1
PE�GOLAHA� AIR PDAM SURABAYA ME�JADI AIR SIAP MI�UM
ME�GGU�AKA� GAC, FILTER PASIR SILICA, DA� UV
TREATME�T PDAM WATER TO BE A POTABLE WATER USI�G GAC, SILICA
SA�D FILTER, A�D UV
Thedy Susanto
Mahasiswa Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh �opember (ITS) Surabaya
Email: [email protected]
Abstrak
Pada penelitian terdahulu pengolahan air tanah Surabaya dengan menggunakan rapid sand
filtration, GAC contactor dan UV mampu meningkatkan kualitas air tanah tersebut. Di Surabaya yang
mayoritas masyarakatnya terlayani PDAM, kualitas air olahan PDAM Surabaya banyak ditemukan
tidak layak minum ketika sampai ke konsumen. Kualitas air baku yang buruk, operasional dan
maintenance yang kurang baik, serta kerusakan pipa jaringan PDAM dinilai sebagai penyebab
buruknya kualitas air PDAM. Oleh karena itu untuk mendapatkan kualitas air yang layak minum perlu
direncanakan suatu sistem untuk meningkatkan kualitas air PDAM konsumen sehingga layak minum.
Unit-unit yang dapat digunakan untuk pengolahan air PDAM menjadi air minum dalam tugas
akhir ini : granular activated carbon contactor (GAC contactor), filter silica, dan unit desinfeksi
Ultraviolet. Alat ini dilengkapi dengan Standart Operational Proccedure (SOP) untuk memudahkan
masyarakat dalam mengoperasikannya.
Dari hasil penelitian rangkaian susunan alat GAC contactor, filter pasir silika, dan unit
desinfeksi UV ini, dengan debit 2 liter/menit mampu meningkatkan kualitas air PDAM Surabaya
menjadi air yang layak minum berdasar parameter suhu, kekeruhan (removal 43.48%), pH, warna
(26.31%), zat organik (35.7%) , surfaktan (39.67%), total coliform (100%), dan E.coli (100%), serta
parameter-parameter lain menurut PERMENKES tahun 2010 tentang kualitas air minum.
Kata Kunci: PDAM, Air Minum,GAC.
1. PE�DAHULUA�
Irma Zamzami (2006) melakukan penelitian Tugas akhir mengenai IPAM skala rumah
tangga dengan air baku berasal dari air sumur Surabaya, dengan pengolahan sederhana
menggunakan rapid sand filter multimedia, granular activated carbon (GAC) contactor , dan
unit desinfeksi UV. Pada penelitian tersebut unit yang digunakan direncanakan untuk
kebutuhan skala rumah tangga. Sedangkan pada penelitian kali ini air baku untuk pengolahan
menggunakan air PDAM Surabaya, untuk skala kampus.
Di Surabaya, sebagian besar masyarakat memperoleh air bersih dari suplay air PDAM.
Tetapi PDAM sebagai penyedia air minum di Surabaya masih kesulitan untuk menjaga
kualitas air hasil produksinya. Sedangkan menurut PERATURAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 492/MENKES/PER/IV/2010, dijelaskan
bahwa setiap penye- lenggara air minum wajib menjamin air minum yang diproduk- sinya
aman bagi kesehatan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan air PDAM hingga saat ini tidak layak minum,
antara lain disebabkan karena buruknya kualitas air baku PDAM sehingga intalasi
pengolahan air minum yang ada tidak mampu mengolah air baku tersebut. Kerusakan unit
atau perawatan unit yang kurang baik juga bisa menjadi penyebab rendahnya kualitas air
PDAM. Bahkan jika air effluent dari PDAM sudah layak minum, masalah kebocoran juga
2
salah satu penyebab masuknya pencemar dalam pipa jaringan distribusi PDAM, sehingga air
menjadi tidak layak minum ketika sampai ke konsumen.
Kebutuhan akan air layak minum tetap menjadi prioritas yang sangat penting,
sedangkan permasalahan kualitas air PDAM masih juga belum terselesaikan hingga saat ini.
Oleh karena itu perlu dibuat unit pengolahan tambahan untuk mendapatkan air layak minum.
Konsumsi air minum pada tempat publik seperti kampus tentu akan lebih besar daripada
kebutuhan air minum pada rumah tangga, sehingga diperlukan desain unit yang mampu
menghasilkan air dalam debit yang cukup besar.
Dari beberapa parameter kualitas air minum, pada air PDAM, kekeruhan pada air
PDAM merupakan keluhan yang sering timbul dari masyarakat. Parameter mikrobiologis
adalah salah satu parameter penting dari air minum yang ambang batasnya sering terlampaui.
Zat organik pada air merupakan salah satu parameter pencemar yang mudah diidentifikasi
dari air PDAM.
Untuk pemisahan kekeruhan, filter pasir silika merupakan salah satu unit yang cukup
efektif untuk digunakan. Kandungan silika bermuatan ion positif dapat menarik pengotor air
bermuatan negatif. Zat organik yang merupakan pencemar dalam air minum, juga harus
dihilangkan. Activated carbon yang memiliki kemampuan adsorbsi dapat digunakan untuk
memisahkan zat organik dalam air. Sedangkan untuk proses desinfeksi, sinar Ultra Violet
(UV) merupakan salah satu pilihan terbaik, karena proses desinfeksi dengan menggunakan
sinar UV tidak meninggalkan residu pada air, sehingga lebih aman bagi kesehatan. Pada
penelitian sebelumnya unit desinfeksi UV menggunakan UV jenis C tidak efektif untuk
menghilangkan total coliform, yang semestinya panjang gelombang UV jenis C merupakan
panjang gelombang yang paling efektif untuk desinfeksi. Rangkaian dari unit-unit ini dapat
dipertimbangkan sebagai unit tambahan untuk mengolah air PDAM.
2. METODOLOGI PE�ELITIA�
Pada tugas akhir ini pengolahan air PDAM menjadi air siap minum ini meliputi studi
perencanaan unit-unit yang sesuai untuk mengolah air PDAM menjadi air siap minum. Study
pustaka untuk mencari karakteristik air yang akan digunakan, selain itu dilakukan juga
pengujian mandiri dari sampel air PDAM dari keran TL-ITS.
Dari data tersebut maka dapat ditentukan dan direncanakan unit-unit yang sesuai
untuk pengolahan air PDAM tersebut. Pengolahan air PDAM dilakukan dengan
menggunakan filter pasir silika, GAC, dan UV. Kualitas air efluent running akan diperiksa
dan disesuaikan dengan beberapa baku mutu parameter PER.MEN.KES.RI No.492/
MENKES/ PER/ IV/ 2010 dengan batasan parameter kekeruhan, warna, suhu, pH, zat
organik, surfaktan dan mikrobiologis.
