Date post: | 27-Dec-2015 |
Category: |
Documents |
Upload: | virranatha |
View: | 80 times |
Download: | 1 times |
Mekanisme Perubahan Budaya pada Fase Founding
and Early Growth di PT Sang Surya Sentosa Abadi
Grand Paper Group
Oleh:
Arif Lelono/WM71/2014023280
Kharisma Kholif Viranata/ WM 71/ 2014023287
Martinus Adhi Pambudi/WM71/2014023289
Novita Anggraeni/WM71/2014023293
Sridhani Lestari Pamungkas/ WM 71/ 2014023300
WIJAWIYATA MANAJEMEN
PPM SCHOOL OF MANAGEMENT
July 2014
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. v
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ....................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
1.3. Metode Penelitian ................................................................................. 3
1.3.1. Jenis Penelitian ......................................................................... 3
1.3.2. Unit Analisis ............................................................................ 4
1.3.3. Sumber Data ............................................................................ 4
1.3.4. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 4
1.3.5. Metode Analisis Data .............................................................. 5
1.3.6. Metode Validitas Data ............................................................. 5
1.4. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 5
1.5. Sistematika Penulisan ........................................................................... 6
BAB 2. LANDASAN TEORI
2.1. Tiga Level Budaya Organisasi .............................................................. 7
2.1.1 Artifacts ..................................................................................... 7
2.1.2 Espoused Value ......................................................................... 8
2.1.3 Basic Assumption ...................................................................... 8
2.2. Mekanisme Perubahan Budaya Organisasi ........................................... 8
2.2.1. Incremental Change Through General and Specific Evolution 10
2.2.2. Self-Guided Evolution Through Insight .................................... 10
2.2.3. Managed Evolution Through Hybrid ....................................... 10
BAB 3. PENGENALAN PERUSAHAAN
3.1. Sejarah Singkat Perusahaan .................................................................. 11
3.2. Data Administratif…………………………………………………… 12
iii
3.3. Legalitas Perusahaan ………………………………………………… 13
3.4. Dewan Komisaris dan Direksi ……………………………………… 13
3.5. Keangotaan dan Sertifikat …………………………………………… 13
3.6. Struktur organisasi …………………………………………………… 14
3.7. Lingkup Pelayanan …………………………………………………… 14
3.8. Prestasi dalam Menangani Proyek …………………………………… 16
3.9. Pelaksanaan Disiplin Kerja di PT. Sang Surya Sentosa Abadi ……… 17
3.9.1. Dasar Pertimbangan Disiplin Kerja ……………………………18
3.9.2. Tujuan Disiplin Kerja ………………………………………… 20
BAB 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Tiga level budaya pada PT Sang Surya Sentosa Abadi ........................ 22
4.1.1 Artifacts ..................................................................................... 23
4.1.2 Espoused Value ......................................................................... 23
4.1.3 Basic Assumption ...................................................................... 24
4.2. Fase Founding and Early Growth......................................................... 24
4.3. Mekanisme Perubahan Budaya ……………………………………… 26
4.3.1. Incremental Change through General and Specific Evolution.. . 26
4.3.2. Insight.......................................................................................... 28
4.3.3. Promotion of Hybrids Within The Culture.............................. 30
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 33
5.2. Saran ..................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 36
LAMPIRAN ............................................................................................................. 37
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Mekanisme Perubahan Budaya Organisasi ........................................................... 10
Tabel 4.1 Data Informan .......................................................................................... 23
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Sistematika Penulisan .................................................................................................. 7
Gambar 2.1 Tiga Level Budaya Organisasi.................................................................................... 8
Gambar 3.1 Visi Misi Perusahaan ....................................................................................... 13
Gambar 3.2 Struktur Organisasi.......................................................................................... 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budaya merupakan hal yang tidak terlepas dari kehidupan bermasyarakat
sehari-hari. Budaya dapat membedakan suatu kelompok tertentu dengan kelompok
lainnya dan dapat juga mengikat anggota kelompok tertentu menjadi satu kesatuan
pandangan yang menciptakan keseragaman perilaku maupun tindakan. Seiring
dengan berjalannya waktu, budaya yang terbentuk di organisasi secara tidak sadar
dan akan melekat pada semua anggota dalam organisasi tersebut.
Budaya organisasi yang kuat dapat mendukung stabilitas dari organisasi
(Robbins dan Judge, 2013). Hal ini berarti budaya organisasi dapat dikatakan sebagai
fundamental yang menjadi kekuatan yang memengaruhi sikap dan perilaku dari
anggota di organisasi. Menurut Schein (2010), budaya organisasi merupakan suatu
pola asumsi-asumsi mendasar yang dipahami bersama dalam sebuah organisasi
terutama dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Pola-pola tersebut menjadi
sesuatu yang pasti dan disosialiasasikan kepada anggota-anggota baru dalam
organisasi. Pernyataan Schein tersebut berarti bahwa budaya dipercaya dapat
memberikan manfaat kepada individu, kelompok, maupun organisasi.
Ada tiga tingkatan atau lapisan budaya organisasi yang digambarkan oleh
Schein (2010). Tiga level budaya tersebut adalah artifacts, espoused value, dan basic
assumption. Artifacts merupakan hal-hal yang terlihat dan nampak di permukaan,
artinya dapat terlihat secara langsung. Hal tersebut adalah fenomena, sesuatu yang
dapat didengar dan dirasakan, produk yang tampak seperti arsitektur, bahasa,
teknologi yang dipakai, produk, gaya berpakaian, mitos, cerita dalam organisasi,
nilai yang dipublikasikan serta perayaan-perayaan tertentu. Espoused value
merupakan nilai-nilai yang dicanangkan oleh si pendiri atau pemimpin dalam
organisasi. Nilai tersebut akan menjadi sebuah keyakinan yang secara eksplisit
diucapkan atau dilakukan tanpa didiskusikan terlebih dahulu. Hal ini terjadi karena
nilai tersebut sudah menjadi norma atau moral yang tertanam di organisasi. Nilai
2
ketiga adalah basic assumption yakni asumsi dasar yang telah ada sebelumnya dan
menjadi panduan perilaku bagi anggota organisasi dalam memandang suatu
permasalahan.
Perubahan merupakan sesuatu yang secara alami akan terjadi dalam setiap
makluk hidup dan segala aktivitasnya, termasuk dalam hal ini adalah organisasi.
Perubahan dalam organisasi terjadi seiring dengan perubahan lingkungan luar,
sehingga diharapkan adaptasi yang dilakukan dapat menjadikan organisasi bergerak
maju. Menurut Schein (2010), perubahan merupakan suatu yang inheren dalam sejak
awal didirikannya sebuah organisasi. Perubahan menurut siklus organisasi dibagi
menjadi tiga tahapan, yakni founding and early growth atau masa pendirian dan awal
perkembangan dari organisasi, kemudian tahapan midlife atau masa kedewasaan, dan
yang terakhir adalah maturity and decline atau masa kematangan dan penuaan.
Berdasarkan paparan diatas, ada keinginan yang cukup kuat untuk meneliti
mengenai budaya dalam organisasi serta perubahan yang terjadi berdasarkan tahapan-
tahapan yang dialami oleh sebuah organisasi. Dalam penelitian ini, organisasi yang
dipilih adalah PT Sang Surya Sentosa Abadi. Adapun beberapa alasannya adalah
perusahaan yang dimaksud merupakan perusahaan kecil berbasis family yang sedang
berkembang, selain itu peran dari pendiri perusahaan masih menjadi pengaruh yang
besar bagi perusahaan.
Dalam melakukan penelitian ini, dibutuhkan sebuah metode yang tepat dan
dapat menjawab pertanyaan penelitian. Metode kualitatif, khususnya deskriptif
digunakan untuk mendeskripsikan fenomena yang terjadi. Creswell (1994)
menyebutkan bahwa studi kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami sebuah
permasalahan manusia atau sosial, berdasarkan pembangunan kompleks, dibentuk
dengan kata-kata, pelaporan pandangan rinci atau informasi dari informan, dan
dilakukan dalam kondisi lazimnya. Secara ringkas, metode ini digunakan untuk
mendeskripsikan proses, makna, dan pemahaman menggunakan kata-kata atau
gambaran secara mendetail.
Untuk mengetahui budaya organisasi pada PT Sang Surya Sentosa Abadi,
data dianalisa menggunakan analisa konten, selanjutnya triangulasi digunakan untuk
3
menguji validitas data. Analisa konten adalah analisa yang diterapkan untuk data
tertulis maupun tidak tertulis untuk kejadian-kejadian khusus (Bordens & Abbott,
2005). Sedangkan triangulasi adalah metode yang menggunakan beragam sumber,
metode, investigaros dan teori yang berbeda untuk mendukung bukti yang
menguatkan.
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dalam penelitian ini, adapun pertanyaan penelitian
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah tiga level budaya yang terdapat pada PT Sang Surya Sentosa
Abadi?
2. Apakah fase atau tahapan perubahan budaya yang terdapat dalam PT Sang
Surya Sentosa Abadi saat ini?
3. Bagaimanakah mekanisme perubahan budaya dalam PT Sang Surya Sentosa
Abadi?
1.3 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan metode yang dilakukan untuk menjawab
pertanyaan dalam penelitian ini. Hal dibawah ini secara merinci akan menjelaskan
mengenai metode penelitian yang digunakan.
1.3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penilitian kualitatif yang mengkaji mengenai
perubahan budaya dalam PT Sang Surya Sentosa Abadi. Penelitian Kualitatif adalah
suatu model penelitian humanistik, yang menempatkan manusia sebagai subjek utama
dalam peristiwa sosial budaya, jenis penelitian ini berlandaskan pada filsafat
fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1928) dan kemudian dikembangkan oleh
Max Weber (1864-1920) kedalam sosiologi (Amanda, 2012).
Salah satu pendekatan kualitatif yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
kualitatif deskriptif. Metode ini dapat membantu untuk mendeskripsikan fenomena
yang terjadi dalam konteks nyata (Yin, 2003). Untuk menjawab pertanyaan dalam
penelitian ini, perubahan budaya akan dideskripsikan secara mendetail.
4
1.3.2 Unit Analisis
Perubahan budaya dalam perusahaan merupakan unit yang dianalisis dalam
penelitian ini. Menurut Berg (2001), unit analisis merupakan fokus atau pusat
permasalahan yang diteliti, seperti individu, grup, organisasi, kota, dan sebagainya.
1.3.3 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu primer
dan sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan dari sumber pertama secara
langsung baik dalam bentuk informasi tertulis atau lisan yang berhubungan dengan
peristiwa atau pengalaman tertentu. Sedangkan data sekunder adalah dokumen
tertulis ataupun objek yang diciptakan terkait dengan penelitian di bidang tertentu
(Berg, 2001).
Data primer dalam penelitian ini didapat dari interview dan observasi.
Kemudian untuk mendukung data primer, data sekunder didapatkan dari dokumen
seperti laporan tahunan, peraturan di perusahaan, website perusahaan.
1.3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data digunakan untuk mengumpulkan informasi yang
nantinya dapat menjawab pertanyaan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui perubahan budaya serta mekanismenya dalam PT Sang Surya
Sentosa Abadi. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan informasi adalah
interview dan observasi.
Menurut Bougie dan Sekaran (2010), interview adalah metode untuk
mengumpulkan informasi secara verbal yang diperoleh dari responden. Interview
dapat dilakukan melalui telepon, diskusi, atau secara one-on-one. Dalam penelitian
ini, interview dilakukan secara langsung dengan informan. Informan adalah
narasumber yang memberikan informasi terkait penelitian. Informan utama adalah
orang yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan diinterview secara mendalam
(Lavrakas, 2008).
Kumar (1996) menjelaskan bahwa observasi adalah cara yang bertujuan,
sistematik, dan selektif dari melihat dan mendengar suatu interaksi atau fenomena
sebagaimana hal tersebut terjadi. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan di kantor
5
PT Sang Surya Sentosa Abadi untuk melihat aktivitas yang terjadi, kemudian
hasilnya direkam dalam laporan hasil observasi.
1.3.5 Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengolah data-data yang kemudian
diterjemahkan kedalam tatanan bahasa yang mudah dimengerti. Menurut Cresswell
(1994), analisis data kualitatif merupakan klasifikasi dari beberapa hal, orang,
kejadian, dan hal yang lain berdasarkan karakteristiknya. Dalam penelitian ini,
analisis isi digunakan sebagai metode untuk mengolah data. Analisis konten adalah
studi mengenai komunikasi yang terekam (Babbie, 2005). Bentuk yang sesuai adalah
buku, majalah, halaman internet, puisi, koran, dan lain sebagainya.
