+ All Categories
Home > Documents > KASUS UROLITIASIS PADA ANJING DAN KUCING.docx

KASUS UROLITIASIS PADA ANJING DAN KUCING.docx

Date post: 28-Dec-2015
Category:
Upload: sammy-synyster
View: 65 times
Download: 7 times
Share this document with a friend
Popular Tags:
34
KASUS UROLITIASIS PADA ANJING DAN KUCING MARIYANI B04050321 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRACT Mariyani. B04050321. Cases of Urolithiasis in Dogs and Cats. Under the supervision of Prof. drh. Dondin Sajuthi, MST, PhD, dan drh. Sukamto
Transcript

KASUS UROLITIASIS PADA ANJING DAN KUCING

MARIYANI

B04050321

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

ABSTRACT

Mariyani. B04050321. Cases of Urolithiasis in Dogs and Cats. Under the supervision of

Prof. drh. Dondin Sajuthi, MST, PhD, dan drh. Sukamto

The purpose of this study is to know the amount of urolithiasis cases in dogs and cats. Data of those cases is obtained from medical records in Rumah Sakit Hewan Jakarta, Rumah Sakit Hewan IPB, and clinic PDHB drh. Cucu K, dkk 24 hours from 2007 until 2008. The study shows that urolithiasis cases increased in 2008. It is higher in male compared with female. The incidence in dogs is higher compared with cats. Urolithiasis in dogs was most common appeared at 7 years old dogs and the type of stone were 42% calcium oxalate and 33% struvite, the rest were silica 17% and cystine 8%. Pomeranian and mixed breed dogs predominated. Persian cats predominated with the most common appeared at 5 years old cats.

Based on laboratories examination from six stones samples, each stone had different physical appearance and consist of many crystals.

Keywords: cases, urolithiasis, dogs, cats

RINGKASAN

Mariyani. B04050321. Kasus Urolitiasis pada Anjing dan Kucing. dibawah bimbingan Prof.

drh. Dondin Sajuthi, MST, PhD dan drh. Sukamto.

Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengetahui banyaknya kejadian kasus urolitiasis

pada anjing dan kucing. Data kasus diperoleh melalui data rekam medis Rumah Sakit Hewan

Jakarta, Rumah Sakit Hewan IPB, dan Klinik PDHB 24 jam drh. Cucu Kartini S., dkk pada

tahun 2007-2008. Hasil studi menunjukkan kasus urolitiasis meningkat di tahun 2008. Kasus

pada jantan lebih banyak daripada betina. Begitu pula kasus pada anjing lebih banyak

daripada kucing. Kejadian urolitiasis pada anjing paling banyak didapatkan pada anjing

berumur 7 tahun dan jenis batu yang didapatkan adalah kalsium oksalat 42%, struvite 33%

dan sisanya adalah silica 17% serta cystine 8%. Ras anjing yang mendominasi adalah

Pomeranian dan ras campuran. Ras kucing yang mendominasi adalah ras Persia dan paling

banyak terjadi pada umur 5 tahun.

Berdasarkan permeriksaan laboratorium dari enam buah sampel, diketahui bahwa

masing-masing batu memiliki penampilan fisik yang berbeda serta tersusun dari banyak jenis

kristal.

Kata kunci: kasus, urolitiasis, anjing, kucing

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor,

sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan

sebagainya

KASUS UROLITIASIS PADA ANJING DAN KUCING

MARIYANI

B04050321

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Meningkatnya taraf hidup masyarakat berpengaruh terhadap gaya hidup

bermasyarakat. Salah satu diantaranya adalah meningkatnya pemilik anjing dan kucing

sebagai hewan kesayangan. Seringkali anjing dan kucing dianggap sebagai bagian dari

keluarga mereka. Kecintaan yang berlebih terhadap anjing dan kucing menyebabkan pemilik

memberikan makanan yang sama dengan makanan yang dikonsumsinya, selain pet food yang

dijual di pasaran dengan berbagai macam merek. Komposisi yang tidak sehat dapat

menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi. Dry cat food tertentu juga merupakan faktor resiko

terjadinya feline lower urinary tract disease (Buffington et al. 1997). Selain itu, pola

pemberian pakan juga dapat merubah pH urin, volume urin, dan solute concentration yang

dapat menyebabkan terbentuknya presipitasi mineral, seperti urolit yang terdiri dari berbagai

mineral dan terjadinya urethral plugs.

Urolitiasis merupakan salah satu penyebab feline lower urinary tract disease selain

idiopathic cystitis. The Ohio State University Veterinary Hospital mengevaluasi 109 ekor

kucing dengan gejala klinis stranguria dan 15 ekor diantaranya mengalami urolitiasis

(Buffington 2001). Selain itu, kejadian kasus baru feline lower urinary tract disease

dilaporkan mencapai 0,5-1% per tahun pada populasi kucing di Eropa dan Amerika Selatan

(Waltham Centre for Pet Nutrition 1999). Kejadian urolitiasis pada anjing dan kucing di

Indonesia kurang mendapat perhatian. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya data mengenai

kasus ini sehingga perlu dilakukan pengumpulan data untuk mengetahui frekuensi kejadian

urolitiasis di klinik dan rumah sakit hewan di Jakarta dan Bogor.

Rumusan Masalah

Resiko terbentuknya kristalisasi urolit sangat tergantung kepada tingkat supersaturasi

di urin (Robertson & Markwell 1999). Jika pembentukkan kristal dapat dicegah maka

urolitiasis dan pembentukkan komponen mineral dari urethral plugs tidak muncul. Hal ini

merupakan faktor penting dalam mencegah proses terbentuknya urolit pada kucing ataupun

anjing yang memiliki predisposisi. Keberadaan kristal dapat mengindikasikan terbentuknya

urolit, namun adanya kristal tidak selalu mengindikasikan terjadinya urolit (Chew et al.

2004). Hasil ini harus diikuti dengan pemeriksaan parameter urin yang lain seperti pH dan

specific gravity. pH urin yang asam atau basa akan membentuk tipe urolitnya tersendiri.

Selain itu, anjing ataupun kucing ras tertentu juga memiliki predisposisi terhadap satu jenis

urolit.

