IHSG pada perdagangan kemarin (10/2) kembali melemah pada penutupan perda-
gangan. Indeks berakhir terkoreksi 0,76% ke level 4.732. Total transaksi mencapai
Rp 4,49 triliun dengan net sell asing sebesar Rp 133,23 miliar. Tujuh sektor mele-
mah dipimpin oleh sektor barang konsumsi (-1,64%), manufaktur (-1,14%), dan
keuangan (-0,94%). Sedangkan hanya tiga sektor yang menguat antara lain kon-
struksi (+0,48%), aneka industri (+0,27%), dan infrastruktur (+0,04%). Saham-
saham top losers LQ45 antara lain: HMSP (-3,76%), MYRX (-3,61%), dan LPPF (-
3,43%). Sementara itu, top gainers LQ45 antara lain: WSKT (+4,80%), MPPA
(+3,59%), dan SMRA (+2,01%).
Di sisi lain, Bursa Asia tergelincir di tengah gejolak pasar global, dengan bursa sa-
ham Jepang memperpanjang penurunannya ke level terendah sejak Oktober 2014.
Selain itu, bursa saham Australia jatuh ke pasar bearish. Indeks MSCI Asia Pacific
tergelincir 1,4 % menjadi 116,49 pukul 04:13 waktu Tokyo.
Dari dalam negeri, pemerintah menghimpun pinjaman senilai US$ 150 juta untuk
membiayai program pembangunan infrastruktur. Pinjaman tersebut rencananya
akan digunakan untuk membiayai perencanaan proyek infrastruktur, seperti pem-
buatan studi kelaikan dan melakukan analisis mengenai dampak lingkungan.
Wall Street ditutup variatif. DJIA (-0,62%) dan S&P 500 (-0,02%) melanjutkan pele-
mahan selama 4 hari berturut turut sedangkan NASDAQ menguat(+0,35%). Yellen
telah memberikan pernyataannya terkait dengan kebijakan bank sentral. Jika eko-
nomi AS kembali menunjukkan tanda-tanda pelemahan, The Fed akan kembali
mempertimbangkan kebijakannya dalam menaikkan suku bunga acuan.
Dari regional, bursa Hong Kong dan China masih libur. Nikkei 225 ditutup melemah
(-2,31%).
IHSG Fluktuatif, Cenderung Menguat Terbatas (Range : 4,710-4,765). IHSG kembali ditutup melemah pada perdagangan kemarin berada di level 4,732. Indeks tampak mencoba untuk bertahan di atas support level terdekat di 4,725. Hal terse-but memberikan peluang bagi indeks untuk mengalami rebound menuju resistance level 4,765. Namun stochastic yang menunjukkan bearish crossover berpotensi membawa indeks terkoreksi. Hari ini diperkirakan indeks kembali fluktuatif den-gan kecenderungan menguat terbatas.
Daily Info
www.megaonlinetrading.com
11 February 2016
3
Today’s Info
INDR Akan Bangun Pemintalan Benang PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR) membangun pabrik pemintalan
benang di Subang, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, dalam waktu tujuh bulan.
INDR menginvestasikan 40 juta dolar AS atau Rp556 miliar untuk memban-gun pabrik hulu tekstil tersebut.
Pabrik di Subang yang merupakan pabrik ke sembilan yang dibangun di In-donesia. Pembangunan pabrik juga dilakukan di sejumlah negara seperti Vietnam, Turki, Uzbekistan dan Myanmar.
Dengan kapasitas produksi mencapai 10.800 metrik ton per tahun, INDR memproyeksikan pendapatan per tahun mencapai 40 juta dolar AS. Produk yang akan dihasilkan dari pabrik tersebut adalah benang pintal dengan ke-butuhan tenaga kerja 270 orang.
INDR menggunakan teknologi baru dengan 40.000 mata pintal di setiap mesinnya sehingga barang langsung dari bahan baku sampai keluar tidak perlu banyak tenaga manusia. Sumber:Iqplus.info
PTPP Belanja Modal Rp2,8 Triliun PT PP (Persero) Tbk (PTPP) mengalokasikan dana belanja modal sebesar
Rp2,8 triliun, meningkat dari realisasi capex tahun 2015 Rp 1,8 triliun. Dana capex ini akan dialokasikan perseroan untuk melakukan investasi di
bidang konstruksi yang merupakan core bisnisnya. Adapun dana tersebut akan diperoleh melalui kombinasi dana kas internal
perusahaan serta dana dari aksi korporasi melalui pasar modal seperti menerbitkan MTN senilai Rp500 miliar melalui anak usaha. Sum-ber:Iqplus.info
BFIN Akan Menggalang Dana Rp5 Triliun PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) akan menggalang dana senilai Rp 5
triliun tahun ini untuk mendukung target pembiayaan tahun ini sebesar Rp 11 triliun.
Penggalangan dana ditargetkan melalui obligasi sebanyak Rp 2 triliun dan pinjaman bank senilai Rp 3 triliun. Pendanaan tahap pertama dengan mener-bitkan obligasi sebesar Rp 1 triliun pada akhir Februari tahun ini.