Adapun data yang dianalisa bertujuan untuk menjabarkan tiga level dari
budaya organisasi serta perubahan budaya dan mekanismenya dalam PT Sang Surya
Sentosa Abadi.
1.3.6 Metode Validitas Data
Validitas adalah pengukuran empiris yang secara tepat merefleksikan arti
konsep yang sebenarnya (Babbie, 1990). Maksudnya adalah untuk mengukur
kebenaran dari instrumen yang ingin diuji. Dalam penelitian ini, instrumen yang
digunakan untuk menguji validitas data adalah triangulasi. Triangulasi adalah metode
yang menggunakan beragam sumber, metode, investigator, teori yang berbeda untuk
menguatkan bukti (Creswell, 2007).
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data dan
teori. Artinya untuk meningkatkan validitas, digunakan berbagai informasi yang
menjadi data, serta teori yang mendukung penemuan dalam penelitian ini.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membatasi bahan pembahasan dalam lingkup perubahan
budaya. Unit yang digunakan sebagai analisa adalah mengenai perubahan budaya
yang terjadi dalam perusahaan serta mekanisme perubahannya.
6
1.5 Sistematika Penulisan
Berikut merupakan sistematika penulisan dari penelitian ini.
Gambar 1.1
Sistematika Penulisan
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tiga Level Budaya Organisasi
Menurut Schein (2010), terdapat tiga level budaya yang berbeda yang
digunakan untuk menganalisis kebudayaan. Level tersebut dimulai dari kebudayaan
yang sangat terlihat nyata yang dapat dilihat dan dirasakan hingga bentuk budaya
yang melekat diluar kesadaran serta asumsi-asumsi dasar yang diartikan sebagai
esensi dari kebudayaan. Tiga level tersebut adalah, artifacts, espoused value, dan
basic assumption.
Gambar 2.1
Tiga Level Budaya Organisasi
2.1.1 Artifacts
Artifacts mencakup produk-produk yang terlihat dari organisasi, seperti
arsitektur dari lingkungan fisik perusahaan, bahasa, teknologi, seragam, mitos, serta
cerita-cerita yang ada di organisasi.
8
2.1.2 Espoused Value
Dalam penerapannya, anggota dari sebuah grup mempelajari nilai-nilai
tertentu yang diajarkan oleh pemimpinnya serta berlaku untuk mengurangi
ketidakpastian dalam ranah utama masing-masing sub-organisasi. Hal tersebut
ditransformasikan kepada para anggota agar paham akan tujuan, strategi serta filosofi
perusaha, sehingga nantinya diharapkan mereka tahu bagaimana cara bertindak dan
berperilaku.
2.1.3 Basic Assumption
Basic assumption merupakan sebuah solusi yang telah terbukti berhasil
menyelesaikan sebuah permasalahan yangbdihadapi perusahaan sehingga nilai-nilai
dan kepercayaannyang terkandung dalam solusi tersebut diyakini secara bersama oleh
seluruh anggota organisasi. Dapat dikatakan bahwa basic assumsion adalah
keyakinan kolektif anggota sebuah organisasi atas sebuah cara dalam menyelesaikan
masalah, telah dilakukan berulang kali, dan terbukti berhasil. Apabila sebuah
permasalahan menghampiri sebuah organisasi, organisasi akan menerapkan basic
assumptionnya dalam bentuk perilaku, pemikira, persepsi, dan perasaan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Dapat dikatakan bahwa basic assumption juga
mempengaruhi perilaku, persepsi, pemikiran, dan perasaan dari setiap anggota dalam
organisasi (schein, 2010).
2.2 Mekanisme Perubahan Budaya Organisasi
Budaya organisasi mengalami perubahan seiring dengan bertumbuhnya
organisasi. Schein (2010) telah mengemukakan bahwa terdapat tiga fase pertumbuhan
organisasi yang memiliki tiap – tiap mekanisme perubahan budaya yang berbeda.
Tabel 2.1 berikut merangkum mekanisme perubahan budaya organisasi yang terjadi
di tiap – tiap fase pertumbuhan organisasi.
9
Tabel 2.1
Mekanisme Perubahan Budaya Organisasi
Fase Perkembangan Organisasi Mekanisme Perubahan
Founding and Early Growth 1. Incremental change through general
and specific evolution
2. Insight
3. Promotion of hybrid within the culture
Midlife 4. Systematic promotion from selected
subcultures
5. Technological seduction
6. Infusion of outsider
Maturity and Decline 7. Scandals and explosion of myth
8. Turnarounds
9. Merger and acquisition
10. Destruction and rebirth
Fase awal dari sebuah organisasi adalah fase founding and early growth.
Dalam fase ini, budaya utama sebuah organisasi bersumber dari asumsi-asumsi
pendiri oraganisasi. Paradigma mengenai budaya tersebut melekat dalam benak
anggota organisasi. Apabila organisasi tersebut dapat memenuhi tantangan bisnis dan
berhasil bertahan, sebuah budaya dapat dilihat sebagai sebuah kompetensi pembeda
yang dimiliki organisasi tersebut, dasar bagi identitas anggota organisasi, dan
sebagai “pelekat” psikologis yang mencakup seluruh organisasi (Schein, 2010).
Hal utama yang ditekankan dalam fase awal ini adalah budaya sebagai sebuah
identitas yang membedakan sebuah organisasi dengan organisasi lain. Pada tahap ini,
organisasi berusaha menunjukan budaya secara eksplisit dan mengintegrasikan
budaya dalam seluruh kegiatan perusahaan serta menyampaikan budaya tersebut
kepada para pendatang baru dalam organisasi.
Budaya dalam sebuah organisasi yang baru muncul dan berhasil mencapai
keberhasilan juga dipengaruhi oleh factor berikut: (1) Pencetus budaya masih ada di
10
organisasi (founder), (2) Budaya membantu organisasi dalam mengidentifikasikan
sebuah organisasi dan memecahkan masalah, (3) elemen – elemen dari budaya
organisasi dipahami sebagai bentuk perlindungan atas situasi yang mengkhawatirkan
dan mengancam kelangsungan organisasi. Lalu apa saja mekanisme perubahan yang
terjadi dalam fase founding and early growth?
2.1. Incremental Change Through General and Specific Evolution
Perubahan budaya organisasi tidak banyak terjadi apabila organisasi dalam
kondisi tidak banyak tekanan dari luar dan para pendiri organisasi masih berada
dalam organisasi. Namun, perubahan budaya tetap ada dalam bentuk penguatan
aktivitas – aktivitas terbaik. Proses perubahan terjadi dalam dua proses, yaitu general
evolution dan specific evolution. Dalam proses general evolution, budaya organisasi
secara keseluruhan akan beradaptasi dengan perubahan lingkungan eksternal dan
struktur internal. Asumsi dasar organisasi masih dipertahankan namun bagaimana
bentuk asumsi tersebut terlihat dalam aktivitas organisasi mungkin akan berubah.
Sedangkan dalam Specific Evolution, adaptasi buadaya perusahaan dilakukan oleh
bagian tertentu dalam organisasi yang mengalami dampak dari perubahan eksternal
dan keragaman budaya dalam budaya organisasi.
2.2. Self-Guided Evolution Through Insight
Mekanisme perubahan budaya dalam fase ini bersumber dari pemikiran
kolektif anggota organisasi dalam mengartikan budaya organisasi dan mengartikan
kembali elemen-elemen kognitif dalam budaya organisasi. Dalam proses mengartikan
kembali budaya organisasi, perubahan prioritas atas asumsi dasar atau pembiaran
atas asumsi yang menghambat kesuksesan organisasi mungkin akan terjadi.
2.3. Managed Evolution Through Hybrid
Mekanisme perubahan yang terjadi dalam fase ini bersumber dari pemikiran
pemimimpin perusahaan untuk menghadirkan “hybrid” dari pihak dalam yang
ditempatkan dalam posisi strategis yang memiliki asumsi baru yang dapat lebih
beradaptasi dalam menghadapi perubahan eksternal perusahaan.
11
BAB III
PENGENALAN PERUSAHAAN
3.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Sang Surya Sentosa Abadi dibentuk pada tahun 1994 oleh seorang
insinyur proyek dan secara resmi terdaftar sebagai perusahaan penyedia jasa
konstruksi pada tahun yang sama. Pada pertengahan tahun 1998, seiring dengan
meningkatnya pembangunan, PT. Sang Surya Sentosa Abadi berkembang menjadi
beberapa divisi yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu yaitu Struktur, Mekanikal
Elektrikal dan Manajemen Proyek. Pada tahun 2000, PT. Sang Surya Sentosa Abadi
mulai mengembangkan divisi-divisi yang ada menjadi perusahaan yang berdiri
sendiri dengan tujuan menciptakan perusahan yang lebih spesifik dan profesional.
Pada tanggal 1 Februari 2001, PT. Sang Surya Sentosa Abadi secara resmi telah
terdaftar sebagai perusahaan penyedia jasa konstruksi dengan spesialisasi pada
Bangunan Sipil dan Infrastruktur.
PT. Sang Surya Sentosa Abadi Group :
PT. Sang Surya Sentosa Abadi, Bekasi
PT. Urip Cahaya Sentosa, Bekasi
CV. Urip Bercahaya, Bekasi
CV. Arta Dimensi, Bekasi
PT. Sang Surya Sentosa Abadi memiliki tenaga kerja professional yang
handal, berpengalaman dan mempunyai spesialisasi yang diperlukan. Dengan
didukung penuh oleh kantor pusat selama proses pelaksanaan dari awal hingga
penyelesaian proyek serta sistem teknologi yang diterapkan menjadikan sasaran yang
ingin dicapai dapat diwujudkan.
12
Keuntungan
Pemberi tugas tetap mempunyai kendali atas proyek
Metode kerja yang berorientasi pada mutu, waktu dan biaya.
Memberikan saran dan pemecahan terhadap permasalahan.
Menekan biaya dan resiko
Gambar 3.1
Visi dan Misi
3.2 Data Administratif
1. Nama Perusahaan : PT PT. SANG SURYA SENTOSA ABADI Group
2. Status Perusahaan : Pusat
3. Alamat : Jl. Gandaria Selatan Blok F1 no. 1
Pondok Hijau Permai – Bekasi Timur, 17115
4. Telepon : (021) 822 6332
5. Fax : (021) 8241 6404
6. Email : [email protected]
7. Website : http://www.pts3aindonesia.com
13
3.3 Legalitas Perusahaan
Akta Pendiri : No. 2, Tanggal 01 Februari 1994,
Notaris : Yetty Taher, SH
Akta Perubahan : No. 3, Tanggal 12 Januari 2005,
Notaris : Hanny Sudarmadi, SH
N.P.W.P : 01.347.575.1-062.000
P.K.P : PEM-01049/WPJ.04/KP.1103/2008
T.D.P : 09.03.1.74.41656
S.I.U. : P0117/1.824.51
S.B.U.J.K : 3-3171-1-08-1-09-601555
S.I.U.J.K : 3.601555.09.3171.3.00312
INKINDO : 2842/P/0925.DKI
3.4 Dewan Komisaris dan Direksi
Komisaris : H. Agusta Tjahjono, S.Sos
Hj. Yusnelly, AMK (Ns)
Direktur Utama : H. Agusta Tjahjono
Direktur : Budi Kuncoro, S.E
Direktur Operasional : Novita Anggraeni, S.T
3.5 Keangotaan dan Sertifikat
Keangotaan Profesi :
Gabungan Pengusaha Konstruksi Seluruh Indonesia
Asosiasi Tenaga Ahli Konstruksi Seluruh Indonesia
Asosiasi Pengusaha Konstruksi Indonesia
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia
Sertifikat : ISO 9001:2000
14
3.6 Struktur organisasi
Gambar 3.2
Struktur Organisasi
3.7 Lingkup Pelayanan
a. Perencanaan
Koordinasi dengan Pemberi Tugas, Arsitek dan Konsultan lainnya dalam
menyiapkan dokumen tender dan perhitungan biaya.
Koordinasi dengan Arsitek dan Konsultan Ahli untuk membuat perkiraan
biaya.
15
b. Tender
Bersama dengan Konsultan Arsitek dan Konsultan terkait lainnya untuk
mempersiapkan tender serta menentukan waktu yang tepat.
Memastikan bahwa dokumen tender telah sesuai dengan spesifikasi yang
dikehendaki oleh pemberi tugas.
Membantu pemberi tugas dalam mengevaluasi tender dan negosiasi dengan
pihak kontraktor.
Membantu pemberi tugas dalam membuat dan menyelesaikan dokumen
kontrak untuk kontraktor.
c. Konstruksi
Membuat format untuk pengawasan kemajuan pekerjaan dan pelaporan.
