+ All Categories
Home > Documents > HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

Date post: 11-Jan-2016
Category:
Upload: prasetya-hadi-nugraha
View: 37 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
Description:
contoh makalah hiperkes hygene industri PT Karma Manggala
Popular Tags:
38
WALK THROUGH SURVEY TENTANG HIGIENE INDUSTRI PADA PT. KARMA MANGGALA YUDHA KAMIS, 18 DESEMBER 2014 KELOMPOK 1 Disusun Oleh: Dr. Muhammad Faris Afif Dr. Irvan Herdian Dr. Atikah Isna Fatya Dr. Jedi Rijendra Dr. Julian Pratama Dr. Karina Jurnalis Dr. Kharismadi Dr. Lisa Haerunisa Dr. Lisbeth Sylvia Dr. Merselya Ulfa Dr. Osmond S Dr. Prasetya Hadi Nugraha Dr. Prima Paramita Putri Dr. Raisa Radina PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA 1
Transcript
Page 1: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

WALK THROUGH SURVEY TENTANG HIGIENE INDUSTRI

PADA PT. KARMA MANGGALA YUDHA

KAMIS, 18 DESEMBER 2014

KELOMPOK 1

Disusun Oleh:Dr. Muhammad Faris Afif

Dr. Irvan HerdianDr. Atikah Isna Fatya

Dr. Jedi RijendraDr. Julian PratamaDr. Karina Jurnalis

Dr. KharismadiDr. Lisa HaerunisaDr. Lisbeth SylviaDr. Merselya Ulfa

Dr. Osmond SDr. Prasetya Hadi Nugraha

Dr. Prima Paramita PutriDr. Raisa Radina

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

KEMENTRIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI

KELAS B PERIODE 15 - 22 DESEMBER 2014

JAKARTA, 2014

1

Page 2: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Rendahnya pelaksanaan K3 di perusahaan, disebabkan sangat bervariasinya

jenis aktifitas industri, sedangkan ketersediaan sumber daya manusia yang

kompeten dibidang ini masih sangat terbatas. Kebutuhan akan pengelolaan

program K3 disegala bidang dan lapangan kerja semakin bertambah dan

berkembang, karena di setiap tempat kerja terdapat potensi bahaya yang dapat

menggangu kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Sebagaimana

diamanatkan dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja.

Higiene Perusahaan sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta

prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab

penyakit kualitatif & kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui

pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada

lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat

sekitar suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan

mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Soeripto, Ir., DIH., 1992).

Sedangkan Kesehatan Kerja sendiri mempunyai pengertian spesialisasi

dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga

kerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik atau

mental maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif & kuratif terhadap penyakit-

penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan

dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.

Pada tanggal 18 Desember 2014, kami telah melakukan kunjungan tempat

konstruksi apartemen Green Pramuka guna melakukan studi banding dan

pengamatan higiene industri terhadap hazard dan manajemen higiene serta

penerapannya di lingkungan kerja PT. Karma Manggala Yudha di Pramuka.

Dalam kunjungan tersebut kami mendapatkan beberapa hal yang menjadi

pusat perhatian kami yang berkaitan dengan higiene dan penerapannya di tempat

kerja sehingga dapat bermanfaat bagi bidang keilmuan kami. Dan bersama ini

2

Page 3: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

kami juga mengucapkan terima kasih atas perkenaan dan arahan yang telah

diberikan oleh PT. Karma Manggala Yudha.

1.2 TUJUAN KUNJUNGAN

Peserta pelatihan Hiperkes diharapkan mendapatkan data yang berhubungan

dengan higiene perusahaan dan dapat mengolah serta menganalisa sehingga

dapat menghasilkan kesimpulan dan saran yang bermanfaat bagi PT. Karma

Manggala Yudha.

1.3 PROFIL PERUSAHAAN

PT Karma Manggala Yudha merupakan kontraktor utama dari proyek

pembangunan apartemen green pramuka. PT KMY berlokasi di Jalan Semangka,

Slipi. PT KMY saat ini membangun 5 menara apartemen dengan 27 lantai tahap

kedua dari 17 apartemen yang akan didirikan, dimana 4 apartemen pertama telah

selesai dibangun. Area kerja konstruksi ini mencakup area seluas kurang lebih 2

hektar.

Selaku kontraktor utama, PT KMY membawahi subkontraktor yaitu PT GKP

dan PT SPU, serta 32 mandor yang membawahi 5 tugas, yaitu tugas besi,

pembobokan, pengecoran, galian, dan petugas kebersihan. Total terdapat 500

pekerja, termasuk petugas P3K. Perusahaan sudah tersertifikasi SMK3 dan

bekerja sama dengan Klinik Medika Sari, RS Agung, dan RSAL Minto Rahardjo

bila terdapat penyakit yang tidak bisa ditangani petugas P3K.

1.4 ALUR PRODUKSI

Alur produksi dalam konstruksi apartemen dijabarkan sebagai berikut:

3

Page 4: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

1.5 LANDASAN TEORI

1.5.1 DEFINISI

Higiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta

prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab

penyakit kualitatif & kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui

pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada

lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat

sekitar suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan

mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Soeripto, Ir., DIH., 1992).

