosedur medis tertentu, namun disesuaikan
dengan setiap perilaku indi'idu dimana terdapat pertimbangan mengenai perlunyamenggunakan restraint atau tidak. eputusan penggunaan restraint ini tidak
didasarkan pada diagnosis, tetapi melalui assesment pada setiap indi'idu secara
komprehensi. 3ssesment ini digunakan untuk menentukan apakah penggunaan
metode yang kurang restrikti memiliki resiko yang lebih besar dari pada resiko
akibat penggunaan restraint . 3ssesment komporhensi ini harus meliputi pemeriksaan
isik untuk mengidentiikasi masalah medis yang dapat menyebabkan timbulnya
perubahan perilaku pada pasien. +isalnya: peningkatan suhu tubuh, hipoksia,
hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, interaksi obat, dan eek samping obat
dapat menimbulkan kondisi delerium, agitasi dan perilaku yang agresi. Penanganan
masalah medis ini dapat mengeliminasi atau meminimalisasi kebutuhan akan
restraint /isolasi.
BAB III
TATA LAKSANA
3
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
4/28
Dalam banyak kasus, restraint dapat dihindari dengan melakukan perubahan yang
positi terhadap pemberian/peneyediaan pelayanan kesehatan dan menyediakan dukungan
pada pasien baik secara isik maupun psikologis. Perlu dicatat bah%a pasien yang
berkapasitas mental baik dapat meminta sesuatu, seperti penggunaan sabuk/ikat pengaman
atau bedrails untuk meningkatakan rasa aman mereka. +eskipun hal ini mungkin tidak sejalan dengan rekomendasi pera%at, pilihan pasien haruslah dihormati dan di ikut sertakan
dalam penyusunan/pembuatan rencana kepera%atan pasien dan assesment resiko.
4ika pasien tidak dapat memberikan persetujuan (consent), pera%at seyogyanya selalu
menjelaskan tindakan yang akan dilakukan, berikut membantu pasien untuk memahami dan
menyetujui tindakan tersebut. $uatu studi menyarankan bah%a penggunaan restraint pasien
yang delerium sekalipun, pasien tersebut akan sangat menghargai dan mengingat penjelasan
pera%at mengenai kondisi pasien dan alasan pasien dilakukan restraint , terutama untuk
meyakinkan bah%a tindakan tersebut ditujukan untuk keselamatan pasien.
$alah satu cara untuk membantu tenaga kesehatan menghindari penggunaan restraint
adalah dengan menyediakan lingkungan pera%atan yang berkesan positi. 5erikut adalah
beberapa cara untuk menyediakan lingkungan yang positi:
1. Pera%atan yang berpusat pada pasien, terutama yang mempunyai kebutuhan
dukungan psikologis
2. 0ingkat kebebasan dan resiko pera%atan di rumah
!. Pencegahan kekerasan dan egresi
. Pencegahan ide/tindakan bunuh diri dan melukai diri sendiri
-. Pengalaman pasien diruangan ra%at inap intensi
. Pemenuhan kebutuhan pasien demensia di ruang ra%at #$. Pencegahan dan penanganan delerium
6. +enjaga harga diri dan martabat pasien selama asuhan kepera%atan
7. Pencegahan resiko jatuh
JENIS RESTRAINT
1. Pembatasan fisik
a. +elibatkan satu atau lebih sta untuk menangani pasien, menggerakan
pasien atau mencegah pergerakan pasien
b. 4ika pasien dapat dengan mudah meloloskan diri/melepaskan diri dari
pegangan sta maka hal ini tidak dianggap sebagai suatu restraint
c. Pemegangan isik: biasanya sta memegangi pasien dengan tujuan untuk
melakukan suatu pemeriksaan isik/tes rutin. 8amun, pasien berhak untuk
menolak prosedur ini
1). +emegangi pasien dengan tujuan untuk membatasi peregrakan pasien
dan berla%anan dengan keinginan pasien termasuk suatu bentuk
restraint .
2). Pemegangan pasien secara paksa saat melakukan prosedur pemberian
obat (mela%an keinginan pasen) dianggap suatu restraint . $ebaiknya,
kalaupun terpaksa memberikan obat tanpa persetujuan pasien, dipilih
4
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
5/28
metode yang paling kurang bersiat restrikti/sedikit mungkin
menggunakan pemaksaan.
!). Pada beberapa kadaan, dimana pasien setuju untuk menjalani
prosedur/medikasi tetapi tidak dapat berdiam diri/tenang untuk
disuntik/menjalani prosedur/pemberian medikasi berjalan dengan
lancar dan aman. 9al ini bukan merupakan resstraint .
). Pemegangan pasien, biasanya anak/bayi, dengan tujuan untuk
menenangkan/ memberikan kenyamanan kepada pasien tidak dianggap
sebagai suatu restraint .
2. Pembatasan mekanis
a. +elibatakan penggunaan suatu alat.
b. +isalnya
1). Penggunaan sarung tangan khusus diruang ra%at intensi
2). Peralatan sehari&hari: ikat punggang/sabuk untuk mencegah pasien
jatuh dari kursi, pengguanaan pembatas di sisi kiri dan kanan tempat
tidur (bedrails) untuk mencegah pasien jatuh/turun drai tempat tidur.
a). Penggunaan side rails dianggap beresiko, terutama untuk pasien
geriatri dan disorientasi. Pasien geriatri yang rentan beresiko
terjebak diantara kasur dan side rails. Pasien disorientasi dapat
menganggap side rails sebagai penghalang untuk dipanjati dan dapat
bergerak ke ujung tempat tidur untuk turun dari tempat tidur. $aat
pasien berusaha turun dari tempat tidur dengan menggunakan segala
cara, pasien beresiko terjebak, tersangkut atau jatuh dari tempat
tidur dengan kemungkinan mengalami cedera yang lebih beratdibandingkan tanpa menggunakan side rails.
b). Penggunaan side rails hatus mempunyai keuntungan yang melebihi
resikonya
c). 8amun, jika pasien secara isik tidak mampu turun dari tempat
tidur, penggunaan side rails bukan merupakan restraint karena
penggunaan side rails tidak berdampak pada kebebasan bergerak
pasien
d). Penggunaan restraint pada pasien yang memerlukan mobilisasi
rutin (untuk melancarkan sirkulasi dan mencegah ulkus dekubitus)
merupakan suatu inter'ensi untuk melindungi pasien dari psiko jatuh, dan hal ini tidak dianggap sebagai restranit.
e). Penggunaan side rails pda pasien kejang untuk mencegah pasien
jatuh/cedera tidak dianggap sebagai restraint.
!. pengontrolan kebebasan gerak pasien: penggunaan kunci, penyekat tombol
pengatur dan sebagainya.
c. 5erikut adalah alat metode yang tidak termasuk sebagai restraint .
+etode/alat ini sering digunakan pada pera%atan medis atau bedah.
1) Penggunaan papan iksasi inus ditangan pasien, bertujuan untuk
stabilisasi jalur inter'ena ("). 8amun, jika papan ikssasi ini diikat
ketempat tidur atau keseluruhan lengan pasien diimobilisasi sehingga
5
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
6/28
pasien tidak dapat mengakses bagian tubuhnya secara bebas, maka
penggunaan papan ini dianggap sebagai restraint
2) Penggunaan alat pendukung mekanis untuk memperoleh posisi tubuh
tertentu pada pasien, membantu keseimbangan/kesegarisan sehingga
mempermudah mobilitas pasien. +isalnya: penyangga kaki, leher,
kepala, atau punggung.