Kucing cenderung memiliki pH urin >6,5 sehingga cenderung mengalami

pembentukkan struvite urolit. Adapun ras kucing yang paling banyak dilaporkan membentuk

struvite urolit adalah Himalayan dan Persian (Houston 2007) . Bentuk urolit lain sangat

jarang pada kucing. Pada anjing, struvite dan kalsium oksalat merupakan tipe urolit yang

paling sering terbentuk. Kalsium oksalat sering terjadi pada ras anjing berukuran kecil sampai

medium, seperti Miniature Schnauzer, Lhasa Apso, Yorkshire Terrier, Miniature Poodle,

Shih Tzu, dan Bichon Frise (Chew et al. 2004). Selain itu, anjing Dalmatian merupakan ras

anjing yang memiliki predisposisi terhadap terjadinya urate urolit.

Tujuan

Tujuan dilakukannya studi kasus ini adalah untuk mengetahui banyaknya kejadian

kasus urolitiasis pada anjing dan kucing di Rumah Sakit Hewan Jakarta, Rumah Sakit Hewan

Institut Pertanian Bogor, dan Klinik Praktek Dokter Hewan Bersama 24 jam drh. Cucu

Kartini S., dkk.

Manfaat

Diharapkan dalam kegiatan studi kasus ini akan diketahui hubungan frekuensi

kejadian urolitiasis dengan ras, umur, dan diet/pakan apa yang dapat menyebabkan

pembentukkan urolit.

TINJAUAN PUSTAKA

Urolitiasis

Urolitiasis dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana terdapat mineralisasi

makroskopik, urolit, didalam sistem urinari (Waltham Centre for Pet Nutrition 1999). Urolit

memiliki ukuran yang bermacam-macam, mulai dari partikel seperti pasir sampai berukuran

lebih besar yang terlihat bila dilakukan radiografi. Urolit ini merupakan perwujudan

polycrystalline yang terdiri dari satu atau lebih mineral. Urolit atau disebut juga bladder stone

merupakan batu yang terbentuk akibat supersaturasi di urin dengan kandungan mineral-

mineral tertentu.

Gambar 1 Lapisan-lapisan urolitSumber : Veterinary Focus vol 17 No 1/2007 hal : 23

Kejadian terbentuknya urolit pada vesica urinaria biasa terjadi pada hewan, terutama

pada hewan domestik seperti anjing dan kucing. Urolit ini terbentuk di dalam vesica urinaria

dalam berbagai bentuk dan jumlah tergantung pada infeksi, pengaruh diet/konsumsi, dan

genetik (Wikipedia 2008). Urolit dapat terbentuk pada bagian manapun dari traktus urinari

anjing dan kucing. Urolit dengan berbagai komposisi mineral telah ditemukan pada kucing,

termasuk struvite, kalsium oksalat, kalsium fosfat, uric acid/urate, dan cystine. Pada anjing,

urolit dengan berbagai komposisi mineral juga telah ditemukan seperti struvite, kalsium

oksalat, kalsium fosfat, urate, cystine, silica, dan xanthine (Vogt 2002). Biasanya

diidentifikasi oleh mineral yang menyusun 70% atau lebih dari komposisinya.

Urolit ini membentuk nidus disekelilingnya, yang dapat terdiri dari leukosit, bakteri,

dan matrix organik bercampur dengan kristal, atau hanya kristalnya saja. Nidus menyusun

sekitar 10-20% dari total massa urolit. Hal ini memungkinkan nidus dibentuk dari berbagai

tipe kristal daripada bagian lainnya, yang biasa dikenal sebagai epitaxial growth. Struvite dan

kalsium oksalat adalah yang paling banyak ditemukan pada kasus klinik (Buffington 2001) .

Struvite

Struvite atau dikenal dengan magnesium ammonium fosfat heksahidrat dengan

komposisi kimia MgNH4PO4·6H20. Struvite merupakan tipe urolit yang paling sering

terbentuk yaitu sekitar 50% untuk analisa urolit pada anjing (Ling et al. 1998a). Namun pada

kucing berkisar sekitar 30% (Warrak 2006). Biasanya diikuti dengan adanya kalsium fosfat

dan terbentuk pada pH urin netral-basa.

Infeksi bakteri dapat meningkatkan pembentukan struvite urolit karena bakteri yang

menginfeksi memproduksi urease sehingga akan meningkatkan pH urin menjadi basa. Urease

merupakan enzim yang dalam keberadaannya di air akan menghidrolisis urea dan

menghasilkan ion ammonia dan karbonat sehingga konsentrasi kedua ion tersebut meningkat

(Houston et al. 2004). Ammonia bergabung dengan air atau ion hidrogen untuk membentuk

ion ammonium. Ion ammonium di urin akan menyebabkan pH urin yang tinggi. Ketika pH

urin basa, fosfat menjadi lebih tersedia untuk pembentukan kristal struvite dan struvite

menjadi kurang larut. Selain itu, pH urin yang tinggi akan menurunkan solubilitas

magnesium ammonium fosfat dan meningkatkan terbentuknya presipitasi kristal struvite.

Ketika konsentrasi fosfat, magnesium, dan ammonium meningkat di urin, supersaturasi

terjadi dan membentuk kristal dan urolit (Rinkardt & Houston 2004).

Gambar 2 Batu struvite dengan nidus berupa ammonium urate pada kucing.Sumber : Veterinary Focus vol 17 No 1/2007 hal : 23

Lebih dari 95% anjing dengan struvite urolit ada kaitannya dengan urinary tract

infection akibat bakteri yang menghasilkan urease, seperti Staphylococus spp., Proteus spp,

dll (Chew et al. 2004). Urinary tract infection akibat bakteri penghasil urease mendahului

perkembangan terbentuknya struvite urolit pada anjing (Ling et al. 1998b). Namun struvite

urolit pada kucing biasanya terbentuk dalam urin yang steril, tanpa adanya infeksi bakteri

(Houston 2007). Hal ini dikarenakan pH urin kucing lebih basa daripada anjing yaitu >6,5

sehingga struvite urolit mudah terbentuk. Telah diperkirakan bahwa urin dengan pH sekitar

6,4 sama dengan solubility product dari struvite dan urin dengan pH 7 sama dengan

formation product dari struvite (Buffington 1988).

