+ All Categories
Home > Documents > ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

Date post: 06-Jul-2018
Category:
Upload: adi
View: 217 times
Download: 0 times
Share this document with a friend

of 24

Transcript
  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    1/24

     

    7

    BAB II

    DASAR TEORI

    2.1 Geologi Wilayah Surabaya

    Menurut sukardi (1992)wilayah Surabaya merupakan bagian timur dari Pebukitan Kendeng, bagian tengah

    Pebukitan Rembang-Madura, Pedataran aluvium Jawa sebelahutara, Pedataran tengah Jawa Timur dan bagian timur lekuk

    Randublatung. Bagian timur Pebukitan Kendeng ini tertutupaluvium sepanjang aliran kali Surabaya yang berupa kerakal,

    kerikil, pasir, lempung dan pecahan fosil cangkang.Daerah ini

    seluruhnya terbentuk oleh batuan sedimen berumur Miosen(23 – 5 juta tahun lalu) sampai Plistosen (seribu tahun yang

    lalu hingga sekarang) dan endapan permukaan yang terbentuk

    sekarang. Batuan pada lajur Kendeng ini kaya akan bahan

    gunung api (Gambar 2.1).Batuan tertua di lajur Kendeng yang tersingkap adalah

    Formasi Sonde yang berumur Pliosen (3 – 1 juta tahun yang

    lalu).Formasi ini tertindih oleh Formasi Lidah yang berumurPliosen-Plistosen dan pada gilirannya tertindih oleh Formasi

    Pucangan.Formasi terakhir itu tertindih oleh Formasi Kabuh

    yang diduga berumur Plistosen.Pada daerah Surabaya tidakterdapat Formasi Sonde (Tps), karena tertutup endapan

    aluvium.Formasi Lidah (Tpl) dan Formasi Pucangan (Qlp) pada daerah Surabaya sebagian besar tertutup endapan

    aluvium.Sedangkan formasi Kabuh tersebar secara setempatdi bagian selatan Surabaya.Tebal umumnya kurang dari 50

    meter.

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    2/24

    8

    Gambar 2.1 Peta Geologi Surabaya (Sukardi, 1992)dengankondisi fisiografi bagian dari Pebukitan

    Kendeng, bagian tengah Pebukitan Rembang-

    Madura, pedataran aluvium Jawa sebelah utara, pedataran tengah Jawa Timur dan bagian timur

    lekuk Randublatung. Tatanan stratigrafi yang

    tersingkap terdiri dari endapan aluvium (Qa),Formasi Kabuh (Qpk), Formasi Pucangan (Qtp)dan Formasi Lidah (Tpl).

    Sejarah geologi yang dapat diamati di lajur Kendengdimulai pada Pliosen ketika Formasi Sonde diendapkan dalam

    lingkungan sublitoral-dalam.Formasi ini tersusun sebagian

     besar oleh batu pasir tuff an yang menunjukkan adanya

    kegiatan vulkanik pada saat itu.Diduga pada kala plistosen

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    3/24

    9

    tengah terjadi pengangkatan sedikit sehingga laut di daerah ini

    menjadi sangat dangkal dan daerah setempat menjadi

    daratan.Kemudian pengendapan Formasi Kabuh berlangsungdalam lingkungan darat. Wilayah kota Surabaya merupakan

    dominan daerah dataran rendah, yang berkisar 80%

    merupakan endapan alluvial dan sisanya merupakan perbukitan rendah yang dibentuk oleh tanah hasil pelapukan

     batuan tersier/tua.

    Tanah endapan aluvial ini terdiri dari endapan sungai,rawa, delta dan endapan pantai atau merupakan campuran dari

    endapan-endapan tersebut di atas.Endapan sungai didominasioleh endapan berukuran pasir dengan sedikit lanau danlempung, endapan rawa didominasi oleh endapan berukuran

    lanau-lempung dengan sedikit bahan organik dan endapan

     pantai didominasi oleh endapan berukuran pasir halus yang

    mengandung kerang. Endapan delta merupakan endapan percampuran antara endapan sungai, endapan rawa dan

    endapan pantai sehingga lapisan tanah akan berselang-seling.

    Tanah hasil pelapukan batuan tua umumnya mempunyai

     potensi kembang-susut sangat tinggi. Bedrock (batuan dasaryang masih belum mengalami pelapukan dan lebih massif

    daripada lapisan lapuk di atasnya) untuk kota Surabayamerupakan Formasi Lidah yang berumur Pliosen ( pre-

    tertiary). Formasi ini berada pada kedalaman 250 – 300

    meter.