!) 3lat untuk memposisikan atau mengamankan posisi pasien, membatasi
pergerakan pasien, atau secara temporer mengimobilisasi pasien selama
menjalani prosedur medis, gigi, diagnostik atau bedah.
4) Pemulihan dari pengaruh anestesi yang terjadi saat pasien berada dalam
pera%atan ";< atau ruang pera%atan pasca anestesi dianggap sebagai
bagian dari prosedur pembedahan sehingga penggunaan alat seperti
bedrails untuk kondisi pasien tidak dianggap sebagai suatu restraint.
5) 5eragam jenis sarung tangan untuk pasien tidak dianggap sebagai suatu
restraint. 8amun, jika sarung tangan ini diikat /ditempelkan ke tempattidur/menggunakan iksator pergelangan tangan bersamaan dengan
sarung tangan dapat dianggap sebagai suatu restraint . Jika sarung
tangan tersebut dipakai dengan cukup ketat/kencang hingga
menyebabkan tangan/jari pasien tidak bergerak, hal ini dapat
dianggap sebagai restraint. Penggunaan sarung tangan yang
tebal/besar juga dianggap sebagai restraint, Jika menghambat pasien dalam menggunakan sarung
tangannya.
. S!"#ei$ans Tekn%$%&i
a. 0eknologi yang digunakan dapat berupa: balut ketat (pressure pads), gelang
pengenal, tele'isi sirkuit tertutup atau alaram pada pintu. esemuanya ini
sering digunakan oleh sta untuk meningkatkan ke%aspadaan terhadap
pasien yang mencoba untuk keluar/kabur atau untuk memantau pergerakan
pasien.
b. +etode ini sering diterapkan dalam program perencanaan pera%atan pasien,
yang disesuaikan dengan kebijakan organisasi dan mempunyai asesmen
risiko serta panduan yang jelas.
'. Pembatasan kimia
a. +elibatkan penggunaan obat&obatan untuk membatasi pasien.
b. =bat&obatan pasien dianggap sebagai suatu restraint. 4ika penggunaan obat&obatan tersebut tidak sesuai dengan standar terapi pasien dan penggunaan
obat&obatan ini hanya ditunjukkan untuk mengontrol perilaku
pasien/membatasi kebebasan brgerak pasien.
c. =bat&obatan ini merupakan obat&obatan yang secara rutin diresepkan, dapat
termasuk obat yang dijual bebas.
d. Pemberian obat&obatan sebagai bagian dari tata laksana pasien tidak
dianggap sebagai restrait. +isalnya, obat&obatan psikotik untuk pasien
psikiatri,obat sedasi utuk pasien dengan insomnia,obat anti&ansietas untuk
pasien dengan gangguan cemas atau anelgesik untuk mengatasi nyeri.
e. riteria untuk menentukan suatu penggunaan obat dan kombinasinya tidak tergolong restraint adalah:
6
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
7/28
1) =bat&obatan tersebut diberikan dalam dosis yang sesuai dan telah
disetujui oleh Food and Drug Administration (>D3) dan sesuai
dengan indikasinya lebih eekti
2) Penggunaan obat mengikuti/sesuai dengan standar praktek
kedokteran yang berlaku
!) Penggunaan obat untuk mengobati kondisi medis tertentu pasien
didasarkan pada gejala pasien, keadaan umum pasien dan
pengetahuan klinis/dokter yang mera%at
) Penggunaan obat tersebut diharapkan dapat membantu pasien
mencapai kondisi ungsionalnya secara eekti dan eesien
-) 4ika secara keseluruhan eek obat tersebut menurunkan
kemampuan pasien untuk berinteraksi dengan lingkugan sekitarnya
secara eekti, maka obat tersebut tidak digunakan sebagai terapi
standar untuk pasien.
. 0idak diperbolehkan menggunakan “pembatasan kimia” (obat sebagairestraint ) untuk tujuan kenyamanan sta, untuk mendisplinkan pasien,
atau sebagai metode untuk pembalasan dendam
g. ?ek samping penggunaan obat haruslah dipantau secara rutin dan tekatat
h. ;ontoh kasus: seorang pasien menjalani program detoikasi. $elama terapi
ini, pasien menjadi agresi dan agitati. $ta meresepkan obat yang bersiat
pro renata (jika perlu) untu mengatasi perilaku agitasi psien. Penggunaan
obat ini membantu pasien untuk berintraksi dengan orang lain dan
beerungsi dengan lebih eekti. =bat untuk mengatasi perilaku agitasi
pasien ini merupakan standar terapi untuk menangani kondisi medis pasien
(misalnya gejala withdrawal akibat alkohol/narkotika). Dalam kasus ini, penggunaan obat tidak dianggap sebagai restraint.
(. Pembatasan )sik%$%&is
a. Dapat meliputi pemberitahuan secara konstan/terus&menerus kepada pasien
mengenai hal&hal yang tidak boleh dilakukan atau memberitahukan bah%a
pasien tidak diperbolehkan melakukan hal&hal yang mereka inginkan
karena tindakan tersebut berbahaya.
b. Pembatasan ini dapat juga berupa pembatasan pilihan gaya hidup pasien,
seperti memberitahukan kepada pasien mengenai %aktu tidur dan %aktu
bangunnya.
c. ;ontoh lainya yaitu pembatasan benda&benda/peralatan milik pasien, sepertimengambil alat bantu jalan pasien, kacamata, pakaian, sehari&hari, atau
me%ajibkan paasien menggunakan seragam rumah sakit dengan tujuan
mencegah pasien untuk kabur/keluar.
4ika suatu tindakan memenuhi deenisi restraint , hal ini tidak secara
otomatis dianggap salah/tidak dapat diterima. Penggunaan restraint secara
berlebihan dapat terjadi, tetapi pengambilan keputusan untuk mengaplikasikan
restraint bukanlah suatu hal yang mudah. $uatu diskusi yang mendalam
mengenai aspek etik, hukum, praktik dan proesionalisme dilakukan untuk
membantu tenaga kesehatan (misalnya pera%at) memahami perbedaan antara
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
8/28
penggunaan restraint yang salah/tidak dapat ditolerir dengan kondisi yang
memang memerlukan tindakan restraint .
0idaklah memungkinkan untuk membuat suatu datar mengenai jenis
restraint apa saja yang dapat diterapkan kepada pasien dikarenakan
pengaplikasianya bergantung pada kondisi pasien saat itu. $uatu pembatasan
isik/mekanis/kimia dapat diterapkan pada suatu kondisi tertentu, tetapi pada
tidak kondisi lainya.
5erikut adalah beberapa contoh perbandingan antara restraint dan bukan
restraint :
N%
.
*%nt%+ kas!s Restraint ,b!kan
1. $aat dira%at di rumah sakit
karena penyakit jantungnya pasien tersebut mengalami
hipertensi emergensi. $ebagai
bagian dari terapinya, pasien
disedasi berat dan dira%at di
";<
B!kan Restraint karena
sedasi tersebut diberikanuntuk mengobati
penyakitnya, bukan untuk
mengontrol/membatasi
perilakunya.
