+ All Categories
Home > Documents > Implementasi Supply Chain Management Unt

Implementasi Supply Chain Management Unt

Date post: 04-Dec-2015
Category:
Upload: rizky-ardani
View: 9 times
Download: 1 times
Share this document with a friend
Description:
implements supply chain management
Popular Tags:
31
IMPLEMENTASI SUPPLY CHAIN MANAGEMENT UNTUK STOK DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT PADA APOTEK KARYA SEHAT Jurnal Disusun oleh Tri Mulia 11.12.2186 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM PURWOKERTO PURWOKERTO 2015
Transcript

IMPLEMENTASI SUPPLY CHAIN MANAGEMENT UNTUK

STOK DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT PADA

APOTEK KARYA SEHAT

Jurnal

Disusun oleh

Tri Mulia

11.12.2186

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

AMIKOM PURWOKERTO

PURWOKERTO

2015

RINGKASAN

Apotek Karya Sehat adalah sebuah apotek yang sedang berkembang

dalam pelayanan jasa membantu masyarakat dalam mengatasi masalah

penyakit yang ada dalam masyarakat, selain itu Apotek Karya Sehat juga

berperan sebagai distributor obat untuk beberapa apotek rekanannya yang

berada di dalam kota dan sebagian lainnya berada di luar kota. Berdasarkan

hasil wawancara dengan pihak apotek didapat informasi tentang pengolahan

data obat-obatan masih dilakukan secara manual mulai dari transaksi

penjualan, laporan pembelian, laporan penjualan, laporan permintaan obat

dari rekanan, laporan stok obat dari rekanan, laporan pengiriman obat untuk

rekanan dan laporan kegiatan sistem pembukuannya yang masih kurang

terstruktur. Kendala yang muncul dengan menggunakan sistem manual yaitu

masalah pelaporan obat dari apotek rekanan ke Apotek Karya Sehat sering

mengalami keterlambatan dan data jumlah stok obat antara apotek rekanan

dan Apotek Karya Sehat tidak sama. Hal ini menyebabkan proses klaim

untuk pengambilan dana dari BPJS mengalami kendala, karena laporan data

pemakaian obat yang seharusnya diserahkan setiap bulan dari rekanan selalu

mengalami keterlambatan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk

membuat aplikasi stok dan pendistribusian barang yang menerapkan konsep

supply chain management didalamnya. Dengan menerapkan konsep supply

chain management, diharapkan permasalahan-permasalahan stok dan

pendistribusan obat yang ada di Apotek Karya Sehat dapat teratasi. Metode

pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi wawancara, observasi, studi

pustaka, dan dokumentasi, sedangkan metode pengembangan sistemnya

menggunakan metode extreme programming. Dari hasil penelitian yang

dilakukan, penulis telah berhasil membuat aplikasi stok dan pendistribusian

obat yang sudah siap untuk diimplementasikan pada Apotek Karya Sehat.

Kata kunci : Apotek Karya Sehat, Supply Chain Management, Extreme

Programming

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan arus globalisasi yang diiringi dengan perkembangan

teknologi informasi menyebabkan arus informasi yang dulu sulit didapat kini

dapat dengan mudah diperoleh sesuai dengan kebutuhan. Perkembangan

teknologi informasi dalam instansi atau perusahaan sangat membantu dalam

menyediakan informasi yang dibutuhkan secara tepat, cepat, dan akurat, tidak

terkecuali pada bidang kesehatan seperti apotek.

Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan

kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

kepada masyarakat (UU No. 1027/MENKES/SK/IX/2004). Selain transaksi

penjualan obat, apotek juga melakukan transaksi pembelian dengan

mengelola jenis obat, data distributor, data tanggal kadaluarsa, dan retur

penjualan. Mengingat banyaknya data yang harus dicatat, maka pencatatan

secara manual tentu saja akan memakan waktu lama dan rawan terjadi

kesalahan dalam menginput data.

