Date post: | 14-Oct-2015 |
Category: |
Documents |
Upload: | erfiadi-nur-fahmi |
View: | 77 times |
Download: | 0 times |
of 58
5/24/2018 Buku Program Ceril
1/58
5/24/2018 Buku Program Ceril
2/58
1
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
PENGANTAR
KETUA PANITIA
Salam sejahtera,
Kami sampaikan selamat datang pada CERIL tanggal 7 Desember 2013 yang
diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah
Mada yang Ke-66. Dengan bekerjasama dengan Majalah Kedokteran Gigi dan The
Indonesian Journal of Dental Research, kami mengundang 2 pakar bidang Konservasi dan
Penyakit Dalam untuk membagi pengetahuan dan pengalaman mereka mengenai pasien
lansia. Pembangunan kesehatan yang selalu menjadi perhatian dari tahun ke tahun, baik di
tingkat nasional maupun internasional, memperluas informasi dan meningkatkan
kesadaran kesehatan di segala lapisan masyarakat. Konsekuensi penting dari situasi ini
adalah peningkatan kualitas dan harapan hidup. Dengan demikian, peningkatan jumlahpopulasi lansia merupakan dampak logis yang tidak dapat dihindari. Sebagai bagian dari
masyarakat kesehatan, klinisi, dan akademisi kedokteran gigi perlu memperluas khasanah
pengetahuannya mengenai situasi kesehatan dan perawatan pada populasi lansia.
Di samping pembicara utama, CERIL pada 7 Desember 2013 ini memberikan kesempatan
kepada 36 akademisi dan peneliti bidang Kedokteran Gigi untuk mempresentasikan
makalah, baik berupa laporan kasus maupun laporan penelitian, sekaligus membuka
kesempatan untuk mempublikasikan karya ilmiah ke Majalah Kedokteran Gigi dan The
Indonesian Journal of Dental Research. Besar harapan kami untuk dapat menjadikan CERIL
sebagai media komunikasi yang efektif bagi peneliti dan akademisi dalam rangkameningkatkan kualitas pelayanan kesehatan gigi bagi masyarakat. Selamat berbagi ilmu.
drg. Sri Suparwitri, M. S., Sp. Ort (K)
KETUA PANITIA
5/24/2018 Buku Program Ceril
3/58
2
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
DAFTAR ISI
PENGANTAR KETUA PANITIA ....................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................................. 2
PROGRAM ................................................................................................................................................................. 3
INFORMASI UMUM .............................................................................................................................................. 7
KUMPULAN ABSTRAK ........................................................................................................................................ 8
1. PEMBICARA UTAMA ............................................................................................................................ 92. PRESENTASI ORAL..............................................................................................................................12
INDEKS PENULIS ................................................................................................................................................49
SUSUNAN PANITIA ............................................................................................................................................50
5/24/2018 Buku Program Ceril
4/58
3
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
PROGRAM
07. 00Kegiatan
CERAMAH ILMIAH FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UGM PERIODE
Desember 2013
Registrasi
Peserta mendapat co card, seminar kit, buku program
Pembicara menuju area editing untuk entry data bagi yang belum atau
ingin mengedit
07.45-
08.00
PEMBUKAAN : DRG SRI SUPARWITRI, SU, SP ORT(K)
WAKTU AUDITORIUM LANTAI DASAR
08.00-08.15
MODERATOR SESI I
DRG SRI SUPARWITRI, SU, SP ORT(K)
08. 00-09. 30
MODERATOR SESI I
DRG. HARSINI, M. S.08. 00-09. 30
Aditya Gungga K (UGM, Lapsus):Perawatan CrossbitePosterior UnilateralMenggunakan Alat Ortodontik CekatTeknik Begg
Andi Dahniar (UGM, Lapsus):Perawatan Crown Lengthening MolarDua Kiri Mandibula Pasca PerawatanSaluran Akar disertai FrakturMahkota Distobulak Setinggi denganPuncak Gingiva DilanjutkanPembuatan Mahkota Metal denganPenguat Pasak
08.15-08.30
Nolista Indah Rasyid (UGM, Lapsus):
Perawatan Ortodontik pada CrowdingBerat disertai Palatal Bite denganMultiloop Edgewise Archwire(MEAW)
Andina Novita Sari (UGM, Lapsus):Root Canal Retreatment of Maxillary
Left Central Incisor Using
Chlorexidine
08.30-08.45
Ragil Irawan (UG, Lapsus):Penggunaan Myofungsional Bionatorpada Kasus Maloklusi Angle Klas IIDivisi 1 yang disertai DiskrepansiRahang
Intan Dhamayanti (UGM, Lapsus):Restorasi Menggunakan FiberReinforced Compositepada GigiPremolar Pertama Kanan MandibulaPasca Perawatan Saluran Akar
08.45-09.00
Afini Putri Luthfianty (UGM, Lapsus):Perawatan Maloklusi Klas II Divisi 1Dentoskeletal disertai RetrusiMandibula dengan Alat FungsionalBionator
Lisna Mirna Kuntari (UGM,
Lapsus):Apexification Using Mineral
Trioxide Agregate in Central
Maxillary Left Incisor
09.00-09.15COFFEE BREAK
09.15-09.30
Vega Mandala (UGM, Lapsus): GigitanTerbuka Anteroposterior Tipe Skeletal
Maria Santiniaratri (UGM,
Lapsus):
Intracoronal Bleaching denganOpalescence Endo (Ultradent)padaGigi IncicivusLateralis Kiri Atas NonVital
5/24/2018 Buku Program Ceril
5/58
4
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
09.30-09.45
Emi Murniyanti (UGM, Lapsus):Perawatan Maloklusi pada PasienLabiopalatoschisisdengan AlatOrthodontik Lepasan
Anna Julianti (UGM, Lapsus):Perawatan Saluran Akar disertaiRestorasi Mahkota Penuh PorselenFusi Metal dengan Pasak Fiber padagigi Incicivus Lateralis Kiri MaksilaNekrosis Pulpa dengan LesiPeriapikal pada Pasien denganHipertiroid
09.45-10.00SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI-UNIVERSITAS GADJAH
MADA
DRG. ERWAN SUGIATNO, M. S ., SP. PROS ., (K), PH. D.
10.00-10.45
PEMBICARA UTAMA:
DRG. R. TRI ENDRO UNTARA, M. KES ., SP. KG
Tindakan Opdentpada Pasien Lansia
MODERATOR : DR. DRG SITI SUNARINTYAS, MKES
MODERATOR SESI I
DR. DRG SITI SUNARINTYAS, MKES(10. 00-12. 00)
MODERATOR SESI II
DRG CENDRAWASIH(10. 30-12. 00)
10.45-11.00
Culia Rahayu (Politeknik Kesehatan
Tasikmalaya, Lappel):Hubungan AntaraPengetahuan, Sikap, dan PerilakuPemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulutdengan Status Kesehatan Periodontal PraLansia
Irene Sulistio (UGM, Lapsus):
Penatalaksanaan Lesi Endo-Periodengan Perawatan Endodontik NonBedah
11.00-11.15
Applonia Leu (Politeknik Kesehatan
Kupang, Lappel): Factors Affecting Oral
and Denta Hygiene Maintaining Behaviour
of The Pregnant Women in Public HelathCentre Kupang Regency
Agus Suprapto (UGM, Lapsus):
Perawatan Maloklusi Angle Klas IIIdisertai Unilateal Cross Bitedan
Open Bite Anterior dengan TeknikBegg
11.15-11.30
Fatma Yuza (UGM, Lappel): EfekPemberian Ekstrak Lidah Buaya (AloeBarbadensis Miller) pada Soket Gigiterhadap Kepadatan Serabut KolagenPasca Ekstraksi Gigi marmot (CaviaPorcellus)
Taufik Nur Alamsyah (UGM,
Lapsus): Perawatan maloklusiAngle Klas II Divisi 2 disertaiLuksasi Derajat 2 Gigi AnteriorMandibula Akibat TraumatikOklusi pada Kasus CrowdingAnterior: Perawatan dengan AlatCekat Teknik Begg
11.30-11.45
Malida Magista (UGM, Lappel):Pengaruh Lama Perendaman dan Jenis
Minuman Beralkohol Bird an Tuakterhadap Kekerasan Email Gigi Manusia(In Vitro)
Dwi Agustina (UGM, Lapsus):A
Camouflage Treatment of
Dentoskeletal Clss III Malocclusionin Adult Using Begg Technique
11.45-12.00
Rendra Chriestedy Prasetya (UNEJ,
Lappel): Penurunan Infiltrasi SelNeutrofil pada Tikus yang DiinduksiPeriodontitis setelah Pemberian Ekstrak
Shella Indri Novianty (UGM,
Lapsus): Pencabutan Gigi InsisivusMandibula pada PerawatanMaloklusi Angle Klas I yang disertai
5/24/2018 Buku Program Ceril
6/58
5
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
Etanolik Kulit Manggis dengan SpacingAnterior Maksila:Perawatan dengan Alat CekatTeknik Begg
12.00-13.00ISTIRAHAT
13.00-13.45PEMBICARA UTAMA:
dr. Probosuseno, Sp. PD ., K-Ger
Manifestasi Penyakit dalam Rongga Mulut pada Pasien LansiaMODERATOR :DRG. ENDANG WAHYUNINGTYAS, M. S ., SP. PROS. (K)
MODERATOR SESI III
DRG. ENDANG WAHYUNINGTYAS, M. S .,
SP. PROS. (K)
(13. 00-15. 15)
MODERATOR SESI III
DRG. HENDRAWATI, M. KES(13. 45-15. 15)
13.45-14.00
Marlindayanti (Politeknik Kesehatan
Palembang, Lappel): Prediksi RisikoTerjadinya Karies Baru BerdasarkanKonsumsi Pempek pada Anak Usia 11-12
Tahun di Palembang
Renni Kurniasari (UGM, Lapsus):
Perawatan Ortodontik padaMaloklusi Klas II Divisi 1 denganOverjet Besar dan Palatal Bite
Menggunakan Alat Cekat TeknikBegg
14.00-14.15
Endah Kusumastuti (Bakti Wiyata
Kediri, Lappel): Ekspresi COX-2 danJumlah Neutrofil Fase Inflamasi padaProses Penyembuhan Luka SetelahPemberian Sistemik Ekstrak EtanolikRosela (Hibiscus sabdariffa) (Studi In Vivopada Tikus Wistar)
Darmayanti Dian Suryani (UGM,
Lapsus):Perawatan MaloklusiAngle Kelas I dengan ImpaksiKaninus Maksila MenggunakanAlat Cekat Begg
14.15-14.30
Pambudi Santoso T (UGM,
Lapsus):Overdenturedengan PeganganTelescopic Crown
Nur Rachmawati (UGM, Lapsus):Perawatan Teknik Beggpada KasusKeberjejalan disertai Pergeseran
dengan Pencabutan Asimetri
14.30-14.45
Demmy Wijaya (UGM, Lapsus):PembuatanAndhesive Bridge denganFiber Reinforced CompositeuntukPerawatan Kehilangan dan KegoyahanGigi Anterior Rahang Bawah
Rully Utami (UGM, Lapsus):
Compromised Treatment of Class III
Malocclusion with Mandibular
Shifting, Posterior Openbite and
Clicking Using Edgewise Technique
and Trainer in Adult
14.45-15.00
A. A. Ayu Agung Subiantari (UGM,
Lapsus):Rehabilitasi Prostetik ProtesaJari dengan Bahan Silikon RTV untukMengembalikan Bentuk dan Estetik
Siti Solekah (UGM, Lapsus):Koreksi Gigi Premolar Rotasidengan Aplikasi Kopel padaPerawatan Ortodontik Cekat