    2.2 Tatanan Tektonik Wilayah Surabaya

    Pulau Jawa dengan sistem tektonik tunjamannyamerupakan bagian dari seismotektonik busur sangat aktif yang

     berada pada tunjaman selatan Jawa (Jawa Barat bagian barat

    dan Sumatera) dan satuan seismotektonik busur aktif daratan

    Jawa (Jawa Barat bagian barat – Jawa Tengah – Jawa Timur)(Puslitbang Geologi, 2004). Lajur seismotektonik sesar aktif

    daratan Jawa berhubungan erat dengan keberadaan struktur

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    4/24

    10

    sesar aktif, diantaranya lajur seismotektonik sesar aktif

    Banten, lajur seismotektonik sesar aktif Cimandiri, lajur

    seismotektonik sesar aktif Citarik, lajur seismotektonik sesaraktif Baribis, lajur seismotektonik sesar aktif Citanduy, Lajur

    seismotektonik sesar aktif Bumiayu, Lajur seismotektonik

    Kebumen – Semarang - Jepara, lajur seismotektonik sesaraktif Lasem, lajur seismotektonik sesar aktif Rawapening,

    lajur seismotektonik sesar aktif Opak, lajur seismotektonik

    sesar aktif Pacitan, lajur seismotektonik sesar aktif Wonogiri,lajur seismotektonik sesar aktif Pasuruan, dan lajur

    seismotektonik sesar aktif Jember.Untuk wilayah Surabaya sendiri adalah wilayah yangdekat dengan sesar aktif. Di sebelah utara ada sesar aktif

    Lasem dengan jarak ±70 Km, kemudian di sebelah selatan-

    timur laut ada sesar aktif Watu Kosek yang membujur dari

    Mojokerto hingga Madura dengan jarak ±30 Km, yangmembujur dari pantai selatan Pacitan sampai Mojokerto

    dengan jarak ±40 Km terdapat sesar aktif Grindulu dan sesar

    aktif Pasuruan di sebelah selatan yang membujur dari

    Pasuruan sampai Mojokerto dengan jarak ±50 Km. Sehingga besar kemungkinan wilayah ini bisa terjadi gempa bumi yang

    diakibatkan oleh sesar-sesar tersebut. Di Surabaya dansekitarnya pernah terjadi beberapa gempa bumi pada 22 Maret

    1836 dengan jarak epicenter 60 Km di barat daya Mojokerto

    (skala VII-VIII MMI), 31 Agustus 1902 dengan jarak

    epicenter 40 Km barat laut Sedayu Gresik (skala VI MMI), 11Agustus 1939 dengan jarak epicenter 60 Km barat laut Laut

    Jawa (skala VII MMI), 19 Juni 1950 dengan jarak epicenter110 Km barat laut Laut Jawa (skala VII MMI), 20 Nopember1958 dengan jarak epicenter 95 Km selatan Malang (skala

    VII-VIII MMI), 19 Pebruari 1967 dengan jarak epicenter

    selatan Malang 98 Km (skala VII-IX MMI), 14 Oktober 1972

    dengan jarak epicenter 190 Km Trenggalek (skala V-VIMMI) dan 13 Oktober 2011 dengan jarak epicenter 440 Km

     Nusa Dua Bali (skala III-IV) (tabel 2.1).

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    5/24

    11

    Tabel 2.1 Sejarah gempa bumi yang merusak Surabaya dansekitarnya periode 1800-2011

    Tanggal EpicenterJarak

    epicenter

    Intensitas/magnitude

    (MMI)

    22Maret 1836 Mojokerto 60 Km barat daya VII

    31Agustus

    1902

    Sedayu

    Gresik

    40 Km

     barat LautVI

    11Agustus1939

    Laut Jawa60 Km

     barat LautVII

    19Juni 1950 Laut Jawa110 km

     barat lautVII

    20Nopember1958 Malang 95 km VII-VIII

    19 Pebruari

    1967Malang 98 km VII-IX

    14Oktober1972

    Trenggalek 190 km V-VI

    13Oktober

    2011

     Nusa Dua

    Bali440 km III-IV

    Irsyam et al. (2010) menjelaskan bahwa wilayah Surabaya

     bisa digolongkan dalam zona kegempaan kelas tujuh dengannilai Peak Ground Acceleration (PGA) sebesar 0.05 – 0.1 g.

