+ All Categories
Home > Documents > M&I Vol 38-Issuu

M&I Vol 38-Issuu

Date post: 22-Mar-2016
Category:
Upload: money-i-magazine
View: 238 times
Download: 5 times
Share this document with a friend
Description:
M&I Vol 38-Issuu.pdf
84
Entrepreneurship Magazine Vol. 38 Feb -Mar 2013 Gusti Ngu rah Anom Dari Raja Oleh-Oleh, Menuju Raja Kuliner Exclusive Interview BPR Lestari Exploring New Frontiers Special Feature ISSN: 2087-5975 www.money-and-i.com M oney &I
Transcript
Page 1: M&I Vol 38-Issuu

1Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Entrepreneurship Magazine

Vol. 38 Feb -Mar 2013

Gusti Ngurah AnomDari Raja Oleh-Oleh, Menuju Raja KulinerExclusive Interview

BPR Lestari

Exploring New FrontiersSpecial Feature

ISSN: 2087-5975

www.money-and-i.com

Money&I

Page 2: M&I Vol 38-Issuu

2 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Page 3: M&I Vol 38-Issuu

3Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Page 4: M&I Vol 38-Issuu

4 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

FROM THE EDITOR

Pernahkah Anda menonton film berjudul “Car”? Sebuah animasi karya Pixar yang menceritakan sebuah kota bernama Radiator Spring, yang tiba-tiba menjadi kota mati dan miskin aktivitas

ketika jalan utama yang melintasi kota tersebut, route 66 tidak lagi dilewati oleh orang-orang karena pemerintah telah membuat jalur alternatif yang jauh lebih cepat. Kota tersebut pun kemudian menjadi sepi, dimana beberapa pengusaha yang masih bertahan harus kehilangan pasar dan terancam pailit. Kira-kira begitulah sebagian kisah dalam film tersebut. Animasi memang, namun kisahnya tidak sepenuhnya fiksi. Ada begitu banyak unit usaha yang kemudian tidak mampu bertahan karena adanya perubahan, entah itu kebijakan pemerintah, trend yang berganti dan banyak faktor lainnya.

Misalkan saja krisis moneter yang berawal pada tahun 1997 silam di Indonesia, yang memformat ulang semua tatanan negara, sebuah bisnis yang jumawa, tiba-

tiba terjungkal karena krisis, demikian pula sebaliknya, usaha-usaha kecil yang kesulitan berkompetisi di orde baru, justru menjadi pemenang di era reformasi. Jika dulunya menjadi pengusaha adalah profesi kelas dua, saat ini di era reformasi justru menjadi idaman banyak orang.

Mulai dari skala besar sampai dengan UMKM, dari yang modalnya milyaran sampai yang hanya bermodal dengkul saja, dari jenis bisnis yang konvensional, sampai ke sistem modern dan “nyeleneh”, dari yang dijalankan di dunia nyata, sampai yang beroperasi didunia maya. Namun ironisnya, ribuan pengusaha baru yang muncul selama satu dekade terakhir ini, juga melahirkan ribuan kegagalan bisnis dari para start up tersebut. Jangankan menjadi semakin besar, banyak pengusaha yang belakangan justru banting setir kembali menjadi karyawan setelah usahanya pailit.

Tidak sedikit pula populasi usaha yang berada pada level yang sama sejak didirikan, artinya, profitnya tidak bertambah dan usahanya begitu-begitu saja, padahal jika

hal tersebut berlangsung terus, merupakan indikasi bahwa perusahaan itu nantinya akan mati. Sebuah perusahaan itu harus lah bertumbuh, ketika itu tidak terjadi, perusahaan tersebut akan mati. Grow, or Die!

Kesadaran akan hal itulah yang menjadikan BPR Lestari, perusahaan perbankan yang berdiri tahun 1999 lalu, terus melakukan serangkaian pembenahan, mulai dari infrastruktur sampai dengan SDM, mulai dari brand sampai inovasi produk. Apa yang dilakukan Lestari, semata untuk mempertahankan pertumbuhannya, setelah menjadi market leader dan membuka 9 kantor kas sampai dengan tahun 2012 lalu, saat ini berbagai perencanaan lain tengah disusun. Melalui rubrik Special Feature, kami memaparkan sejumlah road map yang tengah disusun oleh managemen Lestari, baik yang di sampaikan oleh Alex P Chandra selaku komisaris, pun dengan Pribadi Budiono ‘sang kapten’ baru nahkoda Lestari.

Di rubrik Interview, kami menghadirkan wawancara ekslusif dengan Gusti Ngurah Anom, owner Khrisna Group, yang juga tengah melakukan hal yang sama dengan Lestari, growing up dan ekspansif, menariknya kali ini yang di jajal adalah sektor kuliner. Kedua perusahaan ini, baik Lestari maupun Khrisna, adalah 2 icon pertumbuhan bisnis yang paling masif selama satu dekade terakhir di Bali. Apa saja yang tengah dirumuskan oleh kedua perusahaan ini, adalah sebuah cerita yang sarat inspirasi. Para pembaca, this is story about the crackers company. Selamat membaca dan semoga bermanfaat!

Jabat Erat,Arif Rahman

Crackers Company

Crackers lahir atau muncul dalam suasana transformatif yang menimbulkan banyak perubahan. Namun karena jeli melihat peluang dari retakan, mereka pun menciptakan retakan baru-retakan baru. Mereka memecahkan kode-kode baru, membingkai peluang [window of opportunity] yang mereka batasi sendiri waktunya dalam durasi yang pendek agar peluang itu tidak tercecer ke tangan pesaing-pesaingnya. Karena itu cara yeng mereka tempuh terasa menghentak dan sulit diterima mereka yang tidak mampu membaca tanda-tanda cracking zone.

- Rhenald Kasali

Page 5: M&I Vol 38-Issuu

5Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Perubahan digital yang terjadi secara

masif ini, digerakkan oleh sekelompak

segmentasi pasar baru yang kini kerap

dikenal dengan istilah Youth, Woman & Netizen. Untuk memenuhi serta

mengakomodasi segmentasi pasar

yang baru inilah M&I memberikan porsi

khusus dalam suplemen yang bernama

Next Generation!

Kami juga memiliki layanan untuk

membantu komunikasi bisnis Anda

ditengah pasar yang dinamis dan

komplek, mulai dari pembuatan

corporate magazine/books, Commercial Photography, Annual Report, Company

Profile hingga corporate identity seperti

logo, brosur, pamflet dan marketing

tools lainnya.

Dengan tetap bertujuan untuk memberikan kontribusi pengetahuan

khususnya bagi para pengusaha, maka di tahun ini kami membentuk

komunitas bernama M&I Club. Disini, setiap anggota berkesempatan untuk

belajar dengan orang-orang yeng telah berhasil di jalur wirausaha

Bagi Anda yang ingin mendapatkan

majalah M&I versi print, ataupun

bundling 12 edisi di market place kami dengan alamat http://mnistore.

multiply.com. M&I Magz bisa Anda

dapatkan dengan harga Rp. 15.000

/ edisi sebagai pengganti biaya

pengiriman di kawasan Denpasar

M&I Digital Magz

M&I Communication

M&I SuplemenNext Generation

M&I The Club

M&I Social Store M&I Consulting & Research

Selain tetap hadir dalam bentuk media print, majalah M&I juga dapat Anda

download melalui www.money-and-i.

com dan www.issuu.com/moneyandi

yang dapat Anda akses melalui PC,

Android, iPad atau Mac dalam bentuk

digital magazine

youth, woman & netizen

NEXTGENERATION

M&I Consulting & Research adalah

channel layanan yang memberikan

pendampingan khususnya bagi Anda

pebisnis pemula atau kepada mereka

yang hendak mendirikan sebuah usaha.

Mulai dari Business Plan, Feasibility Study, Comparative Market Analysis

sampai dengan pembuatan Standard Operating Procedure [SOP].

MONEY & IConsulting Research

SOCIAL STOREMONEY & ICOMMUNICATION

M&I CHANNEL

Informasi lebih lanjut terkait dengan berbagai layanan ini, dapat Anda akses di www.money-and-i.com

Page 6: M&I Vol 38-Issuu

6 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

CONTENT

26

16 36

SPECIAL FEATURE

EVENT INTERVIEW

Exploring New Frontiers

M&I Club Kick Off & Seminar Starting Your Own Business

Gusti Ngurah Anom : Dari Raja Oleh-Oleh, Menuju Raja Kuliner

Local Champions dalam 5 tahun,meraih aset 1 trilyun dalam satu dekade dan nomer tiga terbesar nasional, inilah sejumlah prestasi yang dibukukan oleh BPR Lestari sepanjang 13 tahun perjalanannya. Saat ini sejumlah strategi baru tengah di design oleh manajemen Lestari, agar posisi sebagai market leader tetap di genggaman. Apa saja strategi tersebut?

58FRONT OF MINDBen Casnocha

Karirnya sebagai entrepreneur dimulai dari usia 14 tahun, dan saat ini sejumlah kesuksesan telah diraih. Ia dianggap sebagai tokoh paling berpengaruh di dunia internet dan politik. Bahkan, majalah BusinessWeek menyebutnya, One of America’s Top Young Entrepreneurs.

10 A Travellers Note

14 Pin Up

18 Note from the Guru : Segmen & Komunitas

34 Insight Chief Community Officer

44 Fitness Junk Food

46 Lestari First, PT. Dianatina Ayu. The Biggest Local Garment From Bali With International Taste

50 Smart Family Uang Bukan Segala-galanya, Tapi

Segala-galanya Butuh Uang

52 Gallery Dedon Swingrest

54 Literature The 4 Disciplines Of Execution

58 Growth Strategies Role Model

62 Note From a Friend Menjadi Orang Nomer 2

64 Inspiration Future City Dubai

Page 7: M&I Vol 38-Issuu

7Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Page 8: M&I Vol 38-Issuu

8 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

EDITORIALPUBLISHERAlex P. Chandra

CHIEF OPERATIONSArif Rahman

PUBLIC RELATIONWahyu Sari Pande

HEAD OF CONTENTSArif Rahman

REPORTERPutera Adnyana

ALAMAT REDAKSI

PT. BPR SRI ARTHA LESTARIJl. Teuku Umar 110 DenpasarT. (0361) 246706 F. (0361) 246705

E. [email protected] [email protected] Sales & Marketing for AdvertisementT. 0361 7843244www.money-and-i.com

Follow Us On :

KONTRIBUTOR

Alex P ChandraAlex P Chandra adalah Chairman BPR

Lestari dan juga publisher majalah M&I, memulai karir sebagai profesional banker di BCA selama 8 tahun sebelum akhirnya memutuskan untuk mendirikan bisnisnya

sendiri BPR Lestari, perusahaan yang dibawanya menjadi BPR terbesar di Bali

dalam waktu 5 tahun.

YuswohadyMerupakan penulis dari sekitar 40 buku mengenai pemasaran. Pernah bekerja selama 12 tahun di MarkPlus Inc dengan posisi terakhir sebagai Chief Executive. Di bidang keorganisasian Yuswohady pernah menjadi Sekretaris Jendral Indonesia Marketing Association (IMA).

Denny Santoso, SAC. Dip., CSN., CHt.Adalah seorang ahli diet, nutrisi, dan fitnes.

Denny Santoso aktif menyebarkan cara diet sehat dan berolahraga yang benar

melalui www.PanduanDiet.com, twitter @dennysantoso, serta Buku Rahasia Diet. Denny Santoso juga meluncurkan www.

SixReps.com, satu-satunya jejaring sosial bagi para fitness mania di Indonesia.

Suzana ChandraSmart Family adalah rubrik yang diasuh oleh Managing Director - Lestari Living ini. Wanita yang pernah menimba pengalaman hidup di Australia ini dengan lugas memaparkan bagaimana kiat cerdik untuk mengelola keuangan dan investasi khususnya di property.

I Made Wenten B.Perannya sebagai Kabid Support &

Operation di BPR Lestari membawanya dekat dengan human resource &

development. Pengetahuannya akan hal tersebut dipaparkan dalam rubrik Growth

Strategies, bagaimana membangun karir dan kompeten dalam dunia kerja.

Hermawan KartajayaMerupakan Asia’s Leading Marketing Strategiest dan juga CEO Of Mark Plus. Inc. Pria yang sering disebut sebagai bapak pemasaran Indonesia ini mencermati perkembangan global saat ini yang bertumpu pada Net Woman & Netizen. Ide-ide nya dituangkan dalam rubrik Notes From a Guru.

Pribadi BudionoUlasannya tentang wacana dari para penulis

dan pemikir besar dan di adopsinya dalam rubrik Literature. Direktur BPR Lestari

ini mengintrepretasikan dengan kritis dan memberikan alternatif solusi pada

permasalahan yang kerap dihadapi bangsa ini khususnya yang ada di Bali.

Rangga UmaraNamanya melejit lewat jaringan usaha restaurant nya. Founder & owner Lela Internasional Corp ini adalah pengusaha muda yang memilih berwiraswasta setelah kehilangan jabatan karena PHK. Keberhasilannya telah membuahkan penghargaan termasuk Indonesian Small and Medium Business Entrepreneur Award.

LAY OUT & DESIGNHendrik

MARKETING & CIRCULATIONAan Evarudin

PHOTOGRAPHYI.B. Baruna Luhur

Supported By.

Page 9: M&I Vol 38-Issuu

9Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Informasi lebih lanjut hubungi M&I Communication

Aan Evarudin081 805 437 830 I 085 792 220 820 I 0361 215 4023

Wahyu Sari081 338 737 004 I 0361 246 706

Terbitkan Biografi atau Corporate Book / Magazine Perusahaan Anda!

YOUR BUSINESSIMPROVE

Kesuksesan adalah sebuah kebanggaan, terlebih jika perjalanan untuk mencapainya penuh liku dan onak. Itu sebabnya,

setiap upaya dan keringat perjuangan tersebut layak untuk menjadi pembelajaran bagi siapa saja, bahkan lintas generasi.

Tuangkan rekam jejak keberhasilan tersebut dalam goresan pena, agar tersimpan dengan baik dan dapat menjadi

inspirasi bagi banyak orang.

Anda juga bisa menceritakan perjalanan bisnis mulai sejak dirintis hingga saat ini, baik dalam bentuk buku [corporate book] ataupun majalah [corporate magazine]. Corporate media print dapat menjadi sarana komunikasi bisnis yang efektif kepada customer, dengan menyampaikan produk-produk terbaru perusahaan, menjaga confident level mereka terhadap produk perusahaan atau bahkan untuk penetrasi segmentasi pasar baru.

Buku Biografi atau Corporate Media Print akan menjadi sarana komunikasi yang tepat untuk karakter pasar yang terus berubah dan dinamis. Melalui media print, siapapun dapat menyimak kisah perjalanan Anda dan perusahaan, bahkan hingga diwaktu-waktu mendatang. Anda dapat mempercayakan proses pembuatan biografi atau media print ke M&I Communication, yang telah berpengalaman dalam pembuatan majalah dan buku-buku bisnis. Bahkan, kami pun melayani distribusinya secara nasional. Kami juga melayani pembuatan Annual Report, Catalog dan Company Profile.

www.money-and-i.com

Page 10: M&I Vol 38-Issuu

10 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Traveller’s Note

Makepungby. I.B Baruna

Page 11: M&I Vol 38-Issuu

11Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Makepung adalah tradisi unik yang yang dilestarikan di kabupaten Jembrana, hampir serupa dengan karapan

sapi asal Madura. Makepung yang artinya berkejar-kejaran adalah sebuah tradisi balap kerbau yang asal

mulanya dari sebuah permainan, yang dilakukan oleh para petani di saat senggang. Makepung sedikit berbeda

jika dibandingkan dengan karapan sapi atau kegiatan balap lainnya. Aturan unik dalam Makepung ini adalah

pemenang lomba bukan hanya ditentukan dari siapa yang melewati garis finish terlebih dahulu, namun juga

harus menjaga jarak dengan pemain lawannya. Artinya, seorang peserta akan dianggap sebagai pemenang

jika dirinya menjadi yang terdepan saat mencapai garis finish dan mampu menjaga jarak dengan peserta

dibelakangnya sejauh 10 meter.

Page 12: M&I Vol 38-Issuu

12 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Traveller’s Note

Omed - Omedanby. I.B Baruna

Page 13: M&I Vol 38-Issuu

13Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Omed-omedan merupakan tradisi unik lainnya di Bali, yang kerap kali digelar setiap tahun,

tepatnya sehari setelah hari raya nyepi atau disebut hari ngembak geni di Banjar Kaja, Jalan Raya

Sesetan, Denpasar. Tradisi ini dilakukan oleh teruna-teruni (karang taruna-Bali ) atau pemuda

dan pemudi banjar Sesetan. Omed-omedan sendiri dalam kamus Bali berarti tarik. Tradisi ini

dilakukan dengan cara tarik menarik dan mencium lawan, dan sering disebut tradisi ciuman

masal. Dalam permainannya, terdapat dua kelompok pemuda, yakni kelompok perempuan

dan laki-laki. Salah satu wajib mewakili dari kelompok masing-masing untuk digendong dan

dipertemukan antar dua kelompok agar saling meraih.

Page 14: M&I Vol 38-Issuu

14 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

“Every day I get up and look through the Forbes list of the richest people in America. If I’m not there, I go to work.” - Robert Orben

Page 15: M&I Vol 38-Issuu

15Vol. 38 | Februari - Maret 2013

PIN UP

“Social media adalah kekuatan word of mouth yang hebat, dan buatlah produk yang berbeda seperti Purple Cow dalam bukunya

Seth Godin, maka ini bisa menjadi pembicaraan yang hebat dan membawa bisnis kita dikenal dimana-mana.”

“Bayangkan, cicak yang hanya menempel di dinding, itu makanannya adalah nyamuk yang bersayap dan bisa terbang

kemanapun, tapi nggak pernah tuh cicak gagal nangkap nyamuk.”

“Satu hari saya pergi ke tempat saudara yang iklim daerahnyanya dingin, disana ternyata tidak ada cicak, karena di desa itu tidak

ada nyamuk, rupanya nyamuk tidak suka berada di daerah dingin. Ini artinya, cicak pun tahu pasar”

-Rangga Umara-Seminar Starting Your Own Business

Page 16: M&I Vol 38-Issuu

16 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

M&I Club Kick Off“Starting Your Own Business”

M&I Club di luncurkan seiring dengan seminar “Starting Your Own Business” yang di pandu oleh Alex P Chandra dan Rangga Umara

Sejumlah peserta seminar mendaftarkan diri untuk bergabung dengan komunitas pengusaha M&I Club (Foto: Red)

Bingung menemukan langkah yang tepat untuk memulai sebuah bisnis? Alex P. Chandra dan Rangga Umara telah membagi resep jitunya pada

tanggal 2 Maret 2013 lalu. Sebanyak 150 peserta dengan berbagai latarbelakang memadati ballroom Hotel Grand Shanti di bilangan Patih

Jelantik Denpasar. Mereka memang kebanyakan datang dengan membawa satu persoalan serupa, yakni tentang bagaimana memulai suatu bisnis atau menjadi wirausahawan dengan langkah yang tepat. Lewat gelaran “Starting Your Own Business”, para peserta diajak untuk lebih optimis dalam berwirausaha dan terpacu semangatnya untuk serius dalam mengembangkan usaha yang telah dirintis.

Alex P Chandra membuka acara dan mencairkan suasana. Sejumlah insight bisnis menjadi obrolan awal yang disampaikan secara komikal dan lugas, membuat para peserta antusias dan menaruh perhatian lebih. Chairman BPR Lestari ini berusaha menyulut mereka dengan serangkaian trik-trik sederhana dalam membangun sebuah bisnis, dimana seringkali hal tersebut dilupakan oleh mereka. Atmosfer di dalam ruangan pun

Page 17: M&I Vol 38-Issuu

17Vol. 38 | Februari - Maret 2013

EVENT

Alex P Chandra mengawali seminar dengan memaparkan kenapa wirausaha adalah salah

satu profesi yang cukup menjanjikan di era saat ini (Foto: Red)

“Guru akan datang kalau muridnya sudah siap, jadi kalau mau jadi wirausaha, mulai saja dulu tanpa harus memikirkan kendalanya duluan.” Rangga Umara (Foto: Red)

Rich & Freedom, adalah satu dari banyak alasan mengapa orang sebaiknya berwirausaha.

(Foto: Red)

jauh dari kesan formal dan kaku yang kerap membuat para peserta menggerutu bosan.

Usai Alex P Chandra membagi pengalaman bisnisnya, acara pun menuju sesi pamungkas yang dibawakan oleh Rangga Umara. Seorang wirausahawan yang sukses di usia muda lewat bisnis Pecel Lele Lela yang kini dikenal luas. Tercatat, sudah lebih dari 80 cabang restaurannya tersebar di seluruh Indonesia, bahkan telah memasuki pasar Internasional dengan membuka outlet-nya di Malaysia.

Rangga Umara pun menceritakan bagaimana usahanya dimulai dari nol dengan bermodalkan kenekatan, kreativitas dan pintar dalam membaca peluang serta keinginan pasar. Bahkan dalam sesinya, Ia menekankan bahwa jangan pernah meremehkan sebuah bisnis sejenis pecel lele yang kerap dianggap sebagai bisnis kecil. Namun, di tangan Rangga, bisnis kaki lima itu pun disulap menjadi bisnis besar yang berkelas dan sukses dimana-mana.

Gelaran “Starting Your Own Business” ini pun merupakan event perdana yang diasuh oleh Money & I Communication yang bekerjasama dengan Sunrise Event Organizer. Di penghujung seminar tersebut, Money & I Communication juga memperkenalkan Money & I Club, sebuah wadah untuk belajar dan sharing tentang bisnis yang dimentori oleh orang-orang yang berkompeten dan sukses dalam usahanya. Itulah sebabnya di akhir sesi Alex P Chandra menutup seminar dengan

mengajak para wirausahawan untuk bergabung dengan komunitas M&I Club. Dimana ada sejumlah manfaat yang bisa didapatkan oleh para member, mulai dari pelatihan kewirausahaan secara berkala dengan pembicara yang kompeten sampai dengan layanan supporting bisnis lainnya. Anda dapat menghubungi Aan di no telp 0361.2154023 atau Wahyu di No telp 0813 387 37004 untuk informasi lebih lanjut terkait komunitas ini.

Page 18: M&I Vol 38-Issuu

18 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

NOTE FROM THE GURU Hermawan KartajayaAsia’s Leading Marketing Strategiest

& CEO of Markplus Inc

Banyak orang yang sudah belajar marketing dari dulu. Bisa juga belajarnya sekarang, tapi memakai buku teks yang dulu. Memang bingung. Padahal zaman sudah berubah. Terutama

dengan kehadiran Internet.

Orang jadi lebih gampang melakukan interaksi dengan orang lain. Bahkan, mereka lantas sepakat untuk membentuk

komunitas. Tidak harus sebuah komunitas berbasis geografi atau demografis. Juga belum tentu komunitas berbasis psikografi dan behavioural seperti pada segmentasi.

Jadi di dalam sebuah segmen, orang-orang tidak berinteraksi satu sama lain.Sedang di sebuah komunitas, interaksi menjadi pondasi dari pembentukan ikatan diantara anggota komunitas tersebut. Apalagi kalau komunitas online itu sering melakukan kopdar. Ikatannyamenguat,

karena bagaimanapun interaksi off-line akan menghasilkan suatu experience yang melibatkan lebih banyak panca indera. Sebab itu, aspek feel-think-act-nya sangat mendalam.

Pertanyaan kedua adalah apa beda segmentasi dan komunitisasi? Banyak yang tidak menyadari bahwa segmentasi itu hanya ada di pikiran atau pandangan pemasar. Orang-orang yang di segmen itu sendiri tidak merasa begitu. Mereka tidak

Segmen & KomunitasAda tiga pertanyaan mendasar yang sering ditanyakan pada saya ketika menjelaskan New Wave Marketing. Apa sih bedanya segmen dengan komunitas?

