Date post: | 16-Jul-2016 |
Category: |
Documents |
Upload: | fatmala-dewi |
View: | 45 times |
Download: | 6 times |
EMERGING AND RE- EMERGING DISEASE INFECTIOUS
OLEH
KELOMPOK V
HELDA
FATMALA
TAFTY HAPSARY
ALDRIANSYAH
SUDARMAN
CITRAYANI
YUSPIAN GANI
ERNITA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES MANDALA WALUYA
KENDARI
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi
sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar laporan ini dapat
lebih baik lagi.
Akhir kata kami berharap agar laporan ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
Kendari, November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………..
Daftar Isi ……………………………………………..
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ……………………………………………..
B. Rumusan Masalah ……………………………………………..
C. Tujuan ……………………………………………..
BAB II Pembahasan
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit – penyakit Infektius masih menjadi penyebab utama kematian di
negara – negara berkembang. Namun seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi maka perubahan pola penyakit dari akut ke kronik atau dari menular
ke tidak menular semakin dirasakan terutama untuk negara berkembang bukan
saja di negara maju justru semakin dirasakan.
Emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang tidak diketahui
sebelumnya atau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan
dalam dua dekade terakhir. Contohnya MERS, hepatitis C, hepatitis B, avian
influenza virus, nipah virus, marburgvirus, lyme, lassa fever, hantavirus
pulmonary syndrome, SARS, swine flu.dan penyakit tidak menular seperti dari
tahun ke tahun jumlah kasus kanker paru-paru, serviks, payudara, diabetes
mellitus, hipertensi, dll semakin meningkat.
Re-emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang muncul
kembali setelah penurunan yang signifikan dalam insiden di masa lampau.
Contohnya diphtheria, cholera, ebola virus, human plague, B. Anthracis, C.
Botulinum toxin, F. Tularensis, Y. Pestis, variola virus, viral haemorrhagic fever
viruses.
Penyakit – penyakit Emerging dan Re-emerging pada abad 20 yaitu 1.415
mikroba diketahui menginfeksi manusia, 61% berasal dari hewan dan 3 dekade
terakhir 75% microba berasal dari hewan (zoonosis).
Faktor yang bertanggung jawab pada Re-Emerging dan Emerging disease
adalah :
1. Perencanaan Pembangunan Kota yang tidak semestinya,
2. Ledakan penduduk, kondisi kehidupan yang miskin yang terlalu padat,
3. Industrialisasi dan urbanisasi,
4. Kurangnya pelayanan kesehatan,
5. Meningkatnya perjalanan internasional, globlisasi (gaya hidup),
6. Perubahan prilaku manusia seperti penggunaan pestisida, penggunaan obat
antimikroba yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan penggunaan
vaksin.
7. Meningkatnya kontak dengan binatang,
8. Perubahan lingkungan karena adanya perubahan pola cuaca,
9. Evolusi dari microbial agent seperti variasi genetik, rekombinasi, mutasi dan
adaptasi
10. Hubungan microbial agent dengan hewan perantara (zoonotic encounter)
11. Perpindahan secara massal yang membawa serta wabah penyakit tertentu
(travel disease)
WHO merekomendasikan untuk melakukan tindakan pencegahan dari
penyakit emerging dan re- emerging disease infectious terutama dipelabuhan
udara dan pelabuhan laut, baik didaerah focus agar tidak menyebar ke daerah lain
atau Negara lain, juga dari luar negeri kedalam negeri melalui turis, hewan atau
produk yang berasal dari hewan. Disamping itu masyarakat yang cenderung serba
instan dengan produk yang ada maka akan merubah pola perilaku masyarakat itu
sendiri. Peran pemerintah dalam mengawasi dan memberikan proteksi terhadap
produk-produk yang membahayakan baik dari makanan maupun alat kosmetik.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep Emerging Disease Infectious ?
2. Bagaimana konsep Re- Emerging Disease Infectious?
3. Bagaimana aspek Epidemiologi dari Emerging Disease & Re-Emerging
Disease?
4. Bagaimana Respon Ilmu Kesehatan Masyarakat ?
5. Bagaimana Kebijakan Pencegahan dan Penanggulangan Re – Emerging dan
Emerging Infectious Diseases?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah, yaitu :
1. Mengetahui tentang Emerging Disease dan Re-Emerging Disease.
2. Mengetahui Aspek Epidemiologi dari Emerging Disease & Re-Emerging
Disease.
3. Mengetahui Respon Ilmu Kesehatan Masyarakat ?
4. Mengetahui kebijakan Pencegahan dan Penanggulangan Re – Emerging dan
Emerging Infectious Diseases?
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah, yaitu :
1. Bagi institusi pendidikan menambah informasi, wacana dan referensi tentang
Emerging Disease & Re-Emerging Disease.
2. Bagi penulis dapat mempelajari sedalam mungkin mengenai Emerging
Disease & Re-Emerging Disease. Selain itu penulis dapat mengaplikasikan
ilmu yang di dapat dari media elektrik, buku dan pakar.
3. Bagi pembaca menambah bahan pembelajaran dan gambaran tentang
Emerging Disease & Re-Emerging Disease.
BAB II
PEMBAHASAN
A. EMERGING DISEASE
1. Pengertian Emerging Infectious Disease
Emerging infectious diseases adalah penyakit dengan insidensi yang
meningkat atau yang diperkirakan akan meningkat dalam suatu periode waktu
atau lokasi. Menurut WHO, Emerging infectious diseases (EID) adalah penyakit
yang pertama kali muncul dalam suatu populasi, atau penyakit yang telah ada
sebelumnya tetapi mengalami peningkatan insidensi atau area geografis dengan
cepat.
