+ All Categories
Home > Documents > HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP...

HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP...

Date post: 25-Feb-2021
Category:
Upload: others
View: 5 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
105
HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP INVENTORY FOR THE ELDERLY-SCREENING (HHIE-S) DENGAN TES AUDIOMETRI NADA MURNI PADA ORANG USIA 60-90 TAHUN DI PANTI WERDHA DI TANGERANG SELATAN Evaluasi dilakukan di Panti Werdha Bina Bhakti, Melania, Pniel dan Beth Shalom di Tangerang Selatan Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: Ade Nurmyla Fauziati NIM: 11161030000016 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M
Transcript
Page 1: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP

INVENTORY FOR THE ELDERLY-SCREENING (HHIE-S)

DENGAN TES AUDIOMETRI NADA MURNI PADA

ORANG USIA 60-90 TAHUN DI PANTI WERDHA DI

TANGERANG SELATAN

Evaluasi dilakukan di Panti Werdha Bina Bhakti, Melania, Pniel dan

Beth Shalom di Tangerang Selatan

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

Ade Nurmyla Fauziati

NIM: 11161030000016

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2019 M

Page 2: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan

hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 20 November 2019

Ade Nurmyla Fauziati

Materai

6000

Page 3: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP INVENTORY FOR THE

ELDERLY-SCREENING (HHIE-S) DENGAN TES AUDIOMETRI NADA

MURNI PADA ORANG USIA 60-90 TAHUN DI PANTI WERDHA

DI TANGERANG SELATAN

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Ade Nurmyla Fauziati

NIM: 11161030000016

Pembimbing I Pembimbing II

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H / 2019 M

dr. Sity Kunarisasi, MARS

NIP. 196110191989112001

Dr. dr. Fikri Mirza Putranto, SpTHT-KL

NIP.-

Page 4: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP

INVENTORY FOR THE ELDERLY-SCREENING (HHIE-S) DENGAN TES

AUDIOMETRI NADA MURNI PADA ORANG USIA 60-90 TAHUN DI PANTI

WERDHA DI TANGERANG SELATAN yang diajukan oleh Ade Nurmyla Fauziati

(NIM 1116103000016), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran pada 20

November 2019. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran.

Ciputat, 20 November 2019

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

Pembimbing I Pembimbing II

Penguji I Penguji II

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FK UIN Kaprodi Kedokteran

dr. Hadianti, Sp.PD-KPTI

NIP.-

Dr. dr. H. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR., MARS

NIP. 196209201990031002

Dr. dr. Fikri Mirza Putranto, SpTHT-KL

NIP.-

Dr. dr. Fikri Mirza Putranto, SpTHT-KL

NIP.-

dr. Sity Kunarisasi, MARS

NIP. 196110191989112001

Page 5: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan

manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penyusunan

skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar

Kedokteran di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa

dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. dr. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD Selaku Dekan Fakultas Kedokteran

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. dr. Achmad Zaki, M.Epid., Sp.OT Selaku Ketua Program Studi Kedokteran,

beserta segenap dosen di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang senantiasa mendidik, membimbing dan memberikan ilmu kepada saya

selama menjalani masa Pendidikan di Program Studi Kedokeran di Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Dr. dr. Fikri Mirza P, Sp.THT-KL selaku dosen pembimbing I pada penelitian

ini yang selalu memberikan waktu, ilmu, arahan dan bimbingan kepada saya

sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-baiknya.

4. dr. Sity Kunarisasi, MARS selaku dosen pembimbing II pada penelitian ini atas

segala bimbingan, arahan dan bantuan kepada saya sehingga dapat menjadikan

penelitian ini lebih baik.

5. dr. H. Meizi Fachrizal Achmad, M. Biomed selaku pembimbing akademik yang

selalu memberikan perhatian, saran dan bimbingan kepada saya.

6. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab riset Angkatan

2015 yang selalu mengingatkan dan memberikan arahan untuk segera

menyelesaikan penelitian ini.

Page 6: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

v

7. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR., MARS dan dr. Hadianti, Sp.PD-KPTI

selaku penguji dalam penelitian ini atas kritik dan saran yang diberikan untuk

menyempurnakan penelitian ini.

8. Kedua orangtua saya tercinta saya, H. Tumiran dan Dra. Hj. Eti yang selalu

mendoakan, memberikan motivasi dan pengorbanannya baik dari segi moril,

materi sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Serta kepada adik

saya, Rezky Tri Kurniawan yang telah membantu saya dalam mengerjakan

penelitian ini.

9. Para pengurus panti wedha Hanna, Melania, Bina Bhakti dan Pniel yang telah

memberikan waktu dan bantuan dalam pengambilan data pada penelitian ini.

Serta segenap responden yang telah bersedia dan melungkan waktunya untuk

ikut serta dalam penelitian ini.

10. Teman-teman seperjuangan pada penelitian ini dan selama masa Pendidikan

pre-klinik ini, Khanissa Aghnia Afwa, Sumaya Aljufri, Zakiyah Safitri dan

Hibban Ahmad Daffa, yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian

ini, serta atas segala dukungan, diskusi dan motivasi sehingga penelitian ini

dapat terselesaikan.

11. Teman-teman mahasiswa angkatan 2016, Semua pihak yang tidak dapat penulis

sebut satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan naskah

skripsi ini.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya

pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca, serta semua pihak

khususnya dalam bidang kedokteran.

Ciputat, 20 November 2019

Penulis

Page 7: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

vi

ABSTRAK

Ade Nurmyla Fauziati. Program Studi Kedokteran, Hubungan Kuesioner Hearing

Handicap Inventory for The Elderly-Screening (HHIE-S) dengan Tes Audiometri Nada

Murni Pada Orang Usia 60-90 Tahun di Panti Werdha di Tangerang Selatan. 2019.

Latar belakang : Gangguan pendengaran pada orang usia lanjut dapat menyebabkan

gangguan komunikasi sehingga terjadi penurunan kualitas hidup. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui korelasi kuesioner HHIE-S dengan tes audiometri nada

murni pada orang usia 60-90 tahun di Panti Werdha di Tangerang Selatan. Metode :

Penelitian dengan desain cross sectional di panti werdha di Tangerang Selatan pada

bulan Agustus-September 2016. Jumlah responden 59 orang yang memenuhi kriteria

penelitian dengan metode pemilihan purposive sampling. Hasil : Didapatkan korelasi

positif kuat antara skor kuesioner HHIE-S dengan rerata ambang dengar pada tes

audiometri nada murni menggunakan uji spearman (r=0,769, p=0,00). Skor kuesioner

HHIE-S memiliki korelasi lebih tinggi pada nilai rerata ambang dengar (PTA),

dibandingkan dengan ambang dengar 4000 Hz dan 8000 Hz. Kesimpulan : Terdapat

hubungan yang signifikan antara skor kuesioner HHIE-S dengan ambang dengar tes

audiometri nada murni pada orang usia 60-90 tahun di Panti Werdha di Tangerang

Selatan.

Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-

Screening, Audiometri, Usia lanjut

ABSTRACT

Ade Nurmyla Fauziati. Medical Study. Correlation Hearing Handicap Inventory for

The Elderly-Screening questionare with Pure Tone Audiometry Test in People Aged

60-70 Years Old at Nursing Home in Tangerang Selatan. 2019.

Background: Hearing loss in elderly people can cause communication problems

resulting in decreased quality of life. This study aims to determined correlation

between HHIE-S questionnaire with pure tone audiometry test in people aged 60-90

years at nursing home in South Tangerang. Method: A cross sectional study at nursing

home in South Tangerang in August 2016. Number of respondents was 59 people that

met the research criteria using the purposive sampling method. Results: A strong

positive correlation was obtained between HHIE-S questionnaire scores and the

average hearing threshold on pure tone audiometry tests using the spearman test

(r=0,769, p=0,00). The HHIE-S questionnaire score has higher correlation with mean

hearing threshold (PTA), compared to the hearing threshold of 4000 Hz and 8000 Hz.

Conclusion: There is a significant relationship between HHIE-S questionnaire scores

and hearing threshold on pure tone audiometry tests in people aged 60-90 years at

nursing home in South Tangerang.

Keywords: Presbyscusis, Hearing Handicap Inventory for the Elderly-Screening

Questionnaire, Audiometry, Elderly

Page 8: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................................................... iii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xi

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................................... 2

1.3 Rumusan Masalah....................................................................................................... 2

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 3

1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................................... 3

1.4.2 Tujuan Khusus .............................................................................................. 3

1.5 Hipotesis ...................................................................................................................... 3

1.6 Manfaat ........................................................................................................................ 3

1.6.1 Bagi Penulis .................................................................................................. 3

1.6.2 Bagi Perguruan Tinggi .................................................................................. 4

1.6.3 Bagi Masyarakat ........................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5

2.1 Landasan Teori ............................................................................................................ 5

2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Pendengaran ............................................................. 5

2.1.2 Proses Penuaan ............................................................................................. 6

2.1.3 Gangguan Pendengaran ................................................................................ 7

2.1.4 Presbikusis .................................................................................................... 7

2.1.4.1 Etiologi ................................................................................................... 8

2.1.4.2 Epidemiologi .......................................................................................... 8

2.1.4.3 Faktor Risiko .......................................................................................... 8

Page 9: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

viii

2.1.4.4 Patologi ................................................................................................ 10

2.1.4.5 Manifestasi klinis ................................................................................. 11

2.1.4.6 Penegakan Diagnosis ........................................................................... 11

2.1.4.7 Tatalaksana ........................................................................................... 14

2.1.4.8 Dampak ................................................................................................ 14

2.1.4.9 Evaluasi Kualitas Hidup ....................................................................... 17

2.1.4.10 Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening .. 19

2.1.5 Demensia .................................................................................................... 20

2.2 Kerangka Teori ......................................................................................................... 23

2.3 Kerangka Konsep...................................................................................................... 24

2.3 Definisi Operasional ................................................................................................. 25

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 26

3.1 Desain Penelitian ...................................................................................................... 26

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................................. 26

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................................. 26

3.3.1 Populasi Target ........................................................................................... 26

3.3.2 Populasi Terjangkau ................................................................................... 26

3.3.3 Sampel ........................................................................................................ 26

3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel ...................................................................... 27

3.3.5 Kriteria Sampel ........................................................................................... 27

3.3.5.1 Kriteria Inklusi ..................................................................................... 27

3.3.5.2 Kriteria Eksklusi................................................................................... 27

3.4 Variabel Penelitian ................................................................................................... 28

3.4.1 Variabel Terikat (Dependent) ..................................................................... 28

3.4.2 Variabel Bebas (Independent) .................................................................... 28

3.5 Cara kerja Penelitian ................................................................................................ 29

3.5.1 Alur Penelitian ............................................................................................ 29

3.5.2 Alat dan Bahan............................................................................................ 30

3.5.3 Cara kerja .................................................................................................... 30

3.6 Manajemen Data ....................................................................................................... 31

Page 10: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

ix

3.6.1 Pengumpulan Data ...................................................................................... 31

3.6.2 Analisis Data ............................................................................................... 31

3.6.3 Penyajian Data ............................................................................................ 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 32

4.1 Hasil .......................................................................................................................... 32

4.1.1 Analisis Univariat ......................................................................................... 32

4.1.1.1 Karakteristik Responden ...................................................................... 32

4.1.1.2 Gambaran Sebaran Hasil Pemeriksaan Audiometri ............................. 33

4.1.2 Analisis Bivariat ......................................................................................... 34

4.1.2.1 Korelasi Antara Variabel dengan Skor Kuesioner HHIE-S ................. 35

4.1.2.2 Korelasi Antara Demensia dengan Gangguan Pendengaran ................ 36

4.1.3 Analisis Multivariat .................................................................................... 37

4.1.3.1 Model ................................................................................................... 37

4.1.3.2 Analisis Regresi Linier Sederhana ....................................................... 38

4.1.3.2 Koefisien Determinasi (R2) .................................................................. 39

4.2 Pembahasan ............................................................................................................... 40

4.2.1 Analisis Univariat ....................................................................................... 40

4.2.1.1 Karakteristik Responden ...................................................................... 40

4.2.1.2 Gambaran Sebaran Hasil Pemeriksaan Audiometri ............................. 42

4.2.2 Analisis Bivariat ......................................................................................... 43

4.2.2.1 Hubungan Antara Variabel dengan Skor Kuesioner HHIE-S .............. 43

4.2.2.2 Hubungan Antara Demensia dan Gangguan Pendengaran .................. 48

4.2.3 Analisis Multivariat .................................................................................... 49

KETERBATASAN PENELITIAN .......................................................................... 51

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 55

5.1 Simpulan .................................................................................................................... 55

5.2 Saran ........................................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 57

LAMPIRAN ............................................................................................................... 62

Page 11: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Klasifikasi gangguan pendengaran berdasarkan ISO………………......…15

Tabel 4.1 Karakteristik Responden …………………………………………….........32

Tabel 4.2 Sebaran hasil pemeriksaan audiometri nada murni ………......………….33

Tabel 4.3 Derajat gangguan pendengaran berdasarkan nilai rerata ambang dengar

(PTA)……………………………...…………………………………………………34

Tabel 4.4 Tabel 4.4 Hasil skor kuesioner HHIE-S terhadap derajat gangguan

pendengaran……...………………………………………………………...........…..34

Tabel 4.5 Korelasi variabel dengan skor kuesioner HHIE-S…….......……………..35

Tabel 4.6 Korelasi ambang dengar dengan skor kuesioner HHIE-S…….........…...36

Tabel 4.7 Korelasi antara ambang dengar dengan demensia……………………...…37

Tabel 4.8 Model Analisi Regresi Linier…………………………..…………………38

Tabel 4.9 Analisis Regresi Linier Berganda………………………………...……….39

Tabel 4.10 Koefisien Determinasi (R2)………………………………...……………40

Page 12: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Earphone dan software pada non-chamber audiometry Kuduwave….13

Page 13: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

xii

DAFTAR SINGKATAN

dB : Desibel

DNA : Deoxyribonucleic Acid

HHIE : Hearing Handicap Inventory for The Elderly

HHIE-S : Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening

ISO : International Organization for Standarization

MMSE : Mini Mental State Examination

PTA : Pure Tone Audiometry

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

SAC : Self-Assessment of Communication

SF-36 : The Short From 36 Health Survey

URJ : Unit Rawat Jalan

WHO : World Health Organization

Page 14: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Kaji Etik…………………………………………………...…...63

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan Data di Panti

Werdha……………………………………………………………………………….64

Lampiran 3 Lembar Informed Consent…………………………………...…………65

Lampiran 4 Kuesioner Karakteristik Responden……………………………..……..66

Lampiran 5 Kuesioner Mini-Mental State Exam (MMSE)…………………….…...67

Lampiran 6 Kuesioner Indeks Barthel…………………………………..…………..69

Lampiran 7 Kuesioner Hearing Handicap Inventory For The Eldery-Screening

(HHIES)…………………………………………………………...………………...70

Lampiran 8 Form Pemeriksaan Fisik Telinga………………………..……………...71

Lampiran 9 Contoh Hasil Audiometri………………………………...……………..72

Lampiran 10 Gambar Pengambilan Data…………………………………...……….73

Lampiran 11 Hasil Uji Statistik…………………………………...…………………74

Lampiran 12 Riwayat Penulis………………………………………………………..93

Page 15: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Presbikusis adalah penurunan fungsi pendengaran yang umumnya terjadi mulai

usia 60 tahun, berupa tuli sensorineural frekuensi tinggi yang dihasilkan dari proses

penuaan.1 Karakteristik presbikusis adalah penurunan ketajaman pendengaran bilateral

khususnya pada frekuensi tinggi dan pada ruangan bising, ketidakmampuan

melokalisir sumber suara, penurunan kecepatan presepsi suara.2

Pada tahun 2012, World Health Organization (WHO) memperkirakan 360 juta

penduduk dunia menderita gangguan pendengaran, 180 juta jiwa diantaranya

merupakan penduduk Asia Tenggara. Indonesia menempati urutan ke 4 atas kasus

gangguan pendengaran tertinggi di Asia Tenggara, setelah Sri Langka, Myanmar, dan

India.3 Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi rata-rata gangguan dengar

di Indonesia sebesar 2,6%. Prevalensi gangguan pendengaran tertinggi pada kelompok

usia lebih dari 75 tahun dengan prevalensi sebesar 36,6%, kemudian kelompok usia

65-74 tahun dengan prevalensi sebesar 17,1%. Prevalensi gangguan dengar di Banten

menempati urutan terendah dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia, yaitu

sebesar 1,6%. Sedangkan, prevalensi gangguan dengar tertinggi terdapat di provinsi

Nusa Tenggara Timur (3,7%).4

Pada orang lanjut usia dengan presbiskusis, terjadi gangguan dalam

berkomunikasi, sehingga pasien akan cenderung menarik diri dari lingkungan sosial,

depresi dan penurunan interaksi sosial. Hal tersebut menyebabkan terjadinya

penurunan kualitas hidup, sehingga akan berdampak buruk terhadap keadaan sosial

emosional penderita.5

Salah satu metode utama untuk mendiagnosis presbikusis adalah tes audiometri

nada murni. Pada tes audiometri nada murni, pemeriksa mendapatkan hasil berupa

derajat dan tipe gangguan pendengaran. Akan tetapi, tes audiometri ini memiliki

banyak kendala untuk dilakukan di setiap tempat fasilitas kesehatan tingkat pertama,

baik dalam ketersediaan alat, sumber daya manusia dan biaya.1,2

Page 16: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

2

Alternatif lain sebagai metode diagnosis presbikusis adalah The Hearing

Handicap Inventory for the Elderly-Screening (HHIE-S) sebagai metode skrining cepat

berupa kuesioner yang didesain oleh Ventry dan Weinstein. Kuesioner ini terdiri dari

10 pertanyaan yang mengevaluasi sosial emosional pada orang dengan gangguan

pendengaran secara subjektif.6 Pada penelitian yang dilakukan oleh Fittrih, dkk. pada

tahun 2015 di Surabaya, menunjukan bahwa terdapat hubungan antar skor kuesioner

HHIE-S dengan derajat gangguan pendengaran pada penderita presbiskusis di URJ

Geriatri RSUD Dr. Soetomo. Selain itu, didapatkan kuesioner HHIE-S memiliki nilai

sensitivitas 88% dan spesifitas 89%.7

Penelitian mengenai kuesioner The Hearing Handicap Inventory for the

Elderly-Screening (HHIE-S) belum pernah dilakukan di provinsi Banten. Hal ini

membuat yang peneliti tertarik untuk menilai korelasi kuesioner The Hearing

Handicap Inventory for the Elderly-Screening (HHIE-S) dengan tes audiometri nada

murni pada orang usia 60-90 tahun di panti werdha di Tangerang Selatan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-

masalah sebagai berikut:

1. Presbiskusis adalah gangguan dengar yang sering terjadi pada orang lanjut usia.

2. Tingginya prevalensi kasus gangguan dengar di Indonesia.

3. Tes audiometri sulit dilakukan di setiap fasilitas kesehatan tingkat pertama.

4. Belum terdapat penelitian mengenai kuesioner The Hearing Handicap

Inventory for the Elderly-Screening (HHIE-S) di provinsi Banten.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat korelasi antara nilai kuesioner Hearing Handicap Inventory

for The Elderly-Screening (HHIE-S) dibandingkan dengan skor tes audiometri

nada murni pada orang usia 60-90 tahun di panti werdha di Tangerang Selatan?

Page 17: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

3

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

1. Mengetahui korelasi nilai kuesioner Hearing Handicap Inventory for The

Elderly-Screening (HHIE-S) dibandingkan dengan nilai ambang dengar

menggunakan audiometeri nada murni pada orang usia 60-90 tahun di panti

werdha di Tangerang Selatan.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui angka kejadian presbikusis di Panti Werdha Bina Bhakti, Beta

Shalom, Pniel dan Melania di Tangerang Selatan.

2. Mengetahui korelasi gangguan pendengaran terhadap sosial emosional pada

orang usia 60-90 tahun.

3. Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi gangguan sosial

emosional pada orang usia 60-90 tahun.

4. Mengetahui korelasi antara demensia menggunakan skor MMSE dengan

ambang dengar (rerata ambang dengar, frekuensi 4000 Hz dan frekuensi 8000

Hz) pada orang usia 60-90 tahun.