1.5.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN KERJA

1. Faktor Fisik

A. Suara Bising

4

Pembebasan Lahan

Pemasangan Pondasi Bore

Pile

Pengecoran Termasuk pengecoran pondasi sebesar 6700 m3

Pembangunan Struktur

Finishing

Dibuka

Page 5: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

Secara umum kebisingan dalam lingkungan kerja didefinisikan sebagai

semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat – alat proses

produksi dan atau alat – alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat

menimbulkan gangguan pendengaran (Permenakertrans No.13/X/Men/2011).

Menurut Kepmenaker No.Kep-51/MEN/1999, untuk kebisingan dengan

intensitas 85dB, maka pekerja terpajan selama 8 jam sehari, kebisingan

dengan intensitas 88 dB maka pekerja dapat terpajan selama 4 jam sehari

dengan demikian setiap kenaikan 3 dB maka waktu pemajanannya berkurang

setengahnya. Telinga manusia hanya mampu mendengar frekuensi antara

16-20.000 Hz. Jenis-jenis kebisingan yaitu:

a. Kebisingan kontinyu dengan frekuensi yang luas (steady state, wide band

noise), dengan sifat relative tetap dalam batas kurang lebih 5 dB dan

periode 0,5 detik berturut-turut. Misalnya suara kipas angin, dapur pijar.

b. Kebisingan kontinyu dengan spektrum kebisingan sempit (steady state,

narrow band noise), mempunyai frekuensi tertentu. Misalnya gergaji

sekuler, katup gas, dll.

c. Kebisingan terputus-putus (intermitten). Misalnya: lalu lintas pesawat

terbang.

d. Kebisingan impulsif/impact (impulsive noise), memiliki perubahan tekanan

suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya

mengejutkan pendengarnya, misalnya: pukulan, tembakan bedil atau

meriam dan ledakan.

e. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.

Akibat dari paparan kebisingan sebesar 85 dB selama 8 jam dan 40 jam

seminggu maka menimbulkan penurunan atau kehilangan fungsi

pendengaran yang dapat terjadi secara sementara atau permanen, seperti

NIHL (Noise Induced Hearing Loss) akibat kehilangan kekakuan stereocilia.

Gangguan lainnya akibat bising antara lain adalah gangguan fisiologis,

gangguan psikologis, gangguan komunikasi, dan gangguan keseimbangan.

Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat sound level

meter. Alat ini mengukur kebisingan antara 30-130dB dan frekuensi dari 20-

20.000Hz. Pengendalian kebisingan dilakukan dengan metode eliminasi

sumber bising, substitusi, pengendalian teknis seperti penggantian bagian

5

Page 6: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

logam dengan plastik atau peredam suara di sumber-sumber bising,

pengendalian administratif, atau penggunaan APD seperti earplug atau

earmuff.

B. Pencahayaan

Pencahayaan yang baik memungkinkan pekerja bisa melihat objek yang

dikerjakan dengan jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu. Intensitas

cahaya dapat diukur dengan Luxmeter. Nilai pencahayaan yang

dipersyaratkan oleh kep-menkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu

minimal 10 Lux, dengan kemudian berdasarkan Permen Perburuhan No. 7

Tahun 1964 mensyaratkan penerangan disesuaikan dengan sifat kerja seperti

berikut:

1. Penerangan darurat = 5 Lux

2. Halaman dan jalan-jalan di lingkungan perusahaan = 20 Lux

3. Pekerjaan membedakan barang kasar = 50 Lux

4. Pekerjaan membedakan barang kecil secara sepintas lalu = 100 Lux

5. Membedakan barang kecil yang agak teliti = 200 Lux

6. Pekerjaan membedakan teliti barang kecil = 300 Lux

7. Pekerjaan membedakan barang halus dengan kontras sedang dalam

waktu yang lama = 500-1000 Lux

8. Pekerjaan membedakan barang sangat halus dengan kontras sangat

kurang dan waktu lama = 1000 Lux

Pengendalian faktor pencahayaan dilakukan dengan:

1. Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan sesuai jenis pekerjaan.

2. Pencegahan kesilauan.

3. Pengaturan arah sinar.

4. Pengaturan warna cahaya

5. Pengaturan panas cahaya.

Apabila pencahayaan tidak diatur, maka akan menimbulkan pencahayaan

yang kurang ataupun berlebih. Efek dari pencahayaan yang kurang berupa

iritasi, mata berair dan merah, penglihatan ganda, sakit kepala, penurunan

ketajaman, akomodasi, dan konvergensi mata.

6

Page 7: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

C. Getaran

Ada dua macam getaran yaitu: getaran seluruh badan dan getaran

lengan/tangan (handaram). Getaran seluruh tubuh adalah getaran yang bisa

melalui kaki (tempat berdiri) atau melalui tempat duduk. Getaran ini terjadi

biasa pada alat pengangkut eperti truk dan traktor. Sedangkan getaran lengan-

tangan adalah getaran yang terjadi melalui lengan dan tangan, misalnya pada

gerinda, bor tangan, dan gergaji listrik. Tiga aspek penting pada getaran yang

perlu diperhitungkan adalah level getaran(m/dr2), frekuensi (Hz), dan lama

pemarapan (jam). Pengukuran getaran dilakukan dengan menggunakan

vibration acceleration meter. Efek dari pajanan getaran yang berlebihan antara

lain berupa:

1. Hand and arm vibration pada frekuensi 8-1000Hz dapat menyebabkan

white finger serta kelainan otot rangka.

2. Whole body vibration menyebabkan getaran pada ala-alat dalam

sehingga dapat menyebabkan gejala sakit dada, LBP, dan gangguan

penglihatan.

