Date post: | 24-Jul-2016 |
Category: |
Documents |
Upload: | kasospol-update |
View: | 225 times |
Download: | 3 times |
Menghidupkan Kebebasan Melalui Gagasan Hayek
Oleh: Achmad Haikal Kurniawan (2013)
“A society that does not recognize that each individual has values of his own which he is entitled to follow can
have no respect for the dignity of the individual and cannot really know freedom.”
- F. A. Hayek.1
“Kebebasan merupakan salah satu ide yang paling baru dalam sejarah peradaban
manusia…” ucap salah satu kandidat presiden Amerika Serikat dari partai Republik pada
pemilu tahun 2012, Ron Paul, saat diwawancara di sebuah program televisi.2 Kebebasan
memang merupakan bagian kecil dalam sejarah panjang umat manusia. Sejarah peradaban
kerap dipenuhi oleh berbagai tiran – tiran dan penguasa kejam, raja – raja yang berkuasa
mutlak, pemimpin agama yang berkuasa tanpa batas, serta kalangan aristokrat dan
pemerintah yang berkuasa penuh terhadap rakyatnya. Rakyat hanyalah menjadi objek
kekuasan para kaisar – kaisar dan pemuka agama. Individu lahir tidak lebih sebagai alat untuk
mencapai tujuan hidup individu lain dan tidak memiliki hak untuk menentukan takdirnya
sendiri. Di hampir seluruh penjuru dunia, mereka yang berani melawan ditekan habis –
habisan dan diberangus secara keji. Individu yang menolak menjadi alat kekuasaan segera
ditangkap, disiksa, dan dijatuhi hukuman yang sangat tidak berperi-kemanusiaan.
Meski ditekan selama ribuan tahun, ide – ide mengenai kebebasan tidak dapat
dikubur selamanya. Diam – diam, sedikit demi sedikit, tahun demi tahun, abad demi abad ide
– ide tersebut pada akhirnya menyeruak ke permukan. Puncak akan kesadaran akan
kebebasan dapat dilihat terutama pada era pencerahan (enlightenment) di Eropa Barat dan
Amerika Utara pada abad ke 17 dan ke 18. Di era inilah kesadaran akan pentingnya
kemerdekaan individu serta wewenang pemerintah yang terbatas serta tokoh – tokoh pejuang
gagasan kebebasan lahir. John Locke, Adam Smith dan Thomas Jefferson adalah beberapa 1 F. A Hayek. The Constitution of Liberty. (The University of Chicago Press: Chicago, 1960.) Hlm. 79. 2 Ron Paul: Freedom Is a Young Idea and We're Throwing It Away. dikutip dari https://www.youtube.com/watch?v=s8rkFBjJZs8 (diakses pada 28/8/2015) pukul 19.15.
putra terbaik dunia pada masa itu. Melalui buah pemikiran mereka-lah gagasan hak dasar
manusia dan kemerdekaan individu lahir. Bahwa setiap individu memiliki hak mutlak yang
tidak boleh diganggu gugat, bahkan oleh penguasa sekalipun. Mengutip Locke beberapa hak
dasar ini adalah hak untuk hidup, hak untuk merdeka, dan hak atas property yang kita miliki
serta kekuasaan negara tidaklah otonom secara mutlak namun juga harus mengikuti aspirasi
rakyatnya.3 Melalui buah pemikiran Locke ini pula Thomas Jefferson menulis dalam deklarasi
kemerdekaan Amerika Serikat bahwa setiap manusia diciptakan setara oleh Tuhan dan
memiliki Dia memberi kita semua hak – hak dasar yang mutlak, diantaranya hak hidup,
merdeka, dan mencari kebahagiaan.4
Era pencerahan memberi dampak yang luar biasa bagi para pemikir sesudahnya.
