PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Yaqin et al., Identifikasi Keanekaragaman Decapoda 312
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN DECAPODA DI PANTAI TAMAN PULAU
POTERAN, KEPULAUAN MADURA SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI Identification of Decapoda Diversity on Taman Beach Poteran Island, in Madura Islands A Biological Learning
Source
Mustafa Ainul Yaqin1, Wahyu Prihanta
2, Samsun Hadi
2
1Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang 5, Malang, 0341551334 2Universitas Muhammadiyah Malang, Jl. Raya Tlogomas No 246, Malang, 0341464318
e-mail korespondensi: [email protected]
ABSTRAK Decapoda dapat hidup secara alamiah pada tempat-tempat tertentu, salah satunya pantai Taman Pulau Poteran
kepulauan Madura, dengan keadaan perairan substrat pantai yang materialnya terdiri dari batuan, pasir, lumpur, dan
peacahan karang . Penelitian keragaman decapoda sangat jarang dilakukan di Indonesia terutama pantai-pantai
kepulauan Madura. Selain itu pemanfaatan sumber daya alam sekitar sangat jarang dilakukan dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman spesies decapoda yang terdapat didaerah pasang surut
pantai Taman Pulau Poteran, dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan pada bula Juni-Juli 2015 pada saat surut terendah siang hari dengan
metode transek kuadrat. Hasil penelitian decapoda yang ditemukan terdiri dari 22 spesies, 11 family dan 4 infraordo yaitu brachyura, caridea, anomura dan penaeidea. Nilai Indeks Keanekaragaman jenis Shannon-Wiener (H‟) 2,7 atau
keanekaragaman jenis decapoda di pantai Taman pulau Poteran tergolong tinggi. Nilai Indeks Keseragaman jenis (E)
0,45 menunjukkan keseragaman antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing
spesies berbeda. Nilai Indeks dominansi (D) 0,076, menunjukkan tidak terdapat spesies yang mendominansi spesies lainnya atau struktur komunitas Decapoda di pantai Taman pulau Poteran dalam keadaan stabil.
Kata Kunci: Decapoda, keanekaragaman, Identifikasi
ABSTRACT Decapoda can live naturally in certain places, one of which Poteran Island Taman Beach Madura island, with state coastal waters substrate material consists of rocks, sand, mud and coral rubble. research diversity decapoda very
rare conducted in Indonesia, especially the beaches of the island of Madura. In addition to the utilization of natural
resources around very rarely done in learning. This research aims to determine species diversity decapoda that
there are areas of tidal Poteran Island Taman Beach, and used as a source of learning biology. This type of research is descriptive research. The research was conducted in June-July, 2015, at the lowest tide during the day with
squared transect method. Decapoda research results were found consisted of 22 species, 11 family and 4 infraordo
namely brachyura, caridea, anomura and penaeidea. Values Species diversity index Shannon-Wiener (H') of 2.7 or
decapoda species diversity in the Taman Beach Poteran island is high. Uniformity index value types (E) of 0.45 indicates poor uniformity between species, meaning that the individual wealth of each different species. Dominance
index value (D) 0.076, indicating there is no dominance species most other species or structure community decapoda
in the Taman beach Poteran island in a stable condition.
Keywords: Decapoda, diversity, Identification
Ordo Decapoda memiliki peran penting dalam
metabolisme dan mengendalikan aliran energy dalam
ekosistem. Decapoda dimangsa oleh berbagai predator
dari buaya hingga ikan, tergantung pada intensitas,
predasi merupakan faktor dalam mengendalikan
kepadatan spesies, serta penataan kumpulan spesies dalam
habitat. Decapoda merupakan predator penting,
mengkonsumsi fitoplankton, bentik alga, dan
makrobentos (Coull & Bell 1983). Decapoda pengumpan
partikulat yang mengkonsumsi detritus yang berasal dari
Spartina dan kotoran, sehingga membuat detritus tersedia
untuk beberapa level trofik yang berbeda dengan
pengolahan partikel sedemikian rupa sehingga substrat
ditingkatkan dan pertumbuhan dipercepat oleh diatom dan
bakteri (Field, 1983). Habitat Decapoda terbanyak adalah
laut, tetapi juga terdapat pada muara dan permukaan air
segar di gunung dan gurun habitat serta air bawah tanah,
permukaan habitat perairan mencakup perairan lentic dan
lotic (Pendek et al., 2013).