Emerging infectious diseases merupakan penyakit infeksi yang
kejadiannya pada manusia meningkat dalam dua dasawarsa/dekade terakhir atau
cenderung akan meningkat di masa mendatang. Secara umum EID dapat dibagi
dalam tiga kelompok penyakit, yaitu:
a. Penyakit menular baru (New Emerging Infectious Diseases)
b. Penyakit menular lama yang cenderung meningkat (Emerging Infectious
Diseases)
c. Penyakit menular lama yang menimbulkan masalah baru (Re-Emerging
Infectious Diseases)
Emerging infectious diseases dapat terjadi karena:
a. Mikroorganisme dapat terus berubah/ mutasi atau timbul yang baru
b. Kepadatan penduduk
c. Faktor sosial ekonomi
d. Faktor lingkungan
Emerging infectious diseases sebagian besar (tidak semua) berhubungan
dengan zoonosis (penyakit yang berhubungan dengan hewan) dan mempunyai
dampak internasional karena dapat terjadi PHBEIC (Public Health Emergency Of
International Concern), suatu keadaan gangguan kesehatan (bisa penyakit, atau
dampak kimia/ radiasi, dll) yang menjadi perhatian internasional yang dapat
menyebar antar negara.
2. Faktor Predisposisi
a. Ada beberapa faktor yang menyebabkan dua permasalahan ini selalu
muncul hampir disetiap tahunnya,yaitu :Evolusi dari microbial agent
seperti variasi genetik, rekombinasi, mutasi dan adaptasi
b. Hubungan microbial agent dengan hewan perantara (zoonotic encounter)
c. Perubahan iklim dan lingkungan
d. Perubahan perilaku manusia seperti penggunaan pestisida, penggunaan
obat antimikrobial yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan
penggunaan vaksin.
e. Perkembangan industri dan ekonomi
f. Perpindahan secara massal yang membawa serta wabah penyakit tertentu
(travel diseases)
g. Perang seperti ancaman penggunaan bioterorisme atau senjata biologis.
Beberapa faktor, termasuk pengembangan ekonomi dan penggunaan
lahan, demografi dan perilaku manusia, dan perjalan internasional dan
perdagangan, memberikan kontribusi pada penyakit emergence dan re-emergence.
Banyak microbial agent (virus, bakteri, jamur) yang telah terindikasi
menyebabkan wabah penyakit bagi manusia dan juga memiliki karakteristik untuk
mengubah pola penyakit tersebut sehingga menyebabkan wabah penyakit yang
baru. Seperti yang dirilis dalam National Institute of Allergy and Infectious
Disease (NIAID) yang membagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu :
Grup I : Pathogen baru yang diakui dalam 2 dekade terakhir
Grup II : Re-emerging pathogen
Grup III : Pathogen yang berpontesial sebagai bioterorisme
3. Epidemiologi Emerging Infectious Diseases
Penyakit-penyait infeksi terus menjadi tantangan utama di daerah Asia
Tenggara. Diperkirakan bahwa penyakit bertanggung jawab atas sekitar 40% dari
14 juta kematian setiap tahun di region Asia Tenggara dan sekitar 28% merupakan
penyakit infeksi yang menjadi permasalahan global.
Sedangkan kemunculan penyakit new emerging disease diantaranya
ditandai dengan merebaknya Avian Flu mulai bulan Juni 2005 yang lalu, hingga
tanggal 18 Maret 2007 telah mendekati ribuan Kasus dan sebanyak 86 orang
diantaranya Positif Avian flu serta meninggal 65 orang. Case Fatality Rate (CFR)
atau angka kematian kasus Avian flu pada manusia di Indonesia kini adalah 75,6
persen. Penyakit infeksi yang baru muncul (New Emerging Diseases) dan
mengancam saat ini sebagian besar adalah penyakit bersumber binatang, misalnya
SARS, Avian flu, Hanta-virus Pulmonary Syndrome, Hanta-virus infection with
renal involvement, Japanese Encephalitis, Nipah diseases, West Nile Fever, dan E.
Coli.
Berikut adalah penjelasan dari beberapa Emerging Infectious Diseases
yang pernah terjadi didunia:
a. SARS merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru manusia, pertama kali
ditemukan di Cina pada tahun 2003 yang disebabkan oleh Corona Virus
Pnemunia yang bermutasi hingga terjadi pandemi. SARS memiliki angka
penularan yang tinggi dan pada tahun 2003 WHO menetapkan SARS
merupakan ancaman kesehatan global. Penularan infeksi melalui inhalasi
pernapasan dari pasien yang menderita pada saat batuk atau bersin, atau
kontaminasi tangan penderita.
b. Infeksi virus hanta adalah penyakit infeksi paru yang jarang tapi serius, sering
fatal, disebabkan oleh virus hanta tipe Sin Nombre, sedangkan tipe lain
menyerang ginjal. Virus hanta ditemukan pada rodent, terutama di amerika
utara. Tertular bila menghisap debu terkontaminasi liur, kencing, cairan tubuh
virus yang terinfeksi. Dilaporkan beberapa jenis tikus tertentu di beberapa
pelabuhan laut menunjukkan tes serologi positif terhadap virus hanta.
c. Avian influenza disebabkan oleh virus influenza H5N1, terjadi KLB pada
tahun 1997 dan 2003. Penyakit disebabkan oleh virus influenza yang
menyerang unggas, burung, ayam. Menular dari unggas ke unggas, ke hewan
lain dan ke manusia. Penularan dari manusia ke manusia kemungkinannya
kecil tetapi potensial terjadi terutama bila terjadi mutasi. Secara kumulatif
kasus avian influenza pada tahun 2007 mencapai 118 orang dan 95
diantaranya meninggal. Februari 2008 jumlah kasus 126 orang dan 103
meninggal dunia. Angka kematian mencapai 80,5%.
d. Influenza A ( flu babi ) baru disebabkan oleh virus influenza tipe H1N1. WHO
mengumumkan pandemi global pada tahun 2009. Meskipun influenza yang
ditimbulkan termasuk ringan, tetapi penyebarannya sangat mudah dari
manusia ke manusia menyebabkan tingginya tingkat kesakitan karena virus
influenza ini. Hingga sekarang karakteristik virus H1N1 masih tetap sama
dengan karakteristik virus pertama yang terjadi di Meksiko, tetapi ada
kekhawatiran perubahan atau mutasi genetik dari virus influenza A baru
(H1N1) menjadi lebih berat daripada saat ini.