Teknik Straightwire
15.00-15.15
Pedro Bernado (UGM, Lapsus):Penatalaksanaan Fraktur Kompleks
Zygomatomaksilaris Sinistradengan PlatOsteosintesis
Devi Yuliastanti (UGM,
Lappel):Hubungan AntaraPerubahan OverbiteTerhadapPerubahan Tinggi WajahAnterior Pada Maloklusi Angle KlasIi Divisi 1 SetelahPerawatanOrtodonsi DenganTeknik Begg
5/24/2018 Buku Program Ceril
7/58
6
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
15.15-
15.30
Rudi Wijayanto (UGM, Lapsus): Two
Steps Dental Implant pada EdentulousMolar Satu Kanan Mandibula Pasca
Pencabutan
Sri Wahyuningsih (UGM,
Lapsus):Treatment of Class I Angle
Malocclusion with Crossbite and
Severe Crowding of Anterior TeethUsing Begg Technique in Bad Oral
Hygiene Patient
5/24/2018 Buku Program Ceril
8/58
7
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
INFORMASI UMUM
Waktu Pelaksanaan
Sabtu, 7 Desember 2013
Lokasi
Gedung Margono SuradjiFakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah MadaJl. Denta Sekip Utara, Yogyakarta
Kontak Panitia:
drg. Harsini, M. S. (informasi, pendaftaran, peserta pameran)Telepon : 0817 9424 780Fax : 0274 547 130
E-mail :[email protected]
Biaya registrasi :
Rp250.000 sebelum 30 November 2013 dan Rp300.000,- setelah 30 November 2013Fasilitas:
Seminar kit, snack, lunch box, sertifikat SKPPendaftaran:
Transfer biaya pendaftaran ke No. Rek. Bank Mandiri 1370098168087 a/n drg.Hendrawati M. Kes. (bukti transfer harap dibawa saat registrasi)
Konfirmasi via sms dengan mengetik Peserta/Pembicara, Nama Lengkap denganGelar, Tanggal dan Jam Transfer ke drg. Harsini, M. S. 0817 9424 780
5/24/2018 Buku Program Ceril
9/58
8
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
KUMPULAN ABSTRAK
5/24/2018 Buku Program Ceril
10/58
9
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
-Pembicara Utama-
5/24/2018 Buku Program Ceril
11/58
10
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
TINJAUAN OPDENTPADA PASIEN LANSIA
drg. Tri Endro Untara, M. Kes., Sp. KGBagian Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK
RESTORASI GIGI PADA PASIEN USIA LANJUT
R. Tri Endra Untara*
* Bagian Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gdjah Mada
ABSTRAK
Seiring perkembangan ilmu kesehatan dan teknik informasi yang semakin canggih
sangat berpengaruh terhadap pengetahuan dan derajat kesehatan masyarakat. Tingkat
kesehatan gigi dan mulut juga akan semakin baik sehingga pada usia lanjut tidak jarang
dijumpai masih didapatkannya banyak gigi asli yang bertahan dan berfungsi di dalam
mulut. Hal ini memerlukan perhatian khusus dan strategi perawatan gigi yang agak
berbeda dibanding pasien usia lebih muda. Alasan terkait hal tersebut diantaranya adalah
bahwa pada pasien usia lanjut produksi saliva, yang pada keadaan normal berperan
sebagai buffer, pembersih dan anti bakteri, telah berkurang. Dengan bertambahnya usia
email akan berwarna gelap dentin akan menjadi rapuh pada akar gigi yang disebut
translucent dentin. Rongga pulpa menyempit sehingga sulit diidentifikasi dan terkadang
terjadi hipersementosis atau menyatunya tulang dengan akar gigi. Volume pulpa
berkurang, bahkan pada usia 75 tahun ruang pulpa dapat menghilang secara total. Atrisi
menjadikan rasa ngilu pada gigi yang disebabkan email yang terkelupas. Selain itu pada
pasien usia lanjut cenderung memerlukan penanganan lebih cepat karena ketahanan fisik
yang sudah menurun. Teknik pendekatan emosional khusus, kecepatan kerja operator ,
teknik dan pemilihan bahan restorasi yang tepat diperlukan dalam merestorasi gigi pasien
usia lanjut.
Kata kunci : restorasi gigi, usia lanjut
5/24/2018 Buku Program Ceril
12/58
11
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
MANIFESTASI PENYAKIT DALAM RONGGA MULUT
PADA PASIEN USIA LANJUT
Oleh
dr. Probosuseno, SpPD, K-Ger, FINASIM
SMF Geriatri RSUP Dr Sardjito/ Sub Bag Geriatri Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UGM Yogyakarta
Disajikan Pada Seminar CERIL FKG UGM (Ceramah IlmiahFakultas Kedokteran Gigi UGM)
Di Gedung Margono Soeradji FKG UGM, Sabtu 7 Desember 2013
PENDAHULUAN
Alhamdulillah dengan kemajuan dibidang ilmu kedokteran, farmasi, dll telah banyak
berperan dalam memperpanjang harapan hidup manusia, dengan bukti makin banyak jumlah dan
proporsi lanjut usia (lansia) di seluruh dunia terutama di negara yang sedang berkembang. World
Health Organization (WHO), pada tahun 1998 menyatakan ada 390 juta penduduk berusia lebih
dari 65 tahun, dan diperkirakan meningkat dua kalinya pada tahun 2025. Di beberapa negara
berkembang terutama Amerika Latin dan Asia, diperkirakan terjadi peningkatan populasi lansia
sampai 300% pada tahun 2025. Pada tahun 2050 diperkirakan terdapat 2 milyar penduduk berusia
lebih dari 60 tahun, dan sebanyak 80% tinggal di negara yang sedang berkembang (Petersen &
Yamamoto, 2005; WHO, 2007). Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan penduduklansia sebesar 414% dalam jangka waktu 35 tahun (1990-2025). Pada tahun 2020 diperkirakan
jumlah lansia mencapai 25,5 juta jiwa. Peningkatan populasi lansia akan diikuti oleh peningkatan
prevalensi penyakit sistemik serta perubahan yang amat besar dan cepat dalam kesehatan oral.
Menua dan masalah umumnya
Problem yang paling banyak dijumpai pada usia lanjut yaitu 1. Immobility (tak dapat
bergerak, dengan akibat misalnya dekubitus), 2. Instability (mudah jatuh/Roboh, dengan akibat
misalnya patah tulang), 3. Incontinence (tak terkendali baik berak dan ataupun kencing), 4.
Intelectual Impairment (dementia). 5. Infection (mudah kena infeksi), 6. Irritable colon (Impaction/
berak sulit), 7. Isolation (terkucil = depresi), 8. Inanition (malnutrisi), 9. Impecunity (miskin), 10.
Iatrogenesis (gangguan akibat pemberian suatu obat yang ditujukan untuk mengobati suatu
penyakit), 11. Insomnia, 12. Immunodeficiency (daya tahan tubuh lemah), 13. Impotence, 14.
Impairment of vision, hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity.
5/24/2018 Buku Program Ceril
13/58
12
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
Penyakit pada lansia beragam, karena merupakan akumulasi penyakit yang bersifat kronis
yang disandang (dibawa) sejak masa pra lansia. Macamnya antara lain Kelompok penyakit
reumatik, hipertensi, sakit mag, DM, bronchitis, kanker, stroke, sakit jantung koroner, gigi ompong,
makan terganggu karena slilit dll. Peningkatan populasi lansia akan diikuti oleh peningkatan
prevalensi penyakit sistemik serta perubahan yang amat besar dan cepat dalam kesehatan oral.
Dengan meningkatnya usia, kerentanan terhadap penyakit kronik dan penyakit yang mengancamjiwa seperti infeksi akut meningkat, yang diperberat oleh sistem imun yang menurun. Dampak
negatif penyakit dan kondisi oral yang buruk cukup bermakna karena bisa menyebabkan
disabilitas, mortalitas dan penurunan kualitas hidup lansia, sehingga merupakan problem
kesehatan masyarakat yang penting. Penampilan penyakit pada lansia sering tidak jelas, kronik,
banyak bersifat endogen, tersembunyi, multipel, progresif, tidak memberikan kekebalan bahkan
justru lebih rentan terhadap penyakit, menyebabkan cacat lama sebelum terjadinya kematian . .
Rongga mulut, Proses Menua & Masalahnya
Bertambahnya usia seseorang akan terjadi beberapa perubahan berbagai organ luar dan
dalam, juga kejiwaannya, baik suka atau terpaksa (yang lebih berkonotasi kemunduran), sejalan
dengan itu terjadi peningkatan kerentanan terhadap penyakit. Penyandang penyakit kronik lebih
berpotensi mengalami kematian dini (jika tidak dikendalikan secara serius), dan semua ini
seringkali berkait dengan pola makan yang melibatkan mulut (kavitas oral). Seseorang yang
memiliki gangguan fisik atau fungsional atau yang secara medis rentan/lemah mempunyai risiko
yang lebih tinggi terhadap penyakit oral, begitu pula sebaliknya. Peran rongga mulut sangat penting
dalam nutrisi, berbicara, dan estetika penampilan wajah. Kavitas oral mempunyai dua fungsi
esensial dalam fisiologis manusia yaitu memberikan kemampuan berbicara dan memulai proses
penelanan makanan. Masing-masing fungsi tersebut dipengaruhi oleh abnormalitas dalam rongga
mulut (Baum & Ship, 1994; Casamassimo, 2007). Sejumlah perubahan sesuai umur mempengaruhi
struktur orofasial yang secara klinis penting dalam pengobatan dan perawatan kesehatan oral pada
lansia.
1. Tulang rahang & sendi rahang (temporomandibuler) Kepadatan tulang rahang atas dan
bawah menurun sekitar 20% pada usia 45 90 tahun, lebih rapuh akibat osteoporosis (Baum &
Ship, 1994; Wibisono, 1999; Drummond et al., 1994; Holm-Pedersen & Le, 1996).
2. Gigi & Periodontonum Gigi terdiri dari beberapa komponen mineralisasi (email, dentin,
sementum) dan nonmineralisasi (pulpa), yang disangga oleh ligamen periodontal dan tulang
5/24/2018 Buku Program Ceril
14/58
13
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
alveolar. Pada lansia jaringan penyangga gigi mengalami kemunduran sehingga gigi goyang dan
mudah tanggal. Secara makroskopik, gigi mengalami perubahan dalam bentuk dan warnanya
3. Otot, Lapisan mukosa rongga mulut , Lidah dan Kelenjar ludah massa otot mengalami
penurunan sampai kurang lebih 33% pada seseorang usia 80 tahun. Penurunan kurang lebih40% dijumpai pada otot rahang, maseter dan pterigoid medial, sehingga terjadi penurunan
kekuatan dan efisiensi dalam mengunyah makanan, gerakan yang tidak terkontrol dari bibir,
lidah dan rahang. Lapisan mukosa atrofi menjadi lebih tipis, halus, dan lebih kering, hilangnya
elastisitas dan melambatnya proses penyembuhan. Lidah sering atrofi papil lidah dan
terjadinya fisura-fisura, akibatnya terjadi perubahan persepsi terhadap pengecapan. Lidah
biasanya membesar akibat hilangnya sebagian besar gigi.