Decapoda merupakan sumberdaya alam hayati
Indonesia memiliki nilai ekonomi dan ilmiah tinggi.
Berbagai jenis decapoda seperti kepiting, udang, rajungan
dan sebagainya merupakan modal yang sangat penting
dalam pembangunan nasional untuk meningkatkan taraf
hidup, kemakmuran, serta kesejahteraan masyarakat
(Kementrian Kelautan dan Perikanan 2014).
Wilayah Kabupaten Sumenep merupakan daerah
yang terdiri atas wilayah daratan dan kepulauan. Kota
Sumenep berada di wilayah daratan pulau Madura bagian
timur. Wilayah kepulauannya terdiri sekitar 126 pulau
kecil yang menyebar, berbatasan dengan pulau
Kalimantan dan Bali. Kedudukan wilayah daratan sangat
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Yaqin et al., Identifikasi Keanekaragaman Decapoda 313
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
strategis dengan tingkat aksesibilitas yang tinggi dalam
konteks pulau Madura karena berada di jalur pantai
selatan (Romadhon, 2008).
Pulau Poteran atau disebut juga pulau Talango
merupakan salah satu wilayah kepulauan kabupaten
Sumenep, yang memiliki keanekaragaman hayati biota
laut yang cukup beragam. Kawasan pulau Poteran
merupakan kawasan pulau yang dihuni oleh masyrakat
dengan penduduk yang cukup banyak. Di sisi lain, masih
kurang upaya yang diberikan untuk menyelamatkan
ekosistem laut yang salah satunya adalah ekosistem
lamun sebagai salah satu tempat hidup bioata laut,
meskipun data mengenai kerusakan ekosistem lamun
tidak tersedia, tapi faktanya sudah banyak mengalami
degradasi yang diakibat aktivitas di darat (Rani, 2008).
Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar
tidak banyak mengalami kesulitan, mengingat biologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup
yang obyek dan persoalannya banyak terjadi di
lingkungan alam sekitar (Afriyani, 2005). Sumber belajar
adalah semua jenis sumber yang ada di sekitar kita yang
memungkinkan kemudahan terjadinya proses belajar
(Asyhar, 2012).
Adanya penelitian mengenai decapoda yang terdapat
di Pulau Poteran dapat dijadikan solusi pemanfaatan lebih
lanjut dalam bidang pendidikan sebagai sumber belajar
biologi maupun berbagai pihak. Dari uraian diatas
mengingat bahwa ordo decapoda sangat berperan penting
dalam ekosistem perairan, serta pentingnya penelitian
mengenai ordo decpoda di Pulau Poteran yang belum
pernah dilakukan penelitian maka perlu dilakukan
penelitian sehingga diharapkan dapat memberikan
gambaran kekayaan ordo decapoda yang ada di Pulau
Poteran serta pemanfaatannya.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan
untuk mengidentifikasikan jenis-jenis decapoda yang ada
di pulau Poteran khususnya di pantai Taman desa Palasa
kebupaten Sumenep yang, tempat tersebut berdasarkan
pasang surut pantai. Pengambilan sampel decapoda
dilaksanakan bulan pada bulan juni 2015.
