+ All Categories
Home > Documents > PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C DOSIS TINGGI...

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C DOSIS TINGGI...

Date post: 01-Sep-2018
Category:
Upload: vunhu
View: 216 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
13
PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C DOSIS TINGGI TERHADAP PENINGKATAN NILAI ANKLE BRACHIAL INDEX PADA PENDERITA ULKUS DIABETIK DENGAN TERAPI INSULIN DAN PERAWATAN LUKA DI BLU RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO THE EFFECT OF THE HIGH DOSE TREATMENT OF VITAMIN C ON THE INCREASE OF THE VALUE OF THE ANKLE BRACHIAL INDEX IN DIABETIC ULCERS PATIENTS WITH THE INSULIN THERAPY, AND WOUND CARE AT BLU RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Vivi Syuli Mampuk, Irawan Yusuf, Karel Pandelaki Alamat Koresponden Jl. Rusunawa Blok D Unhas Makassar Hp. 085281211118 Email: [email protected]
Transcript

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C DOSIS TINGGI TERHADAP PENINGKATAN NILAI ANKLE BRACHIAL INDEX PADA

PENDERITA ULKUS DIABETIK DENGAN TERAPI INSULIN DAN PERAWATAN LUKA DI BLU RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

THE EFFECT OF THE HIGH DOSE TREATMENT OF VITAMIN C ON THE INCREASE OF THE VALUE OF THE ANKLE BRACHIAL

INDEX IN DIABETIC ULCERS PATIENTS WITH THE INSULIN THERAPY, AND WOUND CARE AT BLU

RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

Vivi Syuli Mampuk, Irawan Yusuf, Karel Pandelaki

Alamat Koresponden Jl. Rusunawa Blok D Unhas Makassar Hp. 085281211118 Email: [email protected]

ABSTRAK Pada Diabetes Melitus, hiperglikemia menyebabkan terjadinya peningkatan pembentukan radikal bebas. Radikal bebas yang terdapat dalam endotel akan bereaksi dengan nitrit oksida menjadi peroksinitrrit, yang merupakan prooksidan reaktif dan menyebabkan kerusakan sel endotel pembuluh darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui peningkatan nilai Ankle Brachial Index dengan penambahan pemberian Vitamin C dosis tinggi sebagai ajuvan pada penderita ulkus diabetik terapi insulin, antibiotik dan perawatan luka. Penelitian ini dilaksanakan di RSU Prof. DR. R. D. Kandou Manado. Sampel berjumlah 31 orang. 16 orang kelompok perlakuan dan 15 orang kelompok kontrol. Desain penelitian adalah true eksperiment, pretest-posttest with control group. Data penelitian di uji dengan uji paired t test dan independent t test. Hasil penelitian menunjukkan nilai p = 0,024 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian vitamin C dosis tinggi dapat mempercepat peningkatan nilai Ankle Brachial Index namun pemberian vitamin C selama 28 hari belum memberikan efek yang nyata pada peningkatan nilai Ankle Brachial Index pada penderita ulkus diabetik dengan terapi insulin, antibiotik dan perawatan luka. Saran bagi pelayanan kesehatan agar dapat mensosialisasikan penggunan vitamin c pada penderita diabetes melitus terutama pada penderita dengan luka kaki diabetik Kata Kunci : Peningkatan Nilai ABI, Vitamin C Dosis Tinggi, Ulkus Diabetik