4. Penjelasan contoh kasus MERS (Middle East Respiratory Syndrome) ( Isu
terkini emerging disease)
A. Definisi
MERS adalah penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan oleh virus
Corona yang menyerang saluran pernapasan dan menimbulkan gejala mulai dari
ringan hingga berat. Middle East Respiratory Syndrome (MERS) adalah penyakit
respiratori akibat virus (viral respiratory illness) yang pertama kali dilaporkan
pada tahun 2012 di egat egati. Penyakit tersebut disebabkan oleh coronavirus yang
disebut MERS-CoV. Kebanyakan orang yang terinfeksi MERS-CoV berlanjut
menjadi penyakit respiratori akut yang parah(severe acute respiratory illness).
Gejalanya berupa demam, batuk, sesak napas. Lebih dari 30% yang terinfeksi
virus tersebut meninggal.
B. EPIDEMIOLOGI
Sejak bulan April 2012, telah dicatat oleh WHO terdapat 206 kasus yang
terinfeksi MERS-CoV, termasuk 86 orang yang meninggal. Distribusi penyakit
MERS terdapat kasus primer dan sekunder. Kasus primer merupakan orang yang
terinfeksi langsung oleh virus tersebut bukan dari orang lain, lebih banyak
menginfeksi orang yang lebih tua dan ber jenis kelamin laki-laki dibanding kasus
sekunder. Kasus sekunder merupakan orang yang terinfeksi MERS-CoV dari
orang lain yang terinfeksi virus tersebut.
Sejauh ini, kasus primer hanya ditemukan di negara timur tengah yaitu
Jordan, Kuwait, Oman, Qatar, Saudia Arabia, dan United Arab Emirates (UAE).
Selain itu, negara lain yang terinfeksi MERS-CoV adalah Perancis, Jerman, Itali,
United Kingdom, Tunisia, Afrika Utara yang kebanyakan merupakan kasus
sekunder dari transmisi negara timur tengah.
Virus mers menyebar ke Indonesia melalui Jemaah haji atau umroh yang
pulang dari arab Saudi, namun pemerintah telah melakukan pemeriksaan kepada
para Jemaah haji atau umroh yang pulang dengan gejala demam dan batuk, dan
sampai saat ini didapatkan hasil negatif, sepanjang Januari hingga April, pasien
dengan suspek MERS dinyatakan negatif setelah dilakukan pemeriksaan
polymerase charin reaction (PCR).
C. ETIOLOGI
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) disebabkan oleh beta
coronavirus yang disebut MERS-CoV atau novel coronavirus.
D. PATOFISIOLOGI
Coronavirus sebagai penyebab MERS, yang dinamakan MERS
Coronavirus, menginfeksi dari reservoir nya yaitu hewan ternak, seperti unta,
domba, kambing serta dapat berkembang biak di tubuh anjing dan kucing.Hal ini
dikarenakan hewan-hewan tersebut memiliki RNA yang dapat memfasilitasi
pembentukan virion-virion baru dari virus ini. Analisis peneliti di dunia sampai
dengan saat ini menyimpulkan bahwa virus corona yang menjadi penyebab MERS
memiliki hubungan spesies dengan coronavirus penyebab SARS. Perbedaannya
adalah virus SARS berkembang biak di dalam kelelawar tanpa menimbulkan
antibody di dalam kelelawar, sedangkan MERS coronavirus mengaktifkan
antibody pada hewan reservoirnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa MERS
Coronavirus memiliki jalur transmisi dari animals to animals, man to man, dan
animals to man.
Virus ini kabarnya menular melalui binatang kelelawar dan onta. Dan
dapat menular antar manusia secara terbatas tidak terdapat transmisi penularan
antar manusia yang berkelanjutan. Jadi dideteksi kemungkinan penularannya
dapat melalui :
Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batu atau bersin.
Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.
E. KLASIFIKASI
1. Kasus Penyelidikan ( Suspek )
Pasien dengan ISPA, yaitu demam atau riwayat demam, batuk dan
pneumonia atau dengan ARDS atau pada pasien Immunocompromised
mempunyai gejala dan tanda yang tidak jelas, disertai SALAH SATU
tanda berikut :
a. Riwayat perjalanan ke Timur Tengah atau egati terjangkit dalam waktu
14 hari sebelum mulainya gejala. DAN pneumonia yang bukan
disebabkan oleh infeksi lainnya.
Penyakit muncul dalam satu cluster yang terjadi dalam waktu 14
hari, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian,
kecuali ditemukan etiologi lain.
Penyakit terjadi pada petugas kesehatan yang bekerja di
RS/layanan kesehatan yang merawat pasien dengan ISPA berat
(SARI), terutama pasien yang memerlukan perawatan intensif,
tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian,
Kasus MERSKasus dalam Penyelidikan (Suspek)Kasus ProbableKasus Konfirmasi
kecuali ditemukan etiologi lain.
b. Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah atau
egati terjangkit dalam waktu 14 hari sebelum mulai sakit selain ISPA
( pada pasien dengan gangguan kekebalan tubuh kemungkinan tanda
dan gejala tidak jelas )
c. Seseorang dengan penyakit pernapasan akut dengan berbagai tingkat
keparahan ( ringan-berat ) yang dalam waktu 14 hari sebelum mulai
sakit, memiliki riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi atau kasus
probable infeksi MERS-CoV yang sedang sakit.
2. Kasus Probable
Yaitu pasien investigasi, dengan bukti klinis, radiologis, atau
histopatologis parenkim paru (Pneumonia atau ARDS) tetapi tidak ada
kemungkinan untuk mendapatkan konfirmasi secara laboratorik
disebabkan pasien atau sampel yang tidak ada atau tes yang tidak tersedia
untuk memeriksa infeksi saluran pernafasan lainnya. Disertai riwayat
berikut :
a. Kontak erat dengan pasien terkonfirmasi secara laboratorik
b. 2.Belum dapat ditentukan jenis infeksi atau etiologi lainnya, termasuk
setelah dilakukannya semua tes dengan indikasi klinis untuk CAP
(Community Acquired Pneumonia)
c. Tidak terdapat pemeriksaan untuk MERS-CoV atau pada satu kali
pemeriksaa specimen yang tidak adekuat hasilnya negative atau hasil
pemeriksaan MERS- CoV tidak meyakinkan.