3. Pada frekuensi rendah dapat menyebabkan sea sickness.

D. Iklim dan suhu.

Respon fisiologis akan tampak jelas pada pekerja dengan iklim panas.

Saridewi (2002) menyatakan bahwa perbedaan peningkatan tekanan darah

yang signifikan pada tenaga kerja seblum atau sesudah terpapar panas yang

memperburuk kondisi tenaga kerja. Sistem termoregulasi pada hipotalamus

akan merespon dengan beberapa mekanisme kontrol seperti konduksi,

konveksi, radiasi dan evaporasi dengan tujuan untuk mempertahankan suhu

tbuh sekitara 36-37 derajat celcius. Namun apabila paparan dibiarkan terus

menrus akan menyebabkan kelelahan dan akan menyebabkan timbulnya efek

“heat stress’ (ErwinD 2004).

Menteri Tenaga Kerja RI mengeluarkan standar NAB untuk ling.fisik

tertentu di lingkungan kerja yang salah satunya adalah NAB iklim kerja dengan

menggunakan indeks suhu bola basah (ISBB) diadopsi dari Wet Bulb Globe

Temperature Index (WBGTI) dikeluarkan oleh ACGIH. NAB menurut pasal 2

KEP-51/MEN/1999 untuk suhu di tempat kerja adalah sbb:

7

Page 8: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

Tabel 1. Tabel NAB Iklim Panas

Pengaturan Waktu

setiap Jam

ISSB (◦C)

Beban kerja

Ringan Sedang Berat

75% - 100% 31,0 28,0 -

50% - 75% 31,0 29,0 27,5

25% - 50% 32,0 30,0 29,0

0% - 25% 32,2 31,0 30,5

Efek tekanan panas pada fisiologi tubuh antara lain adalah:

1. Banyak keringat yang dihasilkan, pada orang yang telah mengalami

aklimatisasi keringat yang dihasilkan kurang lebih 1-2 liter/ jam atau 10-

12 liter/ 8 jam kerja.

2. Banyaknya keringat yang menguap, ditentukan oleh perbedaan antara

tekanan uap air pada kulit dan tekanan parsial uap air yang terdapat

dalam udara atmosfir.

3. Denyut jantung, dapat dipengaruhi oleh beban fisik dan beban tambahan.

Masalah yang timbul akibat pajanan tekanan panas berlebihan dapat

berupa:

1. Ruam panas (prickly heat)

2. Kram karena panas

3. Kelelahan panas

4. Stroke karena panas

Penanganan terhadap adanya faktor iklim panas dilakukan dengan:

1. Aklimatisasi

2. Pemeliharaan cairan tubuh

3. Diet yang tepat

4. Pakaian yangtipis

8

Page 9: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

5. Memakai pakaian longgar seperti katn yang dapat dilewati gerak udara ke

seluruh tubuh kita

6. Pemakaian pinggiran topi yang lebar.

E. Radiasi

Terdapat beberapa jenis radiasi, yaitu:

1. Radiasi pengion: alpha, beta, gamma, sinar X dan neutron.

2. Radiasi non pengion: UV, IR, ultrasound dan mikorowave.

Pengaruh radiasi terhadap kesehatan terbagi menajdi 2, yaitu

1. Efek stokastik: tergantung frekuensi tingkat keparahan tidak tergantung

dosis. Cth: karsinogen, teratogen, mutagen.

2. Efek nonstokastik: tegrantung frekuensi dan dosis. Cth: katarak,

kerusakan nonmalignan kulit.

Oleh karena pengaruh dari radiasi yang cukup berbahaya, maka

diperlukan pengukuran radiasi untuk menentukan adanya risiko dan

penanganan apa yang diperlukan. Alat untuk mengukur tingkat radiasi adalah

survei meter dan dosimeter personal.

2. Faktor biologi

Dasar hukum faktor biologis yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah

Kepres No. 22/1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja

(point) penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang

didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminan khusus.

Biological hazard adalah semua bentuk kehidupan atau mahkluk hidup

dan produknya yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan.

Faktor biologis dapat dikategorikan menjadi:

Faktor biologis ditempat kerja biasanya dikenal dalam bentuk

mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, cacing, kutu, pinjal,

tumbuhan dan juga dalam bentuk mikroorganisme seperti binatang berbisa,

binatang buas dan lain-lain. Bahaya faktor biologi meliputi:

Infeksi akut dan kronis

Parasit

Produk toksik.

9

Page 10: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

Reaksi alergi terhadap tanaman dan hewan.

Iritan

Klasifikasi faktor biologis meliputi:

1. Mikroorganisme dan toksinnya. Cth: virus, bakteri dan produknya.

2. Arthropoda. Cth: crustacean

3. Alergen dan toksik tanaman.

4. Reaksi yang ditimbulkan: dermatitis alergi, asma.

5. Protein alergen dari hewan vertebrata.

6. Reaksi alergi yang ditimbulkan melaui urin, feses, rambut dan saliva.

Cara masuk agen biologis ke dalam tubuh melalui:

1. Inhalasi

2. Ingesti.

3. Kontak kulit.

4. Kontak dengan mata, hidung, dan mulut.

3. Faktor kimia

a. Bahan kimia

a. Debu

Suspensi partikel benda padat diudara. Biasa timbul karena proses

pekerjaan mekanisaasi (pekerjaan gerinda, pemboran, dll). Ukuran

debu sangat bervariasi mulai yang dapat dilihat dengan kasat mata (50

µm) sampai dengan yang tidak terlihat.

b. Fume (asap)

Partikel-partikel zat padat yang terjadi oleh karena dari bentuk gas

yang biasanya sesudah penguapan benda padat yang dipijarkan.

c. Kabut

Bentuk pdari sebaran partikel-partikel cair di udara sebagai hasil dari

proses kondensasi/pengembunan dari bentuk uap atau gas.

d. Asap

Bentuk partikel-partikel karbon yang mempunyai ukuran kurang dari

0,5 µm dan bercampur senyawa hidrokarbon.

b. Efek-efek bahan kimia

10

Page 11: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

Iritasi

Reaksi alergi: flour, garlic powder.

