Date post: | 04-Aug-2015 |
Category: |
Documents |
Upload: | evhye-nthuw-echye |
View: | 1,738 times |
Download: | 67 times |
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II
ASETANILIDA
OLEH :
KELOMPOK A-05
DWI EVI DIYAN SARI ( 1110319 )
MARDATILLA ALIFI PUTRI ( 1110320 )
Laboratorium Kimia Organik
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
2012/2013
DAFTAR PUSTAKA
Mc Murry J, 2000, Organic Chemistry, 5th edition, Brooks / Cole Publishing Company
Pasific Grove, USA, 1002
Vishnoi NK. 1979. Advanced Practical Organis Chemistry, 1st ed Vikas Publising house, PVT
Ltd,New Delhi , page 330-331
BAB 1
PENDAHULUAN
A. DASAR TEORI
Asetanilida pertama kali ditemukan oleh Friedel Kraft pada tahun 1872 dengan cara
mereaksikan asethopenon dengan NH2OH sehingga terbentuk asetophenon oxime yang
kemudian dengan bantuan katalis dapat diubah menjadi asetanilida. Pada tahun 1899
Beckmand menemukan asetanilida dari reaksi antara benzilsianida dan H2O dengan
katalis HCl. Pada tahun 1905 Weaker menemukan asetanilida dari anilin dan asam asetat.
Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan
sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu
gugus asetil. Asetanilida dapat diperoleh dari asetilasi anilin. Amina aromatis primer
dapat bereaksi dengan anhidrida asetat membentuk larutan monoasetil. Bila pemanasan
selama reaksi diperpanjang dan kelebihan anhidrida asetat, maka akan menghasilkan
bentuk / turunan diasetil. Umumnya bentuk diasetil tidak stabil dalam air dan mengalami
hidrolisis menjadi bentuk monoasetil.
Asetanilida
Asetanilida dapat dibuat dari anilin dan anhidrida asetat. Mekanisme reaksinya
menyangkut serangan nukleofil oleh anilin pada karbon karbonil dari suatu turunan
asam. Anilin adalah benzena tersubstitusi yang bereaksi lebih mudah daripada
benzenanya sendiri. Jadi anilin bereaksi substitusi elektrofilik lebih cepat daripada
benzena. Hal ini disebabkan karena anilin mempunyai gugus NH2 yang merupakan gugus
aktivasi. Adanya gugus ini menyebabkan cincin lebih terbuka terhadap subsitusi lebih
lanjut. Sedangkan reaksi dengan nukleofil terhadap anhidrida lebih reaktif dibandingkan
ester. Kedua hal inilah yang menyebabkan reaksi pembuatan asetnilida lebih cepat
dibandingkan aster dan amonia.
Sifat – sifat fisis asetanilida:
Rumus molekul : C6H5NHCOCH3
Berat molekul : 135,16 g/gmol
Titik didih normal : 305 oC
Titik leleh : 114,16 oC
Berat jenis : 1,21 gr/ml
Suhu kritis : 843,5 oC
Titik beku : 114 oC
Wujud : padat
Warna : putih
Bentuk : butiran / kristal
Sifat-sifat kimia:
Pirolysis dari asetanilida menghasilkan N-diphenil urea, anilin, benzena dan
hydrocyanic acid.
Asetanilida merupakan bahan ringan yang stabil dibawah kondisi biasa,
hydrolisa dengan alkali cair atau dengan larutan asam mineral cair dalam
kedaan panas akan kembali ke bentuk semula.
Adisi sodium dalam larutan panas Asetanilida didalam xilena menghasilkan N-
Sodium derivative.
C6H5NHCOCH3 + HOH C6H5NH2 + CH3COOH
Bila dipanaskan dengan phospor pentasulfida menghasilka Thio Asetanilida
( C6H5NHC5CH3 ).
Bila di treatmen dengan HCl, Asetanilida dalam larutan asam asetat
menghasilkan 2 garam ( 2 C6H5NHCOCH3 ).
Dalam larutan yang memgandung pottasium bicarbonat menghasilkan N-
bromo asetanilida.