Abad 19 lahir tokoh – tokoh seperti John Stuart Mill, Frederic Bastiat, dan Richard Cobden
dengan gagasan liberalisme klasiknya. Dalam karya klasiknya On Liberty, Mill menggagas
tesis harm principle dimana ia menulis bahwa setiap individu memiliki daulat yang mutlak atas
dirinya sendiri dan ia memiliki hak untuk melakukan apapun, termasuk melukai diri sendiri,
selama tidak melanggar hak orang lain.5 Moral dan pandangan pribadi seseorang mengenai
apa yang menurutnya baik dan buruk tidak bisa menjadi justifikasi untuk memaksa orang lain
untuk berfikir dan bertindak diluar kehendaknya, kecuali untuk mencegah individu tersebut
menyakiti orang lain. Namun, dari sejak era pencerahan, pada abad ini pula gagasan
mengenai kebebasan mendapat tantangan. Pada abad ini lahir juga tokoh – tokoh yang
bersikap sangat sinis terhadap ide – ide mengenai kebebasan dan kemerdekaan individu,
seperti Karl Marx dan Friedrich Engels yang menganggap gagasan ini tidak lebih sebagai alat
eksploitasi dan menginginkan perubahan radikal dalam struktur masyarakat untuk mencapai
apa yang mereka yakini sebagai masyarakat yang ideal.
Meskipun mendapat tantangan berat, memasuki abad ke 20 gagasan mengenai
kebebasan tidak kunjung sirna. Pada abad ini lahir pula anak – anak pencerahan yang kelak
akan menjadi tokoh dan pejuang gagasan kebebasan di abad ke 20. Salah satu putra terbaik
3 Ahmad Suhelmi. Pemikiran Politik Barat. (PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 2001.) Hlm. 197. 4 U. S Declaration of Independence. dikutip dari http://www.ushistory.org/declaration/document/rough.htm (diskes pada 28/8/2015 pukul 20.05) 5 John Stuart Mill. On Liberty. (Longman, Roberts, & Green Co: London, 1859) Hlm. 80.
pencerahan pada abad ke 20, yang akan dibahas dalam tulisan singkat ini adalah Friedrich
August von Hayek, atau yang lebih dikenal dengan F. A. Hayek. Sepanjang hidupnya Hayek
mengkampanyekan ide – ide liberalisme klasik yang sangat menjunjung tinggi kebebasan
individu dan paran negara yang sangat terbatas. Nama Hayek mungkin kurang akrab di
telinga masyarakat Indonesia namun ia memiliki pengaruh yang sangat kuat di negara –
negara barat seperti Amerika Serikat dan Inggris dan memberi pengaruh yang luar biasa pula
terhadap tokoh – tokoh besar seperti Ronald Reagan dan Margaret Thatcher.
Biografi Singkat F. A. Hayek
Friedrich August von Hayek lahir di kota Wina, Austria pada tanggal 8 May 1899.
Hayek meraih gelar doktor di bidang hukum dan ilmu politik dari Universitas Wina pada
tahun 1921 dan 1923 dan ia juga mempelajari ekonomi, filsafat dan psikologi.6 Di kota Wina
inilah ia bertemu dengan Ludwig von Mises yang kelak akan menjadi mentornya. Mises
merupakan salah satu tokoh ekonomi Austria termansyur dan sejak bertemu, Hayek sering
datang ke seminar – seminar yang diadakan Mises. Disanalah ia membaca buku Mises yang
berjudul Socialism (Sosialisme), yang berisi kitikan keras Mises terhadap sistem ekonomi
sosialis yang menurutnya mustahil untuk memenuhi janji – janjinya akan kebebasan dan
kesetaraan.7 Buku ini memberi pengaruh kepada Hayek muda dari yang tadinya bersimpati
pada faham sosial demokrat dan berubah haluan menjadi sangat kritis terhadap sosialisme
dan kontrol negara terhadap perekonomian hingga akhir hayatnya. Pada tahun 1931 Hayek
pergi ke Inggris untuk bekerja di London School of Economics. Tahun 1938 Nazi Jerman
dibawah pimpinan Adolf Hitler menguasai tanah kelahiran Hayek, Austria dan karena itu
Hayek menolak keras untuk kembali ke tanah kelahirannya. Hayek memutuskan tinggal di
Inggris dan pada tahun itu pula ia memperoleh kewarganegaraan Inggris dan tetap tinggal
6 Alan Ebenstein. Friedrich Hayek: A Biography. (Palgrave Macmillan Trade: Basingstoke, 2001) Hlm. 7. 7 Ludwig von Mises. Socialism: An Economic and Sociological Analysis. (Yale University Press: New Haven, 1951 [1922]) Hlm. 511.
disana sampai tahun 1950 ketika ia pindah ke Amerika Serikat dan bekerja di Universitas
Chicago.8
Tahun 1944 di tengah perang dunia II yang berkecambuk di Eropa, Hayek
menerbitkan karya yang banyak dianggap sebagai kaya terbaiknya yang berjudul The Road to
Serfdom atau yang diterjemahkan sebagai Jalan Menuju Perbudakan.9 Dalam bukunya Hayek
mengkritik keras sosialisme dan sistem ekonomi terpusat yang sedang mendapat popularitas
tinggi di Eropa pada masa itu. Hayek dalam bukunya berargumen bahwasanya kontrol dan
wewenang pemerintahan yang semakin membesar dan semakin kecilnya otonomi individu
akan berujung pada totalitarianisme. Buku ini dipandang sangat sinis dan negatif oleh
mayoritas intelektual pada waktu diterbitkan karena besarnya pengaruh sosialisme dan
keynesianisme pada masa itu.