1.5 Hipotesis

1. Nilai kuesioner The Hearing Handicap Inventory for the Elderly-Screening

(HHIE-S) memiliki korelasi dengan nilai audiometri nada murni pada orang

usia 60-90 tahun di panti werdha di Tangerang Selatan.

1.6 Manfaat

1.6.1 Bagi Penulis

1. Untuk menyelesaikan studi skripsi S1 Program Studi Kedokteran.

2. Untuk menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapat saat penelitian.

3. Untuk menambah pengetahuan mengenai presbikusis.

4. Untuk menambah pengetahuan mengenai penerapan dan pemanfaatan

mengenai ilmu-ilmu yang telah didapatkan selama penelitian ini.

Page 18: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

4

1.6.2 Bagi Perguruan Tinggi

1. Memajukan Fakultas Kedokteran melalui publikasi penelitian.

2. Sebagai wujud implementasi tri dharma perguruan tinggi sebagai lembaga

pendidikan dan pengajaran dalam usaha mengembangkan ilmu pengetahuan.

1.6.3 Bagi Masyarakat

1. Masyarakat dapat lebih memahami mengenai gangguan pendengaran pada

orang usia 60-90 tahun sehingga kasus gangguan pendengaran dapat diketahui

sedini mungkin memakai kuesioner Hearing Handicap Inventory for The

Elderly-Screening (HHIE-S).

Page 19: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Pendengaran

Telinga adalah organ pendengaran dan keseimbangan. Telinga memiliki tiga

bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Secara embriologi, telinga

luar dan telinga tengah berkembang dari celah brakial pertama, sedangkan telinga

dalam berkembang dari plakoda optika.8

Telinga luar terdiri dari auricula, meatus acusticus externus, dan membrana

timpani. Auricula berfungsi untuk mengumpulkan gelombang bunyi untuk diteruskan

ke rongga telinga. Meatus akustikus externus adalah saluran untuk menghantarkan

gelombang bunyi ke membrana timpani. Membrana timpani adalah jaringan ikat

dengan lapisan kulit dan membran mukosa. Pada bagian posterior membran timpani

menempel tulang pendengaran yang berfungsi untuk mengamplifikasi bunyi.8

Telinga tengah terdiri atas tulang pendengaran dan tuba eustachius. Tulang

pendengaran terdiri atas maleus, inkus, dan stapes yang saling dihubungkan melalui

persendian. Maleus melekat pada membran timpani dan stapes melekat pada koklea.

Tuba eustachius adalah saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga

nasofaring. Tuba eustachius berfungsi untuk mengatur ventilasi, proteksi dan drainase

pada telinga tengah.1,8

Telinga dalam terdiri atas koklea yaitu organ berbentuk seperti rumah siput

dengan labirin-labirin dan vestibuler. Di dalam koklea, terdapat organ corti yang

mengandung sel rambut yang menghasilkan impuls saraf sebagai respon getaran bunyi.

Pada bagian vestibuler yang terdiri dari sakulus, utrikulus dan kanalis semisirkularis

yang berfungsi sebagai organ keseimbangan.8

Pada proses mendengar, gelombang suara yang datang ditangkap oleh auricula

yang dihantarkan melalui udara atau tulang melewati meatus akustikus eksternus.

Getaran tersebut menggetarkan membran timpani yang kemudian dihantarkan ke

Page 20: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

6

telinga tengah melalui tulang pendengaran yang berfungsi untuk mengamplifikasi

getaran sehingga dapat menggetarkan perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran

kemudian diteruskan ke membran reissner, sehingga menyebabkan membran basilaris

dan membran tektorium yang berisi endolimfe ikut bergetar. Getaran pada endolimfe

akan merangsang menekuknya stereosilia sel rambut, sehingga terjadi depolarisasi

sehingga terjadi eksitasi neurotransmiter melalui nervus vestibulokoklearis [n.VIII]

menuju korteks auditorius di lobus temporal untuk presepsi suara.1,8

2.1.2 Proses Penuaan

Proses penuaan adalah proses akumulasi dari berbagai zat molekular secara

terus menerus dalam sel sehingga mengganggu proses regenerasi sel dan jaringan. Usia

tua dapat dinyatakan berdasarkan usia kronologis, yaitu sekitar usia 60 tahun. Selain

itu, usia tua juga dapat didefinisikan sebagai waktu dimana hilangnya peran dalam

kehidupan individu ataupun sosial, disertai penurunan kualitas fisik yang signifikan.9

Terdapat beberapa teori mengenai proses penuaan. Berdasarkan teori radikal

bebas, penuaan terjadi akibat akumulasi radikal bebas yang menyebabkan kerusakan

sel dan jaringan secara struktural dan fungsional. Teori lain menjelaskan proses

penuaan berhubungan dengan genetik. Pada teori ini, defek molekular pada sel dan

jaringan sudah dimulai sejak awal kehidupan, secara progresif terakumulasi seiring

dengan bertambahnya usia, sehingga menyebabkan kerusakan DNA, gangguan fungsi

reparasi DNA, dan mutasi mitokondria yang mengandung DNA. Selain itu, dalam teori

genetik menjelaskan peran telomer yang melindungi ujung kromosom dalam proses

penuaan. Pemendekan telomer pasca mitosis penurunan kemampuan mitosis sel.10,11

Teori proses penuaan selanjutnya menjelaskan mengenai pengaruh dari sistem

imun. Mutasi sistem imun secara berulang atau perubahan protein pasca translasi

menyebabkan kelainan sistem dalam mengenali dirinya sendiri dan kelainan dalam

mengenali antigen permukaan sel, sehingga terjadi reaksi antigen-antibodi di jaringan-

jaringan.10

Page 21: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

7

2.1.3 Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran adalah penurunan fungsi organ pendengaran yang

dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Gangguan pendengaran dapat diklasifikasikan

berdasarkan lokasi struktural kerusakan organ, sehingga dapat diklasifikasikan yaitu:

1. Gangguan pendengaran konduktif

Gangguan pendengaran konduktif atau tuli konduktif terjadi karena

adanya obstruksi atau gangguan mekanik pada lumen sistem pendengaran,

sehingga terjadi gangguan rambatan suara menuju koklea. Penyebab terjadinya

tuli konduktif adalah akumulasi serumen, keganasan pada nasofaring, perforasi

pada membran timpani, dan sklerosis membran timpani. Contoh penyakit yang

disebabkan gangguan konduktif ini adalah otitis media dan otoskeloris.12

2. Gangguan pendengaran sensorineural

Gangguan pendengaran sensorineural atau tuli sensorineural terjadi

karena gangguan fungsi koklea atau nervus kranialis vestibulokoklear.

Beberapa etiologi tuli sensorineural seperti genetik, trauma, infeksi, induksi

suara bising secara kronik, metabolik, obat-obatan yang menyebabkan

ototoksik, keganasan atau degenerasi pada organ pendengaran (presbikusis).

Perubahan pada sel rambut koklea juga dapat menjadi penyebab tuli

sensorineural. Tuli sensorineural dapat terjadi bilateral, seperti pada

presbikusis, ataupun unilateral, seperti pada neoplasma, trauma dan infeksi.5,12

2.1.4 Presbikusis

Presbikusis adalah penurunan fungsi pendengaran sensorineural akibat proses

penuaan. Presbikusis sering terjadi pada usia lebih dari 60 tahun, yang dipengaruhi

faktor predesposisi, seperti paparan suara bising terus menerus, obat-obatan yang

bersifat ototoksik. Pada penderita presbikusis terjadi gangguan fungsi sensorik dari

periferal dan sentral sistem auditorik yang menyebabkan kehilangan fungsi pedengaran

bilateral terutama untuk suara dengan frekuensi tinggi.12

Page 22: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

8

2.1.4.1 Etiologi

Penyebab presbikusis pada lansia umumnya idiopatik, namun sebab utamanya

melalui proses degenerasi pada fungsi anatomis dan fisiologis telinga dalam. Proses

degenerasi menyebabkan perubahan pada stria vaskularis dan keterbatasan gerak

membrana basilaris, sehingga menyebabkan ketulian.1 Pada presbikusis sentral dapat

terjadi akibat kerusakan neuron pada otak, hal ini dapat terjadi karena stroke iskemik,

trauma kepala, dan hipoglikemia yang menyebabkan terjadi neurotoksisitas, kematian

neuron dan penyakit neurodegeneratif.13

2.1.4.2 Epidemiologi

Presbikusis adalah salah satu gangguan fungsi organ yang paling sering terjadi

pada orang lanjut usia. American Speech-Language Hearing Asociation menyatakan

bahwa gangguan pendengaran adalah satu dari tiga penyakit kronik tersering pada

orang lanjut usia di Amerika. Diperkirakan prevalensi gangguan pendengaran sebesar

44% pada usia 60 tahun, kemudian akan meningkat menjadi 66% pada usia 70-79

tahun, serta 90% pada usia 80 tahun.11

Di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2013, prevalensi gangguan pendengaran

pada kelompok usia lebih dari 75 tahun sebesar 36,5%, sedangkan prevalensi kelompok

usia 65-74 tahun sebesar 17,1% dengan prevalensi gangguan pendengaran pada

perempuan lebih tinggi sedikit dibandingkan laki-laki yaitu sebesar 2,8% dan 2,4%.4

2.1.4.3 Faktor Risiko

1. Genetik

Faktor genetik dan riwayat penyakit keluarga sangat berhubungan

dengan kejadian presbikusis. Genetik berpengaruh terhadap kerentanan

saluran pendengaran terhadap perubahan metabolik saat terjadi proses

penuaan. Berdasarkan Frammingham study, risiko presbikusis meningkat 25-

55% pada pasien yang memiliki keluarga dengan riwayat gangguan

pendengaran.11

2. Jenis Kelamin

Page 23: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

9

Pada penelitian Kim S, dkk. menyatakan bahwa laki-laki memiliki

risiko mengalami presbiskusis lebih tinggi dibandingkan wanita. Hal tersebut

terjadi karena pada koklea terdapat reseptor hormon steroid, sehingga

peningkatan hormon esterogen saat mentruasi akan mempengaruhi

homeostasis dan bersifat protektif terhadap koklea.11

3. Gaya Hidup dan Obat-obatan

Paparan suara keras secara terus menerus, serta pengobatan ototoksik

seperti antibiotik aminoglikosida dan obat anti kanker menyebabkan

peningkatan stress oksidatif pada saluran pendengaran, sehingga menyebabkan

kerusakan organ pendengaran yang terjadi secara kronik. Selain itu, faktor gaya

hidup juga mendukung peningkatan stress oksidatif, seperti jarang

berolahraga, kebiasaan merokok, dan diet tinggi lemak.11

4. Penyakit Kardiovaskular

Gangguan fungsi pembuluh darah akibat dislipidemia,

hiperkolesterolemia, hipertensi dan penyakit kardiovaskular lain menyebabkan

terjadinya gangguan perfusi pada telinga dalam. Hal ini terjadi karena terdapat

kerusakan secara kronik, sehingga terjadi penurunan fungsi sistem

endolimfatik dan penurunan sensitivitas koklea terhadap suara.11

5. Diabetes mellitus

Hiperglikemia pada pasien diabetes melitus menyebabkan peningkatan

viskositas darah, sehingga terjadi penurunan perfusi pada mikrosirkulasi yang

menyebabkan hipoksia sel. Hipoksia dan stress oksidatif pada koklea

menyebabkan kerusakan pada stria vaskularis dan sel rambut pada koklea.11

6. Gangguan Kognitif

Pada gangguan kognitif berupa demensia terjadi gangguan struktur

anatomi dan biomolekular dari otak. Pada tahap awal penyakit demensia terjadi

kerusakan pada otak, termasuk lobus temporal dan regio otak lain, sehingga

terjadi perubahan patologik pada sistem auditori. Pada penelitian case control

yang dilakukan Ulhmann pada 100 orang penderita demensia dan 100 orang

bukan penderita demensia, menunjukan bahwa ambang dengar pada penderita

Page 24: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

10

demensia secara signifikan lebih tinggi 30 dB dibandingkan orang bukan

penderita demensia. Hal tersebut dapat terjadi karena proses neurodegeneratif,

antara lain kerusakan neuron dan sinaps serta atrofi otak terutama pada girus

temporalis superior pada pusat memori menyebabkan gangguan fungsi

memori, sehingga gangguan pemahaman kata. Kerusakan pada sistem limbik

dan jaras auditori dapat menyebabkan gangguan dalam transmisi dan

pemrosesan suara saat mendengar. Shen Y, dkk. menyimpulkan bahwa proses

degenerasi neuron pada korpus genikulatum medial dapat menyebabkan

gangguan pendengaran pada frekuensi rendah dan tinggi.14

2.1.4.4 Patologi

Presbikusis terjadi akibat proses degenerasi yang menyebabkan penurunan

sensitivitas pendengaran secara bilateral baik suara berfrekuensi tinggi atau rendah.

Menurut Schuknecht, presbikusis dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan hasil tes

audiometri dan patologi tulang temporal.15 Berdasarkan patologinya, presbikusis

terjadi karena beberapa macam penyebab, yaitu:

1. Presbikusis sensoris

Presbikusis sensoris terjadi karena kerusakan pada organ corti.

Presbikusis sensorik sering terjadi pada orang yang mengalami paparan suara

frekuensi tinggi secara terus menerus sehingga proses degenerasi pada sel

rambut bagian luar, kemudian akan berlanjut ke membran basalis, lalu ke apeks

koklea. Gangguan pendengaran terjadi secara progresif, sehingga pasien

mengalami penurunan kualitas pendengaran untuk suara berfrekuensi tinggi.15

2. Presbikusis neural

Paparan bunyi berfrekuensi tinggi secara terus menerus menyebabkan

proses degenerasi dan atrofi pada neuron sensoris. Pada pasien ini struktur

koklea dalam keadaan normal, namun terjadi gangguan diskriminasi suara

akibat kehilangan lebih dari 50% neuron di koklea. Pada pasien penderita

presbikusis neural terjadi gangguan dalam pemeriksaan audiometri sehingga

terjadi penurunan kejelasan bicara.11,15

Page 25: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

11

3. Presbikusis metabolik atau strial

Proses metabolik menyebabkan degenerasi, atrofi dan penipisan pada

stria vaskularis, sehingga terjadi penurunan potensial endolimfatik. Penurunan

potensial pada sistem endolimfatik menyebabkan penurunan gaya transduksi

suara ke seluruh bagian koklea.11,15

4. Presbikusis mekanik atau konduktif

Presbikusis mekanik terjadi karena adanya massa atau kekakuan pada

membran basalis koklea yang disebabkan karena proses degenerasi. Hal

tersebut menyebabkan gangguan konduksi mekanik suara menuju koklea. Pada

presbikusis tipe ini menyebabkan gangguan pendengaran pada suara

berfrekuensi rendah dan gangguan pengenalan suara.15

2.1.4.5 Manifestasi klinis

Gejala klinis pada pasien presbikusis adalah penurunan sensitivitas

pendengaran bilateral dan penurunan kemampuan dalam interpretasi dan memahami

suara. Gangguan pendengaran awalnya terjadi pada frekuensi tinggi, penurunan

pemahaman kata pada lingkungan yang bising, penurunan kecepatan pemrosesan

impuls suara pada otak, dan penurunan kemampuan lokalisir suara. Lansia akan

merasakan suara seperti berugumam dan kesulitan untuk mengikuti pembicaraan

karena terdapat beberapa potongan suara yang hilang. Gejala lain yang muncul pada

pasien presbikusis, seperti vertigo, tinnitus, dan otalgia.5,11

2.1.4.6 Penegakan Diagnosis

Dalam penegakan diagnosis pasien presbikusis dilakukan dengan beberapa

tahap, yaitu:

1. Anamnesis

Dilakukan anamnesis pada pasien mengenai penurunan pendengaran

bilateral. Lalu ditanyakan mengenai riwayat penyakit dahulu seperti infeksi

kronik telinga, riwayat operasi telinga, dan riwayat paparan suara tinggi secara

terus menerus. Perlu ditanyakan juga riwayat penyakit lain seperti diabetes

Page 26: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

12

melitus, penyakit ginjal, serta penggunaan obat ototoksik seperti loop diuretik

dan aminoglikosida.2,16

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik inspeksi pada struktur telinga menggunakan otoskop.

Dilakukan inspeksi pada kanalis auditori eksterna dan membran timpani.

Selain itu, dapat dilakukan tes garpu tala untuk mengetahui apakah pasien

mengalami tuli konduktif atau sensorineural.2,16

3. Audiometri Nada Murni

Audiometri nada murni adalah alat untuk mengevaluasi fungsi

pendengaran secara kuantitatif dan kualitatif dengan menghasilkan bunyi nada

murni. Audiometri nada murni ini hanya menunjukan gangguan pendengaran

perifer, karena hanya mengevaluasi fungsi pendengaran dibawah kolikulus

inferior sebagai pusat diskriminasi intensitas dan frekuensi bunyi.17

Pemeriksaan audiometri dilakukan di ruang yang kedap suara atau

minimal suara. Pemeriksaan audiometri dapat menilai dua jenis mekanisme

pendengaran, yaitu hantaran udara (air conduction) dan hantaran tulang (bone

conduction). Untuk menilai hantaran udara menggunakan headphone yang

diletakan di telinga, sedangkan untuk menilai hantara tulang dengan

menggunakan vibrator yang diletakan di mastoid. Pada pemeriksaan ambang

dengar hantara udara, frekuensi yang dihasilkan alat audiometri sebesar 250,

500, 1.000, 2.000, 4.000, dan 8.000 Hz. Sedangkan, pada pemeriksaan ambang

dengar hantaran tulang, frekuensi yang dihasilkan alat audiometer sebesar 250,

500, 1.000, 2.000, dan 4.000 Hz. Pemeriksaan ini akan menghasilkan grafik

yang menunjukan ambang dengar pasien dalam satuan desibel (dB). Grafik ini

disebut audiogram.17

Tabel 1.1 Klasifikasi gangguan pendengaran berdasarkan ISO1

Sumber : Soepardi, dkk. 2007

Page 27: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

13

Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni

dengan

menggunakan portable computer-based air and bone conduction audiometer

non chamber (non-chamber audiometry KUDUwave500). Audiometer tipe ini

adalah teknologi terbaru untuk meningkatkan efisiensi pemeriksaan audiometri

dengan tingkat kebisingan lingkungan yang beragam. Audiometri ini

menggunakan alat berupa earphone dan software yang terhubung dengan

komputer yang dapat dibawa ke segala tempat. Pada earphone terdapat juga

circumaural ear-cups yang digunakan memiliki efek untuk meminimalisir

pengaruh kebisingan lingkungan dibandingkan dengan supraaural headphones

yang digunakan pada audiometri konvensional hingga 59 dB. Selain itu,

audiometer tipe ini juga dapat mengetahui tingkat kebisingan lingkungan

sekitar sehingga mengetahui kemungkinan pengaruh kebisingan lingkungan

dengan ambang dengar subjek.18,19

Gambar 4.1 Earphone dan software non-chamber audiometry Kuduwave.18

Sumber: Swanepoel, D. W., & Biagio, L, 2011

Ambang Dengar Interpretasi

0-25 dB Pendengaran normal

26-40 dB Gangguan pendengaran ringan

41-55 dB Gangguan pendengaran sedang

56-70 dB Gangguan pendengaran sedang berat

71-90 dB Gangguan pendengaran berat

>90 dB Gangguan pendengaran sangat berat

Page 28: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

14

Berdasarkan Swanepoel dan Biagio, didapatkan perbedaan ambang

dengar pada hantaran udara sebesar 5 dB antara audiometer KUDUwave

dengan audiometer konvensional. Penelitian lain di Australia mengevaluasi

perbandingan penggunakan audiometri konvensional di ruang kedap suara

dengan audiometri KUDUwave di ruang tanpa kedap suara. Penelitian

tersebut menunjukan bahwa perbedaan ambang dengar dari kedua audiometri

tersebut sangat kecil. Hal tersebut menunjukan bahwa keefektivan

penggunaan audiometri KUDUwave sama dengan audiometri konvensional,

akan tetapi audiometri KUDUwave tidak membutuhkan ruang kedap suara,

sehingga mempermudah dalam penggunaannya.18,19

2.1.4.7 Tatalaksana

Tatalaksana pada pasien presbikusis mencakup kompensasi gangguan

pendengaran perifer, serta training rehabilitasi dan konseling. Walaupun tatalaksana

pasien presbikusis tidak dapat mengembalikan fungsi pendengaran secara total, namun

perbaikan pada fungsi pendengaran dapat mencegah terjadinya penurunan kognitif,

demensia dan gangguan fungsi sosial pada lansia.20

Tatalaksana presbikusis antara lain, penggunaan alat bantu dengar pada

presbikusis yang disebabkan gangguan fungsi koklea atau neuron dapat meningkatkan

kualitas dan menurunkan keterbatasan komunikasi pada lansia. Alat bantu dengar dapat

berupa alat bantu digital eksternal, maupun implantasi permanen melalui tindakan

operatif. Tindakan rehabilitasi fungsi audiologi dapat berupa latihan membaca ujaran

