KETAHANAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei, Boone 1931)
YANG DIBERI PROBIOTIK Bacillus sp. D2.2 TERHADAP
INFEKSI Vibrio alginolyticus
(Skripsi)
Oleh
EMA RAHMAWATI
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
ABSTRACT
RESISTANCE OF VANAME SHRIMP (Litopenaeus vannamei, Boone 1931)
ADDED WITH PROBIOTIC Bacillus sp. D2.2 AGAINST ARTIFICIAL
INFECTIONS OF Vibrio alginolyticus
By
EMA RAHMAWATI
The main problem in the cultivation of vaname (Litopenaeus vannamei) shrimp is
disease, one of disease agents is bacteria, for example genus Vibrio that caused
vibriosis infection. The safe effort of disease prevention is by using probiotics.
Bacillus sp. D2.2 which has antibacterial and biocontrol acvities can be used as
probiotics. Application of probiotics with Bacillus sp. D2.2 combined with white
sweet potato prebotics containing oligosaccharides could have a beneficial effect
on the host by stimulating microbial growth and selectively stimulating the
growth of certain bacteria in the digestive tract. The aim of this research was to
know the resilience of vaname shrimp that has been given probiotic 6% with 0%
(control) to infection bacterial of V. alginolyticus in vivo then histology test to
observe muscular damage caused by infection. The results showed that the use of
probiotics Bacillus sp. D2.2 6% in vivo and histopatology test were able to
provide better shrimp resistance against V. alginolyticus.
Keywords : probiotic, Bacillus sp. D2.2, Litopenaeus vannamei, V. alginolyticus.
ABSTRAK
KETAHANAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei, Boone 1931)
YANG DIBERI PROBIOTIK Bacillus sp. D2.2 TERHADAP INFEKSI
Vibrio alginolyticus
Oleh
EMA RAHMAWATI
Permasalahan utama dalam budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei)
adalah penyakit, salah satu agen penyakit yaitu bakteri, misalnya genus Vibrio
penyebab infeksi vibriosis. Upaya penanggulangan penyakit yang aman yaitu
dengan probiotik. Bacillus sp. D2.2 yang memiliki akvitas antibakteri dan
biokontrol dapat dimanfaatkan sebagai probiotik. Aplikasi probiotik dengan
bakteri Bacillus sp. D2.2 dikombinasikan dengan prebotik ubi jalar putih yang
memiliki kandungan oligosakarida dapat memberikan efek menguntungkan bagi
inang dengan cara merangsang pertumbuhan mikroba dan secara selektif
merangsang pertumbuhan sejumlah bakteri tertentu di saluran pencernaan.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui ketahanan udang vaname
yang diberi probiotik 6% dan 0% (kontrol) terhadap infeksi bakteri V.
alginolyticus secara in vivo kemudian dilakukan uji histopatologi untuk melihat
kerusakan jaringan akibat infeksi. Hasil penelitan menunjukkan bahwa
penggunaan probiotik Bacillus sp. D2.2 6% secara in vivo dan uji histopatologi
mampu memberikan ketahanan udang lebih baik terhadap infeksi V. alginolyticus.
Kata kunci : probotik, Bacillus sp. D2.2, Litopenaeus vannamei, V. alginolyticus
KETAHANAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei, Boone 1931)
YANG DIBERI PROBIOTIK Bacillus sp. D2.2 TERHADAP
INFEKSI Vibrio alginolyticus
Oleh
EMA RAHMAWATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan Dan Kelautan
Fakultas PertanianUniversitas Lampung
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Ema Rahmawati dilahirkan di desa Cempaka Nuban
Lampung Timur, 22 September 1995. Penulis merupakan
anak kedua, putri dari pasangan ayahanda Harsono dan
ibunda Sumiyem, mempunyai seorang kakak bernama Asrofi
dan adik perempuan bernama Lia Rismawati.
Penulis memulai Pendidikan di Taman Kanak-Kanak Bina Putra, Cempaka
Nuban, diselesaikan pada tahun 2001. Penulis melanjut pendidikan di SDN 1
Cempaka Nuban dan lulus pada tahun 2007. Selanjutnya penulis menyelesaikan
pendidikan di SMPN 2 KOTAGAJAH pada tahun 2010 dan SMAN 1
KOTAGAJAH Lampung Tengah pada 2013. Penulis diterima sebagai mahasiswa
Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur
SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengemban amanah di UKMF FOSI
Fakultas Pertanian periode 2014-2015, dan menjadi pengurus di Himpunan
Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA). Selain itu penulis pernah
menjadi asisten dosen beberapa matakuliah. Pada tahun 2016 penulis
melaksanakan Praktik Umum (PU) di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan (LP2IL) Serang. Penulis melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di
Desan Penyandingan, Kecamatan Marga Punduh.
Pada tahun 2017 penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul “Ketahanan
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei, Boone 1931) yang diberi Probiotik
Bacillus sp. D2.2 Terhadap Infeksi Vibrio alginolyticus.
Sebuah karya yang kupersembahkan untuk kedua Orangtuaku…
Terimakasih untuk doa, kerja keras,
dukungannya dan cinta kasih selama ini…
Ukhibbukum fillah…
Doa adalah kekuatan hati (moto Ema Rahmawati)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya” (QS. Al Baqarah : 286)
“Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada
berputus asa dari Rahmat Allah melainkan orang-orang yang kufur
(terhadap karunia Allah)”
(QS. Yusuf : 87)
“Maka sesungguhnya bersama kesusahan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya bersama dengan kesusahan itu ada kemudahan”
(QS. Al-Insyira : 5)
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?”
(QS. AR- Rahman ).
Iringi Kerjakeras dengan Kerja ikhlas, Sabar dan Syukur (Ema
Rahmawati)
SANWACANA
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Ketahanan Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei, Boone 1931) yang diberi Probiotik Bacillus sp. D2.2
Terhadap Infeksi Vibrio alginolyticus” yang merupakan syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Perikanan di Universitas Lampung. Shalawat serta salam senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai panutan bagi kita semua.