Nitrasi asetanilida dalam larutan asam asetaat menghasilkan p-nitro
Asetanilida.
Penggunaan derivat asam karboksilat dalam sintesis
Halida asam dan anhidrida merupakan turunan Asam karboksilat yang dapat
digunakan untuk mensintesis ester yang terhalangi (secara sterik ) dan ester fenil , yang
tidak dapat dibuat dengan pemanasan RCOOH dan R’OH dengan katalis asam, karena
kesetimbangan tidak menguntungkan.Kedua derivat ini juga merupakan regensia yang
paling berguna untuk membuat tersubstitusi-N, Reduksi suatu klorida asam dengan
LiAlH(OR)3 .
Meskipun ester tidak sereaktif klorida asam atau anhidrida , ester dapat berguna
dalam sintesis alkohol ( dengan reduksi atau dengan reaksi Grignard). Sintesis ini
memberikan satu dari teknik-teknik yang paling mudah untuk memperpanjang rantai
karbon alifatik dengan satu rantai lagi untuk menambahkan suatu gugus karboksil atau
suatu gugus NH2.Seperti telah disebut, reaksi RX dan CN- memberikan rendemen terbaik
dengan alkil halida primer.Alkil halida sekunder dapat juga digunakan tetapi
rendemennya lebih rendah.
Asetilasi Amina Aromatis .
Anilin merupakan amina aromatis primer.Reaksi substitusi terhadap amina aromatis
dapat berupa substitusi pada cincin benzena atau substitusi pada gugus amina.Asetilasi
amina aromatis primer atau sekunder banyak dilakukan dengan klorida asam dalam
suasana basa atau dengan mereaksikan amina dengan asetat anhidrida menghasilkan
asetanilida.Jika asetat anhidrida yang digunakan berlebihan dan pemanasan dilakukan
pada waktu yang lama, maka sejumlah turunan diasetil tidak stabil dengan kehadiran air
dan mengalami hidrolisis menghasilkan senyawa monoasetil.Amina dapat mengalami
hidrolisa dalam suasana asam membentuk asam karboksilat dan garam amina, sedangkan
dalam suasana basa membentuk ion karboksilat dari amina.
Anilin
Sifat – sifat fisis:
Rumus molekul : C6H5NH2
Berat molekul : 93,12 g/gmol
Titik didih normal : 184,4 oC
Suhu kritis : 426 oC
Tekanan kritis : 54,4 atm
Wujud : cair
Warna : jernih
Spesifik gravitu : 1,024 g/cm3
Sifat-sifat kimia:
Halogenasi senyawa anilin dengan brom dalam larutan sangat encer
menghasilkan endapan 2, 4, 6 tribromo anilin.
Pemanasan anilin hipoklorid dengan senyawa anilin sedikit berlebih pada
tekanan sampai 6 atm menghasilkan senyawa diphenilamine.
Hidrogenasi katalitik pada fase cair pada suhu 135 – 170oC dan tekanan 50– 500
atm menghasilkan 80% cyclohexamine (C6H11NH2 ). Sedangkan hidrogenasi
anilin pada fase uap dengan menggunakan katalis nikel menghasilkan 95%
cyclohexamine.
Nitrasi anilin dengan asam nitrat pada sushu -20oC menghasilkan
mononitroanilin, dan nitrasi anilin dengan nitrogen oksida cair pada suhu 0oC
menghasilkan 2, 4 dinitrophenol.
Amida
Amida adalah turunan asam karboksilat yang paling tidak reaktif, sehingga banyak
terdapat di alam. Amida mengandung nitrogen trivalent yang terikat pada gugus karbonil
dimana nitrogennya mempunyai sepasang elektron sunyi dalam suatu orbital tensi.