2. $aat dira%at di rumah sakit
karena penyakit jantung, paien
juga diketahui mengidap
demensia dan sering berkeliaran di rumah sakit.
$etelah 2 malam kurang tidur,
kaki pasien mengalami edema
yang cukup luas dan terdapat
kekha%atiran bah%a
pergerakan konstan tersebut
dapat mengesaserbasi penyakit
jantungnya sehingga pasien
diberi sedasi
Dapat dianggap sebagai
restraint karena sedasi
diberikan kepada untuk
mengontrol perilaku pasien.
!. Pasien geriati dira%at di panti
jompo dan mengalami susah
tidur. Pasien sering berkeliaran
dirumah untuk mencari
istrinya. $ta meminta dokter
untuk memberikan sedasi
$edasi dapat dideenisikan
sebagai restraint karena
ditujukan untuk mengontrol
perilaku pasien.
. Pasien geriatri dengan ri%ayat
stroke berulang butuh bantuan
untuk turun dari tempat tidur
dan melakukan aktiitassehari&hari. Pasien juga tidak
5ukanlah restraint karena
bedrails tidak mengontrol
perilaku pasien atau
mencegah pasien untuk melakukan sesuatu yang
!
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
9/28
mampu untuk
mengkomunikasi
kebutuhanya. Pasien gelisah
saaat malam, mengalami
spasme otot dan beresiko jatuhdari tempat tidur. Pera%at
memutuskan untuk
menggunakan bedrails untuk
mengurangi resiko jatuh.
diinginkan.
-. Pasien geriatri dira%at dipanti
jompo setelah mengalami
raktur panggul. Pasien tidak
stabil saat bergerak dan sering
lupa menggunakan alat bantu
jalanya. eluarga sangat
kha%atir terjadi raktur
panggul berulang dan meminta
pera%at untuk menggunakan
bedrails untuk mencegah
pasien turun sendirian dari
tempat tidur dimalam hari.
Dapat dianggap restraint
karena mencegah keinginan
pasien untuk turun dari
tempat tidur.
. Pasien ji%a dira%at dirumah
sakit, gaduh, gelisah, agresi
berpotensi melukai diri sendiriatau orang lain, dilakukan
iksasi dan sedasi
Dapat dianggap sebagai
restraint karena mencegah
pasien untuk melukai oranglain atau diri sendiri.
DA-PAK NEGATIF PENGGUNAAN RESTRAINT
1. Dampak isik
a. 3troi otot
b. 9ilangnya/berkurangnya densitas tulang
c.
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
10/28
$etiap pasien berhak menerima pelayanan dalam kondisi lingkungan yang
aman. eselamatan pasien, sta atau orang lain merupakan dasar dalam menginisiasi dan
menghentikan penggunaan restraint atau isolasi. $emua pasien mempunyai hak kebebasan
bergerak dan terbebas dari kekerasan disik/emosional. $emua pasien berhak untuk bebas dari
pergerakan (restraint ) atau isolasi yang dipaksakan dalam bentuk apapun, seperti pemaksaan,sidiplin atau sebagai %ujud pembalasan dendam oleh sta. Pembatasan (restraint ) 3tau isolasi
hanya boleh diterapkan untuk menjamin keamanan disik pasien, anggota sta atau orang lain
dan harus diberhentikan sesegera munkin jika kondisi telah memadai yang didasarkan pada
assesment per&indi'idual dan re&e'aluasi.
Dalam memenuhi kebutuhan setiap sta akan pentingnya menimalisasi
penggunaan restraint , saat ini telah ddikembangkan suatu strategi etika komporhensi.
$trategi ini mengharuskan tenaga kesehatan untuk mmikirkan juga aspek etika dalam
pengambilan keputusan penggunaan restraint , dan bah%a aspek etika ini diaplikasikandalam
semua aspek asuhan kepera%atan di setiap asilitas kesehatan. onsep etika dasar yangmendasari praktik kepera%atan.
1. e%ajiban dari tugas : identiikasi ke%ajiban moral tenaga kesehatan terhadap orang
lain dapat membantu dalam menetukan tindakan terbaik apa yang seharusnya
dilakukan dalam situasi tersebut.
2. 9indari bahaya : merupakan salah satu konsep etika yang paling penting dan menjadi
dasar dalam mencapai paraktik yang baik (ideal)
!. 3ssesment terhadap konsekuensi tindakan : suatu tindakan yang diterima secara etis
dapat ditentukan dengan meelakukan kalkulasi terhadap keuntungan dan kerugianya.
. =tonomi daan hak pasien : menghargai hak pasien untuk membuat keputusan sendiridan menghargai hak orang lain.
-. epentingan yang terbaik : identiikasi dan bertindak yang terbaik yang sesuai dengan
kepentingan orang lain merupakan suatu tindakan atau keputusan yang etis.
. 8ilai moral dan kepercayaan : dari kedua hal ini dapat diormulasikan/disusun suatu
prinsip etik.
Penyelesaian masalah dapat merupakan suatu hal yang sulit dan menantang.
Dalam pembuatan keputusan untuk melakukan “pembatasan isik” (phiysical restraint ),
seringkali sulit untuk menghindari bahay (harm) kerana baik dilakukan renstrain attau tidak,
hal ini dapat membahayakan pasien. Pera%at memiliki tanggung ja%ab terhadap seluruh pasien yang berada dalam asuhan kepera%atan mereka, dan jika ternyata pemberian i@in
kebebasan bertindak kepada satu pasien dapat menyebabkan kerugian/membahayakan orang
lain, maka pengambilan keputusan harus mempertimbngkan konsekuensi terhadap
pengaplikasian renstraint tidak mengaplikasikan restraint .
Penggunaan rsetraint , sebagai respon ini pertama tidaklah kondusi untuk
lingkungan sosial yang positi. 4ika seseorang merasa mampu untuk melakukan sesuatu dan
mereka tidak dibatasi/dicegah untuk melakukan hal&hal yang mereka inginkan, maka mereka
akan berada dalam kondisi emosional yang lebih baik dalam jangka %aktu yang cukup lama.
Pembuatan keputusan mengenai pilihan tindakan terbaik kepada pasien dapat menyulitkantenaga kesehatan. $ebagai bagian dari pelatihan dan pengembangan proesionalitas
1#
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
11/28
berkesinambungan, pera%at perlu mendiskusikan mengenai dilema yang terjadi antara teoritis
dan praktiknya. ecuali dalam situasi emergency, kepitisan pengaplikasian renstraint dan
kebijakan/panduanya harus didiskusikan dengan tim multidisiplin dan melibatkan pasien
serta keluarganya, jika memugkinkan.
ASPEK UKU-
$ituasi dilema restraint diperbolehkan adalah jika pasien telah diberikan
inormasi yang cukup mengenai kondisinya dan perlunya penggunaan restraint serta
menyetujui dilakukanya tindakan tersebut sebagai bagian dari program rencana asuhan
kepera%atan pasien. Pada kasus lainya, pera%at mempunyai ke%ajiban proesi keper%atan
untuk membatasi pasien dengan tujuan melindungi pasien dari terjadinya terhadap orang lain.
Dalam situasi dimana pera%at atau orang lain diserang/beresiko mengalami bahaya isik,
diperbolehkan menggunakan restraint sebagai suatu %ujud pertahanan diri.
Mental capacit Act.!""5 berlakunya untuk setiap orang dengan usia ena
belas tahun keatas.