Dalam kesempatan ini penulisan mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Ayah dan ibunda tercinta atas doa, nasehat, semangat, dukungan dan cinta
kasihnya selama hidup ku.
2. Kakakku Asrofi dan adikku Lia, yang menjadi motivasi ku.
3. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku ketua Ketua Program Studi Budidaya Perairan,
Universitas Lampung
4. Bapak Limin Santoso, selaku dosen Pembimbing Utama, atas masukan dan
motivasi sehingga skripsi ini menjadi semakin baik.
5. Ibu Esti Harpeni, S.T., M.AppSc., selaku dosen Pembimbing Kedua yang telah
membimbing dengan penuh keuletan dan kesabaran dari awal hingga selesainya
skripsi ini serta telah memberikan motivasi yang besar.
6. Bapak Tarsim, S.Pi., M.Si., selaku dosen Pembahas yang memberikan saran
dan masukan yang membangun.
7. Bapak Agus Setyawan, S.Pi., M.P., selaku dosen yang membimbing kami
secara teknis dalam pelaksanaan penelitian.
8. Bapak Herman, S.Pi., M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik atas
bimbingan, saran dan semangat yang diberikan.
9. Seluruh dosen serta staf dan karyawan Progam Studi Budidaya Perairan,
Universitas Lampung.
10. Seluruh staf karyawan Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL)
Lampung.
11. Team penelitian Binti Amanah dan Diah Permatasari, terimakasih untuk
kebersamaan, dan kegigihan selama penelitian, sampai ujian skripsi.
12. Teman seperjuangan angkatan 2013, Mba Icem (Ika Rahayu), Niul (Kurnia
Dwi PS), Sumini (Laksmita Yolanda), Idul (Saidatul Hasanah), Nenek (Yeni
Helda), Acil (Rufaida Nur Shabrina), WD (Ayu Wulandari), Suar (Arlin
Wijayanti), Indro (Indri Saputri), Yunop, Uwo (Ratna Suri), Rahe (Mutiara
Rahayu), Uni (Masna Mardiana), Vanny, Regina, Winny, Wulan, Ute, Shinta,
Mona, Juli, Atik, Mira, Riska, Desti, Tania, Gita, Dewi, Akbar, Kurno, Anrifal,
Ari, Aji S, Aji P, Ais, Arga, Arbi, Bibin, Deki, Enggi, Evan, Glen, Iyan, Riki,
Rifki, Rio, dan Wahyu.
13. Keluarga FOSI FP 2013, terimakasih atas doa dan dukungan selama ini.
14. Kakak 2012 mba sundari, mba suliswati, mba weni, mba soib terimakasih atas
ilmunya, adik-adik angkatan 2014, 2015 terimakasih atas doanya.
15. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis berharap
semoga Allah SWT membalas amal kebaikan yang telah kalian berikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
keilmuan kita.
Bandar Lampung, 16 Agustus 2017
Penulis
Ema Rahmawati
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... v
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
1.3 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 3
1.4 Kerangka Pikir ................................................................................................ 3
1.5 Hipotesis .......................................................................................................... 5
II. METODE PENELITIAN .............................................................................. 7
2.1 Waktu dan Lokasi ............................................................................................ 7
2.2 Alat dan Bahan ................................................................................................. 7
2.3 Rancangan Penelitian ....................................................................................... 9
2.4 Prosedur Penelitian......................................................................................... 10
2.5 Parameter Uji ................................................................................................. 11
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 16
3.1 Parameter Uji ................................................................................................. 16
3.1.1 Sintasan (Survival Rate /SR) .................................................................. 16
3.1.2 RPS (Relative Percent Survival) ............................................................ 17
3.1.3 MTD (Mean Time to Death) .................................................................. 18
3.1.4 Pengamatan Gejala Klinis ...................................................................... 19
3.1.5 Hasil Histopatologi ................................................................................. 22
Halaman
IV. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 30
4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 30
4.2 Saran ............................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 31
LAMPIRAN ........................................................................................................ 34
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................... 5
2. Sintasan Udang Vaname .............................................................................. 16
3. MTD Udang Vaname .................................................................................. 18
4. Skoring Gejala Klinis .................................................................................. 19
5. Kematian Udang Vaname ........................................................................... 20
6. Gambar Udang Vaname Hilang Keseimbangan ......................................... 21
7. Gambar Udang Vaname Ekor Gripis dan Normal ...................................... 21
8. Gambar Udang Vaname Mengalami Kerusakan Insang dan Normal ......... 22
9. Gambar Histopatologi Hepatopankreas ....................................................... 23
10. Gambar Histopatologi Insang .................................................................... 27
Halaman
iii
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Alat-alat dalam Penelitian ............................................................................. 6
2. Bahan-bahan dalam Penelitian ....................................................................... 8
3. Skoring Tingkat Kerusakan Histopatologi Hepatopankreas ....................... 26
4. Skoring Tingkat Kerusakan Histopatologi Insang ....................................... 29
5.Hasil Pengamatan Kualitas Air .................................................................... 29
Halaman
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Proses sterilisai air laut ................................................................................ 36
2. Pembuatan pakan uji ................................................................................... 37
3. Pembuatan media TSB ................................................................................ 38
4. Pembuatan media TCBS .............................................................................. 39
5. Parameter gejala klinis ................................................................................ 40
6. Tahapan histopatologi ................................................................................. 41
7. Pembuatan larutan davidson ........................................................................ 45
8. Metode skoring gejala klinis ....................................................................... 46
9. Metode skoring histopatologi ...................................................................... 47
10. Hasil pengamatan tiap 6 jam ...................................................................... 49
Halaman
v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan utama dalam budidaya udang vaname yaitu penyakit. Penyakit
muncul disebabkan karena adanya patogen. Salah satu patogen berbahaya tersebut
adalah bakteri Vibrio sp., penyebab penyakit vibriosis yang dapat menyebabkan
kematian massal pada udang budidaya dan menurunkan produktivitas (Sukenda et
al,. 2005). Vibrio sp. merupakan bakteri yang mampu berkembang dengan cepat
jika bahan organik dalam perairan melimpah.