Pasca perang dunia ke II, pada tahun 1947, Hayek bersama teman – teman
seperjuangannya dari berbagai kalangan, baik ekonom, filsuf, sejarawan, maupun pengusaha,
diantaranya Milton Friedman, Karl Popper, Ludwig von Mises dan Frank Knight mendirikan
Mont Pelerin Society di Swiss, sebuah organisasi internasional yang didedikasikan untuk
membendung pengaruh sosialisme dan keynesianisme yang semakin populer di Eropa dan
Amerika Serikat. Pada tahun 1950 Hayek pindah ke Chicago untuk mengajar di Universitas
Chicago dan pindah lagi ke Jerman tahun 1962. Pada tahun 1974 Hayek mendapat
penghargaan Nobel di bidang ekonomi.10 Pengaruh Hayek semakin besar, terutama di
negara – negara dunia pertama ketika Margaret Thatcher menjadi perdana menteri Inggris
pada tahun 1979 dan Ronald Reagan terpilih sebagai presiden Amerika Serikat tahun 1981,
dimana mereka berdua sama – sama memangkas peran negara dan memberikan individu
kebebasan lebih besar untuk berkarya dan berinovasi. Thatcher yang sejak menjadi
mahasiswa terinspirasi oleh Hayek lewat bukunya The Road to Serfdom, tercatat pernah
mengangkat salah satu buku karya Hayek, The Constitution of Liberty dihadapan para
8 Alan Ebenstein. Friedrich Hayek: A Biography. (Palgrave Macmillan Trade: Basingstoke, 2001) Hlm 81. 9 Ibid. Hlm. 116. 10 Dikutip dari http://www.nobelprize.org/nobel_prizes/economic-‐sciences/laureates/1974/index.html (diakses pada 28/8/2015 pukul 21.10).
bawahannya dan membantingnya ke meja seraya berseloroh “This is what we believe!”11. Hayek
pun juga sempat mengujungi White House sebagai tamu kehormatan presiden Reagan tahun
1981. Pada tahun 1991 Hayek mendapat penghargaan Presidential Medal of Freedom yang
merupakan penghargaan sipil tertinggi di Amerika Serikat dari Presiden George H. W. Bush.
Hayek meninggal dunia setahun kemudian di Jerman pada usia 92 tahun.12
Gagasan Kebebasan Hayek
Warisan intelektual Hayek sangat besar meliputi bidang filsafat, politik, hukum,
ekonomi, dan ilmu sosial lainnya. Bahkan ekonom mansyur peraih Nobel ekonomi tahun
1976 yang juga rekan Hayek, Milton Friedman, mengakui bahwa Hayek merupakan tokoh
yang paling mempengaruhi para intelektual di negara – negara komunis, dimana buku –
bukunya banyak diselundupkan dan dibaca secara luas dan tentunya dapat mempengaruhi
opini publik yang akhirnya membawa Uni Soviet pada keruntuhan.13 Tulisan singkat ini tentu
tidak akan mampu untuk mengelaborasikannya secara keseluruhan, namun saya akan
mencoba untuk mengambil beberapa kunci utama dan prinsip dari pemikiran dan gagasan
tokoh kelahiran Austria ini. Jikalau saya ditanya siapakah pemikir dunia yang ide dan
gagasannya menunjukkan kerendahan hati, secara personal Hayek adalah salah satunya.
Hayek mengakui akan terbatasnya pengetahuan yang mampu dimiliki oleh setiap individu.