Asfiksia

Cancer

Efek sistemik: otak, peripheral nervous sytem, pembentukan sel darah,

ginjal, paru

Selain pengaruhnya terhadap kesehatan, juga dapat menyebabkan resiko

keselamatan kerja berupa kebakaran dan peledakan, akibat dari bahan kimia

yang mudah tebakar dan meledak seerti pelaruh organik atau gas-gas yang

kontak dengan sumber api.

c. Pengukuran.

Pengukuran faktor kimia di urara mengunakan media yaitu: gas detektor

yang prinsip kerjanya adalah detektor tersebut akan menghisap baha-bahan

kimia di udara, dan kemudian bereraksi dengan reagen yang sudah tesedria

di dalam tabung detektor sehingga dapat diketahui nilai kualitas dan kuantitas.

Pengambilan sampel debu dilakukan secara impingmen, yaitu: filtrasi,

presipitasi, sedimentasi, dan segala kombinasinya, alatnya disebut

imprengen, prinsip kerjanya adalah debu dihisap dan mengalami

imprengemen dan sejumlah debu dihitung di bawah mikroskop.

d. Nilai ambang batas.

NAB faktor kimia diatur berdasarkan surat edaran No.SE 01/MEN/1997

tentang NAB faktor kimia di udaran lingkungan Kerja.

Kategori nilai ambang batas:

NAB rata-rata selama jam kerja.

NAB pemaparan singkat.

NAB tertinggi

e. Pengendalian

Pemberian label dan simbol pada wadah untuk bahan yang berisikan

tentang: nama bahan kimia, resiko yang ditimbulkan, jalan masuknya

11

Page 12: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

ke tubuh, efek paparan, cara penggunaan yang aman dan

pertolongan pertama keracunan.

Memiliki MSDS, yaitu semua informasi mengenai suatu bahan kimia

yang dibuat oleh seuatu perusahaan, berisikan antara lain.:

kandungan/komposisi, sifat fisik dan kmia, cara pengangkutan dan

penyimpanan, informasi APD sesuai NAB, efek terhadap kesehatan,

gejala keracunan, pertolongan pertama keracunana, alamat dan

nomer telepon pabrik pembuat atau distributor.

Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia yang mempunyai

kewajiban, melakukan identifikasi bahaya melaksanakan prosedur

kerja aman, penganggulangan keadaan darurat dan mengembankan

pengetahuan K3 di bidang kimia.

Dasar hokum yang mengatur pengendalian bahan kimia berbahaya

adalah keputusan menteri tenaga kerja RI, No.KEP 187/Men/1999.

4. Sanitasi industri

Sanitasi industri adalah usaha yang dilakuakan untuk memelihara,

meningkatkan kebersihan dan kesehatan lingkungan industri termasuk cara-

cara pengendalian terhadap penyebaran penyakit menular, sehingga aktivitas

produksi diharapkan tidak memberikan dampak negatif terhadap tenaga kerja,

lingkungan serta masyarakat disekitarnya.

Dasar hukum yang menetapkan harus dilaksanakannya sanitasi industri

di setiap tempat kerja adalah Peraturan Mentri Perburuhan No. 7 tahun 1964

tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, serta Penerangan Dalam Tempat

Kerja.

Ruang lingkup sanitasi industri meliputi kebersihan lingkungan kerja

pengendalian penyakit menular, penyediaan air bersih, penyediaan tempat

pembuangan sampah, ruang makan, kantin perusahaan serta ketatarumah

tanggaan.

a. Kebersihan umum

Kebersihan lingkungan meliputi kebersihan didalam perusahaan seperti

dinding, lantai, atap, peralatan dan perkakas, gudang penyimpanan bahan

baku, gudang penyimpanan produk kerja serta kebersihan diluar perusahaan

meliputi kebersihan halaman dan jalanan.

12

Page 13: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

b. Penyediaan air

Air sangat dibutuhkan untuk berbagai keperluan, diantaranya untuk

minum, makan, mandi, cuci untuk proses produksi, untuk mengalirkan kotoran

atau limbah industri dan lain-lain. Karakteristik air ditentukan oleh :

- Karakteristik biologik, adanya organisme pathogen dan non pathogen, yang

ada kadar tertentu dapat menyebabkan dampak buruk pada penggunanya.

- Karakteristik fisik, adanya bahan fisis yang sangat mengganggu pada

penggunanya.

- Karakteristik kimiawi, bahan kimia yang terkandung dalam air dapat

mengganggu kesehatan penggunanya serta dapat merusak peraalatan dan

mesin-mesin yang menggunakan air tersebut.