3. Kasus Konfirmasi
Jika seseorang menderita infeksi MERS-CoV dengan konfirmasi
laboratorium.
F. TANDA DAN GEJALA
Gejala : Demam > 380C, batuk. Sesak, riwayat bepergian ke negara timur
tengah 14 hari sebelum gejala. Pemeriksaan Fisik : Sesuai dengan gambaran
pneumonia. Hasil Radiologi: Foto thorax dapat ditemukan infiltrate, konsolidasi,
sampai gambaran ARDS
G. PENCEGAHAN
Untuk melindungi diri dari kejadian penyakit saluran pernapasan,
hendaknya lakukan beberapa langkah pencegahan sebagai berikut:
a. Health Promotion
Pendidikan kesehatan pada masyarakat untuk melakukan perubahan
prilaku untuk hidup bersih dan sehat serta meningkatkan higien pribadi
dan sanitasi lingkungan dalam lingkungan masyarakat dan sekitarnya
a. Early Diagnosis
Program penemuan penderita melalui survey pada kelompok – kelompok
yang berisiko atau pada populasi umum dan pada pelaporan kasus.
b. Spesifik protection
Tutuplah hidung dan mulut dengan tisu ketika batuk ataupun bersin
dan segera buang tisu tersebut ke tempat sampah
Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum
dicuci
Hindari kontak secara dekat dengan orang yang sedang menderita
sakit, misalnya ciuman atau penggunaan alat makan dan minum
bersama
Bersihkan menggunakan desinfektan untuk membersihkan barang-
barang yang sering disentuh.
c. Disability limitation and prompt treatment
Belum ada vaksin yang tersedia. Pengobatan anti viral yang bersifat
spesifik belum ada, dan pengobatan yang dilakukan sangat tergantung dari
kondisi pasien. Pasien hanya ditempatkan di ventilator dan diberikan
antibiotik untuk mencegah infeksi bakteri sekunder,
d. Rehabilitation
Pendidikan kesehatan kepada para penderita beserta keluarga serta
dilakukannya rehabilitasi fisik dan psikologis pada kasus dan penderita
penyakit Mers.
B. RE-EMERGING DISEASE
1. Pengertian Re- Emerging Infectious Disease
Re-emerging disease atau yang biasa disebut resurging disease adalah
wabah penyakit menular yang muncul kembali setelah penurunan yang signifikan
dalam insiden dimasa lampau. Ada beberapa faktor yang menyebabkan dua
permasalahan ini selalu muncul hampir disetiap tahunnya,yaitu :
Evolusi dari microbial agent seperti variasi genetik, rekombinasi, mutasi
dan adaptasi.
Hubungan microbial agent dengan hewan perantara (zoonotic encounter).
Perubahan iklim dan lingkungan.
Perubahan prilaku manusia seperti penggunaan pestisida, penggunaan obat
antimikrobial yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan
penggunaan vaksin.
Pekembangan industri dan ekonomi.
Perpindahan secara massal yang membawa serta wabah penyakit tertentu
(travel diseases).
Perang seperti ancaman penggunaan bioterorisme atau senjata biologis.
Penyakit menular tergolong Re-Emerging diseases yang menjadi perhatian
saat ini adalah Poliomyelitis, Ebola, Tuberkulosis, Dengue Demam Berdarah,
HIV-AIDS, Demam Typhoid & Salmonellosis, Leptospirosis, Anthrax, Rabies,
Pes, Filariasis, Kolera & penyakit diare lainnya, Pneumococcal pneumonia &
penyakit ISPA lainnya, Diptheria, Lepra, Infeksi Helicobacter, Ricketsiosis,
Pertussis, Gonorrhea & penyakit infeksi menular seksual lainnya, Viral hepatitis,
Campak, Varicella/Cacar Air, Chikungunya, Herpes, Japanese encephalitis,
Infectious Mononucleosis, infeksi HPV, Influenza, Malaria dan lain-lain.
Berikut adalah penjelasan dari beberapa Re-Emerging Infectious Diseases
yang pernah terjadi didunia:
2. Ebola : Infeksi virus ebola pertama kali ditemukan di sudan dan aire 1976.
Kejadian Luar Biasa (KLB) berikutnya 1995, 2000-2001. Sampai desember
2003 masih terjadi KLB di beberapa negara Afrika. Angka kematian 50-90%.
Cara terinfeksi kontak langsung dengan darah, sekret, organ, dan cairan tubuh
penderita/binatang terinfeksi. Reservoir alami adalah primata dan kalelawaar.
Dilaporkan bahwa tes serologi pada kera di Jawa Barat (tanggerang) dan
lampung menunjukkan positif terhadap virus Ebola.
3. HIV/AIDS merupakan penyakit yang mengancam penduduk dunia saat ini.
Ditemukan pertama kali di amerika 20 tahun yang lalu. Penyakit ini adalah
sekumpulan gejala yang terjadi akibat menurunyya daya tahan tubuh
seseorang. Disebabkan oleh virus HIV yang ditularkan melalui hubungan
seksual yang tidak aman, penggunaan jarum suntik yang berulang kali dan
bergantian, dll. Epidemi HIV/AIDS di Indonesia telah bergerak dari satu
tingkat epidemi rendah yaitu prevalensi <1% tingkat epidemi terkonsentrasi
dimana pada kelompok resiko tinggi tertentu telah melebihi 5% seperti di
Sorong, Merauke, Riau untuk kelompok wanita pekerja seksual (WPS) dan
Jakarta, Bali untuk kelompok Intravena Drugs Users (IDUs). Laporan
HIV/AIDS di indonesia secara kumulatif tahun 2001 tercatat 671, HIV 1904
namun diperkirakan di indonesia teradapat 80.000-120.000 ODHA artinya
dalam 10 taun mendatang kemungkinan akan ditemukan 100.000 orang yang
sakit dan meninggal karena AIDS.