    Artinya, Surabaya tergolong dalam wilayah yang jarang

    terjadi gempa. Gempa merupakan penjalaran gelombang getaryang disebabkan oleh pergerakan di bawah permukaan bumi

    karena lempeng tektonik atau kegiatan vulkanik

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    6/24

    12

    gunungapi.PGA sendiri merupakan nilai percepatan batuan

    dasar (bedrock ) suatu wilayah ketika dikenai gempa Nilai

    PGA tersebut, didasarkan pada estimasi sumber gempa,sejarah kegempaan dan keberadaan tektonik lempeng sekitar

    wilayah. Peta hazard kegempaan (Gambar 2.2) diperlukan

    untuk menunjukkan tingkat bahaya gempa suatu wilayahterutama untuk wilayah dengan tingkat aktifitas kegempaan

    yang tinggi seperti Wilayah Indonesia.

    Gambar 2.2 Petahazard gempa Indonesia pada batuan dasar

    dengan kondisi PGA (T=0 detik) untuk PE 50

    tahun (Irsyam et al., 2010)

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    7/24

    13

    2.3 Pengaruh efek lokal terhadap gempa bumi

     Nakamura et al. (2000), Herak (2009) dan Warnana et al.

    (2011) menyebutkan bahwa yang terjadi pada sebagian besar

    gempabumi terhadap bahaya kerusakan struktur tanah dan banyaknya jumlah korban jiwa yang diakibatkan oleh gempa

     bumi sangat signifikan. Hubungan intensitas gempabumi

    terhadap kerusakan suatu wilayah dipengaruhi oleh jarak darisumber gempa, skala gempa, ukuran zona patahan, energi

    yang dilepaskan batuan, jenis geologi antara sumber danlokasi setempat serta kondisi geologilokal(Towhata,2008).Besar percepatan dan kecepatan

    maksimum energi gempa dipengaruhi oleh kondisi geologi

    setempat.Percepatan dan kecepatan (khususnya sensor

    horizontal) ini berpengaruh secara langsung terhadapkerusakan bangunan akibat gempa bumi.Perbedaan kondisi

    lokal di setiap wilayah terjadi karena adanya variasi formasi

    geologi, ketebalan dan sifat-sifat fisika lapisan tanah dan

     batuan, kedalaman bedrock dan permukaan air bawah tanah,serta permukaan struktur bawah permukaan. Secara signifikan

    variasi tersebut berpengaruh terhadap karakteristik getarangempa pada struktur bawah permukaan (Oliveira,2006)

     Nakamura (1989) menyebutkan efek lokal dan indeks

    kerentanan tanah seperti yang sudah diketahui merupakan

    faktor penting dalam mitigasi bencana gempabumi.Amplifikasi gelombang gempa bisa terjadi ketika gelombang

    merambat ke permukaan dan menggetarkan benda-benda diatas permukaan tanah dengan kecepatan yang lebih besar, jikafrekuensi natural gelombang tanah yang bergetar mempunyai

    frekuensi natural sama atau mendekati frekuensi diri benda

    tersebut. Frekuensi natural sendiri, dipengaruhi oleh

    kedalaman bedrock (ketebalan sedimen) dan kecepatan rata-rata bawah permukaan ketika amplifikasi mempunyai

    keseimbangan terhadap kecepatan gelombang geser dan

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    8/24

    14

    densitas bawah permukaan.Karena densitas relatif konstan

    terhadap kedalaman, maka amplifikasi bisa diidentifikasi

    menggunakan kecepatan gelombang geser bawah permukaan(Sungkono, et al., 2011).

     = .

    ρ.(2.1)

    dengan A adalah amplifikasi tanah, ρb adalah densitas

    bedrock , Vsb adalah kecepatan gelombang geser bedrock, ρs

    adalah densitas sedimen dan Vss adalah kecepatan gelombang

    geser sedimenGempa Meksiko pada 19 September 1985 merupakan

    contoh gempa yang merusak kota dengan bangunan modernyang terletak pada batuan sedimen. Kerusakan kota Meksiko

    akibat gempa yang sumbernya (di laut fasifik) berjarak 390

    km dari kota tersebut. Bagian barat kota terletak di lapisan

     bekas rawa danau, sedangkan, keberadaan tanah lunak yangmengisi di bekas rawa sampai bagian timur. Pada daerah

     bekas rawa, keberadaan tanah lunak mempunyai kecepatangelombang geser 40 sampai 90 m/s dan dibawah lapisan lunaktersebut, terdapat lapisan keras dengan kcepatan gelombang

    geser (Vs) sekitar 500 m/s atau lebih (Seed et al, 1972).

    Amplifikasi gelombang seismik terjadi karena ada empatsebab (Towhata, 2008), diantaranya Adanya lapisan lapuk

    yang terlalu tebal di atas lapisan keras pada suatu tempat,

    suatu wilayah mempunyai frekuensi natural yang rendah,

    frekuensi natural gempa bumi dan geologi setempat sama ataumendekati sama energi gempa terjebak di lapisan lapuk dalam

    waktu yang lama. Faktor penting yang digunakan untuk

    mengestimasi efek lokal yang diakibatkan oleh gempa bumiadalah hubungan antara frekuensi natural suatu bangunan

    dengan frekuensi natural lapisan tanah di bawahnya.Sehingga

     bisa diketahui nilai resonansi bangunan yang nantinya bisadiestimasi kerentanannya terhadap gelombang gempa.

