Jurnal Rekayasa Lingkungan Terbangun Berkelanjutan Vol. 01, No.01, September 2020: 37-42
37
EVALUASI PENGUJIAN GROUND ANCHOR BERDASARKAN SNI 8460:2017, BS 8081:1989, EN 1537:2013, DAN PTI DC35.1-14
EVALUATION OF GROUND ANCHOR TESTING BASED ON
SNI 8460:2017, BS 8081:1989, EN 1537:2013, DAN PTI DC35.1-14
Rafi Nugraha Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jakarta
Email: [email protected]
ABSTRAK
Perkuatan dengan ground anchor dapat bekerja secara optimal, apabila dilakukan beberapa
pengujian terlebih dahulu. Tujuan penelitian ini untuk melakukan interpretasi hasil dari pengujian ground anchor berdasarkan SNI 8460:2017, BS 8081:1989, EN 1537:2013, dan PTI DC35.1-14 serta memberikan solusi terhadap hasil pengujian ground anchor. Pengujian ground anchor terbagi atas dua bagian yaitu pengujian material dan pengujian tarik angkur. Material yang diuji pada ground anchor berupa strand dan grouting. Strand dilakukan uji tarik sedangkan grouting dilakukan uji tekan sama hal nya pada beton. Dalam pengujian angkur tanah tidak semuanya berhasil melainkan ada yang gagal. Angkur tanah dapat dikatakan gagal bila bond length angkur tercabut dan kriteria perpanjangan free length Angkur yang tidak sesuai dengan peraturan yang digunakan. Solusinya dengan mendesain ulang dengan memperpanjang bond length dan memperbesar diameter lubang bor. Kata Kunci: Angkur Tanah; Uji Investigasi; Uji Kesesuaian; Uji Penerimaan
ABSTRACT
Reinforcement with the ground anchor can work optimally, if several tests are done first. The objective of this study is to do interpretation of result from testing ground anchor based on SNI 8460:2017, BS 8081:1989, EN 1537:2013, and PTI DC35.1-14 and provide solution to ground anchor test results. Ground anchor testing is divided into two parts that are material testing and stressing testing anchor. Materials tested on the ground anchor are strands and grouting. Strand is to do a tensile test while grouting is to do a compressive test same with concrete. Stressing testing anchor divided into three parts that are proving test, suitability test and acceptance test. In the testing of ground anchor not all of them succeed test, but some test failed. Ground anchor can be said to fail if the bond length of the anchor is revoked and criteria free length anchor which is not appropriate with the regulation used. The Solution of them are redesign with extended bond length and enlarge the diameter of the drill hole. Keywords: Ground Anchor; Proving Test; Suitability Test; Acceptance Test
A. PENDAHULUAN Sistem pengangkuran adalah suatu sistem
yang berfungsi untuk menyalurkan gaya tarik yang bekerja ke suatu lapisan tanah/batuan. Sistem pengangkuran tersebut dapat menggunakan ground anchor (Badan Standardisasi Nasional, 2017). Ground anchor biasanya digunakan sebagai perkuatan dalam bidang Geotechnic seperti dinding penahan
tanah, basement dan dry dock, stabilitas lereng maupun pada jembatan. Perkuatan dengan ground anchor dapat bekerja secara maksimal, maka harus melalui beberapa pengujian (testing) terlebih dahulu sehingga fungsi dari ground anchor dapat tepat sebagai suatu perkuatan dalam tanah.
Jurnal Rekayasa Lingkungan Terbangun Berkelanjutan Rafi Nugraha
38
Pengujian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan, baik di laboratorium maupun di lapangan. Setiap pengujian yang telah dilakukan akan medapatkan suatu hasil. Hasil dari setiap pengujian, tidak akan mungkin semuanya berhasil melainkan terdapat hasil yang gagal. Pengujian dapat dikatakan berhasil, apabila hasil yang didapatkan sesuai dengan perencanaan sedangkan jika terjadi kegagalan pada suatu pengujian, maka harus di evaluasi faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan tersebut. Pengujian angkur sendiri dilakukan untuk mengetahui seberapa besar gaya maksimum yang dapat di tahan oleh suatu angkur.
Sebelum melakukan pengujian angkur, terlebih dahulu dilakukan pengujian setiap material pada angkur, sehingga diperoleh kekuatan dari setiap komponen material-material yang digunakan pada angkur. Material angkur berupa strand, grouting, dan material pendukung lainnya. Material tersebut harus dilakukan pengujian agar hasil dari angkur yang diperoleh sesuai dengan perencanaan.
B. STUDI PUSTAKA
Ground anchor adalah salah satu dari perkuatan tanah dimana mempunyai suatu sistem sebagai mentransmisikan beban ke tanah. Beban tersebut berupa gaya tarik yang bekerja dari ground anchor kemudian disalurkan ke suatu lapisan tanah. Lapisan tanah tersebut memiliki kekuatannya masing-masing, dimana lapisan tanah tersebut mempunyai jenis tanah berupa tanah kohesif maupun tanah non kohesif.
Bagian ground anchor pada umumnya terdiri dari kepala angkur (anchor head), panjang angkur yang terjepit (fixed anchor length) dan panjang angkur yang tidak terjepit (free ancor length).