Apotek Karya Sehat adalah sebuah apotek yang sedang berkembang

dalam pelayanan jasa membantu masyarakat dalam mengatasi masalah

penyakit yang ada dalam masyarakat, selain itu Apotek Karya Sehat juga

berperan sebagai distributor obat untuk beberapa apotek rekanannya yang

berada di dalam kota dan sebagian lainnya berada di luar kota, berdasarkan

hasil wawancara dengan pihak apotek didapat informasi tentang pengolahan

data obat-obatan masih dilakukan secara manual mulai dari transaksi

penjualan, laporan pembelian, laporan penjualan, laporan permintaan obat

dari rekanan, laporan stok obat dari rekanan, laporan pengiriman obat untuk

rekanan dan laporan kegiatan sistem pembukuannya yang masih kurang

terstruktur. Kendala yang muncul dengan menggunakan sistem manual yaitu

masalah pelaporan obat dari apotek rekanan ke Apotek Karya Sehat sering

mengalami keterlambatan dan data jumlah stok obat antara apotek rekanan

dan Apotek Karya Sehat tidak sama. Hal ini menyebabkan proses klaim

untuk pengambilan dana dari BPJS mengalami kendala, karena laporan data

pemakaian obat yang seharusnya diserahkan setiap bulan dari rekanan selalu

mengalami keterlambatan.

Gambar 1.1 Grafik permintaan obat dari rekanan

Sumber: (Data Penjualan Apotek Karya Sehat, 2014)

Berdasarkan gambar 1.1 grafik permintaan obat dari rekanan diatas

maka dapat diketahui bahwa permintaan obat dari apotek rekanan setiap

bulannya mengalami peningkatan yang cukup signifikan, seperti permintaan

31011 31979

51819 45307

52320 53707 59162

40115

0

20000

40000

60000

80000

GRAFIK PERMINTAAN OBAT DARI

REKANAN TAHUN 2014

Qty

Per

min

taa

n O

bat

Bulan Permintaan Obat

pada bulan Juli yang mengalami kenaikan sangat tinggi. Namun jika dalam

pembuatan laporan saja masih banyak terjadi kesalahan otomatis ini akan

menimbulkan kerancuan dalam pembukuan, dan dapat menghambat proses

pendistribusian obat karena harus mengecek ulang semua data dari awal agar

dapat menemukan dimana kesalahan itu terjadi. Untuk itu dibuat project ini

dengan tujuan dapat memberikan kemudahan dan kecepatan dalam

pengambilan data/arsip. Sehingga dapat meningkatkan pencapaian target

dengan adanya laporan yang benar. Jika sistem pendistribusian yang selama

ini masih dilakukan secara manual saja mampu mencapai omset yang tinggi,

apalagi jika proses distribusi dilakukan menggunakan sistem yang sudah

terkomputerisasi dan memudahkan para rekanan untuk membuat laporan

penjualan ke pasien BPJS dan melakukan pemesanan obat tanpa harus datang

ke apotek karya sehat, hal ini pasti akan menaikan omset penjualan agar lebih

besar lagi.

Maka untuk memudahkan pembuatan laporan stok dari apotek rekanan

untuk Apotek Karya Sehat dibutuhkan suatu sistem informasi yang dapat

membantu memudahkan proses pencatatan data secara cepat, tepat dan

akurat. Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka penulisan

Skripsi ini mengambil judul “Implementasi Supply Chain Management

Untuk Stok dan Pendistribusian Obat Pada Apotek Karya Sehat”, yang

diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang muncul di Apotek Karya

Sehat.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mengimplementasikan supply

chain management untuk stok dan pendistribusian obat pada Apotek Karya

Sehat?

C. Batasan Masalah

Agar menghasilkan sistem informasi yang optimal, maka penulis

memberikan batasan masalah dalam pembuatan skripsi ini adalah sebagai

berikut :

1. Sistem ini tidak membahas mengenai share profit (pembagian keuntungan)

antara Apotek Karya Sehat dan apotek rekanan.

2. Sistem informasi ini tidak membahas mengenai jatuh tempo pembayaran

kepada pemasok dan pembayaran yang dilakukan apotek Karya Sehat ke

pemasok.

3. Perancangan menangani pada pengolahan data obat, data pengiriman obat

dari Apotek Karya Sehat ke apotek rekanan, data permintaan obat dari

apotek rekanan ke Apotek Karya Sehat,data stok obat.

4. Perancangan sistem menghasilkan laporan stok obat apotek rekanan,

laporan pengiriman obat dari Apotek Karya Sehat ke apotek rekanan,

laporan permintaan obat dari apotek rekanan ke Apotek Karya Sehat,

laporan penjualan obat dari apotek rekanan ke pasien BPJS.