Ras anjing tertentu terpredisposisi dengan struvite, termasuk Miniature

Schnauzer, Bichon Frise, dan Cocker Spaniel. Anjing dengan struvite urolitiasis lebih

banyak terjadi pada anjing betina (85%) dan berumur 2-9 tahun (Ling et al. 1998c).

Adapun ras kucing yang paling banyak dilaporkan menderita struvite urolitiasis adalah

jenis Himalayan, Persian, dan kucing lokal Amerika dengan umur rata-rata 5-7 tahun

(Houston 2007).

Gambar 3 Batu struvite dengan nidus berupa oksalat pada anjingSumber : Veterinary Focus vol 17 No 1/2007 hal : 23

Pengobatan disolusi dengan menggunakan calculolytic diet yang spesifik telah

terbukti efektif pada kasus struvite urolit pada anjing yang terkait dengan infeksi bakteri

ataupun tidak (Abdullahi et al. 1984). Disolusi dari struvite tergantung dari keasaman urin

melalui diet/pakan atau urinary acidifier. Maka dari itu, mengubah pH urin menjadi asam

merupakan salah satu kunci dalam mengurangi resiko terbentuknya struvite urolit, terutama

pada kucing. Diet/pakan khusus untuk disolusi juga harus mengurangi kadar protein,

fosfor dan magnesium, menambahkan acidifying serta meningkatkan penggunaan garam.

Penurunan kadar protein dalam diet diharapkan akan mengurangi pembentukan urea.

Penurunan kadar mineral seperti fosfor dan magnesium diperuntukkan agar terjadi

derajat saturasi yang lebih rendah dari urin dengan ion yang dapat membentuk struvite

(Chew et al. 2004). Penggunaan acidifying diharapkan akan membentuk urin yang asam dan

penggunaan garam akan meningkatkan konsumsi air untuk merangsang urinasi yang lebih

banyak sehingga mengurangi terjadinya presipitasi mineral di urin.

Diet/pakan harus diberikan secara eksklusif, tapi hanya dapat diberikan untuk

beberapa bulan karena terkait dengan efek samping yang dapat ditimbulkan. Efek samping

yang ditimbulkan terkait dengan penurunan kadar protein dalam diet. Konsekuensi yang

terjadi akibat penurunan kadar protein dalam diet adalah berkurangnya urea dan albumin

dalam serum anjing, serta adanya peningkatan aktivitas hepatic alkaline phosphatase dalam

serum anjing. Akibat diet rendah protein, terjadi degenerasi hidropis dari hepatosit (Houston

et al. 2004). Kontraindikasi untuk diet/pakan ini adalah gagal jantung, gagal hati, gagal

ginjal, pankreatitis, hipertensi, dan hipoalbuminemia.

Disolusi struvite pada anjing lebih sulit dibandingkan pada kucing (Houston et al.

2004). Hal ini dikarenakan beberapa hal yaitu, pembentukkan struvite pada anjing lebih

disebabkan oleh infeksi bakteri, dan adanya kejadian terbentuknya kalsium karbonat atau

kalsium fosfat pada anjing yang mengalami struvite urolit.

Pembentukkan kalsium fosfat atau kalsium karbonat pada kejadian struvite urolit

dapat terjadi akibat pH urin yang meningkat (Houston et al. 2004). Akibatnya, urin menjadi

bersifat basa secara progresif akibat aktivitas hidrolisis urea dari mikroba dan adanya

disosiasi dari H2P04− menjadi HP04

2- dan P043− mengakibatkan peningkatan konsentrasi ion

HP042-, dan adanya ion P04

3−. Pada akhirnya, akan bergabung dengan kalsium yang

dieksresikan didalam urin. Dengan adanya hidrolisis urea oleh bakteri, akan terbentuk CO2

yang akan bergabung dengan air dan membentuk asam karbonat (H2CO3). Asam karbonat

(H2CO3) akan berdisosiasi menjadi HCO3- dan ion H+. Pada urin yang sangat basa, HC03

- akan

kehilangan protonnya dan menjadi CO32-. Anion CO3

2- ini dapat menggantikan anion PO43-

dan membentuk kristal karbonat.

Kalsium Oksalat

Kalsium oksalat urolit terbentuk dalam suasana urin yang asam sampai netral. Studi

epidemiologi menyatakan bahwa diet yang menghasilkan urin dengan pH 5,8 – 6,3

berhubungan dengan adanya resiko pembentukan kalsium oksalat di traktus urinari (Kirk et

al. 1995). Ada dua tipe yang biasanya terbentuk yaitu kalsium oksalat monohidrat/whewellite

(CaC2O4.H2O) dan kalsium oksalat dihidrat/weddellite (CaC2O4.2H2O). Kalsium oksalat urolit

ini dapat berupa single atau multiple, dengan bentuk dihidrat biasanya berspikula dengan tepi

yang bergerigi tajam sedangkan bentuk monohidrat cenderung halus, kecil, dan bundar

(Chew et al. 2004).

Kalsium oksalat urolit lebih sering terbentuk pada hewan dengan kondisi

hiperkalsemia (Houston et al. 2004). Penyakit-penyakit yang berperan yang menye-babkan

hiperkalsemia seperti lymphoma, primary hyper-parathyroidism atau Cushing’s syndrome,

defective nephrocalcin, dan Addison’s disease. Faktor resiko lain yang dapat menginduksi

terbentuknya kalsium oksalat urolit adalah hiperkalsiuria, hiperoksaluria, hipositraturia,

hipomagnesemia, asidosis, penurunan macromolecular inhibitors, dan volume urin (Elliot

2003). Selain itu, pembentukkan kalsium oksalat urolit dapat disebabkan oleh penggunaan

diet disolusi untuk mengatur struvite urolit secara tidak hati-hati.

Gambar 4 Kalsium oksalat pada kucing.Sumber : Veterinary Focus vol 17 No 1/2007 hal : 23

Faktor resiko lain yang mengakibatkan terbentuknya kalsium oksalat termasuk diet

yang berlebih kalsium, vitamin D atau vitamin C, serta diet yang mengandung jumlah derivat

asam oksalat yang tinggi seperti bayam, ubi, kacang-kacangan (Abdulahhi et al. 1984).

Dalam tubuh anjing dan kucing, vitamin C dimetabolisme menjadi asam oksalat dan

diekskresikan ke dalam urin.