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    9/24

    15

    2.4 Efek Lokal Wilayah Surabaya

    Efek lokal suatu tempat yang menyebabkan kerusakan bangunan salah satunya dapat diketahui dari frekuensi natural

    tanah yang rendah.Wilayah yang memiliki kerekteristik

    frekuensi natural rendah sangat rentan terhadap bahayagetaran gelombang gempabumi periode panjang yang

    mengancam bangunan (Daryono,2008).Frekuensi sendiri

    didefinisikan sebagai banyaknya gelombang yangdirambatkan dalam satu sekon (detik).Sedangkan frekuensi

    natural suatu tempat berarti frekuensi dasar suatu tempatdalam menjalarkan getaran,dalam hal ini getaran gempa bumiyang merambat pada geologi setempat. Frekuensi natural

    suatu tempat yang diestimasi dengan metode HVSR dari data

    gempabumi sama dengan frekuensi natural data miktotremor

    (SESAME, 2004; Nakamura, 2007). Gambar 2.3 menunjukanhasil pemetaan dari frekuensi natural tanah Surabaya yang

    dikorelasikan dengan peta Geologi Surabaya oleh

    (Sukardi,1992). diketahui bahwa frekuensi rendah yang

     bernilai 0,53 Hz – 1,6 Hz (Surabaya Utara dan Timur) terletak pada endapan Alluvium (QA) yang terdiri atas kerakal,

    kerikil, pasir dan lempung. Sedangkan frekuensi sedanghingga tinggi (1,8 Hz – 4,3 Hz) yang terletak pada Surabaya

     bagian barat berkorelasi dengan Antiklin Lidah dan Guyangan

    yang terdiri atas Formasi Kabuh (Qpk), Formasi Pucangan

    (QTp), Formasi Lidah (Tpl), dan Formasi Sonde (Tps).

    Selain frekuensi natural,yang menyebabkan tingkatkerusakan bangunan tinggi oleh gempa bumi adalahamplifikasi tanah yang tinggi.Amplifikasi ialah kontras

     parameter perambatan gelombang (densitas dan kecepatan)

     pada bedrock dan sedimen permukaan.Semakin besar perbedaan parameter tersebut, semakin besar pula nilai

    amplifikasi perambatan gelombangnya. Gambar 2.4

    menunjukan hasil pemetaan dari amplifikasi tanah Surabaya

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    10/24

    16

    yang dikorelasikan dengan peta Geologi Surabaya oleh

    (Sukardi,1992). Nilai amplifikasi dari gambar peta 2.4 adalah

    sekitar 2,03 – 8,67. Pada Barat Laut dan Timur Laut daerahSurabaya memiliki nilai amplifikasi yang tergolong besar(>4).

    Kedua daerah ini tersusun atas Alluvium (QA), yang awalnya

    merupakan area rawa yang dipadatkan untuk dibuat perumahan untuk daerah Timur Laut dan pergudangan untuk

    daerah Barat Laut.

    Gambar 2.3Peta frekuensi tanah wilayah Surabaya (Laporan

    BAPPEKO Surabaya)

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    11/24

    17

    Gambar 2.4Peta amplifikasi tanah wilayah Surabaya(Laporan BAPPEKO Surabaya)

    Gosar (2007; 2010) menunjukkan bahwa amplifikasi danfrekuensi natural tidak saling berkorelasi.Sehingga,

     penggambaran kerentanan bangunan menjadi rumit.Nakamura

    (1997) merumuskan indeks kerentanan tanah berbasis datafrekuensi natural dan amplifikasi setempat yang berkorelasi

    dengan tingkat kerusakan gempabumi. Menurut (Daryono

    dkk., 2009) tingkat kerusakan bangunan berbanding lurus

    dengan indeks kerentanan tanah (Kg). Dengan demikian,mikrozonasi berdasarkan efek lokal dapat dilakukan dengan

    mudah. Gambar 2.5 menunjukan peta efek lokal

    Surabaya,yaitu di Surabaya Bagian Barat sampai SurabayaPusat memiliki nilai Kg rendah (

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    12/24

    18

    Lidah (Tpl), dan Formasi Sonde (Tps). Kemudian,di bagian

    selatan berkorelasi dengan Alluvium (QA)memiliki nilai Kg

    sedang (10 < Kg < 20) dan pada Surabaya bagian Timur Lautdan Barat Laut yang berkorelasi dengan Alluvium

    (QA)memiliki nilai Kg tinggi (Kg > 20).