5. Sistem ini dibuat untuk melihat stok obat hanya pada satu rekanan.

6. Menggunakan metode persediaan FEFO (First Expired First Out)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai yaitu mengimplementasikan supply chain

management untuk stok dan pendistribusian obat pada apotek Karya Sehat.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

a. Memberi bekal pengalaman untuk mengaplikasikan ilmu selama

dibangku kuliah ke dalam karya nyata serta dapat membantu peneliti

untuk dapat memahami lebih dalam mengenai supply chain

management untuk stok dan pendistribusian obat pada apotek.

b. Sistem yang dapat dikembangkan seperti konsep-konsep dan

teori-teori khususnya dalam bidang stok obat dan pendistribusian

obat, serta dapat menjadi bahan pertimbangan pada perusahaan

lain untuk dapat melakukan hal serupa demi kemajuan ilmu

pengetahuan saat ini.

2. Manfaat Aplikatif

a. Hasil perancangan Implementasi Supply Chain Management Untuk

Stok dan Pendistribusian Obat Pada Apotek Karya Sehat dapat

diterapkan dan digunakan pada perusahaan, dengan harapan dapat

memudahkan dalam memperoleh informasi stok obat khususnya bagi

Apotek Karya Sehat dan apotek rekanannya.

b. Memudahkan petugas gudang farmasi dalam pendataan obat masuk

dan keluar.

c. Memudahkan dalam memprediksi kebutuhan obat yang hasilnya

dapat digunakan untuk rekomendasi perencanaan kebutuhan obat.

d. Mempermudah karyawan dalam pembuatan laporan – laporan

transaksi dan persediaan obat yang cepat dan akurat, yang berkaitan

dengan laporan data obat, laporan stok obat, laporan pengiriman obat,

laporan penjualan obat.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Implementasi

Impelementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah

rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi

biasanya dilakukan setelah perencanaaan sudah dianggap fix.

Sementara Metter dan Carl dalam Widodo (2010) memberikan

pengertian implementasi dengan mengatakan:

“Policy implementation encompasesses those action by public and private

individual (or group) that are directed at the achievement of objectives set

forth in prior policy decision. This include both one time efforts to

transfrom decisions into operational terms, as well as continuing efforts to

achieve the large and small changes mandated by policy decision”

Dan Mazmanian dan Sabatier dalam Widodo (2010) menjelaskan makna

implementasi dengan mengatakan :

“To understand what actually happens after a programis enacted or

formulated is the subject of policy implementation.Those event and

activities that occur after the isuing of outhoritative public policy

directives, wich included both the effort to administer and the subtantives,

which impacts on the people and event”

Sehingga Widodo (2010) memberikan kesimpulan pengertian bahwa

implementasi merupakan suatu proses yang melibatkan sejumlah sumber

yang termasuk manusia, dana, dan kemampuan organisasional yang

dilakukan oleh pemerintah maupun swasta (individu atau kelompok).

Proses tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya oleh pembuat kebijakan.

2. Supply Chain Management

a. Definisi Supply Chain Management

Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain:

1) Heizer & Rander (2004), mendefinisikan Supply Chain

Management (Manajemen Rantai Pasokan) sebagai kegiatan

pengelolaan kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah

menjadi barang dalam proses atau barang setengah jadi dan barang

jadi kemudian mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui

sistem distribusi. Kegiatan-kegiatan ini mencakup fungsi pembelian

tradisional ditambah kegiatan penting lainnya yang berhubungan

antara pemasok dengan distributor.

2) Chow et.al. (2006) mengartikan Supply Chain Management

(Manajemen Rantai Pasokan) sebagai pendekatan yang holistik dan

strategis dalam hal permintaan, operasional, pembelian, dan

manajemen proses logistik.

3. Persediaan barang (Stock)

a. Pengertian Persediaan

Menurut Baridwan (2004), persediaan barang adalah membeli

barang dan menjualnya kembali tanpa mengadakan perubahan bentuk

barang. Persediaan itu perlu diawasi sehingga diperlukan pengawas

persediaan. Secara fungsional pengawasan persediaan untuk

menentukan tingkat atau komposisi dari persediaan barang, sehingga

perusahaan dapat melindungi kelancaran pembelanjaan kebutuhan

secara efektif dan efisien.