- Karakteristik radioaktif, dapat menimbulkan bahaya bagi manusia dan mesin-

mesin.

c. Sanitasi makanan

Sanitasi makanan bagi pekerja perusahaan perlu diperhatikan, karena

sanitasi yang kurang baik dapat menyebabkan keracunan makanan.

d. Pemeliharaan fasilitas industri

Lantai, atap dinding ruangan, peralatan kerja, mesin-mesin, gang, gudang

penyimpanan, tempat beristirahat dan merokok harus dibersihkan dan dirawat

dengan baik, bebas dari debu, dan sisa-sisa bahan produksi. Kebersihan

lantai dan dinding dapat mencegah pekerja dari bahaya terpeleset, terjadtuh

akibat ceceran minyak atau air.

e. Pencegahan dan pengendalian vektor penyakit

Serangga dapat memindahkan bibit penyakit kedalam tubuh manusia

lewat kulit atau selaput lendir dan menyebarkan penyakit. Serangga dan lalat

sering berkembang biak dalam sampah dan genangan air. Upaya

pencegahan dapat dilakukan dengan membuang sampah pada tempatnya

dan membersihkan bak penampungan air.

f. Pembuangan lembah domestik dan industri

Limbah padat dan limbah cair yang dihasilkan akibat proses produksi

sebaiknya ditempatkan pada bak sampah tersendiri yang telah dipilah-pilah

berdasarkan jenisnya, apakah bisa didaur ulang, atau bisa langsung dibkaar

atau dikubur.

g. Perlengkapan fasilitas higiene perseorangan

13

Page 14: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

Higiene perseorangan memegang peranan penting dalam menentukan

tingkat kesehatan tenaga kerja. Setiap tenaga kerja wajib untuk memelihara

dan meningkatkan kebersihan pribadinya dan pihak perusahaan wajib

menyediakan fasilitas kebersihan tersebut sesuai dengan yang

dipersyaratkan. Fasilitas-fasilitas tersebut adalah :

- WC (kakus). Tiap tempat kerja harus menyerdiakan WC yang

memenuhi syarat kesehatan dan harus terpisah antara WC tenaga

kerja wanita dan pria, tersedia air yang cukup, kertas, tisu, serta

terjaga kebersihannya. Perbandingan jumlah WC dengan tenaga kerja

adalah: 1 WC untuk 1-24 orang tenaga kerja, 2 WC untuk 25-50 orang

tenaga kerja, 3 WC untuk 51-100 orang tenaga kerja. Tiap hari WC

harus dibersihkan 2-3 kali sehari.

- Tempat cuci tangan, mandi, dan ruang ganti. Tempat cuci harus

tersedia 1 tempat cuci untuk 25 tenaga kerja, dan 1 tiap tambahan 15

orang tenaga kerja kalau jumlah tenaga kerjanya lebih dari 100

orang.

- Ruang makan dan kantin yang memenuhi syarat. Ruang makan harus

cukup luas, tenaga kerja dapat makan secara sekaligus atau secara

bergilir. Tenaga kerja dilarang makan, minum dan merokok ditempat

kerja, terutama ditempat kerja yang banyak bahan berbahayanya.

5. Pengolahan Limbah

Pengelolaan bahan hasil industri, khususnya terkait dengan bahan kimia,

diatur dalam undang-undang sebagai berikut:1

1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan kerja

2. UU No. 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi

Perburuhan Internasional No.120 mengenai Hygiene dalam Perniagaan

dan Kantor-Kantor.

3. Keputusan menteri Tenaga Kerja RI No. Kep.187/MEN/1999 tentang

Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya.

4. Peraturan menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat

kesehatan, Kebersihan, serta Penerangan dalam Tempat Kerja.

14

Page 15: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

Limbah industri merupakan buangan hasil produksi yang keberadaannya

di tempat tertentu tidak dikehendaki karena tidak memiliki nilai ekonomi.1

Limbah industri dapat berbahaya bagi lingkungan maupun makhluk hidup

karena mengandung bahan pencemar bersifat racun, disebut sebagai limbah

B3. Limbah industri dapat digolongkan menjadi dua jenis berdasarkan

nilainya, yaitu:

1. Memiliki nilai ekonomis, yakni limbah yang dapat memberikan nilai

tambah setelah proses lebih lanjut.

2. Tidak memiliki nilai ekonomis, yakni limbah yang tidak memberikan nilai

tambah, hanya mempermudah pembuangan meskipun telah mengalami

proses lebih lanjut.

Berdasarkan jenisnya, pengolahan limbah dapat dilakukan dengan tiga

proses, yaitu:1

1. Proses pengolahan secara fisika

a. Sedimentasi: proses pemisahan bahan padat dari bahan cair

dengan prinsip gravitasi.

b. Flotasi: pemisahan partikel dari densitasnya dengan menggunakan

aliran udara yang masuk ke dalam sistem pengolahan.

c. Separasi minyak-air: pemisahan minyak dari aliran limbah dengan

konsep perbedaan sifat spesifisitas gravitasi antara air dan minyak.

2. Proses pengolahan secara kimiawi

a. Koagulasi-presipitasi: proses pencampuran bahan kimia menjadi

gumpalan gumpalan yang lebih besar.

b. Netralisasi: proses penurunan sifat asam atau basa di dalam air.