4. Kolera : Kolera telah kembali diperkenalkan ke negara-negara dan benua di
mana ia sebelumnya menghilang , dan di mana ia dapat menyebar karena
sistem air dan sanitasi telah memburuk dan langkah-langkah keamanan
pangan yang tidak memadai. Pada tahun 1991 , pandemi kolera 7th mencapai
Amerika di mana kolera belum terdaftar selama satu abad . Pada tahun itu ,
lebih dari 390 000 kasus telah diberitahu di lebih dari 10 negara Amerika
Selatan , yang secara keseluruhan menyumbang 2/3 dari jumlah kasus
diberitahukan di dunia. Pada tahun 1997 , wabah kolera terutama dipengaruhi
Afrika Timur dan , sementara jumlah keseluruhan telah menurun sejak tahun
1991 , masih ada lebih dari 147 000 kasus yang dilaporkan secara global pada
tahun 1997 . Pada tahun 1998 , penyebaran epidemi di Afrika timur dan
selatan dan wabah baru terjadi di Amerika Selatan .
5. Demam dengue : Demam berdarah telah menyebar di banyak bagian Asia
Tenggara sejak tahun 1950 dan kembali muncul di Amerika pada 1990-an
menyusul penurunan pengendalian nyamuk aktif dan penyebaran vektor ke
daerah perkotaan . Infeksi virus dengue sering mengakibatkan berdarah
demam berdarah ( DBD ) di Asia , tetapi jarang di Amerika sampai wabah
parah di Kuba pada tahun 1981 . Demam berdarah dengue telah menyebar dan
selama epidemi di Amerika Tengah dan Selatan pada tahun 1995-1997 , DBD
dilaporkan di 24 negara .
6. Difteri : Difteri kembali muncul di Federasi Rusia dan beberapa negara
republik bekas Uni Soviet pada tahun 1994 dan mencapai puncaknya pada
tahun 1995 dengan lebih dari 50.000 kasus yang dilaporkan . Munculnya
kembali dikaitkan dengan penurunan dramatis dalam program imunisasi
menyusul terganggunya pelayanan kesehatan selama masa gelisah segera
setelah break- up dari Uni Soviet . Sejak itu layanan imunisasi telah didirikan
kembali , membalikkan tren : pada tahun 1996 , 13 687 kasus dilaporkan di
Federasi Rusia .
7. Meningitis meningokokus : meningitis meningokokus terjadi di seluruh dunia
tetapi menghancurkan , epidemi berskala besar terutama telah di daerah Sub -
Sahara kering Afrika , ditunjuk " African meningitis belt " . Sejak pertengahan
1990-an , epidemi di daerah ini telah pada skala belum pernah terjadi
sebelumnya dan epidemi meningitis juga telah muncul di negara-negara
selatan " meningitis belt " . Strain baru Neisseria meningitidis ( serogrup A
III.1 clone ) , yang pertama kali terlihat pada tahun 1980 di Nepal dan Cina ,
telah menyebar ke barat dan sekarang telah didiagnosis pada wabah meningitis
utama di Afrika .
8. Demam Rift Valley ( RVF ) : RVF adalah penyakit zoonosis biasanya
mempengaruhi domba dan sapi di Afrika . Nyamuk adalah sarana utama
dimana virus RVF ditularkan antara hewan dan manusia . Orang kontak
dengan hewan yang sakit kadang-kadang menjadi terinfeksi . Penyakit pada
manusia ditandai dengan demam dan myalgia tetapi , dalam beberapa kasus ,
berkembang menjadi retinitis , ensefalitis atau perdarahan . Setelah hujan
normal berat di Kenya dan Somalia pada akhir 1997 dan awal 1998 , RVF
terjadi di wilayah yang luas , menghasilkan penyakit pada ternak dan
menyebabkan demam berdarah dan kematian di antara populasi manusia .
Luasnya wabah dan tingkat keparahan penyakit itu mungkin karena banyak
faktor , termasuk kondisi iklim , kekurangan gizi , dan , mungkin , rute infeksi.
9. Demam kuning ( YF ) : YF adalah contoh dari penyakit yang vaksin yang
efektif ada tetapi , karena tidak banyak digunakan di berbagai daerah
beresiko , wabah terus terjadi . Ancaman YF hadir di 33 negara di Afrika dan
delapan di Amerika Selatan . Sejak pertengahan 1980-an telah terjadi
peningkatan yang stabil dalam jumlah kasus atau negara melaporkan kasus
( hingga 5 300 per tahun di seluruh dunia ) , namun jumlah sebenarnya dari
kasus yang terjadi bisa banyak kali lebih tinggi , sebagai wabah pada
umumnya terjadi di daerah terpencil daerah dan kehilangan perhatian
pelayanan kesehatan . YF biasanya penyakit dari daerah hutan tropis di mana
virus bertahan pada monyet . Manusia membawanya kembali ke desa mereka
dan jika vektor nyamuk cocok hadir , penyakit ini akan menyebar dengan
cepat dan membunuh sebagian besar penduduk , yang tidak memiliki
kekebalan.
2. Penjelasan kasus Ebola ( Isu terkini Re- Emerging disease)
A. Definisi
Ebola adalah sejenis virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae, dan
juga nama dari penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. Penyakit Ebola
sangat mematikan. Gejala-gejalanya antara lain muntah, diare, sakit badan,
pendarahan dalam dan luar, dan demam. Tingkat kematian berkisar antara 50%
sampai 90%. Asal katanya adalah dari sungai Ebola di Kongo. Penyakit Ebola
dapat ditularkan lewat kontak langsung dengan cairan tubuh atau kulit. Masa
inkubasinya dari 2 sampai 21 hari, umumnya antara 5 sampai 10 hari. Saat ini
telah dikembangkan vaksin untuk Ebola yang 100% efektif dalam monyet, namun
vaksin untuk manusia belum ditemukan.