ABSTRACT

When a patient suffers from diabetes mellitus, the hyperglycemia will stimulate the formation of the free radicals. The free radicals present in the endothelial will reacts with nitric oxide and become a peroxinitrite and serves as a reactive pro-oxidant damaging the vascular endothelial cells. This study aims at finding out the increase of the values of the Ankle Brachial Index when a high dose of vitamin C is given to a diabetic ulcers patient as an adjunctive insulin therapy, antibiotics, and wound care. The research was conducted in RSU Prof. DR. R.D. Kandou Manado. The sample comprised 31 persons, the treatment group comprised 16 respondents and the control group 15 respondents. The research design was truly experimental, and the control group were given a pretest as well as a posttest. The research data were then examined by using the paired t test and the independent t test. The research result indicated the p value = 0,024, it could be concluded that the treatment with the high dose of vitamin C could accelerate the increase of the value of the Ankle Brachial Index, though the treatment with vitamin c for 28 days did not yet show any clear effect on the value of the Ankle Brachial Index in the ulcer diabetes patient It is suggested that the health service intensively socialize the vitamin c treatment for diabetes mellitus patients, particulary those patients who suffer from foot diabetic wounds. Keywords : Increase of the value of the Ankle Brachial Index, High Dose of Vitamin C, Diabetic Ulcers

PENDAHULUAN

Diabetes mellitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang

disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik

absolute maupun relatif (Soegondo, 2007). Penyakit ini dapat mengenai banyak orang pada

semua lapisan masyarakat diseluruh dunia. Diabetes mellitus seperti juga penyakit tidak menular

lainnya akan berkembang menjadi suatu penyebab utama kesakitan dan kematian di Indonesia.

Salah satu perubahan patologis yang terjadi pada anggota gerak ialah timbulnya luka. Pada

gangren, kulit dan jaringan disekitar luka akan berwarna kehitaman dan menimbulkan bau (nita-

medicastore.com).

Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan

angka insidensi dan prevalensi DM diberbagai penjuru dunia.World Health Organization (WHO)

memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup besar pada tahun-

tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM diIndonesia dari 8,4

juta pada tahun 2000, menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO,

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah

penyandang DM dari 7,9 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Berdasarkan

Data yang diperoleh di BLU RSU Prof. Dr. R.D Kandou Manado bahwa dari bulan Juni 2010

sampai dengan bulan Juni 2011 penderita diabetes mellitus dengan ulkus yang berkunjung di RS

adalah sebanyak 1045 pasien (Data Sekunder).

Pada keadaan hiperkglikemia yang terus menerusakan mempunyai dampak pada

kemampuan pembuluh darah tidak berkontraksi dan relaksasi berkurang (Soegondo, dkk. 2011)

Pada penderita Diabetes Melitus, hiperglikemia menyebabkan terjadinya peningkatan

pembentukan radikal bebas. Senyawa radikal bebas akan menyerang biomolekul yang ada

disekelilingnya. Radikal bebas yang terdapat dalam endotel akan bereaksi dengan nitrit oksida

menjadi peroksinitrrit, yang merupakan prooksidan reaktif dan menyebabkan kerusakan sel

endotel pembuluh darah. Kerusakan sel endotel pembuluh darah ini akan menimbulkan kekakuan

dan penyempitan diameter lumen sehingga terjadi gangguan suplai darah. Sirkulasi darah dan

tungkai yang menurun dan kerusakan endotel pembuluh darah ini sering terjadi pada tungkai

bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang

baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi nekrosis/gangren yang sangat

sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan tindakan amputasi. (Armstrong G and Lavery

L.A,2010)

Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal

berbagai radikal bebas. Vitamin C adalah anti oksidan terpenting dalam plasma. Vitamin ini larut

dalam air dan membersihkan radikal bebas dan mencegah masuknya radikal bebas ke dalam

Cholesterol LDL.(Frykberb Robert G.2002)

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti merasa tertarik untuk menyelidiki pengaruh

vitamin c terhadap peningkatan , mengingat belum adanya penelitian-penelitian dan percobaan-

percobaan yang dilakukan sebelumnya yang hasilnya menunjukkan pengaruh vitamin c terhadap

peningkatan pada luka diabetes. Secara khusus dalam hal ini peneliti ingin meneliti pengaruh

vitamin c terhadap peningkatan nilai Ankle Brachial Index pada luka diabetes melitus yang

diadakan di BLU RSUP Prof. R. D. Kandou Manado, mengingat rumah sakit ini merupakan

rumah sakit rujukan sehingga kemungkinan banyak ditemukan kasus luka diabetes mellitus.