Amida mempunyai resonansi datar, sekalipun ikatan karbon nitrogen biasanya ditulis
sebagai ikatan tunggal, reaksi pada ikatan ini sangat terbatas, alasannya adalah adanya
resonansi struktur. Resonansi inilah yang menunjukkan mengapa nitrogen suatu amida
tidak bersifat basa maupun nukleofilik. Amida merupakan basa yang sangat lemah
dengan pKb :15-16
Amina dapat membentuk ikatan hidrogen. Ikatan hydrogen N-HN lebih lemah
daripada ikatan hidrogen antara O-HO kareana N kurang elektronegatif
dibandingkan dengan O dan karena ika tan NH kurang po la r . Pengika tan
h idrogen yang lemah an ta ra molekul amina menyebabkan titik didihnya
berada diantara senyawa tanpa ikatan hidrogen ( seperti: alkana, alkena, eter )
dengan senyawa yang memiliki ikatan hidrogen kuat ( seperti alkohol ) pada
beratmolekul yang sama ( titik didih amina: 185 ºC ). Amina primer, sekunder,
dan tersier dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air karena memiliki
pasangan elektron bebas yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan hidrogen.
Pemurnian Zat :
Zat padat dengan bobot yang diketahui dilarutkan dalam air dengan volume cukup
untuk memperoleh jenuh atau hampir jenuh pada titik didih dapat digunakan beaker
glass, labu erlenmeyer ataupun penyaring panas yang disaring lewat kertas saring
bergalur yang ditaruh dalam suatu corong berpipa pendek, dan filtratnya ditampung
dalam beaker glass. Proses ini akan memisahkan bahan yang tidak dapat larut dan yang
dapat larut. Jika zat itu mengkristal dalam corong, maka haruslah larutan disaring dalam
suatu corong panas.Filtrat panas yang jernih itu didinginkan dengan cepat dengan
mencelupkan ke dalam air dingin atau campuran air dan es menurut kelarutan zat padat
itu, larutan itu diaduk dengan tetap agar mendorong terjadinya kristal kecil yang tidak
sebanyak kristal besar delam mengepungkan cairan induk.Zat padat itu kemudian
dipisahkan dengan cairan induk dengan penyaringan , dengan menggunakan salah satu
tipe corong Buchner. Setelah semua cairan disaring, zat padat itu ditekan ke bawah
dengan tutup kaca yang luas,hisap sekering mungkin dan kemudian dicuci dengan porsi-
porsi kecil pelarut aslinya untuk menyingkirkan cairan induk yang menempel.Zat padat
yang telah dikeringkan disimpan dalam botol bersumbat kaca.
R e k r i s t a l i s a s i
Rekristalisasi merupakan proses pengulangan kristalisasi agar diperoleh zat murni
atau kristal yang lebih teratur/murni. Senyawa organik berbentuk kristal yang
diperoleh dari suatu reaksi biasanya tidak murni. Mereka masih terkontaminasi
sejumlah kecil senyawa yang terjadi selama reaksi.Oleh karena itu perlu dilakukan
pengkristalan kembali dengan mengurangi kadar pengotor. Rekristalisasi didasarkan
pada perbedaan kelarutan senyawa dalam suatu pelarut tunggal atau campuran. Senyawa
ini dapat dimurnikan dengan cara rekristalisasi menggunakan pelarut yang sesuai. Ada
dua kemungkinan keadaan dalam rekristalisasi yaitu pengotor lebih larut dari pada
senyawa yang dimurnikan, atau kelarutan pengotor lebih kecil daripada senyawa yang
dimurnikan.
Pada dasarnya proses rekristalisasi adalah:
Melarutkan senyawa yang akan dimurnikan kedalam pelarut yang
sesuai pada ataudekat titik didihnya.
Menyaring larutan panas dari molekul atau partikel tidak larut.
Biarkan larutan panas menjadi dingin hingga terbentuk kristal
Memisahkan kristal dari larutan berair.
Kristal yang terjadi dikeringkan dan ditentukan kemurniannya dengan penentuan
titik lebur, kromatografi dan metode spektroskopi.Langkah penentuan pelarut dalam
rekristalisasi merupakan langkah penentu keberhasilan pemisahan. Jika senyawa
larut dalam keadaan panas maka penyaringan harus dilakukan dalam keadaan panas.
