+ All Categories
Home > Documents > PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN BAUNG Mystus nemurus ...digilib.unila.ac.id/29731/3/SKRIPSI TANPA BAB...

PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN BAUNG Mystus nemurus ...digilib.unila.ac.id/29731/3/SKRIPSI TANPA BAB...

Date post: 19-May-2019
Category:
Upload: buidiep
View: 223 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
41
PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN BAUNG Mystus nemurus (Valenciennes, 1840) MELALUI PENAMBAHAN KOMPOSISI ENZIM DALAM PAKAN KOMERSIL DI KOLAM TERPAL (SKRIPSI) Oleh Dentiana Prabarini PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2017
Transcript

PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN BAUNG Mystus nemurus

(Valenciennes, 1840) MELALUI PENAMBAHAN KOMPOSISI ENZIM

DALAM PAKAN KOMERSIL DI KOLAM TERPAL

(SKRIPSI)

Oleh

Dentiana Prabarini

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2017

ABSTRACT

ADDITIONAL OF ENZYME COMPOSITION IN COMMERCIAL FEED

ON GROWTH PERFORMANCE OF Mystus nemurus (Valenciennes, 1840)

IN TARPAULIN POOL

By

Dentiana Prabarini

Mystus nemurus is one of freshwater aquaculture commodities in Indonesia. The

availability of Mystus nemurus as food for the community mostly still comes from

the catch in nature. Currently, artificial feed in the form of fish pellet has been

widely used by Mystus nemurus’s farmers, but so far one of the problems that

have not been resolved properly are the quality of feed, the availability of feed,

and the amount of feed that is not utilized by the fish. The addition of enzyme

composition, especially digestive enzymes such as protease enzymes are capable

to hydrolyzing proteins into simpler elements of peptides to amino acids that

increase the use of protein feed by the body of Mystus nemurus. The study was

conducted from April to May 2017 at the Aquaculture Laboratory, Departement of

Fisheries and Marine, Faculty of Agriculture, University of Lampung. The design of

the study was a complete randomized design with 4 treatments and three

replicates A (without addition), B (0,5% addition of enzyme), C (2,25% addition

of enzyme), and D (4% addition of enzyme ). The data obtained were analyzed by

ANOVA test and followed by LSD test. The results showed that the addition of

enzyme composition of 2.25% gave the best influence to the growth of Mystus

nemurus with absolute growth of 11.06 grams, daily growth of 0.28 grams / day,

and feed conversion ratio of 1.79.

Keywords : Enzyme composition; Growth; Mystus nemurus; Survival rate.

ABSTRAK

PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN BAUNG Mystus nemurus

(Valenciennes, 1840) MELALUI PENAMBAHAN KOMPOSISI ENZIM

DALAM PAKAN KOMERSIL DI KOLAM TERPAL

Oleh

Dentiana Prabarini

Ikan baung merupakan salah satu komoditas budidaya air tawar di Indonesia.

Ketersediaan ikan baung sebagai bahan pangan masyarakat sebagian besar masih

berasal dari hasil tangkapan di alam. Saat ini pakan buatan berupa pelet ikan

sudah banyak digunakan oleh pembudidaya ikan baung, tetapi sejauh ini salah

satu masalah yang belum dapat teratasi secara baik adalah kualitas pakan,

ketersedian pakan, dan banyaknya pakan yang tidak dimanfaatkan oleh ikan.

Penambahan komposisi enzim khususnya enzim pencernaan seperti enzim

protease yang mampu menghidrolisis protein menjadi unsur-unsur yang lebih

sederhana yaitu peptida hingga asam amino sehingga meningkatkan pemanfaatan

protein pakan oleh tubuh ikan baung. Penelitian dilaksanakan pada bulan April

sampai dengan Mei 2017 bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan,

Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 4

perlakuan dan tiga ulangan yaitu A (tanpa penambahan enzim), B (penambahan

enzim 0,5%), C (penambahan enzim 2,25%), dan D (penambahan enzim 4%).

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji

BNT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan komposisi enzim sebesar

2,25% memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan ikan baung dengan

pertumbuhan mutlak 11,06 gram, pertumbuhan harian 0,28 gram/hari, serta rasio

konversi pakan 1,79.

Kata kunci : Ikan baung; Kelangsungan hidup; Komposisi enzim; Pertumbuhan.

PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN BAUNG Mystus nemurus

(Valenciennes, 1840) MELALUI MELALUI PENAMBAHAN KOMPOSISI

ENZIM DALAM PAKAN KOMERSIL DI KOLAM TERPAL

Oleh

DENTIANA PRABARINI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Perikanan dan Kelautan

Program Studi Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 11

April 1994 sebagai anak kedua dari pasangan Bapak Gatot

Hudi Utomo dan Ibu Tri Saharti Endah Dewi Pusparini.

Penulis memulai pendidikan formal dari Sekolah Dasar

Negeri 2 Teladan Rawa Laut diselesaikan pada tahun 2006,

Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Bandar Lampung diselesaikan

pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Al Kautsar Bandar

Lampung diselesaikan pada tahun 2012. Penulis kemudian melanjutkan

pendidikan ke jenjang S1 di Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

(FP) Universitas Lampung pada tahun 2012 dan telah menyelesaikan studinya

pada tahun 2017.

Penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 60 hari di Desa

Sinar Banten, Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus pada tahun 2016.

Penulis melaksanakan Praktik Umum di Balai Layanan Usaha Produksi Budidaya

(BLUPBB) Karawang, Jawa Barat dengan judul “Pembenihan Ikan Nila Salin

(Oreochromis Niloticus) Di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan

Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat” pada tahun 2015.

Penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Biologi Akuatik pada

tahun 2013/2014. Penulis melaksanakan penelitian akhir di Laboratorium

Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan judul

“Performa Pertumbuhan Ikan Baung Mystus nemurus (Valenciennes, 1840)

Melalui Penambahan Komposisi Enzim Dalam Pakan Komersil di Kolam

Terpal” pada tahun 2017.

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan sebagai tanda baktiku kepada kedua

orang tuaku

Bapak dan Ibu

yang selalu mendo’akan dan menyemangatiku serta selalu yakin

padaku bahwa kau bisa melewati semua ini, menjadikan diriku kuat

dalam menyelesaikan studi.

Untuk Kakakku

alm. Danan Kusumojati.

Untuk sahabat-sahabatku

serta semua pihak yang ikut membantu menyelesaikan skripsi ini.

Dan tak lupa

untuk Almamater Universitas Lampung tercinta.

Dengan penuh rasa syukur kepada

Allah SWT, yang telah mengabulkan

doa dan harapan orang tuaku.

Kupersembahkan karya ini untuk

orang tuaku tersayang yang selalu

mendoakan dan menyemangatiku.

Untuk keluargaku yang selalu

memberikan kasih sayang, semangat

dan doa-doanya.

Untuk sahabat-sahabatku dan semua

pihak yang ikut membantu

menyelesaikan skripsi ini.

Dan tidak lupa untuk almamater

tercinta.

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

maka apabila kamu selesai (dari satu pekerjaan),

lakukanlah dengan sungguh-sungguh (pekerjaan) yang lain”

(Q.S Al Insyirah : 6-7)

Jika tidak benar dan tidak berguna, jangan katakan.

Jika benar dan tidak berguna jangan katakan.

Jika tidak benar dan berguna jangan katakan.

Jika benar dan berguna, tunggu waktu yang tepat.

(syaikh Abdul Qadir Jaelani)

Iman tanpa ilmu bagaikan lentera yang ditangan bayi.

Namun ilmu tanpa iman bagaikan lentera di tangan pencuri

(Buya Hamka)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Performa

Pertumbuhan Ikan Baung Mystus nemurus (Valenciennes, 1840) Melalui

Penambahan Komposisi Enzim Dalam Pakan Komersil di Kolam Terpal”

yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Perikanan (S.Pi.)

pada Jurusan Perikanan dan Kelautan, Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua yang telah mencurahkan kasih sayang, doa, dukungan, dan

perhatian kepada penulis sehingga dapat tetap berjuang sampai detik ini.

2. Kakakku alm. Danan Kusumojati

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

4. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M. Sc., selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

5. Ibu Esti Harpeni, S.T., MAppSc dan Bapak Wardiyanto, S.Pi., M.P, selaku

Pembimbing I dan Pembimbing II atas kesediaan meluangkan waktu dan

kesabarannya memberikan bimbingan, dukungan, masukan berupa kritik dan

saran selama penelitian hingga penyelesaian skripsi.

6. Bapak Herman Yulianto, S.Pi, M.Si., selaku penguji yang telah memberikan

masukan berupa kritik dan saran dalam perbaikan dan penyelesaian skripsi.