Salah satu alternatif untuk mengatasi serangan penyakit vibriosis yaitu dengan
penggunaan probiotik yang ramah lingkungan. Aplikasi penggunaan probiotik
biasanya dikombinasikan dengan prebiotik disebut sinbiotik (Widanarni, 2014).
Probiotik adalah organisme hidup yang ditambahkan ke dalam sistem budidaya
dengan maksud memperbaiki kualitas air, memperbaiki penggunaan pakan,
memperbaiki respon imun, memperbaiki nilai nutrisi dan menghambat
pertumbuhan bakteri pathogen (Verschuere et al., 2000).
Pencarian bakteri dari alam di daerah sekitar budidaya perlu dilakukan agar dapat
menjadi kandidat bakteri probiotik yang dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik. Isolat probiotik yang berasal dari lokasi yang dekat dengan lingkungan
budidaya kultivan akan lebih mudah beradaptasi sehingga memudahkannya
tumbuh dan berkembang dengan baik (Tampangallo et al., 2009). Bakteri Bacillus
sp. D2.2 merupakan bakteri indigenous dari Lampung Timur, yang memiliki
aktivitas antibakteri patogen dan berpotensi sebagai probiotik. Setyawan et al.,
(2014) menjelaskan bahwa isolat bakteri biokontrol Bacillus sp. D2.2 mampu
menghambat pertumbuhan bakteri V. harveyi secara in vitro. Selain itu bakteri
Bacillus sp. D2.2 merupakan bakteri yang memiliki pertumbuhan dan aktivitas
antibakteri pada tingkat pH dan salinitas berbeda. Adanya zona hambat yang
dihasilkan dari bakteri Bacillus sp. D2.2 terbukti positif dalam menghambat
pertumbuhan patogen terutama pada bakteri Vibrio alginolyticus.
Aplikasi penggunaan probiotik tidak dapat dipisahkan dengan probiotik, karena
target prebiotik adalah memacu pertumbuhan bakteri probiotik. Prebiotik
berfungsi sebagai sumber energi berupa karbon bagi bakteri probiotik. Prebiotik
merupakan bahan pangan dengan kandungan oligosakarida yang tidak dapat
dicerna oleh inang tetapi memberikan efek menguntungkan bagi inang dengan
cara merangsang pertumbuhan mikroflora serta secara selektif merangsang
pertumbuhan sejumlah bakteri tertentu di saluran pencernaan (usus). Sinbiotik
merupakan kombinasi seimbang probiotik dan prebiotik dalam mendukung
sintasan dan pertumbuhan bakteri yang menguntungkan dalam saluran pencernaan
makhluk hidup (Schrezenmeir dan Vrese, 2001).
Penelitian ini memanfaatkan sinbiotik yang digunakan terdiri dari bakteri
indigenous Bacillus sp. D2.2 digunakan sebagai probiotik dan prebiotik berupa
ekstrak tepung ubi jalar putih. Untuk mengetahui ketahanan udang vannamei
(L.vannamei) terhadap infeksi bakteri patogen Vibrio alginolyticus.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari ketahanan udang vaname yang diberi probiotik Bacillus sp. D2.2
terhadap infeksi bakteri Vibrio alginolyticus.
2. Mempelajari kerusakan jaringan udang vaname yang diberi probiotik Bacillus
sp. D2.2 terhadap infeksi bakteri Vibrio alginolyticus melalui pengamatan
histopatologi.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini yaitu untuk memberikan informasi ilmiah kepada
mahasiswa dan pembudidaya udang dalam menanggulangi serangan bakteri
patogen Vibrio alginolyticus dengan aplikasi probiotik menggunakan bakteri
indigenous Bacillus sp. D2.2 dan ekstrak ubi jalar sebagai prebiotik melalui
pakan.
2
1.4 Kerangka Pikir
Udang vaname (L. vannamei) masih menjadi primadona dan menduduki
permintaan pasar tertinggi di beberapa negara maju dan berkembang. Hal ini
dibuktikan dengan jumlah produksi udang vaname pada tahun 2014 mencapai
511.000 ton (Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan, 2010). Namun dalam
pelaksanan budidaya terutama budidaya udang secara intensif dengan padat tebar
tinggi, penyakit merupakan faktor utama penyebab kegagalan budidaya udang
vaname. Penyakit muncul disebabkan karena adanya bakteri ataupun mikroba.
Salah satu mikroba berbahaya tersebut adalah bakteri Vibrio sp., yang
menyebabkan penyakit vibriosis. Vibrio sp. menyebabkan kemunculan berbagai
jenis penyakit di perairan yang berdampak terhadap penurunan hasil produksi
budidaya perikanan.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menanggulangi penyakit
vibriosis pada udang vaname adalah dengan pemberian probiotik yang
diaplikasikan melalui pakan. Bakteri indigenous Bacillus sp. D2.2 dari tambak
Lampung Timur berpotensi sebagai probiotik karena memiliki kemampuan dalam
menghambat pertumbuhan bakteri patogen Vibrio sp. dikarenakan adanya sifat
antagonisme dari Bacillus sp. dalam persaingan untuk mendapatkan nutrisi
makanan serta adanya senyawa antibiotik yang dihasilkan bakteri indigenous
Bacillus sp. D2.2 berupa bacitracin (Setyawan et al., 2014).