METODE PENELITIAN

Rancangan Desain Penelitian

Untuk menentukan tujuan dari sebuah penelitian, sehingga dapat menghasilkan suatu

kesimpulan yang diharapkan dapat berguna bagi penulis ataupun pihak-pihak lain, maka

diperlukan suatu metode penelitian. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

metode experiment dimana teknik yang digunakan adalah one group pre test-post test design

(Notoatmodjo S. 2010)

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus dengan luka ulkus diabetes

yang di rawat di BLU RSU Prof. dr. R. D Kandou Manado. Pada penelitian ini, pengambilan

sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Untuk menghitung besarnya sampel pada

penelitian ini (penelitian dengan 2 kelompok berpasangan) secara statistik adalah :

n1 = n2 = 2 [ ( z α + z β ) x sd ]2

( d )

n = jumlah sampel

sd = perkiraan simpangan baku = 9 (clinical judgement)

d = selisih rerata kedua kelompok = 10,81 (clinical judgement)

z α = 1,96

z β = 1,645

Dari perhitungan diatas didapatkan jumlah sample n1 = n2 = 16 pasien

Total sampel adalah 36 orang di bagi menjadi 2 kelompok :

Kelompok I (Kelompok Perlakuan) = 16 orang

Kelompok II (Kelompok Kontrol) = 16 orang

Teknik Pengumpulan Data

Responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini kemudian dibagi menjadi 2

kelompok, (masing-masing 20 responden) dengan ketentuan sebagai berikut : Kelompok I :

kelompok intervensi dengan terapi insulin, dan perawatan luka pada pasien diabetes mellitus

dengan ulkus diabetika ditambah vitamin C 1600 mg/hari. Kelompok II : kelompok kontrol

hanya diberikan terapi insulin, antibiotik dan perawatan luka pada pasien diabetes mellitus

dengan ulkus diabetika. Tahap pre test. Tahap ini terdiri dari dua kegiatan. Kegiatan pertama

yaitu responden diminta untuk melakukan pengisian data demografi dengan mengisi kuesioner

(terlampir). Kedua yaitu, peneliti melakukan pemeriksaan laboratorium dengan melakukan

pengambilan darah vena sebanyak 5 cc yang di lakukan oleh petugas yang terlatih. Pengambilan

darah dilakukan secara steril sehingga efek samping dari pengambilan darah dapat

diminimalisasi. Subjek mendapatkan perawatan luka sesuai dengan prosedur perawatan luka

yang dilakukan oleh petugas rumah sakit. Alat dan Bahan yang digunakan untuk perawatan

adalah NaCl 0,9 %, betadine, set perawatan luka, sarung tangan bersih dan steril, kassa.Peneliti

melakukan pemeriksaan ABI pada subjek. Alat dan Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan

ABI yaitu simple hand held vascular Doppler dan Tensimeter. Tahap perlakuan. Pemberian

vitamin C ( Ester C ) diberikan secara oral 2 x 800 mg per hari. Tahap post test, yaitu Penilaian

bersifat Pre dan Post.

ANALISA DATA

Data dianalis yaitu Analisis univariat meliputi analisis deskriptif variabel penelitian.

Analisis deskriptif untuk menggambarkan setiap variabel yang diteliti secara terpisah dengan

membuat tabel frekuensi dari masing-masing variabel.

Analisis deskriptif untuk menganalisis karakteristik responden yang meliputi : Usia, Jenis

Kelamin, Lamanya menderita DM, Riwayat merokok, Riwayat DM keluarga, Riwayat

Hipertensi. Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan analisis uji parametrik dengan T-

test. Keputusan menggunakan T-tset dengan uji dua kelompok tidak berpasangan dan data dua

kelompok berpasangan yang terdiri atas 2 kategori untuk variabel independen berskala numerik.