Oleh karena setiap individu memiliki pengetahuan yang sangat terbatas mengenai individu
lainnya maka pilihan dan jalan hidup seorang lebih baik baik diatur oleh individu itu sendiri.14
Hasil dari setiap individu bebas yang bertindak untuk memenuhi hasrat dan tujuan
hidupnya tanpa perlu otoritas siapapun bukanlah kekacauan, justru melahirkan sebuah
11 Margaret Thatcher Foundation. Dikutip dari http://www.margaretthatcher.org/archive/Hayek.asp (diakses pada 28/8/2015 pukul 22.15). 12 Alan Ebenstein. Friedrich Hayek: A Biography. (Palgrave Macmillan Trade: Basingstoke, 2001) Hlm. 317. 13 Dikutip dari http://www.pbs.org/thinktank/transcript726.html (diakses pada 29/8/2015 pukul 03.15). 14 F. A. Hayek. Individualism and Economic Order. (The University of Chicago Press: Chicago, 1948) Hlm. 78.
tatanan spontan, yang memasuki gagasan Hayek selanjutnya yakni Spontaneous Order.15
Banyak kalangan percaya agar masyarakat dapat maju dan berkembang dibutuhkan
kepemimpinan dan komando dari otoritas, umumnya negara dan tanpa instruksi dan otoritas
maka masyarakat dapat menjadi kacau. Berbanding 180 derajat, Hayek percaya bahwa setiap
individu yang memiliki kebebasan akan mampu mengaktualisasikan dan memaksimalkan
potenisnya terlepas dari kontrol dan perencanaan siapapun, termasuk negara. Individu
mampu secara sukarela saling berinteraksi dengan individu – induvidu lainnya, saling
berdagang, belajar, bertukar informasi, dan berusaha memuaskan hasrat dan mengejar
impiannya masing – masing yang akan menghasilkan berbagai inovasi dan kreativitas yang
akan membawa kemajuan pada peradaban manusia. Disinilah muncul sebuah tatanan (order)
yang spontan dan alamiah, tanpa desain dari otoritas manapun.
Hampir seluruh produk kemajuan manusia berjalan mengikuti tesis tatanan spontan
yang berlandaskan pada kemerdekaan individu.16 Mengutip rekan Hayek ekonom Leonard
Read memberi contoh yang paling nyata, yakni revolusi komputer yang terjadi di Amerika
Serikat.17 Tidak ada politisi yang memberi komando kepada para programmer komputer
untuk membuat produk tertentu. Tidak ada aparatur negara yang mendikte Bill Gates dan
Steve Jobs mereka harus membuat ini, mendisain itu, dsb. Semuanya berjalan secara alamiah
berdasarkan tesis tatanan spontan. Bill Gates, Steve Jobs dan para tokoh revolusi komputer
lain berinovasi dan berkarya secara sukarela karena melihat peluang pasar dan keinginan
untuk memuaskan hasrat dan impiannya dengan membuat produk sebaik mungkin yang
dapat digunakan dan dinikmati oleh banyak orang dan membawa peradaban manusia ke
tingkat yang lebih maju.
Oleh karena gagasan – gagasan tersebut Hayek percaya bahwa otonomi dan
kebebasan individu haruslah dijunjung setinggi – tingginya. Dikarenakan setiap individu
hanya memiliki pengetahuan yang terbatas untuk mengatur jalan hidup individu lain dan
15 F. A. Hayek. The Fatal Conceit: The Errors of Socialism. (The University of Chicago Press: Chicago, 1991). Hlm. 6. 16 F. A. Hayek. The Road to Serfdom. (Routledge: London, 1944) Hlm. 16. 17 John Stossel. Spontaneous Order, 2011. Dikutip dari http://reason.com/archives/2011/02/10/spontaneous-‐order/singlepage (diakses pada 29/8/2015 pukul 04.00)
setiap individu bebas mampu mengaktualisasi diri dan menggunakan kreativitasnya tanpa
komando dari otoritas, maka peran negara yang ideal hanyalah untuk menjaga agar
kebebasan individu tidak dicederai.18 Peran negara dianalogikan dengan lampu lalu lintas,
dimana lampu lalu lintas hanya berfungsi untuk menjaga agar tidak terjadi gesekan antara
pengendara satu dengan pengendara lainnya, namun tidak mengkomandokan tujuan
perjalanan pengendara tersebut.
Namun, apa yang tejadi bila negara dibiarkan memiliki wewenang yang sangat besar?