4. Gangguan kesehatan gilutdapat membatasi interaksi sosial, kepercayaan diri, dan penampilan
diri serta mempunyai efek dramatis terhadap kualitas hidup. Pada populasi termasuk lansia,
gigi tanggal dan karies dental digunakan sebagai ukuran status kesehatan oral.
a. Gigi ompong jumlah lansia Indonesia yang berusia 65 tahun atau lebih dengan gigi
ompong sebanyak 24%. Edentulisme sangat berhubungan dengan status sosial ekonomi. Lansia
tanpa gigi cenderung menghindari makanan berserat dan memilih yang kaya lemak jenuh dan
kolesterol
b. Problem berkaitan dengan pemakaian gigi tiruan Pemakaian dental prostese dapat
memperbaiki defisiensi mengunyah memperbaiki nutrisi, fungsi bicara dan kesehatan
penderita. Stomatitis dapat terjadi akibat gigi tiruan, prevalensi stomatitis dilaporkan sebesar
11 67% pada pemakai gigi tiruan komplit. Kejadian stomatitis akibat gigi tiruan berkorelasi
kuat dengan kebersihan gigi atau banyaknya plak gigi.
c. Karies dental koronal dan akar Hampir sepertiga lansia berusia 65 tahun atau lebih
mempunyai karies dental koronal dan akar yang tidak diterapi.
d. Penyakit periodontal Prevalensi penyakit periodontal (gingivitis, periodontitis)
meningkat dengan usia, dari 6% pada usia 25-34 tahun menjadi 41% diantara lansia 65 tahun
atau lebih.
e. Nyeri orafasial7% lansia mengalami nyeri gigi minimal 2 kali selama 6 bulan,l meliputi
neuralgia trigeminal, neuralgiapostherpetika, sakit kepala, dan arteritis.
5/24/2018 Buku Program Ceril
15/58
14
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
f. Xerostomia30% pada populasi 65 tahun atau lebih. Penyebabnya: penyakit, umur, atau
penggunaan obat-obatan. Obat paling sering antidepresan trisiklik, antipsikotik, antikolinergik,
beta bloker, antihistamin, antispasmodik saluran kemih, diuretik, bronkodilator, agen
gastrointestinal, dan agen anti-Parkinsons disease, dll (pasien hipertensi, psikiatrik, problem
saluran kemih, dan perokok).
g. Prekanker dan kanker daerah gilut jumlah meningkat secara progresif seiring umur.
Penggunaan tembakau dan konsumsi alkohol adalah faktor risiko terpenting dari kanker oral
dan lesi premalignan termasuk leukoplakia. Asupan buah-buahan, sayur-sayuran merupakan
faktor protektif karena tingginya kandungan karotenoid dan vitamin C.
h. Nutrisi gigi tanggal, prostese yang tidak sesuai, nyeri orofasial akibat infeksi, trauma,
karies, penyakit periodontal, disfungsi kelenjar saliva, mempengaruhi asupan makanan dan
cairan.
Kesehatan Gilut dan Kesehatan Umum
Terdapat hubungan antara kesehatan oral dengan kesehatan umum (menurut Surgeon
Generals Report). Faktor utama yang menentukan kesehatan gilut & kesehatan umum adalah a)
biologi individual dan genetik; b) faktor lingkungan baik aspek fisik dan sosial ekonomi;c)
kebiasaan personal dan gaya hidup; d) mudah tidaknya mendapatkan layanan kesehatan;e)
organisasi perawatan kesehatan.
1. Kondisi gilut mempengaruhi kesehatan sistemik Kavitas oral merupakan jalan masukuntuk infeksi mikrobial yang dapat mempengaruhi status kesehatan general. Golongan
lansia immunocompromised dan lansia yang berada di panti jompo mempunyai risiko yang
lebih tinggi terhadap morbiditas umum. Yang tersering mempengaruhi kesehatan sistemik
dan status nutrisi adalah karies dental. Banyak penelitian menunjukkan hubungan antara
penyakit periodontal dengan penyakit sistemik seperti artritis rematik, intoleransi glukosa
(diabetes), penyakit kardiovaskuler, pneumonia dan infeksi pulmoner, stroke iskemik, dan
penyakit arterial perifer.
5/24/2018 Buku Program Ceril
16/58
15
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
2. Infeksi gilut dan infeksi paru (pneumonia aspirasi) 48% dari seluruh infeksi padalansia. Sumber infeksi berasal dari plak gigiyg terakumulasi pada gigi dan gigi tiruan yang
tidak bersih.
3. Penyakit periodontal dan diabetes ada hubungan langsung dua arah.4. Infeksi gilut dengan penyakit jantung dan stroke bakteri memasuki darah saat
jaringan yang sakit menjadi lebih rapuh selama proses pengunyahan, menggosok gigi, atau
prosedur dental. Bakteriemia ini menyebabkan efek kardiovaskuler sistemik.
5. Penyakit sistemik &atau efek samping pengobatan risiko penyakit gilut seperti: mulutkering mempengaruhi sensasi rasa dan bau. Banyak pengobatan untuk mengatasi kondisi
sistemik (hipertensi, diabetes melitus, osteoartritis, dll) yang dapat mempengaruhi kavitas
oral dan fungsinya. Polifarmasi memperburuk pengaruhnya terhadap kesehatan dan
perawatan gilut
6. Kesehatan Gilut dan Kualitas Hidup Terdapat bukti bahwa kesehatan oral yang baikberperan terhadap peningkatan kualitas hidup lansia. Jumlah gigi mempunyai pengaruh
khusus terhadap kualitas hidup. Terdapat hubungan penting antara retensi gigi dengan
kualitas hidup; jumlah gigi natural yang lebih banyak memberikan kualitas hidup yang lebih
baik. Lebih dari 40 % lansia dengan gigi tiruan merasa malu karena lamanya waktu makan,
sehingga cenderung menghindari makan bersama dengan orang lain, dan menyebabkan
isolasi sosial.
7. Beberapa kondisi sistemik dan pengobatan penyakit yang bermanifestasi oral Pembesaran gingiva dapat disebabkan beberapa penyakit sistemik antara lain multiple
myeloma, sarkoma Kaposi, Wegeners granulomatosis. Chrons disease, leukemia, anemaia
aplastik, defisiensi vitamin C, efek samping obat fenitoin, calsium antagonis (nifedipin, dkk).
Ulcus oral dapat disebabkan syndroma Behcet, penyakit Lupus, Wegwnwrs
granulomatosis, HIV, leukemia, anemia, penyakit Crohn, sifilis, virus herpes, tbc, obat
(allopurinol, alendronat, captopril, carbamazepin, clarithromycin, diclofenac, indometasin,
interferon, ketorolac, losartan, naproxen, phenylbutazone, phenytoin, KCl, vancomycin).
5/24/2018 Buku Program Ceril
17/58
16
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
Kondisi sistemik Penyebab Manifestasi oralGangguan koagulasi Terapi antikoagulan
Kemoterapi, Sirosis hatiPenyakit renal
Peningkatan risiko perdarahan
Imunosupresi Sirosis alkoholikKemoterapi, DiabetesPengobatan (steroid, agen
imunosupresif), Terapitransplantasi organPenyakit renal
Infeksi mikrobial
Sekuele radiasi Radiasi kepala dan leher Disfungsi saliva, Mukositis, Peningkatan risiko kariesDisfagia, Disgesia, Kesulitan mengunyahInfeksi mikrobial, Retensi gigi tiruan
Kategori obat Obat Problem oralAnalgesik Aspirin
NSAIDBarbiturat, kodein
Perdarahan, eritema multiformisPerdarahanEritema multiformis
Antibiotik SemuaEritromisin
Penisilin
Kandidiasis oralReaksi hipersensitif, stomatitis vesikuloulseratif
Antikoagulan Semua PerdarahanAntihipertensi Semua CCB, ACE inhibitor,
Diuretik thiazide, Captopril,diazoxide
Disfungsi saliva, Pembesaran ginggivaStomatitis vesikuloulseratif, pemfigus vulgarisReaksi likhenoid mukosa, Gangguan citarasa
Antiparkinson Semua Disfungsi salivaAnsiolitik Benzodiazepine Disfungsi salivaVasodilator Nitrogliserin patch Gangguan citarasaPsikoterapetik Semua Glutethimide,
meprobomat, FenotiazinDisfungsi saliva, Eritema multiformisPigmentasi oral, diskinesia tardive
Kortikosteroid Semua Kandidiasis oral, infeksi viral oral berulangOftalmik Pilokarpin Xerostomia
8. Beberapa hal yang terbukti bermanfaat:1. Sikat gigi tetap harus dilakukan meski sedang sakit berbaring (dibantu keluarga,
naikkan kepala, diganjal dengan bantak, dll), pemilihan bulu sikat yang medium(tidak terlalu kasar). Hati-hati pada pasien menjalani kemoterapi (jangansampai terjadi luka pada jaringan lunak saat menyikat gigi).
2. Penggunaan fluor efektif mencegah/memperlambat perkembangan kariesdentis.
3. Berkumur dengan cairan klorheksidin cenderung menurunkan inflamasiginggiva, deeppocketdan kejadian stomatitis akibat gigi tiruan.
4. Obat kumur yang mengandung alkohol tidak direkomendasikan pada lansiadengan xerostomia (akan semakin memperkering) dan yang punya riwayatkanker oral.
5. Obat kumur antiginggivitis/anti plak oral dapat digunakan sebagai tambahanpada lansia yang mengalami kesulitan dalam melakukanflossingdan gosok gigi
6. Sikat gigi lebih efektif dalam perawatan oral harian. Sikat gigi dengan bulu yanglembut direkomendasikan karena kurang abrasif terhadap jaringan ginggiva dan
5/24/2018 Buku Program Ceril
18/58
17
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
gigi. Sikat gigi elektrik sama efektifnya dengan sikat manual, dandirekomendasikan jika pasien mempunyai kesulitan dengan koordinasi tangan.
7. Dental floss mungkin sulit dipakai oleh lansia, pembersih interdental elektrikbisa digunakan.
8. Lansia pemakai gigi tiruan, terdapat sikat gigi khusus dan produk pembersih gigitiruan.
9. Lanjut usia disarankan untuk tidak tidur dengan menggunakan gigi tiruan, dangigi tiruan harus direndam dalam air atau cairan pembersih semalaman. Jika gigitiruan tidak sesuai, atau jika terdapat daerah kemerahan di bawah gigi tiruan,pasien harus segera mengunjungi dokter gigi
10.Kesehatan oral pada lansia yang tinggal di panti perawatan biasanya sangatburuk, dan pembersihan plak yang tidak adekuat memegang peranan terhadapluaran kesehatan oral yang buruk pada populasi ini. Membersihkan plak danmencuci gigi tiruan secara teratur setiap hari, secara dramatis akanmemperbaiki status kesehatan oral pada pasien.
11.Promosi kesehatan masyarakat meliputi: penghentian pemakaian tembakau danpromosi program kesehatan oral yang lain; kolaborasi dokter dan praktisidental; pelatihan untuk pengenalan tanda dan gejala umum kondisi oral yangmemerlukan rujukan ke dokter gigi; dan kerjasama pemberi pelayanankesehatan medik dan oral dengan pembuat kebijakan politik.
5/24/2018 Buku Program Ceril
19/58
18
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
-Presentasi Oral-
5/24/2018 Buku Program Ceril
20/58
19
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
PERAWATAN CROSSBITEPOSTERIOR UNILATERAL
MENGGUNAKAN ALAT ORTODONTIK CEKAT TEKNIK BEGG
(LAPORAN KASUS)
Aditya Gungga K. *; Sri Suparwitri**; Soekarsono H. *** Program Studi Ortodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis FakultasKedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada
** Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK
Latar belakang:Crossbite merupakan kondisi dimana satu gigi atau lebih mengalamimalposisi ke arah bukal atau lingual atau labial terhadap gigi antagonisnya. Crossbite dapatterjadi pada gigi anterior maupunposterior. Crossbite posterior dapat terjadi sebagai akibatkurangnya koordinasi dimensi lateral antara lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah.