Anjing yang sering diberikan hati ayam memiliki resiko terbentuknya kalsium oksalat

urolit. Hati ayam mengandung taurin yang tinggi. Taurin (2-aminoethanesulfonic acid)

berbeda dengan asam amino umum karena mempunyai rantai sulfonic acid yang

menggantikan rantai asam karboksilat dan tidak tergabung kedalam asam amino. Taurin

disintesis di jaringan hati dari metionin dan cysteine. Sintesis ini memerlukan pyridoxal-5’-

phosphate, koenzim aktif dari vitamin B6 (pyridoxine). Pyridoxine meningkatkan

transaminasi glioksilat, prekursor dari asam oksalat, menjadi glisin. Maka dari itu, defisiensi

pyridoxine akan menyebabkan peningkatan produksi endogenous dan ekskresi oksalat (Elliot

2003).

Taurin terdiri dari 50% lebih total asam amino bebas di jantung. Taurin memiliki aksi positif inotropik pada jaringan jantung. Efek kardiak dari taurin berkaitan dengan kemampuannya melindungi jantung dari adverse effect akibat kelebihan ataupun kekurangan kalsium. Akibat dari kelebihan kalsium adalah terjadinya akumulasi kalsium intrasel yang akan menyebabkan kematian sel. Taurin dapat secara langsung maupun tidak langsung membantu mengatur kadar ion Ca2+ intrasel dengan memodulasi aktivitas Ca2+ channel. Selain itu, pengaturan dapat dilakukan dengan mengatur Na-channel (Birdsall 1998). Taurin juga berperan sebagai transporter. Selain itu, pada salah satu studi menyatakan bahwa taurin berfungsi sebagai membrane stabilizer karena mampu menghambat tekanan dari loncatan membran/membrane-bound NaK ATPase (Birdsall 1998). Taurin akan diekskresikan melalui urin atau empedu.

Penyakit ginjal berkaitan dengan adanya kalsium oksalat urolit. Apakah penyakit

ginjal merupakan penyebab atau apakah merupakan akibat dari adanya kalsium oksalat

urolit? Keadaan hiperoksaluria dapat menjelaskannya. Hipotesis menduga bahwa kelebihan

oksalat dalam tubuh akan merusak tubuli ginjal. Tubuli ginjal yang rusak ini akan

termineralisasi, lokasinya disebut Randall's Plaques, dan menjadi nidus bagi presipitasi

kalsium oksalat. Dengan peningkatan saturasi urin, hiperoksaluria memungkinkan terjadinya

presipitasi kalsium. Sebagai akibatnya, kalsium oksalat urolit dapat menyumbat ureter dan

menyebabkan gagal ginjal.

Supersaturasi kalsium dan oksalat dalam urin merupakan syarat terbentuknya kalsium

oksalat. Kekurangan zat yang menghambat agregasi kristal akan menyebabkan interaksi yang

lebih besar antara ion kalsium dan oksalat. Sitrat merupakan zat penghambat agregasi

kalsium dengan oksalat (Chew et al. 2004). Sitrat dapat membentuk kompleks yang soluble

dengan oksalat. Defisiensi sitrat dapat disebabkan oleh adanya defek turunan atau akibat

asidosis, yang meningkatkan penggunaan sitrat di tubuli ginjal (Elliot 2003).

Selain itu, sitrat mengurangi absorpsi oksalat di usus sehingga urin yang diproduksi

akan bersifat basa. Namun pH urin tidaklah sepenting interaksi fisiko-kimia antara kalsium

dan oksalat didalam urin. Walaupun demikian, pH urin menggambarkan keseimbangan

sistemik asam-basa. Anjing dengan urin yang asam cenderung membentuk kalsium oksalat

urolit. Ini memungkinkan bahwa urin yang asam adalah gambaran dari kompensasi terhadap

asidifikasi kronis akibat diet.

Diet yang mengandung acidifying yang terus menerus dimakan dapat menyebabkan

pelepasan kalsium dari tulang sebagai respon keseimbangan terhadap adanya penambahan

ion hidrogen (H+) (Chew et al. 2004). Ginjal kemudian akan menyaring kelebihan kalsium ke

dalam urin sebagai usaha agar konsentrasi ion kalsium tetap normal. Hiperkalsiuria ini

kemudian akan menjadi faktor resiko terhadap pembentukkan kalsium urolit. Hiperkalsiuria

dapat terjadi melalui dua/(2) mekanisme yaitu penyerapan kalsium berlebih oleh usus dan

reabsorpsi kalsium yang berkurang di ginjal.

Salah satu penyebab terjadinya kalsium oksalat urolit adalah ketidakcermatan

penggunaan diet disolusi untuk struvite. Diet disolusi untuk struvite membuat urin menjadi

asam, untuk meningkatkan kelarutan kristal struvite dalam urin. Asiduria ini menaikkan

mobilisasi karbonat dan fosfat dari tulang untuk menyeimbangkan ion hidrogen (H+).

Mobilisasi kalsium dari tulang secara bersamaan akan menyebabkan hiperkalsiuria. Sebagai

tambahan, asidosis metabolis pada anjing berakibat pada terjadinya hipositraturia.

Tidak ada diet khusus untuk disolusi kalsium oksalat. Komponen kalsium tidak

berubah terhadap diet disolusi. Maka dari itu sangat dianjurkan untuk melakukan tindakan

operasi untuk membuang kalsium oksalat urolit karena diet disolusi tidak memungkinkan

(Chew et al. 2004) . Namun, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengubah

komposisi diet untuk mengurangi resiko terbentuknya kembali kalsium oksalat urolit.

Kebanyakan kalsium oksalat urolit dapat muncul kembali (Elliot 2003). Angka kejadian

kalsium oksalat yang muncul lagi pada anjing setelah dibuang berkisar antara 25-48% (Chew

et al. 2004).

Sebenarnya penggunaan magnesium dapat digunakan untuk menangani kejadian

kalsium oksalat urolit tetapi hal ini tidak direkomendasikan karena dapat meningkatkan

resiko terbentuknya struvite urolit. Berdasarkan pemahaman terhadap kecenderungan

perkembangan kalsium oksalat urolit maka perubahan diet dengan membatasi protein dan

penggunaan alkalinizing dalam pakan direkomendasikan (Chew, DJ et al. 2004). Namun

apakah kalsium sebaiknya ditambahkan atau dibatasi dalam pakan masih membingungkan

(Chew et al. 2004). Diet dengan kalsium yang tinggi dapat berakibat pada sedikitnya jumlah

kalsium dan oksalat yang diserap. Namun bila jumlah kalsium diturunkan maka tubuh akan

menyeimbangkan jumlah kalsium dengan mengambil kalsium dari tulang.