Page 19: M&I Vol 38-Issuu

19Vol. 38 | Februari - Maret 2013

NOTE FROM THE GURU

peduli mau masuk segmen yang mana. Sedang orang selalu sadar masuk komunitas mana saja. Orang bisa menjadi anggota beberapa komunitas sekaligus—baik online maupun offline. Misalnya, komunitas kantor di BB Group, komunitas eks teman-teman SMA di Facebook, komunitas online penggemar Angry Birds dan sebagainya. Juga ada komunitas Honda Motor Club, Yamaha Motor Club, Fotografi Club dan bahkan The Beatles Club.

Berbagai komunitas offline ramai-ramai bikin versi online-nya supaya tetap bisa berinteraksi nonstop waktu lagi tidak bertemu fisik. Jadi, komunitisasi merupakan upaya marketer mengidentifikasikan berbagai komunitas yang kira-kira diminati.

Bisa saja disini, marketer membentuk komunitasnya sendiri dengan mengundang orang-orang untuk jadi anggota. Komunitas ini menjadi platform saling berinteraksi.

Ketiga, apakah segmen selalu offline dan komunitas selalu online? Nggak juga, lho.

Marketer juga bisa melakukan segmentasi geografis, demografis, psikografis dan behavioural secara online.Malah lebih gampang identifikasinya karena ada teknologi search engine.

Sedang komunitas, jelas bisa online dan offline, bukan hanya online. Bahkan, memang harus online dan offline supaya tambah solid.Nah, kalau sudah begini, legacy atau new wave bukanlah masalah offline atau online. Tapi lebih pada cara marketer memandang pasar, vertikal atau Horisontal.

*Artikel ini disadur dari Buku Hermawan Kartajaya berjudul “Superhero Juga Manusia.”

Marketer juga bisa melakukan segmentasi geografis, demografis, psikografis dan behavioural secara online. Malah lebih gampang identifikasinya karena ada teknologi search engine.

Page 20: M&I Vol 38-Issuu

20 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Exploring New Frontiers

Page 21: M&I Vol 38-Issuu

21Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Page 22: M&I Vol 38-Issuu

22 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

SPECIAL FEATURE

Taken To The Next Level

Krisis moneter yang berawal pada tahun 1997 silam di Indonesia, seolah menjadi reset button yang memformat ulang semua tatanan negara, mulai dari sosial, politik, ekonomi

dan juga peta bisnis. Di era reformasi ini, entrepreneurship seolah mendapat tempat dan menumbuhkan ribuan start up baru selama satu dekade terakhir. Namun ironisnya, tidak banyak pebisnis yang berhasil dan menjadi besar di era ini.

Dari sedikit yang berhasil, salah satunya adalah Bank Perkreditan Rakyat [BPR] Sri Artha Lestari, sebuah entitas keuangan kecil yang saat ini menjelma menjadi sebuah bank dengan reputasi mengagumkan. Sejak diakuisisi pada tahun 1999, BPR

Lestari secara perlahan dan konsisten terus menggeliat. Sekalipun menghadapi segudang kendala, namun perlahan bank ini terus melakukan perubahan, mematangkan diferensiasinya dan mulai masuk sebagai local challanger ketika berhasil meninggalkan sejumlah cara-cara lama dalam berbisnis di industri BPR dan membidik pasar bank-bank umum untuk bersaing dengan mereka.

Exploring New FrontiersSejak tahun 2005, BPR Lestari akhirnya berhasil menjadi BPR terbesar di Bali dengan aset 5 milyar, selama 8 tahun terakhir posisi sebagai jawara lokal tidak tergoyahkan. Namun bukan berarti kemudian apa yang telah di raih saat ini akan berhenti begitu saja, sejumlah perencanaan telah disusun, bukan hanya

untuk tetap bertahan sebagai yang terbaik, namun juga sebagai langkah kedepan untuk pertumbuhan yang lebih masif. Itulah sebabnya BPR Lestari tengah mempersiapkan infrastruktur untuk membangun daya saing dengan membuka banyak kantor kas di berbagai daerah, dan tentunya siap beranjak untuk memasuki pasar di luar Bali, seperti Jawa, Lampung dan beberapa daerah lainnya. Bagaimana BPR Lestari mempersiapkan dirinya untuk menjadi national champion sebagaimana visi mereka?

Pada special feature kali ini kami mengupasnya untuk Anda, dan melihat apa saja langkah kongkrit yang saat ini tengah disusun, karena bank kecil yang bernama Lestari ini, punya kans untuk menjadi jawara and ready to beat a giant!

Page 23: M&I Vol 38-Issuu

23Vol. 38 | Februari - Maret 2013

SPECIAL FEATURE

Guru Besar Universitas Indonesia Rhenald Kasali mempopulerkan istilah cracker, sebutan bagi mereka yang telah melakukan perubahan, pembaruan sistem dan memberikan pengaruh. Pemimpin yang sanggup membawa tata permainan baru adalah para Cracker, mereka membuat retakan dan menyita perhatian khalayak. Namun sayangnya, jumlah para Cracker ternyata tidak banyak, apalagi jika screening dilakukan untuk propinsi Bali, maka hanya sedikit pemimpin perusahaan yang layak disebut Cracker. Dari yang sedikit tersebut, nama BPR Lestari adalah salah satu perusahaan yang layak di sebut Cracker Company, Chairman-nya bernama Alex P Chandra, mantan profesional banker di bank BCA.

Sepuluh tahun yang lalu tepatnya ditahun 1999, bank tersebut pailit karena krisis moneter. Alex P Chandra mengakuisisinya dengan aset awal sebesar Rp. 300 juta. Secara fisik, bangunannya sangat kecil, terdiri dari ruko 2 lantai yang bocor ketika hujan turun. “Tidak lebih baik dari koperasi di tingkat kelurahan,” demikian kelakar Alex P Chandra, sang CEO ketika itu. Namun di tangannya, perusahaan ini mengalami metamorfosis. Sekalipun di 3 tahun pertamanya terseok-seok, namun jumawa di tahun kelimanya dengan menjadi BPR terbesar di Bali. Dalam durasi sekitar satu dekade, aset 1 triliun pun dicapainya. Kepada Putera Adnyana, Chairman BPR Lestari ini menceritakan apa saja rencananya untuk membawa perusahaannya tersebut tampil sebagai national champion. Inilah balada sang Crackers..

Page 24: M&I Vol 38-Issuu

24 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

SPECIAL FEATURE

Create Customer Experience Key for sustain big and getting bigger

Saat ini, persaingan di industri BPR kian ketat, bagaimana bapak melihat ini?

Saat ini kompetisi memang terlalu ketat, nanti akan lebih ketat lagi, tidak akan berkurang. Kompetisi itu sesuatu yang tidak bisa saya kontrol, kalau saya bisa kontrol, akan saya suruh orang-orang lain tidak boleh buka bank, biar Lestari jadi satu-satunya bank, tapi kan nggak bisa kayak gitu. Yang bisa kita kontrol itu adalah diri kita sendiri, untuk menjadikan diri kita memiliki nilai yang berbeda, dan bisa berjalan di market yang sesuai, melindungi bisnis kita supaya tidak gampang diserang, inilah yang saya anggap sebagai kompetisi.

Apa saja bentuk ‘perbedaan’ tersebut?

Saya itukan kalah modal dengan bank besar, kalah brand dan kalah perlengkapan, karena itu saya fokus kepada orang atau team manajemen. Fokus saya adalah dengan investasi di people, supaya mereka bisa lebih bagus dari kompetitor saya. Kalau orang-orangnya lebih jelek, kalah modal, kalah brand dan kalah perlengkapan, maka tutup buku saja dan pulang kampung. Yang kedua, harus create customer experience

yang berbeda. Saya harus bisa membuat service yang berbeda dibandingkan yang lain, saya tidak bilang kita lebih baik dari bank umum lainnya, tapi saya punya service yang berbeda dengan mereka, kita punya diferensiasi dengan mereka. Proses ini terus berjalan sampai kita punya sisi yang unik, yang berbeda dengan bank-bank lainnya. Jadi saya ingin punya bank yang fun (menyenangkan) dan tidak membosankan. Satu contoh saja, soal busana yang kita jadikan sebagai bagian dari fashion, bukan hanya corporate identity semata. Coba lihat seragam karyawan Lestari, bedakan. Biar orang lihat bahwa karyawannya BPR Lestari itu ganti-ganti baju terus, makin trendy.

Itu yang saya maksud sebagai bagian dari to create customer experience. Konsep kantornya juga demikian, kita buat bertema living room, tidak ada meja counter yang tinggi-tinggi, sehingga tidak ada sekat antara nasabah dengan staf kita, inilah perbedaan yang kita bangun.

Ini yang membawa BPR Lestari melesat sendirian?

Sejauh ini, kita sudah memimpin cukup jauh. BPR kedua terbaik dan terbesar di Bali itu asetnya sudah cukup besar. Kita empat kali lipatnya, namun tidak menutup kemungkinan bahwa kompetitor kita akan

menyusul. Makanya kita harus mencoba sustaining our growth. Kompetitor kita akan semakin kuat, dan ini membuat kita harus berpikir bagaimana bisa bertahan dan berinovasi.

Turbulent Two EngineGo Transactional, Go National

Lalu inovasi apa saja yang akan dikeluarkan oleh Lestari untuk mempertahankan pertumbuhannya tersebut?

Kalau dari produk, bakal ada satu yang akan merubah model bisnis kita. Selama ini bisnis BPR itu modelnya tidak lain adalah “investasi”. Di BPR tidak ada transaksionalnya. Orang datang buka deposito atau rekening tabungan yang sifatnya jangka panjang. Jadi tidak transactional, tapi tahun ini, kita ingin lebih all out. Karena tahun lalu pun kita sudah mulai lewat tabungan Jumbo yang sifatnya transaksional. BPR Lestari pun bakal go transactional. Selama ini bank-bank BPR belum pernah ada yang berhasil, bahkan bank-bank umum di kelas menengah pun belum sepenuhnya berhasil di transaksional.

Hanya bank-bank besar yang berhasil dengan transaksional ini. Bank-bank umum kelas dua hanya tertolong dengan giro mereka, itu pun tidak terlalu banyak. Dari tahun kemarin kita sudah mulai, tahun ini ada terobosan lagi untuk memajukan produk tabungan jumbo sehingga model bisnis kita agak berubah sedikit.

Jadi transaksional ini adalah strategi baru BPR Lestari untuk memikat nasabah?

Pengundian Grand Prize tabungan Jumbo, selain berbunga tinggi, Jumbo juga merupakan tabungan berhadiah. Saat ini Jumbo di design sebagai tabungan transaksional untuk para pengusaha (Foto: Red)

Page 25: M&I Vol 38-Issuu

25Vol. 38 | Februari - Maret 2013

SPECIAL FEATURE

Itu adalah salah satu strategi kita untuk bertahan. Tabungan yang transaksional buat orang bank adalah dana yang murah. Walaupun Jumbo tidak diposisikan untuk murah, tetap berbunga tinggi. Mereka itu adalah penabung-penabung yang bertransaksi, dan mereka itu sifatnya tidak price sensitive. Jadi kita menghindari menjual produk yang mengandalkan produk hanya price sensitif, seperti deposito. Sekarang kan dana kita kebanyakan dari deposito. Nah sekarang kita mau shifting sedikit ke produk-produk yang non price sensitif. Dan itu didapat dari orang yang bertransaksi.

Itu baru satu, dan yang kedua adalah kalau transaksionalnya berhasil, kita bisa tape-in ke source of fund yang sesungguhnya jauh lebih besar dari deposito. Karena deposito itu pada dasarnya adalah sisa dana tabungan yang tidak dipergunakan. Kalau saya pebisnis, yang lebih besar tentu modal kerja saya ketimbang tabungan. Modal kerja ini kan ada di giro yang digunakan saat bertransaksi. Nah, kalau bertransaksinya bisa lewat Jumbo, ini akan jauh lebih besar dari deposito, karena merupakan modal kerja nasabah. Ini kalau berhasil, kita bakal punya sustaining growth.

Secara teknis, bagaimana transaksional ini dilakukan lewat tabungan Jumbo?

Nasabah tentu inginnya gampang dalam bertransaksi, kalau tidak maka mereka tidak bisa transaksi. BPR Lestari punya keterbatasan dalam hal kliring, karena itu mau tidak mau harus bisa bekerjasama dengan bank umum, misalnya dengan bank BCA untuk transaksi. Nanti nasabah tinggal memasukkan uangnya ke tabungan kita dan bisa tarik tunai, sedangkan kalau tarik uangnya nanti pakai ATM, ini yang saya sebut sebagai pengembangan tabungan Jumbo tahap dua. Kita namakan sebagai Jumbo Connect.

Harapannya nanti kalau sudah jalan Jumbo Connect ini, maka tabungan Jumbonya

akan naik 2 kali lipat di tahun ini, yaitu di angka 300 miliar dan komposisi tabungan vs depositonya naik menjadi 20%. Jadi saya targetkan dalam 10 tahun kedepan komposisi tabungan vs deposito menjadi 50 : 50, nanti kita bicarakan 10 tahun lagi berhasil atau tidak.

Bagaimana bentuk konektifitas tersebut?

Nanti akan ada fasilitas virtual account yang akan mempermudah transaksi uang masuk. Kalau sekarang agak susah untuk transfer ke rekening Jumbo, harus fax bukti transfer-lah dan lain-lain. Oleh karena itu, dengan adanya virtual account ini nanti akan terhubung dengan sistem di bank BCA. Kalau dari ATM BCA, nanti nasabah bisa mentransfer langsung uangnya ke rekening Jumbo. Nanti penarikan akan dipermudah dengan ATM bersama. Kendala-kendala transaksional ini memang harus diselesaikan secara bertahap.

Mengelola sistem kerja yang transaksional tentu tidak mudah?

Ini memang tidak gampang dan memerlukan infrastruktur yang besar. Kalau orang menempatkan deposito, pasti dia hanya datang sesekali saat penempatan dan pencairan. Tapi kalau transaksi, setiap hari dia bakal datang ke

bank. Itu akan membutuhkan kesiapan teller nya, kesediaan tempat parkirnya, segala infrastruktur, dan lain-lain. Jadi memang nggak gampang untuk transaksi. Butuh persiapan, belum lagi sistemnya juga seperti tarik dan setor itu. Di awal-awal kita memang belum mampu untuk memenuhi infastruktur dan sistem yang mumpuni, namun sekarang kita secara bertahap mengembangkannya.

Ini merupakan strategi untuk tidak menggantungkan diri pada deposito?

Kendala BPR sesungguhnya adalah, kita yang mengandalkan dana-dana mahal. Tadi saya bilang deposito, itu dana mahal. Kemudian pemilik deposito by nature itu adalah orang yang price sensitif. Jadi cost kita mahal, akibatnya kita jual juga relatif mahal. Karena mahal, kita hanya bisa bersaing dengan market BPR saja. Meski mungkin saya masih bisa jual murah lebih sedikit dibandingkan mereka, tapi saya tidak bisa bersaing dengan bank umum.

“To be number one is easy, the real

challenge is how to keep being number

one”.

-Alex P Chandra

Page 26: M&I Vol 38-Issuu

26 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

SPECIAL FEATURE

Saya hanya tumbuh dengan segmen market yang tertentu saja. Kalau saya bisa turunkan cost of fund lebih murah lagi, maka saya akan masuk pada satu market yang selama ini tidak bisa kita jelajahi, yakni market bank-bank kelas menengah. Berarti satu pintu lagi terbuka untuk BPR Lestari. Itu yang membuat saya bisa tumbuh lebih pesat lagi nantinya.

Sederhananya begini, diibaratkan kalau bank-bank besar sedang memakan rotinya, kita ini yang memakan remah-remah rotinya yang berjatuhan. Nanti andaikata saya bisa menurunkan cost of fund, kita pun bisa menggigit rotinya walaupun di pinggir-pinggirnya.

Saat ini di Bali, BPR itu punya pangsa pasar hanya 8%, sisanya 92% ada di bank umum. Saya tidak ingin fokus dengan LPD atau koperasi, karena saya ingin merebut market yang 92%. Meskipun saya dapat hanya 1% dari 92% tersebut, itu sudah angka yang lumayan ketimbang saya jadi jawara di pangsa BPR yang hanya 8%. Saya harus merebut yang 92% karena kuenya lebih besar. Lestari itu menjadi leader market di industri BPR di Bali dengan proporsi sebanyak 30% dari semua BPR, sedangkan di market bank umum, kita itu hanya 2,5% saja. Itu sebabnya kami mau cari kue yang lebih besar. Itulah yang saya pikir adalah strategi sempurna agar bisa sustaining growth.

Sejak di luncurkan, bagaimana antusiasme nasabah terhadap Jumbo?

Grafik pengguna tabungan Jumbo itu terus naik. Kita baru launching malah produk ini di event stakeholder meeting 2011. Tahun lalu, tabungan Jumbo kita cuma 50 miliar, dan kita close 160 miliar dalam satu tahun, jadi sudah hampir 3 kali lipat.

Dan sekarang sudah 181 miliar. Kalau dihitung dari pertama launching hingga sekarang sudah 3,5 kali lipat atau 360% kita tumbuh di tabungan. Apakah berhasil? Nah, perjalanannya masih panjang!

Di luar tabungan, saluran kredit Lestari juga terbilang impresif, bagaimana bapak menawarkan produk kepada pangsa

pasar bank umum yang memiliki sejumlah keunggulan?

Belajar dari pengalaman, ketika orang mengajukan pinjaman ke bank, itu sesuatu yang “menyakitkan” atau bahkan mungkin “menghinakan”, nah sekarang kita rubah image itu menjadi sesuatu yang menyenangkan dan tidak menyakitkan, jadi soal suku bunga itu masalah kedua dan bukan penghambat utama. Kuncinya adalah kita harus mengetahui target market yang tepat.

Seperti berjualan es kepada orang yang haus. Suku bunga saya lebih tinggi ketimbang bank umum, kalau saya menawarkan pinjaman kepada pedagang klontong atau beras yang omzetnya sudah pasti dan konservatif, mereka tidak ekspansif, maka sampai matahari terbit dari barat, produk itu tidak akan laku karena target marketnya keliru.

Jadi yang saya sasar adalah nasabah yang sedang growing. Ketika usaha mereka sedang tumbuh, maka yang diperlukan likuiditas, mereka yang sedang tumbuh memerlukan pinjaman, maka itu sasaran kita. Kita harus tentukan positioning kita, sehingga nanti mereka sendiri yang mencari kita karena saya tidak jual kredit murah,

Di Bali, BPR itu punya pangsa pasar hanya 8%, sisanya 92% ada di bank umum. Saya ingin merebut market yang 92%. Meskipun saya dapat hanya 1% dari 92% tersebut, itu sudah angka yang lumayan ketimbang saya jadi jawara di pangsa BPR yang hanya 8%. Saya harus merebut yang 92% karena kuenya lebih besar.

Page 27: M&I Vol 38-Issuu

27Vol. 38 | Februari - Maret 2013

SPECIAL FEATURE

tapi tentunya dengan service experience yang menyenangkan dan tidak berbelit-belit. Kita sudah coba banyak hal, dan kita sudah dapatkan positioning kita yang tepat, karena kita tidak bisa menang di semua lini.

Selain go transactional lewat Jumbo, target lainnya adalah go national, sementara peraturan pemerintah tidak memperkenankan BPR keluar provinsi?

Saat ini sesuai peraturan pemerintah, BPR kan tidak boleh keluar dari satu provinsi, maka untuk ekspansi itu kita akan buat Lestari Incorporated. Jadi caranya kita harus buat perusahaan baru kalau mau ekspansi ke luar provinsi. Strateginya saya selalu mengusahakan customer experience yang lebih bagus, yang unik, planning bisa berjalan dengan bagus dan staf saya makin baik, jadi soal peraturan pemerintah saya siap menjalankan saja.

Berapa jumlah kantor kas saat ini?

Tahun ini ada penambahan kantor kas yakni di wilayah Sesetan dan Renon. Jadi total sekarang ada 12 kantor kas. Nah itu tujuannya sekali lagi agar orang-orang gampang bertransaksi. Ini juga secara tidak langsung merupakan persiapan untuk menuju transaksional bisnis itu tadi. Untuk tahun ini kita masih tetap fokus di Denpasar, sementara Badung baru mulai tahun depan. Visi kita sendiri sekarang adalah bagaimana BPR Lestari Bali itu harus menjadi Lestari Indonesia.

Kita sudah apply untuk ijin PT.BPR Lestari Jatim untuk operasional di sana. Kita sudah mulai proses untuk itu, tapi belum tahu apakah akan terealisasikan tahun ini atau tahun mendatang. Kita baru memulai prosesnya. Nanti kalau yang Jatim ini

berhasil, kita akan menuju Jateng, kalau Jatim, Jateng dan Bali bisa kita manage dengan baik, tidak menampik kemungkinan akan merambah ke Jogja, Jabar, Kaltim, Kalbar, Sulut, Sulteng, Sumbar dan lain-lain. Visi kita sekali lagi adalah Lestari tidak hanya untuk Bali tapi Lestari juga untuk Indonesia. Ini adalah challenge kita berikutnya

Dengan sejumlah keberhasilan serta pertumbuhan yang tinggi, apakah sistem IT di BPR Lestari sudah siap?

Untuk IT, kita di BPR Lestari sudah naik kelas, dalam arti untuk menghitung bunga dan lain-lain sudah selevel dengan bank besar seperti Mandiri.

Make More ImpactForce For Good

Bicara diluar bisnis, sejumlah aktifitas sosial secara simultan terus dilakukan pada tahun 2012 lalu, apakah motivasi yang sama untuk berbagi akan tetap dilakukan ditahun ini?

Pertama kali bisnis itu kita cari uang, dan ketika uang itu sudah cukup maka itu bukan motivasi utama lagi, uang tidak menjadi

primary position. Saya percaya kalau sebuah perusahaan memiliki visi dan misi yang jelas maka akan bertahan lama. Kalau sebuah bisnis hanya dibatasi soal motivasi ekonomi maka perusahaan itu akan berhenti berkembang.

Karena itu kita harus punya misi lain dan saya pribadi merasakan sangat berkesan saat saya suatu hari pernah makan di jalan Pattimura Denpasar, saat itu saya parkir dan memberikan uang parkir kepada ibu-ibu sebesar 20 ribu. Bagi saya 20 ribu itu uang kecil tapi itu sangat berarti bagi mereka tukang parkir. Saat itu ibu tukang parkir itu mendoakan saya agar sehat dan sukses dalam bisnis, saya tersentuh dengan doanya dan saya merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Bisnis harus more than just making money.

Inilah bentuk responsibility kita dan salah satu misi BPR Lestari adalah ingin bermanfaat untuk orang lain dan punya impact untuk mereka yang membutuhkan. Ibaratnya seperti kita melempar batu ke tengah danau dan ada impact berupa gelombang air ke sekitarnya. Chairil Anwar berkata “Sekali hidup berarti sesudah itu mati”. Bisnis harus kita gunakan untuk bisa memberi manfaat untuk orang lain.

Generasi Lestari, adalah program beasiswa kepada sejumlah mahasiswa berprestasi namun

memiliki kendala keuangan, yang diberikan oleh BPR Lestari dalam bentuk full scholarship

sebagai bagian dari force for good dari pertumbuhan Lestari

(Foto: Red)

Page 28: M&I Vol 38-Issuu

28 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Di tempat terpisah, selang dua hari sejak pembukaan Lestari Benoa, Senin (4/3) kantor kas BPR Lestari untuk area Renon juga diluncurkan secara resmi. Lagi-lagi kawasan Renon digadang sebagai wilayah paling strategis, baik untuk bisnis maupun perbankan. “Melalui survei Bank Indonesia, hasilnya menyebutkan bahwa di sini adalah salah satu tempat yang paling kencang penyebaran uangnya, sekitar 40% tertinggi di Bali” seru Ida Bagus Anom Darmawan, Kepala Kantor Kas BPR Lestari Renon. Anom mengaku peresmian kantor

Dua dari 3 Kantor Kas BPR Lestari di Tahun 2013 Siap Melayani Wilayah Baru

BPR Lestari melebarkan Sayap Untuk Renon dan Benoa

Untuk semakin mempermudah akses para nasabahnya, BPR Lestari pun menambah jumlah kantor kasnya. Wilayah Renon dan Sesetan pun kali ini menjadi sebagai dua titik strategis yang kemudian dibidik. Kedua kantor kas tersebut diresmikan sekaligus di awal bulan Maret lalu. Hanya melalui kantor kas lah, BPR Lestari dapat memberikan performa pelayanan yang optimal untuk para nasabahnya dengan segala macam produk perbankan dan transaksi. Pembukaan kantor kas BPR Lestari yang ke-10 dan ke-11 ini adalah salah satu strategi Lestari untuk berkembang di tahun-tahun kedepan.

