+ All Categories
Home > Health & Medicine > Discussion Notes 6 - Autoimun

Discussion Notes 6 - Autoimun

Date post: 18-Jan-2017
Category:
Upload: catatan-medis
View: 368 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
12
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 60 C5 Immunodefisiensi Didapat Topik : Autoimun Tutor : dr. Ika Puspa Sari, M.Biomed A. Toleransi Imun Ketidak mampuan sistem imun merespon antigen akibat paparan sebelumnya pada antigen tersebut. Sistem imun akan membedakan antigen asing dan antigen diri. Di mana antigen yang menyebabkan proses toleransi disebut tollerogen. Di mana akan terjadi mekanisme toleransi yang dependen dengan idiotypic dan aktivitas T regulator. Berikut mekanisme dari toleransi imun : Jika di sentral akan terjadi mekanisme perubahan reseptor, apoptosis atau membentuk limfosit T regulator karena limfosit belum matur. Tapi jika di perifer akan mengalami anergi, apoptosis, dan supresi. 1. Toleransi Sel Limfosit T Sentral - Terjadi di organ timus - Di mana sel T masih immatur - Akan terjadi seleksi negatif di mana akan terjadi delesi atau mengalami perkembangan menjadi T regulator - Seleksi positif akan terjadi maturasi menjadi CD4 atau CD8 sementara jika seleksi negatif akan mengalami apoptosis atau menjadi sel T regulator - Jika sel T tidak mengenail kompleks MHC-antigen akan terjadi apoptosis - Selain itu, jika sel T terlalu kuat afinitasnya terhadap antigen maka akan dihancurkan tapi jika rendah akan dibentuk menjadi T regulator Gambar 6.1 Mekanisme Toleransi Limfosit
Transcript
Page 1: Discussion Notes 6 - Autoimun

AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 60

C5 Immunodefisiensi Didapat

Topik : Autoimun

Tutor : dr. Ika Puspa Sari, M.Biomed

A. Toleransi Imun

Ketidak mampuan sistem imun merespon antigen akibat

paparan sebelumnya pada antigen tersebut. Sistem imun akan

membedakan antigen asing dan antigen diri. Di mana antigen yang

menyebabkan proses toleransi disebut tollerogen. Di mana akan

terjadi mekanisme toleransi yang dependen dengan idiotypic dan

aktivitas T regulator. Berikut mekanisme dari toleransi imun :

Jika di sentral akan terjadi mekanisme perubahan reseptor,

apoptosis atau membentuk limfosit T regulator karena limfosit

belum matur. Tapi jika di perifer akan mengalami anergi,

apoptosis, dan supresi.

1. Toleransi Sel Limfosit T

Sentral

- Terjadi di organ timus

- Di mana sel T masih immatur

- Akan terjadi seleksi negatif di mana akan terjadi delesi

atau mengalami perkembangan menjadi T regulator

- Seleksi positif akan terjadi maturasi menjadi CD4 atau

CD8 sementara jika seleksi negatif akan mengalami

apoptosis atau menjadi sel T regulator

- Jika sel T tidak mengenail kompleks MHC-antigen akan

terjadi apoptosis

- Selain itu, jika sel T terlalu kuat afinitasnya terhadap

antigen maka akan dihancurkan tapi jika rendah akan

dibentuk menjadi T regulator

Gambar 6.1 Mekanisme Toleransi Limfosit

Page 2: Discussion Notes 6 - Autoimun

AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 61

C5 Immunodefisiensi Didapat

- Antigen dapat berasal dari timus maupun dari luar

timus

- Misal ada antigen dari luar timus maka akan

dipresentasikan oleh AIRE sehingga self-antigen

bertemu dengan sel T immatur sehingga terjadi

mekanisme toleransi

- Namun jika ada kerusakan pada AIRE akan

menyebabkan sel T menjadi matur dan

menghancurkan self-antigen yang padahal dibutuhkan

tubuh menyebabkan terjadinya penyakit

- Contohnya adalah protein pankreatik sehingga

menyebabkan diabetes tipe I (juvenil)

Perifer

- Menyempurnakan toleransi sel T matur

- Di mana akan terjadi beberapa reaksi sesuai dengan

sel T masing-masing :

a) Anergi

Gambar 6.3 Proses Anergi suatu

Sel T1

Gambar 6.2 Mekanisme Toleransi Sel T di Organ

Limfoid Perifer

Page 3: Discussion Notes 6 - Autoimun

AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 62

C5 Immunodefisiensi Didapat

Sel anergi tidak bereaksi terhadap antigen.