Mengawasi kemajuan pelaksanaan konstruksi dan membuat laporan secara
berkala kepada pemberi tugas sesuai dengan rencana dan kemajuan
pelaksanaan.
Melakukan rapat berkala dilapangan untuk memantau pelaksanaan pekerjaan.
Memastikan kualitas pekerjaan yang telah ditetapkan dilaksanakan.
Pengawasan dan koordinasi untuk pekerjaan yang yang tidak masuk dalam
kontrak (pekerjaan tambah kurang).
Memastikan dokumen proyek dan surat menyurat berjalan dengan semestinya.
Berkoordinasi dengan tim proyek untuk memberikan informasi yang akurat
untuk setiap kejadian khusus yang terjadi dilapangan.
d. Masa Pemiliharaan
Membuat daftar kekurangan dan cacat (Defect List) selama masa
pemeliharaan.
Mengawasi perbaikan, rehabilitas cacat dan kekurangan yang telah
dilaksanakan selama periode pemeliharaan.
16
Menyusun dan menyerahkan laporan akhir dari keseluruhan implementasi
proyek (hingga masa pemeliharaan selesai).
Membuat berita acara serah terima kedua dan selesainya masa pemeliharaan
(FAT - Final Acceptance Test).
Mengkoordinasikan pengadaan As Built Drawing serta Petunjuk Pegangan
(Manual Book) pengoperasian dan perawatan peralatan-peralatan penting
sesuai permintaan dalam spesifikasi.
3.8 Prestasi dalam Menangani Proyek
a. Proyek Menara Conrad
Proyek ini terletak di daerah SCBD-Jakarta. Pengecoran dilakukan dengan volume
yang besar yaitu lebih dari 2000m3 dalam waktu yang singkat (24 jam) untuk suatu
bangunan gedung tingkat tinggi. Total volume beton yang disuplai ke proyek ini
sekitar 89.000 m3. Beton disuplai dari 3 plant utama dan 2 plant yang stand by
(mobile plant) serta melibatkan hampir 100 buah mobil truck mixer. Pemecahan rekor
untuk pengecoran volume terbesar sampai saat ini yaitu dengan volume 12.500 m3
yang dilaksanakan dalam waktu 52 jam.
b. Proyek Apartemen Amartapura
Apartemen Amartapura merupakan apartemen dengan menara kembar yang mewah.
Tinggi bangunan adalah 45 dan 55 lantai dengan jangka wakyu proyek 1995-1996.
Total volume beton untuk proyek ini adalah 55.367 m3. Pengecoran dilakukan dengan
beton mutu tinggi (High Stenght Concrete) di Karawaci dengan memakai mutu beton
f’c 60 dan rata-rata beton yang dihasilkan mencapai K1000. Untuk pengecoran setiap
lantainya ditargetkan harus selesai dalam jangka waktu 1 minggu.
c. Proyek World Trade Center (WTC)
World Trade Center ( WTC ) adalah kompleks perdagangan 15 lantai. Total volume
beton untuk proyek ini adalah sekitar 87.496 m3 dalam waktu 12 bulan. Proyek ini
membutuhkan onsite batching plant.
17
d. Proyek Bendungan Tulung Agung
Proyek Bendungan Wonorejo berlokasi di wilayah terpencil di Jawa Timur.
Bendungan ini juga digunakan untuk menggerakkan hydropower bagi penyediaan
kebutuhan listrik di Jawa Timur. Sekitar 80 % dari total pengecoran adalah
pengecoran beton massal. Total beton untuk proyek ini adalah 65.000 m3.
e. Proyek Empire Tower Kuningan
Pengecoran pada proyek ini dilakukan dengan cara pemompaan dari dasar kolom
yang dipompa ke atas, dimana hal tersebut dilakukan untuk menghasilkan kolom
yang boleh dibilang bebas dari honey comb.
f. Proyek Anjungan Lepas Pantai
Pengecoran beton pada proyek anjungan lepas pantai ini harus disiapkan di
Yogyakarta dan dikirim ke Cilacap dengan jarak waktu yang cukup lama yaitu
dengan selang waktu lebih dari 10 jam.
g. Proyek PLTU Tanjung Jati B Jepara
Pengecoran pengerjaan Chimmey (cerobong) di Proyek PLTU Tanjung jati B Jepara
ini dilakukan secara berkelanjutan yang tidak boleh berhenti sebelum sampai dengan
puncak bangunan. Untuk sementara ini bangunan tersebut adalah bangunan Chimmey
yang tertinggi di Asia yaitu setinggi 240 m dari muka air laut. Sistem yang dipakai
adalah metode slip form. Dari target rencana 90 hari kerja dapat dilaksanakan selama
63 hari.
3.9 Pelaksanaan Disiplin Kerja di PT. SANG SURYA SENTOSA ABADI
Semua perusahaan pada umumnya mempunyai tujuan yang sama dalam melakukan
kegiatan kerja yaitu meningkatkan disiplin kerja, produktifitas yang dituntut dari PT.
SANG SURYA SENTOSA ABADI diantaranya peraturan yang ada dalam setiap
18
perusahaan. Peraturan – peraturan tersebut seperti: Absensi, Jam kerja, dan Tanggung
jawab pekerjaan masing – masing karyawan dan pekerja.
3.9.1 Dasar Pertimbangan Disiplin Kerja
Disiplin kerja PT. SANG SURYA SENTOSA ABADI didasarkan pada pertimbangan
tata kerja dan peraturan disiplin kerja yang berlaku. Adapun tata kerja dan peraturan
disiplin kerja yang berlaku adalah sebagai berikut :
A. Tata Tertib dan Hari Kerja Karyawan
1. Jumlah hari kerja baku adalah 5 (lima) hari kerja dalam seminggu, dengan
jumlah jam kerja efektif tidak melebihi 35 (tiga puluh lima) jam.
2. Untuk pekerjaan – pekerjaan tertentu yang langsung maupun yang tidak
langsung terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan,
ditetapkan jam kerja sebgai berikut :
a. Senin sampai dengan Kamis : pukul 08.00 – 16.00 WIB dengan waktu
istirahat selama 1 (satu) jam mulai pukul 12.00 – 13.00 WIB.
b. Jum’at pukul 08.00 – 16.30 dengan waktu istirahat mulai pukul 11.30 –
13.00 WIB.
c. Sabtu sampai minggu sama seperti senin sampai kamis.
3. Peraturan jam kerja untuk bidang tugas administrasi dan ketatausahaan
dipadatkan menjadi 5 (lima) hari kerja efektif sebagai berikut :
a. Senin sampai dengan Kamis : pukul 08.00 – 17.00 WIB dengan waktu
istirahat selama 45 (empat puluh lima) menit mulai pukul 12.00 – 12.45
WIB.
b. Jum’at pukul 08.00 – 16.30 dengan waktu istirahat mulai pukul 11.30 –
13.00 WIB.
4. Karyawan diwajibkan mengisi daftar absensi (jam kedatangan/masuk,
istirahat, jam pulang).
5. Karyawan yang tidak masuk kerja, wajib memberitahukan kepada atasan
langsung atau atasan yang menggantikan secara lisan dan atau tulisan sebelum
jam masuk kerja.
19
6. Karyawan yang melanggar ketentuan butir (7) dikenakan sanksi berupa
dikategorikan mangkir.
7. Karyawan yang hendak meninggalkan pekerjaan pada jam kerja karena
sesuatu keperluan, wajib meminta ijin kepada atasan langsung atau atasan
yang menggantikan.
8. Karyawan yang tidak masuk kerja karena mangkir upahnya tidak dibayar.
Ketentuan ini tidak berlaku apabila : Tidak masuk kerja karena sakit;
Karyawati yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haid; Menikah;
Menikahkan anak; Menhkhitan anak; Membaptis anak; Istri melahirkan;
Suami/istri/orang tua/mertua/menantu/anak/anggota keluarga dalam suatu
rumah meninggal dunia; Karyawan/karyawati berangkat haji/imroh;
Karyawan yang menjalankan kewajiban terhadap negara, sebagaimana yang
diatur dalam undang – undang No. 13 tahun 2003.
9. Karyawan yang mangkir sebanyak 3 (tiga) hari atau lebih secara berturut –
turut atau tidak berturut – turut dalam satu bulan, dikenakan sanksi peringatan
II.
10. Karyawan yang mangkir selama 5 (lima) hari atau lebih berturut – turut dan
telah dipanggil oleh perusahaan 2 (dua) kali secara patut dan tertulis,
dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan perusahaan karena
dikualifikasikan mengundurkan diri.
B. Tata Kerja dan Peraturan PT. SANG SURYA SENTOSA ABADI
1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 45, Negara dan
Perusahaan.
2. Mengutamakan kepentingan Perusahaan di atas kepentingan golongan atau
diri sendiri, serta menghindari segala sesuatu yang dapat mendesak
kepentingan golongan, diri sendiri atau pihak lain.
3. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Perusahaan.
4. Mengangkat dan mentaati sumpah/janji Karyawan dan sumpah/janji jabatan
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
20
5. Menyimpan rahasia perusahaan dan atau rahasia jabatan dengan sebaik –
baiknya.
6. Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan Perusahaan baik yang
langsung menyangkut tugas perusahaan maupun yang berlaku secara umum.
7. Melaksanakan tugas perusahaan dengan penuh pengabdian, kesadaran dan
tanggung jawab.
C. Hukuman Disiplin Kerja
Hukuman disiplin pada PT. SANG SURYA SENTOSA ABADI terdiri dari berbagai
tingkatan yaitu sebagai berikut :
1. Hukuman disiplin ringan
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
2. Hukuman disiplin sedang
a. Pengurangan uang makan dan uang transportasi
b. Penundaan kenaikan jabatan
3. Hukuman disiplin berat
a. Penurunan pada pangkat yang setingkat lebih rendah
b. Pemberhentiaan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
c. Pembebasan dari jabatan
d. Pemberhentian dengan tidak hormat sebagai karyawan
3.9.2 Tujuan Disiplin Kerja
Tujuan dari disiplin kerja ini untuk mencapai tingkat produktivitas kerja
yang tinggi. Selain itu terdapat beberapa hal yang perlu dipahami oleh para karyawan
tentang disiplin kerja, hal ini diperlukan untuk menambah semangat kerja dari para
karyawan.
21
Adapun tujuan disiplin kerja adalah sebagai berikut :
1. Penghargaan terhadap waktu kerja
Seperti misalnya :
a. Datang dan pulang sesuai dengan ketentuan yang berlaku
b. Menggunakan jam kerja sebagaimana mestinya
2. Kondisi keteraturan
Seperti misalnya :
a. Kantor bersih
b. Arsip tersusun rapih
3. Karyawan memahami peraturan yang ada untuk tidak seenaknya keluar masuk
bukan untuk keperluan kerja.
4. Apabila karyawan berhalangan hadir agar memberitahukan pada pihak kantor.
22
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada sub-bab ini terdapat penjelasan mengenai hasil analisa data yang dapat
menjawab pertanyaan penelitian. Adapun topik penelitian adalah mengenai fase dari
perubahan budaya yang ada pada PT Sang Surya Sentosa Abadi, kemudian
ditemukan bahwa perusahaan mengalami fase awal dalam perubahan budaya, yakni
fase Founding and Early Growth.
Sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini, yakni kualitatif,
jadi data yang diperoleh dalam penelitian ini berdasarkan hasil wawancara dengan
informan. Dalam hal ini, informan adalah orang yang memiliki pengetahuan dan
pemahaman mengenai kultur yang ada di perusahaan. Penelitian ini menggunakan
dua jenis informan, yakni informan utama dan informan pendukung. Berikut adalah
detail penjelasan dari informan.
Tabel 4.1
Data Informan
No Nama
Informan
Inisial Divisi Fungsional Lama
Bekerja
Usia
1 Agusta Tjahjono AT Direktur Utama 24 tahun 50 tahun
2 Baso Siswandi BS Manajer HRD 7 tahun 52 tahun
Informan utama yang memberikan banyak informasi yang merupakan data dalam
penelitian ini adalah Direktur Perusahaan, sedangkan informan pendukung yang
memberikan informasi sehingga dapat menambah keakuratan data adalah Manajer
HRD.
4.1 Tiga level budaya pada PT Sang Surya Sentosa Abadi
Menurut Schein (2010), terdapat tiga level budaya yang berbeda yang
digunakan untuk menganalisis kebudayaan. Level tersebut dimulai dari kebudayaan
23
yang sangat terlihat nyata yang dapat dilihat dan dirasakan hingga bentuk budaya
yang melekat diluar kesadaran serta asumsi-asumsi dasar yang diartikan sebagai
esensi dari kebudayaan. Tiga level tersebut adalah, artifacts, espoused value, dan
basic assumption.