(speech reading), latihan mendengar (auditory training), dan konseling gangguan

pendengaran.5,20

2.1.4.8 Dampak

Presbikusis adalah salah satu penyakit yang paling sering diderita oleh lansia,

setidaknya 1 dari 4 lansia dengan umur lebih dari 70 tahun mengalami gangguan

pendengaran. Lansia dengan gangguan pendengaran dilaporkan cenderung mengalami

isolasi dari lingkungan sosial dan depresi. Gangguan dengar juga cenderung

Page 29: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

15

menurunkan kepuasan terhadap citra diri dan kualitas hidup. Selain itu, gangguan

dengar merupakan salah satu faktor risiko terjadinya gangguan kognitif pada lansia.21,22

Gangguan dengar memiliki efek terhadap psikososial emosional pada orang

lanjut usia. Berdasarkan beberapa penelitian menyatakan bahwa hendaya yang

didapatkan dari gangguan dengar dapat berdampak pada harga diri, komunikasi, dan

aktivitas sehari-hari. Dampak psikososial emosional lain yang dapat terjadi pada orang

dengan gangguan dengar adalah rasa malu, frustasi, kesendirian, stress, ansietas,

somatisasi, depresi, dan penurunan fungsi sosial.22

Efek sosial yang diakibatkan oleh gangguan dengar pada lanjut usia yaitu

gangguan komunikasi. Kesulitan berkomunikasi pada orang dengan gangguan dengar

disebabkan kesalahan mendengar atau memahami percakapan, sehingga memunculkan

perasaan berbeda dan isolasi saat berkomunikasi dalam kelompok. Isolasi tersebut juga

dapat terjadi akibat kesulitan lain, seperti sering meminta pengulangan kata dan tidak

yakin bahwa mereka mendengar dengan benar. Hal tersebut menyebabkan penurunan

interaksi sosial dan penurunan partisipasi dalam aktivitas di komunitas.22

Gangguan pendengaran dapat berdampak penurunan fungsi aktivitas dasar

sehari-hari, seperti gangguan dalam berpindah tempat, penggunaan toilet, dan

perubahan posisi dari tempat tidur ke kursi. Berdasarkan penelitian Gopinath, dkk.

menyatakan bahwa orang lanjut usia dengan derajat gangguan dengar yang lebih buruk

(>40 dB) memiliki disabilitas fungsional yang lebih buruk. Menurut Dalton, dkk.

gangguan pendengaran tidak berdampak langsung terhadap penurunan aktivitas dasar

sehari-hari, namun melalui gangguan komunikasi sosial, gangguan spasial dan postural

keseimbangan, serta gangguan kewaspadaan lingkungan.23,24

Gangguan pendengaran juga merupakan salah satu faktor resiko untuk

terjadinya gangguan kognitif pada orang lanjut usia. Gates, dkk. menyatakan bahwa

gangguan pendengaran berkorelasi dengan demensia tipe Alzheimer pada orang lanjut

usia. Gangguan dengar memiliki korelasi yang signifikan dengan demensia sedang dan

berat, namun berdasarkan penelitian Lopes, dkk. menyatakan bahwa terdapat

perbedaan antara ambang dengar pada orang dengan demensia ringan dengan

Page 30: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

16

kelompok kontrol, namun tidak terdapat perbedaan intensitas keluhan pendengaran

yang dievaluasi dengan kuesioner HHIE-S antar dua kelompok tersebut. Naramura,

dkk. menyatakan bahwa gangguan pendengaran menyebabkan berkurangnya

kemampuan untuk mengintegrasikan informasi dari lingkungan. Hal tersebut didukung

oleh penelitian Lin, dkk. yang menyatakan bahwa orang dengan gangguan dengar

memiliki risiko 36,6% mengalami demensia. Gangguan pendengaran dapat

menyebabkan pengurangan aktivitas pemrosesan bahasa di korteks auditori, serta

peningkatan kompensasi aktivitas bahasa di prefrontal korteks. Peningkatan beban

kognitif dalam penerjemahan kata, isolasi sosial, kesendirian dan gangguan

neurobiologi pada pasien dengan gangguan pendengaran dapat menyebabkan

terjadinya peningkatan neurodegeneratif dan penurunan sinaps neuron yang berfungsi

untuk fungsi memori, sehingga dapat menyebabkan terjanya demensia. Hal tersebut

juga dapat terjadi karena penurunan komunikasi sosial akibat gangguan pendengaran,

sehingga terjadi penurunan impuls pendengaran pada korteks auditori. Peningkatan

beban kognitif juga berpotensi mempengaruhi aktivitas sehari-hari. 6,14,22,25,26

Dampak lain dari gangguan dengar adalah penurunan kualitas hidup.

Berdasarkan penelitian Ciorba & Bianchini, dkk. menyatakan bahwa hanya 39% pasien

presbikusis merasa memiliki kualitas hidup yang baik, dibandingkan dengan 68%

pasien tanpa gangguan pendengaran. Mereka menemukan bahwa gangguan

pendengaran menyebabkan penurunan kualitas hidup akibat menurunnya interaksi dan

isolasi sosial pada pasien. Menurut penelitian Ringdahl, dkk. menyatakan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan kualitas hidup antara kelompok dengan gangguan

pendengaran dan kelompok dengan pendengaran normal. Pada penelitian tersebut juga

dikatakan bahwa terdapat hubungan linear antara gangguan pendengaran dengan

kualitas hidup, yaitu semakin tinggi derajat gangguan dengar, maka semakin rendah

kualitas hidupnya. Hal tersebut dapat terjadi sebagaimana gangguan pendengaran

merupakan risiko kelelahan, ketidak bahagiaan, dan penurunan tingkat kesejahteraan

pada orang lanjut usia. Peningkatan resiko stress juga dapat terjadi, sehingga

menyebabkan peningkatan sekresi hormon stress, sehingga meningkatkan risiko

terjadinya penyakit lain. Berdasarkan penelitian McArdle, dkk. mendapatkan bahwa

Page 31: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

17

penggunaan alat bantu dengar pada orang dengan gangguan dengar menunjukan

peningkatan kualitas hidup berdasarkan kuesioner generik maupun spesifik pada

gangguan dengar. Beberapa penelitian juga menyatakan bahwa penggunaan alat bantu

dengar dapat menurunkan stress psikologis, sosial, dan emosional melalui evaluasi

dengan kuesioner HHIE. Penelitian Dalton, dkk. menyatakan bahwa gangguan dengar

yang di evaluasi menggunakan audiometri nada murni dan kuesioner HHIE-S memiliki

hubungan dengan kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan melalui

kuesioner The Short From 36 Health Survey (SF-36).22,24,27

2.1.4.9 Evaluasi Kualitas Hidup

Menurut WHO, kualitas hidup adalah persepsi subjektif individu dalam hidup

sesuai konteks budaya dan sistem yang dianutnya, berhubungan dengan tujuan,

harapan, dan standar dalam kehidupan. Menurut Brown, dkk. kualitas hidup adalah

penilaian objektif individu mengenai pencapaian atas terpenuhinya kebutuhan dan

keinginan mereka dalam kehidupan, mencakup dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan

lingkungan sosial. Kulitas hidup dipengaruhi oleh faktor kesehatan fisik, kondisi

psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, kepercayaan, dan lingkungan. Orang

lanjut usia memiliki risiko lebih tinggi menderita beberapa gangguan kesehatan karena

mengalami penurunan fungsi fisik dan mental. Gangguan tersebut dapat menyebabkan

masalah medis, sosial, dan psikologikal pada orang lanjut usia, sehingga menyebabkan

penurunan fungsi fisik dan kualitas hidup.22,28

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup adalah fungsi

aktivitas fisik dasar sehari-hari. Keterbatasan aktivitas fisik dasar sehari-hari dapat

menyebabkan keterbatasan fungsi sosial, isolasi sosial, dan gangguan psikoemosional.

Hal ini dapat terjadi akibat rendahnya dukungan emosional dan sosial bagi individu

yang mengalami keterbatasan aktivitas fisik dasar sehari-hari, serta terdapat tekanan

psikologis yang tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Ling Na, dkk. menunjukan

keterbatasan aktivitas fisik dasar sehari-hari tingkat IV (ketergantungan total)

menyebabkan penurunan partisipasi sosial dan peningkatkan stress psikologis. Maka

Page 32: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

18

dari itu, gangguan aktivitas fisik dasar sehari-hari dapat menyebabkan hendaya fungsi

sosial, sehingga terjadi penurunan kualitas hidup.29

Salah satu metode untuk mengevaluasi fungsi aktivitas fisik dasar sehari-hari

dapat menggunakan kuesioner indeks Barthel. Kuesioner tersebut diciptakan oleh

Mahoney dan Barthel pada tahun 1965 yang digunakan sebagai alat untuk

mengevaluasi kemampuan tubuh untuk berfungsi sederhana, misalnya bangun dari

tempat tidur, berpakaian, ke kamar mandi, dll. Indeks Barthel digunakan untuk menilai

fungsi dan kemampuan pada orang lanjut usia atau pada pasien dengan penyakit kronis.

Indeks Barthel mengevaluasi 10 fungsi perawatan diri dan mobilisasi, yaitu

kemandirian dalam makan, mandi, berpakaian, dandan, berpindah tempat, mobilisasi,

penggunaan tangga, buang air besar, buang air kecil, serta penggunaan toilet. Hasil

indeks Barthel akan menunjukan nilai dari 0-100, dimana semakin tinggi nilai skor

maka semakin mandiri fungsi aktivitas fisik dasar sehari-hari. Penelitian yang

dilakukan oleh Hsueh, dkk. mendapatkan nilai reabilitas indeks Barthel melalui metode

Cronbach alpha sebesar 0,84. Penelitian lain yang dilakukan oleh Hormozi, dkk.

menunjukan bahwa nilai reabilitas kuesioner indeks Barthel signifikan dengan nilai

0,938. Sehingga indeks Barthel dapat menjadi salah satu metode untuk mengevaluasi

fungsi aktivitas fisik dasar sehari-hari pada orang lanjut usia.30,31,32

Mengingat seberapa pentingnya aspek kualitas hidup pada orang lanjut usia,

maka dibutuhkan suatu alat untuk mengevaluasi dan mendeteksi penurunan kualitas

hidup pada orang lanjut usia. Salah satu metodenya adalah penggunaan kuesioner

sebagai instrument subjektif dapat merepresentasikan keadaan pasien geriatri dalam

bentuk skor. Salah satu kuesioner yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas

hidup secara luas adalah SF-36 Intrument. Kuesioner tersebut mengevaluasi konsep

kesehatan secara luas, yang terdiri dari delapan poin utama mengenai status kesehatan,

yaitu fungsi fisik, peran fisik, rasa nyeri pada tubuh, perspsi kesehatan umum, vitalitas,

fungsi sosial, peran emosional, dan kesehatan mental. Selain itu, terdapat kuesioner

lain yang mengevaluasi satu penyakit secara spesifik, yaitu Self-Assessment of

Communication (SAC), The McCarthy-Alpiner dan Hearing Handicap Inventory for

Page 33: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

19

the Elderly-Screening (HHIE-S) yang mengevaluasi secara spesifik kualitas hidup pada

pasien dengan gangguan dengar.24,32

Kuesioner Self-Assessment of Communication (SAC) adalah salah satu metode

skrining untuk menilai kemampuan komunikasi pada pasien dengan gangguan dengar

yang diperkenalkan oleh Schow dan Nerbonne pada tahun 1982. Kuesioner ini terdiri

dari 10 pertanyaan yang mengevaluasi hubungan kualitas komunikasi dengan

gangguan dengar. Kuesioner ini terbagi dalam tiga sub-kategori, yaitu evaluasi

komunikasi dalam berbagai situasi, perasaan dalam berkomunikasi, dan perilaku orang

lain.33

Kuesioner The McCarthy-Alpiner Scale of Hearing Handicap adalah kuesioner

yang dibuat oleh Patricia A. McCarthy dan Jerome G. Alpiner pada tahun 1983 yang

dirancang untuk menilai efek gangguan pendengaran terhadap psikologi, sosial dan

pekerjaan melalui sistem konseling keluarga. Pada kuesioner ini responden adalah

keluarga dari pasien yang menilai pengaruh gangguan dengar pasien terhadap aktivitas

fisik dasar sehari-hari.33

2.1.4.10 Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening

Kuesioner Hearing Handicap Inventory for the Elderly-Screening (HHIE-S)

adalah salah satu instrument untuk skrining gangguan pendengaran yang diperkenalkan

oleh Ventry dan Weinstein. Pada tahun 1982, Ventry dan Weinstein memperkenalkan

kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly (HHIE) yang terdiri dari 25

pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menilai pemahaman diri

mengenai hambatan psikososial dan emosional dengan gangguan pendengaran sebagai

metode tambahan penggunaan audiometri nada murni pada evaluasi efektivitas

penggunaan alat bantu dengar.6

Pada tahun 1986, Ventry dan Weinstein memelakukan pembaharuan pada

kuesioner HHIE yaitu kuesioner Hearing Handicap Inventory for the Elderly-

Screening (HHIE-S) yang terdiri dari 10 pertanyaan subjektif yang menilai pengaruh

ganguan pendengaran terhadap psikososial pasien. Kuesioner HHIE-S merupakan

pemendekan dari HHIE, namun memiliki validitas dan reabilitas yang sebanding

Page 34: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

20

dengan HHIE, serta memiliki nilai efektif dan efisien yang lebih tinggi dibandingkan

HHIE. Total skor kuesioner HHIE-S adalah dari 0 (tidak ada hendaya) sampai 40

(hendaya maksimal), dimana semakin tinggi skor yang didapatkan maka menunjukan

semakin besar gangguan pendengaran dan derajat rendahnya kualitas hidup. 7,21

Hasil kuesioner HHIE-S yang semakin tinggi menunjukan bahwa terdapat

masalah sosial dan emosional pada subjek, terutama yang berhubungan dengan

masalah pendengaran. Total skor HHIE-S 0-8 yaitu tidak ada hendaya menunjukan

terdapat kemungkinan sebesar 13% untuk mengalami gangguan pendengaran. Total

skor 10-24 yaitu hendaya ringan-sedang menunjukan terdapat kemungkinan 50%

terjadinya gangguan pendengaran. Total skor 26-40 yaitu hendaya berat menunjukan

terdapat kemungkinan 84% terjadinya gangguan pendengaran.6,7

Penelitian di Brazil yang dilakukan oleh Servidoni dan Conterno, menemukan

76,1% dari 138 orang sampel mengalami hendaya sedang sampai berat dengan

menggunakan kuesioner HHIE-S, dibandingkan pemeriksaan audiometri nada murni

dengan prevalensi gangguan pendengaran sebesar 79,7%. Pada penelitian tersebut

menyimpulkan kuesioner HHIE-S memiliki tingkat akurasi (86,2%), sensitivitas

(89,1%) dan spesifitas (75,0%). Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Fittrih dkk, didapatkan bahwa kuesioner HHIE-S memiliki sensitivitas dan spesifisitas

yang cukup tinggi untuk mendeteksi gangguan pendengaran, yaitu sensitivitas (88%)

dan spesifisitas (89%). Selain itu, kuesioner HHIE-S juga memiliki keunggulan dimana

dapat dikerjakan dengan cepat, mudah dilakukan disegala tempat dan tidak

membutuhkan keahlian khusus, serta tidak membutuhkan biaya yang mahal. Meskipun

kuesioner HHIE-S tidak dapat mengukur derajat gangguan pendengaran seperti pada

pemeriksaan audiometri, namun kuesioner ini efektif menilai efek hendaya pada orang

dengan gangguan pendengaran, khususnya pada fungsi dalam kehidupan sehari-hari.

Kuesioner HHIE-S juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur tindakan

rehabilitatif melalui penggunaan alat bantu dengar pada orang dengan gangguan

dengar.7,33,34

Page 35: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

21

2.1.5 Demensia

Demensia adalah sindrom klinik pada usia lanjut yang terdiri dari gangguan

fungsi intelektual dan memori sehingga terjadi gangguan fungsi dalam kehidupan

sehari-hari. Demensia terjadi karena proses penuaan yang menyebabkan terjadinya

degenerasi dari struktur anatomi dan biokimiawi sistem saraf pusat secara ireversibel.

Penyebab terjadinya demensia antara lain, obat-obatan, gangguan emosional, gangguan

metabolik, gangguan fungsi mata dan telinga, malnutrisi, tumor, trauma, infeksi, dll.10

Mekanisme terjadinya demensia terdiri dari beberapa jenis, yaitu demensia

Alzheimer, demensia vaskular, demensia badan Lewy, dan demensia fronto-temporal.