Senyawa organik sering mengandung senyawa berwarna. Senyawa tersebut
dapat dimurnikan dengan penambahan karbon aktif penghilang warna seperti norit
Anhidrida asetat
Anhidrida asetat merupakan senyawa yang tidak berwarna, berbentuk
cair. Massa jenisnya1,081 gram/mL; titik lebur -73ºC ; titik didih 140 ºC; berat
molekul 102,09 gram/mol . B i la dilarutkan dalam air akan langsung bereaksi
membentuk asam asetat, dan sangat larut dalam alkohol dan eter. Merupakan asam
yang kuat, sehingga uapnya menyebabkan iritasi pada mata apabila terhirup
akan menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan.Mudah terbakar pada Flash pt. –
54ºC .Senyawa ini tidak berwarna dan berbau cuka karena reaksinya dengan kelembapan
di udara membentuk asam asetat.Anhidrida asetat dihasilkan melalui reaksi kondensasi
asam asetat.Selain itu , anhidrida asetat juga dihasilkan melalui reaksi asetil klorida
dengan natrium asetat.
H3C-C(=O)Cl + H3C-COO-Na+ → Na+ Cl- + H3C-CO-O-CO-CH3
Anhidrida asetat mengalami hidrolisis dengan pelan pada suhu kamar, membentuk
asam asetat.Ini adalah kebalikan dari reaksi kondensasi pembentukan anhidrida asetat.
(CH3CO)2O + H2O → 2CH3COOH
Selain itu, senyawa ini juga bereaksi dengan alkohol membentuk sebuiah ester dan
asam asetat .Contohnya reaksi dengan etanol membentuk etil setat dan asam asetat.
(CH3CO)2O + CH3CH2OH → CH3COOCH2CH3 + CH3COOH
Anhidrida asetat merupakan senywa korosif, iritan dan mudah terbakar .Untuk
memadamkan api yang disebabkan anhidrida asetat jangan menggunakan air, karena
sifatnya yang reaktif terhadap air.Karbon dioksida adalah pemadam yang disarankan.
Asam Asetat :
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam
format.Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah , artinya hanya
terdisosisasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-.Asam asetat mrupakan pereaksi
kimia dan bahan baku indsutri yang penting.Asam asetat digunakan dalam produksi
polimer seperti polietilena tereflatat, selulosa asetat dan polivinil asetat , maupun
berbagai macam serat dan kain.Dalam industri makanan , asam asetat digunakan sebagai
pengatur keasaman.Di rumah tangga , asam asetat encer juga sering digunkaan sebagai
pelunak air.Asam asetat , asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam
organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan.
Sifat – sifat fisis
Rumus molekul : CH3COOH
Berat molekul : 6.,053 g/gmol
Titik didih normal : 117,9 oC
Titik leleh : 16,7 oC
Berat jenis : 1,051 gr/ml
Suhu kritis : 321,6 oC
Tekanan kritis : 57,2 atm
Wujud : cair
Warna : jernih
Panas pembakaran : 208,34 kkal/mol
Panas penguapan : 96,8 kal/gr ( 118 oC )
Sifat – sifat kimia:
Dengan alkohol menghasilkan proses esterifikasi
R-OH + CH3COOH CH3COOR + H2O
Pembentukan garam keasaman
2 CH3COOH + Zn (CH3COO)2 Zn2+ + H
Konversi ke klorida – klorida asam
CH3COOH + PCl3 3CH3COOCl + H3PO3
Pembentukan ester
CH3COOH + CH3CH2OH + H+ CH3COOC2H5 + H2O
Reaksi dari halida dengan ammoniak
CH3COOHCl + ClCH2COOHNH3 NH2CH2COONH H+
NH2CH2COOH
Keasaman
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil dalam asam karboksilat seperti asam
asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton) , sehingga memberikan sifat asam.Asam
asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8.Basa konjugasinya adalah
asetat.