Berikut adalah analisis dari tiga level budaya yang terdapat pada PT Sang
Surya Sentosa Abadi.
4.1.1 Artifacts
Level budaya ini mencakup produk-produk yang terlihat dari organisasi,
seperti arsitektur dari lingkungan fisik perusahaan, bahasa, teknologi, seragam, mitos,
serta cerita-cerita yang ada di organisasi. Perusahaan ini memiliki beberapa artifacts
yang dapat langsung dirasakan ketika peneliti pertama kali berkunjung ke kantor
pusat, hal tersebut terangkum dalam poin-poin berikut ini,
a. Seluruh karyawan perusahaan menggunakan seragam yang telah
ditentukan.
b. Adanya pemberian alat komunikasi sebagai salah satu sarana
penyampaian informasi dan diskusi.
c. Interior ruangan yang tidak bersekat.
d. Jadwal evaluasi rutin yang diselenggarakan setiap minggu.
e. Budaya open communication, yang memfasilitasi keterbukaan
informasi. Hal tersebut didukung oleh dokumen resmi dari Depnaker
yang diinformasikan kepada setiap pegawai.
4.1.2 Espoused Value
Dalam penerapannya, anggota dari sebuah grup mempelajari nilai-nilai
tertentu yang diajarkan oleh pemimpinnya serta berlaku untuk mengurangi
ketidakpastian dalam ranah utama masing-masing sub-organisasi. Hal tersebut
ditransformasikan kepada para anggota agar paham akan tujuan, strategi serta filosofi
perusaha, sehingga nantinya diharapkan mereka tahu bagaimana cara bertindak dan
berperilaku. Nilai espoused value dalam PT Sang Surya Sentosa Abadi adalah.
a. Kejujuran
24
b. Open manajemen
c. Gigih
d. Tekun
4.1.3 Basic Assumption
Basic assumption merupakan sebuah solusi yang telah terbukti berhasil
menyelesaikan sebuah permasalahan yang dihadapi perusahaan sehingga nilai-nilai
dan kepercayaannyang terkandung dalam solusi tersebut diyakini secara bersama oleh
seluruh anggota organisasi. Dapat dikatakan bahwa basic assumsion adalah
keyakinan kolektif anggota sebuah organisasi atas sebuah cara dalam menyelesaikan
masalah, telah dilakukan berulang kali, dan terbukti berhasil. Apabila sebuah
permasalahan menghampiri sebuah organisasi, organisasi akan menerapkan basic
assumptionnya dalam bentuk perilaku, pemikiran, persepsi, dan perasaan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Dapat dikatakan bahwa basic assumption juga
mempengaruhi perilaku, persepsi, pemikiran, dan perasaan dari setiap anggota dalam
organisasi (Schein, 2010).
PT Sang Surya Sentosa Abadi memiliki basic assumption yang sangat kuat
dan telah terbukti mampu menyelesaikan setiap permasalah yang menghampiri.
Bentuk Basic assumption dari PT Sang Surya Sentosa Abadi adalah kebersamaan
yang telah terbangun kuat diseluruh benak anggota organisasi dan sangat sulot untuk
diubah. Kebersamaan telah tercermin jelas dengan kegiatan diskusi rutin serta open
communication yang selalu ada di dalam perusahaan tersebut.
4.2 Fase Founding and Early Growth
Setiap perusahaan melewati tahap perkembangan yang terdiri dari 3 tahap,
yang salah satunya yaitu fase Founding and Early Growth. Dimana pada tahap ini
merupakan tahap awal perusahaan dengan membedakan perusahaan ini dari
lingkungan sekitarnya dan dari perusahaan lainnya. Perusahaan membuat budaya
yang akan diterapkan secara eksplisit, berintegrasi sebanyak mungkin dan
mengajarkan bentuk- bentuk budaya tersebut kepada pendatang baru, termasuk
25
proses- proses penyeleksian awal (Schein, 2010). PT. Sang Surya Sentosa Abadi
dibentuk dari kumpulan teman- teman terdekat pimpinan perusahaan walaupun tidak
memberi andil saham. Latar belakang perusahaan ini dibentuk karena ada syarat
untuk proses pengiriman tenaga ahli konstruksi untuk proyek- proyek di luar negeri.
Namun, pimpinan perusahaan melihat adanya peluang membentuk perusahaan baru
untuk memenuhi syarat tersebut. Dengan menanamkan nilai yang dibawa oleh
pimpinan perusahaan, maka perusahaan ini mampu berkembang dengan dilandasi
kepercayaan dari client. Hal ini terbukti dengan hasil wawancara kami kepada pihak-
pihak internal perusahaan yang menjadi objek penelitian kami yang menyatakan
bahwa,
“Dari kecil kan sejak ’94. sebenernya jadi PTnya sejak tahun 2004 juga
sudah ada PT cuman ngga aktif. Resmi kita joint dengan, artinya joint itu
pinjem nama lah ya, nama orang, pokonya saya pinjem nama, syaratnya
kan harus ada orang luar, waktu itu dia belum 17 tahun (menunjuk
manajer operation), eh belum bisa, kemudian saya ama istri aja, ya
akhirnya saya ajak kawan yang deket dengan saya, saya kasih saham,
padahal dia ngga punya. Kita buatlah PT. Berawal dari syarat untuk
mengirim tenaga kerja ke luar negeri, itu kan harus punya PJTKI, dari
pada kita bayar orang, lebih baik ya kita dari PT kita sendiri, seperti orang
jepang lah, kan selalu dari dari awal tahun ’94 sampai dengan saat ini
saya selalu menjadi rekanannya perusahaan jepang. Tidak pernah kita
dapat dari perusahaan lokal atau perusahaan yang ecek-ecek lah ya.”
Salah satu kondisi yang menunjukan bahwa PT Sang Surya Sentosa Abadi
masih berada pada tahap Founding and Early Growth yaitu masih menerapkan nilai-
nilai yang dibawa oleh pimpinan perusahaan sejak awal sukses membuat perusahaan
berkembang dan menjadikan perusahaan lebih kokoh karena 1) Budaya utama dari
pendiri perusahaan masih diterapkan, 2) Budaya membantu perusahaan
mendefinisikan dirinya sendiri dan membuat cara sendiri untuk menghadapi situasi
genting, 3) Banyak elemen dari budaya yang telah dipelajari sebagai upaya mengatasi
kecemasan dan menjaga kestabilan perusahaan (Schein, 2010. p-274). Hal ini dapat
ditunjukan dari hasil wawancara kami dengan informan,
26
“Yang pertama masuk, yang saya lihat sih kebersamaannya ya sejak
organisasinya masih sederhana, jadi kalo ada apa-apa bisa langsung ke
top management, dan itu masih dipegang valuenya”
Selain itu, kekuasan PT Sang Surya Sentosa Abadi masih dipegang oleh
pendiri perusahaan ini dan belum terjadi pengalihan atau pemindahan kekuasaan
kepada generasi kedua atau kepada pihak luar. Hal ini sejalan dengan konsep yang
dikemukakan oleh Schein (2010) mengenai karakteristik perusahaan yang masih
berada pada fase perkembangan kebudayaan Founding and Early Growth. Dapat
dikatakan bahwa ketika terjadi sebuah permasalahan, karyawan dapat langsung
mengkomunikasikan permasalahan tersebut kepada pendiriperusahaan atau
manajemen puncak lainnya karena personil dari perusahaan masih kecil. Informasi ini
didapat berdasarkan pernyataan dari AT,
“Organisasinya masih kecil, sederhana, jadi kalo ada apa-apa bisa
langsung ke top management.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa perusahaan ini memang benar dalam tahap Founding
and Early Growth yang ditunjukan dengan pernyataan dari informan diatas.
4.3 Mekanisme Perubahan Budaya
Mekanisme perubahan yang terdapat pada fase Founding and Early Growth
merupakan budaya yang berasal dari asumsi pendiri organisasinya. Dalam fase ini
ada tiga jenis perubahannya, yaitu Incremental Change through General and Specific
Evolution, Evolution through Insight, dan Evolution through Hybrids. Masing-
masing jenis dari perubahan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
4.3.1 Incremental Change through General and Specific Evolution
Mekanisme perubahan yang dialami PT Sang Surya Sentosa Abadi dalam fase
Founding and Early Growth berawal dari Incremental Change through General and
Specific Evolution, hal ini berarti bahwa terjadinya general and specific evolution
disebabkan karena si pendiri masih ada di dalam perusahaan. Menurut Schein (2010),
27
perubahan dari lingkungan luar dan struktur internal akan memengaruhi proses dalam
general evolution. Oleh karena itu, seluruh budaya dan prinip dasar dalam perusahaan
juga ikut beradaptasi. Asumsi dasar yang masih dipertahankan dalam perusahaan
dapat dimunculkan dengan bentuk yang berbeda serta dapat pula membentuk sebuah
pola perilaku baru yang mengubah karakteristik dari asumsi dasar.
Dalam perusahaan, value awal tersebut mengalami perubahan karakteristik
sedikit demi sedikit. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh BS,
“Itu masih dipegang, tapi kita juga sistem juga mulai baik, manajemen
juga udah mulai baik, seiring dengan semakin berkembang dan semakin
banyaknya karyawan.”
Hal ini berarti perusahaan masih memegang value yang telah diterapkan sejak
awal, namun seiring dengan perkembangan jaman mengharuskan perusahaan untuk
beradaptasi dengan mengimplementasikan sistem baru yang bisa mengelola
perusahaan dengan baik. Penerapan sistem baru tersebut merupakan hasil adaptasi
dari struktur internal perusahaan terhadap lingkungan luar.
Contoh lain mengenai general evolution adalah dimana ada kejadian yang
menyebabkan Direktur melakukan generalisasi kontrol dan respon kepada seluruh
karyawan. Nilai kejujuran yang seharusnya tertanam secara menyeluruh pada
karyawan dihancurkan oleh perilaku beberapa karyawan yang berusaha mencari
keuntungan untuk dirinya sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari AT,
“Banyak laporan pajak yang baru saya tahu. Saya kan ngecek sendiri,
saya seneng baca buku tokoh-tokoh pengusaha yang ngetop, saya
separuhnya ngikut punya BHS, separuhnya ngikut ciputra. Ciputra apa,
nggak percayaan dengan orang, jadi saya nyuruh, tapi saya lakukan
sendiri juga, saya ikutin, ohya, saya ngecek gitu. Begitu ketauan saya
langsung sikat langsung, artinya bukan dikeluarin, saya tembak langsung.
Jadi setiap senin saya ada briefing, briefingnya ya itu nembakin orang
“Kamu begini, kamu begini” nggak pake tedeng aling-aling kalo saya
“Kemarin kamu naikin harga sekian..” gitu aja..”
28
Dapat disimpulkan, dikarenakan adanya permasalahan yang dilakukan oleh
minoritas di perusahaan, Direktur mengimplementasikan peraturan yang harus
dipatuhi secara mayoritas, yakni sistem kontrol baru yang diimplementasikan kepada
seluruh karyawan.
Specific evolution adalah perubahan yang terkait dengan adaptasi dari bagian
tertentu dalam organisasi menanggapi keadaan dari sebuah lingkungan tertentu serta
merupakan dampak dari perbedaan sub-kultur dari budaya utama. Untuk mencapai
tujuannya, perusahan melakukan perubahan lainnya yang disesuaikan dengan
kebutuhan, hal ini sesuai dengan pernyataan dari AT,
“Lebaran saya mau ubah lagi, ada divisi luar negeri ada divisi dalam
negeri, jadi ada beberapa orang “Pak saya ngga usah dikirim diluar
negeri, didalam negeri aja, dalam negeri juga mulai banyak kerjaannya”
yasudah, divisi luar negeri, divisi dalam negeri.”
Perubahan tersebut dipandang sebagai specific evolution karena perubahan
yang ada terjadi tidak secara menyeluruh, melainkan hanya merupakan
perkembangan dari struktur perusahaan.
Tidak hanya sampai disitu, perubahan secara sub-kultur lainnya juga terjadi
untuk meningkatkan customer satisfaction. Dalam hal ini direktur menyediakan
fasilitas untuk mempelajari bahasa dan budaya dari customer yang telah dan akan
melakukan kerja sama dengan perusahaan, sesuai dengan pernyataan AT,
“Saya ngga sayang-sayang ngursuskan bahasa jepang setiap hari.”
Hal ini berarti untuk beradaptasi dengan lingkungan luar, perusahaan juga melakukan
perubahan secara parsial.