Diawali dengan peresmian kantor kas di daerah Sesetan (1/3) yang disaksikan oleh Direktur Utama BPR Lestari –Pribadi Budiono, Kepala Kantor

Kas BPR Lestari Benoa – I Gusti Agung Ayu Anggraeni, Kelian Dinas setempat hingga sejumlah karyawan BPR Lestari. Menggunting pita sebagai tanda simbolis akan dibukanya pintu pelayanan baru bagi BPR Lestari untuk area Sesetan dan sekitarnya. “Kebanyakan memang nasabah yang saya pegang itu tinggalnya di daerah Sesetan dan sekitarnya seperti Pesanggaran. Ini tentu akan mempermudah akses mereka, ketimbang jauh-jauh dan terjebak kemacetan. Ini juga merupakan perpanjangan tangan pelayanan, maka Sesetan adalah pilihan yang ideal untuk mewujudkannya,” ungkap I Gusti Agung Ayu Anggraeni ketika ditanya alasan pendirian kantor kas yang secara persis berada di kawasan Pesanggaran.

Kantor ini juga diharapkan bisa meng-cover pasar Benoa yang memiliki arus transaksi cukup tinggi. “Tentu tujuan akhir kami adalah mencapai target lebih. Sekalipun untuk mencapai itu haruslah bertahap,” sambung Ayu. Untuk ke depannya, kantor kas ini juga akan tetap fokus dalam mengoptimalkan produk unggulan tabungan Jumbo BPR Lestari. Menurut Ayu

Anggraeni, tabungan Jumbo menawarkan bunga yang jauh lebih tinggi ketimbang giro. Selain itu, dengan penambahan banyak account di bank akan mempermudah transaksi transfer keluar masuk dari rekening para nasabah dan menjadi lebih praktis. “Tantangan kedepannya selain target adalah bagaimana membangun tim yang baru ini agar tetap solid. Kalau sudah solid dan kuat manajemennya, sudah pasti target pun akan dengan mudah tercapai,” tutur wanita yang telah delapan tahun mengabdi di BPR Lestari ini.

SPECIAL FEATURE

Page 29: M&I Vol 38-Issuu

29Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Gunting pita simbolisasi pembukaan Kantor Kas BPR Lestari Renon (Foto: Red)

Doa bersama sebelum pembukaan BPR Lestari kantor kas Benoa. (Foto: Red)

kas Renon ini memang sengaja digelar sederhana lantaran seminggu sebelumnya, telah digelar ritual melaspas yang cukup meriah sesuai dengan kepercayaan Umat Hindu Bali. “Melalui upacara itu, kami berharap kantor ini dimuluskan jalannya dan terus diberkati. Apalagi dalam hal pencapaian target,” tambahnya.

Menurut Anom yang juga sempat menjadi Kepala Kantor Kas Cabang Melati ini, target yang akan diemban oleh kantor kas Renon diharapkan mampu menyasar angka seratus persen. “Sebenarnya kami tidak terlalu menargetkan. Dalam artian target ini juga tidak terlalu rendah atau pun tidak

terlalu tinggi. Yang penting kami tetap optimis untuk mengejarnya. Tapi kalau bisa sih target 100% terpenuhi,” terangnya. Dengan jumlah karyawan yang mencapai 11 orang, kantor kas Renon pun siap memberi pelayanan terbaik untuk Anda. Di samping target dari kantor pusat, kontribusi BPR

Tantangan kedepannya selain target

adalah bagaimana membangun tim

yang baru ini agar tetap solid.

Kalau sudah solid dan kuat

manajemennya, sudah pasti target

pun akan dengan mudah tercapai”

Ayu AnggraeniBranch Manager Lestari Benoa

Lestari dalam bidang sosial dan pendidikan di lingkungan masyarakat sekitar juga menjadi perhatian penuh kantor Kas di bilangan Jalan Raya Niti Mandala Renon, persis berada dalam kompleks asri Renon Square.

SPECIAL FEATURE“

Page 30: M&I Vol 38-Issuu

30 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

SPECIAL FEATURE

The New CommanderSelain meneruskan prestasi yang telah di bukukan pada tahun 2011, maka tahun 2012 lalu juga menjadi tahun yang sedikit berbeda khususnya di jajaran struktur top management.

Pribadi BudionoThe New Commander Of BPR Lestari(Photo : Mata Photography)P

osisi Chief Executive Officer yang selama ini dipegang oleh Alex P Chandra, sejak Mei 2012 lalu telah resmi berpindah. Adalah Pribadi Budiono, direktur BPR Lestari yang telah bergabung selama

kurang lebih 6 tahun, yang dipercaya untuk meneruskan tongkat estafet tersebut. Bagaimanapun juga, meneruskan sebuah jejak keberhasilan tentulah tidak mudah, namun dengan bekal pengalaman dan pengetahuannya yang luas, pria ‘pelahap’ buku-buku bacaan ini menceritakan tentang awal karirnya hingga menjadi top executive seperti saat ini, dan apa saja mimpinya untuk membangun BPR Lestari dimasa yang akan datang. Dalam rubrik ini, kami ingin mengenalkan sosoknya lebih dekat. Kepada Arif Rahman, mantan kepala cabang Bank Mega ini bertutur akan kisahnya, dan apa saja mimpinya akan pertumbuhan BPR Lestari kedepan.

Bagaimana kehidupan Anda sebelum berkarir sebagai seorang banker?

Ibu saya itu ibu rumah tangga, sedangkan bapak adalah kepala desa dan sudah lama pensiun, tempatnya di desa yang jauh dari kota. Saat masuk SD saya terlambat, dan belum bisa baca waktu kelas 1 SD, saya bisa baca tulis itu sejak kelas 3 atau 4 SD, jadi terlambat sekali. Namun sejak kelas 1 SMP, saya sudah mulai dapat ranking 1, saat SMA juga memperoleh ranking 1. Saya lulus kuliah tahun 1991 dan memperoleh predikat lulusan terbaik dan tercepat, maka kampus Udayana menyarankan saya untuk bergabung dan ikut mengajar di sana. Sewaktu kuliah saya dapat beasiswa selama 3 tahun. Saya juga dapat beasiswa dari Djarum Foundation.

Anda berprestasi di masa kuliah dengan berbagai keterbatasan, bagaimana Anda mengatasinya?

Page 31: M&I Vol 38-Issuu

31Vol. 38 | Februari - Maret 2013

SPECIAL FEATURE

Pembukaan 1 dari 3 kantor kas yang direncanakan

beroperasi ditahun 2013(Photo : M&I)

Kegiatan semasa kuliah itu saya mulai sejak jam 6 pagi hingga 11 malam, itu sudah termasuk kuliah, kerja juga dengan jualan, memberikan les ke anak-anak serta mengajari teman-teman kuliah mulai dari materi fisika, matematika, kimia, teknik mesin dll. Saat kuliah itu saya mendapatkan kiriman uang 50 rb dari orang tua. Teman-teman rata-rata dapat kiriman 100 ribu pada masa itu dari orang tua mereka. Tapi uang 50rb itu lebih banyak saya gunakan untuk membeli buku, jadi saya bukan beli nasi (makanan). Untuk biaya hidup dan keperluan sehari-hari, saya mengajar kursus di Primagama, saya juga jualan kue, buat kacang telor, buat aneka kue yang saya jual. Ini saya lakukan sejak semester pertama, waktu itu kos saya tinggal bertiga dengan teman, tempat tidur hanya satu yang pakai pakai busa, jadi kalau terlambat tidur ya di tikar, kemana-mana selalu jalan kaki.

Semua itu saya nikmati, karena meskipun kondisi sulit, saya tetap bisa meraih prestasi di kampus, IP saya waktu di kampus paling tinggi dan lebih cepat selesai dari yang lain. Saya kuliah S1 selama 3 tahun 8 bulan, saya KKN pada saat semester 4. Meski susah saya yakinkan diri bahwa saya bisa maju, saya punya impian dan bisa sukses.

Selepas kuliah, Anda mendapat tawaran menjadi dosen namun kemudian ditolak, mengapa?

Saat kuliah saya sudah biasa memberi materi bukan hanya kepada teman seangkatan dan adik angkatan, tapi juga ke kakak angkatan di kampus. Karena itulah saya disarankan untuk mengajar saja sebagai dosen di kampus. Tapi karena alasan ingin memperoleh masa depan yang lebih baik, maka saya ingin meniti karir secara profesional di tempat lain. Kata orang kalau jadi PNS itu gajinya kecil, maka saya tidak ingin jadi PNS. Saya ini perantauan jauh dan ingin mengubah nasib saya, kalau saya

jadi PNS maka tidak tercapai cita-cita saya nanti. Saya bertekad untuk kerja profesional di swasta. Kemudian saya diterima di bank Artha Graha. Keberhasilan itu bukan semata keberuntungan. Keberhasilan itu sesuatu yang kita ciptakan, gabungan antara persiapan dan kesempatan. Yang saya lakukan setiap hari sejak kecil sampai sekarang adalah melakukan persiapan, kalau belum ada kesempatan, tetap kita melakukan persiapan karena suatu saat pasti kesempatan itu akan datang.

Anda cukup teliti dan detil dalam pekerjaan, apakah ini merupakan kebiasaan lama?

Saya tiap bulan biasa dikirimi oleh orang tua saya 50 ribu dan saya catat, seberapa besar pengeluaran saya, biaya SPP, uang kos, dapat uang lebih tiap bulan dan berapa uang yang dikirim oleh orang tua saya selalu catat, dan kegiatan pencatatan itu hingga hari ini dipekerjaan saya tetap saya lakukan. Saya tiap pagi mencatat apa yang sudah dikerjakan oleh BPR Lestari, apa yang sudah tercapai dan apa yang belum, apa yang mengalami kenaikan dan apa yang mengalami penurunan. Apabila ada penurunan maka saya catat apa sebabnya dan cara untuk mencapai target itu serta analisanya. Dan saya yakin orang yang melakukan ini pasti hasilnya berbeda dengan orang yang tidak melakukan ini. Sebenarnya ini pekerjaan yang mudah dan mungkin karena saking mudahnya banyak orang tidak melakukannya.

Di BPR Lestari saya selalu mempersiapkan diri, dan staff saya juga mempersiapkan diri untuk mencapai target. Saya memiliki kebiasaan melakukan persiapan pekerjaan

saat subuh. Mungkin di pagi hari teman-teman saya masih bisa bercengkrama dengan anak istri, tapi saya tidak. Di pagi hari saya sudah berangkat, sholat subuh di masjid lalu langsung berangkat ke kantor. Kebetulan masjid dan rumah saya jaraknya tidak jauh, kalaupun saya pulang ke rumah maka sekadar membangunkan istri dan minta ijin mau berangkat kerja.

Kembali ke soal pilihan karir, mengapa memilih profesi sebagai banker?

Saya lihat para banker itu keren, jadi setelah lulus kuliah, saya melamar ke semua bank. Yang saya lamar itu posisi kepala cabang, dan saya punya tujuan kesana. Banyak lamaran saya buat, dan hebatnya tidak ada satupun bank yang menerima saya sebagai kepala cabang ha..ha... Tentu saja itu terjadi karena saya anak baru lulus, belum punya pengalaman dan masih ingusan. Saya sadar bahwa strategi saya salah, maka kemudian saya melamar dengan posisi sebagai marketing. Saya juga pernah melamar di Garuda dan diterima di posisi aircraft. Tapi kemudian saya memilih untuk bekerja di bank Artha Graha karena keinginan pribadi untuk menjadi banker profesional dan masuk kerja pertama kali pada tanggal 22 Januari 1993. Di bank Artha Graha saya kerja selama 4 tahun, kemudian pindah ke bank Tamara selama 2 tahun pada posisi Accounting Officer Senior.

Hari pertama kerja saya tanamkan pada hati, bahwa ini adalah pintu gerbang pertama untuk menjadi kepala cabang, dan saya beri limit waktu 5 tahun. Akhirnya pada tahun 1999 saya bisa menjadi kepala cabang di bank Mega Denpasar. Pada saat mulai kerja di bank Artha Graha semua

Page 32: M&I Vol 38-Issuu

32 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

SPECIAL FEATURE

bagian di perbankan saya pelajari, sehingga saya menjadi expert di semua bidang bukan hanya soal marketing saja, tapi saya juga mengerti di operation, transfer, deposito, tabungan, pembukuan, akuntansi, bagian umum hingga bagian audit. Semua bagian itu saya pelajari, alurnya kemana, detailnya bagaimana, impact-nya apa saja. Jadi saya tidak mau melewatkan satu bagian pun karena obsesi saya ingin menjadi kepala cabang. Kalau saya menjadi kepala cabang, saya harus lebih tahu daripada staff saya. Karena semua harus saya pelajari, maka saya tiap hari keluar untuk marketing, ikut meeting dan lembur, mulai kerja jam 5 subuh sampai jam 9 malam setiap hari.

Dengan persiapan-persiapan itu akhirnya dalam 5 tahun saya berhasil mejadi kepala cabang. The dream come true. Saat persiapan-persiapan itu sudah saya lakukan, maka datanglah kesempatan yaitu sebuah lowongan untuk jabatan kepala cabang dan wakil kepala cabang bank Mega Denpasar, maka ini adalah kesempatan emas untuk membuktikan bahwa saya mampu.

Pada akhirnya, cita-cita sebagai banker telah terwujud, Anda menjadi nahkoda baru di BPR Lestari, bagaimana Anda melihat industri ini?

Saat ini pertumbuhan perbankan sedang bagus, istilahnya pretty woman. Apalagi saat ini ada regulasi bank Indonesia yang mengatakan bahwa bank umum minimal 20% harus mengeluarkan kreditnya untuk UKM. Misalnya BCA yang memiliki aktiva produktif 300 triliun, maka dia harus mengeluarkan ke UKM sebanyak 50 triliun. Bank Mandiri, BRI dan Mega juga sama. Mereka tidak akan mampu mengeluarkan dana untuk UKM sebanyak ini, karena kalau mengikuti regulasi ini, maka berisiko sekali selain dana infrastruktur yang dikeluarkan juga besar. Bank seperti Mandiri dan BCA mainnya selama ini tentu yang besar-besar. Kalau menyasar banyak ke UKM, mungkin margin yang didapat besar tapi volumenya tidak banyak. Misalkan untuk menghabiskan dana 50 triliun, maka mereka harus mendapatkan nasabah baru 100 ribu orang dan ini sulit dipenuhi. Katakan saja mereka harus melakukan outsource tenaga

Di UKM, sektor mana saja yang menjadi segmen pasar BPR Lestari?

BPR Lestari bisnisnya sebagian besar di UKM, salah satunya ke pedagang, yaitu yang produktif seperti di Kumbasari dan di Kuta, juga para pengembang kita layani, kita tidak melayani para spekulan. Karena kita konsentrasi di UKM, maka sasaran kita adalah pedagang-pedagang yang sedang bertumbuh. Kita tidak bisa melawan Mandiri atau BCA, atau mengikuti gaya mereka, ibaratnya gajah, ntar kalau ikut mereka bisa-bisa kita terinjak.

Apa saja perencaan jangka pendek BPR Lestari dalam satu atau dua tahun kedepan?

Target kita di tahun 2013 ini akan bertumbuh dari sisi kredit hingga 2 triliun. Dan yang kita lakukan di tahun 2013 ini adalah persiapan kerja di tahun 2014, jadi kita mantapkan semua sektor. Di BPR Lestari ada pertumbuhan yang sifatnya horisontal atau organik, artinya pertumbuhan dengan mencoba melirik daerah lain disamping tetap mempertahankan wilayah Denpasar. Harus kita akui, pasar di Badung itu besar sekali. Sementara saat ini pangsa pasar BPR itu kecil sekali, hanya 9% dari total semua perbankan. Kita harus bisa memposisikan diri dan bersaing dengan bank-bank besar supaya tidak hanya mendapatkan tulang saja, tapi kita juga ingin dagingnya. Salah satu strategi kita adalah membuat cabang di mana BCA atau Mandiri itu ada, karena market yang besar disana.

Membangun banyak kantor kas di banyak wilayah?

marketing yang banyak, selain berisiko tinggi juga terkendala dengan peraturan menteri tenaga kerja yang baru, dimana tidak semua pekerjaan bisa di outsource. Inilah dilema yang dihadapi bank umum besar, maka untuk menangulangi ini, mereka harus ‘kawin’ dengan lembaga finance mikro seperti BPR.

Apa dampaknya bagi BPR?

Hal seperti ini justru bukan sesuatu yang bagus, tapi malah jadi bumerang. Karena BPR akan didatangi banyak bank dan dikasih pinjaman. Tiap BPR sesungguhnya punya limit untuk dikasih pinjaman. Kunci dari keberhasilan bank sesungguhnya liabilities atau dana pihak ketiga, kalau kredit hanya efek samping yang menghasilkan. Kalau BPR di datangi bank besar dan diberi kredit besar, maka sesungguhnya BPR sedang tumbuh dan didorong oleh hutang, dan hutang itu harus di kembalikan.

Apakah ini sebabnya BPR Lestari lebih fokus pada LDR?

BPR Lestari komitmen pada LDR 70%, artinya kita fokus ke dana pihak ke tiga sebesar 70%. Kita mengambil 70% karena kita bukan bank besar seperti BCA atau Mandiri. Kita bank yang kantornya hanya di Bali khususnya Denpasar. Kalau bank besar tersebut masih punya cabang lain dibanyak wilayah, jadi kalau ada masalah di satu cabang, mereka tidak terlalu khawatir. Sementara kita tidak punya buffer lain selain di Denpasar. Jadi kita harus disiplin ketat, dimana LDR nya harus 70%, untuk akhir tahun kemarin LDR kita 68% masih di bawah 70%. Disini kita ada cost penyangga, yang paling efesien itu diangka 85-90%.

Page 33: M&I Vol 38-Issuu

33Vol. 38 | Februari - Maret 2013

SPECIAL FEATURE

Karakteristik dari kredit UKM itu adalah collection, mereka para UKM kalau tidak didatangi, maka mereka tidak akan ke bank, jadi dalam hal ini kita selaku BPR memiliki keuntungan dari sisi infrastruktur yang tidak dimiliki oleh bank besar. Di BPR Lestari, ada beberapa sistem kerja, ada yang lewat jemput bola, ada yang melalui iklan, ada pula sistem refferal seperti program Sahabat Lestari.

Cukupkah strategi ini menggenjot pertumbuhan?

Ada 2 hal yang menyangkut tentang program pertumbuhan kita, yaitu kredit dan funding. Secara DNA, bank seperti BPR lebih diuntungkan dari bank besar, karena bank umum bunganya 5,5% sedangkan BPR hingga 8%, secara psikologis selisihnya 2,5%. Kemudian dari segi kenyamanan antara BPR dan bank besar seperti BCA itu sama karena ada pemerintah yang menjamin lewat lembaga penjamin bank. Kemudian orang yang punya funding itu inginnya kan dilayani secara personal. Padahal ini jumlahnya limited. Saya ingin mengutip quote nya Kiyosaki yang berbunyi sales equel income, penjualan berbanding lurus dengan pendapatan. Kalau kita ingin income yang banyak maka sales juga diperbanyak.

Tidak mungkin penjualan sebesar 500 miliar itu hanya bisa di kerjakan oleh 5 orang karena itu saya memperbanyak sales

saya. Karena itu tenaga support boleh kita terima bila sales sudah perform, artinya perbandingan tenaga support dengan sales itu 1:1. Jadi kalau sales 10 orang, maka tenaga support juga 10. Kalau kita lihat industri bank-bank besar saat ini banyak yang tidak seimbang, karena kita fokus di sales dan bisnis bank ini lewat sentuhan personal atau orang datang ke bank karena personalia yang ada di bank tersebut.

Kemudian secara DNA, dari sisi lending kita menang, yang ingin saya kedepankan kekuatannya bukan kelemahannya, karena pengambil keputusan ada di Denpasar, kalau data komplit, hanya 3 hari saja sudah bisa diputuskan. Pengalaman pribadi saya, pernah pinjam ke bank besar 2 miliar dan tidak cair-cair, karena di Surabaya dan Jakarta alot sekali regulasinya, mereka tidak bisa kontrol penuh di daerah.

Dan soal regulasi BPR, lebih diuntungkan ketimbang bank umum, artinya lembaga UKM kan dapat proteksi dari Bank Indonesia dan diberi kemudahan untuk meminjam. Kalau tukang bakso mau pinjam ke BCA tidak akan dapat karena usaha

mereka tidak punya ijin, akhirnya pinjam ke BPR karena regulasi mengatakan tukang bakso dan sejenisnya kan tidak perlu ijin. Kalau seandainya pedagang seperti tukang bakso pake SIUP dan lain-lain terus siapa yang akan membiayai padahal seharusnya pemerintah melindungi dan membesarkan mereka, jadi dari sisi kecepatan kita lebih cepat.

Apa kunci sukses di industri perbankan khususnya BPR?

Kunci dari sukses bisnis adalah likuidity, meski suku bunganya lebih mahal sedikit tidak mengapa, yang penting ada kepastian mendapat kredit. Jadi secara DNA funding and landing kita di BPR menang. Saat ini suku bunga kredit BPR Lestari kisaran 20%, bank umum lain sekitar 13%.

Pertumbuhan BPR 2013 secara konservatif mengikuti Bank Indonesia yaitu 20-25%, jadi BI menghitung rata-rata pertumbuhan bank ini proyeksi pertumbuhan nasional kali empat. Posisi pertumbuhan nasional kita 6%, jadi dikali 4 sekitar 24%-25% an. Kalau sisi pertumbuhan BPR Lestari sebagian ditopang oleh liabilities, sekalipun secara umum di Bali pertumbuhan BPR di Bali di topang oleh pinjaman antar bank.

Sales equel income, penjualan berbanding

lurus dengan pendapatan. Kalau

kita ingin income yang banyak maka sales juga diperbanyak.

Page 34: M&I Vol 38-Issuu

34 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

INSIGHT YuswohadyPraktisi Pemasaran dan ex. Sekjen

Indonesia Marketing Association

Ide tulisan ini datang dari obrolan saya dengan Petty Fatimah dari majalah Femina, dan diskusi seru di Twitter mengenai nasib media konvensional (khususnya cetak) di tengah terjangan tsunami digital. Petty Fatimah adalah Chief Community Officer (CCO) Femina. Saat pertama

mengetahui jabatannya melalui kartu nama yang ia berikan, saya langsung kaget. Saya sudah membaca dan mendengar

jabatan itu sejak lama dari majalah-majalah bisnis asing atau dari artikel-artikel di internet mengenai socmed dan community marketing. Tapi itu di Amerika, bukan di sini.

Memang jabatan itu kini lagi hot-hot-nya di kalangan corporate America.

Chief Community

Officer

Page 35: M&I Vol 38-Issuu

35Vol. 38 | Februari - Maret 2013

INSIGHT

Di Indonesia, seumur-umur saya baru melihat title itu ya di kartu nama mbak Petty itu. Saya pun langsung curiga: “Ini title, title-title-an atau title sungguhan?” Ngobrol

cukup lama dengan mbak Petty saya kian tahu bahwa itu title sungguhan. Ya, karena model bisnis Femina sudah berubah sedemikian rupa sehingga title “Pemimpin Redaksi” memang sudah tak relevan lagi disandang oleh pimpinan puncak perusahaan media satu ini.

ICCMenarik sekali mencermati bagaimana mbak Petty mendefinisikan model bisnis Femina setelah bermetamorfose selama sekitar lima tahun terakhir sejak 2007. Setelah puluhan tahun beroperasi, Femina punya basis konsumen yang solid yaitu para pembacanya yang loyal. Femina punya konten, itu pasti. Femina juga punya mitra setia yaitu para pengiklan yang sudah dibangun business relationship-nya selama bertahun-tahun.