Sebagai pelarut
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik, mirip seperti air dan etanol.Asam
asetat memiliki konstanta dielektrik sedang yaitu 6,2 , sehingga bisa melarutkan baik
senyawa non polar maupun senyawa polar.Asam asetat bercampur dengan mudah
dengan pelarut polar atau nonpolar .Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam
asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia.
Reaksi-rekasi Kimia :
Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam.Logam asetat juga dapat
diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa yang cocok.Contoh yang terkenal
adalah reaksi soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka.Hampir semua garam
asetat larut dengan baik dalam air.Salah satu pengecualian adalah kromiun (II)
asetat.Contoh reaksi pembentukan garam adalah
Mg(s) + 2CH3COOH(aq) → (CH3COO)2Mg(aq) + H2(g)
NaHCO3(S) + CH3COONa(aq) + CO2(g) + H2O(l)
Asam asetat mengalami reaksi-reaksi asam karboksilat, misalnya : menghasilakn
garam asetat bila bereaksi dengan alkali, menghasilkan logam etanoat bila bereaksi
dengan logam dan menghasilkan logam etanoat, air dan karbon doiksida bila bereaksi
dengan garam karbonat atau bikarbonat.Reaksi organik yang paling terkenal dari asam
asetat adalah pembentukan etanol melalui reduksi , pembentukan turunan asam
karboksilat seperti asetil klorida atau anhidrida asetat melalui substitusi
mukleofilik.Anhidrida asetat diebentuk melalui reaksi esterifikasi Fischer, dan juga
pembentukan amida.Pada suhu 440oC , asam aseatat terurai menjadi metana dan karbon
dioksida atau ketena dan air.
Pembuatan asetanilida dari asam asetat anhidrid dan anilin
Larutan benzen dalam satu bagian anilin dan 1,4 bagian asam asetat anhidrat
direfluks dalam sebuah kolom yang dilengkapi dengan pelindung sampai tidak ada anilin
yang tersisa.
2 C6H5NH2 + ( CH2CO )2O 2C6H5NHCOCH3 + H2O
Campuran reaksi disaring, kemudian kristal dipisahkan dari air panasnya dengan
pendinginan, sedangkan filtratnya direcycle kembali. Pemakaian asam asetatanhidrad
dapat diganti dengan asetil klorida.
Pembuatan asetanilida dari asam asetat dan anilin
Metode ini merupakan metode awal yang masih digunakan karena lebih ekonomis.
Anilin dan asam asetat berlebih 100 % direaksikan dalam sebuah tangki yang dilengkapi
dengan pengaduk.
C6H5NH2 + CH3COOH C6H5NHCOCH3 + H2O
Reaksi berlangsung selama 6 jam pada suhu 150oC – 160oC. Produk dalam keadaan
panas dikristalisasi dengan menggunakan kristalizer.
Pembuatan asetanilida dari ketene dan anilin
Ketene ( gas ) dicampur kedalam anilin di bawah kondisi yang diperkenankan akan
menghasilkan asetanilida.
C6H5NH2 + H2C=C=O C6H5NHCOCH3
Pembuatan asetanilida dari asam thioasetat dan anilin
Asam thioasetat direaksikan dengan anilin dalam keadaan dingin akan menghasilkan
asetanilida dengan membebaskan H2S.
C6H5NH2 + CH3COSH C6H5NHCOCH3 + H2S
KEGUNAAN
Asetanilida banyak digunakan dalam industri kimia , antara lain;
a. Sebagai bahan baku pembuatan obat-obatan
b. Sebagai zat awal penbuatan penicilium
c. Bahan pembantu dalam industri cat dan karet
d. Bahan intermediet pada sulfon dan asetilklorida
B. PROSEDUR PEMBUATAN
Preparation 1. Acetanilide.
Method 2-Chemiocals required.(i) Aniline 10 ml (ii) Acetic anhydride 10 ml (iii)
Glasial acetic acid 10 ml (iv) Zinc dust 0,5 gm.