4.3.2 Insight
Salah satu mekanisme perubahan budaya yang terjadi di PT Sang Surya
Sentosa Abadi adalah Insight yang didapatkan melalui proses evaluasi bersama
antara karyawan PT sang Surya Sentosa Abadi dan Manajemen. Schein (2010) dalam
pembahasan mekanisme perubahan budaya organisasi yang bersumber dari insight,
29
mengemukakan bahwa sebuah organisasi berusaha memperbaharui dan mengartikan
kembali kebudayaannya dalam rangka beradaptasi dengan perubahan lingkungan
eksternal untuk mencapai kondisi perusahaan yang lebih baik. Konsep Schein
tersebut ternyata telah diaplikasikan oleh PT Sang Surya Sentosa Abadi selama
menjalankan kegiatan bisnisnya. Sesuai informasi yang didapatkan berdasarkan hasil
wawancara dengan Manajer Divisi Sumber Daya Manusia, evaluasi bersama antara
karyawan dan manajemen puncak mengenai performa dari perusahaan selalu
dilakukan dalam rangka menciptakan manajemen dan sistem yang lebih baik minimal
satu bulan sekali. Proses evaluasi dilakukan dengan komunikasi terbuka serta masih
mengusung sifat kebersamaan yang kuat tertanam dalam perusahaan. Setiap
karyawan berhak menyatakan pendapat mengenai solusi pemecahan masalah yang
dihadapi. Hal tersebut membuat penerimaan yang baik oleh karyawan mengenai
mekanisme perubahan yang terjadi. Selain itu, karyawan juga memiliki motivasi yang
sama untuk memajukan perusahaan.
“Top management itu minimal satu bulan sekali pasti control atau
evaluasi ya, apa yang telah kita capai, apa ke depan yang mau kita capai,
dan apa yang akan kita kerjakan. Pasti ada suatu kejadian yang harus kita
“nanti jalannya seperti ini loh” pasti ada seperti itu. Kalau saya lihat
mereka rata-rata menerima dan mereka bisa mengerti, dan rata-rata
mereka punya motivasi yang sama untuk memajukan perusahaan, jadi
selama perusahaan ini bergerak maju ke depan kan mereka kembali
kepada mereka masing-masing.”
PT sang Surya Sentosa Abadi juga memiliki budaya yang lebih adaptif
melalui proses insight dan mampu menyesuaikan prioritas asumsi perusahaan agar
mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi perusahaan (Schein. 2010). Hal
tersebut dibuktikan berdasarkan salah satu hasil wawancara dengan Direktur Utama
PT Sang Surya Sentosa Abadi yang menyatakan bahwa terdapat proses adaptasi dan
prioritas asumsi ketika memiliki proyek dengan perusahaan yang berasal dari Al
Jazair. Direktur Utama PT Sang Surya Sentosa Abadi langsung menginisiasi rapat
bersama untuk membahas mengenai kebudayaan dari Al Jazair yang harus diadaptasi
oleh PT Sang Surya Sentosa Abadi. Selain itu, Direktur Utama juga mengadakan
30
komunikasi terbuka mengenai langkah antisipatif dan pengawasan yang akan
dilakukan selama proyek dengan Al Jazair berlangsung. Salah satu bentuk
pengawasan yang dilakukan adalah dengan mengirimkan personil dari PT Sang Surya
Sentosa Abadi sebagai pendamping proyek di Al Jazair.
“Jadi ya kita langsung kita rapatin bareng, ini gimana, untuk ini supaya
untuk menerima budaya eropa itu gimana, kita bahas rame-rame, semua,
kita open manajemen kok. Nah ini sekarang ada pendampingan mbak,
kan baru nih ada personil aljazair, bergantian 1 bulan kesana, sekarang
gantian.”
Dapat dikatakan bahwa PT Sang Surya Sentosa abadi telah mengalami
mekanisme perubahan budaya yang bersumber dari komunikasi terbuka dan evaluasi
rutin antara karyawan dan manajemen puncak sebagai bentuk pencarian insight dan
pemecahan masalah yang sedang dihadapi perusahaan. Proses mekanisme pencarian
insight tersebut tetap menjaga asumsi kebersamaan yang tertanam dalam organisasi
namun organisasi mampu beradaptasi dengan memprioritaskan asumsi-asumsi
tertentu seperti pengawasan pada proyek di luar negeri. Selain itu, dalam proses
mekanisme perubahan budaya yang mengusung keterbukaan komunikasi, mampu
menumbuhkan motivasi bersama karyawan untuk membawa perusahaan pada kondisi
yang lebih baik.
4.3.3 Promotion of Hybrids Within The Culture
Mekanisme ini dapat bekerja dalam perusahaan PT. Sang Surya Sentosa
Abadi ketika pemimpin senior dalam perusahaan dapat melihat apa yang dibutuhkan
perusahaan untuk berubah dan apa yang menghilang dalam budaya organisasi atau
yang menghambat kinerja perusahaan untuk meraih tujuannya, dan jika pemimpin
tersebut sudah menemukan apa yang dia butuhkan maka dia dapat memilih “hybrids”
sebagai mekanisme perubahan yang diinginkan.
Dalam tahap ini perusahaan PT. Sang Surya Sentosa Abadi pernah melibatkan
orang luar dalam mencari jalan keluar suatu permasalahan yang terjadi dalam
31
perusahaan, dan pada akhirnya perusahaan memasukan orang luar tersebut kedalam
struktur manajemen perusahaan. Dikarenakan dengan adanya orang tersebut dalam
perusahaan dapat memberikan nilai-nilai, kepercayaan dan asumsi baru dalam budaya
organisasi yang dapat menyelesaikan masalah perusahaan PT. Sang Surya Sentosa
Abadi. Hal ini sesuai dengan informasi pada laporan hasil observasi,
”Awalnya kami selalu menemui kesulitan saat berhadapan dengan
preman- preman di lokasi proyek kami yang meminta jatah "uang
keamanan" berjumlah sangat besar kepada kami. Bahkan terkadang
preman- preman tersebut memblockir jalan agar truck mixer yang menuju
lokasi Proyek kami tidak sampai. Lalu pimpinan Perusahaan kami
berkonsultasi kepada temannya yang juga petinggi ABRI untuk mencari
solusi dari permasalahan tersebut. Suatu waktu, ketika teman pimpinan
Perusahaan kami membantu menangani dan terjun langsung ke lapangan,
permasalahan tersebut dapet teratasi. Kami menerapkan cara yang sama
setiap menemui permasalahan yang sama, pada akhirnya pimpinan kami
memutuskan untuk mengajak temannya bergabung dengan Perusahaan
kami dan ditunjuk sebagai Direktur GA.”
Selain itu, sesuai informasi yang didapatkan berdasarkan hasil wawancara
dengan Direktur perusahaan, dalam merangka mencari informasi atau ide untuk
menyelesaikan suatu masalah perusahaan, beliau sering berkonsultasi dengan teman –
teman dekatnya yang ia percaya.
“Iya saya ngobrol palingan sama temen2 aja, ketemu temen
pemecahannya ya saya ngomong..ini harus diapain.. “udah ada, SP 1”,
palingan begitu kan temen2..”
Hal ini membuktikan bahwa PT. Sang Surya Sentosa abadi pernah
mengaplikasikan mekanisme perubahan “hybrids” dalam perusahaanya. dengan
masuknya orang luar ke dalam manajemen perusahaan, hal tersebut dapat mengubah
paradigma dasar organisasi dan nilai – nilai yang dibutuhkan untuk melangkah
menuju ke pemikiran yang baru dengan cara bekerja yang baru guna untuk
menyelesaikan masalah yang terjadi dalam perusahaan. Tetapi tidak semua ide atau
pemecahan masalah yang diberikan oleh orang luar berhasil diterapkan didalam
32
organisasi perusahaan PT. Sang Surya Sentosa Abadi, hal tersebut dikarenakan orang
luar tidak begitu memahami situasi dan budaya yang terjadi di organisasi. Hal ini
sesuai dengan kutipan hasil interview dengan AT,
“belum tentu berhasil, hanya paling ngga, ga kita pendem sendiri di
kepala”
Sesuai dengan teori mengenai managed evolution through hybrids yang
diungkapkan Schein (2010) bahwa orang luar yang dibawa masuk kedalam organisasi
bisa jadi memiliki nilai dan asumsi yang dibutuhkan, tapi sebagian besar dari mereka
kurang memiliki cultural insight yang dapat menstimulus penerapan dari perubahan.
33
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan pertama mengarah kepada tiga level budaya dalam PT Sang
Surya Sentosa Abadi. Data yang diperoleh berdasar hasil observasi dari peneliti,
yaitu:
1. Artifacts
a. Seluruh karyawan perusahaan menggunakan seragam yang telah ditentukan
b. Adanya pemberian alat komunikasi sebagai salah satu sarana penyampaian
informasi dan diskusi
c. Interior ruangan yang tidak bersekat
d. Jadwal evaluasi rutin yang dieselnggarakan setiap minggu
e. Budaya open communication, yang memfasilitasi keterbukaan informasi.
Hal tersebut didukung oleh dokumen resmi dari Depnaker yang
diinformasikan kepada setiap pegawai.
2. Espoused Value
a. Kejujuran
b. Open Manajemen
c. Kegigihan
d. Tekun
3. Basic Assumption yaitu Open Communication
Kesimpulan kedua menjelaskan PT. Sang Surya Sentosa Abadi masih berada
pada tahap Founding and Early Growth yaitu masih menerapkan nilai- nilai yang
dibawa oleh pimpinan perusahaan sejak awal sukses membuat perusahaan
berkembang dan menjadikan perusahaan lebih kokoh karena 1) Budaya utama dari
pendiri perusahaan masih diterapkan, 2) Budaya membantu perusahaan
mendefinisikan dirinya sendiri dan membuat cara sendiri untuk menghadapi situasi
genting, 3) Banyak elemen dari budaya yang telah dipelajari sebagai upaya untuk
mengatasi kecemasan dan menjaga kestabilan perusahaan, sesuai dengan teori yang
34
diungkapkan Schein (2010). Mekanisme perubahan tersebut dibagi menjadi tiga
tahapan,
1. Incremental change through general and specific evolution
General evolution yang terjadi pada PT. Sang Surya Sentosa Abadi adalah ada
kejadian yang menyebabkan Direktur melakukan generalisasi control dan respon
kepada seluruh karyawan. Nilai kejujuran yang seharusnya tertanam secara
menyeluruh pada karyawan dihancurkan oleh perilaku beberapa karyawan yang
berusaha mencari keuntungan untuk dirinya sendiri.
Specific evolution yang terjadi saat direktur perusahaan menyediakan fasilitas untuk
mempelajari bahasa dan budaya dari customer yang telah dan akan melakukan
kerjasama dengan perusahaan.
2. Insight
Proses insight yang diterapkan pada PT. Sang Surya Sentosa Abadi melalui evaluasi
bersama antara karyawan dan Manajemen mengenai performa dari perusahaan selalu
dilakukan dalam rangka menciptakan manajemen dan sistem yang lebih baik minimal
satu bulan sekali. Proses evaluasi dilakukan dengan komunikasi terbuka serta masih
mengusung sifat kebersamaan yang kuat tertanam dalam perusahaan. Setiap
karyawan berhak menyatakan pendapat mengenai solusi pemecahan masalah yang
dihadapi.
3. Promotion of Hybrids within the Culture
Dalam tahap ini, PT. Sang Surya Sentosa Abadi pernah melibatkan orang luar dalam
mencari jalan keluar suatu permasalahan yang terjadi dalam perusahaan, dan pada
akhirnya perusahaan memasukan orang luar tersebut dalam perusahaan dan dapat
memberikan nilai- nilai, kepercayaan, asumsi baru dalam budaya organisasi yang
dapat menyelesaikan masalah perusahaan PT. Sang Surya SentosaAbadi.
35
5.2 Saran
Penulis memberikan saran kepada pihak internal PT. Sang Surya SentosaAbadi yang
diharapkan dapat diterapkan dan berguna untuk menjadikan perusahaan lebih
berkembang. Adapun saran- saran tersebut adalah:
1. Sebaiknya sering dilakukan tukar pikiran antara karyawan dengan Top
Management secara menyeluruh untuk membuat inovasi baru dalam rangka
pemenuhan kebutuhan customer seiring dengan berkembangnya teknologi dan
permintaan terhadap dunia konstruksi yang semakin tinggi.
2. Pimpinan PT. Sang Surya Sentosa Abadi harus lebih membatasi ruang gerak
karyawan untuk melakukan tindakan curang yang merugikan perusahaan.