Dalam melakukan penilaian terhadap biaya persediaan terdapat

metode yang umum digunakan yakni:

1) Metode FIFO (First In First Out)

Metode FIFO menganggap bahwa harga pokok dari barang-barang

yang pertama kali dibeli akan merupakan barang yang dijual pertama

kali. Dalam metode ini persediaan akhir dinilai dengan harga pokok

pembelian yang paling akhir. Metode ini juga mengasumsikan bahwa

barang yang terjual karena pesanan adalah barang yang mereka beli.

Oleh karenanya, barang-barang yang dibeli pertama kali adalah

barang-barang pertama yang dijual dan barang-barang sisa di tangan

(persediaan akhir) diasumsikan untuk biaya akhir. Karenanya, untuk

penentuan pendapatan, biaya-biaya sebelumnya dicocokkan dengan

pendapatan dan biaya-biaya yang baru digunakan untuk penilaian

laporan neraca. Metode ini konsisten dengan arus biaya aktual, sejak

pemilik barang dagang mencoba untuk menjual persediaan lama

pertama kali. FIFO merupakan metode yang paling luas digunakan

dalam penilaian persediaan. Metode FIFO sering kali tidak nampak

secara langsung pada aliran fisik dari barang tersebut karena

pengambilan barang dari gudang lebih didasarkan pada pengaturan

barangnya. Dengan demikian meode FIFO lebih nampak pada

perhitungan harga pokok barang. Dalam metode FIFO, biaya yang

digunakan untuk membeli barang pertama kali akan dikenali sebagai

Cost of Goods Sold (COGS). Untuk perhitungan harga maka

digunakan harga dari stok barang dari transaksi yang terdahulu.

2) Metode FEFO (First Expired First Out)

Dalam penyusunan obat harus dilakukan menurut bentuk sediaan dan

alfabetis. Untuk memudahkan pengendalian stok maka penyimpanan

obat harus menggunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) dan

FIFO (First In First Out), yaitu obat yang masa kadaluarsanya lebih

awal atau yang diterima lebih awal harus digunakan terlebih awal

sebab umumnya obat yang datang lebih awal juga diproduksi lebih

awal dan umurnya relative lebih tua dan masa kadaluarsanya

mungkin lebih awal (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1426/Menkes/SK/XI/2002 tentang Pedoman Pengelolaan Obat

Publik Dan Perbekalan Kesehatan).

4. Distribusi

a. Pengertian Distribusi

Distribusi adalah bagian dari bauran pemasaran (Produk,

Harga, Distribusi, dan Promosi) yang memegang peranan cukup

penting, karena distribusi berperan dalam pengalokasian barang agar

mudah dijangkau oleh konsumen. Dimana distribusi itu sendiri terdiri

dari Saluran Distribusi dan Distribusi Fisik.

Pengertian Distribusi menurut Kotler dan Amstrong (2000),

adalah :

“Aktifitas Perusahaan agar produk / jasa mudah didapatkan oleh

konsumen sasaranya”

5. Obat

Menurut UU Tahun 2012 Tentang Pedoman Teknis Cara

Distribusi Obat yang Baik, obat adalah bahan atau panduan bahan,

termasuk produk biologi, yang digunakan untuk mempengaruhi atau

menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan

diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesahatan,

dan kontrasepsi untuk manusia.

6. Apotek

Apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

penyaluran persediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada

masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2002). Menurut PP No. 51 tahun

2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan

praktek kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu

pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan

dengan persediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk

meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pekerjaan kefarmasian yang

dilakukan meliputi pembuatan seperti pengendalian mutu persediaan

farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan dan obat

tradisional. Persediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat,

obat tradisional. Sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan, maka

dalam pelayanannya apotek harus mengutamakan kepentingan masyarakat

yaitu menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang

bermutu baik. Dalam pengelolaannya, apotek harus dikelola oleh apoteker

yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.

7. DFD (Data Flow Diagram)

Data Flow Diagram (DFD) merupakan alat untuk membuat

diagram yang serbaguna. Data flow terdiri dari notasi penyimpanan data

(data store), proses (procces), aliran data (flow data), sumber masukkan

(entity) (Yakub, 2012).