Proses yang akan berjalan dalam pengolahan air PDAM ini adalah sebagai berikut: air
PDAM yang masuk dalam reaktor berasal dari keran teknik lingkungan, lalu dialirkan ke
dalam flowmeter untuk menjaga kestabilan debit yang masuk kedalam unit filter. Fungsi
utama unit filter ini adalah untuk pemisahan kekeruhan tetapi juga dimungkinkan adanya
pengurangan mikrobiologis. Dari unit filter, air berlanjut mengalir ke GAC contactor. Fungsi
unit GAC contactor untuk menghilangkan substansi zat organik, sehingga effluen dari unit
ini diharapkan memiliki penurunan dari keberadaan materi organik dari bau dan rasa juga
diharapkan dapat dihilangkan. Setelah itu unit terakhir dari instalasi pengolahan air minum
ini adalah unit desinfeksi. Penghilangan mikroorganisme dengan pengaliran air dengan
pencahayaan sinar UV diharapkan mampu mensterilkan air dari mikroorganisme. Pada
variabel kedua, GAC contactor diletakkan sebelum fiter pasir silika.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah susunan alat, yaitu filter pasir –
GAC – UV, dan rangkaian kedua GAC – filter pasir – UV. Variabel kedua yaitu debit: 2, 3, 5
liter/menit.
3
Gambar dari rangkaian unit-unit pengolahan air dan skema perjalanan air pada saat
running alat dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1 Skema Rangkaian Alat dan Aliran Air Reaktor
Tahapan penelitian meliputi penelitian pendahuluan, perencanaan alat, pembuatan alat,
dan analisa data. Parameter yang digunakan berdasar parameter PER.MEN.KES.RI No.492/
MENKES/PER/IV/2010 parameter yang telah ditentukan antara lain kekeruhan, warna, suhu,
pH, surfaktan, zat organik, dan mikrobiologis. Penelitian dilanjutkan dengan pembahasan
dan pelaporan. Bila air effluent tidak sesuai dengan peraturan, perlu dilakukan kajian untuk
meningkatkan kemampuan alat dalam mengolah air.
Variabel yang digunakan adalah variabel penyusunan alat, susunan yang pertama adalah
filter pasir silika, GAC contactor, dan desinfeksi UV. Susunan kedua adalah GAC contactor,
fiter pasir silica, dan desinfeksi UV
Variabel kedua yang digunakan adalah variabel debit, debit yang digunakan 2, 3, dan 5
liter per menit.
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kondisi awal air PDAM sebelum
dilakukan pengolahan lanjutan. Data sekunder tentang analisa air PDAM didapat dari data air
hasil effluent PDAM, baik harian, mingguan atau bulanan.
Untuk analisa selanjutnya penelitian bisa lebih difokuskan pada beberapa parameter yang
telah ditetapkan. Misalnya untuk analisa kekeruhan dapat menggunakan metode turbidimetri.
Analisa warna menggunakan spektrofotometer. Pengukuran suhu menggunakan
termometer.pengukuran pH menggunakan pH meter. Analisa mikrobiologis yaitu total
bakteri koliform dan E.Coli dapat menggunakan metode MPN. Berdasar kondisi awal
tersebut dilakukan studi pustaka mengenai unit pengolahan yang sesuai untuk mengolah air
dengan karakteristik tersebut.
Pada beberapa penelitian sebelumnya parameter total bakteri koliform dan E.Coli dari air
PDAM yang terdistribusi terlampaui ketika sampai di konsumen, sehingga perlu dilakukan
4
treatment khusus terhadap parameter tersebut, sedangkan untuk parameter warna, kekeruhan,
suhu, pH, dan zat organik merupakan parameter pelengkap dari penelitian ini untuk
mengetahui kinerja rangkaian alat ini.
Perencanaan alat disesuaikan dengan kondisi air PDAM pada penelitian pendahuluan.
Ditentukan desain terbaik yang sesuai untuk mengolah air tersebut sesuai studi pustaka yang
telah dilakukan. Pada tugas akhir ini direncanakan rangkaian alat terdiri dari unit fiter,
Granular Activated Carbon contactor (GAC Contactor), dan unit desinfeksi Ultraviolet (UV)
yang akan digunakan dalam pengolahan air PDAM.
Susunan alat yang digunakan dengan filter pasir di bagian depan, atau GAC pada bagian
depan. Dengan variabel debit 2 liter/menit, 3 liter/menit, dan 5liter/menit.
Debit pengolahan direncanakan mampu menyediakan suplai air minum untuk kebutuhan
kampus Teknik Lingkungan. Rata-rata manusia memerlukan air sebanyak dua liter sehari, ini
dijadikan acuan untuk debit pengolahan. Perhitungannya sebagai berikut:
Debit(Q) = 2 l/org/hr x 400mhsw x 0,5hari (asumsi waktu mahasiswa di kampus)
= 400 liter/ hari
Direncanakan alat beroperasi hanya 200 menit/hari sehingga:
Q pengolahan = 400 l/hari : 200menit/hari
= 2 l/menit = 0.033 l/dt
Rapid sand filter mempunyai kemampuan produksi antara 6-11 m/jam (1.67-3.05 l/dt.m2).
Untuk pengolahan ini direncanakan pengolahan dengan filtration rate 6 m/jam, sehingga
perhitungan dimensi dari unit filter adalah sebagai berikut:
- Luas permukaan filter (Af) = 0,033 l/dt : /dt.m2
= 0.02 m2
Direncanakan Filter berbentuk kolom kaca
A = s2
Sisi filter = ��
= �0.02 = 0,1414 m
= 15cm
A check = 0.15x0.15
= 0.0225 m2
Vcheck = Q/A
= 0.033/0.0225
=5.333m/jam
Setelah alat selesai dibuat, dilakukan penelitian terhadap beberapa variabel diantaranya
variabel susunan alat dan debit. Dari hasil penelitian tersebut akan diperoleh hasil yang paling
efektif yang kemudian digunakan dalam penggunaan alat ini selanjutnya.
Variable yang digunakan:
a. Susunan alat
• Filter pasir silika- GAC contactor- UV
• GAC contactor -Filter pasir silika- UV
b. Debit
• 2 liter/menit
• 3 liter/menit
• 5 liter/menit
5
3. HASIL DA� PEMBAHASA�
Air baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah air PDAM yang diambil dari
Teknik Lingkungan ITS. Berdasarkan rencana awal, alat yang di rencanakan dan diteliti
diperuntukan untuk penyediaan air minum di tempat umum, sehingga Teknik Lingkungan
ITS yang termasuk tempat umum dapat dijadikan proyek percontohan dari pengolahan air
siap minum.