Selain itu ada zat yang disebut CTLA-4 yang

merupakan inhibitor CD28 untuk berikatan ke B7

sehingga terjadi ikatan antara sel T helper dengan

sel APC. Selain itu ada juga mekanisme blocking

dan reduksi B7. Jika mekanisme blocking terjadi,

B7 lain masih dapat berikatan ke CD28 namun jika

ada reduksi B7 maka tidak ada B7 yang bisa

berikatan ke CD28.

b) Supresi

Yang berperan adalah sel T regulator. Jika T

regulator berikatan ke antigen akan mengeluarkan

sitokin seperti TGF-beta yang mengaktivasi FoxP3

yang mendorong diferensiasi sel T imatur menjadi

sel T regulator dan menginhibisi respon sel T.

Selain itu juga mengeluarkan IL-2.

Sitokin yang diproduksi akan bersifat

imunosupresif, menurunkan kemampuan APC,

serta konsumsi IL-2 sehingga menurunkan

proliferasi dan diferensiasi sel.

c) Delesi

Akan terjadi apoptosis karena sel T memiliki

afinitas terhadap self-antigen tinggi. Delesi akan

melalui intrinsik (mitokondrial) dan ekstrinsik

(death receptor).

o Reaksi Intrinsik

Sinyal dari sel cedera (defisiensi GF, DNA

damage) Ditangkap oleh sensor Bcl-2 family

Selanjutnya adalah aktivasi efektor Bcl-2

seperti Bax dan Bak untuk memengaruhi

permeabilitas mitokondria

Hasilnya adalah pelepasan sitokrom C yang

menginisiasi kaspase 9 sehingga

mengaktivasi enzim endonuklease dan

menghancurkan sitoskeleton

o Reaksi Ekstrinsik

Gambar 6.4 Mekanisme Supresi Sel T Regulator1

Page 4: Discussion Notes 6 - Autoimun

AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 63

C5 Immunodefisiensi Didapat

Dipicu oleh TNF

TNF berikatan ke reseptor untuk inisiasi

jalur kaspase 8

Terjadi pemicuan BH-3 untuk melepaskan

sitokrom C atau mengaktivasi

endonuklease

Setelah terjadi mekanisme apoptosis, sel yang

diapoptosis harus difagosit dengan pelekatan sel

fagosit ke sel apoptosis yang memiliki penanda di

permukaannya.

Sel T regulator punya fungsi dalam stimulasi idiotype

pada Ig pada permukaan sel B

2. Toleransi Sel Limfosit B

Dapat terjadi di bone marrow di mana akan terjadi apoptosis

bila memiliki afinitas tinggi terhadap self antigen akan

mengalami apoptosis.

Sentral

Sel B belum matur kemudian sel B yang memiliki afinitas

tinggi terhadap self-antigen akan mengalami apoptosis

atau akan mengalami editing reseptor sehingga

terbentuk sel B non-self reactive. Tapi jika afinitasnya

rendah akan dibentuk menjadi sel anergi dengan

mengurangi ekspresi reseptor serta block pensinyalan.

Selanjutnya sel B anergi ini akan diinhibisi oleh inhibitor

receptor di perifer.

Perifer

Sel B sudah matur kemudian sel B yang memiliki afinitas

tinggi terhadap self-antigen akan mengalami apoptosis

Gambar 6.5 Aktivasi Jalur Apoptosis Intrinsik dan

Ekstrinsik1

Gambar 6.6 Toleransi Sel Limfosit B1

Page 5: Discussion Notes 6 - Autoimun

AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 64

C5 Immunodefisiensi Didapat

dan anergi. Jika afinitasnya rendah sel B akan dicegah

beraktivasi oleh inhibtor receptor.