Pada demensia Alzheimer terjadi perubahan anatomi dan fungsi neuron dalam suatu

daerah tertentu di korteks otak, sehingga pada pasien tersebut mengalami gangguan

memori dan defisit kognitif pada area yang terjadi kelainan. Pada demensia vaskular

terjadi akibat stroke, sehingga gejala demensia berlangsung progresif dengan adanya

gejala neurologis fokal. Pada demensia dengan badan lewy di sub-korteks serebri

menyebabkan terjadinya fluktuasi kognisi, halusinasi visual dan parkinsonisme. Pada

demensia frontotemporal terjadi akibat proses degenerasi di korteks anterior, sehingga

terjadi gangguan dalam tingkah laku sosial dan gangguan dalam berbahasa.10

Gejala demensia meliputi penurunan fungsi intelektual umum, memori, atensi,

dan kemampuan visuospasial. Gejala utama demensia adalah kehilangan memori

secara perlahan dan progresif. Gejala lainnya yang terjadi pada orang demensia adalah

gangguan fungsi berbahasa. Gejala awal pada orang dengan demensia adalah kesulitan

dalam pemilihan kata, terutama penamaan orang ataupun objek yang membutuhkan

proses pengingatan memori. Kemudian, penyakitnya akan terus berkembang hingga

menyebabkan lupa nama keluarga dan kerabat, kebingungan mengenai hubungan

keluarga, serta dapat menyebabkan seseorang tidak dapat mengenali kembali anggota

keluarga. Gangguan tersebut akan terus progresif dan dapat menyebabkan afasia

global. Pasien demensia, khususnya berhubungan dengan penyakit Alzheimer

cenderung mengalami kesulitan berpartisipasi dalam komunitas akibat kesulitan

Page 36: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

22

komunikasi karena terjadi kesulitan pemahaman kata, kelancaran berbicara,

kelengkapan kata, dan produksi kata.10,35

Pada pasien demensia terjadi penurunan fungsi intelektual dan eksekutif,

sehingga menyebabkan kesulitan dalam pengambilan keputusan, pengorganisasian,

penalaran dan berpikir abstrak. Hal tersebut dapat menyebabkan ketidakmampuan

untuk melakukan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Sehingga dapat menyebabkan

munculnya efek psikologik pada pasien demensia, antara lain depresi, apatis, paranoid

dan gangguan kecemasan.10,11

Salah satu cara untuk mengurangi dampak demensia tersebut adalah

pendeteksian sedini mungkin sehingga dapat diobati berdasarkan etiologi demensia

tersebut. Salah satu metode diagnosis tercepat adalah menggunakan uji penapisan

dengan pemeriksaan psikometrik sederhana dan pemerikaan fungsi kognitif, antara lain

Mini Mental State Examination (MMSE), clock drawing test, Abbreviated Mental Test

Score, dan AD8 Dementia Screening Interview.14

Kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) merupakan salah satu

kuesioner yang sudah digunakan diseluruh dunia untuk mengevaluasi fungsi kognitif

pada demensia. MMSE dapat mengevaluasi fungsi kognitif secara spesifik, seperti

fungsi orientasi, registrasi, konsentrasi, kalkulasi, pengulangan, bahasa, dan

penyusunan kalimat. Pada penelitian Lin, dkk. menunjukan bahwa kuesioner MMSE

memiliki sensitivitas 88,3% dan spesifitas 86,2%. Penelitian lain dilakukan oleh

Villarejo, dkk. menunjukan bahwa MMSE memiliki sensitivitas 87,3% dan spesifitas

89,2%. Namun, MMSE memiliki sensitivitas rendah untuk mendeteksi fase awal pada

demensia, karena hanya mengevaluasi fungsi eksekutif, visio-spasial, dan memori

jangka panjang secara sederhana, sehingga menurunkan fungsi validitasnya.36,37

Page 37: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

23

2.2 Kerangka Teori

Kerusakan sel rambut,

membran basalis, dan

stria vaskularis di koklea

↓Endokoklear potensial

Gangguan proses

transduksi suara

Gangguan pendengaran

(presbiskusis)

Gangguan transmisi

neurotransmiter otak

Gangguan fungsi kognitif (Demensia)

dengan Kuesioner MMSE

Gangguan

pemahaman dan

penerjemahan kata

Gangguan

pemilihan dan

penyusunan kata

Kerusakan struktural

neuron dan sinaps

Kerusakan sel

Proses degenerasi

Gangguan

memori

Perubahan struktur

otot, tulang dan sendi

Gangguan proses komunikasi sosial

Usia lanjut

(>60 tahun)

Gangguan sosial emosional

Total skor kuesioner Hearing Handicap

Inventory in Elderly-Screening (HHIE-S)

Hendaya fungsi sosial

Gangguan sosial emosional

Total skor kuesioner Hearing Handicap

Inventory in Elderly-Screening (HHIE-S)

Hendaya fungsi sosial

Gangguan fungsi

motorik dan imobilisasi

Keterbatasan aktivitas

fisik dasar sehari-hari

dengan Indeks Barthel

Keterbatasan dan isolasi

sosial, rendahnya

dukungan sosial dan

emosional, serta tekanan

psikologis tinggi

Penurunan aktivitas

sosial

Page 38: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

24

2.3 Kerangka Konsep

Variabel Terikat (dependen)

Variabel Bebas (Independen)

Variabel Kontrol

Demensia Berat dengan

kuesioner MMSE

Keterbatasan berat

aktivitas fisik dasar

sehari-hari dengan Indeks

Barthel

Hendaya fungsi sosial menggunakan total

skor kuesioner Hearing Handicap

Inventory in Elderly-Screening (HHIE-S)

Demensia Ringan-Sedang

dengan kuesioner MMSE

Gangguan dengar

Keterbatasan ringan-

sedang aktivitas fisik

dasar sehari-hari dengan

Indeks Barthel

Skor Audiometri Nada Murni

Page 39: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

25

2.3 Definisi Operasional

No. Variabel

yang diukur

Definisi Pengukur Cara

Pengukuran

Alat Ukur Skala Hasil Ukur

1. Usia Lanjut Orang dengan

usia ≥60 tahun10

Peneliti Menanyakan

langsung

pada sampel

Kuesioner

karakteristik

responden

Numerik ≥60 tahun

2. Tuli Sensori

neural atau

prebiskusis

Presbikusis

adalah

penurunan

fungsi

pendengaran

sensorineural

akibat proses

penuaan1

Peneliti Berdasarkan

pemeriksaan

audiometri

nada murni

dengan

frekuensi

250, 500,

1000, 2000,

4000, dan

8000 Hz1

Audiometri Nominal Ambang dengar

audiometri nada

murni >25 dB

dengan AC-BC

berhimpit1

3. Kuesioner

Hearing

Handicap

Inventory for

the Elderly-

Screening

(HHIE-S)

Kuesioner

mengenai

dampak

gangguan

pendengaran

dengan sosial

emosional6

Peneliti Menanyakan

langsung

pada sampel

Kuesioner

Hearing

Handicap

Inventory

for the

Elderly-

Screening

(HHIE-S)

Numerik

Skor 0-8 = Tidak

ada hendaya

Skor 10-24 =

hendaya ringan

Skor 26-40 =

hendaya berat23

4. Audiometri

nada murni

Audiometri nada

murni adalah uji

nada murni yang

menunjukan

level frekuensi

suara yang dapat

didengar,

sehingga dapat

menentukan

derajat

gangguan

pendengaran.20

Peneliti Tes

audiometri

nada murni

dengan

frekuensi

125, 250,

500, 1000,

2000, 4000,

dan 8000

Hz11

Audiometri

KUDUwave

Numerik Ambang dengar:

0-25 dB =

pendengaran

normal

26-40 dB = tuli

ringan

41-55 dB = tuli

sedang

56-70 dB = tuli

sedang berat

71-90 dB = tuli

berat

>90 dB = tuli

sangat berat1

5. Demensia Sindroma klinik

yang terdiri dari

gangguan fungsi

intelektual dan

hilangnya

memori

Peneliti Menanyakan

langsung

pada sampel

Kuesioner

MiniMental

State

Examinatio

n

(MMSE)10

Numerik Kuesioner

Minimental State

Examination

(MMSE)

Skor 25-28 =

Normal

Page 40: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

26

sehingga

menyebabkan

disfungsi

kehidupan

sehari-hari.10

Skor 20-24=

Demensia ringan

Skor 13-19 =

Demensia sedang

Skor 0-12 =

Demensia berat10

6. Aktivitas

fisik dasar

sehari-hari

Fungsi aktivitas

dasar sederhana

yang harus

pasien lakukan

setiap hari untuk

memenuhi

kebutuhan dan

tuntutan hidup

sehari-hari.10

Peneliti Menanyakan

langsung

pada sampel

Kuesioner

Indeks

Barthel

Numerik Skor 0-20 =

ketergantungan

penuh

Skor 21-61 =

ketergantungan

berat

Skor 62-90 =

ketergantungan

Sedang

Skor 91-99 =

ketergantungan

ringan

Skor 100 =

mandiri10

Page 41: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik observasional membandingkan

instrumen subjektif berupa kuesioner The Hearing Handicap Inventory for the Elderly-

Screening (HHIE-S) dengan instrumen objektif berupa tes audiometri nada murni.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain potong lintang (cross sectional).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Panti Werdha Bina Bhakti, Melania, Beth

Shalom dan Pniel pada bulan Agustus-September 2019.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Target

Populasi target penelitian ini adalah orang tua usia diatas 60 tahun.

3.3.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau penelitian ini adalah orang tua diatas 60-90 tahun dan

masih beraktivitas secara mandiri yang berada di Panti Werdha Yayasan Bina Bakti,

Melania, Beth Shalom, dan Pniel.

3.3.3 Sampel

Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini didapatkan dari

perhitungan sebagai berikut:

n = [(𝑍𝛼+ 𝑍𝛽)

0,5 ln{1+𝑟

1−𝑟}]

2

+ 3

n = [(1,96+ 0,84)

0,5 ln{1+0,691

1−0,691}]

2

+ 3

n = (3,3)2 + 3

n = 13,89 ~ 14

Ket :

Page 42: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

27

n : Jumlah Sampel

Zἀ : Ditentukan oleh tingkat kepercayaan pada 5%; Zἀ bernilai 1,96

Zβ : Ditentukan oleh tingkat kepercayaan pada 10%; Zβ bernilai 0,84

r : Koefisien korelasi ditetapkan 0,691 dari penelitian sebelumnya

(Fitthrih dkk, 2015)

Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan N = 13,89 maka penelitian ini

dibutuhkan 14 sampel. Sampel tidak bisa digunakan karena jumlahnya terlalu kecil,

sehingga dilakukan perhitungan sampel menggunakan rule of thumb. Perhitungan

sampel dengan menggunakan rule of thumb dengan rumus 10 x n variabel bebas.

Variabel bebas pada penelitian ini terdiri atas usia, nilai audiometri nada murni,

demensia dengan MMSE, dan gangguan aktivitas dasar kehidupan sehari-hari dengan

indeks barthel. Oleh karena itu, didapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 40.

3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling. Cara pemilihan ini menggunakan metode non-probability

sampling, yaitu peneliti memilih responden berdasarkan pertimbangan subjektif dan

praktis bahwa responden tersebut dapat memberikan informasi yang memadai untuk

penelitian, serta sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi penelitian.

3.3.5 Kriteria Sampel

3.3.5.1 Kriteria Inklusi

a. Usia 60-90 tahun

b. Menetap di panti werdha Bina Bhakti, Melania, Beth Shalom dan Pniel

c. Bersedia untuk dilakukan wawancara

d. Bersedia untuk dilakukan pemeriksaan audiometri

e. Tidak mengalami gangguan aktivitas fisik dasar sehari-hari, atau memiliki

keterbatasan ringan-sedang aktivitas fisik dasar sehari-hari.

f. Tidak memiliki demensia, atau memiliki demensia ringan-sedang.

3.3.5.2 Kriteria Eksklusi

1. Menolak untuk menjadi subjek penelitian

Page 43: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

28

2. Mengalami demensia berat

3. Memiliki keterbatasan berat aktivitas fisik dasar sehari-hari

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Terikat (Dependent)

Total skor kuesioner The Hearing Handicap Inventory for the Elderly-

Screening (HHIE-S)

3.4.2 Variabel Bebas (Independent)

Usia, nilai audiometri nada murni, demensia menggunakan MMSE, dan

gangguan aktivitas fisik dasar sehari-hari menggunakan Indeks barthel.

Page 44: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

29

3.5 Cara kerja Penelitian

3.5.1 Alur Penelitian

Penerjemahan kuesioner The Hearing Handicap

Inventory for the Elderly-Screening (HHIE-S)

Perizinan penelitian di Panti Werdha Bina Bhakti,

Melania, Beth Shalom dan Pniel

Pengumpulan data lansia di Panti Werdha Bina Bhakti, Melania, Beth

Shalom dan Pniel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Pengisian lembar informed consent dan penjelasan

alur penelitian

Pemeriksaan telinga menggunakan otoskop dan

audiometri nada murni pada sampel

Analisa statistik dengan SPSS

Pengisian kuesioner The Hearing Handicap

Inventory for the Elderly-Screening (HHIE-S)

Pengisian kuesioner kuesioner Mini-Mental State Exam

(MMSE) dan kuesioner Indeks Barthel

Page 45: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

30

3.5.2 Alat dan Bahan

1. Lembar persetujuan responden

2. Kuesioner The Hearing Handicap Inventory for the Elderly-Screening

(HHIE-S)

3. Kuesioner Mini-Mental State Exam (MMSE)

4. Kuesioner Indeks Barthel

5. Audiometer nada murni tipe Non-Chamber Audiometry KUDUwave

6. Earphones

7. Otoskop

3.5.3 Cara kerja

1. Pengisian lembar persetujuan responden, kuesioner Mini-Mental State Exam

(MMSE) dan kuesioner Instrumen Indeks Barthel untuk mengkategorikan

subjek berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

2. Pengisian kuesioner The Hearing Handicap Inventory for the Elderly-

Screening (HHIE-S) dalam Bahasa Indonesia oleh subjek yang telah sesuai

dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

3. Pemeriksaan otoskopi

4. Pemeriksaan audiometri nada murni tipe non chamber audiometry KUDUwave

untuk menentukan ambang dengar subjek dengan cara:

a. Menjelaskan tatacara penggunaan alat kepada responden

b. Memasang eartip dan cimcumaural ear seal pada kedua telinga

responden

c. Memberikan tes percobaan kepada responden untuk menilai apakah

responden sudah memahami cara penggunaan alat

d. Software KUDUwave pada laptop akan melakukan pemeriksaan secara

otomatis

5. Membandingkan hasil dari pengisian kuesioner The Hearing Handicap

Inventory for the Elderly-Screening (HHIE-S) dengan pemeriksaan audiometri

nada murni untuk menentukan hubungan kuesioner The Hearing Handicap

Page 46: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

31

Inventory for the Elderly-Screening (HHIE-S) sebagai metode skrining awal

gangguan pendengaran pada lansia dengan nilai audiometri nada murni.

3.6 Manajemen Data

3.6.1 Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data primer yang diambil

langsung dari responden oleh peneliti. Data yang telah diperoleh akan diproses dengan

beberapa langkah, yaitu:

1. Editing, untuk menyunting data dengan memeriksa kelengkapan jawaban,

keterbacaan tulisan dan kesesuaian jawaban.

2. Coding, untuk mengonversikan data yang berbentuk huruf menjadi bentuk

angka sehingga memudahkan dalam proses analisis.

3. Data entry, untuk memasukan data ke dalam komputer.

4. Cleaning, pembersihan data sebelum masuk analisis dengan mengecek kembali

untuk memastikan data yang di masukan ke dalam computer telah benar.

3.6.2 Analisis Data

Analisis data diolah dan diuji dengan IBM SPSS Statistic versi 22. Analisis data

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis bivariat untuk mengetahui

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis data bivariat

dilakukan dengan uji statistik Chi-Square, Spearman dan Pearson. Kemudian, akan

dilakukan analisis multivariat dengan analisis regresi linier sederhana untuk

mengetahui hubungan antar beberapa variabel bebas dengan variabel terikat.

3.6.3 Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan teks deskripsi dan table.

Page 47: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Analisis Univariat

4.1.1.1 Karakteristik Responden

Subjek pada penelitian ini adalah kelompok usia lanjut 60-90 tahun yang

menetap di Panti Werdha Melania, Bina Bhakti, Beth Shalom dan Pniel di Tangerang

Selatan. Didapatkan total keseluruhan sampel sebanyak 59 orang, dengan karakteristik

sebagai berikut.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Karakteristik

Usia (Mean±SD) 74,25 (8,19)*

60-70 tahun 21 (35,6%)

71-80 tahun 25 (42,4%)

81-90 tahun 13 (22%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 18 (30,5%)

Perempuan 41 (69,5%)

Aktivitas Fisik Dasar Sehari-hari berdasarkan Skor Indeks

Barthel (Median (Min-Max)) 100 (65-100)**

Mandiri 46 (15,3%)

Ketergantungan Ringan 4 (6,8%)

Ketergantungan Sedang 9 (5,1%)

Demensia Berdasarkan skor MMSE (Median (Min-Max)) 27 (15-28)**

Normal 42 (71,2%)

Demensia Ringan 13 (22%)

Demensia Sedang 4 (6,8%)

Skor Kuesioner HHIE-S (Median (Min-Max)) 8 (0-38)**

Tidak ada hendaya 30 (50,9%)

Hendaya ringan 19 (32,2%)

Hendaya berat 10 (26,9%) * Karakteristik dengan distribusi normal ditulis dengan notasi Mean±SD

**Karakteristik dengan distribusi tidak normal ditulis dengan notasi Median (min - max)

Dari 59 responden dalam penelitian ini, didapatkan subjek memiliki jenis

kelamin terbanyak adalah perempuan sebesar 69,5%. Kemudian, didapatkan usia

terbanyak adalah 71-80 tahun dengan persentase 42,4%, fungsi aktivitas fisik dasar

Page 48: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

33

sehari-hari terbanyak pada responden adalah mandiri dengan persentase 84,7%, skor

demensia berdasarkan nilai MMSE pada responden paling banyak adalah normal

dengan persentase 71,2%.

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil kuesioner The Hearing Handicap

Inventory for the Elderly-Screening (HHIE-S) menunjukan bahwa 30 orang (50,9%)

tidak memiliki hendaya dengan total skor kuesioner 0-8, 19 orang memiliki hendaya

ringan (32,2%) dengan total skor kuesioner 10-24 dan 10 orang memiliki hendaya berat

(26,9%) dengan total skor kuesioner 26-40.

4.1.1.2 Gambaran Sebaran Hasil Pemeriksaan Audiometri

Pada penelitian ini, dilakukan pemeriksaan tes audiometri nada murni untuk

mengetahui derajat gangguan pendengaran pada responden. Pemeriksaan audiometri

dilakukan ditelinga kiri dan kanan pada frekuensi 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz,

dan 8000 Hz, sehingga diperoleh nilai rata-rata ambang dengar (PTA) pada hantaran

udara pada 4 frekuensi yaitu 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, dan 4000 Hz.

Tabel 4.2 Sebaran hasil pemeriksaan audiometri nada murni

Sebaran Hasil Pemeriksaan Audiometri

Telinga Kanan

Rerata ambang dengar (PTA) 43,81 (21,01)*

4000 Hz 40,00(10,00-100,00)**

8000 Hz 60,00(10,00-80,00)**

Telinga Kiri

Rerata ambang dengar (PTA) 43,75 (18,94)*

4000 Hz 47,37 (19,41)*

8000 Hz 60,00(10,00-80,00)** * Karakteristik dengan distribusi normal ditulis dengan notasi Mean±SD

**Karakteristik dengan distribusi tidak normal ditulis dengan notasi Median (min - max)

Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pemeriksaan audiometri nada murni

didapatkan ambang dengar pada telinga kanan dan kiri. Berdasarkan data diatas, dapat

diketahui bahwa distribusi data yang normal pada rerata ambang dengar (PTA) telinga

kanan dan kiri, serta ambang dengar pada frekuensi 4000 Hz di telinga kiri, sehingga

dapat dideskripsikan dengan mean ± standar deviasi.

Page 49: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

34

Tabel 4.3 Derajat gangguan pendengaran berdasarkan nilai rerata ambang dengar

(PTA)

Derajat Gangguan Dengar (dB) Telinga Kanan Telinga Kiri

Normal (0-25) 14 (23,7%) 11 (18,6%)

Ringan (26-40) 15 (25,4%) 20 (33,9%)

Sedang-Berat (>40) 30 (50,9%) 28 (47,5%)

Dari total 59 subjek yang dilakukan pemeriksaan audiometri, didapatkan bahwa

prevalensi tertinggi ambang dengar pada telinga kanan dan kiri adalah tuli sedang-berat

sebanyak 30 orang (50,9%) dan 28 orang (47,5%).

4.1.2 Analisis Bivariat

Pada penelitian ini, dilakukan uji chi-square untuk mengetahui hubungan antar

kelompok berdasarkan kuesioner HHIE-S dan rerata ambang dengar. Pada tabel 4.4

dapat dilihat hasil pemeriksaan audiometri nada murni dan kuesioner HHIE-S. Pada

tabel tersebut subjek dinyatakan memiliki gangguan pendengaran jika didapatkan nilai

PTA ≥ 25 dB. Sedangkan subjek dinyatakan memiliki hendaya berdasarkan kuesioner

HHIE-S jika mendapatkan skor HHIE-S ≥ 10.

Tabel 4.4 Hasil skor kuesioner HHIE-S terhadap derajat gangguan pendengaran

Skor Kuesioner HHIE-S

Total p Normal

(0-8)

Hendaya

Ringan Sedang

(10-24)

Hendaya

Berat

(26-40)

Rerata

ambang

dengar

(PTA)

Normal 24

(20,3%)

0

(0%)

0

(0%)

24

(20,3%)

0,00 Tuli Ringan

27

(22,9%)

6

(5,1%)

0

(0%)

33

(28,8%)

Tuli Sedang

Berat

13

(11%)

30

(25,4%)

18

(15,3%)

61

(51,7%)

Total 64

(54,2%)

36

(30,5%)

18

(15,3%)

118

(100%)

Berdasarkan tabel diatas jumlah sampel dihitung berdasarkan jumlah telinga

yang dilakukan pemeriksaan audiometri, sehingga jika jumlah subjek sebesar 59 orang,

maka didapatkan sampel sebesar 118. Sehingga didapatkan bahwa 24 sampel yang

memiliki pendengaran normal tidak terdapat hendaya sosial emosional (20,3%). Tidak

Page 50: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

35

ada sampel yang memiliki pendengaran normal terdapat hendaya sosial emosional

ringan-sedang atau berat (0%). 27 sampel dengan tuli ringan tidak memiliki hendaya

sosial emosional, 6 sampel dengan tuli ringan memiliki hendaya sosial emosional

ringan-sedang (5,1%), serta tidak ada orang dengan tuli ringan memiliki hendaya sosial

emosional berat (0%). 13 sampel dengan tuli sedang berat tidak memiliki hendaya

sosial emosional (11%), 30 sampel dengan tuli sedang berat memiliki hendaya sosial

emosional ringan (25,4%), serta 18 sampel dengan tuli sedang berat memiliki hendaya

berat. Nilai p <0,05 menunjukan bahwa secara statistik terdapat hubungan antar

gangguan pendengaran dengan skor kuesioner HHIE-S.