Gambar 1 Komponen Ground Anchor
(Sumber:(British Standards Institution, 1989))
Untuk mengetahui kekuatan angkur tanah, diperlukan pengujian material dan pengujian tarik angkur. Berikut perbedaan setiap pengujian pada peraturan yang digunakan.
Tabel 1 Perbedaan Persyaratan Material Berdasarkan Peraturan Ground Anchor
Pengujian material diatas berdasarkan SNI 8480:2017, BS 8081:1989, EN 1537:2013 dan
Jurnal Rekayasa Lingkungan Terbangun Berkelanjutan Rafi Nugraha
39
PTI DC35.1-14. (Sumber: (Badan Standardisasi Nasional, 2017), (British Standards Institution, 1989), (European Committee For Strandardization, 2013), (Dc, Barrows, Maclean, Mccray, & Printz, 2014)).
Tabel 2 Perbedaan Pengujian Ground Anchor
Berdasarkan Beberapa Peraturan
Pengujian ground anchor berdasarkan SNI 8480:2017, BS 8081:1989, EN 1537:2013 dan PTI DC35.1-14.
Apparent free length dapat dihitung berdasarkan kurva perpindahan beban elastis dengan kisaran 80% fpu sampai 5% fpu menggunakan nilai modulus elastisitas dan memungkin adanya efek suhu serta akibat pergerakan lainnya. Analisis harus dilakukan pada kurva load vs displacement, untuk angkur sementara (temporary anchor) berkisar 125% Tw samapai 10% Tw sedangkan untuk angkur permanen (permanent anchor) berkisar 150% Tw sampai 10% Tw.
Apparent tendon free length dihitung dari pengukuran ekstensi tendon Δs seperti dari titik pemasangan tendon ke jack atau dari gabungan acuan titik yang di tentukan ke tendon. Apparent tendon free length dapat dirumuskan:
Lapp= !"$"%&
%'…………………… . (1)
Lapp = Apparent tendon free length At = Luas penampang tendon Et = Modulus elastisitas tendon Δs (Δe) = Elastic extension of the tendon ΔP = Proof load – datum load
Tabel 3 Perbedaan Kriteria Perpanjangan Free
Length Angkur
Jurnal Rekayasa Lingkungan Terbangun Berkelanjutan Rafi Nugraha
40
* external length of tendon dan jack length adalah hal yang sama yaitu panjang dari free length yang di tutupi oleh alat jacking untuk proses stressing strand pada angkur.
Kriteria perpanjangan free length angkur (apparent free length anchor) diatas merupakan kriteria yang harus di penuhi bila angkur dilakukan penarikan. Elastic angkur dilapangan tidak boleh melebihi batas maksimum dan tidak boleh kurang dari batas minimum batas dari apparent free length anchor.
C. METODE PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini, penulis memperoleh data kuantitatif yang berupa angka pasti dari pengujian dilapangan dan melihat proses pengujian ground anchor secara langsung. Penelitian ini, penulis membutuhkan data-data seperti: Data tanah (N-SPT), Data pengujian material dan Data stressing angkur (penarikan angkur).
D. HASIL STUDI
Pengujian material pada pelaksanaan konstruksi sangat penting dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari tiap komponen dari suatu material konstruksi yang digunakan. Apabila material tersebut diuji dan memenuhi syarat-syarat yang di tentukan oleh peraturan yang digunakan, maka material tersebut layak digunakan dalam melakukan suatu konstruksi. Material yang paling penting digunakan dalam ground anchor adalah tendon dan grouting.
Tabel 4 Hasil Pengujian Tendon Proyek Bintaro X
Change 2
Pengujian tendon diatas berhasil karena memenuhi persyaratan berdasarkan SNI 1154:2016 (Sumber: (Badan Standardisasi Nasional, 2016))
Tabel 5 Hasil Pengujian Grout Proyek 57 Promenade - Thamrin
Hasil pengujian grout diatas dinyatakan berhasil karena berdasarkan peraturan yang digunakan, kuat tekan telah melebihi mutu yang di syaratkan.
Tabel 6 Hasil Pengujian Grout Proyek Citraland Tower
Hasil pengujian grout diatas dinyatakan gagal karena berdasarkan peraturan yang digunakan, kuat tekan tidak memenuhi mutu yang di syaratkan. Grout tersebut gagal dikarenakan menggunakan jenis semen Portland Composite Cement (PCC) dan sesuai peraturan jenis semen yang digunakan adakah Ordinary Portland Cement (OPC).
Stressing angkur bertujuan agar mengetahui seberapa kuat angkur tersebut dalam menerima gaya tarik yang telah direncanakan. Dalam melakukan stressing, tendon yang merupakan bagian dari angkur di tarik sesuai beban yang di rencanakan dan terjadi perpindahan (displacement) pada setiap waktu yang telah di tentukan.