    Gambar 2.5Peta indeks kerentanan tanah wilayah Surabaya

    (Laporan BAPPEKO Surabaya)

    2.5 Mikrotremor

    Mikrotremor merupakan getaran tanah selain gempa

     bumi, bisa berupa getaran akibat aktivitas manusia maupunaktivitas alam.Mikrotremor bisa terjadi karena getaran akibat

    orang yang sedang berjalan, getaran mobil, getaran mesin-

    mesin pabrik, getaran angin, gelombang laut atau getaran

    alamiah dari tanah(Tokimatsu,1995). Mikrotremor

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    13/24

    19

    mempunyai frekuensi lebih tinggi dari frekuensi gempabumi,

     periodenya kurang dari 0,1 detik yang secara umum antara

    0.05 – 2 detik dan untuk mikrotremor periode panjang bisa 5detik, sedang amplitudenya berkisar 0,1 – 2,0

    mikron. Kaitannya dengan mikroseismik, mikrotremor

    merupakan getaran tanah yang menjalar dalam bentukgelombang yang disebut gelombang mikroseismik.

    Belakangan ini aplikasi mikrotremor digunakan untuk

    mengidentifikasi resonansi frekuensi natural bangunan dantanah (Mucciarelli et al., 2001, 2004; Gallipoli et al., 2004;

    Gosar, 2007, 2010; Warnana, 2011). Dilakukan studi peningkatan kerusakan dan resonansi struktur tanah gempa bumi menggunakan mikrotremor dgempa bumi Molise

    (Gallipoli et al., 2004).Salah satu metode yang digunakan

    untuk mengetahui karakteristik bangunan tanpa merusak

     bangunan tersebut adalah analisis mikrotremor yang direkam pada setiap lantai bangunan dengan menggunakan gangguan

    alami berupa ambient noise.Sehingga bisa dikatakan bahwa

    mikrotremor didasarkan pada perekaman ambient noise untuk

    menentukan parameter karakteristik dinamis suatu bangunan(damping rasio, frekuensi natural) dan fungsi perpindahan

    (amplifikasi dan frekuensi) bangunan.

    2.6 analisis Mikrotremor

    Analisis ambient noise  ini menggunakan tehnik HVSR(Horizontal to Vertical Fourier Amplitude Spectral Ratio)

     pada tanah, sedangkan analisis spektrum,RDM (Random Decreament Method ) dan FSR (Floor Spectral Ratio) pada bangunan untuk mendapat frekuensi natural dan rasio

    redaman. Kemampuan teknik HVSR bisa memberikan

    informasi yang bisa diandalkan dan diasosiasikan dengan efek

    lokal yang ditunjukkan secara cepat yang dikorelasikandengan parameter HVSR yang dicirikan oleh frekuensi natural

    rendah (periode tinggi) dan amplifikasi tinggi.Sehingga untuk

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    14/24

    20

    Estimasi frekuensi, redaman dan indeks kerentanan pada

    getaran bangunan dari eksitasi amplitudo kecil dinilai akurat

    dan stabil (Farsi, 2002).Proses analisis ini menggunakan RDM untuk

    mengekstrak frekuensi natural dan rasio redaman bangunan,

    dengan menggunakan FSR di setiap komponen horisontaluntuk memperkirakan indeks kerentanan bangunan. Frekuensi

    natural dan rasio redaman dapat dihitung secara simultan

    menggunakan daya spectral random decreament method  atauanalisis non parametrik, sementara perhitungan indeks

    kerentanan bangunan untuk menghitung amplitudo fungsitransfer dari struktur floor spectral ratio dan kekuatan struktur bangunan.Rasio redaman adalah parameter yang menyatakan

     penyerapan energi atau redaman dari suatu sistem yang

     berosilasi dari redaman material maupun radiasi.Secara umum

    rasio redaman digunakan untuk menggambarkan tingkatredaman struktur bangunan.Kemampuan struktur bangunan

    untuk menghilangkan energi getaran dapat dihitung dari rasio

    redaman. Meskipun getaran gempa sangat kuat, suatu

     bangunan memiliki amplitudo yang tinggi, tetapi responfrekuensi natural bangunan tergantung pada massa struktur

    dan kekakuan bangunan. Dengan demikian tingkat redamanadalah desain yang sangat penting dalam pengurangan getaran

    dan bangunan tahan gempa (Sungkono et al., 2011).