Pada anjing, diet tidak boleh ditambahkan dengan natrium karena dapat meningkatkan

ekskresi kalsium. Absorpsi kalsium di tubuli ginjal berkurang sehingga terjadi hiperkalsiuria.

Keadaan ini akan meningkatkan resiko terbentuknya kalsium oksalat urolit (Hawthorne &

Markwell 2004). Jumlah fosfor dalam diet juga tidak boleh dibatasi. Hipofosfatemia

menstimulasi produksi vitamin D (Elliot 2003). Bila fosfor dalam serum menurun maka akan

terjadi peningkatan aktivasi vitamin D3 menjadi calcitriol oleh 1-α-hydroxylase pada ginjal

dibawah pengaturan hormon paratiroid (Westropp 2007). Hal ini akan meningkatkan

penyerapan kalsium dan ekskresi kalsium ke dalam urin sehingga akan menyebabkan kondisi

hiperkalsiuria. Pembatasan penggunaan oksalat dalam diet direkomendasikan

(Lekcharoensuk et al. 2002b). Diet juga direkomendasikan untuk meningkatkan kadar

kelembaban untuk menurunkan konsentrasi urin dari prekursor mineral (Westropp 2007).

Kejadian kalsium oksalat urolit mencapai 35% pada anjing sedangkan pada

kucing mencapai 50-70% (Warrak 2006). Ras anjing yang cenderung terkena kalsium oksalat

urolit adalah Miniature Schnauzer, Lhasa Apso, Yorkshire Terrier, Miniature Poodle, Shih

Tzu, dan Bichon Frise. Anjing jantan beresiko lebih tinggi mengalami kalsium oksalat urolit

dibandingkan dengan anjing betina (Houston et al. 2004). Resiko tertinggi muncul pada

anjing yang berumur antara 8-12 tahun, dengan umur rata-rata 8-9 tahun (Ling et al. 1998b).

Adapun ras kucing yang cenderung mengalami kalsium oksalat urolitiasis adalah Burmese,

Himalayan, dan Persian (Elliot 2003).

Urate

Uric acid/urate adalah senyawa organik dari karbon, nitrogen, oksigen, dan hidrogen

dengan rumus C5H4N4O3. Uric acid/urate merupakan produk akhir dari katabolisme purin

(Molecule of The Day 2006). Urate urolit yang terbentuk biasanya berupa ammonium urate

(NH4·C5H4N4O3) atau sodium urate monohydrate (Na·C5H4N4O3×H2O) dalam keadaan urin

asam sampai netral. Biasanya urate urolit berukuran kecil, halus, dan berwarna kuning

kecoklatan. Pembentukkan urate urolit terjadi karena peningkatan ekskresi asam urat di urin.

Dalmatian, terutama jantan, dan English Bulldog secara genetik terpredisposisi

pembentukkan urate urolit karena adanya perubahan metabolisme purin (Buffington 2004).

Dalmatian kurang memiliki kemampuan untuk mengkon-versi hasil metabolit purin yang

berupa urate menjadi senyawa yang lebih larut dalam air yaitu allantoin (Rusconi 2003).

Purin Dalmatian memiliki rataan urate hepatic transport yang rendah, sekitar 30-40%

konversi urate menjadi allantoin dibandingkan dengan ras lain yang hampir 90%. Selain itu

peningkatan ekskresi asam urat dalam urin juga terjadi bila hewan dalam keadaan

portosystemic shunts atau endstage liver disease. Hal ini berakibat pada menurunnya

perubahan asam urat menjadi allantoin, dan ammonia menjadi urea sehingga terjadilah

hiperammonemia. Kasus urate urolit terjadi sekitar 6% dari keseluruhan bentuk batu pada

kucing (Houston 2007). Ras kucing yang telah dilaporkan di Kanada yang mengalami urate

urolitiasis adalah Siamese dan Egyptian Maus.

Diet menggunakan hati ayam akan meningkatkan resiko terbentuknya urate urolit.

Hati ayam memiliki kandungan purin yang tinggi. Urate urolit dapat didisolusi dengan diet

yang rendah purin sehingga membuat urin menjadi basa. Allopurinol digunakan pada anjing

dengan perubahan purin metabolisme untuk mencegah pembentukkan asam urat.

Cystine

Cystine ((SCH2CHNH2COOH)2) merupakan salah satu asam amino yang tidak larut

dalam air. Cystine urolit terbentuk dalam keadaan urin asam sampai netral. Biasanya

berbentuk bundar dan halus. Terbentuknya cystine urolit disebabkan oleh adanya peningkatan

ekskresi cystine di urin.

Pada anjing maupun kucing, pembentukkan cystine urolit terkait dengan kondisi

cystinuria akibat defek kongenital turunan pada tubulus proksimalis ginjal yang tidak mampu

mereabsorpsi asam amino tertentu seperti cystine dan asam amino lainnya seperti ornitin,

lisin, dan arginin (Bush 1979).

Ras anjing yang terpredisposisi terhadap cystine urolit adalah Welsh Corgi, Bulldog,

Dachshund, Basset Hound, Chihuahua, Yorkshire Terrier, Irish Terrier, dan Basenji (Bush

1979). Selain itu, English bulldog, Newfoundland, Dachshund, Mastiff, Bullmastiff,

Australian cattle dog, serta Scottish deerhound juga merupakan ras anjing yang

terperedisposisi (Houston et al. 2004).

Pada kucing, tidak ada predisposisi terhadap ras ataupun jenis kelamin tertentu.

Namun telah dilaporkan bahwa Siamese memiliki resiko terhadap pembentukkan cystine

urolit (Houston 2007).

Pencegahan terhadap pembentukkan cystine urolit adalah dengan menurunkan kadar

potein dalam pakan dan alkalinisasi urin. Medikasi seperti D-penicillamine yang

mengandung thiol dengan dosis 2,5 mg/kgBB, dapat membentuk komplek soluble dengan

cystine di urin (Bush 1979). Selain itu medikasi dengan menggunakan 2-

mercaptopropionylglycine (2MPG) juga dapat membentuk komplek yang lebih larut dengan

cystine sehingga konsentrasi cystine di urin lebih rendah. Penggunaan D-penicillamine

menimbulkan efek samping seperti muntah (Hoppe 1994).