3. Proses pengolahan secara biologi

a. Aerobic suspended growth process

b. Aerobic attached growth process

c. Aerobic lagoons

d. Anaerobic lagoons

Sebagai salah satu industri terbesar dengan proses produksi yang

banyak, industri konstruksi merupakan penyumbang limbah terbesar di

lingkungan. Brossink dan Brouwer pada tahun 1996 memperkirakan 15-30%

15

Page 16: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

limbah yang ada merupakan hasil dari industri konstruksi. Pekerjaan

konstruksi akan menghasilkan limbah berupa sisa potongan material, material

rusak, bahan pembantu, dan lainnya. Bahan baku yang digunakan cukup

beragam tergantung jenis kontruksi bangunan yang dilakukan.2

Menurut pustaka, hampir semua jenis limbah material bangunan dapat

diolah dan digunakan kembali sehingga limbah tersebut memiliki nilai

ekonomis. Beberapa jenis pengolahan limbah konstruksi di Jakarta adalah

sebagai berikut:2

1. Besi: dirangkai untuk dipakai sebagai rangka kolom praktis

2. Kayu: dapat diolah menjadi kusen, panel pintu, pagar dalam proyek

bangunan, penyangga dalam pengecoran, dll.

3. Bata, keramik, genteng (material tanah): jika hanya cacat sedikit, dapat

digunakan kembali.

4. Seng dan asbes gelombang: diolah kembali sebagai bahan atap atau

pagar proyek.

5. Puing material halus: bahan timbunan alat plumbing, aksesoris

bangunan, pipa, instalasi listrik, dll.

BAB II

16

Page 17: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

PELAKSANAAN SURVEY

Survey dilaksanakan pada hari Kamis, 18 Desember 2014 pukul 14.00 –

16.00, berlokasi di area konstruksi tower O, P, N, M, dan Q apartemen Green

Pramuka, JL. Jend. A. Yani. Berikut hasil dokumentasi pengamatan.

Gambar 1. Area Konstruksi

Gambar 2. Tempat Tinggal Pekerja

17

Page 18: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

Gambar 3. Tempat MCK Pekerja

Gambar 4.

Pembuangan Limbah

18

Page 19: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

BAB III

HASIL PENGAMATAN

1. Konstruksi bangunan

A. Faktor Fisik

1. Bising

Secara umum kami merasakan keadaan kontruksi bangunan pada saat

dilakukan kunjungan memiliki kondisi kebisingan yang cukup

mengganggu. Menurut petugas pengawas, kebisingan pada konstruksi

berasal dari alat-alat kerja seperti alat cor, palu besi, gergaji listrik,

ataupun ketika menurunkan bahan-baham konstruksi. Menurutnya juga

ada pekerja yang sudah terkena penurunan pendengaran akibat

kebisingan tersebut. Namun nilai kebisingan ruangan belum diketahui.

2. Penerangan

Sumber penerangan berasal dari sumber sinar matahari dan sumber

buatan (lampu) yang dihidupkan sesuai dengan kebutuhan, namun nilai

lux pencahayaan belum diketahui. Tidak ditemukan permasalahan

pada penerangan.

3. Getaran

Sumber getaran berasal dari alat kerja seperti gerinda, bor tangan, dan

gergaji listrik dan tidak ditemukan permasalahan dengan getaran.

4. Radiasi

Sumber radiasi berasal dari sinar ultraviolet dan tidak ditemukan

permasalahan dengan radiasi seperti ruam-ruam kulit.

5. Panas

Saat melakukan pengamatan di lokasi kerja sebagian pekerja terpapar

oleh sinar matahari secara langsung yang juga dikeluhkan oleh

pekerja, namun suhu tempat kerja saat itu tidak bisa di ukur.

B. Faktor Kimia

Secara umum keadaan konstruksi bangunan pada saat dilakukan

kunjungan ditemukan adanya debu yang cukup mengganggu, serta kabut

hasil proses pemotongan dan gerinda. Debu tersebut berasal dari sisa-sisa

bahan kostruksi bangunan. Hal tersebut diperberat dengan kurangnya

19

Page 20: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

kepedulian para pekerja konstruksi untuk menjaga lingkungan dari debu-debu

yang bertebaran di area konstruksi bangunan tersebut.

C. Faktor Biologi

Setelah melakukan pengamatan di PT. Karma Yudha Manggala

didapatkan adanya beberapa kemungkinan terdapatnya faktor – faktor

bahaya biologi yaitu kemungkinan terdapatnya jentik nyamuk di beberapa

tempat karena adanya genangan air baik di dalam tempat kerja maupun di

luar tempat kerja seperti tempat di sekitar tempat tinggal kerja mereka

semetara, pengendalian yang di lakukan menurut perusahaan adalah dengan

dilakukan fogging sebanyak sebulan dua kali dalam seminggu.

Untuk faktor biologis yang lain di dapatkan berupa alergen seperti debu

dalam hal ini beberapa tenaga kerja yang mengabaikan penggunaan APD

masker saat bekerja jadi di dapatkan kemungkinan terhirupnya bahan alergen

melalui saluran walaupun pekerja sudah di periksa tidak mempunyai riwayat

alergi debu tetapi jika terpajan terus menerus dapat menimbulkan potensi

alergi debu serta bisa menimbulkan iritasi dalam pernapasan, pencegahan

yang di lakukan perusahaan adalah dengan dilakukan upaya promotif berupa

sosialisasi dan penyuluhan kepada tenaga kerja yang dilakukan hari rabu

setiap minggunya berupa safety talk dan preventif berupa pertukaran bagian

kerja bagi tenaga kerja yang mempunyai kecenderungan alergi dari bagian

yang sering terpapar alergen ke bagian yang jarang terdapat bahan alergen.