    2.6.1 Fast Fourier Transform

    Analisis Fourier adalah metoda untuk mendekomposisisebuah gelombang seismik menjadi beberapa gelombangharmonik sinusoidal dengan frekuensi berbeda-beda.Jadi,

    sebuah gelombang seismik dapat dihasilkan dengan

    menjumlahkan beberapa gelombang sinusoidal frekuensi

    tunggal.Sedangkah sejumlah gelombang sinusoidal tersebutdikenal dengan Deret Fourier.Transformasi Fourier adalah

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    15/24

    21

    metoda untuk mengubah gelombang seismik dalam domain

    waktu menjadi domain frekuensi (Sugeng et al., 2009).

    (2.2)

    Dimana X(ω) adalah fungsi dalam domain frekuensi,

    adalah frekuensi radial 0 – 2πf, atau dapat dituliskan bahwa ω= 2π f

    Gambar 2.6Proses FFT mengubah gelombang signal datarekaman mikrotremordari domain waktu kedalam domain frekuensi

    2.6.2 Mikrotremor pada tanah

    Pada analisis data mikrotremor telah digunakan Teknik

    HVSR (Horizontal to Vertical Fourier Amplitude Spectral

     Ratio) secara luas untuk studi efek lokal dan mikrozonasi(Warnana et al., 2011). Selain sederhana dan bisa dilakukan

    kapan dan dimana saja, teknik ini juga mampu mengestimasi

    frekuensi resonansi secara langsung tanpa harus mengetahuistruktur kecepatan gelombang geser dan kondisi geologi

     bawah permukaan lebih dulu.Nakamura,et al(2000)

    menyebutkan bahwa metode HVSR untuk analisismikrotremor bisa digunakan untuk memperoleh frekuensi

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    16/24

    22

    natural sedimen. Penggunaan mikrotremor sendiri telah

     banyak dilakukan untuk mengidentifikasi resonansi frekuensi

    dasar bangunan dan struktur tanah di bawahnya.Parameter penting yang dihasilkan dari metode HVSR adalah frekuensi

    natural dan amplifikasi.HVSR yang terukur pada tanah

     bertujuan untuk karakterisasi geologi setempat, frekuensinatural dan amplifikasi yang berkaitan dengan parameter fisik

     bawah permukaan (Herak, 2008).Sedangkan HVSR yang

    terukur pada bangunan berkaitan dengan kekuatan bangunan(Nakamuraet al., 2000) dan keseimbangan bangunan (Gosar,

    2010).Dalam analisis HVSR pada pengukuran data sedimenyang dilakukan, harus memenuhi kriteria yang disarankan

    oleh SESAME (2004), yaitu berdasarkan hubungannya

    dengan puncak frekuensi terhadap panjang windows, jumlah

    siklus signifikan dan standar deviasi puncak amplitudo.Kriteria selanjutnya untuk membersihkan puncak berdasarkan

    hubungannya dengan puncak amplitudo terhadap level kurva

    HVSR standar deviasi puncak frekuensi dan amplitudonya.

    Jika semua kriteria tersebut terpenuhi, maka puncak frekuensitersebut bisa dipertimbangkan sebagai frekuensi natural

    sedimen dari kontras impedansi kuat pertama.Sedangkanmenurut Nakamura (2008) dalam mengestimasi nilai

    amplifikasi, dipengaruhi oleh sumber meskipun sangat

    kecil.Frekuensi natural sendiri bisa diketahui dari puncak

    HVSR dan nilai amplifikasinya adalah puncak dari HVSR.

    2.6.3HVSR(Horizontal to Vertical Fourier AmplitudeSpectral Ratio)

    Metode HVSR didasari oleh terperangkapnya getaran

    gelombang geser (gelombang SH) pada medium sedimen di

    atas bedrock . Dengan kata lain gelombang SH berperansangat penting di dalam kurva HVSR yang direpresentasikan

    oleh persamaan 2.3 berikut ini (Mucciarelli ,et al., 2008) :

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    17/24

    23

     =(2.3)

    dengan ,   dan ℎ  berturut-turut menunjukkan frekuensinatural, kecepatan gelombang SH dan ketebalan sedimen.Dari persamaan 2.3 tersebut, bisa disimpulkan bahwa

    frekuensi natural berbanding lurus terhadap kecepatan

    gelombang SH dan berbanding terbalik terhadap ketebalansedimen.

     pada analisis mikrotremor yang digunakan untukkarakterisasi suatu wilayah. Dalam penggunaan metode ini,

    digunakan beberapa asumsi (Nakamura ,1989) bahwa:1.

     

    Mikrotremor sebagian besar terdiri dari gelombang

    geser

    2.  Komponen vertikal gelombang tidak mengalami

    amplifikasi lapisan sedimen dan hanya komponen

    horisontal yang teramplifikasi

    3. 