Maka kemudian yang dilakukan oleh Femina adalah mengaktifasi basis konsumen yang solid itu menjadi komunitas-komunitas yang sesuai dengan minat bersama (common interest) mereka: ada komunitas wanita wirausaha (Wanwir), ada komunitas para wanita karir, ada komunitas wanita penyuka kuliner, dst-dst (saat ini terdapat 9 komunitas). Setelah dibangun komunitas-komunitas, maka kemudian profil dan perilaku komunitas itu dipelajari secara mendalam. Bahkan Femina memiliki divisi riset khusus yang secara periodik menggali insight-insight berharga mengenai perilaku komunitas ini.

Insight-insight berharga ini adalah layaknya “harta karun” bagi Femina, karena dari situ Femina bisa merancang ide-ide program komunikasi dan aktifasi yang luar biasa. Ide-ide program yang luar biasa inilah yang kemudian ditawarkan kepada para pemilik merek sebagai sebuah solusi komunikasi dan pemasaran yang cespleng.

Di dalam model bisnis baru ini Femina sudah menjadi “konsultan” bagi pemilik

merek, dengan bermodal pemahaman terhadap perilaku komunitas konsumen yang solid. Jadi, alih-alih jualan space iklan seperti kebanyakan penerbit cetak, Femina memosisikan diri sebagai konsultan komunikasi terintegrasi. Di Femina, ini disebut sebagai: Integrated Creative Communication (ICC).

MC = CCMetamorfose Femina membuat saya merenung. Tsunami digital boleh memporak-porandakan perusahaan media secanggih Newsweek sekalipun, namun kalau perusahaan selalu fokus pada aset utamanya, yaitu konsumen, maka prahara digital bisa dikelola secara mumpuni. Customer-centricity yaitu selalu fokus pada pemahaman kebutuhan dan preferensi konsumen telah memungkinkan Femina menemukan model bisnis ampuh yang membuatnya sustainable di tengah ontran-ontran tsunami digital yang mematikan.

Metamorfose Femina semakin meyakinkan saya bahwa at the end of the day, bisnis media akan menjadi bisnis komunitas. Saya menyebutnya dengan sebuah formula simpel : MC = CC. Kalau dipanjangkan formula itu berbunyi begini: ujung-ujungnya setiap “Media Company” akan menjadi “Community Company”. Untuk lolos dari terjangan tsunami digital perusahaan media haruslah dengan cepat memetamorfose basis konsumennya yang masif menjadi komunitas-komunitas konsumen yang solid. Lalu komunitas-komunitas konsumen itu dimonetisasi melalui penerapan model bisnis yang tepat dan sustainable.

Apa jadinya kalau formula di atas dilanggar? Apa jadinya kalau perusahaan media tidak sigap memetamorfose diri menjadi community company? Jawabnya gampang ditebak: “Be community company or you will die!!!” Berubah menjadi perusahaan beraset komunitas seperti Twitter atau Facebook; atau mereka cepat atau lambat akan mati diterjang tsunami digital. Atau istilah slengekan-nya: “di-Newsweek-kan”

CE = CCOKarena itu, seperti yang dilakukan Femina, yang dibutuhkan oleh perusahaan media

kini bukanlah operasi bisul atau usus buntu dengan bius lokal, tapi operasi besar-besaran dengan bius total sekujur tubuh. Kalau pakai istilah bengkel, perusahaan media kini butuh overhaul besar-besaran atau turun mesin. Nggak bisa cuma tambal sana tambal sini, atau permak sana permak sini. Perusahaan media di manapun perlu yang namanya : “big-big corporate surgery.”

Pertama, tentu mengubah secara fundamental model bisnisnya dari model bisnis jualan berita menjadi model bisnis pengelolaan komunitas konsumen. Kedua, kalau model bisnis berubah maka semuanya akan berubah: mulai dari strategi, struktur organisasi, proses bisnis, sistem dan model operasi, hingga sampai ke revenue model-nya (nggak bisa lagi cuma jualan space iklan).

Tapi di atas itu semua yang pertama dan terutama adalah mengubah mindset dan paradigma dari pemimpin redaksi, redaktur, wartawan, pemimpin perusahaan, staf sirkulasi, hingga account executive agar fit dengan model bisnis yang baru. Ingat, business model transformation is about culture transformation.

Kalau agenda operasi bedahnya demikian seabrek seperti itu, pertanyaannya, lalu harus mulai dari mana? Usulan saya straight forward, yaitu seperti halnya yang dilakukan Femina, mengganti jabatan Chief Editor menjadi Chief Community Officer : CE = CCO.

Seperti dijelaskan mbak Petty, sosok seorang CE dan CCO berbeda sama sekali kayak bumi dan langit. CCO tak cukup hanya sebatas piawai menulis, memimpin rapat redaksi, atau berolah ide merumuskan tema-tema rubrikasi. Seorang CCO juga sosok networker; sosok community facilitator; sosok good listener; sosok yang supel dan luwes bersosialisasi; sosok member connector; sosok conversations-builder; sosok passionate collaborator; dan sosok seorang great influencer.

Wahai perusahaan media, siapa yang berani ambil tantangan saya: mengganti posisi CE Anda menjadi CCO?

Di sini uji nyali dimulai…

Page 36: M&I Vol 38-Issuu

36 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

INTERVIEW

DARI RAJA OLEH-OLEH MENUJU RAJA KULINER

Gusti Ngurah Anom

Tahun 2010 lalu, di volume 7 majalah M&I bulan Juli Agustus, adalah kesempatan kali pertama kami dari redaksi mewawancarai sosok pebisnis muda yang saat itu mulai berkibar dengan bendera usaha oleh-olehnya, Khrisna.

Berikut adalah petikan penuturannya :

“Saya memberanikan diri berangkat ke Denpasar, numpang truk. Maunya sih cari keluarga di sini. Tapi saya tidak tahu alamatnya. Saya juga berpikir apakah mereka mau menampung saya, sementara saya harus bisa makan. Luntang-lantung begitu saja... sampai saya tiba di satu hotel yang ada pos satpamnya. Saya menginap di sana hampir 2 tahun... ya... di pos satpam itu, sambil mencuci mobil tamu hotel setiap malamnya. Selanjutnya saya bertemu dengan pemilik hotel yang juga memiliki konveksi... nama Konveksinya Sidarta. Dari sanalah saya belajar ilmu pertekstilan… sampai betul-betul bisa. Di tahun 1990, singkat ceritanya, saya memberanikan diri mendirikan konveksi. Hampir enam tahun saya masih dibimbing bos saya itu. Baru di atas tahun 2000-an hasilnya terlihat, konsumen sudah langsung datang, ndak seperti dulu... keliling ‘berjualan’. Sejak saat itulah Cok Konveksi terkenal sampai sekarang”

Setahun berselang, tepatnya pada edisi M&I. Vol. 14 Feb-Mar 2011, untuk kedua kalinya kami melakukan wawacara kepada sosok muda yang ketika itu usianya baru 39 tahun, saat pria bernama lengkap Gusti Ngurah Anom ini baru saja membangun beberapa cabang oleh-oleh Khrisna-nya di seputaran Kuta.

“Saya berani katakan, itu adalah pusat oleh-oleh terbesar di Bali. Bahkan, Krisna 2 [jalan Nusa Kambangan] saja saya berani katakan oleh-oleh terbesar di Bali. Saya ingin membuat konsep pusat oleh oleh itu dengan parkiran yang luas. Kemudian memperhatikan kebersihan lingkungan dan kenyamanan, agar tak mengganggu lingkungan setempat. Kita pun mesti mengajak kerjasama masyarakat setempat,” ujar Pak Cok, demikian biasa dirinya dipanggil.

Di tahun 2011 ini, nama Khrisna sudah dikenal secara luas bahkan menasional, dan buku biografi pak Cok pun dirilis pada tahun tersebut, dengan launching yang demikian glamor menghadirkan sejumlah artis nasional.

Page 37: M&I Vol 38-Issuu

37Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Page 38: M&I Vol 38-Issuu

38 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

INTERVIEW

Kali ini, untuk ketiga kalinya kami menghadirkan wawancara ekslusif kami dengan pengusaha berani ini, yang di bulan Oktober 2012 lalu meresmikan salah satu usaha kulinernya Khrisna Wisata Kuliner, dan ternyata, ada begitu banyak rencana pengembangan bisnisnya seputar kuliner yang siap di resmikan di tahun 2013-2014.

Di jumpai di salah satu tenant Warung Khrisna-nya, kepada reporter Arif Rahman, Pak Cok menceritakan apa saja rencana Khrisna Group dalam 2 tahun kedepan, dan apa saja cita-cita dan harapannya yang masih belum tercapai. Berikut penuturannya.

Setelah berbagai terobosan dan kesuksesan yang telah diraih, apa lagi yang masuk dalam rencana pengembangan Khrisna Group dalam jangka waktu kedepan?

Sampai tahun 2012 kemarin, Oleh-oleh Krisna sudah ada 4 outlet, di tahun 2013 ini rencananya kita masih akan buka 2 outlet lagi, yang terbesar rencananya nanti ada di Singaraja, desa kelahiran saya dan cabang yang ke enam di daerah Seminyak. Untuk yang usaha kuliner, ini kita buka sebenarnya untuk melengkapi Khrisna Oleh-oleh yang memang tidak ada food court-nya, padahal banyak tamu yang bertanya kenapa tidak disediakan kantin, dari sanalah saya dapat inspirasi untuk membuka Khrisna Wisata Kuliner ini. Masukan dari customer memicu saya untuk membuka restoran, dan benar saja, responnya ternyata bagus. Kita mulai buka tempat ini pada tanggal 25 Oktober tahun 2012. Selain itu, saat ini di Bali kita lihat orang sedang beramai-ramai bangun hotel, saya berpikir kalau untuk investasi hotel, maka harga lahan sekarang sudah sangat mahal, jadi saya pikir belum bisa mengikuti. Akhirnya saya putuskan untuk membuat restoran dan saya beri nama Krisna Wisata Kuliner.

Berarti dalam waktu dekat, untuk Khrisna Oleh-Oleh akan ada dua cabang baru lagi, bisa ceritakan soal cabang-cabang tersebut?

Cabang yang sedang dibangun ada di Singaraja yang rencananya menjadi yang

Khrisna Oleh-Oleh terbesar, karena disana lengkap dengan kuliner, agrobisnis seperti wisata petik anggur dan juga ada water sport, total lahan yang dibutuhkan di Singaraja itu sekitar 3 hektar. Sedangkan yang di Seminyak kita masih berpikir untuk konsepnya, apakah nanti jadi Oleh-Oleh atau berkonsep bar, ada juga ide untuk menggabungkan antara bar, villa dan spa. Inginnya nanti saat ada tamu dari luar Bali, maka kita sudah punya paket lengkap untuk liburan mereka. Mau belanja di Khrisna Oleh-Oleh, makan di Khrisna Wisata Kuliner, menginap ada villa-nya dan relaksasi ada spa.

Bagaimana dengan kulinernya sendiri, masih ada road map ekspansi di jalur ini?

Nanti di Jl. By Pass Ngurah Rai, kita ada rencana membangun restoran babi guling terbesar di Bali, dengan luas lahan 4000 meter persegi. Nanti kita akan ambil ciri khas dari babi guling yang ada di Bali, seperti babi guling Singaraja, babi guling Gianyar dan babi guling Denpasar. Kita akan ambil menu khas yang paling disukai masyarakat dari daerah-daerah tersebut. Konsep ruangan restoran babi guling

Inginnya nanti saat ada tamu dari luar Bali, maka kita sudah punya paket lengkap untuk liburan mereka. Mau belanja di Khrisna Oleh-Oleh, makan di Khrisna Wisata Kuliner, menginap ada villa nya dan relaksasi ada spa.

Page 39: M&I Vol 38-Issuu

39Vol. 38 | Februari - Maret 2013

INTERVIEW

Memang ada beberapa ide yang kelihatannya aneh, tapi memang saya suka sesuatu yang unik. Bahkan saat saya buka Khrisna Oleh-Oleh yang beroperasi 24 jam, banyak yang tidak setuju. Tapi akhirnya Oleh-oleh Krisna bisa berjalan dengan baik dan model bisnis saya yang indoor dan outdoor bisa terlaksana.

itu nantinya lesehan seperti wantilan. Orang saat ini sudah mulai bosan dengan bangunan gedung-gedung mewah, mungkin pilihan saya pada ornamen kayu saja.

Baru nanti di akhir tahun 2014, kita akan bangun 50 restoran diatas lahan 1 hektar dan berkonsep alam pedesaan. Lokasinya dekat dengan Khrisna Wisata Kuliner ini, masih di kawasan Tuban. Disini tamu akan parkir dan jalan kaki dulu sekitar 100 meter sambil melihat pemandangan sawah dan panorama desa, baru kemudian tiba di restorannya. Konsep ini saya lihat di Bandung, sebuah restoran yang ramai sekali padahal masuk gang.

Supaya setiap restoran bisa berdiri sendiri, nanti menunya di beda-bedakan. Di Bali kan ada 8 kabupaten, jadi kita jatah di masing-masing kabupaten ada 5 restoran yang khas menu masakan dari daerah kabupaten tersebut. Sedangkan sisanya 10 restoran kita planning diambil dari kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya atau Malang. Nanti akan kita beri nama Krisna Kuliner Wisata Nusantara.

Berbagai macam konsep ini, dari mana Anda mendapatkan idenya?

Semua konsep bisnis Khrisna, termasuk wisata kuliner Nusantara saya dapatkan dari feeling sendiri. Saya bertanya pada diri sendiri apa bisnis saya ini akan diterima masyarakat atau tidak. Karena merangkul masyarakat dan bekerjasama dengan kabupaten-kabupaten yang ada di Bali, serta tidak ada sifat yang mengarah pada

monopoli, maka saya positif thinking bisnis kuliner ini akan diterima. Memang ada beberapa ide yang kelihatannya aneh, tapi memang saya suka sesuatu yang unik. Bahkan saat saya buka Khrisna Oleh-Oleh yang beroperasi 24 jam, banyak yang tidak setuju. Tapi akhirnya Oleh-oleh Krisna bisa berjalan dengan baik dan model bisnis saya yang indoor dan outdoor bisa terlaksana.

Lokasi Wisata Kuliner Nusantara yang hendak Anda bangun ini, dekat dengan Wisata Kuliner yang saat ini sudah berjalan, tidak ada kekhawatiran nantinya ada kanibalisasi pasar?

Nanti kita atur agar di satu restoran yang sudah ada menu masakan bebek misalkan, maka tidak akan buka di tempat itu lagi. Bahkan ada ide juga untuk nanti dilantai dua restoran itu akan buka karaoke atau fitnes juga. Ade Rai sudah pernah kontak dan ada minat kerjasama dengan pihak kami. Di restoran ini kita akan buka siang sekitar jam 1 karena fokus kita pada konsumen di malam hari, jadi betul-betul menikmati santap malam, karena kalau pagi kan masih sepi. Nanti juga kita akan tambah cafe kopi

dan cuci mobil mewah dan motor gede. Jadi bukan semata untuk kejar profit, tapi lebih kepada kenyamanan untuk tempat nongkrong yang asyik.

Bagaimana dengan sistem kerjasamanya, apakah profit sharing?Semua bentuk kerjasama Khrisna Group dengan restoran-restoran yang bergabung dengan kami adalah profit sharing, dan rencana kedepannya nanti semua bisnis saya ini bersifat profit sharing. Kita hanya menyediakan lahan dan peralatan, sedangkan manajemen dan maintenance akan dikelola oleh mitra kita. Dengan sistem ini, mitra kita sebenarnya lebih diuntungkan, daripada jika mereka kontrak.

Demikian pula dengan kami, saat memulai usaha Khrisna ada beberapa outlet kami yang bentuk kerjasamanya profit sharing dengan yang punya lahan, jadi kami tidak kontrak, dan ini juga menguntungkan bagi yang punya lahan. Bagi mitra-mitra kami, kerjasama ini menjadi nilai tambah karena nama Khrisna saat ini sudah dikenal pasar, dan mampu menarik orang untuk datang. Tujuan saya ingin berbagi dengan masyarakat dan keuntunganpun bisa dinikmati secara adil. Kalau hitung-hitungan bisnis maka sistem kontrak akan lebih

Page 40: M&I Vol 38-Issuu

40 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

INTERVIEW

menguntungkan, tapi saya tidak mau karena mereka adalah masyarakat kita juga, saya ingin peduli dan berbagi dengan mereka dengan memberikan rejeki yang lebih banyak.

Saya cukup optimis bisa sukses di bisnis restoran karena saya memilih tempat yang strategis. Untuk yang Wisata Kuliner Nusantara saat ini saya memang belum mencari rekanan, karena memang saya akan bangun tempatnya dulu hingga 70% finish baru kemudian cari rekanan. Saya optimis bisa mendapat rekanan dengan menggunakan brand Krisna.

Kita rencananya nanti juga akan ada kerjasama dengan Summarecon, walaupun sekarang memang belum ada keputusan, tapi saya menawarkan agar Khrisna baik kuliner atau oleh-oleh bisa tertampung diproyek yang dikerjakan oleh mereka. Dan saya juga meminta agar mereka tidak lupa untuk menyertakan budaya Bali seperti pertunjukkan tari-tarian dan lain-lain. Dimanapun saya membuat bisnis, saya ingin

selalu ada unsur budaya Bali. Ada kecenderungan, ketika pebisnis sudah mulai berkembang dengan bisnis keduanya, bisnisnya yang pertama kerap dilupakan. Dan saat ini perkembangan bisnis Anda demikian pesat, bagaimana dengan usaha awal Anda Cok Konveksi yang dulunya dirintis ketika Anda pertama kali menjadi usahawan?

Di Cok Konveksi saya sudah tidak ikut terlibat sama sekali. Namun menariknya, saya lihat omzetnya terus semakin naik. Ada satu hal yang cukup lucu, dulu orang bertanya siapa sih yang punya Krisna, yang punya kan Cok Konveksi. Sekarang pertanyaannya berubah, siapa sih yang punya Cok Konveksi, itu yang punya Krisna.

Dan saya lihat Cok Konveksi masih berjalan dan terus berkembang hingga bisa melayani PT. Angkasa Pura, Bali Beach, Tiara Dewata dan perusahaan-perusahaan besar lain, karena terangkat namanya seiring dengan berkembangnya usaha Khrisna Oleh-Oleh. Saat ini Cok Konveksi mau pindah tempat kebangunan lantai dua, sebentar lagi akan kelar. Di Cok Konveksi semua orang yang bekerja disana sudah tahu akan masing-masing pekerjaannya, karena kebanyakan mereka sudah ikut saya cukup lama, bahkan ada yang sampai belasan tahun.

Berapa total karyawan Anda saat ini?

Kalau ditotal jumlah karyawan semua sekitar 1300 orang, tapi nanti jika semua rencana ini berhasil, dimana 17 outlet Krisna group sudah terwujud, maka setidaknya ada 2000 karyawan di perusahaan saya ini.

Dari belasan outlet tersebut, apakah tidak sulit mengelolanya, adakah halangan dalam pengoperasiannya, termasuk apakah ada outlet yang sepi pengunjung?

Sejauh ini semua lancar saja, tidak ada halangan yang berarti. Memang di Gallery Krisna di Jl. Diponegoro itu rencana kedepan akan di gabungkan dengan restoran Miyabi, karena konsumen dari Kota Denpasar kejauhan bila harus ke

Tuban, jadi saya pikir cukup gunakan yang ada di Jl. Diponegoro Denpasar saja. Dan ada kemungkinan nanti digabung juga dengan fitnes, kan pas juga kalau nanti habis fitnes konsumen lapar dan bisa langsung makan di restoran kita. Ada peluang untuk kerjasama dengan Ade Rai.

Memang kalau kendala ada beberapa hal yang dulu sempat membuat saya down ketika awal mendirikan Khrisna. Saat pembangunan Krisna yang ketiga misalnya, saya sempat menderita kerugian tujuh ratus juta karena bangunannya roboh, setelah dicek itu karena tanahnya yang bergerak, karena itu hati-hati membangun di daerah Sunset Road, saat itu saya tidak memadatkan tanah, karena saya berpikir tanah disana sudah padat.

Meskipun begitu saya di support oleh orang-orang terdekat saya bahwa lebih baik ambruk sebelum selesai dari pada ambruk setelah selesai dan menelan korban. Akhirnya saya bangun kembali dan kebut pekerjaannya sampai lembur, bahkan biayanya naik sampai 2 kali lipat karena saya mengejar target liburan para tamu. Bangunan akhirnya selesai dan selama sebulan pembukaan awal tamu ramai, maka semua sedih itu terobati.

Dari sekian banyak outlet Khrisna, yang manakah yang paling bagus?

Semuanya bagus, tapi omzet dari toko Oleh-oleh Krisna yang paling tinggi itu di Krisna Nusa Kambangan, disana penjualannya bagus sekali. Sedangkan yang di Kuta kita buat karena para tamu datang pertama kali kan mencari hotel di daerah Kuta, baru setelah penuh mereka akan mencari hotel di Denpasar. Oleh-oleh Krisna yang di Kuta saya buat tampilannya mewah karena memang saya ingin menampilkan kesan bersih dan melayani yang terbaik buat konsumen.

Awalnya mungkin orang mengira harga barang saya mahal tapi setelah masuk ke dalam konsumen akan tahu bahwa harga barang saya cukup terjangkau. Saya ingin mengubah mindset para tamu, lebih baik

Page 41: M&I Vol 38-Issuu

41Vol. 38 | Februari - Maret 2013

kita menampilkan kesan di awal mewah tapi harganya murah. Dari pada kesan awalnya biasa-biasa saja dan begitu masuk tempatnya tidak terawat dan kotor tapi harganya mahal.

Anda juga saya dengar hobi dengan dengan motor besar, bisa ceritakan soal ini?

Hobi saya di komunitas motor itu saya sukai karena kegiatan sosialnya yang kerap diadakan. Saya mungkin lebih sebagai bapak angkat bagi mereka, dan saya selalu mendukung setiap kegiatan sosial mereka. Kalau dalam organisasi saya enggan untuk duduk sebagai ketua, saya lebih senang memilih sebagai humas, biar gampang mengatur jadwal kegiatannya. Kalau ikut touring pernah juga, pada intinya ingin menambah teman dan relasi saja. Hidup ini juga perlu relaksasi bersama orang lain.

Dan ini hobi yang saya pilih karena disatu sisi saya tidak berkenan bergabung dengan dunia politik. Saya sudah berkomitmen untuk mengabdi ke masyarkat lewat jalur bisnis. Banyak juga orang-orang penting yang datang ke rumah dan mengajak saya bergabung ke salah satu parpol, tapi saya dengan sopan menolak karena saya sadari kalau sudah bergabung ke parpol maka semua usaha kemasyarakatan yang saya lakukan akan bersifat semu.

Kelak bila sudah pensiun saya ingin usaha dan aset saya ini sebagiannya digunakan untuk membangun Bali dalam hal pelestarian lingkungan.

Bentuk apa yang sudah di wujudkan?

Saya berkomitmen untuk membangun Bali diawali dengan tekad saya untuk menjadikan desa saya di Buleleng sebagai desa terbersih di Bali, dan saya anggarkan 1 miliar. Dan nanti kita akan buat MOU dengan perangkat desa di sana. Rencananya nanti pas hari ulang tahun saya ke 42, kita akan buat semacam kegiatan sosial, jalan santai dan pengobatan gratis, donor darah dan aneka doorprize dan pembagian buku untuk anak sekolah. Malamnya baru kita adakan hiburan artis Bali dan nasional.

Nanti pada tanggal 16 Mei kita juga akan adakan hari ulang tahun berdirinya Oleh-oleh Krisna, dan akan kita buat dengan meriah. Untuk para relasi dan sponsor kami buka kesempatan untuk bergabung mensponsori acara kami sebagai bentuk apresiasi dan semakin mengeratkan networking atas kerja sama yang telah berlangsung selama ini. Nanti pada saat acara HUT Oleh-oleh Krisna ini, kita akan bagikan 1 unit mobil dan 12 sepeda motor.

Apa yang Anda lihat dengan Bali kedepan?