8. ERD (Entity Relationship Diagram)

Entity Relationship Diagram (ERD) untuk mendokumentasikan data

perusahaan dengan mengidentifikasi jenis entitas (entity) dan hubungannya.

ERD merupakan suatu model jaringan yang menggunakan susunan data

yang didimpan pada s1stem secara abstrak. ERD juga menggambarkan

hubungan antara satu entitas yang memiliki sejumlah atribut dengan entitas

yang lain dalam suatu system yang terintregrasi. ERD digunakan oleh

perancang system untuk memodelkan data yang nantinya akan

dikembangan menjadi basis data (database). Model data ini juga akan

membantu pada saat melakukan analisis dan perancangan basis data karena

model data ini akan menunjukkan bermacam-macam data yang dibutuhkan

dalam hubungan antar data (Yakub, 2012).

9. Web Service

Web Services merupakan sebuah sistem perangkat lunak yang

didesain untuk mendukung interaksi yang interoperable antar mesin

melalui sebuah jaringan. Walaupun konsep-konsep yang membentuk

SOA telah ada sebelum Web services muncul, Web services memiliki

peran penting didalam SOA. Hal ini dikarenakan Web services dibangun

diatas protokol-protokol yang sudah terkenal dan memiliki platform yang

independent, seperti HTTP, XML, UDDI, dan WSDL (Pungus, 2008).

10. MySQL

Menurut Kadir (2008), MySQL adalah salah satu jenis database

server yang sangat populer, hal ini disebabkan karena MySQL

menggunakan SQL sebagai bahasa dasar untuk mengakses databasenya.

MySQL bersifat Open Source, software ini dilengkapi dengan source

code (kode yang dipakai untuk membuat MySQL), bentuk executable-

nya atau kode yang dapat dijalankan secara langsung dalam sistem

operasi.

METODE PENELITIAN

Menghasilkan penelitian yang baik diperlukan sebuah metode penelitian

yang akan menjadi alur pengerjaan penelitian hingga selesai. Berikut adalah

metode penelitian yang digunakan:

A. Tempat Dan Waktu

Penelitian ini dilakukan pada Apotek Karya Sehat “KSU Karya

Sehat” dengan alamat Jl. Jend. Soedirman Timur No. 5 Berkoh.

Waktu penelitian ini dilakukan selama empat bulan, dimulai dari

bulan September 2014 sampai Januari 2015.

B. Metode Pengambilan Data

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk

menemukan masalah yang harus diteliti dan dilakukan dengan

narasumber. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur (peneliti telah

mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh)

maupun tidak terstruktur (peneliti tidak menggunakan pedoman

wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap sebagai

pengumpul datanya) dan dapat dilakukan secara langsung (tatap muka)

maupun tidak langsung (melalui media seperti telepon) (Sugiyono, 2012).

2. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai

cirri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu

wawancara dan kuesioner. Karena observasi tidak selalu dengan obyek

manusia tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Hadi, (Sugiyono, 2012)

mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang

kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan

psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan.

3. Studi Pustaka

Yaitu dengan membaca, mempelajari dan memahami literatur,

catatan – catatan selama kuliah, sumber buku cetak dan sumber lain yang

berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti. Penelitian ini

dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder yang digunakan sebagai

landasan teori dan pedoman yang dapat dipertanggungjawabkan dalam

pembahasan masalah (Sugiyono, 2012).

4. Dokumentasi

Sugiyono (2012), mengemukakan pendapatnya mengenai dokumen,

dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

C. Metode Pengembangan Sistem

Metode pengembangan sistem yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan metode Extreme Programming (XP).

1. Definisi Extreme Programming (XP)

Extreme Programming (XP) menggunakan pendekatan berorientasi

objek sebagai paradigma pembangunan sebelum ditransfer dan mencakup

serangkaian aturan dan praktek dilakukan dalam 4 (empat) konteks

kerangka kegiatan yaitu perencanaan (planning), desain (design),

pengkodean (codding), dan pengujian (testing) (Pressman, 2010).