Teknik pengambilan sampel dengan system transek
dengan membuat petak 10 x 10 meter dengan
pertimbangan banyak jenis hewan decapoda yang berada
di sepanjang pantai Taman desa Palasa. Metode
pengambilan data dalam penelitian ini, data dikumpulkan
dengan melakukan observasi yaitu teknik pengumpulan
data dengan cara mengadakan pengamatan langsung
terhadap populasi yang diselidiki.
Tahap pengambilan sampel :
Pembuatan transek dilakukan sesuai dengan garis
surut pantai terendah dan garis pasang tertinggi yaitu
± 100 m
Pada daerah pengamatan dibuat 4 stasiun dalam 1
stasiun terdiri dari 4 plot yang berukuran 10x10 m2
.
jarak antara masing-masing stasiun 100 m dan jarak
antara masing-masing plot dalam stasiun 10 m.
Tahap identifikasi :
Nama jenis decapoda diidentifikasi menurut
buku petunjuk identifikasi Carpenter, K.E.; Niem, V.H,
(1998), Wicksten, Mary K (2011), Senosov. S.E. (2012),
dan Poupin J. & M. Juncker, (2010) serta literature yang
relevan. Identifikasi ordo decapoda dilakukan dengan
pengenalan atau pencandraan morfologi seperti :
Bentuk dan ukuran tubuh
Bentuk karapas dan jumlah spine pada karapas
Variasi warna
Bentuk dan jumlah kaki
Bentuk rostrum dan jumlah spine pada rostrum
Analisis perhitungan
a. Indeks Keanekaragaman (H‟)
Digunakan rumus Shanon Wiener (Koesoebiono,
(1987) dalam facrul 2012), yaitu;
Keterangan :
H‟ : Nilai Indek keanekaragaman
ni : Proporsi jumlah individu spesies ke –i (ni) terhadap total
individu (N) : (ni/N). N : Jumlah Individu total semua spesies
Keanekaragaman (Shanon-Wiener) kategori
menurut (Hardjosuwarno (1990) dalam Darojah, 2005) :
H‟ > 3,0 : Keanekaragaman sangat tinggi.
H‟ 1,6–3,0 : Keanekaragaman tinggi.
H‟ 1,0–1,5 : Keanekaragaman sedang.
H‟ < 1 : Keanekaragaman rendah.
b. Indeks Keseragaman (E)
Menurut Fachrul 2012 dinyatakan sebagai berikut:
Keterangan :
E : Indeks keseragaman
H‟ : Indeks keanekaragaman S : Jumlah keseluruhan spesies
Nilai indeks berkisar antara 0–1
E=0 : keseragaman antara spesies rendah,
E=1 : keseragaman antar spesies relatif merata atau
jumlah individu masing-masing spesies relatif sama.
c. Indeks dominasi (D)
Metode indeks dominansi „Simpson‟s‟ :
Keterangan ;
D : Indeks dominansi Simpson.
ni : Jumlah individu spesies ke-i.
N : Jumlah total individu. Indeks Dominansi antara 0–1
D=0, berarti tidak terdapat spesies yang mendominansi spesies
lainnya atau struktur komunitas dalam keadaan stabil.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Yaqin et al., Identifikasi Keanekaragaman Decapoda 314
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
D=1, berarti terdapat spesies yang mendominansi spesies
lainnya atau struktur komunitas labil, karena terjadi tekanan ekologis.
Pemanfaatan sebagai sumber belajar
- Decapoda yang ditemukan dimanfaatkan untuk
sumber belajar biologi
- Pemanfaatan sebagai sumber belajar dilakukan
dengan menyusun buku dan poster.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil
identifikasi dilapang ditemukan 22 spesies Decapoda dari
12 Famili yang terdapat di Pantai Taman Pulau Poteran.
Tabel 1. Decapoda yang ditemukan InfraorFamdo sSpesies
Brachyura -
Portunidae
Portunus pelagicus (Linnaeus, 1758)
Brachyura -
Portunidae
Charybdis Natator (Herbst, 1789)
Brachyura -
Portunidae
Charybdis feriatus (Linnaeus, 1758)
Brachyura –
Portunidae
Charybdis japonica (A. Milne Edwards, 1861)
Brachyura –
Portunidae
Thalamita crenata (Rüppell, 1830 )
Brachyura –
Xanthidae
Carcinus maenas (Linnaeus, 1758)
Brachyura –
Xanthidae
Etisus laevimanus (Randall, 1840)
Brachyura –
Xanthidae
Atergatis floridus ((Linnaeus, 1767)
Brachyura –
Xanthidae
Xanthias lamarcki (H. Milne Edwards 1834)
Brachyura –
Xanthidae
Leptodius sanguineus (H. Milne Edwards, 1834)
Brachyura -
Ocypodidae
Rhithropanopeus harrisii (Gould, 1841)
Brachyura -
Ocypodidae
Uca dussumier (H. Milne Edwards, 1852)
Brachyura –
Ocypodidae
Ocypode cordimanus (Desmarest, 1825)
Brachyura –
Pilumnidae
Pilumnus vespertilio (Fabricius, 1793)
Brachyura –
Grapsidae
Episesarma versicolor (Tweedie, 1940)
Brachyura –
Majidae
Chionoecetes angulatus (Rathbun1893)
Caridea-
Palaemonidae
Palaemonetes hiltoni (Schmitt, 1921)
Caridea-Alpheidae Betaeus longidactylus (Lockington 1877)
Caridea-
Hippolytidae
Lysmata bahia, (Rhyne & Lin 2006)
Anomura –
Porcellanidae
Petrolisthes cabrilloi (Glassell, 1945)
Penaeidea-
Penaeidae
Penaeus merguiensis (H. Milne
Edwards, 1837)
Penaeidea –
Penaeidae
Penaeus monodon (H. Milne
Edwards, 1837)
Dari hasil identifiakasi tersebut kelompok yang
paling banyak ditemukan adalah dari Infraordo Brachyura
dengan 16 macam spesies yang terdiri dari beberapa
famili yaitu Portunidae, Xanthidae, Ocypodidae,
Grapsidae, Pilumnidae, dan Majidae, kemudian dari
infraordo Caridea dengan 3 macam spesies yang terdiri
dari masing-masing family yaitu Palaemonidae,
Alpheidae, dan Hipopolytidae, dari infraordo Panaedea
dengan 2 macam spesies yang terdiri dari satu family
Panaedae dan infraordo Anomora dengan 1 macam
spesies yaitu Famili porcellanidae. Hasil identifikasi
temuan spesies di lapang tersebut dipaparkan pada Tabel
1.
Banyaknya jenis yang ditemukan tidak dari
pengaruh lepas dari kondisi lingkungan abiotik daerah
pasang surut pantai Taman Pulau Poteran yang meliputi
suhu kisaran 280C - 30
0C, salinitas yang diukur berkisar
18-9‰ untuk daerah yang paling dekat dengan bibir
pantai dan dan daerah setelahnya yaitu 30 meter dari bibir
pantai berkisar antara 25-30‰ , pH berkisaran 7,0-7,6
yang menandakan keadaan netral sedikit basah, dan tipe
substrat berbatu, lumpur, pasir dan berkarang/pecahan
karang. Sedangkan kisaran suhu, salinitas dan pH antara
setiap lokasi penelitian atau stasiun tidak banyak
bervariasi, mencerminkan kondisi umum perairan pantai
tropis (Bayard, H.M. & Robert, Z. 1983). Kondisi
hidrologis tersebut memberikan kesempatan yang baik
bagi kehidupan Decapoda Selain itu, tipe substrat yang
sangat cocok menjadikan keanekaragamannya tinggi,
khusunya decapoda (Aswandy 2008).