Dalam hal ini, peran pimpinan untuk mengawasi kinerja karyawan lebih
ditingkatkan.
3. Penggunaan jasa konsultan dalam rangka membantu pemecahan masalah
sebaiknya dihindari untuk menguji kemampuan karyawan dalam memecahkan
masalah tersebut sehingga diharapkan karyawan akan terlibat langsung dalam
proses pemecahan masalah. Penggunaan konsultan dilakukan apabila
permasalahan yang dihadapi memang benar-benar membutuhkan bantuan dari
pihak luar.
36
Daftar Pustaka
Amanda, N. (2012). Perancangan HR scorecard untuk pengukuran kinerja karyawan
pada PT Infoflow Solution . Thesis: Binus, Jakarta.
Babbie, E. (1990). Survey research methods. Belmont, California: Wadsworth, Inc.
Babbie, E. (2005). The basics of social research. Belmont, USA: Wadsworth, Inc.
Berg, B. L. (2001). Qualitative research methods for the social sciences. Needham
Heights, MA: Pearson Education Company.
Bordens, K. S., & Abbot, B. B. (2005). Research design and methods. Avenue of the
American, NY: McGraw-Hill.
Bougie, R., & Sekaran, U. (2010). Research methods for business. West Sussex, UK:
John Wiley & Sons Ltd.
Creswell, J.W. (1994). Research design: Qualitative & quantitative approaches.
Thousand Oaks, California: Sage Publication.
Creswell, J. W. (2007). Qualitative inquiry and research design: Choosing among five
approaches. Thousand Oaks, California: Sage Publication.
Kumar, R. (1996). Research methodology. Coventry Street, Wesley Longman
Australia Pty Limited.
Lavrakas, P. J. (2008). Encyclopedia of survey research methods. New York, US:
Sage Publication Inc.
Robbins, S.P. Judge, T.A. (2013). Organizational behavior. England: Pearson.
Schein, E. (2010). Organizational culture and leadership. San Francisco: Jossey
Bass.
Yin, R.K. (2003). Case study research: Design and methods (3rd ed.). London, UK:
Sage Publications Inc.
37
LAMPIRAN
Lampiran 1.Hasil Wawancara dengan Informan Utama
V: jadi kita kan nggarap paper nih, kita memilih perusahaan om sebagai objeknya, nah kita
ingin bahas budaya organisasi itu bagaimana, perubahannya seperti apa, trus value2 yang
ada di di perusahaan itu seperti apa.
D: oo jadi baik buruknya gitu ya?
V: bisa jadi om, nah ini pertanyaan pertama nih. Om bisa menjelaskan nggak bagaimana
sejarahnya berdirinya organisasi ini?
D: ya pertama tentunya kita mendirikan perusahaan kan mencari untung ya, kemudian kita
ingin mengembangkan apa yang kita bisa, kemudian kita memanfaatkan seluruh potensi
yang kita punya, baik channel, trus materi, hubungan perkawanan ini.
A: buat bareng2 om perusahaan ini?
D: sendiri. Kita buat ya masukin nama2 dia aja (nunjuk mba novita), nama2 istri. Dari kecil
kan dari ’94.
A: oh dari ’94...
D: kermudian kita berkembang menjadi PT, trus 2007 kita go international..
A: jadi PT nya 2007?
D: sebenernya jadi PTnya sejak tahun 2004 juga sudah ada PT cuman ngga aktif. Resmi kita
joint dengan, artinya joint itu pinjem nama lah ya, nama orang, pokonya saya pinjem nama,
syaratnya kan harus ada orang luar, waktu itu dia belum 17 tahun (nunjuk mba novita), eh
belum bisa, kemudian saya ama istri aja, ya akhirnya saya ajak kawan yang deket dengan
saya, saya kasih saham, padahal dia ngga punya. Kita buatlah PT. Berawal dari syarat untuk
mengirim tenaga kerja ke luar negeri, itu kan harus punya PJTKI, dari pada kita bayar orang,
lebih baik ya kita dari PT kita sendiri, seperti orang jepang lah, kan selalu dari dari awal
tahun ’94 sampai dengan saat ini saya selalu menjadi rekanannya perusahaan jepang. Tidak
pernah kita dapat dari perusahaan lokal atau perusahaan yang ecek2 lah ya..
(informan menerima telpon dan bercakap2)
D: apalagi dek, ya jadi gitu lah. Berawal dari situ, kemudian maju maju kita mulai 2007 kita
sudah mulai ke Al Jazair. Al Jazair sampai saat ini, itu perusahaan jepang, kerjanya itu 2
38
trowongan sama buat jalan, jalan tol 40 kilo Tunisia Marocco, nah itu kita kirim orang sampe
1200 orang tenaga kerja, sistemnya kita dapet recruitment fee sama dapet monthly fee, jadi
kita duduk anteng, saya jalan2 kemana uda kaliin ada 1200 x 100 dolar perorang, perbulan.
Itu hasilnya. Jadi itu pun tetep budaya jepang sama aja ya, titip menitip. Sebenarnya saya
dikontrak 2500 dolar perorang, tapi yang di saya Cuma 100. Gitu mba, nah trus apa lagi?
A: dari awal yang pas tadi CV itu langsung jepang?
D: jepang tu udah ’94, dari ’94 itu jepang terus, pertama sekali proyek saya, dari PP-TAICE,
namanya konsersyu muara tawang, pembuatan PLTU Muara Tawang pertama kali itu kan
PP-TAICE joint operation, nah saya dari situ mulainya ’94, ’97 saya ke kawasan industri MM
2100, buka jalan itu sama mahru beni, dari orang2 situ, krismon kan ’98 trus saya ke
kamboja vietnam, gitu.. ’94 saya sudah eksis, awalnya saya kerja karyawan PP. Jadi saya
ngga ada background sipil, saya background accounting sama politik. Kalo politik saya
nguasai, kalo ditanya tentang politik.
V: bernegosiasi gitu ya pak?
D: he em,jadi ya itu saya karyawan PP, kemudian saya masuk di TAICE saya sudah kenal
jepang2, atasan saya dipindah ke muara tawang, saya ikutan “boleh nggak, tapi saya nggak
mau jadi karyawan, kok kelihatannya enak gitu, nyari orang, masukin, bisa dapet duit” dari
situ saya mulainya
V: oh dari situ perubahan CV ke PT
D: belum, belum CV.
A: itu pas awal2..
D: ’94 itu.. ’97 di MM 2100.
A: oh jadi setelah yang ikut apa, muara itu, baru om punya ide “oh buat sendiri aja”..
D: idenya itu sebenernya muncul di tahun 2007, jadi CV pindah ke CV lagi. Pertamanya PT.
Waktu itu namanya PT Manunggal Daya, trus turun jadi CV, CV ke CV lagi. Sekarang ini saya
ada 2 CV dan 2 PT. PT 1 atas nama dia (nunjuk mba nov), PT Urip Cahaya Sentosa, kemudian
1 lagi PT Sang Surya Sentosa Abadi, CV Urip Bercahaya, sama CV Arta Dimensi, jadi biar aja
kita main pake yang mana, kira2 yg kecil pake yang ini, saya Cuma ngatur aja sama ooh ini
ada kenalan ini, masukin sana. Tapi lebih banyak sama jepang, seperti tadi ada jepang yang
dateng, dia minta JO, padahal dia perusahaan besar, nanti company profile nya kamu baca,
dia minta JO dengan PT Sang Surya
39
V: JO itu apa om?
D: joint operation.. nanti kita jadikan 1 PT, kan kalo mau dapet proyek di indonesia
syaratnya harus joint dengan perusahaan lokal, jadi kita perusahaan jepang murni Arsa
Mahando ini, nah dia harus nggandeng perusahaan lokal, maunya dengan saya, yasudah
silahkan...
V: nah ini secara nilai nih om, pada saat om mendirikan CV pertama kali dulu, nilai apa sih
yang om tanamkan pada perusahaan?
A: om maunya jadi gimana, perusahaannya mau jadi apa..
D: ya, nilai2 kejujuran, orang jepang ngga butuh orang pinter, yang dibutuhkan orang jujur,
dan orang gigih. Jujur, ulet sama gigih sama, dan kerja tepat waktu. Nilai itu yang saya
tanamkan dari dulu, dan saya, karyawan juga itu tetangga2 atau apa, nolong2 orang aja,
karna memang awal saya membuat perusahaan ini, selain untuk menghidupi keluarga, ga
munafik cari uang, kita bisa menolong orang, gitu aja
V: dari berjalannya waktu nih om, adakah perubahan dari nilai2 tersebut?
D: pasti ada, artinya coba, dengan saya bisa membuktikan dengan orang jepang itu, kita ini,
jepang itu kan kalo udah percaya, percayanya lebih dari 1000% ga hanya 100% lagi, jadi dia
cerita ke temennya lagi, cerita ke temennya lagi, itu pake PT itu, pake PT itu.. itu yang saya
dapatkan..
V: jadi lebih ke benefit ya,
D: iya, adik2 perlu tahu bahwa saya tidak pernah tender..
V: langsung dikerjain sendiri..?
D: bukan dikerjain, ditunjuk langsung. “kamu kerjain ini, kamu kerjain ini, udah mana
hitungan kamu” kalo ini kan harus tender, ngikutin pengumuman dulu, tapi saya enggak,
walaupun nilainya sampe puluhan milyar.
A: jadi karna kepercayaan tadi?
D: iya karna kepercayaan tadi.. awalnya itu kepercayaan, sebenernya awalnya dari
kejujuran, kegigihan, yang penting manut, nurut kalo orang jepang. Itu aja. Makanya saya
ambil karyawan walaupun temen2nya dia dari UNS, dari poltek, saya cari bukan yang IPnya
3 lebih, saya cari yang IP nya 2.4, 2.6 yang bisa kita ajarin, yang mau nurut bakalan nanti di
“ini-ini” in sama orang jepang (menunjuk2). Jadi yang “kamu siap” gitu, ayo ikut, kalo yang
ngga siap ya enggak. Jadi dasarnya itu. Nggak ada yang IP nya 3, 2.7 yang paling tinggi IP
40
temennya dia 2.9.. dan sekarang laku, udah diincer dibawa ke timor2 mereka. Padahal dia
ngelamar ke perusahaan lain belum tentu diterima, sama saya “yaudah IP mu berapa”, tapi
dengan syarat saya Cuma butuh kamu jujur, kamu nurut gitu aja. Jadi budaya itu yang
tertanam disini
V: jadi budaya itu sampai sekarang masih tetap terbawa ya om? Nggak berubah, ngga ada
tambahan atau yg lain?
D: iya, nggak ada. Itulah kuncinya, kejujuran, kegigihan, nurut dengan atasan, nurut bukan
berarti di ini in mau ya, nurut berarti kita harus mengikuti oh budaya jepang tu seperti ini,
A: pernah ngga sih om, ketika anak buahnya jujur trus tiba2 ada masalah gitu, ternyata om
udah terlalu percaya tapi ...
D: banyak, banyak laporan pajak yang baru saya tahu. Saya kan ngecek sendiri, saya seneng
baca buku tokoh2 pengusaha yang ngetop, saya separuhnya ngikut punya BHS, separuhnya
ngikut ciputra. Ciputra apa, nggak percayaan dengan orang, jadi saya nyuruh, tapi saya
lakukan sendiri juga, saya ikutin, ohya, saya ngecek gitu. Begitu ketauan saya langsung sikat
langsung, artinya bukan dikeluarin, saya tembak langsung. Jadi setiap senen saya ada
briefing, briefingnya ya itu nembakin orang “kamu begini, kamu begini” nggak pake tedeng
aling2 kalo saya “kemarin kamu naikin harga sekian..” gitu aja..
A: jadi setiap senin ada briefing?
V: dampaknya apa om?
D: berubah..
V: itu secara personal dianya ya? Kalo dari om lihat, apakah ritmenya, maksudnya apakah
kejahatan itu menambah atau berkurang..
D: berkurang, jadi pada takut. Jadi harga sudah kita press, nego harga pembuatan seragam
kaos untuk pekerja, saya teken jadi 65 misalkan, eh 165, masih ada akal lagi, volume yang
dimainkan, order 10 yang dateng Cuma 9, surat jalannya tetep 10, ketauan ya saya hajar
abis sampe nangis, jadi kan berkurang. Jadi tidak ada manusia yang sempurna,setiap digaji
sekian pasti kurang lagi, bagaimana lagi, nyari aja kesempatan..digaji saya sudah coba kasih,
bonus, setiap ada lebihan dikasih, tapi tetep aja mencari kesempatan. Misalnya kamu jadi
pimpinan celah2 tersebut pasti ada. Tidak ada orang yang mau hanya dengan gaji tok, selalu
yang dicari adalah lebihan,
41
V: jadi kuncinya adalah sistem yang om tanamkan itu seperti apa, itu apakah bisa cukup
mengcover hal2 tersebut apa tidak.
