+ All Categories
Home > Documents > Perbandingan Mpc Dan Pid

Perbandingan Mpc Dan Pid

Date post: 07-Mar-2016
Category:
Upload: anonymous-jqnac6qbp
View: 52 times
Download: 3 times
Share this document with a friend
Description:
Alat ini berfungsi untuk melakukan penukar energi kalor dari satu fluida ke fluida yang lain tanpa mencampur kedua fuida tersebut. Berbagai tipe reboiler atau disebut juga heat exchanger antara lain shell and tube heat exchanger, plate type heat exchanger, spiral tube heat exchanger, dan double pipe heat exchanger. Salah satu tipe heat exchanger yang digunakkan RU VI Balongan adalah shell and tube. Tipe ini juga sangat umum digunakkan pada industri perminyakkan. Pada konstruksi heat axchanger shell and tube ini terdiri dari satu tabung besar dan terdapat berkas pipa-pipa yang mempunyai diameter kecil berada di dalam tabung tersebut.

of 6

Transcript
  • 1

    PERBANDINGAN ANTARA PENGENDALIAN PREFLASH COLUMN

    DAN PIPESTILL MENGGUNAKAN MODEL PREDICTIVE CONTROL

    (MPC) DAN PENGENDALI KONVENSIONAL

    Indra Lesmana*)

    dan Renanto Handogo

    Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

    Sukolilo, Surabaya 60111 *)

    email : [email protected]

    Abstract

    Preflash and Pipestill Column are two main units of petroleum processing industry which are

    interconnected each other. Recently the main unit used by this industry is Crude Oil Refinery Unit. As

    the time goes by therefore the use of preflash and pipestill column became more popular because of

    its ability to reduce energy cost. The operation guidelines for these unit is always aim to safety and

    certain product flowrate and quality. In this work assumptions are made where, process variables

    always change as the process goes. Model Predictive Control was used because of it had better

    response compared to the conventional controller. The steady state and dynamic simulation was

    conducted using Aspen DynamicTM

    , and MatlabTM

    .+15% flowrate disturbance and +25% oil-1 mass

    fraction disturbance were applied to the process. The dynamic performance of the controllers was

    compared between MPC and conventional controller using Integral of The Absolute Value of The

    Error (IAE). The result showed the dynamic performance of MPC controller were more superior than

    that of conventional controller.

    Keywords : conventional controller, disturbance, model predictive control, preflash, pipestill

    Abstrak

    Preflash Column dan Pipestill adalah dua unit utama dari industri kilang minyak bumi yang saling

    terkait satu dengan yang lainnya. Pada mulanya unit utama yang digunakan oleh industri kilang

    minyak adalah (Crude Oil Refinery Unit) beserta furnace-nya. Seiring dengan berkembangnya

    teknologi maka penggunaan unit preflash column untuk memisahkan light naptha terlebih dahulu

    sebelum masuk ke pipestill menjadi populer karena konfigurasi seperti ini dapat menghemat banyak

    energi. Pedoman pengoperasian unit operasi dari proses kimia berdasarkan selalu bertujuan pada

    keamanan proses, tercapainya kapasitas produksi, dan tercapainya spesifikasi produk yang

    diinginkan. Dengan berjalannya proses, variabel-variabel proses akan selalu berubah terhadap

    waktu sehingga diperlukan pemantauan yang merupakan tugas dari alat pengendali untuk mencapai

    tujuan di atas. Dalam penelitian ini diambil sistem pengendali Model Predictive Control (MPC) yang

    diperkirakan memiliki respon yang lebih baik dalam mengendalikan Preflash Column dan Pipestill.

    Simulasi steady state dan dinamik dijalankan dengan menggunakan program Aspen DynamicTM

    dan

    MatlabTM

    Pada simulasi dinamik untuk mengamati performa pengendalian diberikan gangguan laju

    alir sebesar +15% dan gangguan komposisi sebesar +25% fraksi massa oil-1. Performa pengendali

    konvensional dan MPC dibandingan dengan menggunakan parameter Integral of The Absolute Value

    of The Error (IAE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa MPC memiliki performa yang lebih baik.

    Kata kunci : gangguan; model predictive control; pengendali konvensional; pipestill; preflash

    Pendahuluan

    Setelah krisis energi yang terjadi tahun 1970-an pendesainan ulang dari sebuah proses untuk meningkatkan

    recovery energi dan menurunkan biaya menjadi sangat menarik. Sebuah kasus yang tipikal adalah pada oil

    refinery plant dimana penggunaan energinya besar sehingga cukup menjanjikan untuk dijadikan sebagai objek

    penghematan energi. Pemasangan Preflash column sebelum Pipestill dapat menurunkan konsumsi energi pada

    plant ini.(Errico et al.2009).