Kemudian pada kelompok data dengan skala kategorik diuji Chi-square test.

Pada uji T-test kelompok tidak berpasangan akan dilakukan uji sampel dengan

membandingkan hasil pemeriksaan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Dan pada

uji T-test kelompok berpasangan akan dilakukan uji sampel dengan membandingkan hasil

pemeriksaan awal (pre test) dibandingkan dengan hasil pemeriksaan akhir (post test) . Selain itu

juga untuk data yang bersifat kategorik akan dilakukan uji Chi-square.

HASIL

Berdasarkan data pada tabel 1. distribusi responden menurut jenis kelamin dari kelompok

kontrol dan intervensi paling banyak adalah jenis kelamin laki-laki yaitu 18 orang (58,1%),

sedangkan responden dengan jenis kelamin perempuan yaitu 13 orang (41,9%). Distribusi

responden menurut umur responden, paling banyak adalah responden dengan umur ≥ 50 tahun

yaitu 24 orang (77,4%) baik pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan. Distribusi

responden menurut pendidikan terakhir, paling banyak adalah responden dengan pendidikan

terakhir SMA yaitu 18 orang (58,1%) dan yang paling sedikit yaitu responden yang tidak sekolah

yaitu 1 orang (3,2%) baik pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan. Distribusi

responden menurut pekerjaan, paling banyak adalah responden dengan pekerjaan sebagai

Pegawai Negeri Sipil yaitu 17 orang (54,8%) dan yang paling sedikit yaitu responden yang tidak

bekerja yaitu 6 orang (19,4%) baik pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan.

Distribusi responden menurut riwayat anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus, dari

tadi yang di dapat responden dengan keluarga memiliki riwayat penyakit Diabetes mellitus

paling banyak yaitu 23 orang (74,2%), baik pada kelompok kontrol maupun kelompok

intervensi, sedangkan responden yang tidak memiliki riwayat anggota keluarga diabetes mellitus

hanya 8 orang (25,8%).

Distribusi responden menurut riwayat hipertensi responden, dari data yang di dapat

responden paling banyak yaitu responden yang tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya

yaitu 27 orang (87,0%) baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi sedangkan

responden dengan riwayat hipertensi hanya 4 orang (13,0%). Distribusi responden berdasarkan

lama responden mengidap penyakit diabetes melitus, responden paling banyak yaitu responden

yang telah mengidap diabetes mellitus selama 5 – 10 tahun yaitu 23 orang (74,2%) baik pada

kelompok kontrol maupun kelompok intervensi sedangkan responden dengan lama mengidap

penyakit diabetes mellitus > 5 tahun yaitu 7 orang (22,6%) Distribusi responden berdasarkan

riwayat merokok dari responden, responden paling banyak yaitu responden yang memiliki

riwayat merokok yaitu 16 orang (51,6%) baik pada kelompok kontrol maupun kelompok

intervensi sedangkan responden yang tidak memilki riwayat merokok yaitu 15 orang (48,4%).

Berdasarkan data pada tabel 2. diperoleh rata-rata nilai ABI sebelum pemberian Vitamin

C adalah 0,6931 dengan standar deviasi 0,0171. Sedangkan rata-rata nilai ABI sesudah

pemberian Vitamin C adalah 0,7112 dengan standar deviasi 0,0174. Hasil uji statistik didapatkan

nilai p = 0,024 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai

ABI sebelum dan sesudah dilakukan pemberian Vitamin C, Terapi Insulin dan Perawatan Luka

pada kelompok Intervensi.

Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata nilai ABI sebelum pemberian terapi insulin dan

perawatan luka adalah 0,6767 dengan standar deviasi 0,0174. Sedangkan rata-rata nilai ABI

setelah pemberian terapi insulin dan perawatan luka adalah 0,6780 dengan standar deviasi

0,0180. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,848 maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai ABI sebelum dan sesudah dilakukan pemberian

Terapi Insulin dan Perawatan Luka pada kelompok kontrol.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang diperoleh dari pemberian vitamin c dosis tinggi ini yaitu terdapat

perbedaan yang signifikan pada saat sebelum pemberian vitamin c dosis tinggi dan setelah

pemberian vitamin c dosis tinggi dengan nilai statisk yaitu p = 0,024. Dari hasil uji statistik ini

dapat di ambil kesimpulan bahwa dengan pemberian vitamin c dosis tinggi selama 28 hari

disertai dengan perawatan luka dan terapi insulin secara bermakna dapat berpengaruh pada

adanya peningkatan sirkulasi aliran darah yang dilihat melalui pengukuran ABI, di mana lewat

nilai ABI ini dapat tergambarkan tekanan aliran darah pada pembuluh darah, sehingga melalui

penelitian ini dapat terlihat adanya perubahan nilai ABI sebelum pemberian Vitamin C dosis

tinggi dengan setelah dilakukan pemberian vitamin c dosis tinggi. Dari berbagai penelitian

mengenai vitamin C di katakan bahwa vitamin c dapat meningkatkan kecepatan aliran darah.

Hal ini didukung Jialal, et al., (1990) bahwa vitamin c dapat mencegah aterosklerosis dan

iskemik sehingga dapatmeningkatkan kerja sistem vaskuler. Selain itu vitamin c juga dapat

memperbaiki sistem vaskuler di sistem syaraf sebagai neurotropik yang dikombinasikan dengan

vitamin E, dan B kompleks (Jialal, et al., 1990).

Komplikasi mikrovaskular berupa nefropati dan retinopati serta komplikasi makrovaskular

yang mengakibatkan penyakit kardiovaskular aterosklerotik seperti PJK, penyakit

serebrovaskular dan penyakit arteri perifer merupakan penyebab kematian utama pada pasien

diabetes. Berbagai penelitian membuktikan bahwa stres oksidatif yang terjadi akibat

pembentukan radikal-radikal bebas karena pengaruh hiperglikemi dapat mempercepat dan

memperberat progresivitas penyakit diabetes dan komplikasinya. Peningkatan produksi dan

gangguan eliminasi radikal bebas ini akan mengakibatkan gangguan vaskular, kerusakan protein

sel, lipid membran dan asam nukleat. Penambahan antioksidan dalam penatalaksanaan diabetes

melitus diharapkan dapat merupakan strategi yang efektif dalam memperlambat progresivitas

dan mengurangi komplikasi diabetes. (Linder C. M. 2010). Beberapa studi klinik telah dilakukan

untuk menilai efek antioksidan dari vitamin C dalam mencegah komplikasi diabetes, namun

tidak terbukti memberikan manfaat klinis terhadap pencegahan komplikasi kardiovaskular. Stres

oksidatif didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi peningkatan produksi dan

penurunan kemampuan eliminasi molekul-molekul yang bersifat sangat reaktif didalam tubuh

seperti Reactive Oxygen Species (ROS) dan Reactive Nitrogen Species (RNS). Nitrat oksida

secara normal diproduksi dari L-arginine oleh enzim eNOS didalam pembuluh darah dan

berperan dalam vasorelaksasi melalui reaksinya dengan enzim guanylate cyclase didalam otot

polos pembuluh darah. Nitrat oksida juga bersifat antiproliferatif, menghambat adhesi platelet

dan lekosit pada endotel vaskular. Jadi Nitrat Oksida merupakan molekul yang memiliki

kemampuan vasoprotektif. Namun molekul ini mudah bereaksi dengan superoksida membentuk

molekul yang sangat reaktif yaitu peroksinitrit (ONOO-) (Widowati W,2008).