Disinilah Hayek memberi peringatan keras akan bahaya tersebut dalam bukunya yang
fenomenal pada tahun 1944 yang berjudul The Road to Serfdom. Hayek mengkritik keras
interventionisme dan kontrol negara, dalam hal ini sektor perekonomian, yang semakin
membesar di Eropa. Baginya kontrol negara terhadap perekonomian hanyalah jalan awal
menuju perbudakan dan janji – janji sosialisme dan marxisme akan kebebasan yang lebih
besar hanyalah ilusi belaka. Siapapun yang mengontrol perekonomian di suatu negara maka
ia secara langsung juga mengatur kehidupan seluruh warga di dalamnya.19
Setiap individu unik, berbeda, dan memiliki preferensi dan seleranya masing –
masing. Dalam sistem pasar bebas setiap individu diberi banyak pilihan dan peluang untuk
mengaktualisasikan diri dan memilih jalan hidup, dan salah satu pilihan tersebut adalah
memilih profesi yang diinginkan. Sumber daya, termasuk buruh, dialokasikan oleh pasar
untuk kebutuhan yang berbeda – beda merespon kondisi pasar. Apabila konsumen lebih
banyak menginginkan barang A, maka pasar secara otomatis mendapat sinyal melalui harga
barang A yang meningkat dan sumber daya akan lebih banyak digunakan untuk membuat
barang A agar keinginan konsumen terpenuhi dan begitu pula sebaliknya. Hasilnya pasar
merupakan instrumen yang paling efisien untuk mengalokasikan sumber daya karena hasil
produksi ditentukan dan sejalan dengan keinginan konsumen.
Namun lain ceritanya jika roda perekonomian hanya direnacanakan terpusat oleh
segelintir orang. Ketika perekonomian hanya direncanakan secara terpusat, maka kebebasan
untuk memilih profesi dan pekerjaan ini hilang, karena perencanaan ekonomi pula berarti
18 F. A. Hayek. Law, Legislation, and Liberty. (Routledge: London, 1982) Hlm. 133. 19 F. A. Hayek. The Road to Serfdom. (Routledge: London, 1944) Hlm. 91.
negara memiliki wewenang untuk merencanakan pekerjaan bagi seluruh rakyatnya dan untuk
mencapainya tidak ada cara lain selain dengan cara pemaksaan.20 Individu dipaksa untuk
bekerja di tempat – tempat yang sudah ditentukan oleh negara dan tidak memiliki pilihan lain
untuk bertahan hidup.21
Selain itu negara agar mampu untuk membuat perencanaan ekonomi maka harus
menguasai faktor – faktor produksi diantaranya modal, buruh, dan tanah. Negara memberi
komando pekerja untuk membuat produk A dan B, melarang membuat produk C dan D.
Setiap individu sudah ditentukan jatahnya masing – masing untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, barang apa saja yang bisa mereka gunakan, dan tempat dimana ia boleh menetap.
Propaganda melalui penguasaan media seperti koran dan televisi digunakan negara untuk
menghancurkan keunikan pada diri setiap individu dan melakukan penyeragaman paksa agar
mereka memiliki pandangan dan preferensi yang sesuai dengan keinginan sang perencana
ekonomi. Pada akhirnya individu tidak lagi mampu berfikir secara independen dan membuat
pilihan bagi dirinya sendiri. Dikarenakan sektor – sektor yang sangat vital bagi kehidupan
seperti pangan dikontrol sepenuhnya oleh negara, dan siapapun yang berani berfikir, bersikap
kritis dan melawan pemerintah, akses mereka terhadap bahan – bahan pangan akan ditutup
dan mereka akan dibiarkan mati kelaparan,22 atau pilihan lainnya ditangkap dan dijadikan
buruh kerja paksa seperti Gulag era Stalin di Uni Soviet.23
Tesis Hayek bukanlah isapan jempol belaka. Abad 20 sudah menjadi saksi bagaimana
ketika nilai – nilai individualisme dan kebebasan ekonomi ditinggalkan dan perencanaan
ekonomi diadopsi, maka yang terjadi adalah rakyat yang menghamba dan menjadi budak
pemerintah. Individu tidak lagi mampu untuk mengatur, berfikir dan membuat keputusan
untuk dirinya sendiri. Uni Soviet, China era Mao Zedong, Korea Utara, Kamboja era Pol
Pot, dan rezim komunis di Eropa timur pada masa lalu merupakan bukti nyata atas tesis
20 Ibid. Hlm. 56. 21 Ibid. Hlm. 98. 22 F. A Hayek. The Constitution of Liberty. (The University of Chicago Press: Chicago, 1960) Hlm. 204. 23 Stephane Courtois, Nicolas Werth, Jean-‐Louis Panne, Andrzej Paczkowski, Karel Bartosek, Jean-‐Louis Margolin. The Black Book of Communism: Crimes, Terror and Repression . (Harvard University Press: Cambridge, 1999) Hlm. 159.