INTERVIEW

Ekonomi di Bali semakin bagus dan rata-rata kunjungan turis semakin ramai. Sebagai konsekuensi dari pertumbuhan ekonomi yang makin bagus maka masalah kemacetan tidak bisa dipungkiri akan melanda Denpasar, dunia usaha juga akan semakin ketat dan perlu adanya variasi tempat usaha agar tidak harus melulu di Denpasar. Daerah seperti Buleleng bisa menjadi opsi bagus untuk buka usaha. Makanya saya buka Oleh-oleh Krisna di Buleleng sebagai antisipasi untuk perkembangan dunia usaha di daerah lain. Karena 4-5 tahun lagi di Denpasar ini lalu lintas sudah terlalu krodit

Apa nilai-nilai yang masih Anda ingat sejak awal dulu merintis peruntungan sebagai tukang bersih-bersih mobil hingga saat ini sukses?

Iya, karena dulu saya pernah jadi tukang cuci mobil di hotel, karenanya saya camkan beberapa hal. Pertama, mobil customer itu harus dirawat dan tidak boleh kotor. Kedua, menata tempat parkir biar bersih dan tidak ada sampah. Ketiga membersihkan kebun setiap hari. Maka kalau kita lihat di Oleh-oleh Krisna Company ini tiga poin ini selalu menjadi poin utama dalam mengawali bisnis Oleh-oleh Krisna.

Terima kasih atas waktu dan jamuannya, sukses untuk Khrisnanya.

Karena dulu saya pernah jadi tukang cuci mobil di hotel, saya

camkan beberapa hal ke staf saya. Pertama, mobil customer

itu harus dirawat dan tidak boleh kotor. Kedua, menata

tempat parkir biar bersih dan tidak ada sampah. Ketiga membersihkan kebun setiap

hari, tiga poin ini selalu menjadi poin utama dalam mengawali

bisnis Oleh-oleh Krisna.

Page 42: M&I Vol 38-Issuu

42 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

ADVETORIAL

Denpasar adalah ibukota dari Provinsi Bali. Pertumbuhan industri pariwisata di Bali mendorong Kota Denpasar menjadi pusat kegiatan bisnis, dan

menempatkan kota ini sebagai daerah yang memiliki pendapatan per kapita dan pertumbuhan tinggi di Provinsi Bali. Pemerintah pusat mencanangkan Kota Denpasar yang memilik penduduk sekitar satu juta jiwa sebagai salah satu kota metropolitan baru.

Menempuh pendidikan tinggi (kuliah) di Kota Denpasar merupakan sebuah opsi yang menarik. Kota multi etnis dengan tingkat toleransi penduduknya yang tinggi menawarkan kenyamanan bagi siapa saja. Sebagai pusat bisnis dan pariwisata, kota ini menyediakan interaksi langsung dengan dunia global menjadi satu nilai tambah yang sulit ditemukan di kota lain. Kuliah sambil berwisata juga menjadi salah satu alasan mahasiswa dari luar Bali untuk menentukan kuliah di Kota Denpasar.

STMIK PrimakaraSTMIK Primakara adalah sebuah perguruan tinggi baru yang menyelenggarakan pendidikan IT jenjang S1 dan D3. STMIK Primakara hadir dengan membawa misi memperiapkan generasi emas Indonesia untuk unggul dalam era Global melalui pendidikan di bidang IT yang merupakan fasilitas utama transformasi kehidupan manusia di masa yang akan datang.

PrimakaraPrimakara berarti cahaya gemilang. Nama ini diambil dari filosofi bahwa Pendidikan tak ubahnya adalah cahaya bagi kehidupan. Sebuah konsep ‘pendidikan yang mencerahkan’ yang berlandaskan pada tiga jenis kecerdasan yaitu kecerdasan akal, emosi dan spiritual yang akan mengoptimalkan potensi-potensi hebat yang dimiliki setiap mahasiswa melalui

proses belajar yang menarik, menghibur dan menyenangkan.

Sementara STMIK adalah singkatan dari Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer, merupakan nama baku yang benar untuk sekolah tinggi di bidang manajemen informatika dan komputer. Istilah STMIK ini terkadang dikaburkan oleh penggunaan istilah lain yang tidak baku dan tidak sesuai dengan standar nama yang ditetapkan oleh DIKTI.

Tiga Pilar SuksesSTMIK Primakara

Global – Ready for Globalization : Dunia semakin tanpa batas (borderless). Generasi mendatang, siap atau tidak siap, akan dihadapkan pada kenyataan

harus berkompetisi dengan SDM pencari kerja dari luar negeri. STMIK Primakara mempersiapkan mahasiswanya untuk unggul bersaing dalam era globalisasi

Creative – We are in creative era Kita tidak lagi berada dalam era informasi (apalagi era agraris dan era industri). Kita sekarang berada dalam era kreatif. Dalam era kreatif, siapa yang bisa berpikir kreatif akan lahir manjadi pemenang.

Specialist – Be Specialist, and you will lead the world Spesialis berarti ahli dalam satu bidang tertentu. Spesialis juga dapat diartikan professional. Seorang spesialis akan dihargai jauh lebih tinggi daripada orang rata-rata. Maka jadilah SPECIALIST.

STMIK PRIMAKARAGolden Future for Golden Generation

Page 43: M&I Vol 38-Issuu

43Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Page 44: M&I Vol 38-Issuu

44 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

FITNESS

Buat kita yang sedang diet untuk menurunkan berat badan, seringkali kita mendengar adanya Cheat Day atau hari bebas makan. Yang mana kalau selama seminggu, sekitar 6 hari kita menjaga

makanan kita agar tetap bersih maka di akhir minggu, kita mengatakan kepada diri kita bahwa hari ini kita boleh bebas makan apa saja karena hari ini adalah Cheat Day.Dulu sekali saya pernah menulis artikel

bahwa Cheat Day ini seperti pedang dengan bermata dua. Apabila digunakan dengan baik, maka bisa membebaskan tubuh kita dari kejenuhan selama diet. Tetapi biasanya, justru sisi gelapnya yang sering ditemui, yaitu malah membuat kita merasa tersiksa selama diet.

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah, ketika kita membuat Cheat Day ini sendiri sebagai sesuatu yang menggambarkan kebebasan, makan lama

Denny SantosoPraktisi Kesehatan dan Kebugaran

Junk FoodMengapa memberi hadiah diri sendiri dengan Junk Food?

Cheat Day ini seperti pedang dengan bermata dua. Apabila digunakan dengan baik, maka bisa membebaskan tubuh kita dari kejenuhan selama diet.

Page 45: M&I Vol 38-Issuu

45Vol. 38 | Februari - Maret 2013

FITNESS

mindset otak kita akan berpikir bahwa diet yang selama ini kita lakukan adalah sebuah beban hidup. 6 hari mengatur makan dengan rapi, penuh aturan, dan lain-lain, begitu ketemu weekend, kita berpikir, wah liburan, bebas, makan enak, tidak perlu mikir.

Pada dasarnya, sifat manusia adalah mencari kenyamanan. Dan Cheat Day ini memberikan ide yang salah terhadap pemahaman diet itu sendiri. Akhirnya otak kita akan lebih menyukai sesi Cheat Day ini dan berusaha meninggalkan program diet yang selama ini sudah kita atur.

Hal itu diperparah dengan kondisi kedua yaitu banyak yang mengatakan, kalau kita sudah berhasil menjalani beberapa hari untuk diet, maka kita boleh memberi hadiah kepada diri kita sendiri dengan makan enak, pizza di weekend, burger atau junk food.Saya coba analogikan seperti ini, seorang anak sekolah, belajar mati-matian,

berjuang menjawab soal-soal ujian selama 1 semester penuh, dan tiba saatnya untuk ujian nasional. Apakah kita bilang ga papa kemarin sudah bekerja keras, sekarang cheating aja, nyontek, kamu berhak koq karena kemarin sudah bekerja keras?

Saya pikir itu adalah mindset yang keliru bahwa kita memberi hadiah yang salah

kepada diri kita. Ketika seorang anak berjuang keras, dan akhirnya lulus ujian, maka hadiahnya mungkin liburan bersama teman-temannya, atau boleh beli mainan, atau apapun itu, bukannya malah berubah ‘cheat’ terhadap usahanya.

Begitu juga dengan kita yang sudah mati-matian melakukan diet, maka hadiah yang layak untuk kita adalah kita bisa shopping baju baru dengan ukuran yang lebih kecil, kita bisa merasa enak dengan tubuh kita yang baru. Kita lebih kuat ketika berjalan jauh. Kita mengambil liburan, spa, berenang di pantai dengan bentuk tubuh kita yang baru. Bukan malah ‘cheat‘ dengan makan ngawur demi kepuasan sesaat.

Page 46: M&I Vol 38-Issuu

46 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

LESTARI FIRST

Di seputaran Tuban–Kuta, berdiri sebuah garmen lokal dengan daya eksportir yang cukup besar di Indonesia, yakni PT. Dianatina Ayu yang telah mengukir sejumlah

prestasi. Dengan kondisi pabrik yang begitu luas ditambah jumlah SDM yang mencapai ratusan orang, produsen garmen yang telah berdiri sejak tahun 1983 ini senantiasa menciptakan berbagai pakaian berkualitas tinggi, baik untuk wanita hingga anak-anak. Para penjahit andalan mereka bermain dengan bahan-bahan seperti Cotton Jersey,

Berawal dari sebuah toko garmen kecil di Kuta, kemudian berkembang menjadi perusahaan eksportir garmen terbesar di Indonesia, khususnya di Bali. Inilah sepak terjang PT.Dianatina Ayu yang melesat cepat menjadi perusahaan raksasa.

The Biggest Local Garment from Bali With International Taste

PT.Dianatina Ayu

Page 47: M&I Vol 38-Issuu

47Vol. 38 | Februari - Maret 2013

LESTARI FIRST

Rayon jersey, tenun kapas (poplin, twill), tenunan Rayon (Georgette, fujiette, sifon, linen), Cotton rayon jersey, Cotton lycra, Rayon Lycra, kain taslon, kain tenunan dan sutra. Mereka juga terampil dalam melakukan pekerjaan seperti menyulam, segala bentuk batik, cetak layar, cat tangan, pewarna, cetak digital, manik-manik, renda pada pakaian dan lain-lain.

“Semua produk dikerjakan di Bali, namun bahan-bahan kainnya diambil dari Surabaya, Bandung, Solo hingga Pekalongan” ungkap Direktur PT. Dianatina Ayu, Drs.Panudiana Kuhn, MM. S. Proses produksi garmennya pun memiliki cakupan yang begitu luas, mulai dari aktivitas pembuatan pola menggunakan desain di bantu komputer dan manual, grading, pengolahan kain, memotong, menjahit, label dan memeriksa kualitas, hingga kemasan untuk pengiriman. Tak perlu diragukan lagi dengan kualitas mesin yang mereka gunakan mampu menghasilkan produk dengan standar kualitas internasional.

PT. Dianatina Ayu hanya fokus dalam memproduksi pakaian yang berdasarkan made to order, tidak memproduksinya secara massal. Pelanggan biasanya datang dengan membawa desain rancangan busananya berikut dengan segala perencanaan seperti warna dan material kain yang diinginkan. Kebanyakan pelanggan Dianatina gemar memesan produk busana-busana kaum

feminis terutama gaun dan dress santai. “Kalau pasar sedang tidak lesu seperti dulu, jika saya total dalam setahun bisa ada 100 ribu pesanan,” tutur Panudiana Kuhn.

Selama 31 tahun, PT. Dianatina Ayu telah melakukan kegiatan eksportir yang menembus pasar-pasar seperti Eropa, Amerika, Australia hingga Jepang.

Semuanya berkat kegigihan Panudiana Kuhn, PT. Dianatina Ayu berhasil mencapai titik keemasannya hingga terus berkembang menjadi sebuah perusahaan garmen yang diperhitungkan dalam skala nasional. Sebelum menjadi sebuah perusahaan PT. Dianatina Ayu, Kuhn memulai usaha garmennya dari sebuah toko pakaian jadi kecil di bilangan Kuta dengan nama Diana Butik Galeri pada tahun 1982. Kemudian toko kecil itu pun berkembang secara pesat hingga berubah status menjadi CV dan yang terakhir resmi berlabelkan PT.

Menurut pria yang memiliki latar belakang pendidikan bisnis perhotelan ini, untuk memulai usaha garmen yang ia kembangkan tersebut terbilang mudah dengan modal yang minim.

“Semua ini bisa dibilang peruntungan saja. Saya membuka usaha ini pun secara kebetulan tanpa perencanaan khusus sama sekali. Saya berdagang saja ini kebetulan, kalau dilirik profesi saudara-saudara di keluarga besar saya kebanyakan birokrat, polisi atau tentara. Saya satu-satunya yang jadi pengusaha” terang pria kelahiran Yogyakarta, 21 Juli 1952.

Sepulangnya Kuhn dari Jerman, Ia bersama istrinya Christina Kuhn pun memberanikan

Page 48: M&I Vol 38-Issuu

48 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

LESTARI FIRST

diri untuk mengadu nasib di Bali. Ayah dari dua orang putri dan seorang putra ini mengontrak sebuah hotel kecil yang mirip losmen selama 25 tahun di Kuta untuk disulap menjadi sebuah toko pakaian jadi, dan sekaligus sebagai tempat tinggal saat itu. “Saya masih ingat, toko cikal bakal PT.Dianatina Ayu itu berawal di Losmen Orti yang saya kontrak” sambungnya.

Pria yang memiliki hobi bermain golf ini memang sudah mewarisi bakat berbisnis dari keluarganya. Kuhn mengaku sering melihat rutinitas Ibu nya yang berdagang kecil-kecilan menjual kebutuhan rumah tangga. “Apalagi mertua saya. Ia juga seorang pedagang dengan usaha supermarket besar di Jerman” tambahnya.

Pria yang sempat tinggal di Jerman selama 3,5 tahun ini yakin bahwa selain kerja keras, peruntungan juga mengambil andil dalam pesatnya bisnis yang tengah ia jalankan. “Kita benar-benar tidak pakai konsep. Kita hanya perlu kerja keras, jujur dan tidak mengeluh. Serta sedikit peruntungan”

ucapnya. Kuhn yang kini juga tekun menggeluti usaha properti ini menganggap PT.Dianatina Ayu lahir memang di waktu yang tepat. Saat pertama kali didirikan, posisi usahanya itu masih strategis. Masih sedikit orang yang bergerak dalam usaha garmen, apalagi eksport di tahun 80-an.

“Saat itu toko kami jadi yang the best. Banyak turis-turis yang datang ke toko dan melakukan pemesanan” kenangnya. Kuhn memang sengaja mengarahkan usahanya tersebut untuk memproduksi busana yang bersifat made to order. Ia tak berani memproduksi secara masal, karena baginya itu akan berhadapan dengan persaingan sengit dalam menjual sebuah brand produk.

“Selain tantangannya membuat laku sebuah brand. Tentu kita mesti punya setidaknya 50 toko untuk membuat brand ini sukses di pasaran. Kalau tidak, sulit untuk membuat stok sendiri” cetusnya dengan sedikit tawa. Namun kini, Kuhn mengaku tengah mengembangkan sebuah brand pakaian bersama putrinya, dimana brand tersebut

bernama Paulina Katarina. Tak hanya sukses mengantarkan kejayaan pada PT.Dianatina Ayu, Panudiana Kuhn juga mendulang berbagai macam prestasi sebagai seorang pengusaha. Pada tahun 1991, beliau mendapat Penghargaan Upakarti dari Presiden Republik Indonesia di Jakarta. Di tahun 1994, beliau mendapat penghargaan Primaniyarta mewakili Provinsi Bali di bidang Perdagangan dari Presiden Republik Indonesia di Jakarta ditambah penghargaan sebagai pembayar pajak terbesar pun dikantonginya.

Kini, Kuhn memperlebar sayapnya di berbagai usaha. Berawal dari PT.Dianatina Ayu, Ia pun berinvestasi pada usaha-usaha lainnya semisal Dianasurya Ratna Cargo, Diana Villa, Istana Ratna Hotel dan lain-lain.

“Sekarang saya fokus di properti dan untuk ke depannya saya akan menambah pembangunan hotel tipe boutique di daerah Kuta” pungkasnya sambil menutup wawancara bersama Money & I.

“Semua ini bisa dibilang peruntungan saja. Saya membuka usaha ini pun secara kebetulan tanpa perencanaan khusus sama sekali. Saya berdagang

saja ini kebetulan, kalau dilirik profesi saudara-saudara di keluarga besar saya kebanyakan birokrat, polisi atau tentara.

Saya satu-satunya yang jadi pengusaha”

Page 49: M&I Vol 38-Issuu

49Vol. 38 | Februari - Maret 2013

LESTARI FIRST

Page 50: M&I Vol 38-Issuu

50 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

SMART FAMILY Suzana ChandraManaging Director, Lestari Living

Kata-kata di atas seringkali diucapkan, baik dalam kontek guyon maupun dalam kontek nyata. Pertanyaan saya adalah seberapa benarnya esensi dari kata-kata tersebut bagi diri kita?

Sepertinya pertanyaannya sangat sederhana, tetapi mari kita benar-benar menganalisanya. Di artikel kali ini, saya mau share tentang belief atau kepercayaan terhadap uang, karena ini akan menentukan sikap dan perlakuan kita terhadap uang.

Ayn Rand pernah memberikan quote yang sangat berharga. “Money is a tool. It will take you wherever you wish, but it will not replace you as the driver.” Saya senang sekali quote tersebut, karena menurut saya itu benar-benar menunjukkan esensi uang. Berikut 3 esensi uang yang saya maksud:

Esensi pertama: Money is a tool (uang adalah sebuah alat).

Seringkali persepsi kita terbalik, bahwa uang menghasilkan uang (money makes money). Kebanyakan kalau kita bicara masalah investasi, seringkali terdengar kata-kata “saya tidak punya uang untuk investasi”.. Apakah kita juga memiliki belief ini?

Dengan kata lain, orang percaya bahwa kalau tidak punya uang tidak akan bisa berinvestasi. Padahal investasi adalah salah satu alat untuk menghasilkan uang

Kita terbiasa pada belief yang sudah menjadi persepsi umum. Sehingga kita menjadi latah dan ikut-ikutan percaya pada persepsi umum tersebut. Robert T Kiyosaki dalam salah satu bukunya mengatakan, It’s not true that money makes money. People make money.

Investor yang bijak akan menggunakan uang sebagai alat untuk investasi yang akan menghasilkan uang. Nah, alat ini bisa uang mereka sendiri atau uang orang lain (other’s people money).

Jadi yang menjadi key point disini adalah orangnya, bukan alatnya. Oleh karena itu, seringkali terbukti dan dialami banyak

orang bahwa memiliki uang untuk investasi tidak menjamin akan mendapatkan keuntungan dari investasi, terkadang orang juga kehilangan uang yang diinvestasikan.

Untuk dapat sukses menggunakan uang sebagai alat investasi kita (people) harus memiliki pengetahuan tentang investasi atau bisnisnya. Disinilah dibutuhkannya financial knowledge.

Esensi kedua: You are the driver

Kita yang pegang kontrol dari penggunaan uang sebagai alat, jangan sebaliknya. Seberapa sering kita ditawarin produk-

Uang Bukan Segala-GalanyaTapi Segala-Galanya Butuh Uang

Page 51: M&I Vol 38-Issuu

51Vol. 38 | Februari - Maret 2013

SMART FAMILY

produk investasi oleh mereka yang disebut sebagai financial planner. Biasanya mereka menjual produk-produk investasi yang dibundle dengan asuransi. Belum lagi begitu banyaknya scams dari mereka yang menamakan dirinya experts dengan skema investasi yang menawarkan dan menjanjikan investasi dengan return yang sangat tinggi.

Pada dasarnya, people yang mengendalikan dan menghasilkan uang. Dengan menyerahkan kendali penggunaan uang kepada para ahli keuangan ini, artinya kita menyerahkan masa depan dari keuangan kita. Para ahli keuangan ini di bayar atas jasanya tanpa ketergantungan apakah investasi kita menghasilkan ataupun tidak.

Hal ini bukan berarti saya menyarankan jangan percaya kepada para ahli keuangan, yang pasti adalah kita yang memegang kontrol atas investasi kita. Edukasi diri kita dengan informasi yang dibutuhkan,

.... people makes money, bukan sebaliknya. Jadi sangat penting untuk mendapatkan right people. Apakah itu diri sendiri ataupun orang lain, yang pasti harus highly financially educated.

“check apakah financial expert tersebut juga memiliki investasi atas produk atau jasa yang ditawarkan. Lihat bagaimana kesuksesan para financial expert ini dalam dunia nyata.

Saya akan memperhatikan bagaimana gaya berpakaian, mobil apa yang dipakai, portfolio pribadi yang dimiliki, portfolio yang dikelola dan lain sebagainya. Intinya, saya akan mengecek kredibilitasnya, baik secara profesional maupun secara pribadi, sebelum saya menyerahkan kendali atas masa depan sebagian keuangan saya.

Sekali lagi saya menekankan people makes money, bukan sebaliknya. Jadi sangat penting untuk mendapatkan right people.

Apakah itu diri sendiri ataupun orang lain, yang pasti harus highly financially educated.

Esensi ketiga: It will take you wherever you wish

Gunakan uang sebagai alat, bukannya uang memperalat kita. Edukasi diri kita tentang bagaimana menggunakan uang dengan efektif, bagaimana mengendalikan penggunaan uang dan bagaimana mengelola supaya uang bermanfaat secara optimal bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk komunitas dan kemanusiaan (philanthrophy).

Hal ini merupakan proses yang cukup panjang. Tetapi pada saat kita menjadi ahli, kita dapat menggunakan uang untuk membawa kita ke berbagai rencana yang kita inginkan.

Yes, people make money, not the other way around.

Page 52: M&I Vol 38-Issuu

52 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Dedon adalah produsen kawakan dari Jerman yang fokus menciptakan furniture mewah segmen outdoor dengan skill yang teruji. Brand-nya sudah exist selama lebih

dari dua dekade terakhir. Produk-produk mereka begitu melegenda, satu diantaranya yang berhasil mencuri perhatian para pecinta seni khususnya dari kaum borjuis adalah Dedon Swingrest, yaitu sebuah ayunan mewah yang bisa berputar 360 derajat. Hasil rancangan ini dibesut oleh desainer kenamaan Paris bernama Daniel Pouzet.

Dedon Swingrest layaknya sebuah perpaduan antara kemewahan dan kenyamanan, sebuah ayunan yang biasanya menggantung indah di atas kolam atau danau dan di depan beranda rumah. Warnanya yang alami di dukung dengan lembutnya busa untuk bersantai semakin membuai para pengguna larut dalam kenyamanan, layaknya para raja di Timur Tengah.

Daniel Pouzet dan timnya makin menyempurnakan detail desain dan sistem suspensi yang elegan dengan menghadirkan empat kawat sintetis super kuat yang bisa memanjakan Anda berjam-jam tanpa merasa takut sedikitpun. Tidak cukup sampai disana, Dedon Swingrest juga menawarkan tirai kain penutup opsional, fitur yang sempurna untuk memberikan keteduhan dan privasi Anda dengan pasangan tersayang. Dengan merogoh kocek $10.000, Anda sudah layak mendapatkan mainan baru yang berkelas ini.

GALLERY

Dedon SwingrestIT’S A SWING TIME

Page 53: M&I Vol 38-Issuu

53Vol. 38 | Februari - Maret 2013

GALLERY

Page 54: M&I Vol 38-Issuu

54 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

LITERATURE Pribadi BudionoDirektur Utama BPR Lestari

Sebentar lagi tahun 2014. Indonesia punya gawe besar, pemilu legislatif dan pilpres. Sedangkan Bali, ada Pilgub atau pemilihan Gubernur Bali pada tanggal 15 Mei 2013. Semua peserta yang

ikut, berlomba-lomba mengumbar janji. Janji besar kepada konstituennya. Sekolah gratis, pengobatan gratis, bedah rumah, menyediakan lapangan pekerjaan, mengatasi banjir, mengatasi kemacetan dan masih banyak janji-janji yang diberikan ke masyarakat.

Sebagai peserta pemilu atau pemilihan kepala daerah bahkan presiden, maka berjanji mempunyai program bagus tidaklah salah, justru sebuah keharusan.