Prosedure, Place 10 ml aniline , 10 ml glacial acetic acid, 10 ml acetic anhydride and
0,5 gm zine dust in a 250 ml round bottom flask fitted with a reflux condenser.Heat the
reaction mixture to boiling for about 0 minutes, detach the condenser and pour the hot
contens slowly so as to prevent any residual zinc dust from ascaping the flask , into a
500ml beaker containing about 250 ml of cold water whilst stirring vig dusorously the
resultant solution.Cool the beaker in ice-bath when crude acetanilide separates.Filter it in
a buchner funnel using suction , wash with cold water, drain well with the help of an
inverted glass stopper and dry on the filter papers in air.The yield of crude acetanilide,
m.p. 113o, is about 15 gm.Recrystallise it from hot water containing 2% rectified
spirit.The pure recrystallised product has the m.p. 114o.
C. TUJUAN
Memahami reaksi pembentukan anilida.
Memahami arti refluks.
Terampil dalam menggunakan karbon aktif dalam proses pemurnian melalui
rekristalisasi.
Mampu menghasilkan bentuk kristal yang homogen.
BAB II
METODE KERJA
A. Bahan ( ½ prosedur ) dan alat :
Bahan yang digunakan:
1. 250 mg Zn
2. 5 ml Anilin
3. 5 ml Asam Asetat Glasial
4. 5 ml Anhidrida asetat
5. 125 ml air es
6. 125 ml air panas
7. Etanol ( 2% dari jumlah panas ) = 2.5 ml
8. 500 mg norit
9. Es batu
Alat yang digunakan:
1. Labu alas bulat leher panjang
2. Batu didih
3. Refluks / pendingin balik
4. Penangas air
5. Kaki tiga.
6. Beaker glass
7. Pengaduk
8. Kertas saring
9. Corong Buchner
10. Labu Hisap
11. Corong Panas
12. Oven
13. Gabus
14. Gelas ukur
15. Pipet
B. Mekanisme Reaksi :
C. PROSEDUR KERJA :
1. 250 mg Zn + 5 ml anilin + 5 ml asam asetat glacial + 5 ml anhidrida asetat
Dimasukkan dalam labu alas bulat leher pendek
2. Dimasukkan batu didih ke dalam labu alas bulat.
3. Direfluks dalam penangas air selama 40 – 60 menit (diberi corong kapas) dan
digoyang supaya cairan di dalam labu menjadi homogen.
4. Setelah direfluks, larutan dituang ke beaker glass 500 ml yang berisi 125 ml air
dingin, diaduk kira – kira 10 menit.
5. Dimasukkan ice bath, diaduk ad terbentuk kristal abu-abu keunguan.
6. Disaring dengan corong Buchner dan labu hisap.
7. Direkristalisasi, dipindahkan hasil penyaringan ke beaker glass ditambah dengan 125
air panas + 2,5 ml etanol 2% kemudian didinginkan.
8. Bila berwarna ditambahkan 75 mg norit, dipanaskan 10 menit, segera disaring dengan
corong panas ( corong panas terlebih dahulu diisi air, kemudian dipanaskan dengan
api bunsen, setelah corongnya panas baru disaring. Selama penyaringan, api Bunsen
tidak perlu dimatikan karena pemanasannya menggunakan air.)
9. Hasil penyaringan dengan corong panas didinginkan dalam ice bath ad terbentuk
kristal sambil diaduk-aduk.
10. Disaring dengan menggunakan corong Buchner dalam labu hisap dalam keadaan
dingin.
11. Dikeringkan hasilnya di dalam oven.
12. Ditimbang hasilnya.
D. SKEMA KERJA
250 mg Zn + 5 ml Aniline + 5 ml As. asetat glacial + 5 ml Anh. Asetat Dimasukkan
dalam labu alas bulat leher pendek
Dimasukkan batu didih ke dalam labu alas bulat
Direfluks dalam penangas air selama 40-60 menit sambil digoyang
Dituang ke dalam 125 ml air es, aduk 10 menit
Dimasukkan ke dalam ice bath ad terbentuk kristal abu-abu keunguan
Setelah dingin disaring dengan corong Buchner dan Labu hisap
Dilakukan rekristalisasi, dimasukkan kristal yang terbentuk ke dalam beaker glass +
125 ml air panas + 2,5 ml etanol (2%) ad larut, didinginkan
Bila berwarna ditambahkan norit 500 mg
Dipanaskan larutan tersebut kira-kira 10 menit
Segera disaring dengan corong panas yang telah diberi kertas saring
Hasil penyaringan didinginkan ke dalam ice bath ad terbentuk kristal sambil diaduk-aduk