Gambar 3.1 Ilustrasi Proses Extreme Programming (Pressman,

2010)

Berikut ini rangkuman keempat konteks kerangka kerja dari proses

Extreme Programming (XP) (Pressman, 2010):

a. Perencanaan (Planning)

Kegiatan perencanaan (planning) atau disebut juga dengan

planning game dimulai dengan mendengarkan, yakni kegiatan

pengumpulan kebutuhan yang memungkinkan para anggota teknis tim

XP untuk memahami konteks bisnis pada perangkat lunak dan atau

untuk mendapatkan pandangan untuk output yang dibutuhkan serta

fitur dan fungsi utama. Mendengarkan menyebabkan terciptanya

serangkaian “alur sistem” yang menggambarkan kebutuhan output,

fitur, dan fungsi perangkat lunak yang akan dibangun. Setiap alur

sistem ditulis oleh pelanggan dan ditempatkan pada kartu indeks.

Pelanggan memberikan nilai prioritas berdasarkan nilai bisnis fitur

atau secara keseluruhan.

Anggota tim XP kemudian menilai setiap alur sistem dan

menetapkan biaya yang diukur dalam pengembangan beberapa

minggu. Jika alur sistem ini diperkirakan membutuhkan lebih dari tiga

minggu pembangunan, pelanggan diminta untuk membagi alur sistem

menjadi alur sistem yang lebih kecil dan penugasan nilai dan biaya

yang terjadi lagi. Penting untuk dicatat bahwa alur sistem baru dapat

ditulis setiap saat. Pelanggan dan pengembang bekerja sama untuk

memutuskan bagaimana alur sistem kelompok masuk ke rilis

berikutnya (peningkatan perangkat lunak berikutnya) yang akan

dikembangkan oleh tim XP. Komitmen dasar (kesepakatan tentang alur

sistem yang dimasukkan, tanggal pengiriman, dan hal-hal proyek

lainnya) dibuat untuk dirilis, tim XP memerintahkan alur sistem yang

akan dikembangkan satu dari tiga cara yang ada: (1) semua alur sistem

akan segera dilaksanakan (dalam beberapa minggu), (2) alur sistem

dengan nilai tertinggi akan naik dalam jadwal dan dilaksanakan

terlebih dahulu, atau (3) alur sistem paling beresiko akan bergerak naik

dalam jadwal dan dilaksanankan terlebih dahulu.

b. Desain (Design)

Desain XP mengikuti prinsip KIS (Keep it simple). Sebuah

desain yang sederhana yang selalu lebih disukai daripada representasi

yang lebih kompleks. Selain itu desain memberikan panduan

implementasi unruk alur sistem seperti yang ditulis tidak kurang, tidak

lebih. Desain fungsi tambahan (karena pengembang menganggap

bahwa hal itu tidak akan diperlukan nanti) tidak disarankan. XP

mendorong penggunaan kartu CRC (class-responsibillity-collaborator)

sebagai mekanisme yang efektif untuk berpikir tentang perangkat

lunak dalam konteks yang berorientasi objek.kartu CRC

mengidentifikasi dan mengatur kelas yang berorientai objek yang

relevan digunakan untuk peningkatan perangkat lunak saat ini. Tim XP

dapat melakukan latihan desain dan kartu CRC adalah satu-satunya

produk karya desain yang dihasilkan sebagai bagian dari proses XP.

c. Pengkodean (Coding)

Tim tidak langsung beralih ke tahap pengkodean, setelah alur

sistem dikembangkan dan karya desain awal telah selesai, melainkan

mengembangkan serangkaian unit test yang akan dilakukan disetiap

alur sistem yang disertakan di dalam rilis saat ini. Pengembang lebih

mampu untuk fokus pada apa yang harus dilakukan untuk melewati

unit test. Tidak asing menambahkan (KIS). Dapat langsung melakukan

unit test setelah kode selesai, sehingga memberikan umpan balik

instant untuk para pengembang.

Kunci konsep selama kegiatan pengkodean adalah pasangan

programmer. XP merekomendasikan terdapat dua orang bekerja

bersama di satu komputer workstation untuk membuat kode sebuah

alur sistem, sehingga menyediakan mekanisme untuk pemecahan

masalah secara realtime. Hal ini juga membuat para pengembang

fokus pada masalah yang dihadapi. Dalam prakteknya, setiap orang

mengambil peran yang sedikit berbeda.