Janji itu merupakan sasaran atau target. Target yang ingin dicapai. Gubernur DKI, selalu berjanji untuk membenahi ruwetnya kemacetan di Jakarta dengan pembangunan transportasi massal seperti MRT dan Monorel. Gagasan ini sudah lama ada, sejak 20 tahun lalu bahkan sudah melalui 5 Gubernur. Semua pihak tahu bahwa ini sebuah terobosan untuk mengurai kemacetan. Programnya bagus, tapi

The 4 Disciplines of Execution Chris McChesney, Sean Covey dan Jim Huling

Page 55: M&I Vol 38-Issuu

55Vol. 38 | Februari - Maret 2013

LITERATURE

realisasinya lambat bahkan boleh dibilang berjalan di tempat. Dengan berbagai alasan dan hambatan, gagasan itu belum berjalan.

“Tahu tapi tidak melakukan, sama dengan Tidak Tahu”

Kita tahu, membuang sampah harus pada tempatnya agar lingkungan bersih. Namun sering terjadi sebaliknya, membuang sampah sembarangan.

Kita tahu, olah raga secara rutin dan benar sangat baik bagi kesehatan tubuh. Namun kita jarang melakukannya karena malas.

Kita tahu, berbagi merupakan tindakan yang sangat baik dan dianjurkan oleh agama. Namun kita jarang melakukannya karena tidak rela serta masih membutuhkan.

Kita tahu banyak hal yang baik untuk dilakukan dan mudah, karena terlalu mudahnya sehingga kita tidak melakukannya. Problem sebagian besar orang adalah tidak melakukannya. Kita tahu tapi tidak melakukan, sama dengan kita tidak tahu.

Seindah apapun keinginan kita. Sedahsyat apapun keinginan kita. Apabila kepercayaan diri untuk mewujudkannya hilang bahkan tidak ada, keinginan tersebut hanya akan ada dalam khayalan. Salah satu kunci

keberhasilan kita adalah bagaimana kita mengeksekusi keinginan tersebut melalui tindakan nyata. Kuncinya adalah apa yang telah kita lakukan. Jika kita menginginkan sesuatu dan kita yakin bisa meraihnya karena potensi yang kita miliki, tetapi kita tidak melakukan tindakan apapun. Secara akal sehat, kita tidak mungkin meraihnya.

Bagaimana mewujudkannya?

Yakinlah bahwa kita harus meletakkan impian setinggi mungkin. Sebagian orang setiap tahun memiliki impian atau resolusi atau apa yang ingin dicapai pada tahun depan. Ada yang ingin menurunkan berat badan. Ada yang ingin menikah. Ada yang ingin beli rumah. Ada yang ingin naik haji. Bermacam-macam jenis keinginan.

Saat ini, yang kita butuhkan adalah memecah mimpi-mimpi besar yang kita miliki tersebut dalam bagian-bagian yang lebih kecil, yang lebih terstruktur dan yang lebih berkesinambungan dari etape demi etape. Kita tidak harus melakukan sesuatu yang besar lebih dahulu. Tetapi untuk menjadi besar kita harus memulai dengan mengerjakan hal-hal kecil terlebih dahulu.

Dalam rumusan yang lebih sederhana Start Here, Start Small Thing and Start Now. Dengan kata lain, lakukanlah yang Anda mampu, dari yang paling kecil dan lakukanlah sekarang juga. Kalau kita

ingin berbagi. Jangan menunggu setelah kita memiliki uang yang banyak. Kita bisa memulai berbagi senilai Rp.10.000 atau Rp.100.000. Ini jumlah yang tidak besar. Sebagian besar orang memiliki kemampuan untuk melakukannya dan tentunya harus dimulai sekarang. Kalau tidak sekarang, kapan lagi, kalau bukan kita yang mulai, siapa lagi?

Chris McChesney, Sean Covey dan Jim Huling melalui bukunya “The 4Disciplines of Execution” berbagi bersama kita, cara untuk mengeksekusi segala sasaran yang ingin kita capai. Selamat membaca dan semoga terinspirasi.

Kita tahu banyak hal yang baik untuk dilakukan dan

mudah, karena terlalu mudahnya sehingga kita

tidak melakukannya. Problem sebagian besar

orang adalah tidak melakukannya. Kita tahu

tapi tidak melakukan, sama dengan kita tidak tahu.

Page 56: M&I Vol 38-Issuu

56 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

NOTES FROM A FRIEND

Alex P. ChandraChairman BPR Lestari Founder Lestari Group

Pribadi BudionoCEO BPR Lestari

Khrisna MukuFounder & Director STIKI Indonesia

Mardi SoemitroFounder & Owner Adam & Hawa Gym

Key Speakers :About M&I The ClubSalah satu kendala terbesar yang dihadapi oleh pengusaha adalah masalah manajemen, mulai dari pengelolaan karyawan, keuangan seperti modal, laporan keuangan dan perpajakan, sampai dengan bagaimana membangun system operational procedure dan pemasaran yang efektif. M&I Club adalah komunitas bagi para pengusaha untuk meningkatkan manajerial skills melalui pelatihan dan pengembangan manajemen. Pelatihan dilakukan secara berkala dalam 8 pertemuan dengan masing-masing materi pelatihan sebagai berikut :

Materi TrainingStart it Now, Start it Right I 96% usaha baru mengalami kegagalan, hindari faktor kegagalannya dan kenali cara untuk sukses, sesi ini mengajak kita untuk mengenal Passion, Vision, Role Model & Leverage Concept!

Change Your People Into Your Asset I To Grow your company, you have to grow your people. Kenali bagaimana cara efektif melakukan rekruitmen, pengembangan keterampilan dan menciptakan karyawan bintang.

Marketing Effective for Small Business I Dunia pemasaran terus berubah, kenali pasar dengan baik, lakukan promosi yang efektif, serta bagaimana menciptakan strategi harga yang tepat dan produk yang excellent.

Tax & Accounting Management I Sesi ini akan mengupas secara komprehensif dan praktis bagaimana cara membuat laporan keuangan meliputi Laporan Laba Rugi, Neraca, Perubahan Modal dan juga sistem perpajakan.

Selling Skills I Mengenal teknik dasar penjualan, membaca buying signal dari konsumen, membangun komunikasi yang efektif, 5 teknik closed sales yang tepat serta bagaimana merubah keraguan konsumen menjadi pembelian.

Retail Business I Bagaimana mengelola persediaan, menetapkan harga dan program promosi, termasuk didalamnya teknik-teknik merchandising untuk merubah slow moving produk menjadi fast moving produk.

OnLine Market & Social Shopper I Populasi netizen terus bertambah, merekalah pasar yang prospektif. Pelajari bagaimana menggapai pasar didunia ini melalui strategi internet marketing yang tepat.

Personal Portfolio & How To Creating Wealth I Investasi menjadi bagian tidak terpisahkan bagi seorang pebisnis, ketahui instrumen investasi yang tepat dan ciptakan peluang melalui passive income.

Member Benefit : • Semua sesi dilengkapi modul / panduan• Mendapatkan Majalah M&I sebanyak 12 vol• Mendapatkan peliputan di Majalah M&I• Special disc untuk memasang iklan di M&I• Special disc untuk pembuatan Business Plan, Market Analisys & Corporate Identity [Logo]

• Special disc untuk pembuatan website usaha• Program dirancang khusus untuk pengusaha yang bisnisnya kurang dari 10 tahun• Peluang Networking dengan member lainnya

Who Should Attend? Program ini sesuai untuk Anda yang ingin belajar mengenai entrepreneurship dalam waktu singkat dan praktis, dengan kualitas setara program pendidikan nasional dan di bimbing mentor yang merupakan local champions dibidangnya.

Training & Development ProgramEntrepreneurship Class I Comprehensive Approach

Full Pack TrainingIDR 6 Million / PersonJoining Fee IDR 500 rbKeanggotaan Berlaku

Setahun

One Day Workshop Retail Management

For More Information :

Page 57: M&I Vol 38-Issuu

57Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Alex P. ChandraChairman BPR Lestari Founder Lestari Group

Pribadi BudionoCEO BPR Lestari

Khrisna MukuFounder & Director STIKI Indonesia

Mardi SoemitroFounder & Owner Adam & Hawa Gym

Entrepreneurship & Learning Community

One Day Workshop Retail Management

CARA CERDAS BERBISNIS RETAILBagaimana mendirikan, mengelola dan mengembangkan usaha modern retail

Retail adalah usaha yang produknya dijual kepada end user atau konsumen akhir, baik itu dagang maupun jasa. Seperti :

r Klontong / Mini Martr Laundry Service r Fashion Store / Distror Pencucian mobil / Motor r Cafe / Cake & Bakery r Restaurant r Hardware Store r Service / bengkel r Pet Shop r Barber Shop r Fitness Centre

Bahkan sejumlah industri kecil yang menjual produknya langsung ke konsumen

Peserta akan diajak untuk mengenal lebih detil bagaimana memulai, mendirikan, mengelola dan mengembangkan usaha retail dengan sistem modern. Mulai dari :

r Bagaimana Menentukan Lokasi Usaha yang tepatr Merubah Slow Moving Menjadi Fast Moving Produkr Teknik Merchandising yang menarik Konsumenr Bagaimana Menentukan Harga Jual yang Tepat r Membuat Tampilan Toko Modern & Elegan

Dan teknik-teknik lainnya untuk pengembangan usaha retail

KEUNTUNGAN MENGIKUTI WORKSHOP

Rabu, 17 April 2013. Lt 3 Kantor BPR Lestari WR SupratmanJl. WR Supratman No. 141 Denpasar. Jam 09.00 - 16.00 Wita

RETAIL BUSINESS

Mereka yang memiliki keterkaitan pada retail bisnis :

r Pemilik Usaha Retailr Pengelola / Manajer Usaha Retailr Orang Yang Hendak Mendirikan Usaha Retailr Front Liners Usaha Retail r Pengusaha Retail yang mau ekspansi serta r Orang-orang yang mau belajar kewirausahaan

SIAPA YANG PERLU IKUT?

09.00 - 10.00 WitaKonsep Modern Retail

10.00 - 11.00 WitaBagaimana Menentukan

Lokasi Usaha

11.00 - 12.00 WitaTeknik Merchandising

13.00 - 14.00 WitaPemasaran & Promosi

14.00 - 15.00 WitaMengelola Persediaan Yang Efektif

OUTLINE WORKSHOP

PEMBICARA - ISWARIN

Iswarin lahir di Semarang, Saat ini

adalah Direktur PT. Momentum Retail

Management dan PT. Seven Store

Mandiri yang berdomisili di Batam.

Berpengalaman lebih 20 tahun di

Industri Retail. Jabatan terakhirnya

adalah General Manager di Circle

K [2008]. Kemudian Mendirikan

Perusahaan Konsultan Retail

Independent, selain itu saat ini juga

aktif sebagai mentor dan pembicara

pada pelatihan kewirausahaan di

berbagai asosiasi dan perusahaan-

perusahaan nasional.

INVESTASI SEMINAR :Rp.1.000.000 / orangRp.1.300.000 /2 orangRp.1.500.000 /3 orang

Aan 0361 215 40 23 085 792 220 820Arif 0361 809 29 30Wahyu 0361 246 706

WHAT WILL YOU GET :Modul Management Retail Majalah M&I Lunch & Snack

Page 58: M&I Vol 38-Issuu

58 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

GROWTH STRATEGIES I Made WentenKabid Support & Operation BPR Lestari

Dalam acara World Quality Conference tersebut, Rhenald Kasali, salah seorang narasumber yang dihadirkan, memulai presentasinya, dimana pada pertengahan sesi,

beliau bercerita tentang bagaimana seorang pemimpin sangat berpengaruh terhadap organisasi yang dipimpinnya. Bagaimana karakter dan perilaku dari seorang pemimpin akan berpengaruh terhadap karakter dan budaya sebuah organisasi.

Role Modelling

Profesor dari UI ini memulai ceritanya dari statistik sederhana, bahwa sekelompok orang dalam sebuah organisasi akan terdiri dari 3 kelompok. Kelompok pertama yang populasinya kurang lebih terdiri dari 15% teratas adalah kelompok orang baik. Kelompok kedua populasinya kurang lebih 70%, merupakan kelompok tengah-tengah. Dan kelompok ketiga sisa populasinya yaitu sebesar 15% adalah kelompok terbawah.

Role Model

Tulisan edisi kali ini masih ada hubungannya dengan acara World Quality Conference yang saya ikuti pada bulan November tahun 2012

lalu. Sebuah seminar yang penu h inspirasi, dan sayang jika kemudian

semua pengetahuan dari seminar tersebut tidak dapat di bagi ke banyak

orang, dan menjadi catatan bagi penulis sendiri

“Kurang lebih ini namanya Role Modelling. Tindakan dan perilaku yang dilakukan secara konsisten oleh seorang pemimpin akan dijadikan standar dan diikuti oleh sebagian besar orang di organisasi tersebut. Yang selanjutnya secara pelan-pelan akan membangun budaya dari organisasi tersebut”.

-Rhenald Kasali

Page 59: M&I Vol 38-Issuu

59Vol. 38 | Februari - Maret 2013

GROWTH STRATEGIES

Kelompok minoritas pertama adalah orang-orang yang baik, yang dalam situasi apapun mereka akan cenderung untuk selalu baik. Contohnya tentang kedisiplinan, entahlah struktur organisasi mereka disiplin atau tidak, kelompok pertama minoritas ini akan tetap disiplin. Mereka akan merasa tidak nyaman kalau mereka tidak disiplin, walaupun lingkungannya memiliki budaya tidak disiplin. Pendapat mereka, “walaupun kebanyakan orang tidak disiplin, yang penting saya tetap disiplin. Tidak enak kalau tidak disiplin”.

Kelompok ketiga yang minoritas adalah kebalikannya. Mereka adalah orang dengan kepribadian minus. Susah diatur, cenderung memiliki budaya tidak baik. Contoh dalam hal kedisiplinan, mereka adalah orang yang paling tidak disiplin. Susah memberi tahu orang dari kelompok ketiga ini. Diberi arahan tidak ikut. Dicerewetin malah ngeyel. Dipaksa baru ikut. Lengah sedikit buat ulah lagi. Repot menangani orang-orang seperti ini. Kelompok ketiga, sama sekali tidak merasa bersalah kalau mereka membuat masalah.

Yang menarik adalah kelompok kedua dengan populasi terbesar, mereka adalah orang biasa-biasa saja. Orang normal, tidak terlalu kekiri tidak juga tidak terlalu kekanan. Mereka memiliki kebiasaan untuk ikut kemana angin berhembus. Kalau pemimpin mereka adalah orang disiplin, maka orang ini akan ikut-ikutan disiplin. Kalau pemimpin mereka santai ala kadarnya, maka mereka juga akan ikut santai. Pemikiran mereka adalah “Kita cari aman saja, yang lain bagaimana kita ikut saja. Yang penting keluarga bisa makan”.

Kelompok kedua ini sangat terpengaruh oleh budaya yang dibentuk oleh pemimpin mereka.

Jadi kalau seorang pemimpin memiliki budaya yang baik, maka organisasi mereka akan memiliki paling tidak 85% orang yang baik. Terdiri dari 15% yang memang dari asalnya baik, dan 70% orang yang ikut-ikutan baik. Begitu juga sebaliknya. Menurut Rhenald Kasali, “Kurang lebih ini namanya Role Modelling. Tindakan dan perilaku yang dilakukan secara konsisten oleh seorang pemimpin akan dijadikan standar dan diikuti oleh sebagian besar orang di organisasi tersebut. Yang selanjutnya secara pelan-pelan akan membangun budaya dari organisasi tersebut”.

Role Modelling Kuadrat.

Role Modelling Kuadrat adalah istilah saya sendiri, istilah ini saya pakai karena belum ketemu istilah pas untuk menggambarkan kata “bagaimana meningkatkan kekuatan efek role modelling ini?”.

Di hari kedua acara conference, yang berbicara pertama kali adalah Menteri BUMN Dahlan Iskan. Di sesi tanya jawab, ada peserta yang bertanya “Pak Dahlan, menurut saya Bapak berhasil mengubah budaya perusahaan-perusahaan yang Bapak pimpin. Dari sebelumnya tidak

bagus menjadi bagus. Bagaimanakah bapak melakukannya?”. Beliau menjawab “Pertama kali yang harus kita lakukan adalah memberi contoh, lakukan secara konsisten. Apabila orang lain melihat bahwa kita concern, kita peduli dan kita melakukan maka lambat laun pasti akan diikuti oleh orang lain”. Nah Dahlan Iskan memberikan contoh kasus dari sebuah Role Modelling. Kemudian beliau menambahkan “Hal selanjutnya yang dilakukan untuk membentuk budaya yang baik dari sebuah organisasi yang saya pimpin adalah dengan cara memilih pemimpin lapis kedua yang merupakan bawahan saya langsung. Saya pastikan mereka adalah orang yang memiliki karakter baik. Dengan memilih pemimpin lapis kedua yang baik, maka role model-nya menjadi lebih banyak. Contoh baiknya makin banyak. Kekuatan baiknya menjadi berlipat ganda, pengaruhnya terhadap perbaikan budaya perusahaan akan semakin banyak”

Dahlan Iskan melengkapi pelajaran Role Modelling yang diawali oleh Bapak Rhenald Kasali. Karakter kelompok manajemen menengah yang menjadi kepanjangan top management juga sangat berpengaruh terhadap karakter dan budaya organisasi, dan warna karakter dari sebuah unit tim sangat terpengaruh oleh manajer yang dipilih untuk memimpin unit tersebut.

“Pertama kali yang harus kita lakukan adalah memberi

contoh, lakukan secara konsisten. Apabila orang lain melihat bahwa kita concern,

kita peduli dan kita melakukan maka lambat laun pasti akan

diikuti oleh orang lain”.

Page 60: M&I Vol 38-Issuu

60 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

dan blogging yang dimiliki Casnocha. Sang guru kemudian memberikan tugas extra yang tidak diberikan kepada murid yang lainnya. Gayung bersambut saat pemerintah federal San Francisco memberikan kesempatan untuk membangun sebuah website guna melayani dan menyelesaikan keluhan masyarakat terhadap kinerja

berkembang, para pengajar harus memiliki jiwa entrepreneurship terlebih dulu.

Itulah yang disadari oleh seorang anak muda asal negeri Paman Sam. Usianya masih sangat belia ketika mengawali terjun ke dunia bisnis, namun idenya sungguh luar biasa. Di masa-masa pubertas itu, dia telah memiliki perusahaan sendiri yang melayani dan menyediakan piranti lunak (software) e-government untuk pemerintah daerah di negaranya, Amerika Serikat.

Namanya Ben Casnocha, seorang remaja yang kini telah diundang ratusan kali di berbagai event berkelas untuk mengisi seminar dan membangun ide-ide kreatif dalam sukses pencapaian bisnis. Kisah suksesnya berawal dari sang guru di sekolah yang melihat bakat luar biasa dalam hal IT tentang script pemrograman website

FRONT OF MIND

Menurut para pemerhati bisnis dan pengamat ekonomi di Indonesia, ternyata lemahnya jiwa entrepreneur ditengarai menjadi salah satu penyebab

maraknya korupsi di Indonesia. Saat ini Indonesia berada pada rangking ke 124 dengan nilai produktifitas masyarakat kurang dari 5 %. Saat ini posisi peringkat korupsi Indonesia jauh di dibawah Singapura (peringkat 5), Brunei Darussalam (peringkat 46), Malaysia (peringkat 54) dan Thailand (peringkat 88). Sedang Indonesia saat ini berada pada posisi 118 dalam peringkat korupsi di dunia, dan hanya lebih baik di kawasan Asia Tenggara bila dibandingkan Laos (peringkat 160) dan Myanmar (peringkat 172).

Keterpurukan dan rendahnya moralitas itu salah satunya karena kurangnya masyarakat Indonesia yang menjadi entrepreneur. Kiranya perlu kita sadari bersama untuk membangun kebanggaan menjadi entrepreneur dan diyakini akan banyak memberikan nilai tambah yang bisa diciptakan dan akan berpengaruh langsung terhadap tingkat kesejahteraan rakyat.

Mengutip ucapan dari orang bejo pemilik perusahaan ritel KemChik Bob Sadino, yang mengatakan bahwa sistem pendidikan Indonesia kebanyakan masih menggunakan prinsip belajar untuk tahu. Padahal yang lebih penting adalah melakukan sesuatu dan mengkomunikasikannya. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek kewirausahaan. Saat ini sistem pendidikan di Indonesia masih berputar pada teori dan buku teks saja. Begitu pula halnya dengan entrepreneurship, dia mengatakan agar bisa

Ben CasnochaOne of America’s Top Young Entrepreneurs

Page 61: M&I Vol 38-Issuu

61Vol. 38 | Februari - Maret 2013

FRONT OF MIND

pemerintah. Mengetahui hal itu, Casnocha segera mencoba menulis kode HTML yang diperlukan untuk membuat web tersebut dan akhirnya web komersil perdana bernama Complainandresolve.com berhasil dibuat.

Kesuksesan remaja yang mengawali bisnis di usia 14 tahun ini terus berjalan. Casnocha terus mengasah kemampuan bisnis dan networking-nya dan mencoba membuat proyeknya menjadi lebih profitable, keputusan besar ia buat dengan membentuk perusahaan yang bernama Comcate Inc. Sejak saat itu, lusinan klien dari kota-kota di pinggiran San Francisco dan negara bagian lainnya mulai sering menelepon dan sebagai ganjarannya memberikan Casnocha dan timnya mendulang pendapatan tahunan sekitar US$ 850.000.

Comcate Inc merupakan sebuah perusahaan perangkat lunak yang fokus pada peningkatan operasi untuk lembaga-lembaga publik dalam menyelesaikan masalah di instansi pemerintah. Sejauh ini, lebih dari 70 instansi pemerintah kecil dan menengah di seluruh belahan negeri

Amerika telah menyewa perusahaan tersebut dan menginstal perangkat lunak berbasis web guna meningkatkan layanan pelanggan dan efisiensi kantor.

Sekarang Comcate telah menjadi salah satu pioner utama dalam bidang perangkat lunak dan dukungan IT bagi lembaga pemerintah di seluruh Amerika Serikat. Tepat 1 Maret 2013 nanti Casnocha berusia 25 tahun dan kini ia memiliki sekitar 20 orang yang bekerja di timnya untuk terus melebarkan sayap bisnisnya di dunia IT.

Casnocha adalah pribadi yang memiliki kemauan, keuletan, mau kerja keras serta tidak suka menyia-nyiakan waktu. Ia menggunakan waktu lebih banyak daripada rata-rata orang. Dalam kesehariannya dibandingkan dengan remaja seusianya Casnocha bekerja lebih keras, lebih tekun, lebih ulet dan tidak mudah menyerah. Adalah tidak benar kalau ada pendapat yang mengatakan orang-orang sukses lebih santai dari kita-kita. Memang pada tingkat tertentu mereka lebih santai, itu benar, setelah pondasi bisnisnya kokoh, setelah sistem dan prosedur berjalan dengan benar

sehingga mereka bisa mendelegasikan tugas-tugas kepada yang lain. Dalam seminggu kita memunyai waktu kerja standar 40 jam. Waktu tersebut hanya untuk survive atau bertahan hidup saja. Untuk mencapai hasil yang lebih optimal seperti Casnocha, kita harus bekerja diatas jam standar tersebut, karena ada perbandingan lurus antara jam kerja dengan tingkat kesuksesan. Semakin banyak waktu yang digunakan, akan semakin banyak yang bisa kita hasilkan dan kerjakan, maka kesempatan sukses juga semakin besar.

Kesuksesan yang diraih oleh Casnocha menarik perhatian stasiun TV kelas dunia seperti CNN, CNBC, ABC dan majalah The Economist. Ia dianggap sebagai tokoh paling berpengaruh di dunia internet dan politik. Bahkan, majalah BusinessWeek menyebutnya, One of America’s Top Young Entrepreneurs.