Hayek ini.24 Namun, pasca runtuhnya Uni Soviet dan rezim komunis akhir dasawarsa 80an
dan awal 90an, bukan berarti tesis Hayek kehilangan relevansi. Buku Hayek tetap penting
menjadi panutan sekaligus peringatan, bahwa jika negara dibiarkan memiliki kekuasaan dan
wewenang yang terlampau besar, maka hancurnya kebebasan individu dan perbudakan
sebagai hasilnya merupakan sebuah keniscayaan.
Ber-Hayek di tahun 2015
Manusia sehebat apapun akan mengalami kematian, namun gagasan besar akan selalu
hidup dan bersinergi dengan perkembangan zaman. Begitu pula dengan gagasan – gagasan
Hayek. Ditolak habis – habisan oleh berbagai kalangan pada masa diterbitkan, dikarenakan
iklim intelektual yang dominan bersebrangan, namun menjadi naik secara pesat permukaan
terutama pada 2 dasawarsa penghujung abad 20, karena gagasan dominan yang bersebrangan
tersebut terbukti gagal total untuk memenuhi janjinya akan kesejahteraan dan kebebasan.
Secara kontekstual Hayek menulis gagasan – gagasannya ditengah kondisi perang
dingin dan totalitarianisme yang berkembang pesat. Namun, sudah lebih dari 25 tahun sejak
rezim tirai besi runtuh dan berlekuk lutut dihadapan gagasan kebebasan, bukan berarti ide
dan gagasan Hayek tidak lagi relevan. Setiap ide dan gagasan harus mampu
dikontekstualisasikan mengikuti perkembangan zaman agar tidak terjebak dimasa lalu.
Memasuki abad 21 gagasan dan ide – ide Hayek dapat dilihat melalui kacamata yang berbeda.
Keruntuhan rezim komunis di dunia membawa angin segar bagi gagasan – gagasan
kebebasan. Sebelumnya China dibawah rezim Deng Xiaoping melakukan liberalisasi dan
reformasi ekonomi besar – besaran dari ekonomi terpusat dan perlahan – lahan mengadopsi
ekonomi pasar untuk menyelamatkan negaranya 25 . Rakyat China akhirnya memiliki
kebebasan lebih besar untuk mengatur hidupnya dan berpartisipasi dalam kegiatan
perekonomian. Lahirlah para penguasaha dan inovator – inovator unggul yang membawa
China menjadi raksasa ekonomi di abad ke 21.
24 Ibid. Hlm. 4. 25 Editorial. Deng Xiaoping Lasting Legacy, 2014. Dikutip dari http://www.japantimes.co.jp/opinion/2014/08/27/editorials/deng-‐xiaopings-‐lasting-‐legacy/#.VeHQffmqqkp (diakses pada 29/8/2015 pukul 22.30)
Sudah cukup berkelana ke luar negeri, lalu bagaimana dengan Indonesia? Apa kira –
kira pelajaran yang bisa ditarik dari gagasan Hayek ini? Sebelum memasuki abad 21 ada
baiknya sedikit membuka lembaran sejarah masa lalu. Hampir seluruh pendiri negara ini
tidak ada yang berhaluan dengan spektrum politik Hayek, yakni Liberalisme Klasik.
Founding Fathers negara ini hampir semuanya berasal dari kelompok kiri seperti Soekarno,
Sjahrir dan Tan Malaka. Bisa dipahami karena Indonesia pada masa itu sedang mengalami
penjajahan dan ide – ide mengenai liberalisme dianggap sebagai bawaan kolonialisme,
sementara pemikiran – pemikiran kiri seperti marxisme dianggap sebagai ideologi pembebas
dari penjajahan dan imperialisme. Tidak heran jikalau menanyakan tentang Hayek kepada
warga Indonesia hampir bisa dipastikan seperti menanyakan tentang tokoh kepala suku dari
pedalaman hutan Amazon. Tidak ada yang tahu.