Untuk program preventif lainnya perusahaan juga melakukan program

berupa medical check up untuk seluruh perkerja yang dilakukan sewaktu

dalam penerimaan pekerja.

D. Kebersihan

Secara umum kebersihan lingkungan kerja pada daerah sekitar

konstruksi dapat dikatakan baik. Pada daerah konstruksi tidak terdapat WC.

Namun disediakan urinoir (tempat buang air kecil sementara berbentuk

jerigen). Didaerah pemukiman tersedia 10 WC dan satu kamar mandi dengan

ukuran bak yang besar (bak tidak tertutup). Air pada WC cukup.

20

Page 21: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

E. Petugas Higiene

Pada saat dilakukan kunjungan ke PT Karma Manggala Yudha terpadat

25 orang petugas kebersihan hygiene, tiap tower memiliki 5 orang petugas

hygiene. Adapun tugas dari petugas hygiene disini adalah:

1. Dalam lingkup kebersihan:

a. Mengumpulkan sampah-sampah perusahaan yang dibagi menjadi

2 jenis yaitu sampah bangunan dan sampah rumah tangga.

Petugas mengumpulkan sampah dari pagi sampai sore hari dan

ditampung di TPS kemudian pagi harinya sampah tersebut di

angkut oleh petugas kebersihan Pemda. Sampah yang dibuang

perhari sekitar 12 truk sampah.

b. Urinoir (tempat penampungan urine sementara) ditempatkan di

beberapa kawasan bangunan ini hanya berfungsi sebagai

menampung urin sementara. Belum jelas berapa banyak urinoir

dibangun, pembangunan urinoir tersebut hanya menggunakan

drigjen bekas dengan pembatas triplek. Untuk pembuangannya

sendiri dilakukan tiap satu hari sekali dan dialiri ke pembuangan

limbah.

2. Dalam lingkup perapihan:

Petugas hygiene juga merapihkan alat-alat kontruksi bangunan jika ada

barang-barang tidak sesuai tempatnya.

F. Pengolahan Limbah

Berdasarkan fungsinya, limbah hasil produksi di PT. KMY terdiri atas

dua jenis, yaitu:

1. Bahan baku material sisa produksi, seperti puing pengecoran semen,

kawat besi, puing bangunan yang hancur, dsb.

2. Sampah/limbah rumah tangga, seperti bungkus makanan, minuman,

plastik, masker, sarung tangan, dll.

3. Limbah kamar mandi/kakus.

Berdasarkan sifatnya, limbah hasil produksi di PT. KMY dibedakan

menjadi:

21

Page 22: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

1. Limbah padat, contohnya semen, puing bangunan, kawat besi,

masker, sarung tangan, dsb.

2. Limbah cair, misalnya air kamar mandi.

Tabel 2. Jenis limbah di PT. KMY

No. Jenis limbah Bentuk

limbah

Karakteristik

1. Sak semen Padat Berbahaya

2. Puing sisa bangunan,

batu, kayu

Padat Berbahaya

3. Kawat besi Padat Berbahaya

4. Kaleng cat Padat Berbahaya

5. Paku Padat Berbahaya

6. Bungkus makanan Padat Berbahaya

(lingkungan)

7. Botol minuman Padat Berbahaya

(lingkungan)

8. Sampah rumah

tangga lainnya

Padat Tergantung

jenis

9. Air kamar

mandi/cuci/kakus

Cair Tidak

berbahaya

10. Sisa cat/pilox Cair Berbahaya

PT. KMY telah membedakan cara pengelolaan limbah dari tiap tiap

jenis. Untuk sisa bahan baku material yang tidak digunakan lagi, perusahaan

bekerja sama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta dan usaha

dagang (UD) untuk diambil setiap hari dan diolah kembali di tempat tertentu,

misal di Pulogadung. Untuk sisa material yang tidak dapat diolah kembali,

dibuat lubang penyimpanan sebesar 10 m x 10 m x 2 m sebanyak 3 lubang

yang kemudian limbah ditimbun dengan tanah.

Pengelolaan limbah untuk sisa bangunan sudah cukup baik dan diolah

kembali untuk mendapatkan nilai ekonomis limbah. Akan tetapi, limbah cair

22

Page 23: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

sebaiknya dialirkan ke parit yang agak jauh dari pemukiman tempat tinggal

pekerja dan tempat makan agar higienitas dan kebersihan lingkungan dapat

terjaga.

2. Pemukiman pekerja

A. Faktor Fisika

1. Kebisingan

Sumber kebisingan berasal dari bangunan konstruksi yang letaknya

cukup jauh dari pemukiman sehingga tidak ada permasalahan dengan

kebisingan.

2. Penerangan

Sumber penerangan berasal dari lampu. Secara umum pencahayaan

tempat pemukimam memberi kesan redup walaupun begitu karena

tempat hanya dipakai untuk beristirahat sehingga tidak menimbulkan

masalah

3. Getaran

Tidak ditemukan permasalahan dengan getaran.

4. Radiasi

Tidak ditemukan permasalah radiasi.

5. Panas

Tidak ditemukan permasalahan panas.

B. Faktor Kimia

Tidak ditemukan permasalahan faktor kimia pada pemukiman pekerja.

C. Faktor Biologi

Terdapat sejumlah genangan air yang berpotensi menjadi sarang

nyamuk, serta pada bak mandi pekerja. Pihak perusahaan telah melakukan

upaya fogging sebanyak satu kali tiap dua minggu.