Dalam keadaan normal superoksida cepat dieliminir melalui mekanisme pertahanan

antioksidan. Superoksida mengalami dismutasi membentuk H2O2 oleh enzim manganese

superoxide dismutase (Mn-SOD) didalam mitochondria dan oleh copper-SOD didalam sitosol.

H2O2 dirubah menjadi H2O dan O2 oleh enzim glutathione peroxidase (GSH-Px) atau katalase

didalam mitochondria dan lisosom. H2O2 juga dapat dirubah menjadi radikal hidroksil (.OH)

yang sangat reaktif bila terdapat elemen transisi seperti Fe dan Cu. Dalam keadaan fisiologik,

ROS dan RNS terbentuk sebagai hasil dari mekanisme pertahanan tubuh seperti pada proses

fagositosis, fungsi netrofil, dan shear stress yang menyebabkan vasorelaksasi. Namun

produksinya yang berlebihan akan menyebabkan stres oksidatif yang mengakibatkan keadaan

patologik seperti kerusakan protein, lipid dan DNA. Keadaan hiperglikemi secara langsung akan

menyebabkan peningkatan produksi ROS.

Glukosa dapat mengalami otooksidasi membentuk radikal-radikal hidroksil. Disamping

itu glukosa dapat bereaksi dengan protein membentuk Amadori products yang selanjutnya diikuti

oleh pembentukan AGEs. Dalam keadaan hiperglikemi, terjadi peningkatan metabolisme

glukosa melalui jalur poliol (sorbitol) yang juga meningkatkan produksi radikal superoksida.

Jalur-jalur enzimatik pada DM dapat meningkatkan produksi ROS dan RNS, seperti jalur NOS,

NAD(P)H oxidase dan xanthine oxidase. Semua isoform NOS membutuhkan 5 kofaktor yaitu

flavin adenine dinucleotide (FAD), flavin mononucleotide (FMN), heme, tetra hydrobiopterine

(BH4) dan Ca2++-calmodulin. Bila NOS kehilangan substrat L-arginin atau salah satu dari

kofaktornya, maka akan terbentuk superoksida, keadaan ini disebut dengan “the uncoupled state

of NOS”. NAD(P)H oxidase adalah suatu enzim yang terdiri dari 5 subunit dan merupakan

sumber utama produksi radikal superoksida.

Sumber lain produksi nonenzimatik dari ROS dan RNS adalah dari rantai respirasi

mitokhondria. Selama berlangsung proses fosforilasi oksidatif, elektron akan ditransfer dari

pengangkut elektron NADH dan FADH2 melewati bagian dalam membran mitokhondria menuju

oksigen untuk membentuk ATP. Dalam keadaan normal, radikal superoksida akan segera

dieliminir melalui mekanisme pertahanan tubuh. Penelitian terbaru membuktikan bahwa

pembentukan radikal superoksida yang dipicu oleh hiperglikemi didalam mitokhondria

merupakan proses awal dari lingkaran setan stres oksidatif yang terjadi pada DM. Bila sel-sel

endotel terpajan dengan hiperglikemi, maka akan terjadi peningkatan produksi ROS terutama

radikal superoksida, yang mengawali aktivasi rangkaian 4 jalur utama dalam patofisiologi

komplikasi DM. (Widowati W,2008)

Disamping enzim-enzim diatas, terdapat pula zat-zat yang bersifat antioksidan non enzimatik

seperti vitamin A, C dan E, glutathione; α-lipoic acid; carotenoids; trace elements seperti copper,

zinc dan selenium; koenzim Q10 (CoQ10) dan kofaktor seperti folic acid, uric acid,albumin dan

vitamin-vitamin B1, B2, B6 dan B12. Glutathion (GSH) bekerja sebagai scavenger langsung dan

kosubstrat bagi enzim GSH peroxidase. Radikal hidroksil bereaksi dengan tocopherol

membentuk radikal fenolat yang stabil dan akan direduksi menjadi fenol oleh asam askorbat