Awalnya, perseroan telah menawarkan obligasi sebesar Rp 500 miliar. Jum-lah obligasi yang diterbitkan diputuskan untuk dinaikkan menjadi Rp 1 tril-iun, seiring lonjakan permintaan dari investor. BFI Finance memutuskan menerbitkan seluruh sisa penawaran umum berkelanjutan (PUB) obligasi sebesar Rp 1 triliun.
Setelah perseroan menuntaskan sisa penerbitan obligasi tersebut, BFI Fi-nance bakal kembali mengajukan PUB obligasi selanjutnya sebesar Rp 3–4 triliun.
Nantinya perseroan bakal menyesuaikan total dana PUB obligasi selanjut-nya, sesuai dengan strategi perseroan dan kondisi market. Namun, BFI Fi-nance bakal menerbitkan obligasi sebesar Rp 1 triliun pada semester II ta-hun ini.
Tahun ini, perseroan menargetkan pembiayaan sebesar Rp 11 triliun, tum-buh sekitar 8% dari realisasi pembiayaan tahun lalu sekitar Rp 10 triliun. BFI Finance masih akan fokus pembiayaan di sektor mobil bekas. Sum-ber:Investor.co.id
-17% pada tahun ini. Hal itu akan didorong dari kontrak proyek jasa kon-struksi yang digarap tahun ini.
MTRA membukukan pendapatan sekitar Rp 286 miliar sepanjang tahun 2015 lalu. Tahun ini, MTRA berharap dapat meraih pendapatan sekitar Rp 325 miliar hingga Rp 335 miliar.
MTRA merupakan perusahaan jasa konstruksi yang fokus pada konstruksi baja. Bisman mengatakan, pada tahun ini perseroan tengah menjajaki proyek di luar negeri seperti di Vietnam, Kamboja, dan Myanmar.
MTRA menganggarkan belanja modal sebesar Rp 25 miliar hingga Rp 35 mil-iar pada tahun ini khususnya untuk membangun infrastruktur dan bangunan workshop. Dananya sudah didapat dari hasil Initial Public Offering (IPO) se-besar Rp 31,45 miliar.
Dalam IPO, MTRA melepas sebanyak 170 juta saham atau 21,25% dari total modal disetor dan ditempatkan penuh. Pada penutupan perdagangan hari ini, saham MTRA ditutup menguat 15,68% menjadi Rp 214 per saham. Sum-ber: Kontan.co.id
BKSL dan PPRO Bentuk Perusahaan Patungan PT Sentul City Tbk (BKSL) menjalin kerjasama dengan PT PP Properti Tbk
(PPRO) untuk mengembangkan bisnis properti. Kedua emiten properti terse-but telah menandatangani pembentukan perusahaan patungan (Join Ven-ture/JV) pada 5 Februari 2016.
Perusahaan patungan tersebut dibentuk dengan modal dasar Rp 100 miliar. BKSL memiliki porsi mayoritas yakni 51% atau menyetor modal sebesar Rp 51 miliar. Sementara PPRO memegang kepemilikan 49%.
Perusahaan patungan tersebut nantinya akan mengembangkan tiga tower apartemen di kawasan Sentul City. Pemasaran proyek tersebut akan dimulai tahun ini.Sumber: Kontan.co.id
Fitch Berikan Rating B+ untuk SOCI Peringkat rating B+ didukung oleh posisi Soechi Lines sebagai perusahaan
terkemuka di sektor migas dengan hubungan konsumen yang kuat dan track record yang bagus.
Industri pelayaran domestik juga terlindung dari kompetisi pemain asing lewat asas cabotage sehingga menghasilkan posisi permintaan penawaran yang stabil dari sisi harga.
Namun demikian, risiko yang disebabkan armada yang tua dan kecil sempat menekan rating perseroan. Sebagai informasi, rata-rata umur armada Soechi berdasarkan kapasitasnya mencapai 17 tahun. Faktor kunci lain yang men-jadi pertimbangan penilaian Fitch yakni permintaan jasa angkutan yang sta-bil.
Di samping itu, Fitch menilai risiko penurunan kontrak juga rendah kendati klien perseroan didominasi satu perusahaan, yakni PT Pertamina (Persero). Hingga September 2015, sebanyak 53% pendapatan SOCI berasal dari kon-trak yang diberikan Pertamina. Relasi bisnis yang panjang sejak 1981 den-gan Pertamina diyakini akan menghindarkan SOCI dari sejumlah risiko. Sum-ber: Investordaily.com
www.megaonlinetrading.co
Daily Info
www.megaonlinetrading.com
11 February 2016
5
DISCLAIMER This Document is for information only and for the use of the recipient. It is not to be reproduced or copied or made available to others. Under no circumstances is it to be considered as an offer to sell or solicitation to buy any security. Any recom-mendation contained in this report may not be suitable for all investors and strictly a personal view and should not be used as a sole judgment for investment. Moreover, although the information contained herein has been obtained from sources believed to be reliable, its accuracy, completeness and reliability cannot be guaranteed. All rights reserved by PT Mega Capital Indonesia.