Disaring dengan corong buchner dan labu hisap
Akan diperoleh kristal
Dikeringkan dalam oven
Ditimbang berat asetanilida yang diperoleh
E. GAMBAR PEMASANGAN ALAT.
BAB IIIHASIL PRAKTIKUM
Hasil teoritis : 7,5 gram
Hasil praktis : 2.9 gram
Rendemen : 2.97.5
x 100% = 38,37%
Titik leleh teoritis : 114 oC
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum pembuatan asetanilida ini, ada banyak hal yang perlu diperhatikan.
Diantaranya dalam memasukkan zat-zat seperti ( serbun Zn, anilin , anhidrida asetat , asam
asetat glasial ) ke dalam labu alas bulat leher pendek. Serbuk Zn harus dimasukkan terlebih
dahulu karena komposisi dari serbuk Zn paling sedikit.Pada saat memasukkan serbuk Zn
tersebut, posisi labu ditegakkan kemudian serbuk Zn dimasukkan dengan bantuan kertas
perkamen yang dibuat menyerupai corong agar serbuk Zn tidak menempel pada dinding labu.
Fungsi dari serbuk Zn adalah untuk mencegah adanya oksidasi dari anilin menjadi
nitrobenzena yang kemudian direduksi menjadi anilin lagi.Serbuk Zn itu diserap 2-4 bagian
oleh campuran cairan tersebut.
Setelah serbuk Zn dimasukkan ke dalam labu , kemudian dilanjutkan dengan
memasukkan asam asetat glasial, anhidrida asetat dan anilin. Asam asetat glasial ini
diperlukan untuk mempercepat terjadinya pergeseran reaksi dalam pembentukan asetanilida,
sedangkan anhidrida asetat digunakan sebagai pengering yang reversible yang dapat
mengikat air.Pada saat pemanasan di water bath perlu direfluks atau dipasang pendingin
( dalam percobaan ini digunakan pendingin bola) yang berguna untuk membantu mengurangi
penguapan, karena asam asetat dan anhidrida asetat mempunyai sifat mudah menguap.Selain
itu juga diperlukan batu didih yang diperlukan untuk membantu mengatur suhu didih ,
sehiungga sirkulasi udara menjadi teratur sehingga tidak terjadi bumping. Selama
pemanasan , pendingin dan labu digoyang-goyang agar cairan di dalam labu menjadi
homogen.Proses ini dilakukan selama 40-60 menit.
Dalam pembuatan asetanilida, memerlukan perlakuan khusus , dimana dibutuhkan air
es dan es batu dengan tujuan untuk mempercepat pengkristalan. Setelah selesai direfluks
kemudian cairan tersebut dari labu alas bulat leher pendek dituang kedalam beaker glass yang
berisi 125 ml air es, dan diaduk sekitar 10 menit, kemudian dilakukan perendaman dengan es.
Dilakukan sampai terbentuk kristal abu-abu keunguan. Setelah terbentuk kristal , kemudian
kristal disaring dengan corong buchner. Setelah itu dilakukan rekristalisasi dimana jumlah air
panas yang ditambahkan 1:20 ( berdasarkan kelarutan ) karena penambahan air yang berlebih
dapat menyebabkan kristal sulit terbentuk. Selain penambahan air panas perlu ditambahkan
etanol 2% sebanyak 2,5 ml ( 2% dari jumlah air panas) untuk meningkatkan kelarutan ,
karena jika tidak ditambahkan etanol 2% maka asetanilida akan membentuk lapisan di bagian
atas , sehingga larutan tersebut tidak semuanya larut.