Dari hasil stressing tersebut akan menghasilkan suatu grafik hubungan antara load vs displacement. Dari hasil grafik terebut dapat tergambarkan hasil pengujian angkur
Jurnal Rekayasa Lingkungan Terbangun Berkelanjutan Rafi Nugraha
41
yang berhasil maupun tidak berhasil. Berikut hasil pengujian ground anchor baik yang berhasil maupun gagal:
Gambar 2 Grafik Proving Test I Proyek 57
Promenade - Thamrin
Proving test pada Gambar 2 terdiri dari 8 cycle dan dinyatakan berhasil. Δe pada cycle 8 = (140,96 - 42,97) mm = 97,99 mm. Nilai Δe yang diperoleh memenuhi persyaratan batas lower limit dan upper limit setiap peraturan.
Gambar 3 Grafik Proving Test Proyek Podomoro City Deli Medan
Proving test pada Gambar 3 dinyatakan tidak
berhasil / gagal dikarenakan angkur belum mencapai pada beban maksimumnya. Pada saat tekanan 2400 Psi, tekanan tidak dapat ditambah atau naik. Ground anchor terlepas, dimana bond length tercabut. Untuk memperbaiki angkur tersebut, dilakukan redesign panjang bond length dengan memerpanjangnya.
Gambar 4 Grafik Suitability Test II Proyek Kino Office
Suitability test pada Gambar 4 dinyatakan tidak berhasil / gagal dikarenakan angkur belum mencapai pada beban maksimumnya. Pada saat tekanan 800 Psi, tekanan tidak dapat ditambah atau naik. Ground anchor terlepas, dimana bond length tercabut. Untuk memperbaiki angkur tersebut, dilakukan redesign panjang bond length dengan memerpanjangnya.
Gambar 5 Grafik Suitability Test Perbaikan Proyek Kino Office
Setelah redesign panjang bond length,
angkur di pasang dan di uji kembali. Suitability test pada Gambar 5 berhasil dilakukan dengan 3 cycle. Δe pada cycle 3 = (104 – 42) mm = 62 mm. Nilai Δe yang diperoleh memenuhi persyaratan batas lower limit dan upper limit setiap peraturan.
Gambar 6 Grafik Acceptance Test Proyek Kino Tower
Jurnal Rekayasa Lingkungan Terbangun Berkelanjutan Rafi Nugraha
42
Acceptance test pada Gambar 6 dinyatakan tidak berhasil / gagal dikarenakan angkur belum mencapai pada beban maksimumnya. Pada saat tekanan 1870 Psi, tekanan tidak dapat ditambah atau naik. Ground anchor terlepas, dimana bond length tercabut. Untuk memperbaiki angkur tersebut, dilakukan redesign panjang bond length dengan memerpanjangnya.
Gambar 7 Grafik Acceptance Test Perbaikan Proyek Kino Office
Setelah redesign panjang bond length,
angkur di pasang dan di uji kembali. Acceptance test pada Gambar 7 berhasil dilakukan dengan 2 cycle. Δe pada cycle 2 = (128 – 66) mm = 62 mm. Nilai Δe yang diperoleh memenuhi persyaratan batas lower limit dan upper limit setiap peraturan. E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian dan analisa pada Tugas Akhir ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dalam tinjauan ke beberapa proyek di
Indonesia, sering dijumpai material grout dengan menggunakan jenis Portland Composite Cement (PCC), berdasarkan SNI 8460:2017, BS 8081:1989, EN 1537:2013 dan PTI DC35.1-14 semen yang digunakan harus jenis Ordinary Portland Cement (OPC) agar mutu yang di inginkan dapat tercapai.
2. Persyaratan mutu material grout dengan benda uji kubus berdasarkan SNI 8460:2017, BS 8081:1989, dan EN
1537:2013 lebih tinggi dari pada PTI DC35.1-14.
3. Pada peraturan Indonesia (SNI 8460:2017) diatur lebih ketat dalam mengatur batas perpanjangan elastik angkur dari pada peraturan luar negeri seperti BS 8081:1989, EN 1537:2013 dan PTI DC35.1-14.
4. Pengujian ground anchor seperti creep test sangat jarang dilakukan di Indonesia dikarenakan creep test masih belum diatur dalam peraturan Indonesia.
5. Pengujian ground anchor dinyatakan gagal apabila beban yang diberikan tidak dapat bertambah lagi (bahkan turun) atau angkur tercabut. Solusi kegagalan tersebut adalah dengan mendesain panjang bond length atau memperbesar diameter lubang bor.
F. UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan prosiding ini, Semoga prosiding ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
REFERENSI Badan Standardisasi Nasional. (2016). SNI
1154-2016:Tujuh Kawat Baja Tanpa Lapisan Dipilin Untuk Konstruksi Beton Pratekan (PC Strand/KBjP-p7). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standardisasi Nasional. (2017). SNI 8460-2017:Persyaratan Perancangan Geoteknik. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
British Standards Institution. (1989). British Standard Code of practice for Ground Anchorages. London: British Standards Institution.
Dc, P. T. I., Barrows, R., Maclean, D., Mccray, M., & Printz, T. (2014). Recommendations for Prestressed Rock and Soil Anchors. USA: Post Tensioning Institute.
European Committee For Strandardization. (2013). Execution of special geotechnical work – Ground anchors. Brussels: CEN.