Studi awal diambil dari data sekunder mengenai kualitas air hasil produksi PDAM.
Data yang didapat berasal dari IPAM PDAM Ngagel 2 dan dari semua parameter yang
diwajibkan semua memenuhi syarat Peraturan Menteri Kesehatan. Sehingga untuk parameter
yang digunakan dipersempit menjadi suhu, kekeruhan, warna, pH, zat organik, surfaktan, dan
mirobiologis.
Data mengenai kondisi air PDAM tidak hanya diambil dari data PDAM, tetapi juga
dilakukan penelitian mandiri dari kondisi air PDAM, karena dimungkinkan terjadi perubahan
kualitas air ketika air melalui jaringan distribusi PDAM.
Tempat pengambilan sampel air PDAM di Jurusan Teknik Lingkungan ITS Surabaya
dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.
Gambar 2. Lokasi Pengambilan Sampel
6
Dari titik lokasi pengambilan sampel diambil air sampel dan di teliti kondisi air
dengan 15 jenis parameter yang digunakan. Hasil analisa awal dari air PDAM di Teknik
Lingkungan ITS ditampilkan pada tabel 1 Hasil lengkap dari analisa inlet air dari PDAM
terdapat pada lampiran E.
Tabel 1 Hasil Analisa Air PDAM Teknik Lingkungan ITS
�o. Parameter Satuan Persyaratan
Air Minum Hasil Analisa
1 suhu 0C ±3
0 suhu udara 26
0 (suhu udara28
0)
2 Kekeruhan NTU 5 1,35
3 Warna TCU 15 8
4 pH - 6,5-8,5 7,2
5 Zat organik
(KmnO4)
mg/l 10 9.1
6 Total Coliform
Jumlah
per
100 ml
sampel
0 26
7 E.coli
Jumlah
per
100 ml
sampel
0 0
8 Zat padat
terlarut (TDS) mg/l 500 4.4
9 Besi mg/l 0.3 0
10 Mangan mg/l 0.4 0
11 Deterjen mg/l 0.05 0.132
12 Sulfat mg/l 250 72.25
13 Nitrit (NO2-) mg/l 3 0.14
14 Nitrat(NO3-) mg/l 50 0.09
15 Bau - Tidak berbau Tidak berbau
Sumber: Hasil Penelitian
Dari hasil analisa pendahuluan diatas parameter dari air PDAM yang melewati batas
baku mutu persyaratan air minum hanya dari parameter total coliform dan deterjen. Sehingga
sesuai dengan perencanaan awal dalam ruang lingkup, ditetapkan analisa suhu, kekeruhan,
warna, pH, zat organik (parameter yang hampir melewati batas), detergen dan E.Coli yang
diambil untuk mengetahui kinerja dari rangkaian unit-unit pengolahan air ini. Rangkaian alat
pengolahan air pada gambar 3
7
Gambar 3. Rangkaian Alat Pengolahan Air PDAM Menjadi Air Siap Minum
Pada penelitian ini pada variabel pertama reaktor pengolahan air berjalan secara
kontinyu dengan debit 2 liter/menit diatur dengan flowmeter . Runing alat secara kontinyu
dalam 24 jam setara dengan ±7 hari running, karena dalam perencanaan awal diperhitungkan
debit air yang dibutuhkan untuk jurusan teknik lingkungan 400 liter /hari, sedangkan runing
alat secara kontinyu sehari menghasilkan debit air hingga 2880 liter. Pada variabel pertama
dilakukan running selama 7 hari berturut- turut. Ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh
kemampuan reaktor teradap waktu. Parameter yang ada hasilnya dibuat rata-rata. Pada
variabel yang lain running alat dilakukan secara singkat untuk mengetahui air hasil olahan
dengan variabel yang ada.
Air yang dianalisa diambil dari empat titik. Titik pertama diambil dari influen air
PDAM yang akan masuk kedalam reaktor pertama (filter pasir silica/ GAC contactor), titik
kedua dari effluen darireaktor pertama, titik ketiga adalah effluen reaktor kedua(GAC
contactor/ fiter pasir silika), titik keempat diambil dari effluen reaktor UV. Titik pengambilan
sampel dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini.
Gambar 4 Titik Pengambilan Sampel
Hasil dari beberapa analisa yang dilakukan, dari beberapa variabel yang ada dengan
lambang variabel:
• F2: susunan reaktor fiter silika
• F3: susunan reaktor fiter silika
• F5: susunan reaktor fiter silika
• G2: susunan reaktor GAC
• G3: susunan reaktor GAC
• G5: susunan reaktor GAC
adalah sebagai berikut :
4.1 Analisa Suhu
Parameter suhu merupakan salah satu parameter yang paling mudah untuk diukur dan
diamati. Pengukuran suhu menggunakan termometer alkohol yang dimasukkan dalam wadah
yang berisi air sampel dan dibiarkan selama beberapa menit, lalu diamati suhu yang
ditunjukkan termometer. Data hasil pengukuran dapat dilih
berikut ini:
variabel influen
f2
f3
f5
g2
g3
g5
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa suhu air rata
dari suhu udara sehingga telah memenuhi standart dari
/PER/IV/2010. Sedangkan grafik dari suhu a
Dari grafik diatas dapat dilihat suhu dari influen cenderung stabil dan
hingga outlet GAC, tetapi suhu berubah ketika melewati reaktor UV, sehingga suhu naik
hingga kurang lebih 10C, peningkatan suhu ini disebabkan adanya kontak antara air dengan
lampu UV, sehingga suhu air meningkat. tetapi masih tetap memenuhi
minum.
°C
Hasil dari beberapa analisa yang dilakukan, dari beberapa variabel yang ada dengan
F2: susunan reaktor fiter silika-GAC-UV dengan debit 2liter/menit
F3: susunan reaktor fiter silika-GAC-UV dengan debit 3liter/menit
F5: susunan reaktor fiter silika-GAC-UV dengan debit 5liter/menit
G2: susunan reaktor GAC-fiter silika-UV dengan debit 2liter/menit
G3: susunan reaktor GAC-fiter silika-UV dengan debit 3liter/menit
G5: susunan reaktor GAC-fiter silika-UV dengan debit 5liter/menit
Parameter suhu merupakan salah satu parameter yang paling mudah untuk diukur dan
diamati. Pengukuran suhu menggunakan termometer alkohol yang dimasukkan dalam wadah
air sampel dan dibiarkan selama beberapa menit, lalu diamati suhu yang
ditunjukkan termometer. Data hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel
Tabel 2 Analisa Suhu Air
suhu (°C)
influen
outlet
1
outlet
2
outlet
3 suhu udara
26,5 26,5 26,5 27,5 28
26 26 26 27 28
27 27 27 28 29
27 27 27 28 29
26 26 26 27 28
26 26 26 27 28
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa suhu air rata-rata berada dalam rentang ±3
dari suhu udara sehingga telah memenuhi standart dari PERMENKES RI No.