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
12/28
. +engkomunikasikan kepuusannya, baik dengan berbicara, menggunakan bahasa
tubuh, ataupun dengan cara lainya
>akta bah%a seseorang hanya mampu mengingat inormasi yang rele'an
dengan pembuatan keputusan dalam periode %aktu yang singkat tidaklah mencegah meereka
untuk dianggap kompetensi dan mampu membuat keputusan. Dalam situasi dimana terdapat
pertimbangan menggunakan restraint pada indi'idu yang tidak kompeten. Mental capacit
Act.!""5 memperbolehkan dilakukan tatalaksana sepanjang hal ini merupakan tindakan yang
terbaik untuk kepentingan pasien, perundang&undang ini mengharuskan bah%a aktor&aktor
diba%ah ini harus dipertimbangkan sebelum dilakukan pengambilan tindakan terhadap
indi'idu yang tidak kompeten:
1. einginan/harapan dan perasaan pasien dahulu dan saat ini (dan terutama pernyataan
tertulis apapun yang rele'an dengan kondisinya dan dibuat saat pasien kompeten)
2. epercayaan dan niai/norma yang tepat dapat mempengaruhi pengambilan keputusan
pasien (jika seandainya pasien masih kompeten)
!. >aktor lainya yang mungkin akan dipertimbangkan oleh pasien seandainya pasien
kopeten.
Mental capacit Act.!""5 menetapkan kondisi dimana undang&undang ini
dapat diterapkan dan menanyangkut penggunaan restraint terhadap indi'idu yang tidak
kompeten. +enurut undang&undang ini, restraint dideenisikan sebagai suatu tindakan yang
mengaharuskan atau memaksa pasien untuk melakukan suatu hal yang tidak mereka
inginkan, atau membatasi kebebasan bergerak pasien tanpa memperdulikan persetujuan
pasien. e%enangan hukum untuk membatasi seseorang hanya diperbolehkan jika ketiga
kondisi diba%ah ini terpenuhi.
1. "ndi'idu kurang/tidak kompeten dalam membuat keputusan
2. Pera%at yakin dan memiiki alasan yang kuat akan perlunya penggunaan restraint
untuk mecegah hal yanag lebih buruk pada pasien
!. 0indakan ini merupakan respons yang sebanding/sepadan dengan potensi resio bahaya
yang dapat dialami oleh indi'idu dan beratnya bahaya tersebut
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
13/28
menjadi penting dan suatu peninjauan ulang akan diselenggarakan kurun %aktu tertentu
dimana restraint tersebut digunakan. edua aktor ini akan dijustiikasi untuk melihat apakah
aktor ini dapat diterima secara proesional dan mengandung alasan yang kuat. Penting
bah%a penggunaan restraint haruslah diantisipasi dan langkah&langkah diambil untuk
menuliskannya direkam medis.
9ukum pidana menyatan bah%a membatasi tindakan/gerakan seseorang
tanpa persetujuan mereka dapat merupakan suatu bentuk tindak kriminal. Pera%at yang
melakukan pembatasan yang tidak beralasan dapat dituntut secara hukum dan dapat
mengarah pada penahanan, bergantung pada beratnya jenis pembatasan (restraint ) tersebut.
Penting diketahui bah%a kapanpun restraint digunakan oleh pera%at, haruslah sesuai dengan
standar proesional yang telah terjustiikasi dalamkondisi tertentu. $etiaptuntutan yang diatur
dalam hukum pidana akan mempertimbangkan apakah tindakan pembatasan (restaraint )
tergolong suatu tindakan kriminal berdasarkan undang&undang parlemen, dalam hal ini dapat
meliputi penyerangan/kekerasan, penahanan yang tidak sah, penanganan yang buruk ataukelalaian yang disengaja.
ontrak kerja sering membatasi lingkup praktik pera%at dan mengharuskan
pera%at untuk mengikuti kebijakan setempat yang berlaku, prosedur, ataupun protokol yang
berkaitan dengan restraint . 9al ini dapat berupa penjelasan terperinci mengenai bagaimana
suatu keputusan untuk melakukan pembatasan dibuat dalam kondisi yang berbeda&beda, siapa
yang bertanggung ja%ab dan persyaratan lainya sepertig mengikuti pelatihan berbasis
kompetensi dan pelaksanaan assesment resiko untuk mengurangi kemungkinaan terjadinya
kerugian/bahaya yang tidak diinginkan sebelum menggunakan restraint
PERSETUJUAN /INF0R-ED CONSENT
Persetujuan merupakan salah satu alat hukum yang legal dimana seseorang
memberikan kekuasaan yang sah terhadap tata laksana atau kepera%atan. 9al ini dapat
mencakup memberikan persetujuan terhadap suatu bentuk restraint . Dasar persetujuan yang
sah identik dengan persyaratan proesional bah%a suatu persetujuan diperlukan sebelum
melakukan suatu tindakan/prosedur. 0erdapat tiga persyaratan yang harus dipenuhi sebelum
pernyataan persetujuan olh indi'idu dapat diterima sacara sah, yaitu:
1. Persetujuan harus diberikan oleh seseorang yang kompeten dalam segi
mental/kei%aan
2. "ndi'idu membuat peretujuan harus memperoleh inormasi yang memadai mengenai
kondisinya, resiko dan implikasi penggunaan restraint
!. Persetujuan ini harus dibuat tanpa adanya paksaan.
PE-BERIAN DUKUNGAN DARI 0RGANISASI,PE-ILIK
=rganisasi, berikut semua sta yang tercakup didalmnya, mempunyai
ke%aibn pelayanan.
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
14/28
yang tidak perlu dan pera%at/sta lain berkontribusi dalam membuat keputusan yang tepat
mengenai penggunaan restraint , pemilik/pemegang kekuasaan sebaiknya menyediakan:
1. $uatu kebijakan/panduan untuk sta mengenai penggunaan restraint
2. $uatu pendekatan multidisiplin terhadap perencanaan asuhan kepera%atan masing&
masing indi'idu, termasuk tinjauan ulang rencana kepere%atan pasien secara rutin!. $uatu sistem pelaporan insisden dimana pasien/sta mengalami bahaya/menderita
kerugian atau berpotensi bahaya dan belajar dari pengalaman tersebut
. 3lur yang jelas mengenai tindak lanjut etis terhadap penggunaan restraint yang tidak
pada tempatnya
-. 3kses pengacara independen untuk pasien
. Proedur assesment resiko sehingga yang timbul timbul akibat penggunaan retraint
dapat diantisipasi dan dikurangi
. ?dukasi yang sesuai, termasuk super'isi klinis, praktik, pembelajaran dari contoh
praktik yang baik, dan pelatihan berbasis kompetensi
6. 3udit dirumah yang berkaitan dengan restraint# termasuk studi banding denganasilitas layanan kesehatan lainya
7. Pelatihan pera%atan untuk demensia dan meningkatkan ke%aspadaan sta disemua
tingkat layanan kesehatan
Pemilik juga sebaiknya memastikan bah%a:
1. +ahasis%a kepera%atan atau asisten layanan kesehatan tidak diikut sertakan dalam
membuat keputusan mengenai penggunaan restraint karena kurang kompeten
2. Pera%at tidak dipaksa untuk mengikuti keinginan dari keluarga pasien untuk
melakukan restraint terhadap pasien jika hal tersebut bukanlah hal yang tebaik untuk pasien
!. +enilai dan memantau penggunaan restraint /isolasi di dalam asilitas mereka
. +emastikan bah%a kebijakan rumah sakit telah memenuhi persyaratan dalam standar
minimal nasional yang ditetapkan oleh pemerintah mengenai penggunaan restraint
Restraint tidak boleh digunakan semata&mata untuk mengurangi beban
kerja. Pemilik/pemegang kekuasaan tidak boleh menempatkan pera%at dalam posisi dimana
mereka terpaksa melakukan restraint karena kurangnya sta yang bertugas atau kurangnya
sumber daya untuk menyediakan pera%atan yang aman dan berkualitas.