Jika larutan yang dihasilkan berwarna , menandakan bahwa di dalam larutan itu
terdapat kotoran , sehingga perlu ditambahkan norit 0,5%-1% pada suhu 50oC ( suhu ini
merupakan suhu optimum dimana zat warna dapat ditarik ). Jika penambahan norit dilakukan
pada waktu masih mendidih, maka norit akan terurai. Norit ini digunakan untuk absorben
yang mampu menyerap kotoran yang terdapat di dalam larutan.Norit merupakan suatu
karbon aktif karena itu tidak boleh diletakkan di udara bebas dalam waktu yang lama, karena
sifatnya yang dapat mengarbsobsi atau menyerap udara sehingga ,menjadi karbon inaktif.
Penambahan norit juga tidak boleh berlebih, karena dapat menyerap asetanilidanya.Setelah
itu disaring panas, dimana corong harus benar-benar panas agar mencegah terbentuknya
kristal sebelum masuk di penampung yang akan menghambat penyaringan.Setelah itu hasil
penyaringan didinginkan di dalam ice-bath sampai terbentuk kristal kemudian saring dengan
corong buchner, keringkan di dalam oven dan timbang hasilnya.
Diskusi :
1. Fungsi asam asetat glasial , serbuk Zn, asam asetat dan etanol :
Asam asetat glasial
Untuk mempercepat terjadinya pergeseran reaksi membentuk asetanilida.
Sebuk Zn
Untuk mencegah terjadinya oksidasi anilin menjadi nitro benzena yang kemudian
direduksi kembali menjadi anilin lagi.
Anhidrida asetat
Merupakan pengering yang memiliki sifat reversible sehingga dapat mengikat air.
Etanol
Penambahan etanol 1- 2% bertujuan meningkatkan kelarutan dari asetanilida.
2. Apa gunanya refluks selama 40 menit :
Membantu supaya tidak menguap pada saat pemanasan ( reaksi sedang berlangsung )
karena asam asetat mudah menguap.
3. Mengapa penambahan karbon aktif ke dalam cairan tidak boleh waktu mendidih :
Penambahannya tidak boleh pada saat mendidih karena dapat menyebabkan karbon
tersebut menjadi terurai.
4. Apa akibat penambahan norit yang berlebih :
Penambahan norit yang berlebih tidak diperbolehkan karena selain menarik
kotorannya juga akan menarik asetanilidanya, sehingga mempengaruhi hasil yang didapat.
5. Apa akibat kelebihan penambahan pelarut untuk rekristalisasi :
Penambahan air menggunakan perbandingan 1:20 ( berdasarkan kelarutan ), karena
dengan adanya penambahan air yang berlebih yang berakibat kristal sulit terbentuk.
BAB V
KESIMPULAN
1. Pada saat memasukkan zat ke dalam labu, harus memperhatikan urutannya, agar
semua zat dapat bereaksi seluruhnya, tidak tertinggal di dinding labu.
2. Sebelum proses refluks dilakukan , terlebih dahulu diberi batu didih agar tidak terjadi
bumping.
3. Ice bath yang digunakan dalam praktikum ini berfungsi untuk memperoleh peroses
terbentuknya kristal dari larutan.
4. Penggunaan karbon aktif ( norit ) harus secara tepat dan dalam jumlah yang sesuai
agar dapat bekerja optimum untuk menarik zat warna dan kotoran yang tercampur
dalam larutan.
5. Pada penggunaan corong panas , corong harus dalam kondisi yang benar-benar panas
agar kotoran dan zat warna dapat disaring dengan sempurna dan kristal tidak
tertinggal di dalam corong.
6. Pemasangan dan penggunaan alat harus secara tepat agar didapat hasil yang baik.
7. Asetanilida yang dibuat dari anilin dan anhidrida asetat. Mekanisme reaksinya
menyangkut serangan nukleofil oleh anilin pada atom karbon karbonil dari suatu
turunan asam.
Surabaya, 19 september 2012
Praktikan I Praktikan II
Dwi Evi Diyan Sari Mardatilla Alifi Putri ( 1110319 ) ( 1110320 )