/PER/IV/2010. Sedangkan grafik dari suhu air dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5 Grafik Suhu Air
Dari grafik diatas dapat dilihat suhu dari influen cenderung stabil dan
hingga outlet GAC, tetapi suhu berubah ketika melewati reaktor UV, sehingga suhu naik
C, peningkatan suhu ini disebabkan adanya kontak antara air dengan
lampu UV, sehingga suhu air meningkat. tetapi masih tetap memenuhi
25
26
27
28
29
influen outlet 1 outlet 2 outlet 3
°C
Suhu
f2
f3
f5
g2
g3
8
Hasil dari beberapa analisa yang dilakukan, dari beberapa variabel yang ada dengan
Parameter suhu merupakan salah satu parameter yang paling mudah untuk diukur dan
diamati. Pengukuran suhu menggunakan termometer alkohol yang dimasukkan dalam wadah
air sampel dan dibiarkan selama beberapa menit, lalu diamati suhu yang
at pada tabel 2 dan gambar 5
udara
28
28
29
29
28
28
rata berada dalam rentang ±30C
PERMENKES RI No. 492/MEN.KES
.
Dari grafik diatas dapat dilihat suhu dari influen cenderung stabil dan tidak berubah
hingga outlet GAC, tetapi suhu berubah ketika melewati reaktor UV, sehingga suhu naik
C, peningkatan suhu ini disebabkan adanya kontak antara air dengan
lampu UV, sehingga suhu air meningkat. tetapi masih tetap memenuhi standar dari air
9
4.2 Analisa Kekeruhan
Kekeruhan merupakan parameter yang penting dalam pengolahan air. Air yang layak
minum harus memenuhi standar dari PER.MEN.KES.RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 ,
yaitu 5 dalam satuan NTU. Kekeruhan merupakan standar fisik yang penting untuk
diperhatikan, karena kekeruhan juga mempengaruhi estetika dari air minum.
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik
yang terkandung di dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari buangan.
Dari segi estetika, kekeruhan di dalam air dihubungkan dengan kemungkinan pencemaran
oleh air buangan. (Manik, W., 2004).
Analisa kekeruhan menggunakan alat turbidimeter digital. Sampel air yang akan
diteliti kekeruhannya dimasukan ke dalam kuvet dan dibaca pada turbidimeter sehingga hasil
dari analisa kekeruhan dapat dilihat pada tabel 3.
Kekeruhan yang ada pada air yang diambil dari keempat titik dapat digambarkan
dengan grafik rataan kekeruhan pada gambar 6.dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa
kekeruhan pada variabel rangkaian alat pertama cenderung turun ketika melalui reaktor pasir
silika, kemudian naik ketika melewati GAC contactor, ini dimungkinkan karena kurang
bersihnya pencucian media GAC, kemudian grafik turun lagi setelah melewati reaktor UV.
Kondisi yang sama terjadi dalam rangkaian alat kedua. Ketika air melewati reaktor
GAC contactor, GAC menaikan kekeruhan air,oleh karena partikel yang terlepas dari karbon
aktif. dan filter silika menurunkan kekeruhan air.
Removal kekeruhan tertinggi terjadi pada g2, yaitu reaktor dengan susunan GAC -
filter silika - UV dengan debit 2 liter/menit.
Tabel 3 Analisa Kekeruhan
Turbidity ( �TU)
variabel influen
outlet
1
outlet
2
outlet
3
%
removal
f2 1,6 0,75 1,9 1,8 -12,50
f3 2,1 1,01 2,3 2,2 -4,76
f5 1,7 1,03 2,01 1,9 -11,76
g2 2,3 2,4 1,4 1,3 43,48
g3 2,5 2,7 1,9 1,7 32,00
g5 2,1 2,5 2,1 1,9 9,52
.
Gambar 6 Grafik Analisa Kekeruhan
Fungsi utama dari penghilangan kekeruhan ada pada fiter pasir silica.terjadi
perubahan efisiensi pada reaktor pasir silika pada pengoperasian kontinyu. Variabel f2
0
1
2
3
influen outlet 1 outlet 2 outlet 3
NT
U
Turbidity
f2
f3
f5
g2
g3
10
dioperasikan selama 7 hari berturut-turut sehingga perubahan removal kekeruhan dari reaktor
pasir silika dapat dilihat pada tabel 4.4 sedangkan untuk Grafik removal kekeruhan dapat
dilihat pada gambar 7
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa prosentase removal dari kekeruhan cenderung
naik pada awal pengoperasian filter kemudian menjadi stabil pada kisaran removal 60%.
Kecenderungan kenaikan dari prosentase removal dari filter pasir silika dikarenakan
pertumbuhan mikroorganisme pada media, karena media selalu terendam air dan tidak ada
backwash, sehingga kehadiran bakteri tersebut dapat meningkatkan efisiensi penghilangan
kekeruhan dari filter pasir silika. Proses terjadinya peningkatan removal ini berlangsung
seperti proses pada media filter saringan pasir lambat.
Prosentase removal kekeruhan dihitung dengan membandingkan selisih dari
kekeruhan pada influen reaktor dan kekeruhan setelah air melewati pengolahan reaktor filter
pasir silica. Tabel 4 berikut ini menunjukkan prosentase removal kekeruhan oleh filter pasir
silica.