D: tetep enggak
V: nggak juga ya?
D: saya sudah coba, setiap ada ini, pergi, bagian ini, lebihan uang tiket, diskon uang tiket, tp
tetep aja selalu mencari celah, tidak dapat dari situ main di lembur, jadi jangan kaget pada
saat kalian jadi pimpinan anak buah kalian akan seperti itu, selalu mencari celah.
A: nah itu tadi yang om cari tau itu, trus ketauan..
V: hajar langsung...
D: tembakan itu kan secara moral dia kan malu didepan semua, jadi didepan semua
karyawan saya tembakin satu2,
A: tadi kan kecil, lama2 perusahaan jadi gede, ga mungkin om sendiri yang mencari tau..
D: jadi di setiap perusahaan itu, ga usah ada di perusahaan, di kelas kamu, itu ada geng2nya,
geng itu akan, geng itu akan cari muka kepada atasan, motifnya apa aja terserah ya, ada yg
Cuma cari nama supaya disayang, ada yang motivasinya supaya naik jabatan kalo
perusahaan besar, tapi kalo perusahaan seperti ini aja paling minta ini lah, minta
diperhatikan, nah itu nangkep dari situ..
V: leader member exchange..
D: adik2 jangan salah, kawan terdekat adalah musuh kamu.
V: bisa jadi..?
D: loh bukan bisa jadi, itu saya, penemuan saya. Kawan terdekat itu musuh kamu,
V: kenapa bisa begitu om?
D: kan lama2 kamu tau, kelebihan dia, kekurangan dia, tiba2 kamu bersaing jabatan bisa
kan, malah saling jatuhin. Semua begitu
V: nah tadi kan kita sempet wawancara sama bapak HRD, dia bilang bahwa sudah 5 tahun
disini, trus saya tanya apakah ada perubahan dalam organisasi ini, kemudian beliau jelaskan
bahwa di organisasi ini kebersamaan, dan dulunya sebelum adanya sistem yg settle disini
kita kerjanya tuh saling comot2.. nah sekarang tuh sistemnya makin baik2, sistemnya jelas
gitu. Nah kalo om sendiri melihat, apakah dampak dari diciptakannya sistem tadi? Apakah
individu di organisasi ini menerima adanya perubahan tersebut, kemudian mereka
mengikuti atau ada gejolak2 yang muncul?
42
D: oh nggak ada, jadi sistem itu dibuat berdasarkan kemampuan masing2, experience kerja
sebelum bergabung dengan kami. Kaya si baso tadi ya? Pak baso, dia saya taruh di HRD
kenapa, karna dia kaitannya dengan kakaknya itu salah satu pejabat di depnaker, jadi kan
peraturan di depnaker dan sebagainya ada, dan dialah yang mencoba bikin, nah ibu tadi
yang pamit yang pake jilbab itu karna dia memang dulunya punya perusahaan PJTKI, yang
saya beli sang surya itu karyawannya mereka2, jadi kita angkut dari perusahaan lama dia ke
kami, kalo orang accounting ya seperti itu karna mereka backgroundnya orang ekonomi
semua saya taruh disana, kecuali bang ucok ya, itu orang pertama dari tahun ’94 sampe
sekarang yang ikutin saya terus, jadi memang saya percayai di keuangan, walaupun dia
orang tsanawiyah, apa itu udstadz hahaha orang santri lah, tapi karna kejujurannya, yaudah
dia gitu terus, promosinya dia itu ya saya taruh di lapangan, dia menghandle ratusan orang,
kalo dia mau berangkat yaudah berangkat, sistemnya sih ngga ini, udah berajalan, ini abis
lebaran saya mau rubah lagi, ada divisi luar negeri ada divisi dalam negeri, jadi ada beberapa
orang “pak saya ngga usah dikirim diluar negeri, didalam negeri aja, dalam negeri juga mulai
banyak kerjaannya” yasudah divisi luar negeri divisi dalam negeri,
V: karna bapak melihat adanya kebutuhan disitu?
D: ada kebutuhan dan ada beberapa orang yang ngga mau dikirim keluar negeri. Jadi kita
support kan..
V: dari segi internal organisasi nih om, adakah evaluasi mengenai budaya, evaluasi secara
bersama2, dari karyawan, dari top manajemen berkumpul trus membahas nih, sebuah
budaya kita tu kayak gini gini gini, maksudnya dikomunikasikan kepada semuanya?
D: ada, ada, selalu
V: itu periodenya tiap kapan om?
D: sebulan sekali kadang dua bulan, kita nih mau dapet ini, contohnya lah ya, kita kan
budaya jepang, kan sekarang tiba2 ada perusahaan lokal Al Jazair yang tertarik dengan kita,
ngajakin tenaga kerja dari kita, pasti kan budaya nya kan berubah, sistemnya kan berubah,
cara kerjanya berubah.. nah sekarang sudah dikirim yang biasa kerja dengan jepang.
Ternyata dengan gaya eropa, aljazair kan eropa, walaupun afrika tp kan dia spanyol prancis,
ga bisa nerima, dipulangin dua orang, jadi ya kita langsung kita rapatin bareng, ini gimana,
43
untuk ini supaya untuk menerima budaya eropa itu gimana, kita bahas rame2, semua, kita
open manajemen kok.
V: open communication?
D: he eh, sama sekali ga ada yang ditutup2in, mereka tau pendapatan saya berapa, jujur ga
ada yang ditutup2in, dan mereka tau si A ini dapet uang berapa, si B dapet uang berapa,
open banget
V: kemudian setelah evaluasi, pasti ada tindakan perbaikan tu pasti ada ya
D: ada pasti ada, kita kirim orang, nah ini sekarang ada pendampingan mbak, kan baru nih
ada personil aljazair, bergantian 1 bulan kesana, sekarang gantian, mungkin nanti abis
lebaran saya, kalo musim dingin dia lagi yang kesana (ngelihat mba novita)
V: yang terakhir nih om, kan dalam berjalannya waktu ada masalah besar dalam
perusahaan, disitu apakah ada peran dari outsider external yang datang dan bisa
menyelesaikan masalah gitu om? Atau bisa jadi dia tidak menyelesaikan masalah, tapi ada
outsider disitu
D: saya tidak berpikir sejauh itu, saya berpikirnya bahwa ini kan perusahaan saya, lebih
banyak saya yang pegang kendali, uang juga saya yang mikir, lebih uang kita bagi2.
Perusahaan ini kan begitu, kalo kurang uang mereka ngga mau tau, tp giliran uang lebih
mereka kan, saya ngga tega, akhirnya saya kasih uang, mungkin mbak ya ada masalah ya
masalah uang aja, begitu seperti kemarin kita banyak proyek, tentu kan modalnya kurang,
kita harus kirim dalam waktu 2 bulan sejumlah 400-500 pekerja yang mana satu pekerja
harus modal minimal 15 juta, nah itu kan kita mikir, perputaran uang dalam 1 bulan itu kan
begitu, nah kalo kita punya masalah trus kita laporin ke orang, orang nyaplok mbak, tau
kontrak kita begitu, kalo memang orang luar ngelihat kontrak, semua mau nggak ada yang
nggak, ya toh? Mbak sendiri lah atau mas sendiri, mau ngga kerja seperti itu, ngirim orang
tiap bulan jalan2 kemana2, 100 dolar, mau ga? Begitu orang baca, semua mau invest di
perusahaan saya, tp sayanya yg harus hati2. Kita kan dari nol, dari capek. Merintis kenal
dengan jepang2, kita baikin, saya dulu ngga malu, misalkan njemput dibandara, bawain
tasnya bos jepang, senengannya jepang tu seperti itu.. walaupun dia tau, dia kan juga
nyadarin “elu kan bos sekarang, ga usah bawain tas saya” tp saya “gapapa saya bawain”. Dia
seneng, sangat dihargai lah hal2 sekecil itu. Makanya inipun dalam perbaikan, karna kita
akan dapat proyek di singapur atau malaysia, kemudian di timur2, saya ngga sayang2
44
ngursuskan bahasa jepang setiap hari.. jadi nanti dia tau, dalam pelajaran bahasa jepang itu
diselipin budaya jepang seperti ini.. nah setelah ini budaya prancis, nah kan al jazair bekas
jajahan prancis, itu lah perbaikan2 yang harus saya lakukan. Jadi kalo HRD bilang gini gini
gini, kita open manajemen, peraturan kita ngikutin depnaker, malah lebih dari lain, OB aja
kalo lembur bisa terima 3.5 juta, sopir kalo lembur terima 4 juta. Gede. Ini ga kerja aja 2.5
juta (mba novi).
A: tugas belajar..
DVA: bercanda sebentar
D: adanya saya seperti ini, bukannya saya nggak mau ngajak orang, bukannya saya nggak
mau
V: tapi lebih ke orang yang dipercaya ya?
D: iya saya ngobrol palingan sama temen2 aja, temen2 yang tahu tentang manajemen, tahu
tentang kesulitan kita, itu juga kita beri motivasi, nanti abis lebaran juga ada training
motivasi karyawan.
A: ngobrol ke temen2 manajemen itu bukan orang yang kerja disini kan? Maksudnya om
mencari ide, itu ada contohnya ga om?
D: ya gini, palingan ya seperti ada masalah kaya kemarin ada kecolongan dana, ada saya
bilang pengentitan harga, nah gimana ini pemecahannya, kelemahan saya ini kan anak saya
belum ada yg bisa saya andelkan untuk disini, saya kan hidup berlima aja, saudara saya juga
jauh, jadi tidak ada, ini perusahaan keluarga tp tidak ada anak sendiri atau keluarga terdekat
sendiri yang bisa ngawasin di bag keuangan, di bag vital2. Saya pun tidak akan taruh novi
disini, saya taruh dia di perusahaan jepang nanti, sebenernya sudah ditawarin, palingan ya
saya biarin aja dulu sekolah dulu.
A: trus tadi pemecahannya ketemu?
D: ketemu temen pemecahannya ya saya ngomong..ini harus diapain.. “udah ada, SP1”,
palingan begitu kan temen2.. tapi kan dia ngga tau efeknya, kalo menyalahi aturan
depnaker, saya menyalahi karna ada beberapa orang yang udah lewat umur dan harusnya
pensiun, solusinya ya gitu nanti ketemu temen, selain itu saya juga suka baca buku, kalo di
sindo itu di pojokan kan ada kalimat2 apa..
V: motivasi?
D: saya hobi baca itu, saya coba saya omongin, pas briefing tu saya coba selipin kalimat2 itu,
45
A: pas tadi ngomong ke temen, temen ngasih masukan, belum tentu berhasil?
D: belum tentu berhasil, hanya paling ngga, ga kita pendem sendiri di kepala
V: maksudnya ada temen curhatnya gitu ya om?
D: iya ada, kadang2 juga yang saya ajak curhat juga karyawan “kamu mecahini ini gimana?”
A: tapi ada nggak om yang berhasil, oh jadi “gini gini gini, nah setelah diimplementasikan
jadi maju”
D: ada dong..
A: contohnya?
D: contohnya tuh seperti ini, saya dikasih tau sama temen coba kamu, contohnya keuangan
yang gampang, pajak itu jangan di kerjakan oleh karywan sendiri, pajak itu lebih bagus pake
konsultan pajak, karna kalo konsultan pajak itu kamu tidak membayar gaji kamu hanya
bayar fee aja kekantor pajak, laopran kamu juga bisa di ini kan, mana ada sih orang jujur,
pajaknya selalu dimain2kan semua kan? Jadi lebih bagus seperti itu, kamu jangan main2
dengan pajak, selalu diingatkan, jangan lupa bayar pajak. Tapi kan kita selalu dapat PPN ya,
nanti dipotong PPH, nah kita terima beres aja, nah abis lebaran saya sudah.. sebenarnya
udah 2 tahun saya pake konsultan pajak, tapi hanya pajak tahunan, nah mulai lebaran tiap
bulan nih, pekerjanya sendiri, karna pernah loss yg saya bilang tadi ada loss dari setoran
bulanan orang nya akan saya taruh dimana gitu,
V: dimutasi ya om?
D: iya diproyekkan aja kalo saya bilang, nanti kan kalo dia ngga mau kan alhamdulillah dia
keluar dengan sendirinya, mengeluarkan dengan cara yang halus. Ya kalo langsung kan,
jaman sekarang, depan iya iya, dibelakang beda, sok apa lagi?