Pemelik/pemegang kekuasaan di situasi yang berbeda dapat mempunyai
tanggung ja%ab spesiik, misalnya standar minimal nasional untuk rumah keper%atan (panti
jompo) adalah adanya orang yang ber%enang untuk memastikan bah%a restraint hanya
digunakan jika hal ini merupakan cara/metode partikal satu&satunya dalam memastikan
kesejateraan pasien/penghuni dan bah%a penggunaan restraint terdokumentasi baik.
TANGGUNG JAAB INDI3IDU
Dengan pasien dari pemilik, kolega dan manajer dan saran serta sumber
daya alam panduan ini, sta pera%at harus memastikan bah%a mereka:
14
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
15/28
1. +emahami pengertian restraint
2. +enyediakan pelayanan yang terpusat kepada pasien sehingga meminimalkan
kebutuhan akan restraint
!. +emahami kerangka etik adan hukum yang berkaitan dengan restraint
. +engetahui tindakan apa yang dilakukan jika terdapat kecurigaan adanya penggunaan
restraint yang tidak pada tempatnya/salah-. +emahami kondisi/situasi dimana restraint diperbolehkan secara legal/etis
. +emahami cara untuk meminimalisasi resiko yang dapat timbul jika restraint
digunakan
Panduan restraint selalu merupakan masalah emosional, yang menantang
dan memberikan keputusan yang sulit dalam melakukan pera%atan pasien. Pera%at
sebaiknya mendiskusikan dan memperdebatkan masalah ini, serta bekerja dengan adeganya
untuk meningkatkan pelayanan dan memperoleh solusi praktis yang sesuai dengan masing&
masing indi'idu pasien.
PANDUAN
1. *ang ber%enang untuk membuat keputusan mengenai kenggunaan restraint adalah
dokter penanggung ja%ab pasien
2. Restraint /isolsi merupakan suatun hal yang tejadi setiap %aktu, bukanlah hal yang
rutin terhadap kondisi/perilaku tertentu pasien
!. $etiap pasien harus dinilai dan in'ensi yang diberikan haruskah sesuai dengan
kebutuhan dan kepentingan pasien
. Restraint /isolsi berperan sebagai cara/alternati terakhir jika metode yang berkurang
restrekti lainya tidak berhasil/tidak eekti untuk memastikan keselamatan pasien,
sta, atau orang lain. =leh karena itu, restraint ini tidak dianggap sebagai
prosedur/respons standar dalam penanganan pasien.
-. "nstruksi mengenai penggunaan restraint$ isolasi ini ti4ak b%$e+ diberlakukan sebagai
instruksi )"% "e nata (jika perlu)
a. $etiap episode penggunaan restraint /isolasi harus dinilai dan die'aluasi serta
berdasarkan instruksi dokter.
b. 4ika pasien akhir&akhir ini baru terbebas dari penggunaan restraint /isolasi dan
kemudian menunjukan perilaku yang membahayakan dan hanya dapat diatasi oleh
re&aplikasi restraint /isolasi, diperlukan instruksi baru untuk melakukan re&aplikasi
c. $ta tidak boleh memberhentikan penggunaan restraint /isolasi dan kemudian me&
reaplikasikannya kembali di ba%ah instruksi yang sama (sebelimnya)
. Pengeculian :
a. Perilaku membahayakan diri sendiri. 4ika pasien mengalami kondisi medis dan
psikiatri ronis, seperti sindrom Aeseh&8yham, dimana pasien menunjukan perilaku
membahayakan diri sendiri, suatu instruksi menggunakan restraint ini adalah
mencegah cedera/bahaya pada diri sendiri.
15
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
16/28
. 0idak terdapat kriteria mengenai perilaku apa saja yang dianggap membahayakan.
eputusan mengenai perilaku bebahaya ini dibuat berdasarkan penilaian oleh dokter
(linical %udgement)
6. "nstruksi penggunaan restraint /isolasi yang bertujuan untuk manajement perilaku
destruksi/membahyakan harus diealuasi dalam %aktu kurun %aktu tertentu, seperti
tercantum diba%ah ini:
a. jam untuk de%asa B 16 tahun tahun keatas
b. 2 jam untuk anak dan remaja usia 7&1 tahun
c. 1 jam untuk anak C 7 tahun
7. Perlu diketahui : batas %aktu e'aluasi seperti yang disebutkan diatas tidak berlaku
pada kasus penggunaan restraint dengan tujuan manajemen perilaku non&destrukti
1. $ta harus menilai dan memantau kondisi pasien secara berkala untuk memastikan
bah%a pasien dapay dibebaskan dari restraint /isolasi pada %aktu yang sedini mungkin
11. Restraint atau isolasi hanya boleh dilanjutkan selama kondisi membahayakan tersebut
masih berlangsung
12. 4ika kondisi membahayakan tersebut telah teratasi, penggunaan restraint atau isolasi
harus segera dihentikan
1!. eputusan untuk menghentikan restraint harus berdasarkan pada pertimbangan
bah%a restraint /isolasi tidak lagi dibutuhkan atau bah%a kebutuhan pasien dapat
dipenuhi dengan metode yang kurang restrekti
1. $uatu kondisi pembebasan restraint sementara yang dia%asi secara langsung oleh sta
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien (seperti pergi kekamar mandi, kena
atau latihan gerak tubuh) tidak dianggap sebagai pemberhentian restraint. $elama
pasien berada dalam penga%asan langsung oleh sta, tidaklah dianggap sebagai
pemberhentian restraint karena penga%asan sta secara langsung dianggap memiliki
tujuan serupa dengan penggunaan restraint .
1-. Pemimpin rumah sakit bertanggung ja%ab dalam menciptakan suatu budaya yang
mendukung pasien untuk terbebas dari restraint /isolasi. Pemimpin harus memastikan
sistem berjalan dengan baik, di implementasikan dan die'aluasi secara rutin. $istem
ini membantu menetapkan standar pelayanan pasien sehingga jika secara tidak
langsung dapat meminimalisasi penggunaan restraint yang tidak tepat.
1. Penggunaan restraint disesuaikan dengan kebutuhan pasien, kondisi medis, ri%ayat
penyakit, dokter lingkungan dan preerensi pasien
1. Dalam mengaplikasikan restraint# terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi,
yaitu :16. 4ika batas %aktu berlakunya instruksi restraint hampir berakhir, pera%at yang
bertugas harus menghubungi dokter untuk melaporkan mengenai keadaan /kondisi
klinis serta hasil assesment dan e'aluasi terkini pasien, sekaligus menanyakan apakah
instruksi restrain ini akan dilanjutkan atau tidak (diperbaharui).
17.