Tabel 4 Removal Turbidity oleh filter pasir silica variabel f2
%Removal Turbidity
Hari
ke Influen
Outlet
filter %Removal
1 1,35 0,8 40,740741
2 1,78 1,03 42,134831
3 1,33 0,59 55,639098
4 2,22 1,01 54,504505
5 1,82 0,65 64,285714
6 1,33 0,59 55,639098
7 1,55 0,61 60,645161
Gambar 7 Grafik Removal Turbidity
4.3 Analisa Warna
Warna adalah salah satu parameter fisik wajib yang ditetapkan oleh
PER.MEN.KES.RI No.492/MENKES /PER/IV/2010. Menurut peraturan tersebut, warna
pada air minum memiliki batasan maksimal 15 dalam satuan TCU. Berikut merupakan hasil
pembacaan analisa warna dengan menggunakan spektrofotometer pada tabel 5 dan gambar 8
0
20
40
60
80
1 2 3 4 5 6 7
% r
em
ov
al
hari ke
%removal turbidity
%removal
turbidity
11
Tabel 5 Analisa Warna
Warna (CU)
variabel influen
outlet
1
outlet
2
outlet
3
%
removal
f2 50 27 37 40 20
f3 59 26 45 48 18,64407
f5 37 23 29 32 13,51351
g2 95 96 65 70 26,31579
g3 109 112 85 87 20,18349
g5 81 85 65 67 17,28395
Gambar 8 Grafik warna
Pada tabel 5dan gambar 8 satuan warna masih dalam satuan CU (color unit) sehingga
bacaan warna masih terpengaruh oleh kekeruhan yang ada dalam air. Tetapi dari pola yang
ada warna pada air cenderung turun ketika melewati filter, lalu naik setelah melewati GAC
dan naik lagi ketika melewati UV. Warna air yang naik dari hasil analisa ini disebabkan
adanya pengaruh penambahan kekeruhan oleh GAC, dari partikel-partikel carbon yang ikut
pada air effluent. Sedangkan setelah melalui reaktor UV, yang seharusnya warna berkurang
(jika dibandingkan dengan grafik kekeruhan), tetapi pada grafik warna meningkat, ini
menunjukkan adanya penambahan warna ketika air melewati reaktor UV yang disebabkan
emisi lem yang digunakan untuk reaktor UV.
Efisiensi penghilangan warna tertinggi pada variabel g2 dengan % removal warna
hingga 26.31%
4.4 Analisa pH
Parameter pH dari air minum yang masih diijinkan oleh PERMENKES RI No.
492/MEN.KES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum adalah pH dalam
range 6,5-8,5.
Berikut merupakan data yang diambil dari variabel-variabel yang ada, dengan
menggunakan analisa pHmeter digital, data pH ditampilkan pada tabel 6 dan yang dapat
digambarkan dalam gambar 9
0
20
40
60
80
100
120
influen outlet 1 outlet 2 outlet 3
colo
r u
nit
Warna
f2
f3
f5
g2
g3
g5
12
Tabel 6 Analisa pH
pH
variabel influen
outlet
1
outlet
2
outlet
3
f2 6,85 7,07 7,29 7,18
f3 7,26 7,3 7,43 7,4
f5 7,32 7,31 7,39 7,35
g2 7,3 7,26 7,44 7,4
g3 7,29 7,34 7,45 7,37
g5 7,32 7,34 7,37 7,37
Gambar 9 Grafik pH
Dari gambar 9 dapat dilihat bahwa pH cenderung naik (basa) dari influent hingga
GAC, kenaikan pH ini disebabkan dari kerikil penyangga yang digunakan yang menyebabkan
pH menjadi basa. pH lalu turun setelah melewati reaktor UV (asam). Walaupun penurunan
pH tidak sampai melewati ambang batasan dari Peraturan Meteri kesehatan hal ini
dimungkinkan karena jenis lem yang digunakan pada reaktor UV mengandung asam yang
tidak tahan terhadap paparan sinar UV, sehingga teremisi ke air hasil olahan membuat pH air
turun.
4.5 Analisa Zat Organik ( KmnO4)
Zat organik merupakan salah satu parameter yang cukup mudah untuk diamati dan
untuk mengetahui tingkat pencemaran dari air. Pada air yang tercemar dapat kita temui
berbagai material organik beracun. Salah satu cara untuk mengetahui adanya zat organik
tersebut yang paling mudah adalah dengan menggunakan parameter Zat organik total
menggunakan PV. Parameter ini memiliki batasan maksimal 10mg/liter berdasarkan
PERMENKES RI No. 492/MEN.KES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum.
Pengurangan zat organik pada reaktor dapt terjadi pada reaktor filter pasir silika dan
juga pada reaktor GAC. Pada reaktor pasir silica pengurangan zat organik berkurang akibat
degradasi oleh mikroorganisme dan pengurangan oleh media filter. Sedangkan pada reaktor
GAC, proses adsorbsi menjadi fungsi utama pengurangan zat organik pada air.
6,4
6,6
6,8
7
7,2
7,4
7,6
influen outlet 1 outlet 2 outlet 3
pH
pH
f2
f3
f5
g2
g3
g5
13
Sama seperti parameter-parameter sebelumnya parameter zat organik ini diambil
setiap hari selama tujuh hari berturut-turut. pada 4 titik. Berikut merupakan data hasil analisa
yang ditampilkan pada tabel 7.
Tabel 7 Analisa Zat Organik
Zat Organik (mg/l)
variabel influen
outlet
1
outlet
2
outlet
3
%
removal
f2 8,1 3,8 2,8 4,6 43,20988
f3 9,1 8,4 6,9 6,3 31,03448
f5 7,7 7,1 7,1 6,5 16
g2 8,7 5,9 7,1 5,6 35,71429
g3 8,7 6,2 6,5 6,2 28,57143
g5 8,7 6,5 6,5 6,2 28,57143
Gambar 10 Grafik Analisa Zat Organik
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa banyak tren dari zat organik menurun dari
influen hingga outlet GAC, tetapi naik kembali ketika melewati reaktor UV. Hal ini
dimungkinkan terjadinya emisi dari lem terlarut yang terdapat dalam reaktor UV, sehingga
mengakibatkan kenaikan nilai Zat organik dari air.
Prosentase removal zat organik tertinggi terjadi pada variabel f2 yaitu sebanyak 43%
4.6 Surfaktan
Surfaktan merupakan salah satu parameter pencemar yang sangat umum dijumpai
dalam air buangan domestik bahkan pada air buangan limbah non domestik. Hampir setiap
rumah selalu menggunakan deterjen untuk proses pembersihan. Sehingga deterjen/ surfaktan
dapat selalu ditemui pada air yang tercemar limbah domestik.
Parameter Surfaktan batasannya terlampaui dalam analisa awal air PDAM. Sehingga
perlu diperiksa kandungannya dalam air hasil olahan. Batasan yang ditetapkan menteri
kesehatan adalah 0.05mg/l. Analisa yang dilakukan untuk surfaktan adalah dengan metode
metilen blue active surface (MBAS). Hasil pengamatan analisa surfaktan pada tabel 8 , dan
grafik gambar 11 Prosentase removal hasil olahan dengan reaktor ini tidak terlalu baik. Hal
ini disebabkan oleh pencucian yang kurang bersih, running yang lama pada variabel f2, dan
tidak adanya aktivasi sehingga efisiensinya hanya sekitar 30-40%.