D. Kebersihan

Kebersihan lingkungan disekitar pemukiman konstruksi masih kurang,

walaupun sudah banyak disediakan tempat sampah dan tanda larangan

membuang sampah sembarangan tetap saja masih tampak sampah-sampah

23

Page 24: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

yang berserakan. Sampah-sampah ditempat konstruksi dapat berupa puing-

puing bekas cor, potongan kayu, dan kawat-kawat yang dikumpulkan ditempat

pembuangan sampah sementara di basement 2. Sedangkan sampah daerah

pemukiman tampak sampah bekas bungkus makanan dan botol minuman.

Tidak terdapat ruang makan atau kantin khusus yang disediakan oleh

perusahaan. Namun terdapat warung didaerah pemukiman namun belum

memadai dan kurang bersih. Begitupula tempat tinggal dan MCK pekerja yang

masih kurang baik dan bersih.

E. Pengolahan Limbah

Untuk limbah rumah tangga, PT. KMY juga bekerja sama dengan

Pemda untuk diangkut ke TPS terdekat setiap hari. Untuk limbah kamar mandi

dan cuci dialirkan ke parit terdekat. Sementara itu, limbah kakus ditampung di

septic tank (tidak diketahui berapa jumlahnya). Parit yang menampung hasil

limbah tersebut berada tepat di samping pemukiman tempat tinggal sementara

pekerja dan dekat lokasi kantin/rumah makan bagi pekerja. Selain itu, terdapat

banyak sampah di parit sehingga dapat mengganggu aliran limbah produksi.

24

Page 25: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

Tabel 3.

Ringkasan Permasalahan Yang Ditemukan

No Unit yang dikunjungi

Permasalahan yang ditemui

Permasalahan dari manajemen

Saran

1 Konstruksi Bangunan

Bising - Belum pernah dilakukan pemeriksaan sound level meter

- kurang tegas memberlakukan penggunaan APD bagi pekeja

- Pemeriksaan sound level meter dan audiometri bagi pekerja,

- memberlakukan penggunaan APD bagi pekerja

2 Konstruksi Bangunan

Iklim Panas Tidak melakukan pengukuran suhu

tempat kerja

- Mengukur suhu tempat kerja,

- memberlakukan pemakaian pakaian tipis bagi pekerja,

- pengaturan jam kerja dan istirahat,

- penyediaan air minum bagi pekerja

3 Konstruksi Bangunan

Debu Jumlah debu yang banyak, dikatakan pernah diukur dan

tidak melewati ambang batas, tapi

hasil tidak diungkapkan

-Penyiraman air untuk mengurangi debu

-Penggunaan APD (masker & goggle)

-Pengukuran debu4 Konstruksi

BangunanGenangan air Meneruskan

fogging rutin dan menghilangkan genangan yang bisa dihilangkan

5 Konstruksi Bangunan

Limbah Cair Pembuangan dekat dengan pemukiman

pekerja

Mengalihkan aliran limbah

6 Pemukiman Genangan air & -Menghilangkan

25

Page 26: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

Pekerja bak mandi dengan air yang

diam

genangan air di dekat pemukiman

-Meneruskan fogging rutin

-Melakukan pengurasan dan pemberian abate pada bak mandi pekerja

7 Pemukiman Pekerja & Konstruksi Bangunan

- Banyak sampah domestik berserakan

- Banyak sampah di saluran pembuangan limbah

Tempat sampah masih kurang

- Menambah jumlah tempat sampah

- Memberikan sanksi pada pekerja yang tidak menjaga kebersihan

- Membersihkan saluran limbah dan mengalihkan alirannya agar tidak berdekatan dengan pemukiman

8 Pemukiman pekerja

-Tempat tinggal dan toilet pekerja yang kurang bersih

- Tempat tinggal yang sempit

- Jumlah toilet kurang (10 di pemukiman, namun menurut penjelasan safety manager 27)

-Memberlakukan piket bagi pekerja untuk membersihkan tempat tinggal dan toilet

-Menambah jumlah toilet

-Memperluas bedeng tempat tinggal pekerja

9 Pemukiman pekerja

-Makanan belum terjamin kebersihannya

- Tidak disediakan kantin atau makanan dari perusahaan

-Mengukur kebersihan makanan yang dijual di sekitar proyek

BAB V

26

Page 27: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Secara umum sistem K3 sudah diterapkan di PT Karma Manggala Yudha

dan dinilai cukup, meskipun masih banyak aspek yang perlu pengukuran

pasti untuk menentukan kesesuaiannya dengan K3 dan perbaikan pada

beberapa aspek.

2. Kunjungan ini dirasa sangat membantu dalam penerapan ilmu

keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang didapat selama pelatihan

HIPERKES dan Keselamatan Kerja.

B. SARAN

1. Perlunya pengukuran atau pengukuran ulang beberapa faktor, seperti

kebisingan, debu, dan iklim panas.

2. Perbaikan aspek kebersihan terutama kebersihan personal dan

pemukiman pekerja

DAFTAR PUSTAKA

27

Page 28: HYGENE INDUSTRI PT Karma Manggala Yudha-1

1. Tim Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Sanitasi Industri dan

Pengelolaan Limbah. Materi Ajar Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja

bagi Dokter Perusahaan. 2014; hal 127-34.

2. Lumbangaol P. Pengelolaan Limbah Hasil Konstruksi di Jakarta. Makalah.

2013; hal 1-11.

28


Recommended