4.1.2.1 Korelasi Antara Variabel dengan Skor Kuesioner HHIE-S

Pada penelitian ini, dilakukan uji analisis bivariat dengan menggunakan uji

korelasi untuk mengetahui hubungan antar variabel bebas dan terikat dengan data

numerik. Uji korelasi yang digunakan adalah uji korelasi parametrik dan non

parametrik. Uji korelasi parametrik atau uji korelasi pearson digunakan untuk uji

dengan variabel yang memiliki distribusi data normal (p >0,05) yaitu variabel usia,

sedangkan untuk uji korelasi non parametrik atau uji korelasi spearman digunakan

untuk variabel lainnya yang memiliki distribusi data yang tidak normal, sehingga

didapatkan nilai korelasi sebagai berikut.

Tabel 4.5 Korelasi antara variabel dengan skor kuesioner HHIE-S

Skor Kuesioner HHIE-S

Variabel r P CI

Usia 0,150 0,257* (-0,19) – 0,314

Aktivitas fisik dasar

sehari-hari (Indeks

Barthel)

-0,225 0,087** (-0,461) – 0,013

Skor kuesioner MMSE -0,441 0,000** (-0,585) – (-0,285) * Uji Parametrik Pearson

** Uji Non-Parametrik Spearman

r = Koefisien Korelasi

p = bermakna jika nilai <0,05

CI = Confidence Interval

Pada uji Pearson didapat korelasi antara usia dengan skor kuesioner HHIE-S

bernilai positif dengan kekuatan korelasi lemah namun tidak bermakna (r = 0,150, p =

0,257). Pada uji Spearman didapatkan hubungan antara skor kuesioner HHIE-S dengan

Page 51: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

36

aktivitas fisik dasar sehari-hari memiliki korelasi negatif dengan kekuatan lemah

namun tidak bermakna (r = -0,225, p = 0,087). Hubungan antara skor kuesioner HHIE-

S dengan gangguan kognitif pada lansia yaitu pada skor kuesioner MMSE (r = -0,441,

p = 0,000) memiliki korelasi negatif dengan kekuatan lemah yang bermakna.

Tabel 4.6 Korelasi antara ambang dengar dengan skor kuesioner HHIE-S

Skor Kuesioner HHIE-S

Ambang Dengar r P CI

PTA 0,769 0,000** 0,671 – 0,837

Frekuensi 4000 Hz 0,667 0,000** 0,545 – 0,765

Frekuensi 8000 Hz 0,586 0,000** 0,445 – 0,693

** Uji Non-Parametrik Spearman

r = Koefisien Korelasi

p = bermakna jika nilai <0,05

CI = Confidence Interval

Hubungan antara skor kuesioner HHIE-S dan nilai rata-rata ambang dengar

(PTA) memiliki korelasi positif dengan kekuatan kuat dan bermakna (r = 0,769, p =

0,000). Hubungan antara skor kuesioner HHIE-S nilai ambang dengar frekuensi 4000

Hz memiliki korelasi positif dengan kekuatan kuat yang bermakna (r = 0,667, p =

0,000). Sedangkan, hubungan antara skor kuesioner HHIE-S dengan nilai ambang

dengar frekuensi 8000 Hz memilki nilai korelasi positif dengan kekuatan sedang yang

bermakna (r = 0,586, p = 0,000).

4.1.2.2 Korelasi Antara Demensia dengan Gangguan Pendengaran

Pada penelitian ini, dilakukan analisis mengenai hubungan gangguan

pendengaran dengan demensia. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada

atau tidaknya hubungan yang bermakna diantara gangguan pendengaran dan demensia.

Pada penilaian gangguan pendengaran menggunakan pemeriksaan audiometri nada

murni yaitu nilai rerata ambang dengar (PTA), ambang dengar 4000 Hz dan ambang

dengar 8000 Hz. Sedangkan untuk pemeriksaan demensia dilakukan dengan

pemeriksaan MMSE. Analisis dilakukan dengan uji korelasi Spearman, karena kedua

data memiliki distribusi tidak normal (p <0,05).

Tabel 4.7 Korelasi antara ambang dengar dengan demensia

Page 52: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

37

Demensia (skor kuesioner MMSE)

Ambang Dengar r P CI

PTA -0,410 0,00** (-0,551) – (-0,235)

Frekuensi 4000 Hz -0,357 0,00** (-0,504) – (-0,181)

Frekuensi 8000 Hz -0,408 0,00** (-0,552) – (-0,253)

** Uji Non-Parametrik Spearman

r = Koefisien Korelasi

p = bermakna jika nilai <0,05

CI = Confidence Interval 95%

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan gambaran hubungan ambang dengar dengan

demensia. Hubungan antara rerata ambang dengar dengan skor MMSE memiliki

korelasi negatif sedang yang bermakna (r = -0,410; p = 0,000). Hubungan ambang

dengar frekuensi 4000 Hz dengan skor MMSE memiliki korelasi negatif lemah yang

bermakna (r = -0,375; p = 0,000). Hubungan ambang dengar frekuensi 8000 Hz dengan

skor MMSE memiliki korelasi negatif sedang yang bermakna (r = -0,408; p = 0,000).

4.1.3 Analisis Multivariat

Pada penelitian ini, dilakukan analisis multivariat untuk mengetahui hubungan

antara beberapa variabel bebas dengan satu variabel terikat. Analisis multivariat yang

digunakan adalah analisis regresi linear dengan metode backward karena variabel

terikatnya adalah variabel numerik. Variabel yang dimasukan dalam analisis

multivariat adalah variabel yang memiliki p <0,25 pada analisis bivariat, yaitu skor

indeks Barthel, skor MMSE, nilai rerata ambang dengar (PTA), nilai ambang dengar

pada 4000 Hz dan nilai ambang dengar pada 8000 Hz.

4.1.3.1 Model

Pada analisis multivariat regresi linier dengan metode backward akan

memberikan informasi mengenai model terbaik dalam penelitian. Analisis backward

mengeluarkan variabel dari model secara bertahap berdasarkan nilai p yang paling

besar, sehingga variabel dianggap tidak bermakna. Kemudian proses akan berhenti

setelah menemukan model yang paling baik.

Tabel 4.8 Model Analisi Regresi Linier

Page 53: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

38

Model Koefisien T Sig

1

(Constant) -.666 .510 .612

MMSE .054 -1.917 .061

Indeks Barthel .306 .468 .641

PTA .042 2.770 .008

Hz4000 -.007 .352 .727

HZ8000 6.468 -.082 .935

2

(Constant) -.660 .509 .613

MMSE .052 -1.969 .054

Indeks Barthel .306 .466 .643

PTA .037 2.805 .007

Hz4000 6.923 .363 .718

3

(Constant) -.633 .551 .584

MMSE .043 -1.952 .056

Indeks Barthel .340 .400 .691

PTA 10.296 5.908 .000

4

(Constant) -.593 1.116 .269

MMSE .334 -1.938 .058

PTA -.666 6.073 .000 Variabel dependen: HHIE-S

Berdasarkan tabel diatas, model pertama dimasukan enam variabel bebas, yaitu

skor kuesioner Barthel indeks, skor MMSE, rerata ambang dengar (PTA), nilai ambang

dengar pada 4000 Hz dan 8000 Hz dengan constant atau variabel terikat yaitu nilai

kuesioner HHIE-S. Pada model kedua, variabel nilai ambang dengar pada 8000 Hz

dikeluarkan karena memiliki nilai p paling besar sehingga dianggap paling tidak

bermakna. Pada model ketiga, model keempat variabel nilai ambang dengar pada 4000

Hz dikeluarkan, dan pada variabel skor Barthel Indeks dikeluarkan, sehingga

didapatkan model yang dianggap terbaik yaitu model dengan variabel rerata ambang

dengar (PTA) dan MMSE.

4.1.3.2 Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar

hubungan varibel bebas, yaitu kuesioner MMSE (X1) dan nilai rerata ambang dengar

(PTA) (X2) terhadap variabel terikat yaitu skor kuesioner HHIE-S (Y). Adapun hasil

persamaan regresi liniear berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y = 10,296 – 0,593 X1 + 0,334 X2

Tabel 4.9 Analisis Regresi Linier Berganda

Page 54: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

39

Model Koefisien T Sig

4

HHIE-S 10.296 1,116 0,269

MMSE -0,593 -1,938 0,058

PTA 0,334 6,073 0,000

Berdasarkan persamaan regresi diatas dapat diketahui :

Nilai konstanta sebesar 10,296, yang berarti bahwa jika kuesioner MMSE (X1) dan

nilai rerata ambang dengar (PTA) (X2) memiliki nilai 0, maka kuesioner HHIE-S

(Y) memiliki nilai 10,296.

Nilai koefisien regresi variabel kuesioner MMSE (X1) sebesar -0,593. Sehingga jika

variabel bebas lain nilainya tetap, dan kuesioner MMSE memiliki kenaikan 1%,

maka kuesioner HHIE-S (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,593%. Koefisien

bernilai negatif, yang berarti semakin menurun nilai kuesioner MMSE maka

semakin meningkat nilai kuesioner HHIE-S.

Nilai koefisien regresi variabel nilai rerata ambang dengar (X2) sebesar 0,334.

Sehingga jika variabel bebas lain nilainya tetap, dan nilai rerata ambang dengar

memiliki kenaikan 1%, maka kuesioner HHIE-S (Y) akan mengalami kenaikan

sebesar 0,334%. Koefisien bernilai positif, yang berarti semakin meningkat nilai

rerata ambang dengar maka semakin meningkat nilai kuesioner HHIE-S.

4.1.3.2 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji ini dilakukan dengan melihat

nilai R Square (R2) pada model summary.

Page 55: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

40

Tabel 4.10 Koefisien Determinasi (R2)

Model R R Square Sig.

1 .742a .550 .000

2 .742b .550 .935

3 .741c .549 .718

4 .740d .548 .691 Model 1 : HHIE-S, Indeks Barthel, MMSE, PTA, 4000 Hz, 8000 Hz

Model 2 : HHIE-S, Indeks Barthel, MMSE, PTA, 4000 Hz

Model 3 : HHIE-S, Indeks Barthel, MMSE, PTA

Model 4 : HHIE-S, MMSE, PTA

Berdasarka tabel diatas diketahui koefisien determinasi model pada penelitian

ini sebesar 0,562, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa skor kuesioner MMSE, dan

nilai rerata ambang dengar (PTA) mempengaruhi atau menjelaskan secara simultan

nilai kuesioner HHIE-S sebesar 54,8%, sedangkan sisanya sebesar 45,2% dipengaruhi

oleh faktor lain.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Univariat

4.2.1.1 Karakteristik Responden

Subjek pada penelitian ini terdiri dari 59 orang. Karakteristik subjek penelitian

ini dinilai berdasarkan usia, jenis kelamin, gangguan kognitif, gangguan aktivitas fisik

dasar sehari-hari dan skor kuesioner HHIE-S.

Rentang usia yang dijadikan subjek penelitian ini adalah 60-90 tahun. Usia

terendah pada penelitian ini adalah 60 tahun, karena pada usia tersebut sudah masuk

periode lanjut usia. Pada periode lanjut usia, terjadi proses degenerasi sistemik

sehingga terjadi penurunan fungsi organ, termasuk organ pendengaran. Proses

degenerasi menyebabkan kerusakan pada sel rambut, stria vaskularis dan membran

basalis, sehingga terjadi gangguan pendengaran khususnya pada frekuensi tinggi.

Kelompok usia dalam subjek penelitian ini dibagi menjadi usia 60-70 tahun

sejumlah 21 orang (35,6%), usia 71-80 tahun sejumlah 25 tahun (42,4%), dan usia 81-

90 tahun 13 orang (22%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lee,

menunjukan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan peningkatan ambang dengar,

Page 56: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

41

yaitu terjadi peningkatan rata-rata ambang dengar 1 dB setiap tahunnya pada usia 60

tahun ke atas, sehingga usia merupakan salah satu risiko terjadinya presbiskusis yang

berakibat terjadinya gangguan dalam proses komunikasi. Selain itu, proses dengenerasi

pada orang lanjut usia akan menyebabkan berbagai gangguan fungsi organ, sehingga

dapat terjadi berbagai gangguan, seperti gangguan kognitif dan gangguan aktivitas fisik

dasar sehari-hari yang akan mempengaruhi kualitas hidup pada orang lanjut usia.38

Karakteristik lain yang akan dibahas adalah gangguan kognitif pada lanjut usia

atau demensia. Demensia merupakan salah satu permasalahan paling sering di orang

lanjut usia, yang terjadi 5-10% pada populasi lanjut usia. Prevalensinya meningkat

sesuai usia sebesar 1-2% pada usia 65-74 tahun. Pada penelitian ini evaluasi demensia

pada subjek dilakukan dengan menggunakan kuesioner MMSE, sehingga didapatkan

42 orang tidak memiliki gangguan kognitif (71,2%), 13 orang memiliki gangguan

kognitif ringan (22%), dan 4 orang memiliki gangguan kognitif sedang (6,8%). Proses

degenerasi akan berdampak pada sistem saraf pusat sehingga terjadi degenerasi neuron

dan sinaps yang akan menyebabkan terjadinya demensia. Gangguan kognitif pada

demensia menyebabkan penurunan fungsi memori, penerjemahan dan pemahaman

kata, serta pemilihan dan penyusunan kata, sehingga terdapat keterbatasan dalam

berkomunikasi yang menyebabkan terjadinya hendaya fungsi sosial.35

Karakteristik lain dalam penelitian ini adalah jenis kelamin. Jenis kelamin

terbanyak dalam penelitian ini adalah wanita sebanyak 41 orang (69,5%) dan pria

sebanyak 18 orang (30,5%). Berdasarkan jenis kelamin, ambang dengar laki-laki

cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan wanita, khususnya di 4 dan 8 kHz.

Namun, saat periode menopause pada wanita terjadi peningkatan ambang dengar

secara signifikan akibat perubahan hormon estrogen yang berfungsi untuk proteksi

pada organ pendengaran.11

Karakteristik selanjutnya pada penilitian ini adalah gangguan aktivitas fisik

dasar sehari-hari yang dinilai dengan menggunakan kuesioner indeks Barthel.

Gangguan aktivitas fisik dasar sehari-hari disebabkan oleh proses degenerasi pada

fungsi tulang dan otot, sehingga terjadi imobilisasi pada orang lanjut usia. Gangguan

Page 57: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

42

aktivitas fisik dasar sehari-hari menyebabkan penurunan interaksi sosial dan isolasi

sosial, sehingga dapat terjadi gangguan sosial dan emosional pada lanjut usia. Data di

Amerika menunjukan bahwa 28% orang dengan usia lebih dari 65 tahun memiliki

setidaknya satu keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari. Pada penelitian ini

menunjukan prevalensi terbesar pada subjek adalah mandiri atau mampu melakukan

aktivitas fisik dasar sehari-hari sebanyak 50 orang (84,7%), terdapat 6 orang

mengalami ketergantungan ringan (10,2%), dan terdapat 3 orang mengalami

ketergantungan berat namun masih aktif secara sosial (5,1%).29

4.2.1.2 Gambaran Sebaran Hasil Pemeriksaan Audiometri

Pemeriksaan audiometri nada murni dilakukan pada frekuensi 500 Hz, 1000

Hz, 4000 Hz, dan 8000 Hz, kemudian ditentukan rerata ambang dengar (PTA) pada 4

frekuensi tersebut, sehingga dapat ditentukan derajat gangguan dengar. Didapatkan

nilai rerata ambang dengar (PTA) minimum 12,5 dB dan maksimum 105 dB dengan

mean 43 dB. Pada frekuensi 4000 Hz didapatkan nilai minimum 10 dB dan nilai

maksimum 100 dB dengan mean 46 dB. Pada frekuensi 8000 Hz didapatkan nilai

minimum 20 dB dan nilai maksimum 80 dB dengan mean 61 dB. Sehingga tampak

terlihat adanya peningkatan ambang dengar seiring dengan meningkatnya frekuensi

pada audiometri nada murni.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian prevalensi gangguan pendengaran pada

orang lanjut usia di Jepang menunjukan bahwa 29% terjadi di usia akhir 60 tahun, 39%

di usia awal 70 tahun. Berdasarkan penelitian Frammingham, menunjukan bahwa

prevalensi gangguan pendengaran sebesar 29% di usia >60 tahun, 73% di >70 tahun,

dan 60% di usia 73-84 tahun. Penelitian lain di Amerika pada orang usia >70 tahun

menunjukan terjadinya gangguan pendengaran sebesar 63,1%. Lin menyatakan bahwa

peningkatan usia berhubungan dengan gangguan pendengaran di seluruh frekuensi,

namun peningkatan ambang dengar lebih signifikan terlihat di frekuensi nada

tinggi.36,39

Pada penelitian ini juga dilakukan analisis derajat gangguan pendengaran

berdasarkan rerata ambang dengar (PTA) didapatkan bahwa derajat gangguan

Page 58: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

43

pendengaran pada telinga kanan 14 orang memiliki pendengaran normal (23,7%), 15

orang mengalami tuli ringan (25,4%), dan 30 orang mengalami tuli sedang-berat

(50,9%). Selain itu, pada telinga kiri didapatkan 11 orang memiliki pendengaran

normal (18,6%), 20 orang mengalami tuli ringan (33,9%), dan 28 orang mengalami tuli

sedang-berat (47,5%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini memiliki

distribusi sampel terbanyak mengalami tuli sedang-berat. Pada penelitian Fittrih dkk,

mendapatkan distribusi sampel terbanyak yaitu tuli sedang sebanyak 20 orang (40%).

Sedangkan, pada penelitian Wibowo dkk, mendapatkan distribusi sampel terbanyak

yaitu tuli sedang-berat sebanyak 9 orang (37,5%). Hal tersebut menunjukan bahwa

pada subjek yang dijadikan penelitian yaitu orang lanjut usia sudah terdapat gangguan

pendengaran pada nada rendah dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lee,

dkk. yang menyatakan bahwa pada usia >60 tahun terjadi peningkatan ambang dengar

1 dB pada tiap tahunnya.7,38,40

4.2.2 Analisis Bivariat

4.2.2.1 Hubungan Antara Variabel dengan Skor Kuesioner HHIE-S

Pada penelitian ini dilakukan uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas dan terikat. Hasil analisis hubungan antara skor kuesioner HHIE-S

dengan usia menggunakan uji Pearson menunjukan koefisien korelasi (r) = 0,150

dengan p = 0,257. Hal tersebut menunjukan adanya hubungan positif lemah namun

tidak bermakna antara skor kuesioner HHIE-S dengan usia. Penelitian oleh Diao M,

dkk. menunjukan bahwa skor HHIE-S berkorelasi dengan usia (r = 0,475). Pada

penelitian Wibowo, dkk. dilakukan evaluasi mengenai tabulasi silang antara usia

dengan skor kuesioner HHIE-S. Penelitian tersebut menunjukan terdapat hubungan

diantara usia dan skor kuesioner HHIE-S, dimana semakin tinggi usia, maka semakin

tinggi juga total skor kuesioner HHIE-S. Hal tersebut dapat terjadi karena semakin

tinggi usia, maka semakin berat derajat gangguan pendengarannya. Pada penelitian

tersebut juga menunjukan bahwa kejadian presbiskusis paling banyak pada kelompok

usia >80 tahun (33,33%). Gangguan sosial emosional dan hendaya fungsi sosial yang

terjadi pada subjek, selain dipengaruhi oleh gangguan pendengaran, juga dipengaruhi

Page 59: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

44

oleh faktor usia karena berdasarkan penelitian oleh Davis yang dikutip oleh Wibowo,

menyatakan bahwa orang lanjut usia dengan gangguan pendengaran cenderung

menjauhi suasana ramai dan padat, sehingga lebih kurang menyukai aktivitas sosial.