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
17/28
b. Dokter yang bertanggung ja%ab terhada pasien harus menemui pasien secara
langsung dan e'aluasi terhadap pasien sebelum menulis instruksi baru mengenai
penggunaan restraint$ isolasi (dalam 2 jam).
?'aluasi ini berupa :
1) ondisi umum pasien pada saat itu
2) 3namnesis : ri%ayat penyait pasien, ri%ayat obat&obatan!) Pemeriksaan isik
) 9asil pemeriksaan penunjang
-) #eaksi/respon pasien terhadap restraint /isolasi
) ondisi medis dan perilaku medis
) Perlu atau tidaknya untuk menghentikan/melanjutkan tindakan restraint$ isolasi
c. ?'aluasi ini dilakukan untuk menetukan apakah restraint perlu dilanjutkan atau
tidak, aktor&aktor apa saja yang berkontribusi terhadap perilaku destruktipasien
(misalnya interaksi obat, ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, sepsis) dan
apakah aplikasi restraint ini telah sesuai dengan indikasi
d. 4ika dalam suatu kondisi tidak tersedia dokter, maka e'aluasi ini dapat dilakukanoleh per%at/asisten dokter yang telatih. $etelah die'aluasi dilakukan,
pera%at/asisten dokter harus segera menghubungi dokter yang bertanggung ja%ab
terhadap pasien. Pelaporan ini harus meliputi (minimal):
1) 9asil e'aluasi pasien
2) 0emuan&temuan terbaru mengenai kondisi pasien didiskusi mengenai perlu
atau tidaknya untuk melanjutkan aplikasi restraint /isolasi
!) Diskusi mengenai perlunya inter'ensi/tata laksana lainya
2. esemuanya ini harus dicatat dalam rekam medis pasien, termasuk hasil assesment
dan e'aluasi pasien dan alasan penggunaan restraint /isolasi
21. 3plikasi restrain$ isolasi harus sejalan/sesuai dengan modiikasi tertulis dalam rencanakepera%atan pasien.
a. Penggunaan restraint /isolasi (termasuk obat dan alat) harus didokumentasikan
dalam rencana per%atan/tata laksana pasien
b. eputusan untuk menggunakan restraint /isolasi haruslah dicatat berikut alasan
yang mendasarinya. Pengambilan keputusan ini didasarkan pada assesmentm dan
e'aluasi pasien
c. #encana pera%atan pasien harus ditinjau ulang dan diperbaharui dalam rekam
medis sesuai dengan tanggal spesiik diberlakukannya suatu restraint$ isolasi
22. Penggunaan restraint /isolasi harus di implementasikan dengan tehnik yang benar dan
aman
2!. Penggunaan restraint /isolasi ini tidak menjadi penghalang/penghamabat dalam
pemberian penanganan/inter'ensi lain juga diperlukan oleh pasien.
2. Penggunaan restraint /isolasi harus sesuai dengan instruksi dari dokter yang
bertanggung ja%ab terhadap pasien.
Pada kondisi ini emergensi dimana penggunaan tetap diperlu&an restraint sehingga
akan terlalu lama jika menunggu instruksi/i@in dari dokter terlebih dahulu, instruksi
tersebut harus diperoleh segera (dalam hitungan menit) selama/setelah restraint diaplikasikan
1
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
18/28
2-. $ebaiknya dipilih metode yang paling tidak restrikti dalam pengaplikasian restraint#
tetapi harus tetap menjamin keselamatan pasien, sta dan orang lain dari ancaman
bahaya.
2. Penggunaan restraint untuk mencegah jatuh tidak boleh dianggap sebagai bagian
yang rutin dalam program pencegahan jatuh
2. 0idak ada bukti penggunaan “mechanical restraint ” (termasuk bedrails) akan
mencegah atau mengurangi jatuh. 5ahkan, kejadian jatuh yang terjadi pada pasien
yang dilakukan pembatasan mekanis sering menimbulkan cedera yang lebih berat.
>aktanya, dibeberapa instansi, pengurangan dalam penggunaan “pembatasan
mekasin”dapat mengurangi resiko jatuh.
a. ;ontoh : pasien sindrom sundo%ner, dimana gejala demensia pasien menjadi lebih
jelas dan nyata di sore hari dari pada di pagi hari. Pasien tidak berprilaku agresi
atau berbahaya, namun pasien mengalami gangguan gaya berjalan yang tidak
stabil dan terus menerus berusaha untu turun dari tempat tidur bahkan setelah sta
menggunakan beberapa alternati untuk menjaga pasien tetap berada ditempattidurnya. 0idak ada bahaya signiikan yang dihasilkan dari perilaku berkeliaran
pasien. $ta meminta dokter untuk meresepkan sedati dosis tinggi untuk
menidurkan pasien dan menjaganya tetap ditempat tidur. Pasien tidak mempunyai
gejala/kondisi medis yangmengindikasikan perlunya menggunakan sedati. $elain
itu, pada tempat tidur pasien juga dipasang bedrails.
b. Penggunaan sedati pada kasus ini tergolong suatu restraint untuk pasien
c. Pemberian obat sedasi (sebagai restraint ) dengan alasan bah%a pasien dapat jatuh
akibat perilaku berkeliarannya ini bukanlah suatu indikasi yang kuat. $ebenarnya,
pada kasus ini, sedasi yang diberikan (restraint ) bertujuan untuk kenyamanan sta
rumah sakit. =leh karena itu, pemberian sedasi ini dianggap kurang tepat.d. $aat menilai resiko jatuh pada pasien dan merencanakan asuhan kepera%atan, sta
harus mempertimbangkan apakah pasien mempunyai kondisi medis yang
mengindikasi kebutuhan akan inter'ensi protek untuk mencegah pasien
berkeliaran atau turun dari tempat tidur. #i%ayat jatuh tanpa adanya penyakit
medis yang mendasari tidak cukup kuat untuk mengindikasikan kebutuhan akan
restraint .
e. Penting diingat bah%a unsur kenyamanan bukanlah alasan yang dapat diterima
untuk melakukan restraint terhadap pasien.
26. Restraint tidak boleh dianggap sebagai pengganti pemantauan pasien
27.
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
19/28
c. 3pakah terdapat alat bantu yang dapat meningkatkan kemampuan pasien untuk
mandiriE
d. 3pakah terdapat kondisi/obat&obatan pada pasien yang menyebabkan
ketidakseimbangan berjalanE
e. 3pakah pasien bersedia untuk berjalan sambil dipapah/ditemani oleh staE
. Dapatkah pasien ditempatkan dikamar yang lebih dekat dengan pos pera%at
dimana pasien tersebut dapat di obser'asi dengan lebih baik.
!. 4ika dalam assesment terdapat suatu kondisi medis yang mengindikasikan perlunya
inter'ensi untuk melindungi pasien dari ancaman bahaya, sebaiknya menggunakan
metode yang paling tidak restrekti tetapi eekti
!1. Penggunaan restrain harus sesuai dengan prinsip etis seperti diba%ah ini:
a. 'eneficence : bertujuan untuk kepentingan pasien (bersiat menguntungan pasien)
b. (on&maleicance : tidak membahayakan pasien/merugikan pasien
c. ustice : memperlakukan semua pasien dengan setara dan stabil
d. Autonomi : menghargai hak pasien dalam mengambil keputusan terhadap dirinya
sendiri!2. Dalam menggunakan restraint harus dipertimbangkan antara resiko yang dapat
timbul akibat penggunaan restraint dengan resiko yang dapat timbul akibat
penggunaan restraint dengan resiko yang dapat timbul akibat perilaku pasien
!!. Permintaan keluarga/pasien untuk menggunakan restrain (yang dianggap
menguntukan) bukanlah suatu hal yang dapat mendasari diaplikasikannya restraint.