Virus Ini mulai menular dari salah satu spesies kera di kongo kemudian
mulai menyebar ke manusia, jangka waktu manusia mulai terjangkit virus ini
sampai menemui ajalnya sekitar 1 minggu karena saking ganasnya virus ini.
Virus ini masih berada di dataran Afrika dan kabarnya juga telah sampai
ke Filipina. Suatu ketika Negeri Eropa melakukan pengimporan kera dari kongo,
ketika mengetahui virus ini akhirnya seluruh kera ini dimusnahkan agar tidak
menyebar kemana-mana, dan sampai saat ini belum ditemukan Vaksin yang dapat
menyembuhkan penyakit ini. Transmisi antar manusia terjadi akibat kontak
langsung dengan cairan tubuh yang berasal dari diare, muntah dan pendarahan,
kulit atau membran mukosa. Periode inkubasi virus berlangsung selama 2 sampai
21 hari. Kejadian epidemik Ebola banyak terjadi pada rumah sakit yang tidak
menerapkan higiene yang ketat.infektivitas virus Ebola cukup stabil pada suhu
kamar (20 ° C) tetapi hancur dalam 30 menit pada 60 ° C. Infektivitas juga
dihancurkan oleh dan iradiasi ultraviolet, pelarut lemak, b-propiolactone, and
commercial hypochlorite and phenolic disinfectants. b-propiolactone, dan
hipoklorit komersial dan desinfektan fenolik.
Virus Ebola memiliki struktur dari suatu Filovirus. Virionnya berbentuk
tabung dan bervariasi bentuknya. Biasanya selalu tampak seperti U, 6, gulungan
atau bercabang. Virion virus ini berukuran diameter 80 nm. Panjangnya juga
bervariasi, bahkan ada yang lebih dari 1400 nm, namun biasanya hanya mendekati
1000 nm. Di tengah virion terdapat nukleokapsid yang dibentuk oleh kompleks
genom RNA dengan protein NP, VP35, VP30 dan L. Nukleokapsid berdiameter
40-50 nm dan berisi suatu chanel pusat berdiameter 20-30 nm. Suatu glikoprotein
sepanjang 10 nm yang sebagian berada di luar sarung viral dari virion berfungsi
membuka jalan masuk ke dalam sel inang. Diantara sarung viral dan nukleokapsid
terdapat matriks yang berisi protein VP40 dan VP24.
B. Epidemiologi penyakit Ebola
Asal-usul di alam dan sejarah alami dari virus Ebola tetap menjadi
misteri.Secara umum, virus ini ada yang menyerang manusia (Ebola-Zaire, Ebola-
Ivory Coast dan Ebola-Sudan) dan ada yang hanya menyerang hewan primata
(Ebola-Reston). Tidak ada carrier state karena tidak ditemukan lingkungan alami
dari virus. Namun dari beberapa hipotesis mengatakan bahwa terjadi penularan
dari hewan terinfeksi ke manusia. Pada primata, Ebola-Reston, menyerang
fasilitas penelitian hewan primata di Virginia, AS. Ebola-Reston menyebar
melalui partikel udara.
Virus Ebola pertama kali diidentifikasi di provinsi Sudan dan di wilayah
yang berdekatan dengan Zaire (saat ini dikenal sebagai Republik Congo) pada
tahun 1976, setelah terjadinya suatu epidemi di Yambuku, daerah Utara Republik
Congo dan Nzara, daerah Selatan Sudan. Sejak ditemukannya virus Ebola, telah
dilaporkan sebanyak 1850 kasus dengan kematian lebih dari 1200 kasus
diantaranya (Anonimous 2004). Penyakit ini disebabkan oleh virus dari genus
Ebolavirus yang tergolong famili Filoviridae. Inang atau reservoir dari Ebola
belum dapat dipastikan, namun telah diketahui bahwa kelelawar buah adalah salah
satu hewan yang bertindak sebagai inang alami dari Ebola. Virus Ebola juga telah
dideteksi pada daging simpanse, gorila, Macaca fascicularis dan kijang liar.
Penyebaran virus Ebola dalam skala global masih terbatas. Hal ini
berkaitan dengan transmisinya yang tidak melalui udara dan juga jarak waktu
yang diperlukan virus Ebola untuk menginfeksi satu individu ke individu lainnya.
Selain itu, onset virus yang relatif cepat dapat mempercepat diagnosa terhadap
penderita sehingga dapat mengurangi penyebaran penyakit melalui penderita yang
bepergian dari satu wilayah ke wilayah lainnya.Penyakit ini dapat dikaitkan
dengan kebiasaan manusia, terutama di daerah Afrika, untuk mengkonsumsi
daging hewan liar. Daging hewan liar yang terkontaminasi akan menjadi media
yang efektif dari penularan Ebola pada manusia.Gejala klinis dari penyakit ini
adalah demam secara tiba-tiba, kelemahan, nyeri otot, sakit kepala dan
tenggorokan kering. Kemudian diikuti dengan muntah, diare, ruam pada kulit,
gangguan fungsi ginjal dan hati serta pada beberapa kasus terjadi pendarahan
internal dan eksternal. Hasil temuan laboratoris menunjukkan penurunan jumlah
butir darah putih dan platelet serta peningkatan kadar enzim hati.
C. Patofisiologi penyakit ebola
Penyakit ebola menyebar dan masuk ke dalam tubuh host melalui berbagai
macam cara antara lain melalui jarum suntik , donor darah , dan melalui kontak
lanmgsung tangan.
1. Virus Ebola menginfeksi subjek melalui kontak dengan cairan tubuh atau
sekret dari pasien yang terinfeksi dan didistribusikan melalui sirkulasi.
melalui lecet di kulit selama perawatan pasien, ritual penguburan dan
mungkin kontak dengan daging secara terinfeksi, atau di permukaan
mukosa.Terkadang jarum suntik merupakan rute utama dari eksposur
kerja.