Sebagai pasangan programmer dalam menyelesaikan

pekerjaan harus mampu mengembangkan kode yang terintegrasi

dengan karya orang lain.

d. Pengujian (Testing)

Penciptaan unit test sebelum codding dimulai merupakan

elemen kunci dari pendekatan XP. Unit test yang dibuat harus

dilaksanakan menggunakan kerangka kerja yang memungkinkan

secara otomatis, sehingga dapat dilaksanakan dengan mudah dan

berulang-ulang. Ini mendorong strategi pengujian regresi setiap kali

kode diubah.

XP acceptance tests, yang juga disebut dengan costumer test,

ditentukan oleh pelanggan dan fokus pada fitur sistem secara

keseluruhan dan fungsi dilihat dan ditinjau lagi oleh pelanggan.

Penerimaan tes yang berasal dari alur sistem pengguna yang telah

dilaksanakan sebagai bagian rilis perangkat lunak.

PEMBAHASAN DAN HASIL

Hasil dari penelitian ini adalah sistem informasi stok dan pendistribusian

obat di Apotek Karya Sehat dan sistem informasi stok untuk apotek rekanan.

Adapun perancangan aplikasi untuk aplikasi ini adalah sebagai berikut:

1. Perancangan (Design)

Pada tahap ini difokuskan untuk perancangan sistem. Arsitektur

yang dibuat meliputi desain aplikasi, desain basis, data, dan desain

tampilan sistem serta implementasinya.

a. Arsitektur Sistem

Konsep arsitektur yang mendasari teknologi web service

adalah Service Oriented Architecture (SOA), SOA mendefinisikan 3

peran berbeda yang menunjukkan peran dari masing-masing komponen

dalam sistem (W3C, 2004). Rancangan untuk arsitektur aplikasi yang

akan dibangun dengan menggunakan web services ini hanya

mempunyai satu akses terdapat database pada masing-masing apotek.

Akses yang ada adalah hanya untuk melihat jumlah stok obat yang ada

di apotek rekanan. Data yang ada pada web service diperoleh dari

database di apotek rekanan. Jadi setiap transaksi pembelian dan

penjualan yang terjadi di apotek rekanan akan meng-update data stok

obat yang ada. Ini akan mempermudah Apotek Karya Sehat untuk

melihat stok yang ada hanya dengan melihat web service yang ada di

apotek rekanan. Hal ini sesuai dengan tujuan penerapan Supply Chain

Management.

Gambar 4.2 Arsitektur impelementasi web service

b. Data Flow Diagram (DFD)

Diagram Konteks

Diagram konteks ini menggambarkan dan menjelaskan

mengenai proses stok dan pendistribusian obat yang diusulkan untuk

Apotek Karya Sehat dan apotk rekanannya secara umum, yaitu

hubungan antara sistem input, output, maupun external entity yang

terkait.

Gambar 4.3 Diagram Konteks

Berikut adalah implementasi rancangan antarmuka pada system

informasi stok dan pendistribusian obat di Apotek karya Sehat:

1) Implementasi Form Login

2) Implementasi Form Utama

3) Implementasi Form Pengguna

4) Implementasi Form Obat

5) Implementasi Form Transaksi Pembelian

6) Implementasi Form Transaksi Pengiriman

Berikut adalah implementasi rancangan antarmuka pada sistem

informasi stok dan pendistribusian obat di apotek rekanan:

1) Implementasi form masuk

2) Implementasi form utama

3) Implementasi form pembelian

4) Implementasi form pemesanan

5) Implementasi Form Transaksi Penjualan

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah merancang dan membangun sistem informasi stok dan

pendistribusian obat pada Apotek Karya Sehat, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Telah dibuat sistem informasi stok dan pendistribusian obat pada Apotek

Karya Sehat yang dapat mempermudah Apotek Karya Sehat dalam

melakukan transaksi pengolahan stok dan pendistribusian obat sesuai dengan

prosedur dalam supply chain management.

2. Apotek dapat melakukan control stok obat yang ada pada apotek rekanan

melalui sistem yang ada.

3. Berdasarkan hasil serangkaian uji testing sistem informasi stok dan

pendistribusian obat pada Apotek Karya Sehat ini layak untuk digunakan

pada Apotek Karya Sehat dan apotek rekanannya.

B. Saran

Sistem yang dibuat ini tentu saja belum mencapai kriteria sempurna.