Aplikasi probiotik dengan memanfaatkan bakteri indigenous Bacillus sp. D2.2
dikombinasikan dengan prebotik dengan memanfaatkan kandungan oligosakarida
pada ubi jalar putih yang diduga dapat memberikan efek menguntungkan bagi
inang dengan cara merangsang pertumbuhan mikroba dan secara selektif
merangsang pertumbuhan sejumlah bakteri tertentu di saluran pencernaan. Serta
menggunakan putih telur yang berfungsi sebagai binder. Kombinasi antara
probiotik, prebiotik dan binder secara sinergis menjadi suplemen gizi disebut
sebagai sinbiotik (Cerezuela et al., 2011). Pemberian sinbiotik dapat
3
meningkatkan kelangsungan hidup dan respon imun yang baik pada udang
vaname dibandingkan bila diaplikasikan secara terpisah (Lesmanawati et al, 2013).
Pada penelitian ini sinbiotik yang digunakan terdiri dari probiotik yang
memanfaatkan bakteri indigenous Bacillus sp. D2.2, prebiotik dari ekstrak ubi
jalar putih (Gambar 1) dan putih telur sebagai binder. Ketahanan udang vaname
terhadap infeksi bakteri Vibrio alginolyticus dikaji melalui uji in vivo dalam bak
perlakuan dan pengamatan histopatologi.
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
H0 : Pemberian probiotik tidak berpengaruh terhadap (SR, RPS, MTD) dan
kerusakan jaringan pada udang vaname yang diinfeksi bakteri Vibrio
alginolyticus.
H1 : Pemberian probiotik berpengaruh terhadap (SR, RPS, MTD) dan
kerusakan jaringan pada udang vaname yang diinfeksi bakteri Vibrio
alginolyticus.
4
Budidaya udang vaname secara
intensif padat tebar tinggi dan
produktivitas tinggi
Timbul infeksi Vibrio sp.
Indigenous
Bacillus D2.2
sebagai probiotik
Ekstrak tepung
ubi jalar putih
sebagai prebiotik
Bakteri indigenous Bacillus sp.
D2.2 sebagai biokontrol dan
memiliki aktivitas antibakteri
sebagai solusi
Ketahanan udang vaname terhadap
V. alginolyticus
Pemanfaatan bakteri indigenous
Bacillus sp. D2.2 sebagai probiotik
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Aplikasi melalui sinbiotik
dicampur ke pakan
5
II. METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Desember 2016 yang bertempat
di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL), Lampung.
2.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah (Tabel 1).
Tabel 1. Alat-alat dalam Penelitian
No. Alat Spesifikasi Kegunaan
1. Bak kontainer Volume 150 L, ukuran
74 x 52 x 40 cm,
jumlah 4 kontainer.
Wadah pemeliharaan
hewan uji.
2. Pipa paralon 4-5 buah/kontainer
dengan ukuran 13-15
cm, ¾ inchi.
Shelter atau tempat
berlindung udang
ketika moulting.
3. Selang aerasi 4 buah/kontainer
dengan panjang 1-1,5m
Menyalurkan aerasi
ke titik yang
diinginkan.
4. Batu aerasi Panjang 2cm, diameter
1 cm, 4 buah/kontainer
Meningkatkan level
optimal oksigen pada
kontainer.
5. Spuit 1 cc Spuit 1 cc/ml, ukuran
26G x ½ (0,45x13 mm)
Pengambilan sampel
hemolimph.
6. Gelas ukur Volume 100 ml dan
1000 ml.
Untuk menakar
volume larutan yang
akan digunakan.
7. Cawan petri Diameter 15 cm,
menampung media 15-
20 ml.
Untuk membiakan
bakteri.
8. Ice box Terbuat dari fiber glas
dapat menyimpan suhu
dingin.
Menyimpan sampel
hemolimph, untuk di
bawa ke
laboratorium.
9.
Cool ice
Ditempatkan pada cool
box menjaga suhu ±12
jam bergantung suhu
luar.
Mempertahankan
suhu di dalam cool
box.
Tabel 1. (lanjutan)
10. Serokan Panjang tongkat 1 m Sampling udang.
11. Waring Ukuran 6x0,5 m dan
2x6 m.
Menutup permukaan
bak uji dan tandon.
12. Mikropipet Tipe micropipette
scorex, made in swiss,
volume 20-100 µl.
Pengenceran bakteri
dalam volume kecil.
13. Timbangan Kern ABJ max 320
gram, d=0,1 mg.
Untuk menakar bahan
yang akan digunakan.
14. Erlenmeyer Iwaki pyrex, made in
Japan, volume (50,
100, 100) ml.
Pencampuran larutan
dan bahan,
menyimpan media.
15. Plastik tahan panas Ukuran 0,5 dan 1 kg. Membungkus alat
saat di autoklaf.
16. Inkubator Memmert, konversi
suhu 20-80oC, made in
Germany.
Menginkubasi
mikroba pada suhu
terkontrol.
17. Autoklaf Himaraya Hva 85,
Elektrik 75 LT.
Mensterilkan alat dan
bahan uji.
18. Waterbath Suhu 0-110oC, dengan
6 lubang.
Mempertahankan
suhu air dalam selang
waktu yang
ditentukan.
19. Spatula Logam dan semi
plastik, bibir lonjong
dengan panjang 155
mm.
Mengambil bahan
saat proses
menimbang.
20. DO meter Jenwey, range 0,00-
2,00 mg/L, resolusi
0,01 mg/L.
Mengukur kadar
oksigen terlarut
dalam air.
21. pH paper Jenwey, range pH 0-14,
isi 100 strip/kotak.
Mengukur kadar
keasaman.
22. Refraktometer Atago hand
refraktometer.
Mengukur salinitas
media hidup hewan
uji.
7
Sedangkan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah (Tabel 2.)
Tabel 2. Bahan-bahan dalam Penelitian
No. Bahan Kegunaan
1.
Udang vaname, ukuran 12±2
gram, @10 ekor/bak,
pemeliharaan 15 hari.