    Preflash Column dan Pipestill adalah dua unit utama dari industri kilang minyak bumi yang saling terkait satu

    dengan yang lainnya. Unit ini adalah hasil perancangan ulang dan pengintegrasian panas dari unit sebelumnya

  • 2

    yaitu Crude Destillation Unit (CDU) beserta furnace-nya. Dua unit ini mempunyai peranan besar karena

    menangani ribuan komponen minyak bumi dalam kapasitas yang besar pada industri kilang minyak, pertama-

    tama umpan berupa crude oil masuk dan diolah dalam Preflash column, produk atas dari Preflash column ini

    adalah light naphta sedangkan produk bawahnya akan masuk ke Pipestill dan diubah menjadi produk atas LPG,

    heavy naphtha, kerosene, diesel, atmospheric gasoil dan produk bawah berupa atmospheric residue.

    Beberapa usaha untuk energi mengoptimalkan konsumsi dari segi parameter operasi, baik pada proses yang

    terdahulu (menggunakan CDU) maupun pada konfigurasi unit yang baru (Preflash Column dan Pipestill) sudah

    dilakukan antara lain optimasi CDU menggunakan neural networks (Liau et al, 2004) dan pemodelan kolom

    distilasi berdasarkan transport phenomena (Kumar et al, 2001). Selain itu pengaruh dari jenis crude sangat

    berperan pada performance dari Pipestill dan efisiensi energi (Stojic et al, 2004).

    Peran alat pengendalian untuk menjaga agar Preflash Column dan Pipestill beroperasi pada batasan yang

    benar juga telah dikaji oleh Haydary dan Pavlik, 2009. Dari hasil yang didapat, disimpulkan bahwa pengendalian

    komposisi produk keluar dari Pipestill dengan menggunakan pengendali konvensional akan menghasilkan

    performa yang lebih cepat mencapai steady-state bila menggunakan manipulated variabel suhu plate kedua dari

    Pipestill. Hal ini didapat setelah membandingkan kontrol dengan komposisi produk keluar (ASTM D86) sebagai

    manipulated variabel.

    Ada berbagai macam metode kontrol yang dapat digunakan untuk mengendalikan proses yang rumit mulai

    dari metode kontrol yang konvensional menggunakan PID controller sampai kepada metode kontrol advanced,

    MPC misalnya. Masing-masing metode pengendalian ini memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing.

    Kelemahan metode pengendalian konvensional adalah sulit bila digunakan untuk mengendalikan banyak

    variabel dengan interaksi yang signifikan. Sementara kelemahan pengendali advanced adalah ketidak pastian

    mencapai kondisi steady-state pada gangguan yang berbeda-beda. Pada penelitian kali ini dicoba metode

    pengendalian dengan MPC mengingat metode ini andal untuk proses dengan banyak variabel dan interaksi antar

    variabel (Seborg, 2004).

    Metode Penelitian

    Dalam penelitian ini model yang disusun adalah kolom Preflash dan Pipestill (Gambar 2.1 dan 2.2)

    Penelitian dibagi dalam beberapa tahap :

    1. Pemilihan model termodinamika (fluid package). 2. Tahap pemodelan steady state dengan menggunakan program Aspen Plus TM. 3. Validasi model steady state dengan data dari literatur (Luyben, 2006) 4. Tahap sizing dan simulasi dinamik menggunakan program Aspen Dynamic TM. 5. Menambahkan pengendali konvensional pada simulasi dinamik. 6. Melakukan step test pada simulasi dinamik untuk mendapatkan data yang akan digunakan untuk membuat

    model MPC di matlab.

    7. Memasukkan model pada m file yang akan digunakan untuk mengamati pengendalian menggunakan MPC. 8. Mengamati performa pengendali konvensional dan MPC dengan memberikan gangguan laju alir dan

    gangguan komposisi dan melakukan tuning pengendali.

    9. Pengujian performa pengendali dengan metoda Integral of The Absolute Value of The Error (IAE). 10. Membandingkan performa MPC dengan pengendali konvensional dan mengambil kesimpulan.