Indeks Keanekaragaman (H’)
Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa indeks
keanekaragaman (Shannon-Wiener) sebesar 2,7,
menunjukan keanekaragaman jenis Decapoda di pantai
Taman pulau Poteran tergolong tinggi (Hardjosuwarno
(1990) dalam Darojah, 2005).
Tingginya keanekaragaman Decpoda di pantai
Taman pulau Poteran didukun oleh keadaan subtrat pantai
yangmerupakan pantai berbatu, lumpur, pasir dan
berkarang.
Indeks Keseragaman (E)
Indeks keseragaman jenis (E) yaitu 0.45, dari nilai
tersebut disimpulkan keseragaman antara spesies rendah,
artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing
spesies berbeda. Menurut Odum (1971) dalam
Puspawardani (2005) menunjukkan bahwa semakin kecil
nilai E, maka keseragaman populasi semakin kecil,
penyebaran individu tiap spesies tidak sama. Meskipun
dari hasil penelitian pada beberapa stasiun memiliki
banyak jenis.
Indeks Dominasi (D)
Indeks dominansi (D) sebesar 0.076, berarti tidak
terdapat spesies yang mendominansi spesies lainnya atau
struktur komunitas decapoda di pantai Taman pulau
Poteran dalam keadaan stabil. Menurut Krebs (1989)
dalam Werdiningsih (2005) Jika indeks dominansi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Yaqin et al., Identifikasi Keanekaragaman Decapoda 315
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
mendekati 0 berarti hampir tidak ada individu yang
mendominasi, karena nilai indek dominansi berkisar
antara 0 hingga 1.
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil penelitian tentang Identifikasi
Keanekaragaman Decapoda si Pantai Taman Pulau
Poteran, Kepulauan Madura, decapoda yang diitemukan
didaerah pasang surut pantai Taman Pulau Poteran
sebanyak 22 spesies yang terdiri dari 3 infraordo yaitu
Brachyura, Caridea dan Panaedea. Data pendukung
keanekaragamanan yaitu Indeks Keanekaragaman jenis
Shannon-Wiener (H‟) adalah 2,7 menunjukan
keanekaragaman jenis Decapoda di pantai Taman pulau
Poteran tergolong tinggi, Indeks Keseragaman jenis (E)
adalah 0,45,menunjukkan keseragaman antara spesies
rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-
masing spesies berbeda dan Indeks dominansi (D) adalah
0,076, menunjukkan tidak terdapat spesies yang
mendominansi spesies lainnya atau struktur komunitas
Decapoda di pantai Taman pulau Poteran dalam keadaan
stabil.
Penelitian identifikasi keanekaragaman Decapoda
yang merupakan bagian dari materi biologi pada
khususnya, bisa menjadi sumber belajar atau sumber
pengetahuan yang dapat digunakan baik disekolah
maupun dalam proses pembelajaran lainya.
Sumber belajar berupa buku dan media poster
yang berisikan gambar-gambar asli, nama spesies serta
deskripsi ciri dari Ordo Decapoda, Apabila digunakan
sebagai sumber belajar maka peserta didik akan
mendapatkan pengalaman, informasi, keterampilan, serta
pengetahuan tentang berbagai macam spesies Decapoda
dan mengetahui karakteristik ciri-ciri ordo Decapoda,
karena pada dasarnya sumber belajar adalah sebagai
segala sesuatu yang dapat memberi kemudahan
belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi,
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang
diperlukan dalam proses belajar mengajar (Mulyasa.
2006).
Saran
Decapoda yang terdapat di daerah pasang surut
pantai Taman Pulau Poteran merupakan sumber daya
yang sangat besar dan bernilai ekonomis yang dimanfaat
kan oleh masayarakat namun cara pemanafaatan dan
penangkapan yang kurang baik dapat merusak ekosistem
dan popalasi keanekaragaman tersebut sehingga
disarankan adanya penyuluhan dan undang-undang terkait
pelestarian keanekaragaman.