B. Perkembangan Autoimun

Autoimun merupakan kegagalan dalam self-tolerance

sehingga jumlah self reactive T cell meningkat yang padahal

harusnya mengalami negative selection. Faktor yang

menyebabkan autoimun antara lain :

1. Suseptibiltias gen

2. Infeksi atau luka jaringan

3. Pengaruh hormon

4. Perubahan anatomis pada jaringan yang diakibatkan oleh

inflamasi dll

5. Faktor genetik (defek pada HLA, non-HLA, dan single gene)

Berikut beberapa macam penyakit akibat adanya autoimun

karena HLA alel :

Gambar 6.7 Perkembangan Autoimun1

Page 6: Discussion Notes 6 - Autoimun

AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 65

C5 Immunodefisiensi Didapat

Brikut penyakit autoimun akibat non-HLA alel :

Berikut penyakit yang diakibatkan single gene disorders :

Berikut mekanisme dan perkembangan dari autoimun :

Jadi dari gambar diketahui bahwa mikroba mengaktivasi sel

dendritik untuk berikatan ke sel T yang awalnya non-self -reactive

menjadi self-reactive. Selain itu karena protein mikroba cross-

linked dengan self-protein sehingga membuat self protein mirip

protein mikroba. Akhirnya akan dipresentasikan oleh MHC dan

terjadi pengaktivasian self-reactive T cell yang akhirnya

menyebbakan autoimun.

C. Mekanisme dan Tipe Autoantibodi

Autoantibodi merupakan kelompok dari antibodi serum yang

bekerja terhadap struktur fungsional sel yang mampu mengenail

asam nukleat, molekul di inti sel, atau komponen fungsional lain.

Ditemukan dalam penyakit autoimun. Beberapa macam Gambar 6.8 Mekanismel Autoimun1

Page 7: Discussion Notes 6 - Autoimun

AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 66

C5 Immunodefisiensi Didapat

autoantibodi antara lain ANA, dsDNA, SM, U1-RNP, Ribosomal P,

cardiolipin, ANCA, Rheumatoid Factor, PCNA, Ro, La, Jo-1, dan lain-

lain. Berikut mekanismenya :

1. Induksi Kematian Sel Akibat Sitotoksisitas

Dimediasi oleh sistem komplemen

Dimediasi oleh antibodi

Melalui fagositosis oleh sistem fagosit mononuklear

Berikut penjelasan lebih lanjut :

a) Kematian oleh Sistem Komplemen

Autoantibodi berikatan ke antigen membra

Aktivasi jalur klasik

Membentuk MAC (Membrane Attack Complex)

Contoh penyakitnya autoimun anemia hemolitik

b) Kematian yang Dimediasi oleh Antibodi

Kematian oleh ADCC (Antibody dependent cellular

cytotoxicity)

Contohnya penyakitnya adalah SLE

Antigen pada sel akan berikatan ke antibodi yang

menyebabkan antibodi memicu NK cell untuk melakukan

apoptosis kepada sel

Dengan cara pengeluaran perforin atau granzym

c) Fagositosis oleh Sistem Fagosit Mononuklear

Fc reseptor pada makrofag mengenali bagian PRR

(opsonisasi)

Berikatan ke antibodi

Antibodi berikatan ke sel target

Contoh penyakitnya autoimun trombositopenia

2. Autoantibodi Berikatan ke Reseptor Membran Tanpa Lisis Sel

Akan modulasi reseptor permukaan sel

Di mana autoantibodi berikatan pada reseptor asetilkolin

sehingga terjadi reduksi ekspresi reseptor nikotinik.

Menyebabkan penyakit Myasthenia Gravis.

Blokade reseptor permukaan sel

Autoantibodi berikatan ke faktor intrinsik B12 yang

menyebabkan penyakit anemia pernicious.

Stimulasi reseptor

Di mana autoantibodi berikatan ke reseptor TSH dan

aktivasi sel melalui adenilil siklase. Akan terjadi

peningkatan hormon tiroid berlebihan. Penyakit yang

diakibatkan oleh mekanisme ini disebut Grave’s disease.

3. Kerusakan yang Diemdiasi oleh Kompleks Sistem Imun

Akan terjadi pembentukan lokal dari kompleks imun

Selanjutnya akan terjadi deposisi kompleks imun yang

bersirkulasi

Page 8: Discussion Notes 6 - Autoimun

AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 67

C5 Immunodefisiensi Didapat

Sehingga terjadi pembentukan mediator inflamasi

4. Translokasi Antigen Intraseluler ke Membran Sel

Tidak terjadi bantuan MHC

Translokasi melalui cross reaction

Ada antigen yang bentuknya sama namun berbeda tempat

di mana yang satu ada di intrasel dan satu lagi di membran

antigen. Contohnya antiribosomal P protein antibodi

mampu mengenali ribosom.

Translokasi karena injury dan aktivasi

Ada beberapa antibodi yang diproduksi karena antigen

yang mengalami translokasi dan fragmentasi protein.