0
2
4
6
8
10
influen outlet 1 outlet 2 outlet 3
Mg
/lit
er
Zat organik
f2
f3
f5
g2
g3
g5
14
Tabel 8 Hasil Analisa Surfaktan
Surfaktant(mg/l)
variabel influen
outlet
1
outlet
2
outlet
3
%
removal
f2 0,033 0,027 0,022 0,021 34,529
f3 0,031 0,028 0,023 0,022 28,925
f5 0,034 0,029 0,025 0,024 29,288
g2 0,029 0,020 0,019 0,018 39,674
g3 0,029 0,018 0,019 0,019 36,071
g5 0,030 0,025 0,022 0,020 32,543
Gambar 11 Grafik Analisa Surfaktant
4.7 Analisa Mikrobiologis
Salah satu parameter syarat untuk air minum berdasarkan PERMENKES RI No.
492/MEN.KES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum adalah total bakteri
coliform dan E.coli dengan kadar 0/100 ml sampel. Melihat kondisi parahnya kondisi sistem
jaringan distribusi PDAM, kemungkinan masuknya bakteri ke dalam air distribusi menjadi
besar. Karena hal tersebut maka perlu dianalisa kandungan bakteri coliform dan E.coli karena
sangat berpengaruh pada kesehatan.
Analisa total coli dan E.coli ini dilakukan menggunakan metoda MPN. Hasil analisa
total bakteri coliform dan E.coli terdapat pada Tabel 9, Tabel 10, Gambar 12 dan Gambar 13.
Tabel 9 Analisa Total Bakteri Coliform
Total coliform
variabel influen
outlet
1
outlet
2
outlet
3
f2 79 21 12,5 0
f3 50 30 8 0
f5 60 23 8 0
g2 50 30 6 0
g3 60 30 2 0
g5 110 80 17 0
0,000
0,010
0,020
0,030
0,040
influen outlet 1 outlet 2 outlet 3
Mg
/lit
er
Surfaktant
f2
f3
f5
g2
g3
g5
15
0
50
100
150
influen outlet 1 outlet 2 outlet 3
MP
N/1
00
ml
Total Coliform
f2
f3
f5
g2
Gambar 12 Grafik Total Bakteri Coliform
Pada tabel dan grafik removal total bakteri coliform dapat dilihat bahwa semua
bakteri hilang dalam pengolahan dengan desinfeksi UV. Removal bakteri total coliform
adalah 100%
Eschericia coli adalah salah satu bakteri patogen yang tergolong Coliform dan hidup
secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan sehingga E. coli dapat digunakan
sebagai bakteri indikator pencemaran air yang berasal dari kotoran hewan berdarah panas.
Keberadaan bakteri E.coli pada air dapat menunjukkan adanya pencemaran dari kotoran
hewan berdarah panas, termasuk manusia yang memungkinkan adanya bakteri patogen lain
pada air tersebut. Pada tabel 10 dan gambar 10 berikut ditunjukkan hasil analisa bakteri
E.coli.
Tabel 4.10 Analisa Bakteri E.Coli
E coli
variabel influen
outlet
1
outlet
2
outlet
3
f2 13,5 4,5 0,5 0
f3 17 9 2 0
f5 14 9 4 0
g2 13 0 0 0
g3 11 4 0 0
g5 21 6 2 0
Gambar 13 Grafik E coli
0
5
10
15
20
25
influen outlet 1 outlet 2 outlet 3
MP
N/1
00
ml
Ecoli
f2
f3
f5
g2
g3
g5
16
Dari tabel dan grafik sebelum ini dapat dilihat bahwa baik bakeri Coliform dan E.Coli
dapat dihilangkan hingga 100% dengan menggunakan reaktor UV. Parameter mikrobiologis
ini dapat kita lihat juga berkurang ketika melewati filter dan GAC.
Penyisisihan total bakteri Coliform dan E.coli pada proses filtrasi disebabkan oleh
proses adsorbsi oleh media, lisis dan proses biologi yang terjadi di media filter. Penyisihan
tersebut paling banyak dikarenakan oleh adsorbsi oleh permukaan media pasir. Semakin
besar pori pori dari setiap butir media (mikropori) maka reduksi E.coli semakin besar akibat
bakteri terperangkap oleh pori di dalam butir media tersebut (Wand et al, 2007). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wend diperoleh bahwa dari air baku yang memiliki
kandungan E.coli sebesar 4 – 5 x 1011
cell per 1200 gram media menurun menjadi 8 x 106
cell/g akibat porses adsorbsi oleh media pasir dengan dikombinasikan dengan tanaman yang
mempunyai persentase penurunan E.coli tersebut sebesar 99,99%. Penelitian lain yang
berhasil menurunkan kandungan E.coli sebesar itu yaitu menggunakan biosand filter dimana
penyisihan E.coli sebesar 83% sampai 99,6% namun menghasilkan debit yang sangat kecil
(Puspita, 2008). Selain biosand filter slow sand filter berfungsi untuk mereduksi
mikroorganisme khususnya E.coli. Salah satu penelitian menyebutkan bahwa slow sand filter
mampu mereduksi kadar E.coli sebesar 90-98% (Elliott et al, 2008). Namun kelemahan dari
slow sand filter yaitu membutuhkan waktu yang cukup luas dan debit yang dihasilkan
sangat kecil sehingga sulit digunakan dalam kondisi darurat.
4.8 Evaluasi Kinerja Unit Pengolahan
Dari variabel yang ada variabel yang dianggap mampu mengolah dengan kemampuan
paling baik adalah variabel G2, yaitu dengan rangkaian alat GAC contactor – Filter pasir
silika – desinfeksi UV, dengan debit 2 liter/menit. Dengan removal kekeruhan tertinggi
(43.48%), removal warna tertinggi (26.31%), dan removal surfaktan tertinggi (39.67%).
Sedangkan untuk removal zat organik tertinggi tercatat pada variabel F2 (43%). Untuk
parameter mikrobiologis, total bakteri coliform dan Ecoli dapat dihilangkan 100%. Dan untuk
parameter suhu dan pH masih masuk dalam range air minum.
Unit pengolahan dengan filter pasir silica memiliki kemampuan yang cukup tinggi
dalam pengolahan dan removal kekeruhan, warna, zat organik, surfaktant, total coli, dan
E.coli. Tetapi fungsi utama dari reaktor ini adalah dalam penghilangan kekeruhan dari air
yang diolah.
Dari unit GAC contactor, fungsi utamanya adalah penghilangan material organik
seperti zat organik, dan surfaktan. Seharusnya reaktor ini juga menghilangkan warna air,
tetapi pada penelitian ini reaktor ini menambahkan kekeruhan dan warna oleh karena
partikel-partikel karbon yang terbawa air hasil olahan.