Pergantian rezim pada tahun 1966 juga mengubah haluan negara Indonesia. Rezim
orde lama yang ditopang ideologi Nasakom bentukan Sukarno telah tumbang yang
digantikan oleh rezim orde baru yang ditopang militer dan korporatisme. Suharto dengan
arsitek – arsitek ekonominya membuka pintu bagi modal asing yang harus diakui, merupakan
salah satu faktor yang membuat perekonomian Indoensia kembali stabil setelah terjadinya
krisis pada penghujung era Sukarno.26 namun apakah langkah yang dilakukan Suharto ini
sejalan dengan gagasan – gagasan liberal seperti banyak yang dituduhkan? Nyata – nyatanya
rezim Suharto lewat Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memiliki peran
yang sangat besar dalam merencanakan pembangunan ekonomi Indonesia, sesuatu yang
sangat identik dengan sistem sosialis dan sangat keras ditolak oleh tokoh – tokoh liberal
klasik seperti Hayek. Bappenas melalui berbagai program Rencana Pembangunan Lima
Tahun (repelita) mendikte arah perekonomian dengan melakukan alokasi berbagai sumber
daya dan membuat konsesi di sektor – sektor seperti perkebunan dan pertambangan. Selain
itu kroni – kroni pengusaha yang berselingkuh dengan penguasa demi melancarkan dan
melindungi usaha mereka sudah merupakan rahasia umum, yang melahirkan korupsi yang
26 Stephen Grenville. Time for Europe to take Greek lessons from Asia, 2015. Diakses dari http://asia.nikkei.com/viewpoints/perspectives/time-‐for-‐europe-‐to-‐take-‐greek-‐lessons-‐from-‐asia (diakses pada 30/8/2015 pukul 00.40).
luar biasa27 dan hal ini sangat ditentang dalam prinsip – prinsip ekonomi liberalisme klasik
dimana negara cukup berperan sebagai wasit dan tidak memihak antara kelompok satu atau
kelompok lainnya.
Oke cukup dengan aspek ekonomi, lalu bagaimana dengan isu isu kebebasan sipil di
Indonesia? Reformasi tahun 1998 memberi angin segar bagi gagasan – gagasan kebebasan di
Indonesia yang pada masa lalu terkukung lebih dari 4 dekade. Dengan semakin dibukanya
ruang untuk individu mengeluarkan pendapat dan melakukan kritik kepada pemerintah tentu
akan membuat dampak yang sangat positif pada kebebasan sipil. Namun bukan berarti lantas
tidak ada lagi pembatasan – pembatasan yang dilakukan oleh negara terhadap individu.
Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu, termasuk mereka yang
menjabat di instansi pemerintahan, untuk mengatur pilihan hidup individu lain adalah
mutlak. Reformasi pada nyatanya tidak memberi jaminan akan perlindungan hak individu
untuk mengatur hidupnya yang sangat hakiki ini. Beberapa contoh konkretnya bisa dilihat
dengan makin banyaknya perda – perda berbau syariat yang berlaku di daerah – daerah yang
mengatur pakaian dan jam malam perempuan. 28 Belum lagi peraturan kementrian
perdagangan yang melarang penjualan minuman beralkohol di minimarket29 serta sensor
tayangan televisi yang semakin ketat. Negara dalam hal ini telah melampaui kewenangannya
dengan mengatur jalan hidup individu bebas melalui pembatasan – pembatasan yang
dilakukan.
Sebagai penutup izinkan saya memberi pemaknaan pribadi saya secara singkat
mengenai ide dan gagasan dari tokoh kelahiran Austria ini. Mempelajari Hayek bagi saya
sejatinya belajar untuk menjadi pribadi yang rendah hati, yang mengakui segala kekurangan,
bahwa tidak ada individu yang cukup baik dan memiliki pengetahuan yang memadai untuk
27 Donald Greenlees. Suharto's legacy of development and corruption, 2008. Dikutip dari http://www.nytimes.com/2008/01/28/world/asia/28iht-‐suharto.1.9542684.html?pagewanted=all (diakses pada 30/8/2015 pukul 00.55). 28 Aghnia Adzkia. Perda Syariah Dinilai Lumpuhkan Hak Perempuan, 2014. Dikutip dari http://www.cnnindonesia.com/nasional/20141105161107-‐12-‐9866/perda-‐syariah-‐dinilai-‐lumpuhkan-‐hak-‐perempuan/ (diakses pada 8/30/2105 pukul 00.30). 29 Kompas. Gobel Larang Minimarket Jual Minuman Beralkohol. 2015. Dikutip dari: http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/3420/1/Gobel.Larang.Minimarket.Jual.Minuman.Beralkohol (diakses pada 30/8/2015 pukul 01.15.)