Hewan uji dalam penelitian mengenai
uji imunitas.
2.
Air laut steril, 6 jam
perendaman dengan kaporit 30
ppt, 15% ppt tiosulfat
direndam sampai tidak
terciumnya bau kaporit.
Pergantian air sebagai media hidup,
dilakukan setiap hari dengan volume
½ atau secukupnya.
3. Natrium Sitrat 10%. Antikoagulan saat pengambilan
sampelhemolimph
4. Formalin 1%. Untuk inaktifasi bakteri.
5. Bacillus sp. D2.2 Probiotik yang ditambahkan ke dalam
pakan.
6.
Ekstrak ubi jalar, ekstraksi
pada suhu 85oC, selama 10
menit, sebanyak 5gram/40ml
aquades.
Prebiotik media tumbuh probiotik.
7. Vibrio alginolyticus Bakteri patogen untuk uji tantang.
8. Alkohol 70%. Disenfektan dalam pembuatan media
9. Akuades Pelarut
10. TCBS Oxoid Bahan pembuatan media spesifik
2.3 Rancangan Penelitian
Penelitian terdiri dari 2 perlakuan, bedasarkan hasil uji pendahuluan Harpeni et al,
(2016) (unpublish), perlakuan tersebut adalah sebagai berikut :
Perlakuan A : pemeliharaan udang vaname tanpa pemberian bakteri
probiotik.
Perlakuan B : pemeliharaan udang vaname dengan pemberian bakteri
probiotik Bacillus sp. D2.2 dengan dosis 6%
8
2.4 Prosedur Penelitian
2.4.1 Persiapan Bakteri Indigenous Bacillus sp. D2.2
Persiapan bakteri dilakukan dengan rekultur (peremajaan) isolat bakteri
Indigenous Bacillus sp. D2.2 dengan menggunakan media SWC (Sea Water
Complete) agar miring (5 g bactopeptone, 1 g yeast extract, 3 ml gliserol, 15 g
agar, 750 ml air laut, dan 250 ml akuades) kemudian inkubasi selama 24 jam di
inkubator pada suhu ruang hingga terlihat bakteri tumbuh. Kemudian bakteri
Indigenous Bacillus sp. D2.2 ditanam ke media SWC cair (5 g bactopeptone, 1 g
yeast extract, 3 ml gliserol, 750 ml air laut, dan 250 ml akuades) lalu diinkubasi
di orbital shaker selama 24 jam pada suhu ruang. Kemudian bakteri diukur
kepadatannya menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 600
nm. Setelah diperoleh nilai kepadatan bakteri maka bakteri Indigenous Bacillus
sp. D2.2 telah siap sebagai probiotik.
2.4.2 Persiapan Prebiotik
Tahap pembuatan tepung ubi jalar mengacu pada penelitian Harpeni et al.,
(2016) yaitu, ubi jalar dikupas kulitnya kemudian dicuci, setelah itu dikukus
selama 30 menit. Kemudian diiris tipis, irisan ubi jalar kemudian dikeringkan
pada suhu 55 °C sampai bisa dipatahkan (benar-benar kering). Irisan ubi yang
telah kering kemudian digiling dan diayak untuk dijadikan tepung.
Selanjutnya tepung yang telah dihasilkan dikukus dengan perbandingan (1:1)
selama 30 menit, kemudian dikeringkan kembali dengan oven pada suhu 55 °C
sampai benar-benar kering, selanjutnya digiling dan diayak kembali untuk
menghasilkan tepung ubi jalar.
Tepung ubi jalar tersebut kemudian diekstrak untuk memperoleh kandungan
oligosakarida. Proses pengekstrasian oligosakarida dalam tepung ubi jalar
dilakukan dengan mencampurkan 5 gram tepung ubi jalar dengan dengan 40 ml
air mendidih pada suhu 85±2°C sambil diaduk selama 10 menit (Sukenda et al.
2015). Setelah itu dilanjutkan dengan proses sterilisasi yaitu disaring
menggunakan kertas saring.
9
2.4.3 Persiapan Media Pemeliharaan dan Hewan Uji
Wadah yang digunakan pada penelitian ini adalah 2 bak kontainer 150 L. Sebelum
digunakan, bak kontainer disterilasi dengan cara dicuci dan didesinfeksi
menggunakan klorin 30 mg/L, kemudian dinetralkan dengan natrium tiosulfat 15
mg/L (Widanarni et al., 2014). Masing-masing bak kontainer dilengkapi dengan
shelter sebagai tempat udang berlindung ketika molting. Media pemeliharaan
mengggunakan air laut yang berasal dari Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
(BBPBL), Lampung. Air laut terlebih dahulu ditampung dalam tandon dan
didesinfeksi dengan klorin 30 ppm serta dinetralkan dengan Na-Thiosulfat 15 ppm
(Lampiran 1). Sebelum digunakan, secara berkala dilakukan pengontrolan kadar
klorin menggunakan chlorine kit (Damayanti, 2011). Bak kontainer untuk
pemeliharaan diisi air laut steril 2/3 dari volume total wadah. Hewan uji yang
digunakan dalam penelitian ini adalah udang vaname dengan bobot 12±2g/ekor
yang berasal dari SIC, PT. Central Pertiwi Bahari, Suak, Lampung Selatan.
2.4.4 Persiapan Pakan Uji
Pakan yang digunakan selama penelitian adalah pelet komersial dengan
kandungan protein 30%. Dosis probiotik yang digunakan sebesar 6% (v/w), dosis
prebiotik yang digunakan sebesar 3% (v/w) dari jumlah pakan yang diberikan
(Widanarni et al., 2014). Pembuatan pakan uji dilakukan dengan mencampurkan
probiotik 6% (v/w) dan prebiotik 3% (v/w) pada pakan yang diberikan dengan
menambahkan putih telur sebanyak 2% (v/w) dari total pakan yang berfungsi
sebagai perekat. Sebelum diberikan ke udang, pakan dikering-udarakan untuk
mengurangi kelembaban (Lampiran 2).