Crossbite posterior dapat terjadi secara bilateral atau 2 sisi maupun unilateral atau 1 sisi.Crossbite posterior unilateral dapat terjadi karena banyak penyebab diantaranya adanyamalposisi gigi ke lingual pada gigi rahang atas, adanya kebiasaan buruk seperti bertopangdagu satu sisi dan adanya pengaruh deviasi mandibula ketika menutup mulut.Tujuan: Tujuan artikel ini adalah menyajikan perawatan ortodontik crossbite posteriorunilateral dengan teknik Begg.Kasus dan Penanganannya: Pasien perempuan umur 19 tahun mengeluhkan gigi-gigidepan serta belakang atas dan bawah berjejal dan tidak nyaman untuk mengunyahmakanan. Diagnosis kasus adalah maloklusi Angle klas I, hubungan skeletal klas I denganprotrusif bimaksilar, protrusive bidental, crowding gigi anterior atas dan bawah, crowdinggigi posterior atas kiri ,edge to edge bite pada beberapa gigi anterior,crossbite antara gigi 22
dan 32, crossbite posterior unilateral pada sisi kanan, pergeseran rahang bawah ke arahkiri, serta pergeseran midline gigi rahang bawah dan rahang atas ke arah kiri. Pasiendirawat menggunakan alat cekat teknik Begg. Koreksi crossbite dilakukan dengan ekspansi1 sisi pada rahang atas kanan serta dengan menggunakan bantuan cross elastic untukmenarik gigi posterior bawah yang berada di luar lengkung.Kesimpulan: Setelah perawatan selama 11 bulan, crossbite posterior pada sisi kananterkoreksi.
Kata kunci :Crossbite posterior unilateral, teknik Begg
5/24/2018 Buku Program Ceril
21/58
20
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
PERAWATAN ORTODONTIK PADA CROWDINGBERAT DISERTAI
PALATAL BITEDENGAN MULTILOOP EDGEWISE ARCHWIRE
(MEAW)
(LAPORAN KASUS)
Nolista Indah Rasyid*, Prihandini Iman** Heryumani**
*Program Studi Ortodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis,Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
**Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
ABSTRAK
Latar belakang : Mekanisme perawatan dengan MEAW efisien dalam melakukan koreksimaloklusi berat dengan defleksi tekanan yang sangat rendah.Tujuan : evaluasi perawatan crowding berat disertaipalatal bitemenggunakan multiloop
edgewise archwire.Kasus : Laki laki 15 tahun dengan maloklusi Angle kelas I tipe 1,4, skeletal kelas I denganbimaksilari retrusif disertai bidental protrusif. Crowding berat pada regio anterior danposterior sertapalatal bitepada gigi 12, 11, 21, 22 terhadap 42, 41, 31, 32, scissor bitepadagigi 15 terhadap 45, overjet 6,21 mm dan overbite 6,04 mm. Bentuk lengkung gigi padarahang atas parabola asimetri sedang pada rahang bawah omega asimetri. Lengkung gigiregio posterior mengalami kontraksi lateral dan lengkung gigi kearah anterior mengalamiprotraksi.Perawatan : menggunakan alat cekat teknik Edgewise dengan multiloop pada regioanterior dan posterior disertai pencabutan empat gigi premolar pertama.Kesimpulan : Hasil perawatan setelah 6 bulan menunjukkan crowding, palatal bite, danscissor bite terkoreksi. Overjet menjadi 4,20 mm dan overbite 3,90 mm. Bentuk lengkungpada rahang atas dan rahang bawah menjadi parabola simetris. Jarak intermolar rahangatas bertambah sebesar 2,11 mm dan rahang bawah bertambah sebesar 1,22 mm.
Kata kunci : Crowding, MEAW
5/24/2018 Buku Program Ceril
22/58
21
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
PENGGUNAAN MYOFUNGSIONAL BIONATOR PADA KASUS
MALOKLUSI ANGLE KLAS II DIVISI 1 YANG DISERTAI
DISKREPANSI RAHANG
(LAPORAN KASUS)
Ragil Irawan*; Sri Suparwitri**; Soekarsono Hardjono**
*Program Studi Ortodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi SpesialisFakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada
** Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK
Latar belakang: Maloklusi Angle klas II divisi 1 mempunyai ciri tonjol mesio bukal molarpertama atas beroklusi dengan interdental premolar kedua dan molar pertama bawah,jarak gigi yang besar, lengkung gigi sempit dan profil cembung. Bionator pertama kalidiperkenalkan oleh Balter dan merupakan alat ortodontik myofungsional yang digunakanuntuk merawat diskrepansi rahang.Tujuan: menyajikan kemajuan kasus maloklusi Angle Klas II divisi 1 disertai diskrepansirahang menggunakan alat myofungsional bionator.Kasus dan penanganannya: Perempuan berusia 13 tahun mengeluhkan gigi depan atasmaju. Diagnosis pasien maloklusi Angle klas II divisi 1, hubungan skeletal klas II denganprotrusive maksila dan retrusif mandibula, protrusive incisivus atas disertai palatal bite,cross biteposterior, jarak gigit 11 mm, tumpang gigit 5,25 mm, SNA 84, SNB 76. Pasiendirawat menggunakan alat myofungsional bionator. Satu tahun setelah perawatan, jarakgigit berkurang menjadi 6,25 mm dan SNB 78.Kesimpulan: Alat myofungsional bionator efektif untuk merawat maloklusi Angle Klas IIdivisi 1 yang disertai diskrepansi rahang.
Kata kunci: maloklusi Angle Klas II divisi 1, Bionator
5/24/2018 Buku Program Ceril
23/58
22
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
PERAWTAN MALOKLUSI KLAS II DIVISI 1 DENTOSKELETAL
DISERTAI RETRUSI MANDIBULA DENGAN ALAT FUNGSIONAL
BIONATOR
(LAPORAN KASUS)
Afini Putri Luthfianty*, Sri Suparwitri**, Soekarsono**
*Program Studi Ortodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, FakultasKedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
**Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
ABSTRAK
Latar belakang: Maloklusi klas II divisi 1 dentoskeletal disertai dengan retrusi mandibuladan lengkung rahang yang sempit dapat terjadi akibat dari faktor keturunan dandiperparah oleh kebiasaan buruk. Kondisi maloklusi tersebut ditandai dengan adanya
palatal bite dan overjet yang besar. Perawatan maloklusi klas II divisi 1 pada masapertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan dengan menggunakan alat ortodontikfungsional, salah satunya adalah Bionator. Pemilihan bionator bertujuan untuk menuntunrahang bawah untuk bergerak ke posisi yang diinginkan dan memperlebar lengkungrahang.Tujuan: Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah menyajikan hasil kemajuanperawatan maloklusi klas II divisi 1 dengan menggunakan alat ortodontik fungsionalBionator.Kasus dan penanganannya: Pasien perempuan berumur 12 tahun mengeluhkan gigidepan atas maju sehingga mengganggu penampilan. Diagnosa kasus adalah maloklusi klas
II divisi 1 dentoskeletal disertai dengan retrusi mandibula, bidental protrusif,palatal bite,kontraksi lengkung rahang dan malposisi gigi individual. Pasien dirawat denganmenggunakan alat ortodontik fungsional Bionator.Kesimpulan: perawatan setelah tiga bulan, secara klinis terlihat profil pasien terkoreksi,overjet berkurang, palatal bite hilang, dan openbiteposterior.
Kata kunci: Maloklusi klas II divisi 1 dentoskeletal, Bionator
5/24/2018 Buku Program Ceril
24/58
23
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
GIGITAN TERBUKA ANTEROPOSTERIOR TIPE SKELETAL
(LAPORAN KASUS)
Vega Mandala*, Wayan Ardhana**, Christnawati**
*Program Studi Ortodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, FakultasKedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada
**Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK
Gigitan terbuka merupakan maloklusi pada bidang vertikal yang bercirikan tidakterdapatnya tutup menutup gigi rahang atas dan bawah. Maloklusi ini dapat terjadi padaregio anterior maupun posterior dan dapat melibatkan dental maupun skeletal. Tujuanpenulisan laporan kasus ini adalah untuk menginformasikan manajemen pasien dengangigitan terbuka tipe skeletal. Pasien pria berumur 19 tahun datang ke Klinik Ortodontik
FKG UGM dengan keluhan utama gigi depan yang tidak rata dan tidak dapat digunakanuntuk menggigit. Pemeriksaan klinis menunjukkan pasien memiliki kebiasaan menelandengan menjulurkan lidah. Pemeriksaan model studi menunjukkan maloklusi Angle kelas Idengan gigitan terbuka anterior dari regio premolar kedua kanan ke kiri sebesar 10,7 mmdisertai malposisi gigi individual dan pergeseran garis tengah rahang bawah ke kiri.Pemeriksaan sefalometri menunjukkan relasi skeletal kelas II dengan retrusif bimaksila,rotasi mandibula searah jarum jam dan gigitan terbuka skeletal. Pasien menolak tindakanbedah ortognatik sehingga dilakukan perawatan ortodontik kamuflase. Perawatan diawalidengan latihan miofungsional untuk melatih cara penelanan yang benar dilanjutkandengan perawatan ortodontik teknik straightwire dengan pencabutan empat gigi molarpertama. Penutupan gigitan terbuka menggunakan elastic box anterior. Hasil evaluasi
menunjukkan pengurangan besar gigitan terbuka dari 10,7 mm menjadi 1,25 mm.
Kata kunci:gigitan terbuka skeletal, pencabutan empat gigi molar pertama, straightwire
5/24/2018 Buku Program Ceril
25/58
24
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
PERAWATAN MALOKLUSI PADA PASIEN LABIOPALATOSCHISIS
DENGAN ALAT ORTODONTIK LEPASAN
(LAPORAN KASUS)
Emi Murniyanti*, Soekarsono**, Sri Suparwitri***Program Studi Ortodonsia Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Gadjah Mada**Bagian Orthoonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK
Labiopalatoschisis merupakan kelainan kongenital pada wajah dimana palatum tidakberkembang secara normal selama masa kehamilan, mengakibatkan terbukanya (cleft)
palatum yang tidak menyatu sampai ke daerah cavitas nasalis, sehingga terdapat hubunganantara rongga hidung dan mulut. Pasca perawatan bedah untuk koreksi kelainan bibir dan
palatum, pasien memerlukan perawatan ortodontik.Tujuan Perawatan: mengoreksi maloklusi.Kasus: pasien perempuan umur 9 tahun mengalami maloklusi Angle klas III denganhubungan skeletal klas III disertai crowdinggigi anterior rahang bawah.Perawatan: menggunakan alat ortodontik lepasan : plat aktif dilengkapi skrup ekspansirahang atas, dan plat aktif dengan finger spring pada rahang bawah.Kesimpulan: Perawatan maloklusi pada pasien palatoschisis masih berjalan danpemakaian alat ortodontik lepasan menunjukkan adanya perbaikan, berkurangnyacrowding gigi anterior rahang bawah dan bertambahnya jarak anteroposterior rahangatas/ tinggi lengkung 2,1 mm.
Kata kunci:palatoschisis,maloklusi, alat ortodontik lepasan
5/24/2018 Buku Program Ceril
26/58
25
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU
PEMELIHARAAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT DENGAN
STATUS KESEHATAN PERIODONTAL
PRA LANSIA
Culia Rahayu1, Sri Widiati2, Niken Widyanti2
1 Politeknik Kesehatan Tasikmalaya2 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK
Proses penuaan merupakan salah satu faktor sistemik yang mempengaruhi respon tubuhterhadap terjadinya penyakit periodontal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuihubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku pemeliharaan kebersihan gigi danmulut dengan status kesehatan periodontal pra lansia.
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental, dengan rancangan cross sectional.Subjek penelitian berjumlah 225 orang pra lansia dari 9 Posbindu di Kecamatan IndihiangTasikmalaya, yang diambil dengan cara purposive sampling. Variabel pengaruh adalah :pengetahuan, sikap, dan perilaku pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut. Variabelpengetahuan diukur menggunakan kuesioner tertutup dengan pilihan jawaban benar atausalah. Variabel sikap dan perilaku diukur menggunakan kuesioner dibuat menurut skalaLikert. Kuesioner telah diuji validitas (koefisien korelasi 0,30) dan uji reliabilitas (alphacronbach> 0,60). Variabel terpengaruh adalah status kesehatan periodontal yang diukurmenggunakan indeks CPITN. Analisa data menggunakan analisis korelasi dan regresiberganda.Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, sikap danperilaku pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut mempunyai pengaruh signifikanterhadap status kesehatan periodontal (F = 30,681 dan p = 0,001), dan memberikankontribusi pengaruh sebesar 29,4% (R = 0,294) terhadap status kesehatan periodontal.Perilaku pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut memberikan kontribusi pengaruh palingbesar terhadap status kesehatan periodontal yaitu sebesar 6,9%.Kesimpulan : Semakin baik pengetahuan, sikap dan perilaku pemeliharaan kebersihan gigidan mulut, semakin baik status kesehatan periodontal pra lansia; Perilaku pemeliharaankebersihan gigi dan mulut memberikan kontribusi pengaruh paling besar terhadap statuskesehatan periodontal pra lansia.