Pada penelitian cohort yang dilakukan oleh Callileth, menyatakan bahwa orang yang

memiliki usia lebih tua memiliki lebih banyak kesulitan dalam hidupnya, seperti

peningkatan risiko ganggan kesehatan dan kondisi sosial ekonomi yang lebih rendah,

sehingga mengarah pada pengembangan harapan hidup yang lebih rendah dan

menurunkan rasa optimisme pada individu, akibatnya terjadi peningkatan risiko

penarik diri dari lingkungan sosial.40,41,42

Hasil analisis hubungan antara aktivitas fisik dasar sehari-hari menggunakan

indeks barthel dengan skor kuesioner HHIE-S menunjukan nilai koefisien korelasi (r)

sebesar -0,225 dengan p = 0,087. Hal tersebut menunjukan adanya hubungan negatif

lemah tidak bermakna antara aktivitas fisik dasar sehari-hari dengan skor kuesioner

HHIE-S. Sehingga dapat diketahui bahwa adanya keterbatasan aktivitas fisik dasar

sehari-hari yang dinyatakan dengan semakin rendah nilai kuesioner Indeks Barthel,

maka akan semakin besar tingkat gangguan sosial emosional yang dinyatakan dengan

semakin tinggi nilai kuesioner HHIE-S. Hal tersebut didukung dengan penelitian

Gopinath, dkk. yang mendapatkan bahwa semakin rendah mean skor aktivitas fisik

dasar sehari-hari, maka semakin tinggi nilai skor HHIE-S. Hal ini dapat terjadi karena

keterbatasan aktivitas dasar sehari-hari pada orang lanjut usia dapat menyebabkan

penurunan aktivitas sosial, isolasi sosial dan rendahnya dukungan sosial emosional,

sehingga terjadi gangguan sosial emosional yang dapat di evaluasi dengan skor HHIE-

S. Selain itu, salah satu aspek penting dari fungsi aktivitas fisik dasar sehari-hari adalah

fungsi komunikasi. Pada penelitian Dalton, dkk. menunjukan orang dengan gangguan

dengar secara signifikan memiliki fungsi aktivitas fisik dasar sehari-hari yang lebih

buruk dibandingkan dengan orang tanpa gangguan dengar. Sehingga gangguan

komunikasi dapat menyebabkan gangguan aktivitas fisik dasar sehari-hari.23,24

Hasil analisis hubungan antara skor kuesioner HHIE-S dengan gangguan

kognitif berdasarkan kuesioner MMSE menunjukan koefisien korelasi (r) = -0,441

Page 60: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

45

dengan p = 0,000. Hal tersebut menunjukan adanya hubungan negatif lemah yang

bermakna antara skor kuesioner HHIE-S dengan skor kuesioner MMSE. Sehingga

dapat diketahui bahwa semakin tinggi nilai skor kuesioner HHIE-S, maka semakin

rendah nilai kuesioner MMSE atau dapat disimpulkan bahwa semakin berat derajat

gangguan kognitif, maka semakin tinggi nilai skor kuesioner HHIE-S. Hal tersebut

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Putratama, menunjukan bahwa hasil

kuesioner HHIE-S berpengaruh terhadap MMSE, dimana orang yang memiliki

presbiskusis yang ditunjukan dengan tingginya nilai HHIE-S memiliki risiko demensia

13 kali dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki prebiskusis. Peningkatan skor

kuesioner HHIE-S pada orang dengan gangguan kognitif terjadi karena terdapat

gangguan dalam komunikasi sosial pada orang dengan gangguan kognitif, baik dalam

pemilihan maupun pemahaman kata, sehingga orang dengan gangguan kognitif akan

cenderung menurunkan interaksi sosialnya. Orang dengan demensia akan cenderung

menjadi marah, terganggu serta frustasi karena mereka tidak dapat memahami apa yang

orang lain harapkan terhadap mereka. Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh

Lopes, dkk. menunjukan bahwa skor kuesioner HHIE-S tidak memiliki perbedaan yang

signifikan antara kelompok dengan gangguan kognitif ringan dan kelompok tanpa

gangguan kognitif. Hal tersebut kemungkinan dapat terjadi karena pasien dengan

gangguan kognitif memiliki kehilangan dalam berpikir kritis mengenai masalah

pendengaran mereka.25

Hasil analisis hubungan antara rerata ambang dengar (PTA) dengan hasil

kuesioner HHIE-S menggunakan uji korelasi spearman didapatkan nilai koefisien

korelasi (r) = 0,769 dengan p = 0,000. Hal tersebut menunjukan bahwa ada hubungan

yang positif kuat dan bermakna antara skor kuesioner HHIE-S dengan rerata ambang

dengar (PTA). Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Fittrih, dkk. didapatkan korelasi yang kuat antara rerata ambang dengar (PTA) dengan

skor kuesioner HHIE-S (p = 0,001) dengan nilai koefisien korelasi 0,691. Selain itu,

penelitian lainnya juga dilakukan oleh Wibowo, dkk menunjukan korelasi yang sangat

kuat antara rerata ambang dengar (PTA) dengan skor kuesioner HHIE-S (p = 0,000)

Page 61: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

46

dengan koefisien korelasi 0,937. Sehingga dapat diketahui bahwa semakin tinggi nilai

ambang dengar, maka semakin tinggi pula skor kuesioner HHIE-S.7,40

Hasil analisis hubungan antara ambang dengar pada frekuensi 4000 Hz dengan

skor kuesioner HHIE-S menunjukan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,667 dengan

p = 0,000. Hal tersebut menunjukan adanya hubungan positif kuat yang bermakna

antara ambang dengar pada frekuensi 4000 Hz dengan skor kuesioner HHIE-S. Hal

tersebut didukung oleh penelitian Calviti, dkk. menunjukan bahwa korelasi antara

ambang dengar pada frekuensi 4000 Hz dengan skor kuesioner HHIE-S sebesar 41,5%

dengan p <0,001, sehingga dapat dikatakan terdapat korelasi positif dengan kekuatan

sedang yang bermakna antara ambang dengar pada frekuensi 4000 Hz dengan skor

kuesioner HHIE-S.43

Hasil analisis hubungan antara ambang dengar pada frekuensi 8000 Hz dengan

skor kuesioner HHIE-S menunjukan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,586 dengan

p = 0,000. Hal tersebut menunjukan adanya hubungan positif sedang yang bermakna

antara ambang dengar pada frekuensi 8000 Hz dengan skor kuesioner HHIE-S.

Penelitian yang dilakukan oleh Calviti, dkk. menunjukan bahwa terdapat korelasi

positif lemah yang bermakna sebesar 30,8% dengan p <0,001 antara ambang dengar

pada frekuensi 8000 Hz dengan skor kuesioner HHIE-S.43

Korelasi antara skor kuesioner HHIE-S dengar skor audiometri nada murni

bernilai positif dengan kekuatan sedang-kuat yang bermakna. Hal tersebut didukung

oleh penelitian yang dilakukan oleh Calvin, dkk. yang menyatakan orang dengan skor

kuesioner HHIE-S yang lebih besar akan memiliki gangguan pendengaran yang lebih

besar. Pada orang dengan gangguan pendengaran, terjadi kesulitan dalam proses

komunikasi akibat salah mendengar atau memahami kata, sehingga akan cenderung

menarik diri dari lingkungan sosial. Orang dengar gangguan pendengaran akan

cenderung terisolasi dari lingkungan sosialnya, sehingga terjadi gangguan sosial

emosional pada pasien yang terpresentasikan pada peningkatan skor kuesioner HHIE-

S.29

Page 62: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

47

Pada hasil ditunjukan bahwa nilai korelasi lebih tinggi pada nilai rerata ambang

dengar (PTA) dibandingkan dengan ambang dengar pada 4000 Hz dan 8000 Hz.

Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Calvin, dkk. yang mendapatkan

hubungan skor kuesioner HHIE-S dan rerata ambang dengar pada 500 Hz, 1000 Hz

dan 2000 Hz memiliki korelasi yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan

4000 Hz dan 6000 Hz pada rerata ambang dengar. Hal ini dikarenakan nilai rerata

ambang dengar (PTA) menunjukan ambang dengar pada suara nada rendah yaitu suara

lingkungan (suara ombak, hujan) dan suara dalam percakapan sehari-hari. Sedangkan

ambang dengar pada 4000 Hz dan 8000 Hz menunjukan ambang dengar pada suara

nada tinggi, seperti suara burung, serta huruf ‘s’ dan ‘th’. Selain itu, karakteristik

bahasa Indonesia lebih banyak memiliki sebaran kata huruf vokal yang berada pada

nada rendah dibandingkan dengan negara barat yang memiliki lebih banyak sebaran

kata dengan huruf konsonan yang berada pada nada tinggi. Sehingga gangguan pada

nilai rerata ambang dengar (PTA) akan lebih mudah diketahui dan lebih mempengaruhi

kehidupan sehari-hari, dibandingkan ambang dengar pada frekuensi tinggi. Sementara

itu, pada orang dengan lanjut usia gangguan pendengaran diawali pada frekuensi tingi,

sehingga jika sudah terdapat gangguan pendengaran frekuensi rendah pada lansia,

maka tingkat keparahan gangguan pendengaran lebih tinggi. Hal tersebut yang

menyebabkan mengapa pada orang di negara barat lebih membutuhkan alat bantu

dengar lebih awal dibandingkan dengan orang Indonesia.43

Magrini, dkk. mengatakan bahwa orang dengan gangguan pendengaran yang

lebih berat memiliki risiko lebih tinggi terjadinya gejala depresi, perubahan kognitif,

dan kesulitan konsentrasi. Pada penelitiannya menunjukan penggunaan alat bantu

dengar selama tiga bulan pada subjek menunjukan perbaikan dalam aspek sosial dan

emosial yang ditunjukan dengan penurunan nilai kuesioner HHIE-S, hal tersebut

disebabkan efek penggunaan alat bantu dengar menyebabkan perbaikan kemampuan

dalam komunikasi.44

Page 63: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

48

4.2.2.2 Hubungan Antara Demensia dan Gangguan Pendengaran

Pada penelitian ini, hasil analisis mengenai hubungan antara gangguan

pendengaran dengan demensia menunjukan terdapat korelasi negatif sedang yang

bermakna diantara keduanya. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi derajat

gangguan pendengaran atau ambang dengar audiometri nada murni, maka semakin

rendah nilai hasil kuesioner MMSE yang berarti semakin berat derajat gangguan

kognitif.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lin F, dkk. yang

menunjukan bahwa pada kelompok yang memiliki gangguan dengar memiliki angka

kejadian dan risiko sebesar 24% untuk mengalami gangguan kognitif yang lebih besar

dibandingkan dengan kelompok yang tidak memiliki gangguan dengar. Hal tersebut

dapat terjadi karena gangguan pendengaran menyebabkan penurunan interaksi sosial

pada orang lanjut usia, sehingga terjadi penurunan stimulasi dari otak dan terjadi

peningkatan risiko neurodegeneratif. Penelitian Magrini, dkk. menunjukan

penggunaan alat bantu dengar selama tiga bulan menunjukan peningkatan fungsi

kognitif yang signifikan berdasarkan tes MMSE. Hal ini terjadi karena perbaikan

fungsi audiori dan komunikasi memiliki efek positif terhadap perbaikan fungsi

kognitif. Selain itu, Margini, dkk. menyatakan bahwa subjek lansia yang tidak

menggunakan alat bantu dengar pada gangguan pendengaran sedang-berat memiliki

risiko lebih tinggi terjadinya penurunan fungsi kognitif.44

Disamping itu, demensia merupakan salah satu risiko terjadinya gangguan

pendengaran melalui gangguan komunikasi sosial. Pada penelitian Lopes, dkk.

menunjukan bahwa kelompok dengan gangguan kognitif memiliki gangguan

pendengaran yang lebih buruk dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini

mungkin disebabkan oleh memburuknya fungsi kognitif yang menyebabkan gangguan

fungsi pemahaman kata, ataupun dapat terjadi karena proses neurodegeneratif akibat

kehilangan memori. Kemungkinan lain pada orang dengan demensia terjadi kesulitan

dalam presepsi auditorik akibat kerusakan neuron dan atrofi otak baik pada pusat

Page 64: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

49

kognitif, sistem limbik maupun jaras audiori perifer dan sentral, sehingga terjadi

gangguan dalam interpretasi dan pemprosesan informasi dalam komunikasi.25

Penelitian yang dilakukan oleh Ulhmann, dkk. menunjukan bahwa kelompok

dengan demensia memiliki ambang dengar 30 dB lebih tinggi secara signifikan

dibandingan dengan orang dengan fungsi kognitif normal. Penelitan lain menunjukan

bahwa insiden demensia meningkat 1,89x lebih tinggi pada orang dengan gangguan

dengar rendah, 3x lebih tinggi pada orang dengan gangguan ringan sedang, dan 4,94x

lebih tinggi pada orang dengan gangguan dengar berat. Hal tersebut dapat terjadi

karena gangguan kognitif pada demensia menyebabkan gangguan penerjemahan dan

pemahaman kata, selain itu juga terdapat gangguan pemilihan kata, penyusunan kata

dan gangguan memori yang menyebabkan gangguan dalam komunikasi pada penderita

demensia. Gangguan komunikasi ini menyebabkan orang dengan demensia cenderung

menurunkan interaksi sosial dan frekuensi komunikasi dengan orang lain, sehingga

terjadi penurunan stimulasi dari organ pendengaran. Pada penelitian Gates, dkk.

menunjukan bahwa pada pasien dengan gangguan memori terdapat disfungsi audiori

sentral akibat penyakit Alzheimer.6,25,36,45

4.2.3 Analisis Multivariat

Pada penelitian ini dilakukan analisis multivariat pada variabel bebas yang

memiliki hasil korelasi bermakna (p <0,25) dengan skor kuesioner HHIE-S, yaitu rerata

ambang dengar (PTA), skor MMSE, skor indeks Barthel, ambang dengar pada 4000

Hz dan 8000 Hz. Berdasarkan hasil analisis regresi linier yang menunjukan hubungan

antar variabel bebas dengan variabel terikat yang dinilai berdasarkan nilai statistiknya

menunjukan variabel yang memiliki nilai p tertinggi dianggap memiliki korelasi yang

paling lemah dan akan dieliminasi untuk mendapatkan model yang lebih baik.

Pada penelitian ini menunjukan bahwa skor kuesioner HHIE-S paling

dipengaruhi oleh rerata ambang dengar (PTA) dan skor MMSE yang memiliki nilai p

terendah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo, dkk. yang

menyatakan bahwa gangguan pendengaran dapat mempengaruhi ikatan sosial

penderita akibat kesulitan berkomunikasi, sehingga penderita akan cenderung

Page 65: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

50

mengurangi aktivitas sosialnya. Hal tersebut juga membuktikan bahwa nilai rerata

ambang dengar (PTA) yang merepresentasikan frekuensi bicara dalam komunikasi

sehari-hari sangat mempengaruhi sosial dan emosional penderita. Sebuah penelitian

berdasarkan data penduduk Amerika Serikat menunjukan bahwa orangtua dengan

gangguan pendengaran, terutama wanita memiliki jaringan sosial yang lebih sempit

dibandingkan dengan orang tanpa gangguan pendengaran. Selanjutnya, sempitnya

jaringan sosial pada orangtua akan menurunkan dukungan sosial, sehingga orangtua

akan cenderung menyendiri yang akan meningkatkan risiko terjadinya demensia.40

Kemudian skor kuesioner HHIE-S sebagian besar dipengaruhi oleh gangguan

kognitif atau demensia yang diukur menggunakan kuesioner MMSE. Sehingga dapat

membuktikan bahwa tanpa mengikutsertakan orang dengan gangguan kognitif berat,

orang dengan gangguan kognitif ringan dan sedang sudah mengalami gangguan sosial

emosional, serta hendaya fungsi sosial yang diakibatkan oleh gangguan komunikasi

khususnya dalam pemahaman kata. Kemudian, pada orang dengan gangguan kognitif

ringan-sedang kemungkinan sudah terjadi isolasi dan penarikan diri dari lingkungan

sosial.25

Kemudian, dapat diketahui bahwa aktivitas fisik dasar sehari-hari memiliki

pengaruh kurang besar terhadap skor kuesioner HHIE-S. Hal ini menunjukan bahwa

dengan tidak mengikutsertakan orang dengan gangguan aktivitas fisik dasar berat,

maka aktivitas fisik tidak terlalu mempengaruhi terjadinya hendaya fungsi sosial. Hal

tersebut didukung oleh penelitian Ling Na, dkk. yang menyatakan bahwa hanya

gangguan aktivitas fisik dasar sehari-hari tingkat IV (ketergantungan total) yang

berpengaruh secara signifikan terhadap gangguan sosial dan emosional, sedangkan

gangguan aktivitas fisik dasar sehari-hari tingkat I hingga III memiliki efek sosial dan

emosial yang tidak jauh berbeda dengan tingkat 0 (mandiri). Selain itu, Ling Na, dkk.

menyatakan bahwa lansia dengan gangguan aktivitas fisik dasar sehari-hari tingkat IV

(ketergantungan total) memiliki jejaring sosial yang lebih kecil, rendahnya frekuensi

untuk berhubungan dengan kerabat, dan rendahnya peran dukungan dari kerabat

dibandingkan dengan lansia dengan gangguan aktivitas fisik dasar sehari-hari tingkat

Page 66: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

51

0 (mandiri). Kemudian, Mendes, dkk. menyatakan bahwa semakin besar dan kuat

intensitas dalam hubungan sosial dengan kerabat memiliki dampak untuk menurunkan

risiko terjadinya keterbatasan dalam aktivitas fisik dasar sehari-hari. Hal tersebut

terjadi karena tingginya dukungan sosial dan emosional, sehingga mencegah terjadinya

gangguan fungsi fisik pada orang usia lebih dari 65 tahun.29

Salah satu kemungkinan penyebab rendahnya pengaruh aktivitas fisik dasar

sehari-hari terhadap skor HHIE-S adalah ketebatasan sampel. Dengan tidak diikut

sertakannya orang dengan keterbatasan aktivitas fisik dasar berat, maka sampel

cenderung masih memiliki fungsi aktivitas fisik yang baik, sehingga karakteristik

sampel cenderung homogen. Maka dari itu, untuk mengatasi keterbatasan tersebut

dapat dilakukan dengan penambahan jumlah sampel, sehingga kemungkinan

didapatkan hasil yang lebih bermakna antara aktivitas fisik dasar sehari-hari dengan

skor kuesioner HHIE-S.

Kemudian, dapat diketahui bahwa ambang dengar pada 4000 Hz lebih

mempengaruhi skor kuesioner HHIE-S dibandingkan dengan ambang dengar pada

8000 Hz. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Calvin, dkk. yang

menunjukan bahwa semakin tinggi frekuensi, maka semakin rendah korelasi dengan

skor kuesioner HHIE-S. Selain itu, Calvin, dkk. menyatakan bahwa penggunaan 4000

Hz dan 8000 Hz dalam nilai rerata ambang dengar tidak berkontribusi dalam perpsepsi

keluhan pedengaran di kuesioner HHIE-S. Selanjutkan didapatkan juga skor kuesioner

HHIE-S memiliki korelasi yang paling baik pada nilai rerata ambang dengar pada 500

Hz, 1000 Hz, dan 2000 Hz dibandingkan nilai rerata ambang dengar dengan

penambahan frekuensi yang lebih tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa skor

kuesioner HHIE-S lebih sensitif dan spesifik untuk mendeteksi gangguan pendengaran

pada frekuensi rendah dibandingkan dengan frekuensi tinggi.43

KETERBATASAN PENELITIAN

Salah satu keterbatasan dalam penelitian ini adalah metode pemilihan sampel

menggunakan teknik non random purposive sampling, dimana peneliti memiliki subjek

berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang sekiranya dapat memenuhi kriteria

Page 67: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

52

dalam penelitian. Hal ini dilakukan karena jumlah subjek yang terbatas dan keadaan

subjek yang beragam, sehingga tidak memungkinkan pemilihan sampel secara random.