2.4.5 Pemeliharaan Udang Vaname
Pemeliharaan udang vaname dilakukan dengan pemberian pakan komersil
dengan frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari,yaitu pukul 07.00, 11.00, 15.00,
19.00 WIB. Waring/jaring ditambahkan di atas bak uji untuk mencegah udang
keluar dari wadah. FR yang diberikan sebesar 3% sesuai dengan bobot udang
10
vaname pada masing-masing perlakuan. Pengelolaan kualitas air dilakukan
dengan penyiponan dan pergantian air setiap pagi hari sebanyak 10%. Selain itu
pemeriksaan kualitas air juga dilakukan pada media pemeliharaan udang vaname
melalui pengukuran suhu, DO, pH dan salinitas. Pemeliharaan udang dengan
perlakuan pemberian probiotik 7 hari, kemudian dilakukan uji tantang pada hari
ke-8. Pemeliharaan dan pengamatan pasca uji tantang dilakukan selama 7 hari.
2.4.6 Uji Kohabitasi
Sebelum bakteri patogen diinjeksikan ke udang untuk uji in vivo, bakteri tersebut
diaktifkan kembali keganasannya melalui metode kohabitasi. Tahapan proses
kohabitasi yaitu isolat bakteri V. alginolyticus yang merupakan stok dari
Laboratorium Budidaya Perikanan Universitas Lampung dikultur di media cair
TSB (Lampiran 3), lalu diinkubasi di orbital shaker selama 24 jam. Bakteri V.
alginolyticus dengan kepadatan 106 CFU/mL diinjeksikan ke udang. Pengamatan
dilakukan sampai udang menunjukkan gejala abnormal terinfeksi vibriosis.
Udang yang mengalami gejala vibriosis kemudian diambil bagian organ
abnormal dengan menggunakan jarum ose lalu ditanam ke media TCBS
(lampiran 4) (Hardiyani et al., 2016).
Bakteri yang tumbuh di media TCBS diambil koloni tunggal untuk reinjeksi V.
alginolyticus dengan kepadatan 106
CFU/mL pada udang baru dan dilakukan
pemeliharaan selama 5 hari, pemeliharaan dilakukan hingga udang mati
memperlihatkan gejala klinis kemudian dilakukan isolasi. Proses isolasi
dilakukan menggunakan ose pada bagian organ yang mengalami gejala abnormal
kemudian ditanam di media TCBS. Bakteri yang tumbuh pada media TCBS
digunakan untuk uji tantang. Uji Kohabitasi bakteri dilakukan untuk
mendapatkan isolat murni bakteri patogen aktif yang selanjutnya digunakan
untuk uji tantang.
11
2.4.7 Uji Tantang
Bakteri V. alginolyticus yang digunakan untuk uji tantang yaitu dengan
kepadatan 106
CFU/mL dengan volume sebanyak 0,1 ml/ekor. Injeksi dilakukan
pada bagian dekat insang dengan menggunakan alat suntik. Uji in vivo dilakukan
dengan 2 perlakuan, yaitu pemeliharaan udang vaname tanpa pemberian bakteri
probiotik (A) dan pemeliharaan udang vaname dengan pemberian bakteri
biokontrol Bacillus sp. D2.2 6% (B). Pengamatan dilakukan selama 7 hari
dengan parameter pengamatan gejala klinis udang vaname (Lampiran 5).
2.5 Parameter Uji
2.5.1 Kelangsungan Hidup (Survival Rate / SR)
Tingkat kelangsungan hidup udang merupakan perbandingan jumlah udang yang
hidup dengan total udang yang ditebar pada awal pemeliharaan. Persamaan yang
digunakan dalam mengukur kelangsungan hidup menurut Effendi (2004) adalah :
Keterangan :
SR : Kelangsungan hidup (%)
Nt : Jumlah benur yang hidup di akhir penelitian (ekor)
No : Jumlah total benur awal penebaran (ekor)
2.5.2 RPS (Relative Percent Survival)
RPS (Relative Percent Survival) selama uji tantang dihitung menggunakan
rumus:
12
2.5.3 MTD (Mean Time to Death)
Rerata waktu kematian (MTD) dihitung dengan rumus:
MTD
Keterangan :
MTD : Mean Time to Death (rerata waktu kematian)
: Waktu kematian pada jam ke-i (jam)
: Jumlah ikan uji yang mati pada jam ke-i (ekor)
2.5.4 Pengamatan gejala klinis
Pengamatan gejala klinis dilakukan dengan melihat perubahan abnormal yang
terjadi. Gejala klinis udang diamati setiap hari tiap 6 jam dengan melihat ada atau
tidak gejala yang ditimbulkan setelah diberi perlakuan probiotik Bacillus sp.
D2.2 dan setelah diuji tantang dengan Vibrio alginolyticus dilakukan pengamatan
perubahan tingkah laku udang kemudian dilakukan skoring.
Skoring gejala klinis mengacu pada Amrillah et al., (2015) yaitu :
Skor 1 : infeksi ringan, belum ada perubahan morfologi, hanya terjadi
perubahan tingkah laku abnormal seperti hilang nafsu makan dan
hilang keseimbangan.
Skor 2 : infeksi sedang, yang terjadi yaitu perubahan warna pada ekor
menjadi merah
Skor 3 : infeksi parah, yaitu terjadi melanisasi pada kaki jalan, kaki renang
dan ekor gripis
Skor 4 : infeksi sangat parah, yaitu dicirikan dengan terjadi melanisasi pada
seluruh tubuh, insang mengalami kerusakan dan terjadi kematian
13
2.5.5 Pengukuran kualitas air
Pengukuran kualitas air dilakukan pada H0 (sebelum perlakuan) dan H14 hari
(akhir perlakuan). Parameter pengamatan meliputi pengukuran suhu, oksigen
terlarut (DO), pH dan salinitas. Pengukuran kualitas air menggunakan
termometer, DO meter, pH meter, dan refraktometer.