Kata kunci :pengetahuan, sikap, perilaku, status kesehatan periodontal, pra lansia
5/24/2018 Buku Program Ceril
27/58
26
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
FACTORS AFFECTING ORAL AND DENTAL HYGIENE
MAINTAINING BEHAVIOUR OF THE PREGNANT WOMEN IN
PUBLIC HEALTH CENTRE KUPANG REGENCY
(A study in Baumata Public Health Center Kupang Regency)
Applonia1 ,Bambang Priyono2, Niken Widyanti2
1. Health Polytechnics, Kupang2. Faculty of Dentistry, Gadjah Mada University
ABSTRACT
During pregnancy, womans oral cavity becomes inflamed easily due to hormonal changesso that gingiva become sensitive if the oral hygiene is not well maintained. The purpose ofthis study was to examine the factors which influence the behavior of the teeth and mouthmaintenance and cleanliness of a pregnant woman at Public Health Centre of Kupang
Regency.An observational analytical research with cross sectional design was conducted on 97pregnant women as the subject research. The research instrument included questionermade with Likert scale in order to measure variables of Attitude and oral and dentalhygiene maintaining behavior of the pregnant women. Questionnaire with two options(true and false) was used to measure the variables of knowledge. Meanwhile, multiplechoice questionnaire was used to measure the variable of betel chewing habit. The validityand reliability of the questionnaire was tested. The data were analyzed using the multipleregression analysis at the significant rate of (p
5/24/2018 Buku Program Ceril
28/58
27
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
EFEK PEMBERIAN EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe barbadensis
Miller) PADA SOKET GIGI TERHADAP KEPADATAN SERABUT
KOLAGEN PASCA EKSTRAKSI GIGI MARMUT (Cavia porcellus)
Fatma Yuza*, Ivan Arie Wahyudi**, Sri Larnani***Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada**Bagian Biomedika Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK
Tindakan ekstraksi gigi menyebabkan terjadinya luka pada jaringan. Cedera pada ekstraksigigi melibatkan proses penyembuhan luka pada jaringan. Salah satu tahap penting dariproses penyembuhan luka pasca esktraksi gigi adalah terbentuknya serabut kolagen. Lidahbuaya (Aloe barbadensis Miller) mengandung saponin, vitamin C dan acemannan yangdiduga membantu proses pembentukan serabut kolagen. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh ekstrak lidah buaya terhadap kepadatan serabut kolagen padaproses penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi marmut (Cavia porcellus).Dua puluh tujuh ekor marmut dibagi ke dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.Kelompok perlakuan terdiri dari kelompok ekstrak lidah buaya 45% dan ekstrak lidahbuaya 90%. Ekstrak lidah buaya sebanyak 0,05ml diteteskan kedalam soket gigi marmutpasca ekstraksi gigi pada kelompok perlakuan. Soket gigi marmut kelompok kontrol tidakdiberi aplikasi zat aktif apapun. Tiga ekor subjek dari masing-masing kelompokdikorbankan pada hari ke-3, 7, dan 14 setelah ekstraksi gigi. Preparat histologis kepadatankolagen soket gigi marmut diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran400x. Analisis data dilakukan dengan meggunakan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkandengan uji Post Hoc menggunakan uji Mann-Whitney untuk membandingkan kepadatan
kolagen antar kelompok pasca ekstraksi gigi marmut.Hasil uji statistik antar kelompok menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya 90%berpengaruh pada pembentukan serabut kolagen jika dibandingkan dengan kelompokkontrol (p
5/24/2018 Buku Program Ceril
29/58
28
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
LAMA PERENDAMAN DAN JENIS MINUMAN BERALKOHOL BIR
DAN TUAK TERHADAP KEKERASAN EMAIL GIGI MANUSIA (in
vitro)
Malida Magista*, Archadian Nuryanti**, Ivan Arie Wahyudi***Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Univeristas Gadjah Mada**Bagian Biomedika Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK
Erosi gigi merupakan hilangnya lapisan email gigi karena asam. Jenis asam, pH rendah,serta kandungan kalsium, fosfat, dan fluoride pada bir dan tuak diduga merupakan faktorkimiawi penyebab erosi gigi. Tujuan peneltian ini untuk mengetahuipengaruh lamaperendaman dan jenis minuman beralkohol bir dan tuak terhadap kekerasan email gigimanusia (in vitro).
Bir dan tuak diukur kandungan pH, kalsium, dan fosfor. Uji kekerasan email gigi dilakukanmenggunakan Micro Vickers Hardness Tester. Pengujian kekerasan awal email gigidilakukan sebelum perendaman gigi. Perendaman gigi premolar pertama atas pada bir dantuak dilakukan selama 10 detik, 50 detik, dan 250 detik perhari dengan penyimpanansubjek penelitian pada saliva buatan. Uji kekerasan akhir email gigi dilakukan setelahperlakuan selama 30 hari. Nilai perubahan kekerasan email gigi merupakan selisih nilaikekerasan akhir dan nilai kekerasan awal email gigi.Data dianalisis menggunakan uji ANAVA dua jalur dilanjutkan dengan uji LSD. Hasil analisisANAVA menujukkan jenis minuman tidak berpengaruh bermakna terhadap kekerasanemail gigi (p>0,05), sedangkan lama perendaman berpengaruh bermakna terhadapkekerasan email gigi (p
5/24/2018 Buku Program Ceril
30/58
29
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
PENURUNAN INFILTRASI SEL NEUTROFIL PADA TIKUS YANG
DIINDUKSI PERIODONTITISSETELAH PEMBERIAN
EKSTRAKETANOLIKKULIT MANGGIS
Rendra Chriestedy Prasetya1
, Nunuk Purwanti2
, Tetiana Haniastuti2
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember1
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada2
ABSTRAK
Periodontitis adalah inflamasi kronis yang disebabkan oleh bakteri periodontopatogen.Pada periodontitis terjadi peningkatan infiltrasi neutrofil yang berfungsi untukmemfagositosis bakteri yang menginfiltrasi jaringan gingiva. Kulit manggis mempunyaibahan aktif yaitu xantone yang mempunyai efek antiinflamasi dengan jalan menghambatsintesis PGE2 yang akan menurunkan infiltrasi sel inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui infiltrasi sel neutrofil pada periodontitis setelah pemberian ekstrak etanolikkulit manggis. Tikus wistar jantan sebanyak empat puluh delapan ekor diinduksiperiodontitis dengan ligasi pada daerah subgingiva gigi anterior rahang bawah selama 7hari. Setelah hari ke-7, ligasi dilepas selanjutnya tikus dibagi menjadi 4 kelompokperlakuan yaitu ekstrak kulit manggis 30 mg/kg BB dan 60 mg/kg BB, ibuprofen dansaline. Tikus dikorbankan pada hari ke-1, 3, 5 dan 7 setelah perlakuan. Jaringan padabagian anterior rahang bawah ditanam dalam paraffin dan dilakukan pemotongan serialkemudian diwarnai dengan hematoxylin eosin. Jumlah neutrofil dihitung di bawahmikroskop dengan perbesaran 400x. Data jumlah neutrofil dianalisa dengan Two Way
Anova. Hasil Two Way Anovamenunjukkan perbedaan yang bermakna rerata sel neutrofilantar kelompok perlakuan (p
5/24/2018 Buku Program Ceril
31/58
30
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
PREDIKSI RISIKO TERJADINYA KARIES BARU BERDASARKAN
KONSUMSI PEMPEK PADA ANAK USIA 11-12 TAHUN DI
PALEMBANG
(Tinjauan dengan Cariogram)
Marlindayanti1, Sri Widiati2, Al Supartinah2
1Politekhnik Kesehatan Palembang2Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
ABSTRAK
Penyakit rongga mulut yang sering diderita anak adalah karies gigi. Hasil penelitianterdahulu prevalensi karies gigi anak di Palembang sebesar 92,43%. Pempek makanankhas jenis karbohidrat lengket yang dimakan bersama kuahnya (cuko), kebiasaan anak di
Palembang mengkonsumsi pempek lebih dari 2 kali sehari. Frekuensi konsumsikarbohidrat yang sering berakibat karies gigi. Risiko karies gigi perlu diketahui untukmelihat sejauh mana karies baru dapat terjadi. Penelitian ini bertujuan mengetahuiprediksi risiko terjadinya karies baru berdasarkan frekuensi konsumsi pempek diPalembang.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan desain crosssectional. Pengambilan sampel menggunakan tekhnik cluster, subjek penelitian sebanyak305 anak dari 52 SD di Palembang. Pengukuran prediksi risiko karies menggunakancariogram dengan cara mengumpulkan data survei diet frekuensi konsumsi secarakeseluruhan dan frekuensi konsumsi pempek, DMF-T, kapasitas buffer, sekresi saliva, plakskor, program fluor dan penyakit umum.
Hasil penelitian menunjukkan Prediksi risiko karies anak usia 11-12 tahun di Palembang65,72% (kategori tinggi) kontribusi pempek 45,83% dari total konsumsi makankeseluruhan. Peluang menghindari karies sebesar 34,28%. Urutan penyebab risiko kariesadalah kerentanan (31,0%), pola makan (17,36%), bakteri (8,91%) dan keadaan lain yangberpengaruh (5,35%).Kesimpulan penelitian, Prediksi risiko terjadinya karies baru pada anak usia 11-12 tahun diPalembang termasuk kategori tinggi. Pempek menyumbang 45, 83% dari total konsumsikeseluruhan. Urutan prediksi risiko karies anak usia 11-12 tahun di Palembang,kerentanan, pola makan, bakteri dan faktor lain yang berpengaruh.
Kata kunci:Prediksi Risiko Karies, Frekuensi konsumsi Pempek, Usia 11-12 tahun
5/24/2018 Buku Program Ceril
32/58
31
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
EKSPRESI COX-2 DAN JUMLAH NEUTROFIL FASE INFLAMASI
PADA PROSES PENYEMBUHAN LUKA SETELAH PEMBERIAN
SISTEMIK EKSTRAK ETANOLIKROSELA (Hibiscus sabdariffa)(Studi in vivopada tikus Wistar)
Endah Kusumastuti1, Juni Handajani2, Heni Susilowati2
1Fakultas Kedokteran Gigi IIK Bakti Wiyata Kediri2Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
ABSTRAK
Inflamasi merupakan respon alami tubuh terhadap adanya kerusakan jaringan.Penggunaan tanaman secara empiris sering digunakan untuk pengobatan secaratradisional karena mudah ditemukan di masyarakat dan sedikit efek samping. Kandunganflavonoid rosela (Hibiscus sabdariffa) diduga memiliki efek antiinflamasi. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui efek pemberian sistemik ekstrak etanolik rosela terhadapekspresi COX-2 dan jumlah neutrofil fase inflamasi pada proses penyembuhan luka.Tikus putih galur Wistar sebanyak 36 ekor diberi perlukaan dengan punchbiopsi 3 mmpada mukosa bukal. Subjek dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok 12 ekortikus. Pembagian kelompok terdiri dari kontrol negatif (saline), kontrol positif (ibuprofen20 mg/kg BB) dan perlakuan (ekstrak rosela 500 mg/kg BB). Pemberian minum sesuaikelompoknya sehari sekali selama 4 hari. Pada hari ke-1, ke-2, ke-3 dan ke-4 tikusdikorbankan lalu jaringan mukosa yang mengalami perlukaan dibuat preparat histologis.Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) dilakukan untuk mengamati jumlah neutrofil.Ekspresi COX-2 diamati pada preparat dengan pewarnaan imunohistokimia menggunakanrabbitpolyclonalantibody COX-2 (Lab Vision, USA). Jumlah neutrofil dan ekspresi COX-2dihitung dibawah mikroskop cahaya lalu data dianalisi menggunakan ANAVA dan LSD.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspresi COX-2 dan jumlah neutrofil lebih rendahpada kelompok perlakuan dibanding kontrol. Pengamatan klinis pada hari ke-4 jugatampak luka seluruh subjek telah menutup sempurna setelah pemberian minum rosela.Disimpulkan bahwa ekstrak etanolik rosela mempunyai kemampuan menghambat ekspresiCOX-2 dan menurunkan jumlah neutrofil sehingga dapat digunakan sebagai bahanantiinflamasi.