Keterbatasan lain dalam penelitian ini diantaranya keadaan subjek yang lanjut usia

menyebabkan tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur

yang lain. Subjek rata-rata sudah memiliki gangguan pengelihatan, sehingga metode

pengisian kuesioner harus dilakukan dengan metode wawancara, maka terdapat risiko

bias akibat perbedaan presepsi antara pewawancara dan subjek.

Selain itu, pada tahap pengisian kuesioner MMSE terdapat kendala dalam

pertanyaan mengenai memori jangka menengah. Pada pengisian pertanyaan mengenai

tanggal dan tahun, rata-rata subjek tidak dapat mengingatnya karena subjek tidak

memiliki atau tidak pernah memperhatikan kalender, sehingga dihasilkan nilai

kuesioner yang lebih rendah dibandingkan dengan seharusnya.

Pada pengambilan data audiometri nada murni, terdapat kendala dikarenakan

responden yang kurang kooperatif terhadap pemeriksaan. Selain itu, dibutuhkan waktu

yang cukup lama dalam pemeriksaan audiometri, sehingga terdapat beberapa

responden yang tidak mau melanjutkan pemeriksaan. Didapatkan juga beberapa

responden yang kurang mengerti mengenai penggunaan alat, sehingga dilakukan

pemeriksaan ulang.

Page 68: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

55

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Angka kejadian presbiskusis tertinggi pada orang usia 60-90 tahun di panti

werdha Hanna, Melania, Bina Bhakti dan Pniel adalah tuli sedang-berat pada

telinga kanan dan kiri, yaitu sebesar 30 orang (50,9%) dan 28 orang (47,5%).

2. Gangguan pendengaran memiliki korelasi positif kuat yang bermakna dengan

gangguan sosial emosional yang dievaluasi menggunakan kuesioner HHIE-S

(Uji Spearman r = 0,769, p = 0,00).

3. Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan sosial emosional

pada orang usia 60-90 tahun, yaitu usia memiliki korelasi positif lemah namun

tidak bermakna (Uji Pearson r = 0,150, p = 0,257), gangguan kognitif yang

dievaluasi menggunakan kuesioner MMSE memiliki korelasi negatif sedang

yang bermakna (Uji Spearman r = -0,441, p = 0,000), aktivitas fisik dasar sehari-

hari yang dievaluasi menggunakan kuesioner indeks barthel memiliki korelasi

negatif lemah namun tidak bermakna (Uji Spearman r = -0,225, p = 0,087), nilai

ambang dengar frekuensi 4000 Hz memiliki korelasi positif dengan kekuatan

kuat yang bermakna (Uji Spearman r = 0,667, p = 0,000), dan nilai ambang

dengar frekuensi 8000 Hz memilki nilai korelasi positif dengan kekuatan sedang

yang bermakna (Uji Spearman r = 0,586, p = 0,000).

4. Gangguan kognitif memiliki korelasi negatif sedang yang bermakna dengan

rerata ambang dengar (PTA) (Uji Spearman r = -0,410; p = 0,000), korelasi

negatif lemah yang bermakna dengan ambang dengar pada frekuensi 4000 Hz

(Uji Spearman r = -0,375; p = 0,000) korelasi sedang negatif yang bermakna

dengan ambang dengar pada frekuensi 8000 Hz (Uji Spearman r = -0,408; p =

0,000).

Page 69: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

56

5.2 Saran

1. Kuesioner HHIE-S dapat menjadi salah satu metode skrining gangguan

pendengaran pada orang usia 60-90 tahun melalui evaluasi gangguan sosial

emosional yang disebabkan oleh gangguan dengar.

2. Penelitian ini dapat dikembangkan pada jumlah sampel yang lebih besar dengan

populasi sampel yang berbeda seperti pasien lansia pada rumah sakit, sehingga

didapatkan nilai korelasi yang lebih baik antara gangguan sosial emosional

dengan variabel lain.

Page 70: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

57

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi E, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti R. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.

h. 10-45

2. Kim T, Chung J. Evaluation of Age-Related Hearing Loss. Journal Korean

Audiology. 2013 September; 17(2): 50-53.

3. World Health Organization. WHO Global Estimates On Prevalence Of Hearing

Loss. World Health Organization. 2012.

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Riset Data Kesehatan (RISKESDAS) 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013.

5. Cassel C, Leipzig R, Coen H, dkk. Geriatric medicine. United State of America:

Springer. 2003. h. 893-9

6. Gates G, Murphy M, Rees T, dkk. Screening for Handicapping Hearing Loss

in The Elderly. The Journal of Family Practice. Januari 2013; 52 (1): 56-62.

7. Fittrih E, Purnami N, Hidayati T. Hubungan Antara Skor Kuesioner Hearing

Handicap Inventory for The Elderly Screening Pada Penderita Presbiskusis.

Jurnal THT-KL. 2015; 8(2):54-65

8. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC. 2016. h. 231-

7.

9. WHO. Definition of an Older or Elderly Person. 2002. [diakses tanggal 6

Oktober 2018]. Tersedia di:

https://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/

10. Martono H, Pranaka K. Buku Ajar Boedhi-Darmojo: Geratri (Ilmu Kesehatan

Usia Lanjut) ed 5. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2015. h. 8-13, 218-55, 591.

11. Halter J, Ouslander J, Tinetti M, dkk. Hazzard’s: Geriatric Medicine and

Gerontology. New York: McGraw-Hill Medicals. 2009. h. 16-18, 525-33.

Page 71: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

58

12. Durso S, Bowker L, Price J, Smith S. Oxford American Handbook of Geriatric

Medicine. New York: Oxford University Press. 2010. h. 568-9

13. Floretti A, Poli O, Varakliotis T, Eibenstein A. Hearing Disorders and

Sensorineural Aging. Journal of Geriatric. 2014; 2014: 6.

14. Shen Y, Ye Bin, Chen P, Wang Q, Fan Cui, dkk. Cognitive Decline, Dementia,

Alzheimer’s Disease and Presbycusis: Examination of the Possibe Molecular

Mechanism. Journal Front Neuroscience. 2018. 12: 394.

15. Lee KY. Pathophysiology Of Age-Related Hearing Loss (Peripheral And

Central). Korean J Audiol. 2013;17(2):45–9.

16. Phan N, McKenzie J, Huang L, Whitfield B, Chang A. Diagnosis And

Management Of Hearing Loss In Elderly Patients. Journal Australian Family

Physician. June 2016. 45(6): 366-9.

17. Water T, Staecker H. Otolaryngology: Basic Science and Clinical Review. New

York: Thieme. 2006. h. 362. 374-7

18. Swanepoel, D. W., & Biagio, L. Validity Of Diagnostic Computer-Based Air

and Forehead Bone Conduction Audiometry. Journal of Occupational and

Environmental Hygiene. 2011; 8: 210–214

19. Shojaeemend H, Ayatollahi H. Automated Audiometry: A Review of The

Implementation and Evaluation Methods. Healthc Inform Res. 2018;

24(4):263–275. doi:10.4258/hir.2018.24.4.263

20. Parham K, Lin FR, Coelho DH, Sataloff RT, Gates GA. Comprehensive

Management of Presbycusis: Central and Peripheral. Otolaryngol Head Neck

Surg. 2013;148(4):537–9.

21. McCabe D. Hearing Screening in Older Adults. Journal General Assessment

Series. 2019. 12.

22. B Gary, Williams P. The Psychosocial Effects of Hearing Loss on Adults.

United State: The University of Akron. 2018.

23. Gopinath B, Schneider J, McMahon C, Teber E, Leeder S, dkk. Severity of

Age-Related Hearing Loss is Associated with Impaired Activities of Daily

Living. Journal Age and Ageing. 2011. 41: 195-200.

Page 72: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

59

24. Dalton D, Cruickshanks K, Klein B, Klein R, Wiley T, dkk. The Impact of

Hearing Loss on Quality of Life in Older Adults. Journal Gerintologist. 2003;

43(5): 661-668.

25. Lopes L, Magaldi R, Gandara M, Reis A, Filho W. Prevalence of Hearing

Impairment in Patients with Mild Cognitive Impairment. Journal Dementia and

Neuropsychologia. 2007; 3:253-259.

26. Lin FR, Metter EJ, O'Brien RJ, Resnick SM, Zonderman AB, Ferrucci L.

Hearing Loss and Incident Dementia. Arch Neurol. 2011;68(2):214–220.

doi:10.1001/archneurol.2010.362

27. Ciorba A, Bianchini C, Pelucchi S, Pastore A. The Impact of Hearing Loss on

The Quality of Life of Elderly Adults. Clin Interv Aging. 2012;7:159–163.

doi:10.2147/CIA.S26059

28. Khaje-Bishak Y, Payahoo L, Pourghasem B, Asghari Jafarabadi M. Assessing

The Quality of Life in Elderly People and Related Factors in Tabriz, Iran. J

Caring Sci. 2014;3(4):257–263. Published 2014 Dec 1.

doi:10.5681/jcs.2014.028

29. Na L, Streim JE. Psychosocial Well-Being Associated With Activity of Daily

Living Stages Among Community-Dwelling Older Adults. Gerontol Geriatr

Med. 2017;3:2333721417700011.

30. Kenis C, Wildiers H. Practice Guideline: Comprehensive Geriatic Assessment

(CGA) in Oncological Patients. Journal of Geriatic Oncology. 2012. Vol 3(2):

174-176.

31. Elizabeth W. The Measurement Properties of The Original Barthel Index and

Its Applicability to Measure Function with Older Adults: A Systematic Review.

2013. Available from: http://tinyurl.com/zjpjknr. [Diakses pada 10 Agustus

2019].

32. Hormozi S, Khoei M, Sharifi F, Taati F, Aminalroaya R, dkk. Iranian Version

of Barthel Index: Validity and Reability in Outpatients Elderly. International

Journal of Preventive Medicine. 2019; 10(1): 130.

Page 73: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

60

33. Montano J, Spitzer J. Adult Audiologic Rehabilitation. Ed 2. USA: Plural

Publishing. 2014. h. 12-13

34. Servidoni AB, Conterno LO. Hearing Loss in the Elderly: Is the Hearing

Handicap Inventory for the Elderly-Screening Version Effective in Diagnosis

When Compared to the Audiometric Test?. Int Arch Otorhinolaryngol.

2017;22(1):1–8.

35. Banovic S, Zunic LJ, Sinanovic O. Communication Difficulties as a Result of

Dementia. Mater Sociomed. 2018; 30(3):221–224.

36. Lin FR, Yaffe K, Xia J, et al. Hearing Loss And Cognitive Decline In Older

Adults. JAMA Intern Med. 2013; 173(4):293–299.

37. A. Villarejo, V. Puertas-Martín. Usefulness of Short Tests in Dementia

Screening. 2011. Journal Neurologia. 2011; 26 (7): 425-433.

38. Lee FS, Matthew LJ, Dubno JR, Mills JH. Longitudinal Study Of Pure-Tone

Thresholds In Older Persons. Journal Ear Hear. 2005; 26(1):1-11.

39. Yamasoba T, Lin FR, Someya S, Kashio A, Sakamoto T, Kondo K. Current

Concepts In Age-Related Hearing Loss: Epidemiology And Mechanistic

Pathways. Hear Res. 2013;303:30–38. doi:10.1016/j.heares.2013.01.021

40. Wibowo S, Soedarmi M, Lukmantya. Hubungan Ambang Dengar Dengan Nilai

Hearing Handicap Berdasarkan Hearing Handicap Inventory for The Elderly-

Screening (HHIE-S). ORLI. 2010. Vol 40 (2):126-133

41. Diao M, Sun J, Jiang T, Tian F, Jia Z, dkk. Comparison Between Self-Reported

Hearing and Measured Hearing Thresholds of The Elderly in China. Journal

Ear Hear. 2014. 35(5): 228-32.

42. Wiley T, Cruickshanks K, Nondahl D, Tweed T. Self-Reported Hearing

Handicap and Audiometric Measures in Older Adult. Journal Am Acad Audiol.

2000. 11: 67-75.

43. Calviti K, Periera L. Sensitivity, Specificity, and Predictive Values of Hearing

Loss to Different Audiometric Mean Values. Brailian Journal of

Otorhinolaryngology. 2009; 75(6):794-800

Page 74: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

61

44. Margini A, Momensohn T. Check The Influence Of Hearing Aid Use On

Cognitive Screening In The Elderly. Journal Distub Comun. 2017; 29(1): 122-

132.

45. Pichora-Fuller MK, Mick P, Reed M. Hearing, Cognition, and Healthy Aging:

Social and Public Health Implications of the Links between Age-Related

Declines in Hearing and Cognition. Semin Hear. 2015;36(3):122–139.

doi:10.1055/s-0035-1555116

Page 75: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

62

LAMPIRAN

Lampiran 1

Lembar Kaji Etik

Page 76: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

63

Lampiran 2

Surat Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan Data di Panti Werdha

Page 77: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

64

Lampiran 3

Lembar Informed Consent

Lembar Persetujuan (Informed Consent) Responden Hubungan Kuesioner

Hearing Handicap In Elderly-Screening (HHIE-S) dengan Tes Audiometri Nada

Murni Pada Orang Usia 60-90 Tahun di Panti Werdha di Tangerang Selatan

Assalamualaikum wr.wb.

Saya, Ade Nurmyla Fauziati Mahasiswi S1 Program Studi Kedokteran,

Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, bermaksud mengadakan

penelitian untuk mengukur Hubungan Kuesioner Hearing Handicap In Elderly-

Screening (HHIE-S) dengan Tes Audiometri Nada Murni Pada Orang Usia 60-90

Tahun di Panti Werdha di Tangerang Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk

menyelesaikan studi saya di Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika Bapak/Ibu bersedia untuk mengisi kuesioner ini, silahkan mengisi identitas

dan tanda tangan di bawah ini.

Nama :

Usia :

Jenis kelamin :

Alamat :

Nomor telepon/hp :

Semua informasi dari hasil kuesioner ini kami jamin kerahaasiannya. Oleh

karena itu, kami harap Bapak/Ibu/Saudara dapat mengisi kuesioner ini dengan lengkap

dan bersedia untuk kami lakukan pemeriksaan audiometri. Terima kasih atas waktu

yang telah Bapak/Ibu/Saudara berikan untuk mengisi kuesioner ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Yang menyetujui,

Peneliti Responden

_______________________ ______________________

Page 78: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

65

Lampiran 4

Kuesioner Karakteristik Responden

KETERANGAN RESPONDEN PENELITIAN

Tanggal:

__________________

Nama:_______________________________________________________________

______

Umur: Jenis

Kelamin:___________________________

Pekerjaan: Telepon:_______________________________

Alamat:

Penggunaan Alat Bantu Dengar : Ya/Tidak

Onset : ___________

Tipe ABD :

Tingkat Kepuasan Penggunaan :

Page 79: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

66

Lampiran 5

Kuesioner Mini-Mental State Exam (MMSE)

No. Tes Nilai

Maks Nilai

ORIENTASI 1

1. Tahun berapakah sekarang? 1

2. Tanggal berapakah sekarang? 1

3. Bulan berapakah sekarang 1

4. Hari apakah sekarang? 1

5. Musim apakah sekarang? 1

6. Dimana anda saat ini? 1

7. Di negara apa anda berada? 1

8. Di kota apa anda berada? 1

9. Di jalan apa anda berada? 1

10. Di lantai berapakah kita saat ini? 1

REGISTRASI

11. Saya akan menyebutkan 3 nama benda.

Bola Kursi Pohon Ulangi kata tersebut dengan 1 detik tiap kata

Beri 1 nilai tiap jawaban benar pada upaya awal dan hitung

upaya yang dilakukan

Jumlah upaya:_____________

3

ATENSI DAN KALKULASI

12. Minta pasien untuk menghitung mundur dari 100 dengan

selisih 7.

Lakukan hingga mendapat 5 jawaban. Berilah skor 1 untuk

setiap jawaban yang benar.

Bila pasien tidak dapat berhitung, mintalah pasien untuk

mengeja kata dari huruf paling belakang ke depan. (Misal

RUMAH)

5

RECALL

Pasien diminta untuk mengingat kembali tiga kata yang

diberikan sebelumnya

13. Kata “Bola” 1

14. Kata “Kursi” 1

15. Kata “Pohon” 1

BAHASA

16. (Tunjuk sebuah jam tangan) “Apakah ini?” 1

17. (Tunjuk sebuah pensil) “Apakah ini?” 1

18. Cobalah ulangi kata-kata ini: “Tetapi Dan Atau Bila” 1

Page 80: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

67

19. Bacalah kalimat yang tertera pada kertas ini dan coba

lakukan

Tutup mata Anda Berilah nilai jika pasien menutup matanya

1

Beri pasien selembar kertas dan ikuti perintah ini:

“Ambil kertas ini dengan tangan kanan, lipat menjadi dua

dan letakan di lantai”

Berilah skor 1 untuk setiap langkah yang benar

3

20. Tulis sebuah kalimat di kertas 1

21. Coba tiru gambar ini

(Penilaian benar jika kedua segi lima membentuk sudut

yang baik dan berpotongan satu sama lain untuk

membentuk segi empat)

1

Total Skor 28

Skor 25-28 = Normal

Skor 20-24 = Demensia ringan

Skor 13-19 = Demensia sedang

Skor 0-12 = Demensia berat

Page 81: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

68

Lampiran 6

Kuesioner Indeks Barthel

No Aktivitas Kemampuan Skor

1. Transfer Mandiri 15

Dibantu satu orang 10

Dibantu dua orang 5

Tidak Mampu 0

2. Mobilisasi (berjalan) Mandiri 15

Dibantu dua orang 10

Dibantu satu orang 5

Bergantung orang lain 0

3. Penggunaan toilet Mandiri 10

Perlu pertolongan orang lain 5

Tergantung orang lain 0

4. Membersihkan diri Mandiri 5

Perlu pertolongan orang lain 0

5. Mengontrol BAB Kontinen teratur 10

Kadang-kadang inkontinen 5

Inkontinen 0

6. Mengontrol BAK Kontinen teratur 10

Kadang-kadang inkontinen 5

Inkontinen 0

7. Mandi Mandiri 5

Tergantung orang lain 0

8. Berpakaian Mandiri 10

Sebagian dibantu 5

Tergantung orang lain 0

9. Makan Mandiri 10

Perlu pertolongan orang lain 5

Tergantung orang lain 0

10. Naik turun tangga Mandiri 10

Perlu Pertolongan 5

Tidak mampu 0

Total Skor

Skor 0-20 = ketergantungan penuh

Skor 21-61 = ketergantungan berat

Skor 62-90 = ketergantungan Sedang

Skor 91-99 = ketergantungan ringan

Skor 100 = mandiri

Page 82: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

69

Lampiran 7

Kuesioner Hearing Handicap Inventory For The Eldery-Screening (HHIE-S)

No. Pertanyaan Ya Kadang-

Kadang Tidak

E-1

Apakah masalah pendengaran menyebabkan

Anda merasa malu saat bertemu dengan orang

baru?

E-2

Apakah masalah pendengaran menyebabkan

Anda merasa frustasi saat berbicara dengan

keluarga Anda?

S-3 Apakah Anda memiliki kesulitan mendengar

saat seseorang berbisik?

E-4 Apakah Anda merasa ada gangguan pada

pendengaran?

S-5

Apakah masalah pendengaran menyebabkan

Anda mengalami kesulitan saat mengunjungi

teman, kerabat, atau tetangga?

S-6

Apakah masalah pendengaran menyebabkan

Anda kurang menghadiri kegiatan

keagaamaan?

E-7

Apakah masalah pendengaran menyebabkan

Anda mengalami perbedaan pendapat dengan

keluarga?

S-8

Apakah masalah pendengaran menyebabkan

Anda mengalami kesulitan saat mendengar

TV/radio?

E-9

Apakah anda merasa pendengaran Anda

membatasi atau menghambat kehidupan

pribadi atau sosial?

S-10

Apakah masalah pendengaran menyebabkan

Anda kesulitan saat di restoran dengan teman

atau kerabat?