mengatur jalan hidup individu lainnya. Setiap individu unik, memiliki nilai – nilai, pandangan
moral, impian, keyakinan, keinginan, kebutuhan, selera, preferensi, dan tujuan hidupnya
masing – masing yang patut untuk dihargai dan tidak bisa disamaratakan. Menjadi pembelajar
Hayek sejatinya belajar menjadi pribadi yang berani untuk berfikir secara independen,
mengambil resiko, dan bertanggung jawab atas pilihan – pilihan yang telah diambil. Membaca
karya dan gagasan Hayek sejatinya belajar untuk menjadi pribadi yang skeptis terhadap segala
jenis peraturan, kontrol, pemaksaan, regulasi, dan otoritas, karena hanya dengan bersikap
skeptis-lah kita dapat mencegah terjadinya perbudakan yang dilakukan oleh manusia
terhadap manusia lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Courtois, Stephane; Nicolas Werth, Jean-Louis Panne, Andrzej Paczkowski, Karel Bartosek,
Jean-Louis Margolin. 1999. The Black Book of Communism: Crimes, Terror and Repression.
Cambridge: Harvard University Press.
Ebenstein, Alan. 2001. Friedrich Hayek: A Biography. Basingtoke: Palgrave Macmillan Trade.
Hayek, F. A. 1944. The Road to Serfdom. London: Routledge.
Hayek, F. A. 1948. Individualism and Economic Order. Chicago: The University of Chicago
Press.
Hayek, F. A. 1960. The Constitution of Liberty. Chicago: The University of Chicago Press.
Hayek, F. A. 1982. Law, Legislation, and Liberty. London: Routledge.
Hayek, F. A. 1991. The Fatal Conceit: The Errors of Socialism. Chicago: The University of
Chicago Press.
Mill, John Stuart. 1859. On Liberty. London: Longman, Roberts, & Green Co.
Mises, Ludwig von. 1951 [1922]. Socialism: An Economic and Sociological Analysis. New
Haven: Yale University Press.
Suhelmi, Ahmad. 2001. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Website
Adzkia, Aghnia. Perda Syariah Dinilai Lumpuhkan Hak Perempuan, 2014. Dikutip dari
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20141105161107-12-9866/perda-syariah-dinilai-
lumpuhkan-hak-perempuan/ (diakses pada 8/30/2105 Pukul 00.30).
Editorial. Deng Xiaoping Lasting Legacy, 2014. Dikutip dari
http://www.japantimes.co.jp/opinion/2014/08/27/editorials/deng-xiaopings-lasting-
legacy/#.VeHQffmqqkp (diakses pada 29/8/2015 pukul 22.30)
Greenlees, Donald. Suharto's legacy of development and corruption, 2008. Dikutip dari
http://www.nytimes.com/2008/01/28/world/asia/28iht-
suharto.1.9542684.html?pagewanted=all (diakses pada 30/8/2015 pukul 00.55).
Grenville, Stephen. Time for Europe to take Greek lessons from Asia, 2015. Dikutip dari
http://asia.nikkei.com/viewpoints/perspectives/time-for-europe-to-take-greek-lessons-
from-asia (diakses pada 30/8/2015 pukul 00.40).
Kompas. Gobel Larang Minimarket Jual Minuman Beralkohol. 2015. Dikutip dari:
http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/3420/1/Gobel.Larang.Minimarket.Jual.Minuman
.Beralkohol (diakses pada 30/8/2015 pukul 01.15.)
Margaret Thatcher Foundation. Dikutip dari
http://www.margaretthatcher.org/archive/Hayek.asp (diakses pada 28/8/2015 pukul
22.15).
Nobel Prize Website. Dikutip dari http://www.nobelprize.org/nobel_prizes/economic-
sciences/laureates/1974/index.html (diakses pada 28/8/2015 pukul 21.10)
Public Broadcasting Service. Dikutip dari http://www.pbs.org/thinktank/transcript726.html
(diakses pada 29/8/2015 pukul 03.15).
Stossel, John. Spontaneous Order, 2011. Dikutip dari
http://reason.com/archives/2011/02/10/spontaneous-order/singlepage (diakses pada
29/8/2015 pukul 04.00)
Video:
Ron Paul: Freedom Is a Young Idea and We're Throwing It Away. Dikutip dari
https://www.youtube.com/watch?v=s8rkFBjJZs8 (diakses pada 28/8/2015 pukul 19.15.
)