    Tidak ada amplitudo yang berlaku dengan arah yangspesifik pada bedrock dengan getaran ke segala arah

    4. 

    Gelombang Rayleigh diasumsikan sebagai noise

    mikrotremor dan diusulkan metode untuk

    mengeliminasi efek gelombang Rayleigh

     Nakamura (1989) mengidentifikasi bahwa jika

    diasumsikan gelombang geser dominan pada mikrotremor,

    maka rasio spektrum horisontal terhadap vertikal (HVSR) pada data mikrotremor suatu tempat sama dengan fungsi

    transfer gelombang geser yang bergetar antara permukaan dan

     batuan dasar di suatu tempat. Nakamura menduga bahwamikrotremor berperiode pendek sebagian besar terdiri dari

    gelombang geser dan gelombang permukaan dianggap sebagai

    noise.Dari hasil analisis data gempa menunjukkan bahwa nilaimaksimum rasio getaran horizontal dan vertikal dalam setap

     pengamatan (ΔH/ΔV) ada kaitannya dengan kondisi tanah dan

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    18/24

    24

    hampir setara dengan satu kekuatan tanah dengan beberapa

    gataran ke semua arah.

    2.6.4 Mikrotremor pada bangunan

    Analisisini dilakukan dengan pengukuran mikrotremor pada bangunan, setiap lantai bangunan digunakan peralatan

    yang sama ketika mengukur lapisan sedimen. Dua komponen

    horisontal diarahkan terhadap arah utara-selatan (NS) dantimur-barat (EW). Peralatan pengukuran dimungkinkan

    diletakkan di dekat pusat massa bangunan dan dekat dengandinding bangunan tersebut. SESAME (2004) menyarankan,lama pengukuran 10 sampai 15 menit, karena biasanya

     bangunan memliki frekuensi natural rata-rata lebih dari 1Hz

    dan kurang dari 8 Hz, sedangkan frekuensi dibawah 1Hz

    dianggap tidak menarik. Jarak pengukuran bangunan denganstruktur tanah diusahakan dekat dan pada kondisi geologi

    yang sama. Selama ini belum ada referensi yang menyebutkan

     parameter jarak minimum pengukuran antara bangunan

    dengan tanah.Pengukuran dilakukan apada seluruh lantai bangunan. SESAME (2004) menyarankan, lama pengukuran

    10 sampai15 menit, karena biasanya bangunan memlikifrekuensi natural rata-rata lebih dari 1Hz dan kurang dari 8

    Hz, sedangkan frekuensi dibawah 1Hz dianggap tidak

    menarik (Gosar, 2007; Gosar, 2010; Sungkono et al., 2011).

    Pengolahan data yang digunakan pada pengukuran bangunan menggunakan metode FSR (Floor Spectral Ratio)

    yang direkomendasikan oleh Gosar (2010).Menurut Herak etal. (2009; 2011), dalam menentukan frekuensi bangunan tidakdirekomendasikan menggunakan metode HVSR meskipun

    hasil estimasi frekuensinya masuk akal. Hal ini karena tidak

    ada dasar teori dalam aplikasinya sehingga tidak bisa

    diasumsikan bahwa spektrum vertikal dan horizontal tidak berbeda pada level bawah tanah. Hal ini secara khusus

     berbahaya jika amplifikasi tanah kuat secara signifikan.Pada

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    19/24

    25

    analisis HVSR sedimen mungkin terkontaminasi respon

     bangunan, sehingga identifikasi resonansi dimungkinkan

    salah. Metode ini dilakukan dengan cara membandingkanrasio selisih spektrum masing-masing komponen horizontal

     bangunan dan tanah yang kondisi geologinya sama dengan

    kondisi tanah di bawah bangunan dengan komponenhorizontal masing-masing spektrum bangunan. Menurut

    (Nakamura et al,2008) mengidentifikasi bahwa kerusakan

     bangunan menggunakan index kerentanan untukmengestimasi struktrur dari parameter fungsi perpindahan.

    Frekuensi dan rasio redaman bangunan sebelum gempa lebihkecil dari pada setelah gempa.Ini berarti menunjukkan bahwa parameter frekuensi dan rasio redaman berbanding lurus

    dengan kekuatan bangunan.Sementara menurut (Nakamura et

    al,2009) indeks kerentanan mampu menilai kerusakan

     bangunan pada saat gempa, menunjukkan bahwa kelemahan bangunan dari getaran gempa adalah langsung sebanding

    dengan indeks kerentanan.