Bila Anda ingin mengetahu lebih dekat tentang lika-liku kehidupan dan tetesan keringat dalam setiap perjuangan yang telah dilewati oleh Casnocha, plus ditambah pengalaman pribadi dan tips-tips bisnis yang menarik dan kreatif maka langsung saja kunjungi blog pribadinya, bigben.blogs.com. Dalam senggang waktu luangnya, biasanya Casnocha lebih suka untuk membaca buku. Dalam kurun waktu 16 bulan, dia telah melahap 120 buku. Casnocha ingin membaca 4.200 buku dalam kurun waktu 60 tahun mendatang. Meski sudah meraih sukses dalam karir bisnis, sosok Casnocha tetap merendah bila berhadapan dengan orang lain.

Kembali kepada lemahnya jiwa entrepreneurship pada bangsa ini, kebanyakan kita takut dengan yang namanya kegagalan. Padahal kehebatan suatu bangsa adalah bangsa yang sukses dengan kegagalannya. Indonesia harus mandiri dan berani. Jika entrepreneurship sudah bisa kita majukan di Indonesia maka perekonomian Indonesia secara otomatis bisa terbantu. Jika ekonomi kita bisa membaik, masyarakatpun akan makmur, aman, adil dan sejahtera. Kalau sudah sejahtera, buat apa korupsi?

Page 62: M&I Vol 38-Issuu

62 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

NOTES FROM A FRIEND Alex P. ChandraPublisher of Money & I Magazine

Di DKI Jakarta itu bintangnya adalah Jokowi, tugas adalah membantu pak Jokowi”

(Ahok)

Suatu ketika, saya dipanggil menghadap pak Jero Wacik. Saya agak heran juga, ada apa gerangan pak Menteri memanggil saya. Ketika itu saya sedang meeting dengan beberapa staf di kantor.

“Tinggalkan meeting segera, ditunggu oleh pak Menteri di Patra Jasa,” demikian kata asisten beliau. “Hmmm, begitu rupanya kalau dipanggil sama pejabat,” demikian pikir saya. Karena kepingin tahu ada apa gerangan, saya pergi juga ke Patra Jasa.

Singkat cerita, ternyata pak Menteri tertarik dengan tulisan saya di BaliPost.

Waktu itu saya menulis “Indonesia is Not Metro TV”. Isinya adalah ajakan untuk optimis sebagai bangsa Indonesia. “Indonesia is not only bad news. Indonesia is not Metro TV,” demikian kata saya.

Pak Menteri senang ada yang menulis dengan balance. Tidak melulu menceritakan bahwa Indonesia itu sarang korupsi, tawuran, bencana alam dan sebagainya. Namun juga menceritakan optimisme bahwa bangsa ini punya potensi, bangsa ini adalah bangsa yang besar. Indonesia punya kans untuk menjadi salah satu negara super-power di dunia.

Pak Jero yang tertarik dengan tulisan

Menjadi Orang Nomer 2

Page 63: M&I Vol 38-Issuu

63Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Kalau jadi mahapatih, yang

pertama kali harus kita

lakukan adalah sumpah setia

kepada Raja. Yakinkan Raja

bahwa kita bekerja untuk

kebesaran namanya. Jangan

ingin bersaing dengan Raja.

Itu kunci kesuksesan menjadi

orang nomor dua

NOTES FROM A FRIEND

ini, ingin kenal dengan ‘penulis-‘nya. Demikianlah hal ikhwal perkenalan saya dengan pak Menteri dari Bangli itu. Saya diundangnya ikut makan siang bersama rombongan. Makan siangnya di warung babi guling di Nusa Dua.

Ada pelajaran menarik dari perkenalan saya dengan beliau itu. Katanya, “kalau jadi mahapatih, yang pertama kali harus kita lakukan adalah sumpah setia kepada Raja. Yakinkan Raja bahwa kita bekerja untuk kebesaran namanya. Jangan ingin bersaing dengan Raja. Itu kunci kesuksesan menjadi orang nomor dua”.

Ini menjadi leadership lesson yang

menarik hati saya. Banyak pemimpin yang sebenarnya sudah dikader akan menggantikan atasannya, kemudian gagal karena tidak sabar, ikut-ikutan berebut pengaruh dengan atasan yang seharusnya didukungnya. Sang Mahapatih bersaing dengan sang Maha Raja.

Dede Yusuf belum apa-apa sudah mengibarkan bendera perang dengan pak Gubernur yang atasannya. Pak Puspayoga juga tidak akur dengan Pak Gubernur Mangku Pastika.

Pengalaman saya bekerja di kantor saya dulu, juga menunjukkan banyak sekali wakil pemimpin kantor yang tidak akur dengan pemimpin kantornya. Makanya dalam salah satu tulisan saya dulu “Wakil Menteri”, saya mengatakan riskan menciptakan satu layer birokrasi dengan title ‘wakil’. Kekuasaannya beti, beda tipis. Kemungkinan konflik karena ego masing-masing besar sekali. Jadi kalau bisa, janganlah kita menciptakan layer-layer yang beda-beda tipis begitu.

“Jangan bersaing dengan Raja. Bersumpah setialah,” demikian kata pak Menteri. Menurut saya itulah resep menjadi orang nomor dua yang sukses.

George Bush Sr menjabat Wakil Presiden ketika Ronald Reagan ditembak. Ronald Reagan kritis dan harus dioperasi. Ketika sang presiden masuk ruang operasi terjadi power vacuum. George Bush Sr harus dilantik sebagai Presiden untuk mencegah terjadinya kevakuman.

Bush menolaknya, dengan alasan presidennya belum meninggal. He showed the loyalty to his boss.

Dia berhasil mengalahkan egonya. Dia menunjukkan bahwa dirinya adalah orang nomor dua. Dan sang presiden adalah atasannya. Dan terbukti setelah Reagan tidak lagi menjabat, dia menyiapkan

pembantunya itu menjadi Presiden Amerika Serikat.

Pak Jokowi dengan wakilnya Ahok adalah fenomena baru dalam kepemimpinan birokrasi di Indonesia. Saya menyebutnya sebagai salah satu keberhasilan dari proses demokratisasi yang berlangsung sejak era reformasi. Kepemimpinan mereka yang sangat eksekutorial menjadi angin segar bagi birokrasi Indonesia.

Kita berharap banyak bahwa kepemimpinan mereka akan berhasil dan kemudian akan muncul Jokowi-Ahok yang lain di seluruh penjuru Indonesia.

Tantangannya adalah bagaimana pak Ahok bisa dengan sukses memposisikan dirinya. Jangan sampai terpancing. Duetnya sudah bagus. Harus bisa dipertahankan, jangan sampai egonya terpancing. His job is to make the boss success.

Our job, kalau posisi kita sebagai bawahan adalah to make our boss success. Kalau bos kita sukses, dia dipromosi, kita juga akan ikut dipromosikan. Saat ini kelihatannya duet Jokowi-Ahok sudah mulai dipancing-pancing oleh media. Dibanding-bandingkan dan diadu-adukan. Makanya saya salut ketika dalam salah satu interview Ahok mengatakan bahwa ‘Di DKI itu bintangnya pak Jokowi. Saya adalah pembantu pak Jokowi”.

Two thumbs up pak Ahok.

Page 64: M&I Vol 38-Issuu

64 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

INSPIRATION

Bagi Anda yang menyenangi laut, pernahkah ditawari fasilitas kelas wahid untuk melihat setiap detail laut dengan segala desainnya yang unik? Mungkin yang Anda bayangkan itu

semua hanya ada dalam film-film tentang masa depan. Tapi di Dubai, Anda akan mendapatkan semuanya adalah kenyataan.

Sebagai satu dari tujuh emirat dan merupakan kota terpadat di Uni Emirates Arab (UEA), Dubai serta merta menghapuskan pandangan kita tentang tempat yang dulunya hanya sebuah kota gurun padang pasir yang gersang. Dubai mampu menyajikan berbagai kemewahan dan kecanggihan teknologi dalam setiap detail pembangunan kotanya.

Dubai kini merupakan kota termahal di Timur Tengah. Dalam sejumlah kategori, kota metropolitan di Teluk Arab itu bahkan menjadi tempat tinggal termahal di dunia saat ini, demikian satu studi mengenai biaya hidup di luar negeri yang diterbitkan Bank Swiss, UBS pada Minggu 16 Nopember

2012. Untuk urusan sewa rumah misalnya, Dubai sejajar dengan New York dan Zurich sebagai kota dengan harga sewa rumah termahal di dunia. Tarif sewa per bulan di tiga kota metropolitan itu 100 persen lebih tinggi dari harga rata-rata global, kata UBS.

Lembaga pemberi pinjaman terbesar dari Swiss tersebut menambahkan dalam studi itu bahwa bersama Oslo di Norwegia dan Jenewa di Swiss, saat ini Dubai memiliki harga pangan paling tinggi di dunia. Menu dengan tiga jenis makanan di sebuah restoran modern di tiga kota besar tersebut

bernilai sekitar 95 dolar AS. Dubai juga tercatat memiliki hotel dengan paling banyak bintang di dunia, yakni hotel bintang tujuh. Dubai pun berhasil mencuri perhatian dunia, saat menyulap lautan menjadi daratan dan membentuknya menjadi sebuah pulau menyerupai daun palm. Di setiap “lembaran daun” palm island ini, disediakan berbagai fasilitas hotel, mall, gym, taman bermain dan lainnya, dengan tingkat kemewahan tinggi menyaingi Disney Land. Tak cukup hanya di situ, Dubai juga membuat sebuah pulau buatan dengan bentuk seperti permukaan bumi.

Dubai, yang secara resmi bebas pajak penghasilan, menjadi kota termahal di Timur Tengah karena pertumbuhan birokrasi dan sejumlah pajak terselubung

yang mengitarinya. Dalam dua tahun terakhir, ribuan ruang parkir yang dulu bebas biaya kini diubah menjadi tempat parkir berbayar. Selain itu, para bujangan tak diperkenankan berbagi apartemen demi mengurangi biaya sewa. Biaya transportasi dan denda lalu lintas juga ditingkatkan secara tajam oleh pemerintah.

Future City DubaiApakah Anda pernah membayangkan tinggal di kota dengan gedung tertinggi di dunia, atau gedung yang bisa berputar 360 derajat di setiap lantainya?

Page 65: M&I Vol 38-Issuu

65Vol. 38 | Februari - Maret 2013

youth, woman & netizen

NEXTGENERATION

It’s Not Too Young To Start a Business p. 70

Rachel Adelia Putri

The Youth! Sambal Bu Susan,The Hottest Local Sambel From Bali p. 64

EntrepreneurshipMarketing Splash p. 68

Teenage C orner Shadow Woods p. 74

CommunityUrban Sketchers p. 76

Page 66: M&I Vol 38-Issuu

66 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

the youth

Meski

berawal

dari

keisengan,

seorang

gadis

belia yang

masih duduk di bangku kelas 9, SMP

Tunas Daud Denpasar telah mampu

mengembangkan usahanya dari jejaring

sosial hingga merambah ke dunia

nyata lewat butik Rap’s Wardrobe

miliknya. Ia adalah Rachel Adelia

Putri. Gadis yang tengah disibukan

dengan segala persiapan ujian akhir

nasional ini menyempatkan diri untuk

bertemu dengan reporter Money &

I, Putra Adnyana guna menceritakan

usaha fashion yang dirintisnya di usia

yang cukup mengejutkan. Bertempat

di butik barunya Rap’s Wardrobe di

area pusat perbelanjaan The Ice, Teuku

Umar ini, Rachel pun menunjukkan

seisi tokonya yang dihiasi berbagai

macam koleksi busana perempuan

bergaya remaja. Meski butiknya baru

dibuka seadanya, namun antusiasme

pembeli sudah berdatangan. Bahkan

putri dari pasangan Samuel Kevin dan

Oey Shulan ini tanpa segan memberikan

diskon untuk menyambut butik barunya

tersebut. Berikut perbincangan Money

& I bersama gadis yang juga penggila

basket ini.

RACHEL ADELIA PUTRI

Bagaimana ceritanya bisa buka butik sendiri,

bukannya dulu sempat bisnis online?

Tokonya baru dibuka Februari 2013 ini,

kalau usaha onlinenya sudah dari tahun 2011.

Awalnya memang bisnis online. Tapi saat itu

barang-barangnya masih reseller. Lalu aku

kumpulin hasil jualan tersebut untuk modal

bikin toko. Untuk online sendiri awalnya

karena iseng-iseng saja jualin ke teman-teman

dan ternyata mereka suka. Nah semenjak ada

Instagram, jadi lebih banyak koleksi yang aku

bisa pamerin hingga dilirik sama orang-orang

dari luar Bali bahkan bisa diakses oleh orang-

orang dari luar Indonesia. Selain itu, aku juga

manfaatin Blackberry Messenger.

THE TEENAGE-PRENEUR

Page 67: M&I Vol 38-Issuu

67Vol. 38 | Februari - Maret 2013

the youth

Page 68: M&I Vol 38-Issuu

68 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

the youth

Dapet barang-barangnya dari mana, bikin

sendiri?

Enggak kok. Aku beli barang-barangnya di

Cina, Hongkong dan Jakarta. Oh ya, kebetulan

juga ada teman papa yang baru datang dari

Hongkong. Di sana ada banyak tas-tas murah

buatan Cina. Jadi aku titip beli beberapa

barang dengan teman papa yang di Hongkong

tersebut. Kemudian barang-barang tersebut

aku jual lagi di Indonesia. Kalau titip begini kan

tidak perlu bayar ongkos shipping lagi, he..he...

Kebetulan juga waktu ini kakak ku sedang cari

sekolah di Cina, jadi sekalian saja kita jalan-

jalan sambil shopping di sana. Tapi sayangnya

lagi musim dingin, jadi kami tidak terlalu

banyak beli barang karena hanya sedikit

kualitas bagus yang kami temukan.

Kemudian mama juga sempat ke Bangkok,

saat itu beli barang-barang baru juga sampai

stoknya banyak dan cukup untuk toko. Ya

belinya grosiran gitu, seperti satu model bisa

ada 5 potong.

Apa yang membuat kamu tertarik membeli

pakaian buatan Cina itu?

Kualitasnya biasa saja sih sebenarnya. Tapi

memang model-modelnya bagus untuk remaja.

Selain dari luar, aku juga hunting baju-baju di

Jakarta terus dijual lagi nantinya. Di Jakarta

model baju-bajunya juga bagus.

Jadi saat bisnis online kamu kerjakan sendiri?

Semuanya aku kerjakan sendiri. Mulai dari

menerima pesanan sampai packing barang

yang dipesan. Pelanggannya ada dari Jakarta,

Bandung, Surabaya, Sumatra, hingga Makassar

dan lain-lain.

Bisa ceritakan sedikit koleksi-koleksi fashion

di butik kamu ini?

Model-modelnya lebih cenderung bergaya

vintage gitu, kan sekarang lagi ngetrend di luar

kayak di Eropa. Di sini, ada koleksi dress, tank-

top, kemeja, pants, sampe tas juga ada. Tapi

kebanyakan pengunjung memang lebih suka

nyari tank-top dan dress. Kalau aku sendiri

suka dengan koleksi-koleksi tas yang aku

punya. Dan tas-tas disini juga cocok dibawa

oleh wanita-wanita karir yang sudah berumur,

jadi tidak cuma remaja saja.

Tapi memang target pelanggan untuk butik

saya saat ini masih cenderung remaja, mulai

dari anak SMP hingga anak kuliahan. Uniknya,

pernah nih ada pelanggan dari Riau, ibu-

ibu yang masih menyusui beli dress di saya,

dia tanya apakah dressnya cocok buat ibu

menyusui, dan kebetulan model yang dipilih

memang masih cocok buat dia.

Berarti stok model baju-bajunya juga

terbatas dong?

Stoknya limited, paling satu model hanya ada

satu warna aja. Tapi kalau ada model yang

bagus banget kita bisa stok lebih banyak.

Apa kamu juga suka bikin sketch baju seperti

perancang busana gitu?

Hahaha..aku sih tidak suka buat desain

fashion. Aku lebih suka di praktek bisnisnya

saja. Aku memang tidak suka gambar, sukanya

shopping he he..

Lalu untuk pemilihan style koleksimu, kamu

suka terpengaruh dari ikon siapa, atau dapat

inspirasi dari mana?

Aku sih terpengaruh dengan style seorang

fashion blogger terkenal bernama Sonia Eryka.

Saya suka lihat ulasan dan model-model

fashion yang dipilihnya. Selain dari blogger,

aku juga lihat trend-trend fashion dari majalah,

jadi gampang buat aku hunting baju-baju yang

sekarang lagi ngetrend.

Konsep butikmu ini seperti apa?

Butiknya ini masih baru banget, belum di tata

Page 69: M&I Vol 38-Issuu

69Vol. 38 | Februari - Maret 2013

the youth

dengan konsep khusus. Tapi ke depannya,

aku ingin bikin nuansa vintage untuk butik ini.

Nanti akan di dekor lagi.

Oh ya, kenapa nama butiknya Rap’s

Wardrobe?

Rap itu singkatan namaku Rachel Adelia Putri.

Kalau Wardrobe itu embel-embel yang identik

dengan gudang fashion.

Berapa harga yang dipatok untuk

koleksi di sini?

Harganya bervariatif yah ada

sekitar 100rb sampai 300rb.

Aku tidak jual mahal-

mahal sih, sekarang kan

saingannya banyak juga

dan ini juga efektif untuk

menarik banyak pelanggan.

Menurutku, untuk bisa

bersaing ke depannya,

butikku harus punya style

sendiri, baik itu dari segi

pemilihan busana dan dekorasi

tokonya.

Profitnya sudah berapa banyak yang

masuk?

Saat bisnis online sebelum buka toko ini saja

aku sudah dapat profit sampai 12 juta, tapi

aku tidak menghitung berapa lama biar dapat

profit sebanyak itu. Sejak buka toko dan

sambil bisnis online ini kemungkinan sudah ada

20 juta yang masuk.

Punya pengalaman jelek saat bisnis online?

Tidak pernah ada yang komplain sih, tapi

memang pernah pas di online ada yang pesan

celana dengan ukuran yang dia inginkan.

Ketika sudah di kirim ternyata ukurannya

tidak cocok buat dia, tapi kalau berdasarkan

pesanan ukuran yang dia bilang sebenarnya

sudah sesuai. Jadi bukan salah kita

dong. Mungkin dia salah memperkirakan

ukurannya. Oh ya, ada juga pelanggan yang

mau menipu saat beli salah satu koleksiku. Dia

bilang sudah transfer uang pembayaran tapi

ternyata belum. Untung aku ngecek terlebih

dahulu.

Jadi orang tua mendukung usaha ini?

Mereka tahu kalau aku lagi menggeluti bisnis

ini. Dan aku pikir semangat berbisnis ini

memang diturunkan oleh Papa ke aku. Sejak

kecil memang suka diajak sama beliau untuk

melihat-lihat usahanya. Jadi banyak belajar

dari sana. Jadi Papa sangat mendukung

dengan apa yang aku kerjakan sekarang ini.

Papa pun akhirnya menanamkan modalnya

bareng aku lewat butik ini. Butik ini ada juga

karena bantuan papa.

Apakah bisnis ini mengganggu

waktu luang dan pendidikan

kamu?

Tidak kok. Aku masih bisa main

basket yang notabene hobiku.

Aku juga masih ikut banyak

les pelajaran. Bahkan aku

berhasil meraih ranking satu

di kelas. Jadi buat aku tidak

mengganggu selama pintar

atur waktu. Meski merasa kok

jadi sibuk banget ya! Hehehe…

Nanti kalau sudah lulus SMA mau

melanjutkan kuliah kemana?

Habis lulus SMA, maunya kuliah di luar dan

mengambil bisnis manajemen. Papa sempat

bilang agar aku mengambil sesuatu di luar dari

bisnis, tapi aku merasa cocok disini dan ingin

memperdalamnya lagi.

Harapan dan target kamu ke depannya?

Ke depannya, ingin banget mengembangkan

usaha ini dan buka cabang di sana-sini. Dan

juga buat web untuk koleksi-koleksiku. Tapi

tetep juga fokus sama pendidikanku sendiri. NG NG

Page 70: M&I Vol 38-Issuu

70 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

entrepreneurs

Rangga UmaraFounder & Brand Owner Pecel Lele Group & CEO Lela Internasional Corp

MENCIPTAKANHOKY

Page 71: M&I Vol 38-Issuu

71Vol. 38 | Februari - Maret 2013

entrepreneurs

Apakah Sinjo dan Briptu Noorman menuai hoki? tidak juga kok. Sadar tidak sadar mereka sudah mempersiapkan diri. Masih

ingat Persiapan + Kesempatan = Keberuntungan. Kadang kita beralasan saat melihat orang lain sukses, kita katakan mereka itu hoki

Apalagi kalau lihat artis, sepertinya gampang sekali kaya dan terkenal. Tapi siapa bilang? Tahukah Anda bahwa para artis juga berjuang sejak ikut dari casting ke casting, kadang honor tidak dibayar dan banyak lika-likunya?

Briptu Norman dan Sinjo tidak bisa dibilang hoki, yang jelas mereka punya impian. Intinya pasti setiap orang punya harapan dan impian, tapi kuat tidaknya impian itu cuma mereka yang tahu dan Tuhan pastinya. Yang harus kita tahu, berapa lama Briptu Norman bisa menjadi fasih saat menyanyi lagu India? Sampai bisa klop banget menyanyi lipsync-nya

Sering kali kita melihat kesuksesan seseorang hanya pada saat telah terwujud. Kita tidak melihat prosesnya, bagaimana semua bisa terwujud. Kuncinya, seberapa besar impian kita dan kecintaan terhadap apa yang kita lakukan. Saat kita mencintai apa yang kita kerjakan, itu tandanya kita sedang tidak bekerja, tapi menikmati hidup. Kadang kita menghilangkan banyak sekali kesempatan hanya karena kita tidak siap, akhirnya keberuntungan lewat begitu saja.

Briptu Norman termasuk orang yang siap, dia begitu mencintai apa yang dia lakukan, sampai akhirnya bertemu dengan satu kesempatan. Polisi itu cuma seragam, sama seperti artis, pengusaha dan lain-lain. Seragam itu cuma kendaraan untuk meraih impian.

Kadang kita suka latah, wah kalau jadi artis enak, jadi pengusaha enak, akhirnya kita jadi ikut-ikutan ingin seperti mereka. Kita seringnya ikut-ikutan tapi tidak punya tujuan, akhirnya banyak kecewanya, kecewa karena tidak semudah yang dibayangkan. Setiap orang punya impian sendiri-sendiri untuk sukses. Itu tidak bisa di duplikasi, justru kita harus punya mimpi sendiri.

Impian itulah motivasi yang sesungguhnya, sampai seseorang siap jatuh bangun menghadapi badai karena ada tujuan yang ingin di capai yaitu impian mereka. Orang yang cepat bosan dan gampang menyerah itu karena tidak punya tujuan. Ada juga yang mengaku punya tujuan tapi tidak spesifik dan tertulis akhirnya tidak fokus.

Sebuah riset pernah dilakukan terhadap lulusan MBA Harvard Business School 1979-1989 tentang menulis tujuan hidup. Para lulusan MBA tersebut diberi pertanyaan, “Apakah Anda telah menyusun suatu rencana hidup yang jelas, spesifik dan tertulis?

Hasilnya, 3% menyatakan telah memiliki rencana hidup yang spesifik dan tertulis. 97% sisanya belum menuliskan tujuan hidupnya secara tertulis. Setelah 10 tahun tim periset yang dipimpin oleh Marck McCormack melakukan wawancara ulang dengan seluruh responden riset. Hasilnya, 3% responden yang menuliskan rencana hidupnya berpenghasilan puluhan kali lipat dibandingkan 97% responden yang tidak menulis.

Siapkan dream book, tulis setiap impian dan rencana hidup kita, lalu buktikan kalau tidak ada istilah hoki di dunia ini. Tunjukkan dream book kita pada dunia satu saat nanti, buktikan kalau kesuksesan kita bukanlah hoki, tapi karena memang kita yang menginginkannya.

Ok, sekarang balik ke konteks menciptakan keberuntungan, silakan di catat di dream book Anda. Mendapatkan hoki itu perlu 4 pondasi, yaitu lokasi, aksi, koneksi dan mengetahui.

Lokasi = Posisi, kita harus selalu berada di tempat yang tepat dan di saat yang tepat.