5. Penetrasi Autoantibodi ke Sel Hidup

Di mana ada ANCA mempenetrasi neutrofil sehingga

menyebabkan apoptosis pada sel yang masih hidup.

6. Autoantibodi Berikatan dengan Molekul Ekstrasel

Contohnya aPL berikatan ke beta-2-glikoprotein sehingga

berikatan dengan platelet. Akhirnya terjadi penghambatan

agregasi platelet. Akibatnya terjadi hemoragik.

D. Patogenesis Penyakit Autoimun

Organ Spesifik

Memengaruhi satu organ saja misalnya diabetes type 1.

Berikut macam-macam penyakit autoimun pada organ

spesifik, antara lain :

1. Diabetes Mellitus Tipe 1

- Abnormalitas imun pada DM 1 akibat kegagalan

toleransi self pada sel T spesifik terhadap antigen di sel

Langerhans pada pankreas

- Sel T berpindah ke pankreas dan berekasi terhadap sel

beta

- Di mana T helper 1 akan sekresi IFN-gamma dan TNF

sementara sel T sitotoksik akan membunuh sel beta

secara langsung

- Sehingga menyebabkan sel tidak memproduksi insulin

2. Sjorgen Syndrome

- Menyerang jaringan lakrimal dan kelenjar saliva

- Terjadi sering pada wanita

- Terjadi inflitrasi limfosit dengan banyak CD4 dan sel

plasma

3. Hashimoto’s Thyroiditis

- Menyerang kelenjar tiroid di mana ada akumulasi

limfosit pada tiroid

- Akan memicu autoimun proses

- Terjadi hypothryroidism sehingga tidak mampu

membuat hormon tiroid

Page 9: Discussion Notes 6 - Autoimun

AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 68

C5 Immunodefisiensi Didapat

4. Multiple Sclerosis

- Gangguan mielinasi pada sistem saraf pusat

- Sehingga akan mengakibatkan penyakit saraf

- Mielin dianggap sebagai antigen sehingga menginisiasi

T helper untuk mengeluarkan sitokin

- Sehingga terjadi autoimun

Non-Organ Spesifik atau Sistemik

Respon imun melawan suatu antigen yang menyerang secara

sistemik. Berikut macam-macam penyakit autoimun pada non-

organ spesifik, antara lain :

1. SLE (Systemic Lupus Erythematosus)

- Penyakit inflamasi kronik yang mengenai kulit, sendi,

ginjal, sel darah, jantung, dan paru-paru

- Akan terjadi nefritis, nekrosis, bercak kupu-kupu,

sensitif terhadap cahaya, edema, dan arthtritis

- Disebabkan oleh faktor genetik (asosiasi keluarga

(pada kembar identik homozigot akan memiliki

prevalensi tinggi), asosiasi HLA (yang terekspresi

adalah HLA-DR2 dan HLA-DR3 di mana jika salah satu

atau keduanya hilang maka tinggi risiko terkena SLE),

serta defisiensi sistem komplemen dan toleransi sel B

- Disebabkan oleh faktor lingkungan antara lain UV,

merokok, hormon seks (wanita lebih rentan), dan obat-

obatan (procainamide dan hidralazine yang memetilasi

DNA untuk ekspresi perkembangan penyakit

autoimun)

2. Rheumatoid Athritis

- Terjadi inflamasi pada sendi sinovial

- Selain itu juga ada inflitrasi sel limfosit T

- Lebih tinggi pada wanita dibanding pria

- Diakibatkan oleh faktor genetik karena ada

polimorfisme pada gen PTPN22 yang mengkode tirosin

fosfatase sehingga terjadi penghambatan aktivasi sel

T dan penurunan gen haplotype HLA-DR4

- Diakibatkan oleh faktor lingkungan dimana terdapa

anti-CCP di darah, radiasi UV dan merokok

- Manifestasinya antara lain adalah :

a) Hiperplasia dan ploriferasi sel sinovial

b) Angiogenesis

c) Meningkatnya aktivitas osteoklas

d) Terbentuknya folikel limfoid di sinovium

3. Myasthenia Gravis

- Terjadi penempelan antibodi pada nikotinik reseptor

- Tidak ada penempelan asetilkolin

- Akibatnya paralisis

4. Systemic Sclerosis

- Terjadi fibrosis pada kulit, GI, dan jaringan lainnya

Page 10: Discussion Notes 6 - Autoimun

AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 69

C5 Immunodefisiensi Didapat

- Ada dua macam yaitu diffuse scleroderma (lebih cepat)

dan limited scleroderma

- Di mana akan ada cedera pada sel endotel di arteri

kecil selanjutnya ada produksi sitokin pada sel T serta

aktivasi sel B

E. Diagnosa Penyakit Autoimun

1. Complete Blood Count (CBC)

Dalam diagnosa penyakit autoimun yang dihitung biasanya

adalah leukosit dan platelet di mana seseorang yang terkena

penyakit imun (SLE misalnya) akan mengalami

trombositopenia dan leukopenia.