Kata kunci :ekstrak etanolik rosela (Hibiscus sabdariffa), ekspresi COX-2, jumlah neutrofil,penyembuhan luka
5/24/2018 Buku Program Ceril
33/58
32
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
OVERDENTURE DENGAN
PEGANGANTELESCOPIC CROWN
(LAPORAN KASUS)
Pambudi Santoso T* Heriyanti Amalia K. ** M. Th. Esti Tjahjanti***Residen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada** Bagian Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
ABSTRACT
Precision attachments are small interlocking devices to connect abutment or abutmentswith prosthesis which aims to increase retention and/or stabilization. Precisionattachments have wide applications, used in fixed removable bridge, removable partialdentures, overdentures, implant retained overdentures, and maxillofacial prosthesis.Attachment retained overdentures helps in distribution of masticatory forces, minimizestrauma to abutments and soft tissues, attenuate ridge resorption, improves the estheticsand retains proprioception. One type of precision attachment retained overdenture is atelescopic crown. Telescopic dental crown consists of two parts. Primary crowns arecemented over prepped teeth for permanent placement. Secondary crowns attachedto prothesis.A 45 years old female came to Prosthodontic clinic at Prof Soedomo Hospital withmastication and aesthetic problems. She had missing teeth as in 11 12 15 16 17 21 2224 25 26 and 27, which indicated to be made one of removable partial denture. In theupper jaw, the remaining tooth 13 and 14, were fabricated as telescopic crowns combinedwith metal framework denture.Fabrication of telescopic crown began by making of study model with preliminary biterecord. As in preliminary treatment, root canal treatment was done on 13, proceeded withthe cementation of fiber post and rewalling of missing buccal wall. Full crown preparationwas done on 13 and 14, and impression was made with double impression technique.Laboratorium procedures for making the primary crowns, secondary crowns andmetalwork denture base were finished and the primary crowns were cemented on theabutment teeth. Secondary crowns soldered with metalwork denture base were tried in thepatient, bite registration was done, proceeded with impression taking which biteregistration embedded inside of the impression. Artificial teeth were arranged and tried tothe patient, continued with processing and insertion of the denture.Metal framework removable partial denture with telescopic crown is chosen for this case
to improve retention and to preserve the healthy remaining tooth.
Keywords:overdenture, precision atttachment, telescopic crown
5/24/2018 Buku Program Ceril
34/58
33
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
PEMBUATANADHESIVE BRIDGE DENGAN FIBER REINFORCED
COMPOSITE UNTUK PERAWATAN KEHILANGAN DAN
KEGOYAHAN
GIGI ANTERIOR RAHANG BAWAH
(LAPORAN KASUS)
DemmyWijaya*, MurtiIndrastuti**, ErwanSugiatno**
*Program Studi Prostodonsia PPDGS FKG UGM**Bagian Prostodonsia FKG UGM
ABSTRAK
Latar Belakang: Salah satu perawatan kehilangan gigi anterior untuk tujuan estetis adalahdengan adhesive bridge. Fiber Reinforced Composite (FRC) adalah bahan struktural yang
terdiri dari 2 konstituen yang berbeda. Komponen penguat (fiber) memberikan kekuatandan kekakuan, sedangkan matriks (resin komposit) mendukung penguatan. Bahan FRCdapat digunakan untuk pembuatan adhesive bridge dan juga dapat digunakan sebagaistabilisasi gigi yang mengalami kegoyahan. Adanya gigi pendukung yang sehat juga sangatmembantu keberhasilan perawatan ini.Tujuan: laporan kasus ini bertujuan untuk memberikan informasi tentangpenatalaksanaan perawatan kehilangan dan kegoyahan gigi anterior rahang bawahmenggunakan FRC.Kasus: pasien laki-laki berusia 33 tahun datang ke klinik Prostodonsia RSGM Prof.Soedomo ingin dibuatkan gigi tiruan. Pasien kehilangan gigi 31; gigi 32, 41 mengalamikegoyahan derajat 2 disertai resesigingiva. Kondisi tersebut akibat pasca pembuatan gigi
tiruan di tukang gigi. Pasien tidak ingin giginya yang goyah dilakukan pencabutan.Tatalaksana kasus: pembuatan mock-up pontik gigi 31 pada model diagnostik, pembuatanindex dengan mencetak bagian lingual dan 1
3 incisalmenggunakan putty, preparasi gigi
penyangga (gigi 32, 33, 41, 42, 43), pemasanganfiber dengan bantuan index putty,pembentukan bagian labial pontikdengan komposit,finishingdanpolishing.Kesimpulan: Fiber Reinforced Composite dapat dipakai untuk pengelolaan pasien yangmengalami kehilangan dan kegoyahan gigi anterior rahangbawah.
Kata Kunci: Fiber Reinforced Composite, adhesive bridge, stabilisasi
5/24/2018 Buku Program Ceril
35/58
34
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
REHABILITASI PROSTETIK PROTESA JARI
DENGAN BAHAN SILIKONRTVUNTUK MENGEMBALIKAN
BENTUK DAN ESTETIK
(LAPORAN KASUS)
A. A. Ayu Agung Subiantari D*, Endang Wahyuningtyas**, Haryo Mustiko D**
*Program Studi Prostodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, FakultasKedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
**Bagian Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
ABSTRAK
Latar belakang : Tangan memiliki fungsi utama untuk menggenggam dan meraba. Organini dipergunakan untuk sarana komunikasi penting yang menunjukkan bahasa tubuh dan
kontak sosial. Amputasi pada jari atau sebagian jari tangan merupakan kasus yang palingsering dijumpai sebagai bentuk hilangnya sebagian tangan di mana dapat menimbulkandampak buruk secara fisik, psikologis, maupun kerugian secara ekonomi bagi individu.Rehabilitasi prostetik pada amputasi jari menjadi pertimbangan ketika rekonstruksi mikrovaskular merupakan kontraindikasi atau perawatan mengalami kegagalan.Tujuan : Rehabilitasi prostetik pasca amputasi sebagian jari telunjuk kanan denganprotesa jari menggunakan bahan silikon RTVuntuk mengembalikan bentuk dan estetik.Kasus: Pasien laki- laki, 24 tahun datang dengan keluhan kehilangan sebagian jari telunjukkanan. Riwayat trauma disebabkan oleh tangan kanannya tergilas mesin bubut 6 tahunyang lalu.Tatalaksana kasus : Anamnesa, pemeriksaan klinis, dan rehabilitasi prostetik protesa jari
dengan bahan silikon RTV.Kesimpulan : Protesa jari dengan estetik yang baik dapat memberi dukungan psikologisterhadap pasien.
Kata Kunci: rehabilitasi , protesa jari, silikon RTV, estetik
5/24/2018 Buku Program Ceril
36/58
35
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
PENATALAKSANAAN FRAKTUR KOMPLEKS
ZYGOMATIKOMAKSILARIS SINISTRA DENGAN PLAT
OSTEOSINTESIS
(LAPORAN KASUS)
Pedro Bernado*, Prihartiningsih**
*Program Studi Bedah Mulut Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis FKG UGM**Bagian Bedah Mulut FKG UGM
ABSTRAK
Pendahuluan: Wajah terletak pada posisi tubuh manusia yang menonjol sehingga seringrentan mengalami injuri. Bagian prominen di regio zygomatik merupakan daerah yangmenahan benturan yang terberat pada injuri wajah. Tulisan ini melaporkanpentatalaksanaan fraktur kompleks zygomatikomaksilaris sinistra dengan platosteosintesis.Laporan Kasus: Seorang laki-laki 22 tahun dirujuk ke Bagian Bedah Mulut RSUP DrSardjito dengan riwayat kecelakaan lalulintas tiga minggu sebelum masuk RS. Pasienmengeluh daerah pipi kiri terasa tebal dan dirasa lebih datar dari pipi kananPemeriksaan klinis terdapat parestesi nervus infraorbita sinistra, displace tulang daerahinfraorbital rim sinistra, diskontinuitas regio sinus maksilaris sinistra. Rontgen CT axialdan koronal sertaCT Scan 3D tampak fraktur melibatkan infraorbital rimsinistra, fraktursinus maksila sinistra, fraktur pada sutura zygomaticofrontalis dan pada suturazygomatikotemporalis. Open reduction internal fixation (ORIF) frakturkomplekszygomatikomaksilaris dengan plat osteosintesisdidukung dengan pemasangan arch barsebagai alat bantu imobilisasi rahang dilakukan dengan anestesi umum. Pasca operasigejala parestesi berangsur-angsur berkurang, defekinfraorbital rimterkoreksi dan pipi kiritampak prominen. Prognosis kasus ini dubia ad bonam.Simpulan : ORIF dengan plat osteosintesis yang dikombinasi dengan pemasangan arch bardapat mendukung penatalaksanaan pada fraktur komplek zygomatikomaksilaris.
Kata Kunci:plat osteosintesis, parestesiarch bar, fraktur kompleks zygomatikomaksilaris,ORIF
5/24/2018 Buku Program Ceril
37/58
36
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
TWO STEPS DENTAL IMPLANT PADA EDENTULOUS
MOLAR SATU KANAN MANDIBULA
PASKA PENCABUTAN
(LAPORAN KASUS)
Rudy Wijayanto*, Dahlia Herawati**
*Resident of Prostodontia, Faculty of Dentistry UGM**Department of Prostodontia, Faculty of Dentistry UGM
ABSTRACT
Missing teeth in the oral cavity can cause adverse effects such as neighboring teeth tochange position, elongated antagonist tooth, periodontal tissue damage, TMJ disorders,decreased aesthetic , masticatory function and speech disorders, attrition and declining
oral hygiene. Dental implant in a missing tooth can prevent and improve these effect. In thiscase, 53 years old with missing the mandibular right first molar because of the extraction.To treat this case with two steps dental implant placement. The first step was a flap surgeryand placement implant body (fixture) with 12mm lenght and a diameter of 4mm. Thesecond step was flap surgery for instalation abutment and impresions with doubleimpression metrial. Artificial crown implant using Porcelain Fused to Metal and bondedwith resin cement. The success of dental implant placement indicated by the absence ofinflammation in periodontal tissues around dental implants and no movement of theimplant and the crown.