7. Bapak Dr. Ir. A. Aman Damai, M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang

telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

8. Seluruh dosen dan staf jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung yang telah memberikan pengetahuan dan pengalaman

selama penulis menuntut ilmu.

9. Ayi Anggraini Tungga Dewi, Dhiah Ambarwati, Isti Qomah, Marta Purnama

Sari, Siti Fatimah yang telah menjadi sahabat selama ini. Terimakasih karena

telah memberikan semangat, motivasi, dukungan, canda, tawa, selalu ada

didekatku saat suka maupun duka, senantiasa sabar menghadapiku, dan selalu

memberikan do’a untuk kebahagiaanku selama lima tahun ini.

10. Rahayu, Yuni, Nevi, Sekar, dan Githa yang telah menjadi sahabatku selama

ini. Terimakasih karena telah memberiku semangat, motivasi, dukungan,

canda, tawa, selalu ada didekatku saat suka maupun duka, senantiasa sabar

menghadapiku, dan selalu memberikan do’a untuk kebahagiaanku selama

tujuh tahun ini.

11. Sundari Sayekti yang selalu memberikan bantuan, semangat, nasehat, dan doa

selama penelitian.

12. Teman - teman seperjuangan saat penelitian Wulan, Aji, Anrifal, Wahyu,

Tania dan Desti terima kasih atas bantuannya selama penelitian.

13. Teman - teman satu angkatan 2012, Senior-senior angkatan 2011, 2010, serta

adik-adik Budidaya Perairan angkatan 2013, 2014, 2015 yang tak terlupakan

kebersamaannya.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas doa dan

dukungannya.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada

penulis. Penulis menyadari dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh

karena itu penulis mengharapakan kritik dan saran yang membangun. Semoga

skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Januari 2018

Dentiana Prabarini

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ..................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... v

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2

1.3 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 2

1.4 Kerangka Pemikiran ................................................................................... 3

1.5 Hipotesis ..................................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Baung .................................................................................... 5

2.1.1 Klasifikasi ......................................................................................... 5

2.1.2 Morfologi .......................................................................................... 5

2.1.3 Habitat ............................................................................................... 6

2.2 Kebutuhan Nutrisi Ikan Baung .................................................................. 7

2.2.1 Kebutuhan Protein ............................................................................ 8

2.2.2 Kebutuhan Karbohidrat ..................................................................... 8

2.2.3 Kebutuhan Lemak ............................................................................ 9

2.2.4 Kebutuhan Vitamin .......................................................................... 9

2.2.5 Kebutuhan Mineral .......................................................................... 9

2.3 Komposisi Enzim .......................................................................................... 10

2.3.1 Enzim Protease ................................................................................. 11

2.3.2 Enzim Amilase .................................................................................. 12

2.3.3 Enzim Lipase .................................................................................... 12

ii

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 14

3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 14

3.2.1 Alat Penelitian ................................................................................. 14

3.2.2 Ikan Uji ........................................................................................... 14

3.2.3 Enzim ............................................................................................... 14

3.2.4 Pakan Uji ......................................................................................... 14

3.3 Rancangan Penelitian ................................................................................ 15

3.4 Prosedur Penelitian.................................................................................... 15

3.4.1 Persiapan Wadah .............................................................................. 15

3.4.2 Pakan Perlakuan .............................................................................. 16

3.5 Pelaksanaan .............................................................................................. 16

3.5.1 Pemeliharaan dan Pemberian Pakan ................................................ 16

3.6 Pengumpulan Data .................................................................................... 16

3.6.1 Pertumbuhan Berat Mutlak ............................................................. 16

3.6.2 Pertumbuhan Harian......................................................................... 17

3.6.3 Rasio Konversi Pakan ..................................................................... 17

3.6.4 Pengamatan Kualitas Air ................................................................. 18

3.7 Analisis Data ............................................................................................. 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pertumbuhan Mutlak ................................................................................ 19

4.2 Laju Pertumbuhan Harian ........................................................................ 21

4.3 Rasio Konversi Pakan ............................................................................... 22

4.4 Kualitas Air .............................................................................................. 24

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 26

5.2 Saran ........................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27

LAMPIRAN

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai kualitas air benih ikan baung ................................................................ 7

2. Kebutuhan nutrisi ikan baung dan ikan lele ................................................... 8

3. Kualitas air selama pemeliharaan .................................................................. 24

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir ............................................................................................... 4