DAFTAR RUJUKAN
Aswandy, I. 1985. Beberapa Catatan Dalam Pengenalan
Isopoda. Oceana X, Nomor 3: 106- 112
Aswandy, I. 1998.Pengamatan Komunitas Krustasea Dan
Ekhinodermata Bentik Di Teluk Jakarta LON-
LIPI. Jakarta.
Aswandy, I. 2008. Biota Laut: Krustasea Sebagai
Konsumen Di Padang Lamun. Oceana XXXIII,
nomor 19
Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengebangkan Media
Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.
Barbour, M.G .; Burk, J.H; Pitts, W.D. 1999. Terrestrial
Plant Ecology. 3nd
Edition. The
Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc.
California. xii + 642pp.
Basmi, J. 1999. Laut untuk kehidupan, salinitas dan suhu.
(online.
http;//Oseanografi.blogspot.com/2005_Oseanograf
i _archive.html). diakses tanggal 4 desember 2014
Bayar d, H.M. dan Robert, Z. 1983. Pengantar Biologi
Laut I. Terjemahan oleh H.Z.B. Tafat St. Louis.
Toronto Londo : The Masby Company.
Bengen D.G. 2001. Sinopsis Ekosistem Sumber Daya
Alam Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumber Daya
Pesisir dan Lautan. IPB. Bogor.
Bengen D.G. 2002. Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut.
Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan
Edisi ke 2. IPB. Bogor.
Brill, E. J. L. 1972. CRUTACEANA (International Journal
of Crustaceana Research): Studies On Peracarida
(Isopoda, Tanaidacea, Amphipoda, Mysidacea,
Cumacea). Tuta Sub Aegide Pallas. EJB.
Brotowidjoyo, M.D. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta.
Erlangga.
Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan
Wilayah Pesisir dan Laut. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Laut. IPB Bogor. Bogor
Calman, W.T. 1911. The Life Crustacea. Methuen & Co.
Ltd. 36 Essex Street W.C. London.
Carpenter, K.E.; Niem, V.H. 1998. FAOspecies
identification guide for fishery purposes. The
living marine resources of the Western Central
Pacific. Volume 2. Cephalopods, crustaceans,
holothurians and sharks. FAO :Rome.
Cecie Starr, Ralph Taggart, Christine Evers, Lisa Starr
2012. Kesatuan dan Keragaman Makhluk Hidup.
Jakarta: Salemba Teknika.
Coull, B. C. and S. S. Bell. 1983. Biotic assemblages:
Populations and communities. p. 283-319. In: F. J.
Vernberg and W. B. Vernberg (eds.). The biology
of Crustacea. Vol. 7: Behavior and ecology.
Academic Press, New York, NY.
Dahuri, Rokhmin. 1996. Pengelolaan Sumber Daya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.
Gramedia Pustaka: Jakarta.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Yaqin et al., Identifikasi Keanekaragaman Decapoda 316
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
Dahuri, Rokhmin. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
De Grave, S. & Fransen, C.H.J.M. 2011 Carideorum
Catalogus: The recent species of the
dendrobranchiate, stenopodidean, procarididean
and caridean shrimps (Crustacea: Decapoda).
Zoologische Mededelingen, 85, 195– 589.
Demardjati, Boen, S dan W. 1990.Taksonomi
Avertebrata: pengantar praktek laboratorium.
Jakarta : UI Press
Dirdjosoemarto, S. 1986. Ekologi Lanjutan, Jakarta:
Universitas Karunika.
Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau kecil (2012).
Identifikasi PPK.(online) http://www.ppk-
kp3k.kkp.go.id/direktori pulau/index.php/public_c/
pulau_info/369.
Fachrul, 2012 . Metode Sampling Bioekologi. Bumi
Aksara. Jakarta
G. Scholtz & S. Richter 1995. “Phylogenetic systematics
of the reptantian Decapoda (Crustacea,
Malacostraca)". Zoological Journal of the Linnean
Society 113 (3): 289–328.
doi:10.1006/zjls.1995.0011.