2. Target awal dari replikasi adalah sel-sel retikuloendotelial, dengan
replikasi tinggi dalam beberapa tipe sel di dalam hati, paru-paru dan
limpa.
3. Sel Dendritic, makrofag dan endotelium tampaknya rentan terhadap efek
cytopathic produk gen virus Ebola in vitro dan mungkin in vivo melalui
gangguan jalur sinyal seluler dipengaruhi oleh mengikat, fagositosis
serapan virus atau keduanya. Kerusakan tidak langsung juga dapat
ditimbulkan oleh faktor-faktor yang beredar seperti faktor tumor nekrosis
dan oksida nitrat sehingga kontak langsung antara setiap individu sangat
memegang peranan penting dalam penyebaran dan penularan penyakit
ebola di dalam masyarakat. Karena kita tidak bias menghindari kontak
secara individu .sebab, hal itu terjadi tanpa kita tahu kondisi dan sifat yang
sebenarnya.
D. Tahap pencegahan penyakit ebola
Virus Ebola mampu menular dari satu manusia ke manusia lain hanya
dengan kontak langsung saja. Untuk itu pencegahan terhadap penyakit infeksi
Ebola ini pun cukup sulit. Adapun 5 tahapan pencegahan penyakit ebola dalam
lingkungan masyarakat antara lain :
a. Health Promotion
Pendidikan kesehatan pada masyarakat untuk melakukan perubahan
prilaku untuk hidup bersih dan sehat serta meningkatkan higien pribadi
dan sanitasi lingkungan dalam lingkungan masyarakat dan sekitarnya
b. Early Diagnosis
Program penemuan penderita melalui survey pada kelompok – kelompok
yang berisiko atau pada populasi umum dan peda pelaporan kasus.
c. Spesifik protection
Menghindari diri dari gigitan serangga ,berusaha untuk tidak pergi ke
daerah yang kurang penyinaran matahari dan terdapat binatang ataupun
serangga yang menjadi sumber penularan penyakit tersebut untuk
menghindari terjadinya komplikasi penyakit dan penyebar luasnya
penyakit tersebut dalam masyarakat.
d. Disability limitation
Terapi kompleks pada penderita ebola agar tidak terjadi kematian dengan
menambah konsentrasi minum penderita agar tidak terjadi dehidrasi serta
upaya peningkatan kekebalan tubuh kelompok.
e. Rehabilitation
Pendidikan kesehatan kepada para penderita beserta keluarga serta
dilakukannya rehabilitasi fisik dan psikologis pada kasus dan penderita
penyakit ebola.
C. RESPON ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Peningkatan dan penguatan di bidang pemantauan kesehatan masyarakat
(public health surveillance) sangat penting dalam deteksi dini dan penatalaksaan
emerging dan re-emerging disease ini. Pemantauan secara berkelanjutan dengan
memanfaatkan fungsi laboratorium klinis dan pathologis, pendekatan secara
epidemiologi dan kesehatan masyarakat juga diperlukan dalam deteksi cepat
terhadapat emerging dan re-emerging disease ini.
WHO telah merekomendasikan kepada setiap negara dengan sebuah
sistem peringatan dini (early warning system) untuk wabah penyakit menular dan
sistem surveillance untuk emerging dan re-pemerging disease khususnya untuk
wabah penyakit pandemik. Sistem surveillance merujuk kepada pengumpulan,
analisis dan intrepretasi dari hasil data secara sistemik yang akan digunakan
sebagai rencana penatalaksaan (pandemic preparedness) dan evaluasi dalam
praktek kesehatan masyakarat dalam rangka menurunkan angka morbiditas dan
meningkatkan kualitas kesehatan (Center for Disease Control and
Prevention/CDC), contoh sistem surveillance ini seperti dalam kasus severe acute
respiratory syndrome (SARS), di mana salah satu aktivitas di bawah ini
direkomendasikan untuk harus dilaksanakan yaitu:
Komprehensif atau surveillance berbasis hospital (sentinel) untuk setiap
individual dengan gejala acute respiratory ilness ketika masuk dalam
rumah sakit.
Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena acute
respiratory ilness di dalam komunitas.
Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena acute
respiratory ilness di lingkup rumah sakit.
Memonitor distribusi penggunaan obat antiviral untuk influenza A , obat
antrimicrobialdan obat lain yang biasa digunakan untuk menangani kasus
acute respiratory illness.
Fungsi utama dari sistem surveillance ini adalah :
1. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit.
2. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi
penyakit secara dini.
3. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit
(disease burden) pada populasi.
4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan,
implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan.
5. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan.
6. Mengidentifikasi kebutuhan riset
Sehingga diharapkan munculnya kejadian luar biasa yang bersifat
endemik, epidemik dan pandemik dapat dihindari dan mengurangi dampak
merugikan akibat wabah penyakit tersebut. Tindak lanjut dari hasil surveillance
ini adalah pembuatan perencanaan atau yang lebih dikenal dengan pandemic
preparedness. WHO merekomendasikan prinsip-prinsip penatalaksaan pandemic
preparedness seperti yang tertera di bawah ini:
Perencanaan dan koordinasi antara sektor kesehatan, sektor nonkesehatan,
dan komunitas
Pemantauan dan penilaian terhadap situasi dan kondisi secara
berkelanjutan
Mengurangi penyebaran wabah penyakit baik dalam lingkup individu,
komunitas dan internasional
Kesinambungan penyediaan upaya kesehatan melalui sistem kesehatan
yang dirancang khusus untuk kejadian pandemic.
Komunikasi dengan adanya pertukaran informasi-informasi yang dinilai
relevan.
D. KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RE-
EMERGING DAN EMERGING INFECTIOUS
Pencegahan dan Penangggulangan Penyakit Menular
Yang dimaksud dengan penanggulangan penyakit menular (kontrol)
adalah upaya untuk menekan peristiwa penyakit menular dalam masyarakat
serendah mungkin sehingga tidak merupakan gangguan kesehatan bagi
masyarakat tersebut. EID dan RED adalah penyakit menular. Oleh karena itu,
kebijakan pencegahan dan penanggulangannya mengikuit prinsip dan pola
pemberantasan penyakit menular umumnya, yaitu pemutusan rantai penularan
antara host, agent, environment dengan upaya-upaya sebagai berikut:
1. Penemuan dan pengobatan/ tatalaksana penderita
Upaya ini mencakup penemuan penderita melalui pemeriksaan dan penentuan
diagnosis yang ditindaklanjuti dengan pengobatan yang teat dan segera.