Masih banyak hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sistem ini

agar menjadi lebih baik lagi. Adapun saran yang diberikan oleh peneliti untuk

pengembangan sistem ini selanjutnya, yaitu:

1. Aplikasi sistem informasi ini dibuat baru sebatas untuk memenuhi kebutuhan

stok dan pendistribusian obat pada apotek Karya Sehat dan apotek

rekanannya saja, maka pada pengembangan sistem selanjutnya sistem

informasi ini diharapkan bisa dikembangkan dalam model ERP, yang dapat

mendukung transaksi atau operasi sehari-hari dalam pengelolaan sumber

daya perusahaan. Sumber daya tersebut meliputi pendanaan, sumber daya

manusia, waktu, material, dan kapasitas.

2. Sistem ini dapat dikembangkan lagi berbasis web

DAFTAR PUSTAKA

Adoga, Inalegwu dan Valverde, Raul. April 2014. “An RFID Based Supply Chain

Management Solution For The Petroleum Development Industry: A Case

Study For Shell Nigeria”. Journal of Theoretical and Applied Information

Technology. 10 April 2014. Vol. 62 No.1. www.jatit.org. 09 November 2014

Ali, Muhammad. 2004. “Perancangan Dan Implementasi Sistem Monitoring Stok

Pada Beberapa Distributor Menggunakan Mobile Agent”. Jurusan

Pendidikan Teknik Elektro FT UNY . Yogyakarta: Tidak diterbitkan

Baridwan, Zaki. 2000. Intermedite Accounting. Yogyakarta: BPFE

Brady, M., & Loonam, J. (2010). Exploring the use of entity-relationship

diagramming as a technique to support grounded theory inquiry. Bradford:

Emerald Group Publishing.

Chopra, S., & Meindl, P. 2007. Supply Chain Management (3rd ed.). Upper Saddle

River, New Jersey, USA: Pearson Education International

Dermawan Sjahrial, 2007. Pengamat manajemen Keuangan. Edisi Kedua. Jakarta:

Mitra Wacana Media.

Handoko T. Hani, 2000. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. Edisi II.

Yogyakarta: Cetakan Keempat Belas, Penerbit BPFE

Hanifah, Harsono. 2002. Implementasi Kebijakan dan Politik. Bandung: PT. Mutiara

Sumber Widya

Heizer, Jay, Render, Barry. 2004. Manajemen Operasi. Buku-1. Jakarta: Salemba

Empat

http://elib.unikom.ac.id, diakses pada tanggal 09 November 2014

http://www.farmasi.asia, diakses pada tanggal 09 November 2014

Indrajit, Richardus Eko & Djokopranoto, Richardus. 2002. Konsep Manajemen

Supply Chain : Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang

Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Kotler dan Amstrong, 2000. Dasar-dasar Pemasaran. Jakarta: Phenhallindo

Levi, S.D., Kaminsky, Philip, Levi, Edith.S. 2000. Designing and Managing The

Supply Chain. New York – USA: Mc Graw Hill

Menteri Kesehatan UU No. 1027/MENKES/SK/IX/2004

Nugraha, Dadan Teja. January 2014. “Pemodelan supply chain management

menggunakan Scor Model untuk obat dan alat kesehatan”. Master Theses

from JBPTUNIKOMPP. http://elib.unikom.ac.id. 09 November 2014

Pressman, R. 2010. Software Engineering: A Practitioner's Approach Seventh

Edition. New York: McGraw Hill.

PP No. 20 Tahun 1980 Tentang Apotek

PP No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian

Saladin, Djaslim. 2003. Intisari Pemasaran dan Unsur-unsur Pemasaran, Cetakan

Ketiga, Bandung: Linda Karya

Sari, Fitri Nidya. 2010. “Sistem Informasi Persediaan, Pembelian dan Penjualan

Berbasis web dengan Metode Supply Chain Management pada CV. siring

Agung Jaya Palembang”. Digital Library UNIKOM. http://elib.unikom.ac.id.

09 September 2014

Setiawan, Guntur. 2004. Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan. Bandung:

Remaja Rosdakarya Offset

Stanton, William J. 1991. Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga

1996. Prinsip Pemasaran, Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga

Usman, Nurdin. (2002). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada

Yakub. (2012). Pengantar Sistem Informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Recommended