Permintaan ini haruslah dipertimbangkan kondisi pasien dan assesment pasien.
!. 4ika telah diputuskan bah%a restraint diperlukan, dokter harus menetukan jenis
restraint apa yang akan dipilih dan dapat memenuhi kebutuhan pasien dengan resiko
yang paling kecil dan pilihan yang menguntungkan untuk pasien
!-. $ta harus mencatat di rekam medis pasien mengenai keputusan penggunaan restraint
dan jenisnya. Dituliskan juga bah%a restraint yang digunakan menrupakan inter'ensi
yang paling tidak restrikti namun eekti untuk melindungi pasien dan penggunaan
restraint diputuskan berdasrakan assesment per&indi'idu.
!. $elama penggunaan restraint# pasien harus dipastikan memperoleh assesment,
pemantauan, tatalaksana dan pera%atan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
!. Prosedur yang harus di obser'asi sebelum dan setelah aplikasi restraint :
a. "nspeksi tempat tidur, tempat duduk, restraint# dan peralatan lainya akan
digunakan selama proses restraint mengenai keamanan penggunaanya
b. 4elaskan kepada pasien mengenai alasan penggunaan restraint
c. $emua objek/benda yang berpotensi membahayakan (seperti sepatu, perhiasan,
selendang, ikat pinggang, tali sepatu, korek api) harus disingkirkan sebelum
restraint diaplikasikan.
d. $etelah aplikasi restraint# pasien di obser'asi oleh sta
e. ebutuhan pasien, seperti makan, minum, mandi dan penggunaan toilet akan
menilai tanda 'ital pasien, posisi tubuh pasien, keamanan restraint# restraint# dan
kenyamanan pasien
. $ecara berkala, pera%at akan menilai tanda 'ital pasien, posisi tubuh pasien,
keamanan restraint dan kenyamanan pasien
g. Dokter harus diberitahu jika terdapat perubahan signiikan mengenai penanganan
pasien
!6. 3plikasi restraint restraint dan isolasi secara bersamaan :
1"
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
20/28
a. 9anya diperbolehkan jika pasien dipantau secara terus menerus oleh :
1) $ta bertugas yang berpengalaman dan terlatih
2) $ta terlatih dan digunakan pemantauan dengan 'idio dan audio atau obser'asi
secara langsung. 3lat pantau ini harus berjarak dekat dengan pasien
b. 9arus ada dokumentasi tertulis yang jelas mengenai alasan penggunaannya
!7. Dokumentasi meliputi :a. Deskripsi kondisi pasien
b. Deskripsi perilaku pasien
c. Deskripsi alasan dan jenis penggunaan restraint /isolasi
d. ?'aluasi perilaku dan kondisi medis pasien setelah pengaplikasian restraint /isolasi
e. "nter'ensi pasien terhadap inter'ensi yang diperlukan, termasuk rasionalisasi
penggunaan restraint /isolasi
. Penggunaan borgol atau alat restrikti lainya yang dilakukan oleh petugas keamanan
pemerintah (non&rumah sakit) untuk tujuan panahanan, detensi dan alasan keamanan
publik, dianggap sebagai alat pertahanan/penegakan hukum dan tidak dianggap
sebagai suatu inter'ensi restraint dalam layanan kesehatan yang digunakan oleh sta rumah sakit untuk mengekang pasien.
a. Petugas keamanan pemerintah yang bertugas menga%asi secara langsung tahanan
yang di ra%at dirumah sakit bertanggung ja%ab dalam penggunaan, aplikasi dan
pemantuan alat restriksi ini, disesusaikan juga dengan hukum setempat yang
berlaku
b. 8amun, rumah sakit juga tetap bertanggung ja%ab terhadap assesment pasien
yang adekuat dan tetap memperhatikan keselamatan pasien serta menjaga
pemberian tata laksana yang sesuai standar
1. #umah sakit sebaiknya me%ajibkan sat yang terlibat (sta yang mengaplikasikan
restraint /isolasi, sta yang bertugas memantau, menilai atau memberikan pelayanan
kepada pasien) memiliki pengetahuan dan memperoleh pelatihan mengenai :
a. 0ehnik untuk mengidentiikasi perilaku pasien, aktor&aktor yang dapat
mempengaruhi, dan kejadian&kejadian yang membutuhkan retsraint /isolasi
b. ;ara untuk memilih inter'ensi apa yang paling tidak bersiat restrikti tapi eekti,
berdasarkan pada assesment kondisi medis /perilaku pasien
c. ;ara mengaplikasikan restraint dengan aman
d. ;ara mengidentiikasi perubahan perilaku spesiik yang mengidikasikan bah%a
restraint /isolasi tidak lagi diperlukan
e. Pemantauan kondisi isik dan psikologis pasien yang mengalami restraint /isolasi,
termasuk status respirasi dan sirkulasi, intergritas kulit dan tanda 'ital. 0eknik melakukan resusitasi jantung paru
2. #umah sakit harus melaporkan kasus kematian yang berkaitan dengan penggunaan
restraint /isolasi kepada pusat layanan kesehatan setempat. Pelaporan tersebut berupa :
a. Aaporan kasus kematian yang terjadi saat pasien dilakukan restraint /isolasi.
b. Aaporan kasus kematian yang terjadi dalam 2 jam setelah pasien dibebaskan dari
restraint /isolasi.
c. $etiap kematian yang terjadi dalam %aktu 1 minggu setelah pengaplikasian
restraint /isolasi dimana terdapat pertimbangan bah%a restrain/isolasi ini
berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsun g kematian pasien.