Kalsium Fosfat

Kalsium fosfat (Ca10(PO4)6(OH)2) urolit terbentuk dalam keadaan urin netral sampai

basa. Biasanya berbentuk bundar dan halus. Kalsium fosfat biasanya merupakan komponen

dari struvite atau kalsium oksalat. Pembentukkan lebih sering terjadi pada yang menderita

hiperkalsemia. Kalsium fosfat urolit jarang terjadi pada kucing dibandingkan dengan anjing

(Houston 2007). Ras anjing yang predisposisi terhadap kalsium fosfat adalah Yorkshire

Terrier, Miniature Schnauzer, dan Cocker Spaniel.

Silica

Silica (SiO2) urolit terbentuk dalam keadaaan urin asam sampai netral dan biasanya

berupa jackstone. Namun silica urolitiasis jarang terjadi. Kemungkinan terjadi karena

pemberian pakan yang kaya akan corn gluten dan soybean hulls. Berdasarkan jumlah yang

terbatas, pada kucing tidak ada predisposisi terhadap ras, umur, ataupun jenis kelamin

walaupun kejadian pada jantan sedikit lebih tinggi daripada betina (Houston et al. 2004).

Namun pada anjing, ras yang predisposisi terhadap pembentukkan silica urolit adalah

German Shepherd, Golden Retriever, Labrador Retriever, dan Miniature Schnauzer.

Xanthine

Xanthine urolit jarang terjadi dan kemungkinan terkait dengan kelainan metabolisme

purin bawaan atau mekanisme pengambilan allopurinol. Pada banyak kasus, tidak ada

identifying risk factor yang ditinjau. Tidak ada prediposisi breed, umur, dan jenis kelamin

yang dilaporkan (White 1997).

Dried Solidified Blood Calculi (DSBC)

Dried Solidified Blood Calculi umumnya tidak mengandung material dari kristal dan

kebanyakan bersifat radiolucent. Penyebabnya sampai saat ini belum diketahui. Kejadian ini

pernah dilaporkan terjadi pada kucing North American (Houston 2007).

Compound Urolith

Compound urolith terdiri dari nidus dengan satu tipe mineral dan batu/shell dari

mineral tipe lain. Hal ini terbentuk karena faktor yang meningkatkan terjadinya pengendapan

dari satu tipe urolit menggantikan faktor sebelumnya dari mineral tipe lain. Beberapa tipe

mineral mungkin juga berfungsi sebagai nidus untuk deposisi mineral tipe lain. Sebagai

contoh, seluruh tipe urolit memiliki kecenderungan terhadap infeksi traktus urinari yang

dapat menyebabkan pengendapan sekunder dari struvite.

Mekanisme Terjadinya Urolit

Faktor utama yang mengatur kristalisasi mineral dan pembentukkan urolit adalah

derajat saturasi urin dengan mineral-mineral tertentu. Faktor penyebab lainnya

adalah diet/makanan, frekuensi urinasi, genetik, dan adanya infeksi traktus urinari. Saturasi

memberikan energi bebas untuk terbentuknya kristalisasi. Semakin tinggi derajat saturasinya,

semakin besar kemungkinan terjadinya kristalisasi dan perkembangan kristal (Waltham

Centre for Pet Nutrition 1999). Oversaturasi urine dengan kristal merupakan faktor

pembentukkan urolit tertinggi. Oversaturasi ini dapat disebabkan oleh peningkatan ekskresi

kristal oleh ginjal, reabsorpsi air oleh tubuli renalis yang mengakibatkan perubahan

konsentrasi dan pH urin yang mempengaruhi kristalisasi.

Saturasi ditentukan oleh produk dari konsentrasi aktif yang terlarut dalam urin,

misalnya kalsium dan oksalat, yang ditentukan dari konsentrasi absolut, interaksinya dengan

substansi lain di urin, efek dari pH urin, dan keseluruhan kekuatan afinitas ion dari larutan.

Solute activity atau yang dikenal sebagai jumlah yang bebas untuk bereaksi tidaklah sama

dengan konsentrasi dari larutan karena ion-ion yang terdapat pada masing-masing individu

dapat membentuk kompleks dengan substansi lain yang ada di larutan. Misalnya, kalsium

atau magnesium dapat membentuk kompleks dengan urate, sitrat, atau sulfat dan

menyebabkan terbentuknya kalsium oksalat atau struvite urolit. Perkembangan

pembentukkan kompleks ini dapat diprediksi berdasarkan konstanta disosiasi/known

dissociation constants, sehingga konsentrasi substansi kompleks ditentukan. Misalnya urolit

kalsium oksalat, maka reaksi konstanta disosiasi/Ksp adalah sebagai berikut :

CaC2O4 Ca2+ + C2O4 2-

Ksp = [Ca2+] [C2O42-], Ca2+ dan C2O4

2- merupakan ion product.

Bila perkalian ion > Ksp maka akan terjadi presipitasi membentuk CaC2O4 sampai perkalian

ion = Ksp. Namun apabila perkalian ion < Ksp maka akan terjadi disolusi.

Derajat saturasi yang meningkat akan mengakibatkan terjadinya presipitasi (Elliot

2003). Proses presipitasi mineral didalam traktus urinari dapat dijelaskan dengan dasar-dasar

fisika-kimia dan meliputi sejumlah faktor termodinamik dan kinetik. Salah satu pendekatan

yang digunakan untuk mempertimbangkan pembentukkan urolit dalam dua tahap, yaitu

proses pembentukkan kristal dan proses agregasi/perkembangan kristal yang berakibat pada

perkembangan urolit. Perkembangan kristal dipengaruhi oleh kemampuan nidus untuk tetap

berada didalam traktus urinari, durasi supersaturasi urin, serta struktur fisik dari kristal.

Kecepatan aktual dari pertumbuhan urolit bergantung pada komposisi mineral dan adanya

infeksi (Elliot 2003).