Seharusnya perhitungan masa breaktrough karbon aktif harus dilakukan dengan
penelitian masa breaktrough di laboratorium. Tetapi pada tugas akhir ini perhitungan masa
breaktrough dihitung dengan penelitian sebelumnya. Pada studi sebelumnya
(Boedisantoso,1991) unit GAC contactor dengan diameter dan jenis karbon aktif yang sama
dapat meremove zat organik sebanyak ±583580 mg hingga breaktrough untuk volume bed
0.01125 m3.Untuk pengolahan reaktor ini volume bed pada reaktor GAC adalah 0.00675m
3.
massa yang dapat di adsorb hingga breaktrough adalah: � ��
� ��=
�
�
������
� ��=
�.�����
�.�����
Σmass 2= 350148 mg
Reaktor ini mengolah air PDAM dengan kadar zat organik rata-rata dibawah 10mg/
liter, dengan debit tiap hari sebanyak 400liter. Sehingga massa yang terolah tiap hari adalah:
Mt = 400x10 = 4000mg/hari
17
Sehingga breaktrough dari GAC contactor hingga harus direaktifasi adalah:
� =�
��
=350148
4000
� = 87.45 ℎ� !
Unit UV bekerja dengan baik dari segi penghilangan mikroorganisme dari air olahan.
Kemampuan reaktor ini hingga 100% untuk penghilangan bakteri, tetapi perlu diperbaiki dari
segi konstruksi reaktor, karena lem yang digunakan dalam reaktor terlarut ke dalam air,
sehingga meningkatkan parameter warna, zat organik, menurunkan pH,dan menimbulkan
sedikit bau pada air hasil olahan. Sedangkan kenaikan suhu masih bisa maklumi karena hanya
meningkatkan ±10C.
Pengujian lengkap dari kualitas air hasil olahan dengan variabel G2 dapat dilihat pada
Lampiran E.
Pada rangkaian reaktor ini terjadi masalah pada reaktor UV dengan terlarutnya lem
pada air hasil olahan. Sehingga sebaiknya reaktor terbuat dari pipa alumunium dengan tabung
kaca didalammya sehingga lampu UV dapat dimasukkan didalamnya tanpa menggunakan
lem kaca.
Dari hasil olahan PDAM menggunakan reaktor ini diambil inlet dan outlet dari
variabel G2 yaitu rangkaian dengan variasi debit dan susunan alat terbaik. Pembahasan hasil
lengkap dari air hasil olahan adalah sebagai berikut:
Tabel 11 Hasil Analisa Laboratorium Inlet-Outlet
No Parameter Satuan
Syarat
air
minum
Hasil Analisa Metode Analisa
Inlet Outlet
A. FISIKA
1 Bau - -
tak
berbau
tak
berbau -
2
Total
Disolved
Solid (TDS) mg/L 500 290 284 Gravimetri
3 Kekeruhan
Skala
NTU 5 3,38 0,80 Turbidimetri
4 Rasa - - - - -
5 Suhu °C
Suhu
Udara 27 27 Termometer
6 Warna Unit PtCo 15 15 0 Spectrofotometri
7
Daya Hantar
Listrik
(DHL) µmhos/cm - 490 490
Conductivity
meter
B.KIMIA
a.Kimia
Anorganik
1 Air Raksa mg/L Hg 0,001 0,000 0,000 AAS
18
2 Alumunium mg/L Al 0,2 0,04 0,01 AAS
3 Amoniak
mg/L
NH₃-N 1,5 0,00 0,00 Spectrofotometri
4 Arsen mg/L Al 0,01 0,00 0,00 AAS
5 Barium mg/L Ba 0,7 0,00 0,00 AAS
6 Besi mg/L Fe 0,3 0,06 0,04 Spectrofotometri
7 Boron mg/L Ba 0,5 0,00 0,00 AAS
8 Fuorida mg/L F 1,5 0,12 0,10 Spectrofotometri
9 Kadmium mg/L Cd 0,03 0,000 0,000 AAS
10
Kesadahan
Total
mg/L
CaCO₃ 500 178,57 192,86 Kompleksometri
11 Khlorida mg/L Cl 250 36,00 36,00 Argentometri
12
Kromium,
Valensi 6 mg/L Cr⁶⁺ 0,05 0,00 0,00 AAS
13 Mangan mg/L Mn 0,4 0,00 0,00 Spectrofotometri
14 Natrium mg/L Na 200 23,40 23,52 AAS
15 Nikel mg/L Ni 0,07 0,00 0,00 AAS
16 Nitrat
mg/L
NO₃-N 50 0,26 2,88 Spectrofotometri
17 Nitrit
mg/L
NO₂-N 3 0,01 0,00 Spectrofotometri
18 Perak mg/L Ag 0,001 0,00 0,00 AAS
19 pH - 6,5-8,5 6,75 7,15 PH meter
20 Selenium mg/L Se 0,01 0,00 0,00 AAS
21 Seng mg/L Zn 3 0,21 0,16 AAS
22 Sianida mg/L CN 0,07 0,00 0,00 Spectrofotometri
23 Sulfat mg/L SO₄ 250 53,09 42,92 Spectrofotometri
24 Sulfida mg/L H₂S 0,05 0,00 0,00 Iodometri
25 Tembaga mg/L Cu 2 0,00 0,00 AAS
26 Timbal mg/L Pb 0,05 0,00 0,00 AAS
27 Sisa Chlor mg/L Cl₂ 5 0,00 0,00 Iodometri
b.Kimia
Organik
1 Zat organik
mg/L
KMnO₄ 10 11,77 3,41 Oksidasi/Titimetri
2 Detergent
mg/L
LAS 0,05 0,27 0,08 Spectrofotometri
Data hasil dari pemeriksaan Laboratorium diatas menunjukkan kualitas air olahan dari
inlet air PDAM dan outlet air hasil olahan dari reaktor.
Terjadi penurunan konsentrasi pada air outlet pada parameter TDS, kekeruhan, warna,
alumunium, besi, fluorida, nitrit, seng, zat organik, dan detergent. Penurunan parameter-
parameter ini disebabkan oleh proses adsorbsi ketika melewati reaktor GAC contactor antara
lain pada parameter TDS, warna, logam-logam, beberapa mineral, zat organik dan detergent.
TDS dan kekeruhan juga turun ketika melewati filter pasir silica.
Sedangkan untuk parameter bau, rasa, suhu, DHL, Air raksa, amoniak, arsen, barium,
boron, kadmium, khlorida, krom, mangan, nikel, perak, selenium, sianida, sulfida, tembaga,
19
timbal, dan sisa chlor tidak mengalami perubahan dari inlet maupun outlet. Bahkan sebagian
besar dari parameter-parameter tersebut tidak ada dalam air baku pengolahan (0,00 mg/L).