2. Ikan Baung ..................................................................................................... 5

3. Denah Kolam ................................................................................................. 15

4. Grafik Pertumbuhan Mutlak ......................................................................... 19

5. Grafik Laju Pertumbuhan Harian ................................................................... 21

6. Grafik Rasio Konversi Pakan ........................................................................ 23

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Uji Statistik Pertumbuhan Mutlak ................................................................. 32

2. Uji Statistik Pertumbuhan Harian ................................................................. 34

3. Uji Statistik Rasio Konversi Pakan ................................................................ 36

4. Data Pertumbuhan Mutlak ............................................................................ 37

5. Data Laju Pertumbuhan Harian...................................................................... 38

6. Data Rasio Konversi Pakan............................................................................ 39

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan Baung merupakan ikan perairan umum yang mempunyai nilai

ekonomis penting, yang banyak dijumpai di perairan Sumatera, Jawa dan

Kalimantan (Robert, 1989). Ikan ini merupakan salah satu spesies lokal yang telah

dibudidayakan sejak tahun 1980, baik di kolam maupun di sangkar bambu

(keramba) dengan menggunakan benih dari hasil tangkapan di alam (Suryanti dan

Priyadi, 2002).

Permasalahan yang terjadi pada budidaya ikan baung salah satunya adalah

pada pakan. Pakan merupakan salah satu penentu keberhasilan kegiatan

pembenihan. Saat ini pakan komersil yang digunakan sebagai pakan ikan masih

merupakan produk impor yang harganya relatif mahal. Pemberian pakan terhadap

ikan dilakukan secara cermat disesuaikan dengan berkembangnya organ

pencernaan dan aktivitas enzim.

Demi menunjang pertumbuhan ikan pakan dapat ditambahkan dengan

probiotik atau enzim. Probiotik tergolong dalam makanan fungsional, dimana

bahan ini mengandung komponen-komponen yang dapat meningkatkan kesehatan

ikan dengan cara memanipulasi komposisi bakteri yang ada dalam saluran

pencernaan ikan. Sedangkan enzim merupakan katalis yang dapat mengubah laju

reaksi dan diharapkan mampu membantu reaksi pemecahan komponen-komponen

kompleks yang sulit dicerna ikan baung. Enzim memiliki sifat spesifik pada

substrat yaitu tidak mengenali substrat yang tidak cocok pada sisi aktifnya. Sisi

aktif enzim menjadi area pada enzim, tempat substrat terikat dan dikatalis agar

mengalami pemecahan atau penyusunan menjadi produk tertentu.

Sebelum mencapai kesempurnaan alat pencernaan, produksi enzim

endongen masih sangat rendah, maka pakan yang cocok diberikan adalah pakan

yang mengandung enzim (life food), sehingga pakan tersebut dapat mengalami

autolisis ketika berada dalam saluran pencernaan ikan.

2

Kehadiran enzim dalam pakan tersebut dapat membantu dan mempercepat

proses pencernaan, sehingga nutrien dapat cukup tersedia untuk pertumbuhan dan

kelangsungan hidup ikan, sehingga pemberian pakan dengan penambahan enzim

eksogen menjadi penting untuk dikaji.

Upaya optimalisasi penggunaan pakan dalam pemeliharaan ikan agar lebih

cepat diaplikasikan maka perlu dilakukan predigest yaitu dengan menambahkan

enzim eksogen pada pakan kultivan. Enzim yang dikenal luas penggunaannya

adalah enzim amilase, lipase, dan protease. Protease berfungsi mengubah protein

menjadi asam amino, amilase mengubah pati menjadi maltosa, dan lipase

mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol (Kim, et al., 2011).

Dalam reaksi tersebut enzim mengubah senyawa yang selanjutnya disebut

substrat menjadi suatu senyawa yang baru yaitu produk, namun enzim tidak ikut

berubah dalam reaksi tersebut (Palmer, 1991). Setiap enzim memiliki aktivitas

maksimum pada suhu tertentu, aktivitas enzim akan semakin meningkat dengan

bertambahnya suhu hingga suhu optimum tercapai. Setelah itu kenaikan suhu

lebih lanjut akan menyebabkan aktivitas enzim menurun.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengkaji pengaruh penambahan

komposisi enzim dengan dosis yang berbeda pada pakan buatan terhadap

pertumbuhan ikan baung (Mystus nemurus) dan mempelajari dosis optimal

komposisi enzim pada pakan buatan terhadap pertumbuhan ikan baung (Mystus

nemurus).