2. Immunofluoroscence Assay

Dilakukan dengan mencampur serum pasien di slide kaca

dengan label fluorosens antibodi sekunder yang melawan

antibodi manusia. Digunakan pewarna ini untuk mewarnai

nukleus. Selanjutnya diamati di bawah mikroskop fluorosens.

Bisa melihat beberapa marker autoantibodi seperti ANA (Anti-

Nuclear Antibody) pada penderita SLE.

3. Flow Cytometry

Menembakkan laser ke aliran sel-sel limfosit pada sistem

fluida serta dimonitoring di komputer untuk menghitung

jumlah sel yang telah diberi tanda fluorosens. Berikut

mekanismenya :

4. Identifikasi Penanda Inflamasi

a) Menghitung laju endap darah (Eryhtrocyte Sedimentation

Rate / ESR) di mana jika ada peyakit autoimun akan tinggi

laju endap darah karena kehilangan protein plasma akibat

inflamasi sehingga eritrosit tidak dapat berinteraksi

dengan protein akibatnya terjadi sedimentasi.

b) Kadar C-Reactive Protein (CRP) yang merupakan salah

satu protein fase akut di mana akan tinggi jumlahnya saat

Gambar 6.10 Mekanisme Flow Cytometry3

Gambar 6.9 Hasil

Immunofluoroscence Assay 2

Gambar 6.11 Laju Endap Darah

Page 11: Discussion Notes 6 - Autoimun

AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 70

C5 Immunodefisiensi Didapat

terjadi inflamasi. Tingginya kadar CRP ini juga didukung

oleh Ca2+.

5. ELISA (Enzyme-linked Immunosorbent Assay)

Teknik ini akan membutuhkan ikatan antara antibodi-antigen

di mana antibodi juga berikatan ke enzim. Selanjutnya

diberikan substrat. Hasilnya adalah produk yang memberikan

warna pada mikrotiter. Ada warna yang tidak dapat dilihat

dengan mata telanjang sehingga perlu adanya bantuan

spektofotometer untuk melihat nilai absorbannya. Berikut

skema dari ELISA :

6. Pemeriksaan Komplemen

Dilakukan teknik CH50 di mana mengencerkan larutan

komplemen sampai 50% jika dapat tetap melisiskan sel darah

merah maka aktivitas komplemen masih baik namun jika tidak

maka terjadi kelainan pada sistem komplemen.

F. Penanganan Penyakit Autoimun

1. NSAIDs (Non-steroidial Anti Inflamatory Drugs)

Gambar 6.12 Skema ELISA (Enzyme-linked Immunosorbent

Assay) 4

Gambar 6.13 Mekanisme Obat NSAIDs4

Page 12: Discussion Notes 6 - Autoimun

AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 71

C5 Immunodefisiensi Didapat

Bersifat non-steroid

Digunakan untuk mengganggu metabolisme prostaglandin

sehingga mengurangi inflamasi

Di mana dilakukan dengan mengganggu kerja dari

siklooksigenase

Namun ada efek sampingnya yaitu kerusakan dinding

lambung dan formasi ulcer

2. Glukokortikoid

Fungsinya sama-sama mencegah inflamasi

Namun hanya berbeda jenis dengan NSAID

Berikut mekanismenya :

Daftar Pustaka

1. Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and molecular

immunology. 7th Ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2012.

2. Owen J, Kuby J, Punt J, Stranford S. Immunology. Basingstoke:

Macmillan Higher Education; 2013.

3. Castro C, Gourley M. Diagnostic testing and interpretation of

tests for autoimmunity. Journal of Allergy and Clinical

Immunology. 2010;125(2):S238-S247.

4. Burmester GR, Pezzutto A. Color atlas of immunology. Berlin:

Georg Thieme Verlag; 2003.

Gambar 6.14 Mekanisme Obat Anti-Inflamasi

Glukokortikoid4


Recommended