V: sudah om.
46
Lampiran 2. Hasil Wawancara dengan Informan Pendukung
V:nah, bapak disini sudah berapa lama?
H: sudah lima tahun lebih lah
V: lima tahun lebih lah ya, berarti perubahan-perubahan dalam perusahaan itu cukup tahu
lah ya
H: insyAllah
V: sebelumnya nih pak, pada awal bapak masuk perusahaan ini, aoa yang bapak lihat secara
valuenya? Maksudnya apa sih culture, trus value-value yang terlihat dari perusahaan ini
pak?
H: dari sisi mana?
V: dari sisi value, ya yang bapak lihat deh, karna nanti kita akan menanyakan apakah value
tersebut berubah atau tidak, ataukah value tersebut tetap diangkat atau tidak
H: pertama masuk, nilai… yang pertama masuk, yang saya lihat sih kebersamaannya ya.
Kebersamaan bisa kita lihat dari sisi positif sama negatifnya. Mungkin karna pas masuk,
organisasinya masih kecil, sederhana, jadi kalo ada apa2 bisa langsung ke top management,
dsb. Nah mungkin culture yang seperti itu kita ngga bisa ngerubah langsung satu dua bulan,
jadi yang dinamakan culture, perubahannya tidak cepat lah, begitu
V: oh berarti asumsi yang bapak lihat awalnya adalah kebersamaan, nah setelah itu berjalan,
5 tahun ini bapak bekerja disini, apakah value tersebut masih dipegang kuat ataukah ada
value baru yang menambah atau value tersebut berubah?
H: itu masih dipegang, tapi kita juga system juga mulai baik, manajemen juga udah mulai
baik, seiring dengan semakin berkembang dan semakin banyaknya karyawan. Karyawan
dulu ngga sampe berapa ya, mbak novi ya… yang di UB itu Cuma berapa, jadi kita karyawan
juga semakin bertambah, nah itu mau tidak mau kita harus membikin suatu system, alurnya
gimana dan sebagainya,
V: itu system untuk mengelola SDMnya, begitu pak?
A: bapak dari awal masuk sudah HRD?
H: pertama masuk saya operational,
A: di lapangan?
47
H: ngga di lapangan, campur sih, makanya kan dulu apa yang ada bisa kita kerjakan, kita
kerjakan, walaupun sampai sekarang pun masih seperti itu, apa yang bisa dikerjakan ya
dikerjakan.
V: jadi suka overlap juga pak?
H: sudah semakin tertata sih, jadi kita berusaha untuk, tapi kan ada waktu peak nya, masa
sibuknya, mau ga mau kita harus bantu,
A: jadi maksudnya system tuh tadi untuk organisasi sama jobdesk2nya udah mulai baik?
H:betul, tapi pas dalam kondisi sibuk, misalnya temen2 di processing masih sibuk kita harus
bantu, ya mungkin karena dalam masa transisi, ya seperti itu.
V: kemudian, apakah ada dalam kurun waktu tertentu ada evaluasi mengenai value dari
perusahaan, maksudnya misalkan nih, secara bersama2 karyawan bersama top
management berinisiatif untuk “apa sih value perusahaan kita?” “apa sih harus kita
tingkatkan” “apa sih yang selama ini menghambat” jadi kaya evaluasi gitu pak
H: selalu ada
V: itu periode nya kalau boleh tahu, per kapan pak?
H: kalo top management itu minimal satu bulan sekali pasti control atau evaluasi ya, apa
yang telah kita capai, apa ke depan yang mau kita capai, dan apa yang akan kita kerjakan
V: kalo membahas value nya itu ada ngga pak?
H: nah kalo value secara itu sendiri satu tahun sekali pasti, mau dibawa kemana perusahaan
ini
A: itu top manager atau semua?
H: semua
A: di sini, di ruang meeting ini?
H: di ruang meeting ini
V: kalau boleh tahu, perubahan itu biasanya terjadi telah ada suatu kejadian, nah kejadian
negative maupun positif yang signifikan gitu pak. Nah, ada ngga pak kejadian positif ataupun
negative yang signifikan sehingga bisa merubah perilaku, pola, atau culture, atau value di
perusahaan ini?
H: kita disamping apa yang kita capai di tahun kedepan, gimana perusahaan ini kedepan,
pasti ada suatu kejadian yang harus kita “nanti jalannya seperti ini loh” pasti ada seperti itu
A: ada ngga yang contohnya yang bapak inget?
48
V: bisa dijelaskan ngga pak? Maksudnya di disclose kejadian apa sih itu?
H: kita disini kan ada 2 perusahaan ya, yang satu manpower supply, yang satu konstruksi,
mau nggak mau kan system management beda, ada 2 walaupun 1. Nah, kaya kemarin karna
pekerjaan yang didalam, karna kan manpower semua dikirim keluar semua. Nah, tahun2 ini,
banyak nih pekerjaan didalam negeri yang harus dihandle oleh tim engineering, nah top
management dengan adanya banyak proyek yang masuk, jadi beliau minta dibikinkan
struktur organisasi yang baru, supaya mengefisiensikan pekerjaan, supaya tidak tumpang
tindih, yang manpower sama engineering, karna kadang2 pekerja manpower sendiri
sebelum dikirim ke luar itu kadang2 harus bekerja di dalam negeri.
V: jadi harus punya pengalaman dalam negeri baru dikirim?
H: ya, itu sisi bagusnya mereka punya experience sendiri ya. Tapi sewaktu-waktu mereka
harus berangkat, dan disini proyek masih jalan, nah disini kan harus diambil. Jadi tidak bisa
seterusnya seperti itu. Kadang harus ada yang spesialis disitu, didalam negeri.
A: jadi selama ini, ada proyek luar, yang ditaruh di luar, yg didalam tarik lagi buat diluar.
H: yang diluar kan butuh yang experience, yang pengalaman, walaupun di skill2 tertentu,
mereka pasti butuh yang experience. Biasanya temen2 yang dalam negeri, kita harus
masukkan disitu dulu, supaya belajar, istilahnya praktek lah.
V: jadi karna permasalahan tersebut, bapak direktur meminta untuk merestruktur, apa sih
namanya, organisasi disini pak? Kemudian yang bapak lakukan adalah, merestruktur tuh
waktu itu..
H: ini belum..
V: oh belum..
H: kita masih dalam tahap diskusi dulu, karna orang2 kebanyakan ya temen2 di engineering
sendiri, yang muda2 pengennya kan keluar semua. Mencari pengalaman di luar negeri. Tapi
paling nggak kita harus ada yang standby disini, gitu.. makanya kita masih discuss gitu
supaya sama2 jalan aja.
V: kan sebelumnya, bapak direktur meminta untuk restruktur organisasi, hal negatif apa
yang membuat bapak direktur melakukan seperti itu? Maksudnya hal apa yang membuat
bapak direktur itu membuat peraturan di restruktur, maksudnya ada kerugian yang
sebelumnya diterima perusahaan atau...
H: sebenarnya tidak ada kerugian..
49
A: untuk efieiensi?
H: untuk mengefisiensikan aja, karna manpower kita kan juga terbatas, begitu. Kaya kemarin
ada yang dari luar pada minta semua, kosong nih ini, akhirnya ya harus kita... harus ada yang
jaga gawang lah istilahnnya. Gak bisa semua keluar semua.
V: terus, sebelumnya kan bapak bilang, ada perubahan dalam lima tahun melihat di
organisasi ini. Nah dari perubahan tersebut itu bagaimana sih feedback dari anggota2 di
perusahaan? Dari setiap individual..
H: maksudnya feedback...?
V: feedback, seperti tanggapan.. jadi hal tersebut berdampak positif atau negatif? Atau
dampaknya terhadap individu..
H: kalau saya lihat mereka rata2 menerima dan mereka bisa mengerti, dan rata2 mereka
punya motivasi yang sama untuk memajukan perusahaan, jadi selama perusahaan ini
bergerak maju ke depan kan mereka kembali kepada mereka masing2, jadi ngga ada yang
istilahnya mengeluhkan ini, Cuma ya itu kita harus, karna pola yang dulu sangat berbeda,
kita mau ada sistem sedikit, ya harus ini, ya harus apa istilahnya..
A: adaptasi...?
H: adaptasi. Tapi mereka welcome selama untuk kepentingan bersama semua welcome
V: jadi dari proses pengkomunikasian kepada anggota itu cukup lancar ya pak?
H: alhamdulillah.
V: nah ini yang terakhir pak, nah pernahkah ada masalah besar dalam perusahaan besar
yang melibatkan outsider, pada saat pengerjaan proyek atau apapun di perusahaan ini
kemudian melibatkan eksternal yang masuk disitu. Pernah nggak pak?
A: jadi ketika management ini mungkin nggak ngerti harus gimana, trus “oke, kita pake dari
luar untuk menyelesaikan masalah”
V: bisa jadi konsultan atau mungkin pekerja free lance atau apapun, tapi permasalahan
tersebut merupakan permasalahan yang signifikan?
H: nggak ada, semua alhamdulillah masih bisa ditanganin temen2..
A: dari manajemen sendiri?
H: manajemen sendiri.
V: berarti outsider tersebut hanya sebatas client, atau konsultan saja begitu pak?
50
H: kalo konsultan kayanya belum sih, kalo yg dimaksud outsider itu konsultan untuk
membantu perusahaan kayanya sih belum
A: mungkin bisa dibilang juga, ngga konsultan sih pak..
H: nah definisinya outsider itu yang bisa client, kalo itu pasti.
A: itu kan orang yang bukan di manajemen kantor ini itu kan?
V: bisa jadi kaya gitu, misalkan di top manajemen ada masalah ni pak, trus ada external
masuk gitu. Ada ngga pak?
H: ngga ada
V: karna so far, mereka menyelesaikan sendiri internal?
H: selama ini yang kita lihat, kita denger, kita kerjakan, ya seperti itu.
51
Lampiran 3. Kegiatan Rutin Harian dan Mingguan
Tiap senin pagi diadakan briefing mingguan mengenai tugas- tugas apa saja yang
harus dilakukan untuk memenuhi target.
1. Tiap sore sebelum jam pulang kantor, karyawan membuat progress
pencapaian di White Board yang bisa di baca oleh semua karyawan.
2. Tiap pagi sebelum memulai aktivitas rutin harian kantor, karyawan menyusun
detail- detail pekerjaan yang akan di lakukan dan membuat target pencapaian
di White Board yang bisa di baca oleh semua karyawan.
3. Tiap pagi sebelum memulai aktivitas rutin harian proyek, seluruh anggota
proyek mengadakan briefing dan pemberian motivasi dari supervisor kepada
para pekerja.
4. Tiap Jumat pagi dilakukan Project Opname oleh tim supervisor engineering
dari kantor pusat untuk mengetahui pencapaian progress pekerjaan yang telah
dilaksanakan untuk membuat tagihan proyek kepada Owner.
5. Tiap Jumat sore dilakukan meeting mingguan khusus untuk Tim Engineer
untuk mengontrol pekrjaan dari tiap- tiap proyek, baik proyek di dalam negeri
maupun proyek di luar negeri. Khusus untuk proyek di luar negeri, proses
controlling dilakukan dengan media Skype.
6. Tiap Jumat (waktu menyesuaikan), karyawan melakukan bakti sosial
mengunjungi yayasan- yayasan secara bergantian.
7. Tiap akan kedatangan client dari luar negeri, karyawan di instruksikan untuk
memakai batik dan menyajikan kesenian, makanan tradisional Indonesia.
8. Tiap mendapat proyek baru di luar negeri, pimpinan perusahaan memberikan
kursus bahasa asing setempat yang juga di sisipkan mengenai budaya negara
setempat.
9. Awalnya perusahaan selalu menemui kesulitan saat berhadapan dengan
preman- preman di lokasi proyek perusahaan yang meminta jatah "uang
keamanan" berjumlah sangat besar kepada perusahaan. Bahkan terkadang
preman- preman tersebut memblockir jalan agar truck mixer yang menuju
52
lokasi Proyek perusahaan tidak sampai.
Lalu pimpinan Perusahaan perusahaan berkonsultasi kepada temannya yang
juga petinggi ABRI untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut. Suatu
waktu, ketika teman pimpinan Perusahaan perusahaan membantu menangani
dan terjun langsung ke lapangan, permasalahan tersebut dapet teratasi.
Perusahaan menerapkan cara yang sama setiap menemui permasalahan yang
sama.
pada akhirnya pimpinan perusahaan memutuskan untuk mengajak temannya
bergabung dengan Perusahaan perusahaan dan ditunjuk sebagai Direktur GA.