*. E3ALUASI PANDUAN,KEBIJAKAN
2#
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
21/28
1. ?'aluasi kebijakan restraint /isolasi ini dilakukan untuk melihat apakah setidaknya
hal&hal di ba%ah ini terlaksana dengan baik :
a. $iapa yang ber%enang untuk menghentikan penggunaan restraint /isolasi
b. ondisi&kondisi dimana restraint /isolasi harus dihentikan
2. Peninjauan terhadap rekam medik pasien yang menjalani restraint dengan tujuan
untuk mengontrol perilaku yang membahayakan diri sendiri atau orang lain
mencakup hal&hal berikut :
a. Pasien yang pernah atau saat ini menggunakan restraint selama dira%at di
rumah sakit
b. 3lasan&alasan sehingga penggunaan restrain disepakati, dan pertimbangan apa
yang ada untuk memutuskan bah%a cara/metode lain yang lebih tidak restrikti
kurang eekti dibandingkan restraint
5. Fa%ancara sta yang terlibat secara langsug dengan pasien untuk mengetahui
sejauh apa yang mereka ketahui dan pahami mengenai kebijakan restraint dan
isolasi. 4ika terdapat pasien yang saat itu menggunakan restraint , pastikan
bah%a telah sesuai dengan indikasi. 0anyakan juga mengenai kapan pasien
dimonitor dan diperiksa terakhir kali
4. 3pakah selama ini penggunaan restraint /isolasi telah sejalan dengan kebijakan
dan prosedur restraint yang berlaku di rumah sakit serta sesuai dengan
kebijakan pemerintah setempatE
e. ?'aluasi mengenai insiden laporan yang telah terjadi di rumah sakit untuk
menentukan apakah cedera yang dialami oleh pasien terjadi sebelum atau
selama restraint digunakan. 3pakah insiden tersebut terjadi lebih sering pada
pasien yang dilakukan restraint E
f. 4ika suatu tinjauan ulang terhadap rekam medis mengindikasikan bah%a pasien yang menerima restrain mengalami cedera, tentukan apa yang telah
dilakukan oleh rumah sakit untuk mencegah terjadinya cedera
berulang/berikutnya. 0entukan apakah rumah sakit telah melakukan
modiikasi terhadap kebijakan restraint /isolasi
. umpulkan data mengenai penggunaan restraint dan isolasi dalam kurung %aktu
yang spesiik (misalnya ! bulan)untuk melihat pola penggunaan restraint di unit&
unit tertentu, setiap pergantian jaga, serta pola tiap minggunya
'. Perhatikan pula apakah jumlah pasien yang menggunakan restraint /di isolasi
meningkat di akhir pekan, saat hari libur, saat malam hari, saat jam pergantian
jaga tertentu, saat digunakan jasa pera%at honorer, memiliki kecenderungan disatu unit tertentu dari pada unit lainya.
a. Pola seperti ini dapat membantu untuk melihat adanya penggunaan restraint
yang tidk sesuai dengan kepentingan/kebutuhan pasien, tetapi lebih kepada
aspek “kenyamanan”, kurangnya sta atau kurangnya sta yang
berpengalaman/terlatih
b. Peroleh pula jad%al pket pera%at selama bekerja di rumah sakit untuk melihat
apakah terdapat pengaruh meningkatnya penggunaan restraint di tingkat sta
(. Aakukan juga %a%ancara secara acak dengan pasien yang menjalani restraint.
3pakah alasan digunakannya restraint ini menjelaskan kepada pasien dengan
kata&kata yang dapat dimengertiE
21
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
22/28
BAB I3
D0KU-ENTASI
1. Aembar ormulir assesment restraint
2. Aembar ormulir catatan perkembangan pasien terintegrasi!. "normed consent restraint
22
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
23/28
Lam)i"an 1
SKE-A I-PLE-ENTASI RESTRAINT
4ika tidak ada
perubahan
23
Pertanyaan kunci :apa
yang medasari perilaku
pasien
0injau ulang dan nilai di
akhir batas %aktu yang telah
ditentukan
Pilih metode alternai
alternati yang paling tidak
restrikti aplikasikan
"dentiikasi solusi
yang tersedia
3ssesment pasien
8ilai perilakupasien
unakan
restraint dengan
batas %aktu
tertentu
Pilih metode alternai
alternati yang paling
tidak restrikti
aplikasikan
• +onitor dan e'aluasi pasien
• Pastikan status keselamatan,
kenyamanan, psikologi, nutrisi
hidarasi pasien
• #e&e'aluasi mengenai penggunaan
restraint dan data laksana lainya
8ilai ulang di akhir periode
(batas %aktu) penggunaan
restraint
0injau ulang dan nilai di
ulang akhir batas %aktu yang
telah ditentukan
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
24/28
Lam)i"an 2
Perilaku destrukti
Aainya...................
Tan&&a$ 4an 6akt! a)$ikasi :
Jenis restraint :
4aket pengikat
$ide rails
est
>ikasasi pergelangan tangan/kaki
"solasi
Restraint kimia (obat&obatan)
Batas 6akt! /4!"asi be"$ak!n7a restraint 8
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
25/28
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
26/28
Ba&ian e#a$!asi 4an )eni$ain !$an& )en&&!naan restraint /$in&ka"i 7an& 4imaks!4
1. 3lternati telah dicoba ya/tidak
2. ?dukasi kepada pasien/keluarg ya/tidak
!. ;edera pada pasien ya/tidak
. ;edera pada sta ya/tidak
-. Pasien diobser'asi secara ketat : ya/tidak . Penedekatan tim multidisiplin : ya/tidak
Unit 8
IGD
I*U
I**U
RAAT BEDA
RAAT -EDIS
LAINYA 8
Pertanyaan :
$aya telah memeriksa dan menge'aluasi respon pasien terhadap inter'ensi, kondisi medis
dan perilaku pasien. 9al ini telah sesuai dengan pengaplikasian restraint /isolasi.
0anggal instruki :
Faktu instruksi :
8ama dokter pemeriksa :
0anda tangan pemeriksa :
26
$engkapi kotak ini untuk pasien dengan perilaku
destriti/membahayakan (lingkari yang dimaksud) :
1. 3ssesment secara langsung dalam 1 jam setelah
aplikasi oleh dokter/pera%at ya/tidak
2. Pencatatan direkam medis ya/tidak
3. Pemberitahuan pada dokter penanggung ja%ab
pasien jika inter'ensi G 12 jam/terdapat 2 episode
dalam 12 jam : ya/tidak
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
27/28
Lam)i"an
PANDUAN INTER3ENSI RESTRAINT ,IS0LASI DAN
ALTERNATIFNYA
INTER3ENSI ALTERNAIF INTER3ENSI
RESTRAINT/ISOLASI
Pasien yang berkeliaran, mempunyai gangguan mental• Ditemani oleh : keluarga sta,teman
• Pemasangan alarm di kamar tidur
pasien
• 3ktiasi tanda/sensor pengenal
pasien
• 5erikan aktiitas yang beragam
• 8ilai adanya nyeri, rasa lapar, haus
dan kebutuhan akan kamar mandi
•
0empatkan di dekat pos pera%atan• 5erikan medikasi pro re natal (jika
• $abuk/ikat pinggang
• 4aket pelindung/iksasi
• >iksasi pergelangan
tangan/kaki
2
8/18/2019 BAB I Madani Punya File
28/28
perlu),sesuai dengan resep
Pasien tidak sadar diri, berusaha untuk melepaskan alat medis dari tubuhnya
• Ditemani oleh : keluarga, teman
• 0utup/lindungi selan
ginus/konektor lainnya dengan
perban
• >iksasi pergelangan
tangan/kaki
• Papan iksasi inus
yang di ikat ketempat
tidur pasien
• $edasi (sesuai
intruksi)
Pasien dengan hiperakti'itas motoric yang tak terkontrol,
menghambat/menolak implementasi pelayanan klinis
• Pemegangan pasien oleh sta selama
prosedur berlangsung
• 3ktiitas/latihan/penggunaan kamarmandi terjad%al
• 5erikan medikasi pro re natal
(sesuai resep)
• 5erikan aktiitas beragam, letakan
benda yang lunak/lembut di kedua
tangan pasien
• Restraint siku
• Restraint keempat
ekstremitas• Restraint pergelangan
tangan/kaki
Pasien dengan perilaku agresi terhadap dirinya sendiri atau orang lain
• 0herapi percakapan, hindarkan
stimulasi berlebihan
• 5erikan time out kepada pasien
selama 1- menit
• Aakukan interaksi 'erbal pemberian
medikasi pro re nata (sesuai resep)
• "solasi
• Restraint pergelangan
tangan
• 4aket pelindung/iksasi