Keywords :edentulouse, dental implant, two steps
5/24/2018 Buku Program Ceril
38/58
37
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
PERAWATAN CROWN LENGHTENING MOLAR DUA KIRI
MANDIBULA PASCA PERAWATAN SALURAN AKAR DISERTAI
FRAKTUR MAHKOTA DISTOBUKAL SETINGGI DENGAN PUNCAK
GINGIVA DILANJUTKAN PEMBUATAN MAHKOTA METAL
DENGAN PENGUAT PASAK UNIMETRIC(LAPORAN KASUS)
Andi Dahniar* Pribadi Santosa**
*Program Studi Konservasi Gigi Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis FKG UGM**Bagian Ilmu Konservasi Gigi FKG UGM
ABSTRAK
Crown lengthening merupakan salah satu prosedur periodontal yang mempunyai ruang
lingkup yang terletak diantara kedokteran gigi restoratif dan kosmetik. Tujuan laporankasus ini untuk menginformasikan hasil perawatan crown lengthening sebagai retensipembuatan restorasi mahkota metal dengan penguat pasak unimtric.Pasien wanita berumur 45 tahun datang ke klinik konservasi adalah untuk menambalkangigi molar kiri mandibula yang sudah dirawat saluran akar sekitar 2 tahun yang lalu. Gigitidak ada mobilitas dan terdapat kavitas di oklusal mencapai distobukal berbatasan dengangingiva. Diagnosis gigi 37 adalah non vital paska perawatan saluran akar disertai frakturmahkota distobukal setinggi puncak gingiva. Gigi 37 dilakukan crown lenghtening yaitumelakukan gingivektomi pada dinding distal dan bukal. Prosedur berikutnya adalahpreparasi dan pemasangan pasak unimetric pada saluran akar mesial dan distal gigi 37.Panjang kerja saluran akar distal gigi 37 adalah 18,5 mm dan mesial adalah 17,5 mm.
Panjang mahkota gigi 37 adalah 3 mm. Pasak unimetric diulasi semen resin (Rely X, 3MESPE)dipasang pada drive dan dimasukkan secara perlahan dalam saluran akar.Pembuatan core dengan resin komposit khusus dan dilakukan preparasi inti untukpembuatan mahkota metal. Dilakukan pencetakan rahang atas dengan irreversibelhydrocollid dan bahan cetak double impression pada rahang bawah. Mahkota metaldisementasi menggunakan semen resin dan dilakukan penyinaran selama 40 detikEvaluasi hasil perawatan yang dilakukan 1 bulan setelah restorasi, tidak ada keluhan rasasakit dan pasien merasa puas karena gigi tersebut tidak kemasukan makanan lagi dannyaman digunakan untuk mengunyah.
Kata kunci: crown lenghtening, fraktur mahkota, pasak unimetric, mahkota metal
5/24/2018 Buku Program Ceril
39/58
38
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
ROOT CANAL RETREATMENT OF MAXILLARY LEFT CENTRAL
INCISOR USING CHLORHEXIDINE
(CASE REPORT)
Andina Novita Sari* dan Tri Endro Untara***Resident of Conservative Dentistry, Faculty of Dentistry, UGM
**Department of Conservative Dentistry, Faculty of Dentistry, UGM
ABSTRACT
Background: Many factors induce failure of endodontic therapy, these include incompletecleaning and shaping root canal and inadequate obturation, and resulting in lack of abilityto remove the microorganisms, which are present and then creates the pathologic state.Infected endodontically root canals generally contain a polymicrobial, predominantlyEnterococcus faecalis. Chlorhexidine has been used in endodontics and proposed as both an
irrigant and intracanal medication. It is active against a wide range microorganisms,including Enterococcus faecalis. Therefore, a mixture of calcium hydroxide an chlorhexidinehas been introduced as an alternative against E. faecalis.Objective:The objective of this case report is to present the success of a root canalretreatment of maxillary left central incisor with acute apical periodontitis using acombination of calcium hydroxide and chlorhexidine as intra-canal medication.Case Management: A 24- year-old female patient was referred for endodontic treatment ofher maxillary left central incisor with acute apical periodontitis. Patient felt pain of hertooth since 4 years ago, and tooth was tenderness to percussion, but palpation and mobilitywere normal. She gave history of trauma to the maxillary left central incisor 6 years backand undergone endodontic therapy. Radiographic examination revealed a lack of hermetic
obturation with periapical radiolucency with diffuse border, enlargement of periodontalligament and un-continuous of lamina dura. Root canal retreatment using combination ofcalcium hydroxide and chlorhexidine as an intra-canal medication, followed by restorationusing fiber post and resin composite restoration repair were conducted. Calcium hydroxidewas used due to its advantages such as: biocompatible, antimicrobial agent because of itshigh pH, and hard tissue stimulation. Chlorhexidine has a bactericidal effect and fungicidalsince chlorhexidine adsorbs onto microbial cell surface, causing a reduction of the surfacecharge.Conclusion: root canal retreatment can succeed through complete re-cleaning and re-shaping of the canal using a combination of calcium hydroxide and chlorhexidine as anintra-canal medication.
Keywords:root canal retreatment, calcium hydroxide, chlorhexidine
5/24/2018 Buku Program Ceril
40/58
39
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
RESTORASI MENGGUNAKAN FIBER REINFORCED
COMPOSITEPADA GIGI PREMOLAR PERTAMA KANAN
MANDIBULA PASCA PERAWATAN SALURAN AKAR
(LAPORAN KASUS)
*Intan Dhamayanti, **Tunjung Nugraheni
* Program Studi Konservasi Gigi Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis FKG UGM**Bagian Konservasi Gigi FKG UGM
ABSTRAK
Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar membutuhkan restorasi yang tepatuntuk mencegah terjadinya fraktur. Restorasi menggunakan fiber reinforced composite(FRC) memiliki resistensi yang tinggi terhadap fraktur dan estetiknya memuaskan. Laporan
kasus ini bertujuan melaporkan restorasi menggunakan FRC pada gigi premolar pertamakanan mandibula pasca perawatan saluran akar. Pada kasus ini, pasien wanita 35 tahun,gigi premolar pertama kanan mandibula mengalami nekrosis pulpa. Untuk mengatasi kasusini dilakukan perawatan saluran akar dengan metode crowndown dan obturasi dengansingle cone. Restorasi menggunakan FRC dibuat sebagai restorasi akhir. Kesimpulanrestorasi menggunakan FRC dapat menjadi pilihan restorasi pada gigi premolar pertamakanan mandibula pasca perawatan saluran akar.
Kata kunci :Fiber Reinforced Composite(FRC), restorasi
5/24/2018 Buku Program Ceril
41/58
40
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
APEXIFICATION BY USING MINERAL TRIOXIDE AGREGATE IN
AN CENTRAL MAXILLARY LEFT INCISOR
(CASE REPORT)
Lisna Mirna Kuntari* Wignyo Hadriyanto***Resident of Conservative Dentistry, Faculty of Dentistry, UGM
**Department of Conservative Dentistry, Faculty of Dentistry, UGM
ABSTRACT
Background : Dental trauma in young permanent tooth is able to cause the loss of pulpvitality, halting radicular growth and open apeks. Mineral Trioxide Agregate (MTA) is oneof the apexification material which is used to induce the formation of calsification barier inthe open apex.Purpose:The aim of this case report was to report the succesful treatment of apex closure
by using MTA in central maxillary left incisor with an open apex as a consequence of dentaltrauma.Case: twenty years old male patient came with his complaint of a bump on the upperincisor gum area. He fell off in a bike accident 10 years ago and got his tooth broken. Thebroken tooth was restored with composite restoration. Clinical examination: There was aclass IV composite restoration in central maxillary left incisor with gumboil. Radiograficexamination revealed tooth with an open apical foramen and periapical radiolucency.Diagnose: The diagnosis taken was non vital tooth with an open apex and a periapicllesion. Case report:Apexification by using MTA.Conclusion: MTA has become material of choice for apexification that offers short durationof treatment as the advantage.
Keyword :Mineral Trioxide Agregat, Apexification, open apex
5/24/2018 Buku Program Ceril
42/58
41
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
INTRACORONAL BLEACHING DENGAN OPALESCENCE ENDO
(ULTRADENT) PADA GIGI INSISIVUS SENTRALIS KIRI ATAS NON
VITAL
(LAPORAN KASUS)
*Maria Santiniaratri, ** Wignyo Hadriyanto
* Program Studi Konservasi Gigi Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis FKG UGM**Bagian Konservasi Gigi FKG UGM
ABSTRAK
Diskolorasi pada gigi anterior merupakan masalah estetik yang dapat menurunkankepercayaan diri pasien bahkan dapat menimbulkan dampak psikologis yang sangat besarbagi penderitanya. Pada kasus ini dilakukan intracoronal bleaching pada gigi insisivussentralis kiri atas non vital dengan menggunakan Opalescence Endo (Ultradent).
Sebelumnya dilakukan perawatan saluran akar ulang pada gigi insisivus sentralis kiri atastersebut menggunakan teknik preparasi step backdengan initial apical file #30 dan masterapical file #45. Pengisian saluran akar dilakukan menggunakan teknik kondensasi lateral.Intracoronal bleaching dilakukan 1 minggu setelah pengisian saluran akar menggunakanOpalescence Endo (Ultradent) dalam kamar pulpa, kemudian kavitas ditutup dengan kapas,RMGIC(Fuji II LC, GC) dan cavit (Ceiviton) sebagai tumpatan sementara double seal. Kapasditinggalkan selama 1 minggu dan dilakukan 2 kali kunjungan karena perubahan warnayang terjadi pada kunjungan pertama belum sesuai dengan warna gigi sebelahnya.Seminggu kemudian setelah aplikasi bahan bahan bleaching yang kedua, gigi ditumpatdengan resin komposit. Warna gigi setelah dilakukan intracoronal bleaching sama dengangigi sebelahnya.Tujuan laporan kasus ini adalah untuk melaporkan bahwa perawatan intracoronalbleaching ini dapat dijadikan suatu alternatif perawatan pada kasus dengan perubahanwarna gigi akibat nekrosis pulpa pada gigi depan.
Kata kunci: intracoronal bleaching, diskolorasi, opalescence endo..
5/24/2018 Buku Program Ceril
43/58
42
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
PERAWATAN SALURAN AKAR DISERTAI RESTORASI MAHKOTA
PENUH PORSELEN FUSI METAL DENGAN PASAK FIBER PADA
GIGI INCISIVUS LATERALIS KIRIMAKSILA NEKROSIS PULPA
DENGAN LESI PERIAPIKAL PADA PASIENDENGAN HIPERTIROID
(LAPORAN KASUS)
Anna Julianti* Yulita Kristianti**
*Program Studi Konservasi Gigi Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis FakultasKedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
*Bagian Konservasi Gigi,Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Penyakit periapikal adalah kelanjutan dari proses inflamasi pulpa
yang disebabkan karena karies atau trauma. Lesi periapikal dapat bertambah buruk jikadipengaruhi oleh penyakit sistemik seperti pada diabetes militus, hipertiroid dll. Katahipertiroid mengacu pada kondisi di mana tubuh banyak memproduksi hormone tiroid,dengan kata lain hormone tiroid terlalu aktif. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguanpada tulang. Jika kelainan periapikal tidak dirawat dengan baik maka akan berlanjutmenjadi abses akut atau kronis, granuloma, kista, dan berhubungan dengan penyakitsistemik yang ada dapat menyebabkan hilangnya tulang. Lesi periapikal dapat dirawatdengan perawatan endodontic konvensional maupun bedah endodontic. Kebanyakandokter gigi memilih pendekatan konvensional karena tingkat keberhasilan dan kebanyakanpasien takut terhadap tindakan operasi. Pendekatan endodontic konvensional denganmenghilangkan pulpa yang terinfeksi tanpa tindakan operasi dapat berhasil dengan baik
dan memiliki prognosis baik.OBYEKTIF: Obyektifitas dari laporan kasus ini adalah menyajikankeberhasilan perawatansaluran akar pada gigi anterior lateral atas dengan lesi periapikal. Pasien menolakperawatan bedah endodontic.PERAWATAN : Perawatan saluran aka pada gigi incisivus atas lateral berhasil denganmenggunakan Calsium hidroksidakarena memiliki kelebihan yaitu biokompatibel terhadapjaringan periapikal, antibakteri kuat karena memiliki pH basa dan kemampuannya untukmenstimulasi mineralisasi pada jaringan keras gigi. CHX memiliki efek bakterisid dalam ujiin vitro memiliki spectrum luas terhadap bakteri gram negative dan positif , khususnya E.Foecallis juga terhadap jamur.KASUS: Pasien perempuan berumur 45 tahun mengidap hipertiroid akan dirawat gigi
incisivus lateral dengan diagnosis karies profunda dengan pulpa terbuka disertai lesiperiapikal.KESIMPULAN :Perawatan saluran akar berhasil dengan dilakukan pengambilan jaringannekrotik disertai pemberian kalsium hidroksid dan CHX sebagai dressing .