  • 3

    PF Steam

    Crude 1

    Crude 2

    PF Water

    Lights

    Naptha

    CDU-Feed

    Kolo

    m P

    reflash

    FC

    FC

    FC

    LC

    LC

    LC DT

    10

    MPC

    :

    DT

    1 2 3 4 1 2 3 4

    Gambar 2.1 Struktur Pengendalian Menggunakan MPC pada Kolom Preflash

    Pipestill

    Feed

    Pipestill-Steam

    Pipestill-Water

    Kerosene

    Steam 1

    Diesel

    AGO

    Hnaptha

    FC Wash

    Kolo

    m P

    ipestill

    Steam 2

    Steam 3

    LC

    OLC

    LC

    LC

    LC

    WLC

    19

    BChnaptha95

    DT

    DT

    DT

    DT

    22

    MPC

    :

    5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

    Gambar 2.2 Struktur Pengendalian Menggunakan Pengendali MPC pada Kolom Pipestill

  • 4

    Pasangan pengendali untuk pengendali konvensional dapat dilihat pada Gambar 2.1dan 2.2. Untuk

    pengendalian menggunakan MPC dibuat model 14 x 14 dengan melakukan step test pada sistem yang dimaksud

    menggunakan software Aspen Dynamic TM

    untuk semua controlled variables(CV) dan manipulated

    variables(MV) namun tidak termasuk CV dan MV untuk pengendali ketinggian cairan.

    Hasil dan Pembahasan

    Simulasi steady state dibuat dengan menggunakan model termodinamik BK-10 (Braun K-10). Model

    termodinamik ini dipilih berdasarkan literatur (Carlson, 1996). Hasil simulasi steady state divalidasi dengan

    membandingkan kondisi operasi kolom Preflash dan data TBP (True Boiling Point) produk dari kolom Pipestill

    dengan literatur (Luyben, 2006). Sizing alat dilakukan dengan menggunakan fitur tray sizing di Aspen PlusTM

    untuk menentukan diameter tray dan mengambil waktu tinggal cairan dalam sebesar 10 menit dan H/D = 2 untuk

    menentukan tinggi dan diameter bejana alat. Hasil sizing alat dapat dilihat pada Tabel 3.1 Setelah dilakukan

    sizing file dieksport ke Aspen Plus DynamikTM

    dan dipasang pengendali konvensional dengan parameter yang

    tercantum pada Tabel 3.2. Parameter untuk MPC adalah P=110, M=10, N=100, Q = [5 1 100 1 7 1 7 5.5 9 9 1 1

    1 1.5], R = [0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 ], dimana Q dan R adalah matrik pembobotan

    Perbandingan respon dari berbagai variable proses antara pengendalian menggunakan pengendali

    konvensional dan pengendali MPC dengan pemberian gangguan kenaikan laju alir massa umpan total sebesar

    +15% dan gangguan komposisi sebesar +25% fraksi massa oil 1 dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2

    Perbandingan parameter IAE untuk pengendali konvensional dan MPC dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Tabel

    3.4. Dari hasil yang telah didapatkan MPC memliki performa pengendalian yang lebih bagus bila dibandingkan

    dengan pengendali konvensional.

    Tabel 3.1 Hasil Sizing

    Parameter Preflash Pipestill

    Stripper

    1

    Stripper

    2

    Stripper

    3

    Jumlah Tray(buah) 10 25 4 3 2

    Diameter Kolom(m) 3,00 6,15 1,42 1,37 0,98

    Tinggi Kolom (m)* 5,85 16,82 1,46 0,73 0,00

    Jarak Antar Tray(m) 0,61 0,61 0,61 0,61 0,61

    Tinggi Weir(m) 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

    Diameter Sump Kolom(m) 4,09 3,14 2,14 2,49 1,99

    Tinggi Sump Kolom(m) 8,17 6,29 4,28 4,98 3,98

    Diameter Refluk Drum

    Kolom(m) 2,65 3,05 - - -

    Tinggi Refluk Drum Kolom(m) 5,31 6,09 - - -

    Tabel 3.2 Parameter Pengendali Konvensional (Luyben, 2006)

    Jenis Pengendali

    Parameter Pengendali

    Kc i Dead

    Time(menit)

    Pengendali Suhu Aliran Keluar Furnace 0.6 4 1

    Pengendali 95 % Boiling Point Aliran Lt. Naptha 0.46 13 3

    Pengendali 95 % Boiling Point Aliran Hv. Naptha 2.1 46 3

    Pengendali 95 % Boiling Point Aliran Diesel 2 51 3

    Pengendali 5 % Boiling Point Aliran Diesel 1.2 51 3

  • 5

    Gambar 3.1 Perbandingan antara respon pengendalian menggunakan pengendali konvensional dan MPC dengan

    pemberian gangguan +15% laju alir massa umpan

    Gambar 3.2 Perbandingan antara respon pengendalian menggunakan pengendali konvensional dan MPC dengan