(vitamin C) dan enzim NAD(P)H dependent reductase. (Grober U. 2012)

Pada pembuluh darah, asam askorbat akan bekerja secara ekstraselular di bawah 1 jam,

selebihnya akan memasuki sel endotel dan bekerja intraselular. Secara ekstraseluler, antioksidan

ini meredam radikal superoksida yang dihasilkan pada proses autooksidasi glukosa. Stress

oksidatif dianggap sebagai salah satu penyebab terjadinya disfungsi endotel atau vaskulopati

diabetik. Pusat dari semua proses vaskulopati diabetik adalah hiperglikemia yang menginduksi

stress oksidatif melalui 3 jalur. peningkatan jalur poliol, peningkatan autooksidasi glukosa dan

peningkatan protein glikosilat. Ketiga jalur merupakan mekanisme penting pemicu stress

oksidatif, sehingga terjadi gangguan keseimbangan antara pembentukan radikal bebas dan

kapasitas antioksidan tubuh. (Winarsi H. 2007)

Stress oksidatif adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antara pembentukan radikal

bebas dan antioksidan pada tingkat seluler. Hal ini merupakan faktor penting terjadinya penyakit

vaskuler. Banyak penelitian menunjukkan, hiperglikemia meningkatkan stress oksidatif. Pada

gilirannya akan menyebabkan disfungsi endotel yang merupakan awal terjadi proses

aterosklerosis. Stress oksidatif ditandai adanya radikal bebas (molekul yang memiliki elektron

tidak berpasangan) dan reactive oxygen species (ROS), yang terbentuk dalam fisiologi normal.

(Winarsi H. 2007)

KESIMPULAN DAN SARAN

Ada pengaruh yang signifikan pemberian Vitamin C Dosis Tinggi sebagai ajuvan terhadap

peningkatan nilai Ankle Brachial Index pada pasien Diabetes Melitus dengan ulkus diabetik.

Penambahan Vitamin C dosis tinggi dapat memperbaiki aliran darah dilihat dengan adanya

peningkatan nilai Ankle Brachial Index. Bagi kebijakan Rumah sakit hendaknya dapat

menggunakan alat Hend held vascular Doppler untuk pengkajian luka kaki diabetik dan dapat

Mensosialisasikan penggunan vitamin c pada penderita diabetes melitus terutama pada penderita

dengan luka kaki diabetik.

DAFTAR PUSTAKA

ADA. (2007). Clinical Practice Recommendations : Report of the Expert Commite on the Diagnosis and Classifications of Diabetes Mellitus Diabetes Care, USA. p.S4-S24.

Armstrong G and Lavery L.A. (2010). Clinical Care Of Diabetik Foot. 2nd ed. American Diabetes Association

Dewi R.K. (2008). Peran L – Ascorbic Acid 20 % Topikal Terhadap Perubahan Serat Elastin Dan Kolagen Pada Kulit Mencit Balb/C. Makassar. Program Pascasarjana FK Unhas.

Frykberb Robert G.(2002) Risk Factor, Pathogenesis and Management of Diabetik Foot Ulcers, Des Moines University, Iowa.

Grober U. (2012). Mikronutrien : Penyelarasan Metabolic, Penceahan, Dan Terapi. EGC. Jakarta.

Gustaviani R. (2006). Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes melitus. Dalam : Aru W, dkk,editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi keempat, Penerbit FK UI,Jakarta

Hadisaputro S, Setyawan H. Epidemiologi dan Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Diabetes Mellitus tipe 2. Dalam : Darmono, dkk, editors. Naskah LengkapDiabetes mellitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit dalam dalamrangka Purna Tugas Prof Dr.dr.RJ Djokomoeljanto. Badan PenerbitUniversitas Diponegoro Semarang, 2007. p.133-154.