Kata kunci:nekrosis pulpa, psa, pasak fiber, PFM, hipertiroid
5/24/2018 Buku Program Ceril
44/58
43
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
PENATALAKSANAAN LESI ENDO-PERIO DENGAN PERAWATAN
ENDODONTIK NON BEDAH
(LAPORAN KASUS)
Irene Sulistio*, Yulita Kristanti***Program Studi Konservasi Gigi, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.** Bagian Ilmu Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Secara anatomis pulpa dan periodontal saling berhubungan. Padakeadaan tertentu bisa terjadi inflamasi di pulpa dan periodontal. Hal ini disebut dengan lesiendodontik-periodontal. Perkembangan dan progresi lesi endo-perio ini dipengaruhi olehfaktor etiologi seperti bakteri, jamur, dan virus serta faktor pendukung seperti trauma,resorpsi akar, perforasi, malformasi gigi. Pada lesi endo-perio diperlukan rencanaperawatan yang tepat agar prognosis perawatan dari gigi tersebut dapat baik.TUJUAN: Artikel ini melaporkan kasus lesi endo-perio yang berhasil setelah manajemenendodontik tanpa dilakukan pembedahan.KASUS : Seorang pasien laki laki berusia 21 tahun datang ke RSGM dengan keluhan gigibelakang kiri bawah sakit. Gigi tersebut pernah ditumpat 1 tahun yang lalu. Pada gambaranradiograf terdapat lesi radiolusen luas pada tulang alveolar sekitar akar distal.PENANGANAN KASUS: Dilakukan perawatan endodontik dengan pergantian bahandressing kalsium hidroksida sebanyak 3 kali dan Pada kontrol bulan kedua terlihat terjadipenulangan pada bagian lesi periodontal tersebut dan pasien tidak mengeluhkan rasa sakit.KESIMPULAN: Lesi Endodontik Periodontal dapat dirawat dengan perawatan endodonticnon bedah.
Kata Kunci:Lesi Endodontik-Periodontal, Endodontik Non Bedah, Nekrosis Pulpa
5/24/2018 Buku Program Ceril
45/58
44
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
PERAWATAN MALOKLUSI ANGLE KLAS IIII DISERTAI
UNILATERAL CROSS BITEDAN OPEN BITEANTERIOR DENGAN
TEKNIK BEGG
(LAPORAN KASUS)
Agus Suprapto* Kuswahyuning** Dyah Karunia**
*Program Studi Ortodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis,Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
**Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Abstrak
Pasien dengan maloklusi Angle Klas III biasanya memiliki pola skeletal klas III yang dapatdisertai cross bite, open bite anterior, berdesakan anterior atas dan bawah. Tahap
perawatan ortodontik teknik Begg adalah tahap 1:general alignmentdan retraksi anterior,tahap 2: space closing, tahap 3: koreksi interdigitasi dan inklinasi gigi. Laporan kasus inimelaporkan perawatan ortodontik teknik Begg pada pasien usia 24 tahun denganmaloklusi Angle Klas III , pola skeletal Klas III ( SNA; 83 SNB; 84 ANB: -1 ) disertaiunilateral cross bite (regio 45), open biteanterior (12 dan 22), berdesakan anterior atas danbawah,overjet: 0 mm, over bite: 0 mm, profil muka protrusif. Pencarian ruang: pencabutangigi 15, 25, 34, dan 44. General alignment: menggunakan archwire 0,014 disertai vertikallup. Elastik intermaksilar klas III untuk retraksi gigi anterior bawah, dilanjutkan retraksianterior atas dengan elastik intermaksilar klas II. Space closing: menggunakan elastikintermaksilar dan intramaksilar, perbaikan inklinasi gigi denganpalatal root torquedan uprigting spring.
Hasil:crowding anterior,open biteanterior (12 dan 22) dan unilateral crossbite (regio 45)terkoreksi, overjet: 2 mm, overbite: 2 mm. Profil pasien tampak lebih baik. Pasien masihdalam perawatan ortodontik tahap perbaikan inklinasi gigi dan interdigitasi.Simpulan: perawatan maloklusi Angle Klas III disertai unilateral crossbite dan open bitedengan teknik Begg menunjukkan hasil yang memuaskan.
Kata kunci: Class III Maoloclusion, Begg Appliance and Technique
5/24/2018 Buku Program Ceril
46/58
45
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
PERAWATAN MALOKLUSI ANGLE KLAS II DIVISI 2 DISERTAI
LUKSASI DERAJAT 2 GIGI ANTERIOR MANDIBULA AKIBAT
TRAUMATIK OKLUSI PADA KASUS CROWDINGANTERIOR :
Perawatan Dengan Alat Cekat Teknik Begg
(LAPORAN KASUS)
Taufik Nur Alamsyah*, Chrisnawati**, Wayan Ardhana**
* Program Studi Ortodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis FakultasKedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada
** Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK
Latar Belakang: Salah satu perawatan gigi yang mengalami kegoyahan akibat traumatik
oklusi dapat dilakukan dengan perawatan ortodontik guna memperbaiki susunan gigi yangberjejal. Penegakan diagnosis dan pemilihan rencana perawatan sangat perlu dilakukanagar jalannya perawatan dapat berjalan dengan baik.Tujuan: Melaporkan hasil perawatan menggunakan alat cekat teknik Begg pada kasusmaloklusi Angle klas II divisi 2 yang disertai dengan luksasi gigi anterior mandibula dancrowdinganterior rahang atas dan rahang bawah.Laporan Kasus dan Perawatan: Wanita berumur 19 tahun dengan diagnosa kasus adalahmaloklusi Angle klas II divisi 2, hubungan skeletal klas II disertai bimaksiler retrusif,bidental protrusif, crowding anterior rahang atas dan bawah dan beberapa malposisi gigiindividual pada kedua rahang disertai luksasi derajat 2 gigi insisivus sentralis kiri bawah.Keluhan kegoyahan gigi dirasakan pasien sejak usia SD. Gigi geraham pertama rahang
bawah kanan dan kiri telah dicabut beberapa tahun yang lalu karena berlubang besar.Pencabutan premolar kedua rahang atas sisi kanan dan kiri dilakukan untuk mencapaitujuan perawatan. Perawatan aktif di mulai pada bulan September 2012 menggunakan alatcekat teknik Begg. Retraksi anterior dilakukan pada rahang atas sebesar 2,0 mm danrahang bawah sebesar 0,5 mm.Hasil: Observasi pada hasil akhir perawatan, pemeriksaan secara obyektif terlihatkegoyahan gigi telah berkurang dan keadaan ginggiva membaik, traumatik oklusi telahhilang, susunan gigi geligi malposisi dan malrelasi telah terkoreksi. Pada pemeriksaan studimodel diperoleh hasil bahwa overjet akhir 2,0 mm, overbite 3,0 mm, interdigitasi baik, danmedian line rahang atas dan rahang bawah segaris. Perawatan ortodontik pasien saat inisedang dalam tahap penutupan ruang (mesialisasi posterior).
Kesimpulan: Perawatan gigi yang mengalami luksasi derajat 2 pada satu gigi insisivussentralis rahang bawah pada kasus maloklusi Angle klas II divisi 2 dengan crowdinganterior rahang atas dan bawah yang dilakukan perawatan ortodontik dengan alat cekatteknik Begg memberikan hasil perawatan yang cukup memuaskan.Kata Kunci: Maloklusi Angle Klas II divisi 2, luksasi gigi derajat 2, crowdinganterior, alatcekat teknik Begg
5/24/2018 Buku Program Ceril
47/58
46
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
A CAMOUFLAGE TREATMENT OF DENTOSKELETAL CLASS III
MALOCCLUSIONIN ADULT USING BEGG TECHNIQUE
(CASE REPORT)
Dwi Agustina*, Soekarsono Hardjono**, dan Sri Suparwitri***Resident of Orthodontic, Faculty of Dentistry UGM**Department of Orthodontic Faculty of DentistryUGM
ABSTRACT
Background : Class III malocclusion can be defined as a skeletal facial deformitycharacterized by a forward mandibular position with respect to the cranial base and or themaxilla. There are three main treatment options for dentoskeletal class III malocclusion :growth modification, orthodontic camouflage and orthognatic surgery.Purpose : The article presented a case of an adult patient with dentoskeletal class III
malocclusion treated with orthodontic camouflage treatment with Begg technique.Case :a male patient, 16 years old, diagnosis malocclusion Angle class III, skeletal class IIIwith crowding anterior teeth maxilla and mandibular.Treatment: using the fixed appliance, Begg technique, with the extraction of secondpremolars maxilla and first premolars mandibular. The appliance is completed withintermaxillary class III elastics.Conclution : The results for 10 months of this treatment indicated that orthodonticcamouflage can be considered an effective therapy for corection of dentoskeletal class IIImalocclusion.
Keywords: Dentoskeletal class III malocclusion, Begg Technique, orthodontic camouflage.
5/24/2018 Buku Program Ceril
48/58
47
CERIL FKG UGM
Sabtu, 7 Desember 2013
PENCABUTAN GIGI INSISIVUS MANDIBULA PADA PERAWATAN
MALOKLUSI ANGLE KLAS I YANG DISERTAI DENGAN
SPACINGANTERIOR MAKSILA :
PERAWATAN ALAT CEKAT DENGAN TEKNIK BEGG(LAPORAN KASUS)
Shella Indri Novianty*, Wayan Ardhana**, Chrisnawati**
* Program Studi Ortodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis FakultasKedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada
** Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK
Latar Belakang: Pencabutan gigi insisivus rahang bawah merupakan salah satu cara yang
digunakan dalam pencarian ruang pada perawatan ortodontik. Seleksi kasus yang ketatharus dilakukan sebelum menentukan pencabutan gigi tersebut, agar mendapatkan hasilperawatan yang baik.Tujuan: Melaporkan hasil perawatan menggunakan alat cekat teknik Begg pada kasusmaloklusi Angle klas I yang disertai dengan spacing anterior rahang atas dan pencabutansatu gigi insisivus sentralis rahang bawah.Laporan Kasus dan Perawatan: Wanita berumur 47 tahun dengan diagnosa kasus adalahmaloklusi Angle klas I, skeletal klas I disertai protrusif bimaksiler, bidental protrusif,spacinganterior rahang atas, crowdinganterior rahang bawah dan beberapa malposisi gigiindividual pada kedua rahang. Frenektomi pada frenulum labialis superior dan pencabutaninsisivus sentralis kiri rahang bawah dilakukan untuk mencapai tujuan perawatan.
Perawatan aktif dimulai pada bulan September 2012 menggunakan alat cekat teknik Beggdan berakhir pada bulan September 2013. Retraksi anterior dilakukan pada rahang atassebesar 5,0 mm dan rahang bawah sebesar 2,5 mm.Hasil : Observasi pada hasil akhir perawatan terlihat ada perubahan yang baik pada profil,susunan gigi geligi dan analisis sefalometri. Pada pemeriksaan studi model diperoleh hasilbahwa overjet akhir 3,5 mm, overbite 3,0 mm, interdigitasi baik, dan median line rahangatas dan rahang bawah tidak segarisKesimpulan: Pencabutan satu gigi insisivus sentralis rahang bawah pada kasus maloklusiAngle klas I dengan spacing anterior rahang atas dan dilakukan perawatan dengan alatcekat teknik Begg, memberikan has