2.5.6 Pengamatan Histopatologi
Proses pengamatan histopatologi dilakukan melalui proses preparasi sampel
histopatologi meliputi fiksasi, dehidrasi, clearing, embedding, pemotongan, dan
pewarnaan (Lampiran 6). Proses fiksasi dilakukan dengan menggunakan larutan
Davidson (Lampiran 7) kemudian di simpan dalam suhu ruang selama 24 jam,
proses fiksasi dilakukan dengan tujuan mempertahankan sel-sel agar tidak rusak.
Selanjutnya sampel dipindah ke akuades untuk menghilangkan larutan fiksasi
tersebut. Tahapan selanjutnya yaitu dehidrasi menggunakan akohol bertingkat
yaitu 70%, 90% dan alkohol absolut masing-masing selama 45 menit. Kemudian
dilanjut dengan embedding atau penanaman sampel menggunkan parafin cair
yang dipanaskan pada suhu 60 0C dilanjut dengan pembuatan block (blocking).
Pengirisan (sectioning) menggunakan mikrotom kemudian dicuci pada air
dengan suhu 60 0C, kemudian ditempelkan pada gelas preparat. Tahap akhir yaitu
pewarnaan (Permana et al., 2010).
Preparat histopatologi diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran
400x. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui kerusakan jaringan yang
ditumbulkan dari infeksi bakteri Vibrio alginolyticus.
2.5.7 Analisis Data
Data Sintasan (Survival Rate / SR), RPS (Relative Percent Survival) dan MTD
(Mean Time to Death) diolah dengan Microsoft Excel 2007. Pengamatan
parameter kualitas air dianalisis secara deskriptif. Sedangkan pengamatan gejala
klinis dianalisis dengan metode skoring (Lampiran 8).
14
Uji histopatologi dilakukan di labolatorium keskanling BBPBL (Balai Besar
Perikanan Budidaya Laut) Hanura, dan data dianalisis dengan metode skoring
(Lampiran 9).
15
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapat kesimpulan bahwa :
1. Pemberian probiotik Bacillus sp. D2.2 (6%) mampu meningkatkan ketahanan
udang dibandingkan kontrol (probiotik 0%) pasca infeksi V. alginolyticus,
ditandai dengan nilai SR perlakuan B (probiotik 6%) 100%, MTD yang sama
dengan kontrol, RPS mencapai 100% dan hasil skoring gejala klinis perlakuan A
(probiotik 0%) mengalami kerusakan abnormal lebih tinggi dibandingkan
perlakuan B (probiotik 6%).
2. Hasil uji histopatologi pemberian probiotik Bacillus sp. D2.2 (6%) dapat
meningkatkan ketahanan udang pasca infeksi V. alginolyticus, ditandai dengan
hasil skoring pada probiotik (0%) menyebakan kerusakan jaringan yang parah,
sedangkan probiotik (6%) tidak.
4.2 Saran
Aplikasi penggunaan bakteri indigenous Bacillus sp. D2.2 perlu semakin
dikembangkan dan lebih banyak diaplikaskan. Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut dalam budidaya skala besar aplikasi di lapangan supaya hasil penelitian bisa
memperhatikan faktor alam yang ada pada aktivitas budidaya. Selain itu uji
aktivitas bakteri pencernaan di usus juga baik untuk dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Amrillah, A. M., Widyarti S., dan Kilawati, Y. (2015). Dampak Stres Salinitas
Terhadap Prevalensi White Spot Syndrome Virus (WSSV) dan Survival
Rate Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) pada Kondisi
Terkontrol. Research Journal Of Life Science . (2) 1 : 110-121.
Cerezuela, R., Meseguer, J., dan Esteban, M.A. (2011). Current knowledge
in synbiotic use for fish aquaculture : a review. Aquatic Res
Development. doi : 10.4172/S1008
Damayanti. (2011). Pemberian Sinbiotik Dengan Dosis Berbeda Pada Pakan
Udang Vaname Untuk Pencegahan Infeksi Imnv (Infectious
Myonecrosis Virus). Skripsi. Institur Pertanian Bogor.
Effendi, I. (2004). Pengantar Akuakultur. Jakarta: penerbit Swadaya.
Feliatra, Z., dan Yoswaty, D. (2014). Patogenitas Bakteri Vibrio Sp. Terhadap
Udang Windu (Penaeus Monodon). Jurnal Sungkai. 1(2):23-36.
Hardiyani, S., Harpeni, E., Setyawan, A., dan Supono (2016). Pathogenicity And
In Vivo Study Of Local Isolate Bacillus Sp. D2.2 At The Vannamei
Culture (Litopenaeus vannamei). Aquasains (Jurnal Ilmu Perikanan dan
Sumberdaya Perairan).1 (5) : 423-425.
Harpeni, E., Setyawan, A., Santoso, L., dan Arifin, M. Z. (2016). Efektivitas
Ekstrak Tepung Ubi Jalar Sebagai Media Teknis Bakteri Probiotik.
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016.
Jayasree, L., Janakiram, P., dan Madhavi, R. (2006) Characterization of Vibrio
spp. Associated with Diseased Shrimp from Culture Ponds of Andhra
Pradesh (India). Journal of The World Aquaculture Society. 4 (42) : 523-
532.
Kurniawan, Koko dan Susianingsih, Endang. ( 2014). Mekanisme Infeksi Bakteri
Vibrio Harveyi Terhadap Gambaran Histopatologi Udang Windu.
Prosiding Forum Inovasi Terknologi Akuakultur. Hal : 985-993.