Imron M. dan Munif A. (2010). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, CV. Sagung Ceto. Jialal et al. (1990). Sistem Vaskuler dan Antioksidan. CV. Sagung Seto Jurnal Kedokteran dan Farmasi No 3, Vol 20, 2007 Linder C. M. 2010. Biokimia Nutrisi Dan Metabolisme. UI. Jakarta. Manaf A. Insulin : Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. Dalam : Aru W,dkk, editors,

Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi keempat, Penerbit FKUI, Jakarta, 2006. Misnadiarly, 2006. Ulcer, Gangren, Infeksi Diabetes Melitus, Pustaka Populer Obor, Jakarta Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. NPUAP. (1998). Pressure Ulcers Scale for Healing : Push Tool 3. Diakeses dari

http://www.npuap.org/PDF/push3.pdf pada tanggal 08 Januari 2011 Perkeni. 2011. Konsensus Pengelolaan Dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.

PB Perkeni. FKUI, Jakarta. Soegondo S dkk. 2011. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. FKUI. Jakarta. Tjokroprawiro A. Angiopati Diabetik : Makroangiopati-Mikroangipati. Dalam : Noer, dkk,

editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi ketiga, Penerbit FKUI, Jakarta,1999 WHO. Pencegahan Diabetes Mellitus (Laporan Kelompok Studi WHO), alih bahasa dr. Arisman,

Cetakan I, Penerbit Hipokrates, Jakarta, 2000 Widowati W. Potensi Antioksidan Sebagai Antidiabetes.2008. Laboratorium Penelitian &

Pengembangan Ilmu Kedokteran Dasar FK Universitas Kristen Maranatha, 2008 Bandung. Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami Dan Radikal Bebas, Kanisius, Yoyakarta.

Tabel 1. Perbandingan Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol berdasarkan karakteristik responden

Karakteristik Responden

Kelompok Total

Nilai p Perlakuan Kontrol

n % N % n (%) Jenis Kelamin Laki-laki 8 44,4 10 55,6 18 100

0,347 Perempuan 8 61,5 5 38,5 13 100 Usia

< 45 tahun 1 100 0 0 1 100 0,325 ≥ 45 tahun 15 50,0 15 50,0 30 100

Pendidikan Terakhir

PT 5 62,5 3 37,5 8 100

0,639

SMA 8 44,4 10 55,6 18 100 SMP 2 50,0 2 50,0 4 100 SD 0 0 0 0 0 0 Tidak Sekolah 1 100 0 0 1 100 Pekerjaan

Pegawai Negeri 3 50,0 3 50,0 6 100

0,987

Pelajar/Mahasiswa 0 0 0 0 0 0 Pegawai Swasta 9 52,9 8 47,1 17 100 Tidak Bekerja 4 50,0 4 50,0 8 100 Riwayat Genetik DM

Ya 13 56,5 10 43,5 23 100 0,354 Tidak 3 37,5 5 62,5 8 100

Riwayat Hipertensi

Ya 1 25,0 3 75,0 4 100

0,254 Tidak 15 55,6 12 44,4 27 100 Lama Mengidap DM

< 5 tahun 3 42,9 4 57,1 7 100 0,598 ≥ 45 tahun 13 54,2 11 45,8 24 100

Riwayat Merokok

Ya 4 66,7 2 33,3 6 100 0,411 Tidak 12 48,0 13 52,O 25 100

Tabel 2. Perubahan Nilai ABI pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol sebelum

dan sesudah Pemberian Vitamin C

Variabel Kelompok Mean ± SD

Perubahan Nilai p Sebelum Sesudah

Nilai ABI

Perlakuan (n) 16 0,6931 ±

0,0171 0,7112 ± 0,0174 0,02 0,024

Kontrol (n) 15 0,6767 ±

0,0174 0,6780 ± 0,0180 0,0013 0,848

*Paired T Test


Recommended