Faktor tambahan yang menyulitkan adalah pergerakan bebas ion-ion yang terdapat

pada larutan. Ionic strength ditentukan oleh konsentrasi dan valensi ion dalam sampel urin

(Waltham Centre for Pet Nutrition 1999). Kekuatan afinitas ion yang tinggi menurunkan

aktivitas individual ion. Produk dari aktivitas individual ion dapat dihubungkan dengan dua

nilai untuk tipe kristal yaitu solubility product dan formation product, yang memprediksi

proses kristalisasi apa yang cenderung terbentuk dalam larutan.

Solubility product adalah konstanta termodinamik dan yang menentukan titik dimana

larutan menjadi tersaturasi dengan mineral tertentu (Waltham Centre for Pet Nutrition 1999).

Pembentukkan kristal secara spontan tidak mungkin terjadi didalam larutan dengan derajat

saturasi rendah dan kristal yang timbul akan diperkirakan dapat berdisolusi. Hal ini telah

didemonstrasikan pada struvite, walaupun kecepatan disolusi dari kalsium oksalat sangat

lambat.

Formation product biasanya ditentukan secara empiris dan bukanlah suatu konstanta

(Waltham Centre for Pet Nutrition 1999). Larutan dengan derajat saturasi yang lebih tinggi

daripada formation productnya akan berada dalam keadaan yang tidak stabil, supersaturasi

yang labil, dan menyebabkan kecenderungan terjadinya kristalisasi spontan yang homogen

dengan kecenderungan pembentukkan kristal murni dari satu jenis mineral.

Diantara formation product dan solubility product, larutan akan berada dalam keadaan

yang metastabil. Kristalisasi yang homogen tidak akan terjadi tetapi akan terjadi kristalisasi

heterogen. Kristalisasi heterogen tidak hanya terdiri dari mineral saja, tetapi terdapat pula sel

debris ataupun kristal tipe lain, terutama ketika mendekati formation product maka terjadi

aggregasi kristal yang telah terbentuk dan terjadi perkembangan kristal yang lambat

(Waltham Centre for Pet Nutrition 1999).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kasus Urolitiasis

Berdasarkan data yang diperoleh dari tiga lokasi, kasus urolitiasis pada anjing dan

kucing meningkat sebanyak tiga kasus, yaitu dari 34 kasus pada tahun 2007 menjadi 37 kasus

pada tahun 2008 (Gambar 7). Peningkatan urolitiasis ini dapat disebabkan oleh cara

pemeliharaan anjing dan kucing yang kurang baik seperti kurangnya beraktivitas dan lebih

sering berada di dalam rumah, serta penggunaan dry food sebagai pakan sehari-hari tanpa

diimbangi dengan asupan air yang cukup. Waltham Centre for Pet Nutrition (1999)

menyatakan bahwa indoor life style dan kurangnya aktivitas merupakan faktor resiko

terjadinya Lower Urinary Tract Disease. Selain itu, dry food dapat menjadi faktor resiko

terjadinya urolitiasis yang menyebabkan Lower Urinary Tract Disease (Buffington et al.

1997).

Gambar 7 Perbandingan kasus urolitiasis yang terjadi per tahun

Perbandingan Kejadian Urolitiasis pada Hewan Jantan dan Betina

Baik pada anjing maupun kucing, urolitiasis lebih banyak terjadi pada hewan

jantan daripada betina. Kasus pada hewan jantan sebanyak 38 kasus sedangkan pada hewan

betina sebanyak 33 kasus (Gambar 8). Urolitiasis pada hewan jantan mengambil proporsi

sebanyak 54% dari total kasus. Walaupun tidak terjadi perbedaan yang cukup besar, kejadian

urolitiasis pada hewan jantan harus mendapatkan perhatian yang lebih besar dibandingkan

kejadian urolitiasis pada hewan betina. Hal ini dikarenakan perbedaan anatomi uretra pada

hewan jantan dan betina. Pada hewan jantan, uretra lebih panjang dan sempit daripada hewan

betina (Houston et al. 2004). Hewan jantan akan mudah mengalami urethral plugs yang akan

berakibat pada terjadinya obstruksi uretra jika mengalami urolitiasis. Uretra yang lebih

pendek dan lebar pada hewan betina akan membuatnya lebih mudah untuk membuang batu

kecil yang pada hewan jantan akan sangat mudah terperangkap (Stevenson et al. 2005).

Gambar 8 Perbandingan kasus urolitiasis yang terjadi pada hewan jantan dan

betina

Perbandingan Kasus Urolitiasis pada Anjing dan Kucing

Frekuensi urolitiasis pada anjing lebih banyak daripada kucing. Jumlah kasus

urolitiasis pada anjing mencapai 58 kasus yaitu sebesar 82% sedangkan pada kucing hanya

13 kasus yaitu sebesar 18% (Gambar 9). Hal ini dapat disebabkan oleh lebih banyak

masyarakat yang memelihara anjing daripada kucing. Pada kucing kasus Lower Urinary

Tract Disease sangat banyak (103 kasus) akan tetapi pembentukkan urolit belum terjadi, baru

memasuki tahap adanya kristaluria. Namun kondisi kristaluria ini dapat ditangani dengan

mengganti pakan yang biasa dimakan dengan prescription diet. Keberadaan kristal dalam

urin tidak selalu menyebabkan penyakit, dan kondisi kristaluria ini dapat terjadi pada hewan

sehat. Walaupun demikian, jika pembentukkan kristal dapat dicegah maka urolitiasis serta

pembentukkan komponen mineral yang dapat menyebabkan urethral plugs tidak muncul

(Waltham Centre for Pet Nutrition 1999).

Gambar 9 Perbandingan kasus urolitiasis yang terjadi pada anjing dan kucing

Jenis Urolit yang Terbentuk pada Anjing Serta Kaitannya Dengan Umur dan Ras

Anjing

Dari data yang diperoleh, jenis urolit yang paling banyak terbentuk pada anjing

adalah kalsium oksalat 42%, kemudian struvite 33%, silica 17% dan cystine 8% (Gambar

10). Waltham Centre for Pet Nutrition (1999) menyatakan bahwa tipe urolit yang paling

sering ditemukan pada anjing adalah struvite. Ling et al. (1998a) juga menyatakan bahwa

struvite merupakan tipe urolit yang paling sering terbentuk yaitu sekitar 50% untuk analisa

urolit pada anjing. Namun pada hasil studi kasus diperoleh data bahwa kalsium oksalat adalah

tipe urolit yang paling banyak terbentuk daripada struvite. Hal ini dapat dijelaskan dengan

adanya hubungan antara pembentukkan urolit, dalam hal ini, kalsium oksalat dengan faktor

predisposisi. Beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan terbentuknya kalsium oksalat

adalah jenis kelamin, umur dan ras anjing (Stevenson et al. 2005).