Kansil . 2012 .Pengaruh Pasang Surut Air Laut
Terhadap Ekosistem Intertidal. (Online :
http://mustarcansel.blogspot.com/2012/05/pengaru
h-pasang-surut-air-laut-terhadap.html).
Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. University of
British Columbia, Harper Collins Publishers. p.654
Martin, J., Davis, G. 2001. An Updated Classification of
the Recent Crustacea. Los Angeles, CA: Natural
History Museum of Los Angeles County.
Mente (2008). Reproductive Biology of Crustaceans:
Case Studies of Decapod Crustaceans. Science
Publishers. p. 16. ISBN 978-1-57808-529-3.
Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesional Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan.
Bandung: Remaja Rosdakarya Offset
Ng, D. Guinot & P. J. F. Davie. 2008. Systema
Brachyurorum: Part I. An annotated checklist of
extant Brachyuran crabs of the world. Raffles
Bulletin of Zoology 17: 1–286.
Nontji. 1987. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta
Nyabakken, J, W. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan
Ekologis. Jakarta. Gramedia
Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Alih Bahasa
Oleh Cahyono, S. FMIPA Institut Pertanian Bogor.
Gadjah Mada University Press.
Odum, E.P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. 4rd ed. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Penn, J. W. 1984. The behaviour and catchability of some
commercially exploited penaeids and their
relationship to stock and recruitment. In Gulland,
J. A. & B. J. Rothschild (eds), Penaeid Shrimps –
Their Biology and Management. Fishing News
Books. Farnham: 173–186.
Poerwanti, 1993. Jenis-jenis. Penelitian. Gramedia.
Jakarta.
Poupin J. & M. Juncker, 2010. A guide to the decapod
crustaceans of the South Pacific.Published by
CRISP and SPC. Noumea, New Caledonia.
Rani. 2012. Parameter Fisika Perairan. (Online).
http://ranifiskimper.blogspot.com.
Romimohtarto, K dan Juwana, S. 1987. A Comparative
Study of Some Larval Stages of Penaeus monodon
and Penaeus merguiensis (Crustacea: Decapoda)
from Indonesi.. Center for Oceanological Research
and Development, LIPI. Jakarta.
Romimohtarto, K dan Juwana, S. 2007. Biologi Laut.
Djambatan. Jakarta. Hal. 1-4, 195-206
Rosmaniar. 2008. Kepadatan dan Distribusi Kepiting
Bakau (Scylla spp.) serta Hubungannya dengan
Faktor Fisik Kimia di Perairan Pantai Labu
Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Pascasarjana
USU. Medan
Sammy De Grave, N. Dean Pentcheff, Shane T. Ahyong
et al. (2009).“A classification of living and fossil
genera of decapod crustaceans” (PDF). Raffles
Bulletin of Zoology. Suppl. 21: 1–109
Scholt, G., & Richter, S. 1995. Phylogenetic Systematic of
the Reptantian Decapoda (Crustacea,
Malacostraca). Zoological Journal of the Linnean
Society 113 : 289-328
Senosov. S.E. 2012. Illustrated Guide Of Decapoda For
Atlantic Sector Of Antarctic And Surrounding
Waters. Moscow : Vniro Publishing.
Sudjana, 1996. Metode Statistik. PT. Tarsito. Bandung.
Susetiono, 2004. fauna padang lamun tanjung merah
selatan lembeh. Pusat Penelitian Oseanografi –
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indosesia. Jakarta.
Wikcsten, Mary K. 2011. Decapod Crustacea of the
Californian and Oregonian Zoogeographic
Provinces. University of California. San diego.
Williams, A. B. 1984. Shrimps, lobsters, and crabs of the
Atlantic coast of the Eastern United States, Maine
to Florida. Smithsonian Institution Press.
Washington D. C.