Dalam proses diagnosis dapat mencakup pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium. Upaya ini dilaksanakan pada penanggulangan semua penyakit
menular.
2. Pencegahan dan penanggulangan risiko
Upaya ini dilaksanakan pada penanggulangan penyakit menular yang
teknologi pencegahan dan penanggulangan faktor risikonya telah dietahui,
misalnya dengan imunisasi, peningkatan status gizi, dan peningkatan hyegine
perorangan, peningkatan pelaksanaan surveilans epidemiologi faktor resiko.
3. Penanggulangan vektor
Upaya ini dilaksanakan pada penanggulangan penyakit menular yang
ditularkan vektor seperti vektor malaria (nyamuk anopheles) dengan
penyemprotan; vektor DBD, dan yellow fever (nyamuk Ades aegypti) dengan
fogging, abatisasi,dan pembasmian sarang nyamuk (PSN). Demikian juga
halnya denga pemberantasan tikus di kapal sebagai vektor penyakit pes
dengan cara fumigasi.
4. Pengamatan penyakit/surveilans
Surveilans epidemiologi adalah pengamatan secara teratur dan terus menerus
terhadap semua aspek penyakit terntentu, baik keadaan maupun
penyebarannya dalam satu kelompok penduduk untuk kepentingan
pencegahan dan penanggulangan. Surveilans penyakit menular adalah suatu
keguatan pengumpulan data teratu, peringkasan dan analisis data kasus baru
dari semua jenis penyakit infeksi dengan tujuan untuk identifikasi kelompok
resiko tinggi dalam masyarakat, memahami cara penularan penyakit, serta
berusaha memutuskan rantaiu penularan. Dalam hal ini setiap kasus harus
dilaporkan secara lengkap dan tepat. Keterangan mengenai tiap kasus
meliputi diagnosis penyakit, tanggal mulainya timbul gejala, keterangan
tentang orang yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, dan nomor
telepon(bila ada), serta sumber rujukan bila penderitahasil rujukan (dokter,
klinik, Puskesmas, dll).
Seperti diketahui bahwa peran surveilans dalam pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular adalah sebagai berikut:
a. Memantau perkembangan penyakit menular dari waktu ke waktu
sehingga dapat diketahui peningkatan atau penurunan kejadian penyakit
tertentu.
b. Mengantisipasi kemungkinan terjadinya peningkatan kasus kejadian luar
biasa (KLB)/wabah sehingga langkah pencegahan dan
penanggulangannya dapat segera dilaksanakan.
c. Menyelidiki/menginvestigasi penyakit untuk mengetahui sumber
penyakit, penyebab penyakit, faktor yang mempengaruhinya, pola
penularan dan penyebarannya, serta penanggulangannya.
d. Menangkal masuknya penyakit menular dari luar negeri.
e. Surveilans merupakan kegiatan yang terpenting dalam kaitannya dengan
pencegahan dan penanggulangan Emerging infection karena adanya
kecenderungan peningkatan penyakit tertentu dapat diidentifikasi melalui
kegiatan ini.
5. Perbaikan lingkungan pemukiman dan penyediaan sarana air bersih
Upaya ini dilaksanakan untuk menanggulangi penyakit menular yang
peyebarannya berkaitan erat dengan lingkungan dan air seperti kolera.
6. Penyuluhan Kesehatan masyarakat dan peningkatan peran serta masyarakat
Upaya penanggulangan semua penyakit menular memerlukan dukungan
penyuluhan kesehatan masyarakat. Upaya pencegahan dan penanggulangan
penyakit menular juga memerlukan dukungan peran serta masyarakat dan
dukungan lintas program dan lintas sektor terkait.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang tidak diketahui
sebelumnya atau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan
dalam dua dekade terakhir, contohnya H1N1 (Flu Babi) & MERS. H1N1 adalah
penyakit saluran pernafasan akut pada babi yang disebabkan oleh virus influensa
tipe A yang merupakan singkatan dari dua antigenutama virus yaitu
hemagglutinin tipe 1 dan neuraminidase tipe 1. MERS adalah penyakit sindrom
pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona yang menyerang saluran
pernapasan dan menimbulkan gejala mulai dari ringan hingga berat. MERS
pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di Saudi Arabia.
Re-emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang muncul
kembali setelah penurunan yang signifikan dalam insiden di masa lampau,
contohnya Ebola. Serangan sakit virus Ebola sangat tiba-tiba. Gejala yang
ditimbulkan adalah demam, sakit kepala, sakit sekitar persendian dan otot, sakit
tenggorokan dan tubuh lemah. Virus ini pertama kali ditemukan di Afrika, daerah
selatan Sudan dan Zaire pada tahun 1976 pada tubuh seekor monyet.
B. Saran
Penting dilakukannya deteksi dini dan penatalaksaan emerging dan re-
emerging disease ini dengan pemantauan secara berkelanjutan dengan
memanfaatkan fungsi laboratorium klinis dan pathologis, pendekatan secara
epidemiologi dan kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Simanjuntak Gindol. 1997. Jurnal Pencegahan dan pemberantasan penyakit-
penyakit zoonosa new, emerging dan re – emerging di Indonesia. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal PPM & PLP.
Fatmah Arianti Gobel .New Emerging Disease: Penyebab Penyakit Zaman Modern. (http://www.emerging disease .php [Accesed 29 November 2015)
Dr.Marlinggom Silitonga NPO . Pengendalian Penyakit –Penyakit Infeksius
Emerging Dan Re-Emerging –Surveillance & Response, WHO Indonesia ( diakses tanggal 29 November 2015 ).