Gambar 10 Perbandingan jenis batu pada kasus urolitiasis anjing

Kalsium oksalat urolit muncul lebih sering pada hewan jantan dan pada hewan yang

lebih tua, berumur 5 tahun atau lebih, serta lebih sering terjadi pada ras anjing kecil

(Stevenson et al. 2005). Hasil yang didapatkan dari studi kasus urolitiasis pada anjing adalah

lebih banyak terjadi pada hewan jantan dan kurang dari 5 tahun (Gambar 11). Hal ini

dikarenakan proses pembentukkan urolit memerlukan waktu yang lama. Kejadian urolitiasis

paling banyak terjadi pada anjing yang berumur 7 tahun. Ras anjing yang paling banyak

mengalami urolitiasis adalah Pomeranian dan ras campuran (mix breed), yang salah satunya

adalah anjing campuran Pomeranian. Kemudian diikuti oleh anjing lokal, Golden Retriever,

Shih Tzu, Dachschund, Maltese, Pekingese, Mini Pincher, Yorkshire Terrier, Chihuahua,

Japanese Chin, Schnauzer, Poodle, Chow Chow, Lhasa Apso, Basset Hound, Doberman,

Cocker Spaniel, dan German Shepherd (Gambar 12). Dapat dilihat bahwa dari sekian banyak

anjing yang menderita urolitiasis, sebanyak 55% anjing merupakan anjing ras kecil.

Gambar 11 Persebaran umur terjadinya kasus urolitiasis pada anjing

Gambar 12 Ras anjing yang terkena urolitiasis

Jenis Urolit yang Terbentuk pada Kucing Serta Kaitannya Dengan Umur dan Ras

Kucing

Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa tidak ada data mengenai jenis urolit

yang sering terbentuk pada kucing. Namun dapat diketahui bahwa ras kucing yang paling

banyak terkena urolitiasis adalah Persia (Gambar 13). Kemudian diikuti oleh kucing lokal,

Exotic, dan Domestic Short Hair. Kejadian urolitiasis pada kucing paling banyak terjadi pada

umur 5 tahun (Gambar 14).

Gambar 13 Ras kucing yang terkena urolitiasis Gambar 14 Persebaran umur terjadinya kasus urolitiasis pada kucing

Pemeriksaan Makroskopik dan Mikroskopik Sampel

Berdasarkan pemeriksaan laboratorium dari enam buah sampel batu yang

diperoleh, dapat dilihat bahwa masing-masing batu memiliki bentuk,ukuran, warna,

permukaan dan konsistensi yang berbeda-beda (Tabel 1). Penentuan komposisi kalkuli

biasanya ditentukan berdasarkan pemeriksaan visual atau makroskopik, penampakkan pada

radiograf, keberadaan kristal di urin serta penggunaan test kit komersial yang ada.

Penampilan fisik kalkuli merupakan indikasi yang baik terhadap komposisi penyusunnya,

namun belakangan diketahui bahwa semua jenis batu yang berbeda dapat membentuk

bermacam-macam ukuran, bentuk dan warna. Moore (2007) menyatakan bahwa penampilan

fisik kalkuli hampir tidak pernah memberikan indikasi terhadap komposisi penyusunnya.

Dari enam buah sampel batu yang diperiksa, diperoleh hasil seperti yang terlihat

pada Tabel 1. Setiap sampel batu tersusun dari banyak jenis kristal (Gambar 15). Struktur

kristal ini tidak menunjukkan jenis batunya. Penentuan jenis mineral hanya dapat dilakukan

dengan analisis mineral (Elliot 2003).

Gambar 15 Hasil pemeriksaan mikroskopikA Kristal cystine dan hippuric acid B Kristal triple phosphateC Kristal uric acid dan kalsium oksalat D Kristal kalsium oksalat

Tabel 1 Data pemeriksaan makroskopik sampel batu.

Jenis Hewan Ras

Warna Batu

Bentuk Batu Ukuran

Permukaan

Konsistensi

AnjingGolden

Retriever

putih kekuninga

n bulatdiameter ±

4mm halus keras

AnjingGolden

Retriever

putih kekuninga

n bulatdiameter ±

3mm kasar keras

AnjingGolden

Retriever

putih kekuninga

n bulatdiameter ±

4mm kasar keras

AnjingPomerania

n putihagak kotak

panjang ± 1cm halus keras

Anjing N/A

putih kekuninga

n bulatdiameter ±

3mm halus keras

Anjing N/A coklatagak kotak

panjang ± 2mm halus keras

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kejadian urolitiasis meningkat sebanyak 3 kasus pada tahun 2008 dibandingkan tahun 2007.

2. Tidak terjadi perbedaan yang terlalu besar antara kasus urolitiasis pada hewan jantan

dibandingkan hewan betina (kasus pada hewan jantan sebanyak 38 kasus sedangkan hewan

betina sebanyak 33 kasus).

3. Kasus urolitiasis pada anjing lebih banyak dibandingkan pada kucing (kasus pada anjing

sebanyak 58 kasus sedangkan pada kucing hanya 13 kasus).

4. Pada anjing, kasus urolitiasis paling banyak terjadi pada umur 7 tahun, sedangkan pada

kucing paling banyak terjadi pada umur 5 tahun.

5. Sebanyak 55% ras anjing yang paling banyak menderita urolitiasis adalah ras anjing kecil,

sedangkan untuk ras kucing, 53% merupakan kucing Persia.

6. Urolit yang paling banyak ditemukan adalah urolit yang bersifat campuran.

Saran

1. Diperlukan studi lebih lanjut mengenai Urinary Tract Infection terkait dengan urolitiasis dan

studi mengenai frekuensi urolitiasis secara kontinyu untuk mengetahui perkembangan kasus

dari tahun ke tahun.

PS : Keterangan lebih jauh, email me... :) Semoga bermanfaat...


Recommended