Untuk parameter kesadahan total, natrium, dan nitrat terbaca mengalami kenaikan
konsentrasi. Nitrat dalam air memang sangat mudah tercampur,dan sangat sulit untuk
dihilangkan. Nitrat dalam air dapat dihilangkan dengan demineralisasi, pertukaran ion, atau
pengenceran. Untuk kesadahan total, kenaikan nilai kesadahan disebabkan oleh adanya ion
karbonat pada kerikil penyangga, sehingga nilai parameter kesadahan total naik.
Dari analisa dapat disimpulkan semakin besar debit pengolahan semakin kecil
efisiensi dari reaktor. Sebaliknya jika debit reaktor semakin kecil maka efisiensi pengolahan
menjadi semakin baik. Peletakan susunan reaktor juga mempengaruhi hasil pengolahan.
Reaktor dengan komposisi unit GAC di depan dapat mengolah air PDAM dengan lebih baik,
karena partikel carbon yang lolos dari GAC contactor dapat ditangkap pada reaktor filter
pasir silica. Sehingga kualitas air effluent menjadi lebih baik.
KESIMPULA�
Hasil studi penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
1. Berdasar parameter suhu, kekeruhan, warna, pH, zat organik, surfaktant, dan
mikrobiologis alat ini telah memenuhi standar parameter dari PERATURAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 492 /MENKES /PER / IV/ 2010.
Dengan kempuan tertinggi pada variabel G2 yaitu dengan susunan reaktor GAC
contactor – Fiter pasir silika – reaktor UV, dengan debit 2 liter/menit. Kemampuan
reaktor dengan variabel ini mampu mengolah air PDAM dengan parameter hasil:
• Suhu: suhu air hasil olahan ±30C, dari suhu udara, dengan rata-rata suhu hasil akhir 1
0
dibawah suhu udara
• Kekeruhan: kekeruhan influen dari air PDAM dapat direduksi hingga 43.48%
• Warna: parameter warna dapat tereduksi hingga 26.31%
• pH: pH air effluen reaktor cukup bagus, selama penelitian pH air selalu masuk dalam
range pH 6.5-8.5
• Zat Organik: Prosentase removal zat organik hingga 35.7%
• Surfaktan: prosentase removal variabel ini tertinggi dengan prosentase removal
39.67%
• Total coliform dapat dihilangkan hingga 100% ketika air melewati reaktor UV.
• E.coli juga dapat dihilangkan hingga 100% ketika air melewati reaktor UV.
2. Pada rangkaian alat ini, penghilangan kekeruhan, warna, zat organik, surfaktan, total
coliform, dan E.Coli dapat terjadi pada rangkaian unit filter, GAC dan UV. Unit fiter
efisien untuk penghilangan kekeruhan, warna, surfaktan, total coliform, E.Coli dan zat
organik. Unit GAC contactor juga memiliki kemmpuan yang sama untuk penghilangan
surfaktant, total coliform, E.Coli dan zat organik,tetapi kurang baik dalam peningkatan
kekeruhan dan warna karena partikel karbon yang ada. Pada unit desinveksi UV,reaktor
ini bekerja dengan baik untuk penghilangan total coliform, dan E.Coli serta dapat
menghilangkan sedikit kekeruhan. Tetapi reaktor ini masih perlu perbaikan sari segi
konstruksi dan pemilihan perekat yang tidak bereaksi dengan UV.
3. Pengaruh debit dalam unit pengolahan ini adalah semakin besar debit pengolahan, maka
efisiesi unit –unit pengolahan menjadi semakin turun. Semakin kecil debit, semakin
bagus kualitas air hasil olahan. Sedangkan pengaruh rangkaian alat, rangkaian alat yang
lebih baik adalah dengan meletakkan unit GAC contactor di depan, lalu diikuti unit filter
20
pasir silika, dan yang terakhir unit desinfeksi UV. Unit GAC contactor menambahkan
sedikit kekeruhan akibat serpihan partikel carbon sehingga harus dihilangkan sebelum
masuk ke reaktor UV dengan melewatkannya pada unit filter pasir silika.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2010. PER.MEN.KES.RI No.492/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum.
Anonym. 2004. Slow Sand Filtration. <URL:http:www.biosandfilter.org>
Anonym. 2008. Tata Perencanaan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air. Standar Nasional
Indonesia 6774:2008.
Boedisantoso, Rahmat. 1991. Efisiensi Karbon aktif dalam penyerapan Total Organik
Carbon. Surabaya: ITS
Chang, S.L. 1971. Modern Concept of Disinfection. Jour. Sed97. No SA5:689
Das, Braja , Noor Endah, Indrasurya B. M. 1985. Mekanika Tanah. Jakarta : Erlangga
Elliott, M. A., Stauber, C.E., Koksal, F., DiGiano, F.A., Sobsey, M.D., 2008. Reductions of
E.coli, echovirus type 12 and bacteriophages in an intermittently operated household-
scale slow sand filter. Water Research, No. 42 Hal 26662-2670.
Fair, G.M., Geyer, J.C., Akun, D.A., 1968. Water and Wastewater Engineering. Volume 2,
New York: John Wiley and Sons, Inc.
Hargy, T.M., J.L. Clancy, and Z. Bukhari.2000. “Shedding UV Light on the Cryptosporidium
threat.” In 2SF Proceedings of the Small Drinking Water and Wastewater Systems.
International Symposium and Technology Expo: Phoenix, Arizona.
Manik, Widiyanti. 2004. Qualitative Analysis Of Coliform Bacteria At Some Shops Refilled
Drinking Water In Singaraja Bali. Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas P-MIPA IKIP
Negeri Singaraja. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 3 No 1.
Masschelein,Willy J. 1992. Unit Process in Drinking Water Treatment. New York: Marcel
Dekker, Inc.
Puspita, D., 2008. Penurunan Konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) pada Limbah
Laundry dengan Menggunakan Reaktor Biosand Filter Disertai dengan Reaktor
Activated Carbon. Tugas Akhir, Teknik Lingkungan, FTSP, Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta.
Reynolds and Richards. 1996. Unit Operations and Processes in Environmental Engineering
second edition. Boston: PSW Publishing Company.
Sanks, Robert L. 1982.Water Treatment Plant Design. Montana: Ann Arbor Science.
Sawyer, Chair N., Perry L. McCarty, dan Gene F. Parkin. 2003. Chemistry for Environmental
Engineering and Science. Singapore: Mc Graw Hill.
Standard methods for the examination of water and waste water. 1965. Amer. Public Health
Assoc, New York, N. Y. 12th Ed.
Wand, H., Vacca, G., Kuschk, P., Kruger, M., Kastner, M., 2007. Removal of bacteria by
filtration in planted and non-planted sand columns. Water research, No 41 Vol 159-
167.
Zamzami, Irma. 2006. IPAM skala rumah tangga untuk penghilangan kekeruhan dan Ecoli.
Surabaya : ITS