Seringkali kita tidak mau mengubah posisi atau lokasi, terus berdiam di satu tempat

mengharapkan keberuntungan datang sendiri. Rezeki itu di jemput bukan ditunggu. Rezeki tiap orang itu sama, tapi cara jemputnya yang berbeda.

Berikutnya adalah mengerti kalau kunci dari perubahan itu adalah aksi alias action. Menulis dream book tapi tidak action ya sama juga bohong, akhirnya cuma jadi karya sastra.

Berikutnya adalah koneksi, maksudnya adalah bekerjasama, di balik orang-orang sukses selalu ada orang atau tim yang mendukungnya. Awalnya kerja sendiri itu biasa, lalu cari orang-orang hebat untuk mewujudkan impian kita sehingga akhirnya jadi impian berjamaah. Saya cerita sedikit, awalnya banyak yang bilang usaha kuliner itu cepat jenuh, umurnya cuma 5 tahun, setelah itu hilang, itu anggapan banyak orang. Lela mimpinya bisa seperti KFC yang survive puluhan tahun. yang dulu sempat di tertawakan banyak orang.

Inilah kekuatan koneksi, kita akan terhubung dengan orang-orang yang selaras dengan impian kita. Sekarang saya belajar dari Fabian Gelael bosnya KFC. Kepala cabang Lela rata-rata eks manajer KFC. Direktur saya sekarang eks Senior Manager KFC yang sudah 22 tahun kerja di KFC, dia juga yang ikut mengembangkan KFC di Indonesia. Apakah mereka bergabung karena gaji yang besar? Bukan gaji, tapi karena sama-sama punya impian yang besar, akhirnya kita jadi saling terkoneksi.

Yang ke empat mengetahui, jadi pengusaha tidak harus banyak bias, tapi harus banyak tahu, perluas wawasan dan kenalan. Buka restoran tidak harus bisa memasak, tapi tahu caranya cari tukang masak. Mau buka salon juga tidak harus jadi banci kan? Intinya setiap orang bisa jadi apapun untuk meraih impiannya, yang menentukan suksesnya adalah keteguhan hati untuk mencapai impiannya.

Terus berlatih untuk menjadi bisa. Bisa itu karena kebiasaan. Mulailah terbiasa dengan menulis impian dan yakinlah bisa terwujud. Sepandai-pandai tupai melompat itu karena sudah kebiasaan. Follow your heart and believe your dream. NG

Page 72: M&I Vol 38-Issuu

72 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

socialita

Page 73: M&I Vol 38-Issuu

73Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Di malam Lestari Stakeholder Meeting 2013 (28/1), Andien yang mengenakan gaun

merah menyala senada dengan warna perona bibirnya itu, tengah menanti giliran

untuk mengibur para undangan BPR Lestari lewat suara emasnya. Malam itu, Andien

menyanyikan beberapa lagu pamungkas di album teranyarnya seperti Moving On dan

Aku Disini Untukmu. Sepanjang 13 tahun karir bermusiknya, penyanyi bernama lengkap

Andinie Aisyah Haryadi ini telah mengantongi empat album, ditambah album terbaru

yang dirilis di tahun 2013 ini. Jazz masih menjadi atmosfer utama yang begitu pekat

dalam setiap karya-karyanya.

Sebut saja Bisikan hati (2000), Kinanti (2002), Gemintang (2005), dan Kirana (2010)

adalah sederet album terdahulu yang mampu memperkuat eksistensi Andien sebagai

penyanyi jazz perempuan muda Indonesia. Penyanyi kelahiran 25 Agustus 1985

ini menciptakan album-albumnya berdasarkan tahapan usia yang ia jalani. Ia mulai

mematangkan kemampuan Jazz dalam dirinya semenjak dimentori oleh Elfa Secioria

lewat Elfa Music Studio nya.Sepanjang karirnya, ia telah berkolaborasi dengan berbagai

musisi, seperti dengan Jeff Lorber pada Java Jazz Festival (JJF) 2005, dengan Jepang

ansambel vokal Jammin Zeb (JJF 2008), dengan Bob James (ASEAN Jazz Festival 2008

Batam Indonesia), Frank Griffith (JJF 2010), serta dengan legenda piano jazz Indonesia

Buby Chen (JJF 2010) dan pelopor Indonesia progressive rock band Discus (JJF 2006).

Sebanyak lima penghargaan Anugerah Musik Indonesia (AMI) pun sudah dikantonginya.

Sambil menunggu gilirannya manggung di acara BPR Lestari itu, reporter Money & I

Putra Adnyana pun mencoba menghampirinya di dalam ruang backstage. Dengan penuh

keramah tamahannya, Andien pun tanpa ragu memulai pembicaraan seputar album

terbaru dan kesibukannya saat ini. Berikut wawancara kami dengan pelantun Detik Tak

Bertepi itu.

PESONA

SANG BINTANG

socialita

Mature ladylike, Yet Edgy, Woman

Page 74: M&I Vol 38-Issuu

74 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Kesibukan Andien sekarang selain nyanyi?

Nyanyi aja itu sudah sibuk banget!

Sekarang sih lagi persiapan album kelima ya,

jadi jadwalnya padet banget setiap hari. Kayak

sekarang nih ada aja sibuk-sibuk nyanyi off-air.

Nanti juga bakalan ada foto cover untuk album

terbaru aku, beberapa untuk cover majalah dan

yahh..kayak sekarang ini juga bakalan sibuk

diinterview buat majalah. Hehehe…

Kapan album baru dirilis?

Launchingnya sendiri sebenarnya Maret,

kebetulan bertepatan ketika aku manggung

di Java Jazz. Album ini bisa dikatakan

sebagai album eksploratif dari musikalitas

aku selama 13 tahun berkarir di industri

ini. Setiap album yang aku luncurin memang

menyuguhkan tema-tema baru. Kali ini

judul album terbaru ini pun saya pilih Self-

titled. Karena dengan judul album tersebut

mampu merepresentasikan daya eksploratif

dari konsep album terbaru ini. Selain itu

dengan adanya hashtag menjadi #andien ini

diharapkan supaya album ini benar-benar bisa

menjadi “sesuatu yang dibicarakan” oleh para

fans dan pendengar, menjadi “sesuatu yang

dicari”

Apa yang baru di album ini?

Anak-anak band yang support aku dalam

pengerjaan album ini pun mulai banyak

mengeksplor kemungkinan-kemungkinan

lain: “kayaknya Andien bisa nih kalo nyanyi

yang begini, lagunya bisa nih diberi sentuhan

seperti ini,” kayak gitu sih. Dan dari sisi akunya

sendiri juga banyak sekali ngulik hal-hal dari

musik yang belum aku sentuh sebelumnya.

Jadi konsep seperti apa yang ingin Andien

tunjukan?

Kalo di album-album sebelumnya, pendengar

lebih cenderung ngecap imej aku sebagai gadis

yang kalem, melow dan girlie banget. Tanpa

ingin memperlihatkan imej seperti itu, nggak

tahu kenapa orang-orang udah mikir kayak

gitu. Nah, makanya di album ini secara implisit

aku juga pengen nunjukin bahwa aku bukan

seperti imej yang mereka bayangkan lho. Kalo

aku itu juga punya style yang ‘cowok’ banget.

Buat mereka yang sudah kenal lama sama

aku, pasti sudah tahu kalau aku bukan cewek

yang cuma hahahihi girlie doang. Di album ini

aku ingin nunjukin imej a mature ladylike, yet

edgy, woman itu. Bisa diliat dari musik yang aku

tawarkan banyak yang nyeleneh, dimana nggak

pernah aku bawain sebelumnya.

Berarti banyak pencampuran warna musik?

Ya bisa dibilang gitu sih. Banyak sound-sound

baru yang diciptain. Aku sih banyak menggali

unsur blues skill. Di album ini banyak lagu-

lagu upbeat nya sih dan kalo lagu melow nya

juga galaunya tingkat tinggi ketimbang lagu

di album-album sebelumnya, hehehe. Lirik-

liriknya juga lebih straight to the point, nggak

lagi cenderung puitis seperti album terdahulu.

Kalau dari segi tema kayaknya lebih yang

umum, tidak ada makna tersirat. Tapi bisa

dikategorikan berkutat di wilayah cinta.

Bisa disebutkan orang-orang penting di balik

pembuatan album #andien?

Banyak juga orang yang terlibat di belakang

album ini sebut saja Nikita Dompas yang juga

jadi produser di album ini. Ia adalah gitaris dan

leader di band ku. Selain itu ada pula, Rayendra

socialita

Page 75: M&I Vol 38-Issuu

75Vol. 38 | Februari - Maret 2013

socialita

Sunito, Ali Akbar , Bonar Abraham, Dandy

Lasahido dan juga Didiet Violin. Aku di sini

memang lebih mengedepankan anak-anak

band ku itu. Nggak banyak penyanyi solo

perempuan yang di support sama band nya

sendiri. Sebenarnya aku sudah punya band

yang dari 2008 sampai sekarang formasi

mereka sama dan selalu mengiringi aku di

panggung. Dari waktu album Kirana, mereka

sudah mulai meracik materi untuk album aku

hingga di album baru ini, mereka pun jadi

banyak bereksplorasi.

Andien juga bikin lagu sendiri di album ini?

Ada satu lagu yang aku juga ikut terlibat

langsung di dalam pembuatannya yakni

“Bernyanyi Untukmu”. Bahagianya lagu ini

langsung jadi single. Beberapa lagu di album

ini juga diciptakan oleh Abenk Soulvibe, Rieka

Roslan, Yovie Widianto, Bemby Noor, Tulus,

bahkan ada satu lagu Dewa 19 yang recycle lagi

judulnya “ Aku disini Untukmu”.

Jadi album ini pop atau jazz, atau malah

keduanya?

Album ini aku sebut sih lebih cenderung adult-

contemporary. Aku juga suka agak bingung

karena orang-orang rancu mengelompokan

yang ini jazz dan itu pop. Ketika aku bilang

ini pop, mereka malah bilang ini jazz karena

terlalu berat. Tapi saat aku bilang itu jazz,

mereka menganggap malah cenderung

pop karena gampang dinyanyien. Daripada

aku juga ikutan bingung, ya sudah aku

memilih menyebut album ini sebagai adult

contemporary.

Apakah materi-materi di album ini juga

terinspirasi dari pengaruh musisi idola

Andien?

Ya kalau dibilang pengaruh dari idola kan

sudah lebih banyak masuk di album-album

sebelumnya. Sepanjang perjalanan karir

musikku, aku banyak bertemu dengan

musisi-musisi dan mendapatkan banyak

cerita dalam hidupku. Ini juga salah satu yang

mempengaruhi muatan album ini. Pengaruh

bagiku bisa datang dari mana aja.

Harapan Andien ke depan?

Semoga bisa terus bertahan. Enggak mudah

untuk bisa survive lama di industri ini, apalagi

dengan karir aku yang sudah 13 tahun. Aku

ingin terus bermusik, tulus berkarya dan

mencintai musik dengan hatiku. Ketika aku

bisa melakukan hal tersebut, musik pun tidak

akan kemana-mana dari hidupku.

Bagaimana bersaing dengan pendatang baru

lainnya?

Ya itu maksud aku. Ini bukan tentang trend.

Ini bukan tentang persaingan. Tapi ini tentang

bagaimana kamu mencintai musik itu dengan

tulus atau nggak. NG

Page 76: M&I Vol 38-Issuu

76 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

“What is going on?” I demanded.

She tucked her curly black hair behind her ear, revealing her face which

was glistening with sweat. She shook her head, sobbed, and ran to the

kitchen.

Realizing that no one in this room was going to give me any answer, I ran

to the Throne Room, knowing that I would find my dad there. I opened

The Grand Garden was the first thing I saw when I walked inside the

palace. No one was in the garden. Not even my sister, who never missed

a chance to daydream behind the rose bushes. The garden was quiet,

and even the birds were unusually silent. At the first glimpse, I didn’t

see anything unusual except the silence. But then I saw the dead, dry

flowers, the dry trees, and the ashes of something that were once rose

bushes. I frowned and turned to ask Josie what was going on, but she

was gone, probably went to find her friends to ask the same thing.

I continued on my own through the giant gate to the Royal Hall.

Usually, two guards would open the gate for people, but there was no

one. I opened it by myself and found that the Royal Hall was crowded

with people. It seemed like no one was working. The guards looked

disturbed, some of the maids were CRYING, and my mom was rushing

everywhere, yelling orders and instructions. I couldn’t find my dad.

I stepped in the room and realized that the velvet carpet was stained...

with blood.

Panic surged through me. Determined to understand what was going

on, I stopped a maid who was making her way hastily to the kitchen. She

was shaking.

WHAT HAPPENED(Episode Two)

teenagecorner

Samantha Chandrablogger & author I www.adriannaandevan.blogspot.com

Something was terribly wrong at the Palace. I could feel it. When I

got back to the Palace, everyone was rushing back and forth, and the

maids gathered in a corner and talked in a hushed voice. My mom

walked past me in a hurry, and she didn’t even stop to scold me for

disappearing during lunch. That was unusual.

Page 77: M&I Vol 38-Issuu

77Vol. 38 | Februari - Maret 2013

“It doesn’t matter! Just answer me already, dad!”

He looked stunned, but then he covered his face with his hands. Then,

he started to pull his blond locks in madness. Then, he started to cry.

My jaw dropped. I’ve never seen my dad cry before.

I was really uncomfortable.

“Mmm, okay,” I said, dismissing myself carefully, “I’ll just go and find

Celia, then. She might know what is going on...”

Just when I was about to leave the room, my dad called.

“You won’t find your sister here, Adrianna,” he said in a numb voice.

“What?” I replied, not quite getting his statement.

My sister was always here, in the palace. Even when I was out there

“risking” my life in the woods, or exploring the town and markets,

my sister was always here. I doubted that she had ever stepped foot

outside the Palace area with no one to accompany her. If she’s not here,

where else could she be?

“She was taken away by the Red Witch, just an hour ago. The witch

appeared in our garden without a warning, and...” my dad stuttered,

“and she took her, Adrianna. She took her.” And he started to cry again.

I retreated in silence, head spinning and a bit nauseated.

A witch. WITCH. There was no such thing as witches.

But my sister is gone, and my dad blamed a witch for it. I’ve heard about

the Red Witch, but only rumors and myths. I certainly didn’t believe in

any of the stories.

But was it real? A sickening thought hit me in the guts. I just had a fight

with Celia this morning. And now she’s gone. We haven’t made up. And

there was a possibility that I would never see her again. NG

the door to the Throne Room, and sighed in relief. My dad was there,

sitting on his Throne. He was talking urgently with a guard. I reckoned

that he was the Head Guard. My dad looked cross, so something

must’ve gone wrong.

I waited until the Head Guard left, and I made my way through the

empty room. The Throne Room had almost nothing in it except some

torches on the stone wall, a grand red carpet on the floor, and two big

thrones for my mom and dad, the King and Queen, in the far end of the

room. My dad looked pale, and he stared into thin air with sickening

grief. I didn’t think he noticed me. I cleared my throat.

My dad’s blue eyes darted towards me and blinked back into focus.

“What is going on?” I asked.

“Where were you?” He asked back.

"I'm tired of going into this spooky woods everyday looking for you. You know how scared I am with the woods!

teenagecorner

Page 78: M&I Vol 38-Issuu

78 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

community

Jumat malam, 22 Februari 2013 lalu, Bali Deli Sanur mendadak disergap oleh atmosfer musik Jazz yang begitu pekat. Seluruh meja pun habis dipenuhi oleh para pengunjung. Mata dan indra pendengaran mereka

tertuju pada satu titik yakni panggung Jazz Rendez-vous “Road To Ubud Jazz Village Festival 2013” yang menampilkan sederet musisi jazz profesional dengan karya-karya mutakhir mereka.

Mulai dari Rio Sidik Quartet, Yuri Mahatma +4, Underground Jazz Movement dan Eko Sumarsono menghadirkan nomer-nomer

Jazz Rendez-vous

Tiupan melankolis saxofon, petikan magis gitar akustik dan cello, hingga dentingan lirih piano menghiasi malam teduh perayaan Jazz Rendez-vous “Road To Ubud Jazz Village Festival 2013”

Introduced Ubud Jazz Village Festival 2013 in Sanur

Jazz yang memikat dan kaya akan permainan eksentrik dari instrumental mereka. Seolah masing-masing instrumen menjadi jiwa di atas panggung, tak ayal manuver-manuver musikalitas yang kompleks pun terdengar amat syahdu. Acara yang dimulai sedari pukul 19.00 wita itu pun berhasil menghanyutkan penonton dengan alunan yang terkadang mengimpresikan romantisme, melankolis, hingga hentakan groovy.

Jazz Rendez-vous “Road To Ubud Jazz Village Festival 2013” sendiri merupakan event

pemanasan sebelum menuju acara utama Ubud Village Jazz Festival 2013 yang akan digelar di Arma, Ubud pada 9-10 Agustus 2013 mendatang. Demi memberikan sekilas perkenalan dan sekaligus menarik antusiasme penonton lebih banyak di luar Ubud, maka diadakanlah Jazz Rendez-vous berkat kerjasama dengan restoran Bali Deli.

Menurut Verdi Renaldi, selaku Marketing and Event Manager Bali Deli, sesungguhnya Bali Deli sendiri memang secara rutin tiap minggunya menghadirkan penampilan home-band yang membawakan musik jazz. Jadi Jazz Rendez-vous pun bukan gelaran jazz pertama yang singgah di restoran eksklusif yang berada di bilangan Danau Tamblingan Sanur ini.

Gelaran Jazz Rendez-vous pertama kali di luncurkan oleh Serambi Art Antida, dimana

Page 79: M&I Vol 38-Issuu

79Vol. 38 | Februari - Maret 2013

secara rutin diselenggarakan hampir tiap bulannya sejak 2010 lalu. Acara tersebut diprakarsai oleh A.A. Anom Darsana (pemilik Antida Studio-Music Production) dan Yuri Mahatma (Musisi, pendiri Underground Jazz Movement). Jazz Rendez-vous sempat vakum selama beberapa bulan dan baru menemukan kebangkitannya lagi pada Agustus 2012 silam.

Melalui sebuah ide dengan menjadikan Jazz Rendez-vous sebagai konser rutin bulanan dalam bentuk sebuah roadshow yang akan membuka sebuah event festival jazz berskala internasional bertajuk Ubud Village Jazz Festival (UVJF) 2013.

Sederet musisi jazz internasional pun akan tampil untuk memeriahkan Ubud Village Jazz Festival (UVJF) 2013. Sebut saja Peter Beets (Belanda), Uwe Plath, Dian Pratiwi

(Germany), Yokohama Association of Artists (Japan), David Ades (Australia), Balawan, Dwiki Dharmawan, Simak Dialog, The Jongens, Dewa Budjana, Yuri Mahatma, Koko Harsoe, Astrid Sulaiman, Ito Kurdhi, dan sederet musisi lainnya.

Konsep acara nantinya pun akan disuguhkan secara unik lantaran mengusung konsep green festival, dimana meminimalisasi penggunaan energi dengan menggunakan led lights dan obor, serta memaksimalkan penggunaan recycle material -tidak menggunakan kantong plastik- dan segala sesuatu yang berkaitan dengan semangat Go Green.

Grace Jeanie, selaku Humas UVJF 2013 mengharapkan festival jazz di Ubud ini meski gelarannya tidak besar, namun diharapkan dapat memuat pesan yang besar bagi para penonton nantinya. “Kami menyebut acara ini adalah Small festival, Big message.” pungkasnya. NG

Page 80: M&I Vol 38-Issuu

80 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Menjadi miliarder tentu harapan bagi kebanyakan orang. Hanya saja, terkadang harapan

tidak sesuai dengan mekanisme yang ditempuh untuk mendapatkannya. Karena fakta menyebutkan, hanya 10% penduduk dunia yang sudah mengerti untuk menjadi seorang miliarder. Merekalah yang menguasai 90% peredaran uang dunia. Mereka menjadi orang-orang elit yang memiliki pengaruh besar. Untuk memasuki para jajaran elit 10% ini, tentu tidak mudah bagi Anda jika tidak mengetahui jalannya.

Menurut Alex P. Chandra, orang kaya atau menjadi kaya karena mereka berpikir dengan cara-cara tertentu, merasa dengan cara-cara tertentu, dan melakukan hal-hal tertentu pula yang tidak sama dengan orang kebanyakan. Untuk menjadi seperti mereka, dibutuhkan role modeling, dari orang-orang yang telah meraih kesuksesan. Role modeling memiliki pengaruh besar dalam kehidupan seseorang. Bukan suatu kebetulan jika seseorang dari keluarga politisi akhirnya juga menjadi seorang politisi. Bukan kebetulan pula jika seseorang dari keluarga pedagang akan menjadi pedagang. Masalahnya, bagaimana jika Anda berada di role

Interview With The MillionairePublisher : TransMedia Pustaka, 2012

Forward : Alex P Chandra

AVAILABLEnow at bookstore

modeling yang tidak kondusif dengan tujuan Anda? Misalnya, jika Anda ingin kaya, tapi hidup di lingkungan orang-orang yang “benci uang”.

Jawabannya, Anda mesti menentukan role modeling sendiri. Jika ingin menjadi seorang petenis profesional, sebaiknya Anda mengambil role model Roger Federer atau Rafael Nadal misalnya. Anda dapat mempelajari kebiasaannya, membaca biografinya, serta pelajari dan selami cara berpikirnya. Anda cari tahu belief system-nya. Jika perlu, tiru juga cara berpakaiannya, cara berjalannya, cara backhand-nya, cara servisnya, dan seterusnya. Begitupula jika cita-cita Anda ingin menjadi banker, cari role

model terbaik, lalu pelajari dan tiru mereka seperti cara tadi.

Buku Interview With The Millionaire terbitan TransMedia ini akan membantu Anda menemukan para tokoh kaya dan sukses untuk dijadikan role modeling Anda.

Terdapat 37 profil para miliarder sukses dengan berbagai latar belakang usaha dan profesi. Mulai dari pebisnis retail, properti hingga kemudian terjun menjadi trainer, bahkan termasuk di antaranya kalangan entertainer. Perjalanan mereka meraih kesuksesan demikian inspiratif dan layak dijadikan sebagai role model secara positif untuk kesuksesan Anda.

BOOK REVIEW

Page 81: M&I Vol 38-Issuu

81Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Page 82: M&I Vol 38-Issuu

82 Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Pick Up Point

Lestari Teuku Umar

Jl. Teuku Umar 110

Denpasar

Lestari Thamrin

Jl. Thamrin No. 31 Denpasar

Lestari Gatsu

Jl. Gatot Subroto No. 356

Lestari Renon

Jl. Letda Tantular 1 Blok A

16

Lestari Melati

Jl. Melati No. 69 Denpasar

Lestari Tohpati

Jl. Wr Supratman No. 311

Lestari Sanur

Jl. By Pass Ngurah Rai

Lestari Benoa

Pesanggaran

Lestari Renon

Pert. Renon Square

Auto Bridal

Jl. Sunset Road

Orange Bakery

Jl. Teuku Umar

Joger

Kuta

Warung Subak

Jl. Astasura

Krisna Kuta

Jl. Sunset Road

Krisna Denpasar 1

Jl. Nusa Kambangan

Gramedia Duta Plaza

Jl. Dewi Sartika

Gramedia Nikita

Jl. Gatot Subroto Timur

Kopi Bali House

Jl. By Pass Ngurah Rai

Hotel Aston Denpasar

Jl. Gatot Subroto Tengah

Pop Harris Hotel

Jl. Teuku Umar

Fave Hotel

Jl. Teuku Umar

Body & Soul

Legian Kuta

Body & Soul

Seminyak

Body & Soul

Krobokan

Cempaka Lounge Airport

Bandara Ngurah Rai

Mandiri Lounge Airport

Bandara Ngurah Rai

Padma Lounge Airport

Bandara Ngurah Rai

Garuda Domestic Lounge

Bandara Ngurah Rai

Garuda Int. Lounge

Bandara Ngurah Rai

Page 83: M&I Vol 38-Issuu

83Vol. 38 | Februari - Maret 2013

Page 84: M&I Vol 38-Issuu

84 Vol. 38 | Februari - Maret 2013


Recommended