Lesmanawati, W., Widanarni, Sukenda, dan Purbiantoro, W. (2013). Potensi
ekstrak oligosakarida ubi jalar sebagai prebiotik bakteri probiotik
akuakultur. Jurnal Sains Terapan. 3, 21−25.
Liu, C.H., W. Cheng., J.P. Hsu dan J.C. Chen. (2004). Vibrio alginolyticus
infection in the white shrimp Litopenaeus vannamei confirmed by
32
polymerase chain reaction and 16S rDNA sequencing. Disease of
Aquatic Organisms, Vol. 61: 169–174.
Mahasri, G., Raya, L., Mubarok, A. S., dan Irawan, B. (2008). Gambaran Patologi
Insang Dan Kulit Udang Windu (Penaeus Monodon Fab.) Yang
Terserang Ciliata Patogen Dari Famili Vorticellidae (Zoothamnium Sp.).
Berkala Ilmiah Perikanan.1(3) : 95-103.
Musallamah, Aunurrohim, dan Abdulgani N. (2007). Pengaruh Paparan Timbal
(Pb) Terhadap Perubahan Histopatologis Hepatopankreas Udang Galah
(Macrobrachium Rosenbergii De Mann). Skripsi. Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
Nasi, L., Prayetno, S. B., dan Sarjito (2011). Kajian Bakteri Penyebab Vibriosis
Pada Udang Secara Biomolekuler. Tesis. Manajemen Sumber Daya
Pantai. Universitas Diponegoro.
Permana, G. N., Haryanti dan Rustidja. 2010. Perubahan Histopatologi Protein
Hemolym Dan Ekspresi Allozym Pada Udang Vaname Selama Infeksi
TSV. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Hal 473– 483
Prajitno, A. (2007). Uji Sensitifitas Flavonoid Rumput Laut (Eucheuma Cottoni)
Sebagai Bioaktif Alami Terhadap Bakteri Vibrio Harveyi. Jurnal
Protein. 15 (2) : 66-71.
Schrezenmeir, J., dan Vrese, M. (2001). Probiotics, prebiotics and synbiotic-
approaching a definition. American Journal of Clinical Nutrition. 73:
361–364.
Setyawan, A., Harpeni, E., Ali, M., Mariska, D. C., dan Aji, M. B., (2014).
Potensi Agen Bakteri Biokontrol Indigenous Tambak Tradisional Udang
Windu (Penaeus Monodon) di Lampung Timur Strain D2.2, Terhadap
Bakteri Patogen Pada Udang dan Ikan. Prosiding Pertemuan Ahli
Kesehatan Ikan 2014. Serang 11-13 Februari 2014. Pp. 24-31.
SNI. Standar Nasional Indonesia. (2006). Produksi Udang Vaname L. vannamei di
Tambak dengan Teknologi Intensif. Badan Standardisasi Nasional: SNI-
01-7246-2006. Jakarta.
Soegianto, A., Primarastri, N.A., dan Winarni, D. (2004). Pengaruh pemberian
kadmium terhadap tingkat kelangsungan hidup dan kerusakan struktur
insang dan hepatopankreas pada udang regang (Macrobrachium
sintangense De Man). Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Dan ilmu
33
Pengetahuan Alam Universitas Airlangga, Surabaya. Berkas Penelitian
Hayati. 10 hal.
Sukenda dan Widanarni. (2015). Efektivitas Sinbiotik Dengan Dosis Berbeda
Pada Pemeliharaan Udang Vaname di Tambak. Jurnal Akuakultur
Indonesia. 14, 1–8.
Sukenda, Sihombing A. J., Novianti F., dan Widanarni (2005). Penapisan Bakteri
Probiotik dan Peranannya terhadap Infeksi Buatan Vibrio Harvey pada
Udang Vanname (L.Vannamei). Jurnal Akuakultur Indonesia. 4(2) : 181
– 187.
Supono dan Wardiyanto (2008). Evaluasi Budidaya Udang Putih (L.vannamei)
dengan Meningkatkan Padat Tebar di Tambak Intensif. Prosiding.
Seminal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyaratkat, Universitas
Lampung. Hal 237-142.
Suprioyo, E., Berlianti, dan K. Nirmala. (2008). Studi Mengenai Toksisitas
Surfaktan Deterjen, Alkyl Sulfate (As), Terhadap Post Larva Udang
Windu Penaeus Monodon Fabr. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan
Perikanan Indonesia. No. 2 : 141-148.
Tampangallo, B. R., Muliani, dan Nurbaya (2009). Pengamatan Populasi Bakteri
Probiotik pada Suhu Penyimpanan yang Berbeda. Prosiding Seminar
Perikanan Nasiona. Sekolah Tinggi Perikanan. Jakarta.
Vercshuere, L., G. Rombaut, P.Sorgeloos, dan Vestraete, W (2000). Probiotic
bacterial as Bioological Control Agents in Aquaculture. Microbial Mol.
Biol. 64 (4) : 655 – 671
Widanarni, Noermala, J.I., dan Sukenda (2014). Prebiotik, probiotik, dan sinbiotik
untuk mengendalikan koinfeksi Vibrio harveyi dan IMNV pada udang
vaname. Jurnal Akuakultur Indonesia. 13 (1), 11–20.
Yudiati, E., Sedjati, S., Enggar I. dan Hasibuan, I. (2009). Dampak Pemaparan
Logam Berat Kadmium pada Salinitas yang Berbeda Terhadap Mortalitas
dan Kerusakan Jaringan Insang Juvenile Udang. Jurnal Ilmu Kelautan.
14 (4) : 29-35.
Zhahrah, Z., Nur I., dan Sabilu, K. (2016). Kerusakan Jaringan Hepatopankreas
pada Udang Vaname (Litopenaeus Vanamei) Akibat Paparan Logam
Berat Nikel (Ni) secara Buatan. Skripsi. Program studi Budidaya Perairan
FPIK Universitas Halu Oleo Kendari. Sulawesi Tenggara.
34