    pemberian gangguan +25% fraksi massa OIL-1

    Tabel 3.3 Perbandingan IAE untuk pengendali konvensional dan MPC bagian 1

    CV1 CV2 CV3

    Gangguan PI MPC PI MPC PI MPC

    Flow +15% 230.010 2.783 252.383 17.261 365.950 1.417

    Komposisi OIL1 +25% 10.186 2.317 57.663 17.317 56.217 1.160

    Tabel 3.4 Perbandingan IAE untuk pengendali konvensional dan MPC bagian 2

    CV4 CV5 CV6

    Gangguan PI MPC PI MPC PI MPC

    Flow +15% 1334.517 1.922 2920.861 1.582 1864.168 2.113

    Komposisi OIL1 +25% 290.099 1.628 1445.150 0.977 1070.863 2.190

    100 110 120 130 140 150492

    494

    496

    498

    500

    502Suhu Keluaran Furnace Preflash

    Waktu(Menit)

    T(K

    )

    100 150 200455

    460

    465

    470Lt. Naptha ASTM D86 95% bp.

    Waktu(Menit)

    100 110 120 130 140 150615

    620

    625

    630

    635Suhu Keluaran Furnace Pipestill

    Waktu(Menit)

    T(K

    )

    100 200 300 400 500456

    458

    460

    462

    464Hv. Naptha ASTM D86 95% bp.

    Waktu(Menit)

    T(K

    )

    100 200 300 400 500595

    600

    605

    610

    615Diesel ASTM D86 95% bp.

    Waktu(Menit)

    T(K

    )

    100 200 300 400 500515

    520

    525

    530Diesel ASTM D86 5% bp.

    Waktu(Menit)

    T(K

    )

    100 110 120 130 140 150501

    501.2

    501.4

    501.6

    501.8

    502Suhu Keluaran Furnace Preflash

    Waktu(Menit)

    T(K

    )

    100 150 200462

    463

    464

    465

    466

    467Lt. Naptha ASTM D86 95% bp.

    Waktu(Menit)

    100 110 120 130 140 150631

    631.5

    632

    632.5Suhu Keluaran Furnace Pipestill

    Waktu(Menit)

    T(K

    )

    100 200 300 400 500463

    464

    465

    466Hv. Naptha ASTM D86 95% bp.

    Waktu(Menit)

    T(K

    )

    100 200 300 400 500610

    615

    620

    625Diesel ASTM D86 95% bp.

    Waktu(Menit)

    T(K

    )

    100 200 300 400 500528

    530

    532

    534

    536Diesel ASTM D86 5% bp.

    Waktu(Menit)

    T(K

    )

  • 6

    Kesimpulan

    Dari hasil yang telah didapatkan bahwa dalam mengendalikan sistem kolom preflash dan pipestill, MPC

    memliki performa pengendalian yang lebih bagus bila dibandingkan dengan pengendali konvensional.

    Daftar Pustaka

    Aspen Plus : Getting Started Modeling Petroleum Processes, Aspen Technology, Inc., Ten Canal Park,

    Cambridge, MA 02141-2201, 2006. Carlson, E. C.(1996), Dont Gamble With Physical Properties for Simulations, Chemical Engineering

    Progress, October 1996.

    Haydary, J. dan Thomas, P. (2009), Steady-State dan Dynamic Simulation Of Crude Oil Distillation Using Aspen Plus and Aspen Dynamics, Petroleum & Coal, Vol. 51 (2), hal. 100-109.

    Liau, L.C-K, Yang, T.C-K. dan Tsai, M-T. (2004), Expert system of a crude oil distillation unit for process optimization using neural networks, Expert Systems with Applications, Vol. 26, hal. 247255.

    Luyben,W. (2006), Distillation Design and Control Using Aspentm

    Simulation, John Wiley & Sons, Inc., New

    Jersey.

    Errico, M., Tola, G. dan Mascia, M. (2009), Energy saving in a crude distillation unit by a Preflash implementation, Applied Thermal Engineering, Vol. 29, hal. 16421647.

    Stoji, M.M., Nedeljkov, S.Lj., Krsti, D.M. dan Mauhar, S. (2004), Simulation Of Atmospheric Crude Unit "Badger" Using Aspen Plus, Petroleum & Coal, Vol. 46 (2), hal. 57-62.

    Seborg, D.E., Edgar, T.F. dan Mellichamp, D.A. (2004) , Process Dynamics dan Control, John Wiley and Sons,

    Inc., New Jersey.

    Kumar, V., Sharma, A., Chowdhury, I.R., Ganguly, S. dan Saraf, D.N. (2003), A crude distillation unit model suitable for online applications, Fuel Processing Technology, Vol. 73, hal. 121.


Recommended