Total Skor

Skor 0-8 = Tidak ada hendaya

Skor 10-24 = hendaya ringan

Skor 26-40 = hendaya berat

Page 83: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

70

Lampiran 8

Form Pemeriksaan Fisik Telinga

Kanan Inspeksi &

Palpasi Kiri

Inspeksi liang telinga :

lapang/sempit, isi (serumen, sekret,

jaringan granulasi, massa)

Liang

telinga

Inspeksi liang telinga :

lapang/sempit, isi (serumen, sekret,

jaringan granulasi, massa)

Otoskopi

Lapang/sempit, ada masa, secret,

hifa, furunkel, oedem diffuse

Lapang/sempit, ada masa, secret,

hifa, furunkel, oedem diffuse

Keutuhan:

utuh/perforasi/sentral/marginal/atik,

Warna : jernih/suram/hiperemis

Kelainan di lateral MT : bula,

polip, kolesteatoma

Kelainan di medial MT : cairan/air

buble/hematom/massa

Keutuhan:

utuh/perforasi/sentral/marginal/atik,

Warna : jernih/suram/hiperemis

Kelainan di lateral MT : bula,

polip, kolesteatoma

Kelainan di medial MT : cairan/air

buble/hematom/massa

(gambarkan temuan otoskopi)

(gambarkan temuan otoskopi)

Page 84: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

71

Lampiran 9

Contoh Hasil Audiometri

Page 85: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

72

Lampiran 10

Gambar Pengambilan Data

Gambar 7.1 Proses pengambilan data kuesioner

Gambar 7.2 Proses pengambilan data ambang dengar dengan non-chamber

audiometry kuduwave

Page 86: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

73

Lampiran 11

Hasil Uji Statistik

Analisis Univariat Uji Normalitas Data

Descriptives

Statistic Std. Error

JK Mean 1.6949 .06046

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 1.5739

Upper Bound 1.8159

5% Trimmed Mean 1.7166

Median 2.0000

Variance .216

Std. Deviation .46440

Minimum 1.00

Maximum 2.00

Range 1.00

Interquartile Range 1.00

Skewness -.869 .311

Kurtosis -1.290 .613

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

JK .439 59 .000 .579 59 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives

Statistic Std. Error

Usia Mean 74.2542 1.06690

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 72.1186

Upper Bound 76.3899

5% Trimmed Mean 74.1525

Median 74.0000

Variance 67.158

Page 87: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

74

Std. Deviation 8.19502

Minimum 60.00

Maximum 90.00

Range 30.00

Interquartile Range 12.00

Skewness .110 .311

Kurtosis -.798 .613

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Usia .069 59 .200* .971 59 .171

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives

Statistic Std. Error

HHIES Mean 9.8305 1.32086

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 7.1865

Upper Bound 12.4745

5% Trimmed Mean 9.0301

Median 8.0000

Variance 102.936

Std. Deviation 10.14575

Minimum .00

Maximum 38.00

Range 38.00

Interquartile Range 14.00

Skewness 1.052 .311

Kurtosis .235 .613

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

HHIES .188 59 .000 .852 59 .000

Page 88: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

75

Descriptives

Statistic Std. Error

IndeksBarthel Mean 95.6780 1.29320

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 93.0893

Upper Bound 98.2666

5% Trimmed Mean 97.1422

Median 100.0000

Variance 98.670

Std. Deviation 9.93330

Minimum 65.00

Maximum 100.00

Range 35.00

Interquartile Range .00

Skewness -2.338 .311

Kurtosis 4.328 .613

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

IndeksBarthel .448 59 .000 .491 59 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives

Statistic Std. Error

MMSE Mean 25.4237 .44328

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 24.5364

Upper Bound 26.3110

5% Trimmed Mean 25.7316

Median 27.0000

Variance 11.593

Std. Deviation 3.40488

Minimum 15.00

Maximum 28.00

Range 13.00

Page 89: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

76

Interquartile Range 4.00

Skewness -1.210 .311

Kurtosis .399 .613

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

MMSE .250 59 .000 .769 59 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives

Statistic Std. Error

AS_PTA Mean 43.7542 2.46640

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 38.8172

Upper Bound 48.6913

5% Trimmed Mean 42.4940

Median 40.0000

Variance 358.903

Std. Deviation 18.94474

Minimum 13.80

Maximum 100.00

Range 86.20

Interquartile Range 31.30

Skewness .863 .311

Kurtosis .676 .613

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

AS_PTA .109 59 .077 .938 59 .005

a. Lilliefors Significance Correction

Page 90: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

77

Descriptives

Statistic Std. Error

AS_4000 Mean 47.3729 2.52792

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 42.3127

Upper Bound 52.4331

5% Trimmed Mean 46.6102

Median 45.0000

Variance 377.031

Std. Deviation 19.41729

Minimum 10.00

Maximum 100.00

Range 90.00

Interquartile Range 25.00

Skewness .474 .311

Kurtosis .121 .613

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

AS_4000 .088 59 .200* .972 59 .182

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives

Statistic Std. Error

AS_8000 Mean 61.8305 2.21666

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 57.3934

Upper Bound 66.2676

5% Trimmed Mean 63.1544

Median 60.0000

Variance 289.902

Std. Deviation 17.02650

Minimum 10.00

Maximum 80.00

Page 91: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

78

Range 70.00

Interquartile Range 30.00

Skewness -.810 .311

Kurtosis .349 .613

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

AS_8000 .145 59 .003 .894 59 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives

Statistic Std. Error

AD_PTA Mean 43.8119 2.73560

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 38.3360

Upper Bound 49.2878

5% Trimmed Mean 42.4692

Median 41.3000

Variance 441.527

Std. Deviation 21.01255

Minimum 12.50

Maximum 105.00

Range 92.50

Interquartile Range 28.70

Skewness .906 .311

Kurtosis .557 .613

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

AD_PTA .113 59 .059 .935 59 .004

a. Lilliefors Significance Correction

Page 92: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

79

Descriptives

Statistic Std. Error

AD_4000 Mean 45.7627 2.74531

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 40.2674

Upper Bound 51.2580

5% Trimmed Mean 44.9200

Median 40.0000

Variance 444.667

Std. Deviation 21.08713

Minimum 10.00

Maximum 100.00

Range 90.00

Interquartile Range 30.00

Skewness .641 .311

Kurtosis -.192 .613

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

AD_4000 .150 59 .002 .953 59 .024

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives

Statistic Std. Error

AD_8000 Mean 61.7797 2.16152

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 57.4529

Upper Bound 66.1064

5% Trimmed Mean 62.9991

Median 60.0000

Variance 275.658

Std. Deviation 16.60294

Minimum 20.00

Maximum 80.00

Range 60.00

Interquartile Range 30.00

Page 93: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

80

Skewness -.605 .311

Kurtosis -.254 .613

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

AD_8000 .186 59 .000 .891 59 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives

Statistic Std. Error

PTA Mean 43.7831 1.83376

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 40.1514

Upper Bound 47.4147

5% Trimmed Mean 42.4595

Median 40.0000

Variance 396.795

Std. Deviation 19.91972

Minimum 12.50

Maximum 105.00

Range 92.50

Interquartile Range 28.80

Skewness .880 .223

Kurtosis .566 .442

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

PTA .086 118 .033 .942 118 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 94: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

81

Descriptives

Statistic Std. Error

ADS

4000 Hz

Mean 46.5678 1.85945

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 42.8853

Upper Bound 50.2503

5% Trimmed Mean 45.7203

Median 45.0000

Variance 407.991

Std. Deviation 20.19879

Minimum 10.00

Maximum 100.00

Range 90.00

Interquartile Range 30.00

Skewness .550 .223

Kurtosis -.114 .442

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

ADS

4000 Hz .111 118 .001 .966 118 .004

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives

Statistic Std. Error

ADS 8000

Hz

Mean 61.8051 1.54142

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 58.7524

Upper Bound 64.8578

5% Trimmed Mean 63.0791

Median 60.0000

Variance 280.363

Std. Deviation 16.74406

Minimum 10.00

Maximum 80.00

Range 70.00

Page 95: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

82

Interquartile Range 30.00

Skewness -.702 .223

Kurtosis .009 .442

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

ADS

8000 Hz .166 118 .000 .894 118 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Analisi Bivariat

Uji Chi-Square

Kat_PTA * Kat_HHIE Crosstabulation

Kat_HHIE

Total Normal

Hendaya

Ringan Sedang Hendaya Berat

Kat_PTA Normal Count 24 0 0 24

% of Total 20.3% 0.0% 0.0% 20.3%

Tuli Ringan Count 27 6 0 33

% of Total 22.9% 5.1% 0.0% 28.0%

Tuli sedang berat Count 13 30 18 61

% of Total 11.0% 25.4% 15.3% 51.7%

Total Count 64 36 18 118

% of Total 54.2% 30.5% 15.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 58.844a 4 .000

Likelihood Ratio 73.472 4 .000

Linear-by-Linear Association 46.915 1 .000

Page 96: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

83

N of Valid Cases 118

a. 1 cells (11.1%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 3.66.

Uji Korelasi Antara Variabel dengan Kuesioner HHIE-S

Correlations

HHIES Usia

HHIES Pearson Correlation 1 .150

Sig. (2-tailed) .105

Sum of Squares and Cross-products 11940.610 1445.085

Covariance 102.056 12.351

N 118 118

Bootstrapc Bias 0 -.001

Std. Error 0 .084

95% Confidence Interval Lower 1 -.019

Upper 1 .314

Usia Pearson Correlation .150 1

Sig. (2-tailed) .105

Sum of Squares and Cross-products 1445.085 7790.373

Covariance 12.351 66.584

N 118 118

Bootstrapc Bias -.001 0

Std. Error .084 0

95% Confidence Interval Lower -.019 1

Upper .314 1

c. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 bootstrap samples

Correlations

HHIES IndeksBarthel

Spearman's rho HHIES Correlation Coefficient 1.000 -.225

Sig. (2-tailed) . .087

N 59 59

Page 97: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

84

Bootstrapc Bias .000 -.001

Std. Error .000 .124

95% Confidence Interval Lower 1.000 -.461

Upper 1.000 .013

IndeksBarthel Correlation Coefficient -.225 1.000

Sig. (2-tailed) .087 .

N 59 59

Bootstrapc Bias -.001 .000

Std. Error .124 .000

95% Confidence Interval Lower -.461 1.000

Upper .013 1.000

c. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 bootstrap samples

Correlations

HHIES MMSE

Spearman's rho HHIES Correlation Coefficient 1.000 -.441**

Sig. (2-tailed) . .000

N 118 118

Bootstrapc Bias .000 .000

Std. Error .000 .076

95% Confidence Interval Lower 1.000 -.585

Upper 1.000 -.285

MMSE Correlation Coefficient -.441** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 118 118

Bootstrapc Bias .000 .000

Std. Error .076 .000

95% Confidence Interval Lower -.585 1.000

Upper -.285 1.000

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

c. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 bootstrap samples

Correlations

HHIES PTA

Spearman's rho HHIES Correlation Coefficient 1.000 .769**

Page 98: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

85

Sig. (2-tailed) . .000

N 118 118

Bootstrapb Bias .000 -.005

Std. Error .000 .041

95% Confidence Interval Lower 1.000 .671

Upper 1.000 .837

PTA Correlation Coefficient .769** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 118 118

Bootstrapb Bias -.005 .000

Std. Error .041 .000

95% Confidence Interval Lower .671 1.000

Upper .837 1.000

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

b. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 bootstrap samples

Correlations

HHIES Hz4000

Spearman's rho HHIES Correlation Coefficient 1.000 .667**

Sig. (2-tailed) . .000

N 118 118

Bootstrapb Bias .000 -.002

Std. Error .000 .056

95% Confidence Interval Lower 1.000 .545

Upper 1.000 .765

Hz4000 Correlation Coefficient .667** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 118 118

Bootstrapb Bias -.002 .000

Std. Error .056 .000

95% Confidence Interval Lower .545 1.000

Upper .765 1.000

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

b. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 bootstrap samples

Page 99: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

86

Correlations

HHIES HZ8000

Spearman's rho HHIES Correlation Coefficient 1.000 .586**

Sig. (2-tailed) . .000

N 118 118

Bootstrapc Bias .000 -.005

Std. Error .000 .063

95% Confidence Interval Lower 1.000 .445

Upper 1.000 .693

HZ8000 Correlation Coefficient .586** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 118 118

Bootstrapc Bias -.005 .000

Std. Error .063 .000

95% Confidence Interval Lower .445 1.000

Upper .693 1.000

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

c. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 bootstrap samples

Uji Korelasi Demensia dengan Gangguan Pendengaran

Correlations

MMSE PTA

Spearman's rho MMSE Correlation Coefficient 1.000 -.410**

Sig. (2-tailed) . .000

N 118 118

Bootstrapc Bias .000 .004

Std. Error .000 .082

95% Confidence Interval Lower 1.000 -.551

Upper 1.000 -.235

Page 100: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

87

PTA Correlation Coefficient -.410** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 118 118

Bootstrapc Bias .004 .000

Std. Error .082 .000

95% Confidence Interval Lower -.551 1.000

Upper -.235 1.000

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

c. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 bootstrap samples

Correlations

MMSE Hz4000

Spearman's rho MMSE Correlation Coefficient 1.000 -.357**

Sig. (2-tailed) . .000

N 118 118

Bootstrapc Bias .000 .002

Std. Error .000 .081

95% Confidence Interval Lower 1.000 -.504

Upper 1.000 -.181

Hz4000 Correlation Coefficient -.357** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 118 118

Bootstrapc Bias .002 .000

Std. Error .081 .000

95% Confidence Interval Lower -.504 1.000

Upper -.181 1.000

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

c. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 bootstrap samples

Correlations

MMSE HZ8000

Spearman's rho MMSE Correlation Coefficient 1.000 -.408**

Sig. (2-tailed) . .000

N 118 118

Bootstrapc Bias .000 -.001

Page 101: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

88

Std. Error .000 .076

95% Confidence Interval Lower 1.000 -.552

Upper 1.000 -.253

HZ8000 Correlation Coefficient -.408** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 118 118

Bootstrapc Bias -.001 .000

Std. Error .076 .000

95% Confidence Interval Lower -.552 1.000

Upper -.253 1.000

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

c. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 bootstrap samples

Uji Multivariat

Variables Entered/Removeda

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 HZ8000,

IndeksBarthel,

MMSE, PTA,

Hz4000b

. Enter

2

. HZ8000

Backward

(criterion:

Probability of F-

to-remove >=

.100).

3

. Hz4000

Backward

(criterion:

Probability of F-

to-remove >=

.100).

4

. IndeksBarthel

Backward

(criterion:

Probability of F-

to-remove >=

.100).

a. Dependent Variable: HHIES

Page 102: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

89

b. All requested variables entered.

Model Summarye

Model R

R

Square

Adjusted

R

Square

Std.

Error of

the

Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R

Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .742a .550 .508 7.11774 .550 12.969 5 53 .000

2 .742b .550 .517 7.05197 .000 .007 1 53 .935

3 .741c .549 .525 6.99608 -.001 .132 1 54 .718

4 .740d .548 .532 6.94339 -.001 .160 1 55 .691 1.864

a. Predictors: (Constant), HZ8000, IndeksBarthel, MMSE, PTA, Hz4000

b. Predictors: (Constant), IndeksBarthel, MMSE, PTA, Hz4000

c. Predictors: (Constant), IndeksBarthel, MMSE, PTA

d. Predictors: (Constant), MMSE, PTA

e. Dependent Variable: HHIES

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3285.207 5 657.041 12.969 .000b

Residual 2685.098 53 50.662

Total 5970.305 58

2 Regression 3284.870 4 821.218 16.513 .000c

Residual 2685.435 54 49.730

Total 5970.305 58

3 Regression 3278.323 3 1092.774 22.327 .000d

Residual 2691.982 55 48.945

Total 5970.305 58

4 Regression 3270.511 2 1635.255 33.919 .000e

Residual 2699.794 56 48.211

Total 5970.305 58

a. Dependent Variable: HHIES

b. Predictors: (Constant), HZ8000, IndeksBarthel, MMSE, PTA, Hz4000

c. Predictors: (Constant), IndeksBarthel, MMSE, PTA, Hz4000

Page 103: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

90

d. Predictors: (Constant), IndeksBarthel, MMSE, PTA

e. Predictors: (Constant), MMSE, PTA

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

95.0%

Confidence

Interval for B Correlations

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error Beta

Lower

Bound

Upper

Bound

Zero-

order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) 6.646 13.022 .510 .612

-

19.472 32.764

MMSE -.666 .348 -.224

-

1.917 .061 -1.364 .031 -.500 -.255

-

.177 .624 1.604

IndeksBarthel .054 .115 .053 .468 .641 -.178 .286 -.329 .064 .043 .664 1.506

PTA .306 .110 .571 2.770 .008 .084 .528 .719 .356 .255 .199 5.013

Hz4000 .042 .120 .080 .352 .727 -.198 .282 .628 .048 .032 .162 6.168

HZ8000 -.007 .084 -.012 -.082 .935 -.176 .162 .487 -.011

-

.008 .425 2.351

2 (Constant) 6.468 12.719 .509 .613

-

19.031 31.968

MMSE -.660 .335 -.221

-

1.969 .054 -1.332 .012 -.500 -.259

-

.180 .658 1.519

IndeksBarthel .052 .112 .051 .466 .643 -.172 .276 -.329 .063 .043 .699 1.431

PTA .306 .109 .572 2.805 .007 .087 .526 .719 .357 .256 .200 4.998

Hz4000 .037 .102 .071 .363 .718 -.168 .242 .628 .049 .033 .217 4.599

3 (Constant) 6.923 12.556 .551 .584

-

18.240 32.087

MMSE -.633 .324 -.212

-

1.952 .056 -1.283 .017 -.500 -.255

-

.177 .692 1.445

IndeksBarthel .043 .108 .042 .400 .691 -.173 .259 -.329 .054 .036 .734 1.363

PTA .340 .058 .635 5.908 .000 .225 .455 .719 .623 .535 .710 1.409

4 (Constant) 10.296 9.225 1.116 .269 -8.185 28.777

MMSE -.593 .306 -.199

-

1.938 .058 -1.205 .020 -.500 -.251

-

.174 .767 1.304

Page 104: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

91

PTA .334 .055 .623 6.073 .000 .224 .444 .719 .630 .546 .767 1.304

a. Dependent Variable: HHIES

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue

Condition

Index

Variance Proportions

(Constant) MMSE IndeksBarthel PTA Hz4000 HZ8000

1 1 5.725 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00

2 .216 5.144 .00 .01 .01 .04 .03 .00

3 .031 13.690 .00 .01 .00 .26 .00 .67

4 .018 17.724 .00 .07 .01 .41 .65 .13

5 .006 31.135 .06 .85 .36 .25 .32 .20

6 .004 40.151 .94 .06 .62 .04 .01 .00

2 1 4.758 1.000 .00 .00 .00 .00 .00

2 .212 4.733 .00 .01 .01 .05 .04

3 .020 15.592 .00 .03 .01 .65 .78

4 .007 26.120 .05 .91 .30 .26 .16

5 .004 36.578 .95 .05 .68 .04 .02

3 1 3.842 1.000 .00 .00 .00 .01

2 .147 5.112 .00 .01 .00 .56

3 .008 22.173 .04 .90 .34 .07

4 .004 32.646 .96 .09 .65 .36

4 1 2.865 1.000 .00 .00 .01

2 .130 4.699 .01 .03 .61

3 .006 22.693 .99 .97 .38

a. Dependent Variable: HHIES

Page 105: HUBUNGAN KUESIONER HEARING HANDICAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53693...Kata Kunci : Presbiskusis, Kuesioner Hearing Handicap Inventory for The Elderly-Screening,

92

Lampiran 12

Riwayat Penulis

Identitas

Nama : Ade Nurmyla Fauziati

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Juli 1998

Alamat : Jl. Lantur III No. 29 Larangan Selatan, Tangerang

Email : [email protected]

No. Telpon : 085777055536 / 087878808393

Riwayat Pendidikan

2003 – 2004 : TK Islam Al-Afsah

2004 – 2010 : MIN 09 Jakarta

2010 – 2013 : MTSN 32 Jakarta

2013 – 2016 : SMAN 63 Jakarta

2016 – Sekarang : Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta


Recommended