    2.6.5 FSR ( Floor Spectral Ratio)

    Metode FSR (Floor Spectral Ratio) ini digunakan untukmenganalisis dan mengetahui frekuensi natural dan

    amplifikasi bangunan. Konsep dari metode FSR adalah

    sebagai berikut:

    Gambar 2.7skema model metode FSR

    dengan H(w) adalah karakter bangunan(amplifikasi

     bangunan), S×× respon getaran dari bangunan dan Sqq respon

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    20/24

    26

    getaran dari bangunan. Metode FSR ini yaitu metode fungsi

    transfer dari tiap lantai antara spektrum bangunan dan

    spektrum tanah. Fungsi transfer bangunan bisa diestimasi darirasio spektum bangunan dan spektrum tanah atau spektrum

     bidang bebas, ini disebut floor spektral rasio (FSR). Menurut

    Gosar (2007, 2010), metode Floor Spectral Ratio (FSR)merupakan metode standart.Untuk evaluasi kekuatan

     bangunan yang disebabkan getaran seismik dan karakteristik bangunan dapat dilakukan dengan pencatatan rekaman

    mikrotremor.

    2.6.6 RDM (Random Decreament Method )

    Metode random decreament   merupakan teknik yang

     paling popular dalam survey geotknik dan geofisikadigunakan untuk identifikasi karakteristik dinamik dan deteksi

    kerusakan suatu bangunan dari respon suatu gempa. Prinsip

    kerja dari RDM adalah merespon dari sebuah sistemfrekuensi acak untuk difilter menjadi sebuah eksitasi acak .

    Tujuannya yaitu membatalkan komponen acak untuk

    mendapatkan kurva getaran bebas yang buruk dari perkiraan

    damping dan frekuensi natural.RDM dikenal sebagai metodetransform eksitasi acak dalam pengurangan energi dari

    getaran bebas yang buruk pada struktur bangunan. Sebuah

    ilustrasi skematis dari RDM diperlihatkan pada gambar 2.5yang menunjukkan proses untuk memperoleh random

    decrement. Komponen random akan difilter. Representasi

    domain frekuensi menunjukkan puncak dominan dari sistem.

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    21/24

    27

    Gambar 2.8Skematis random decrement Methode.Respon

    frekuensi acak di filter ke dalam domain waktu

    menghasilkan respon getaran.

    2.6.7 Indeks kerentanan bangunan

     Nilai indeks kerentanan bangunan dapat diestimasikan

    dengan menggunakan sudut drift . Percepatan gempa input dan perpindahan dari setiap lantai(Nakamura, 2001).Terkait

    dengan percepatan gempa masukan dalam cm/s2. bagian yangmempengaruhi struktur dari seluruh gerak gempa yaitu,

    α = e×a (2.4)

    dengan e menunjukkan efisiensi gerak gempa untuk struktur.

    Sebuah kinerja deformasi dan derajat gempa amplifikasi gerak

    dapat diperkirakan dari dinamika karakteristik struktur.

    δi adalah perpindahan horisontal, hi adalah tinggi, Ai

    adalah amplifikasi faktor ke-i adalah kolom, H adalah

    ketinggian struktur lantai ke-n, dan a adalah percepatanhorizontal pondasi tanah. Frekuensi natural struktur yang

    tampaknya memiliki pengaruh terhadap kerusakan gempa

    dianggap.pemindahan δike-i lantai diperkirakan dari F

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    22/24

    28

    frekuensi natural dan amplitudo Ai-i lantai sebagai berikut

    (Lihat gambar 2.6)

    Gambar 2.9 Skema model-n lantai bangunan bertingkat dan

     bentuk modenya jika terjadi respon getarangempa (Nakamura, 2001).

     jadi, sudut penyimpangan γi ke-i lantai ditampilkan sebagai,

    δi= × 

    ()  (2.5)

    =( − )ℎ  (2.6)

    =∆×

    ()  (2.7) 

    = × ×  (2.8)

    Dimana:

    =∆/ (2)/ℎ/ 10000  (2.9)

    Dimana  ∆ Aiadalahdeltaamplifikasi dari tiap lantai dan hi

    tinggi tiap lantai.Jadi, sudut drift   γi untuk setiap lantai adalah perkiraan dari

    kerentanan indeks KBI dikalikan dengan percepatan

    maksimal tanah permukaan di cm/s2  dan e efisiensi gerak

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    23/24

    29

    gempa. Di sini, avKb nilai diperoleh dengan cara sebagai Kbi 

    rata-rata untuk struktur masing-masing.

    ()

      (2.10)

     A amplitudo dari lantai atas, dan  H ketinggian gedung dalammeter.

  • 8/18/2019 ITS Undergraduate 26397 1108100031 Chapter2

    24/24

    30

    HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN


Recommended