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dan

mampu menghidrolisis protein, lemak dan karbohidrat menjadi bahan yang

sederhana sehingga dapat terserap dengan optimal oleh tubuh ikan baung yang

dikarenakan adanya protein, lemak dan karbohidrat majemuk di dalam pakan yang

sulit dicerna oleh ikan baung.

3

1.4 Kerangka Pikir

Ikan baung merupakan salah satu komoditas budidaya air tawar di

Indonesia. Ikan ini berpotensi untuk dibudidayakan karena memiliki nilai

ekonomis tinggi. Keunggulan lain dari ikan baung adalah rasa dagingnya yang

pulen, gurih dan lezat. Selain itu ikan baung memiliki kandungan protein yang

tinggi dan rendah lemak.

Ketersediaan ikan baung sebagai bahan pangan masyarakat sebagian besar

masih berasal dari hasil tangkapan di alam. Semakin meningkatnya minat

konsumen terhadap ikan baung, mendorong penangkapan yang berlebihan,

sehingga kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan terhadap keberadaan dan

ketersediaannya di alam. Benih yang ditangkap dari alam tidak tersedia secara

terus menerus sepanjang waktu, jumlahnya terbatas, kualitas tidak terjamin dan

ketersediaanya juga masih bergantung pada kondisi lingkungan.

Saat ini pakan buatan berupa pelet ikan sudah banyak digunakan oleh

pembudidaya ikan baung, tetapi sejauh ini salah satu masalah yang belum dapat

teratasi secara baik adalah kualitas pakan, ketersedian pakan, dan banyaknya

pakan yang tidak dimanfaatkan oleh ikan.

Penambahan komposisi enzim khususnya enzim pencernaan seperti enzim

protease, lipase dan amilase mampu menghidrolisis protein menjadi unsur-unsur

yang lebih sederhana yaitu peptida dan asam amino sehingga meningkatkan

pemanfaatan protein pakan oleh tubuh ikan baung. Selain itu penambahan

komposisi enzim dalam pakan mampu meningkatkan deposisi protein, lemak dan

karbohidrat pakan ke dalam tubuh ikan sehingga meningkatkan pemanfaatan

deposisi protein, lemak dan karbohidrat pakan oleh tubuh. Penambahan komposisi

enzim dengan dosis berbeda diharapkan dapat memaksimalkan kandungan nutrisi

pada pakan buatan sehingga protein majemuk yang terkandung dalam pakan

buatan mampu diserap secara maksimal oleh ikan baung.

4

Gambar 1. Kerangka Pikir

1.5 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu pengaruh penambahan

komposisi enzim pada pakan buatan terhadap pertumbuhan benih ikan baung :

H0 : Penambahan komposisi enzim dengan dosis yang berbeda pada pakan

tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan benih ikan baung

H1 : Penambahan komposisi enzim dengan dosis yang berbeda pada pakan

berpengaruh terhadap pertumbuhan benih ikan baung

Budidaya Ikan Baung

Komposisi Enzim

(protease; amilase;

lipase)

Pakan

Mempercepat pertumbuhan

Dosis Enzim

(0%; 0,5%; 2,25%; 4%)

Pakan Alami Pakan Buatan

(Komersil)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Baung

2.1.1 Klasifikasi

Klasifikasi ikan baung menurut Kottelat et al. (1993) adalah sebagai berikut:

Phylum : Chordata

Class : Pisces

Sub class : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Sub ordo : Siluridea

Family : Bagridae

Genus : Mystus

Species : Mystus nemurus

2.1.2 Morfologi

Secara fisik, tubuh ikan baung (Gambar 2) sekilas menyerupai ikan patin.

Baung memiliki kumis atau sungut yang panjangnya mencapai sirip anal,

badannya tidak bersisik, mempunyai sirip dada dan sirip lemak yang besar,

mulutnya melengkung, beberapa spesies berwarna hitam namun yang dominan

adalah berwarna kecokelatan.

Gambar 2. Ikan Baung

6

Morfologi ikan baung adalah tubuhnya yang memanjang, agak pipih, kepala

ikan besar, sirip lemak di punggung sama panjang dengan sirip dubur, pinggiran

ruang mata bebas, bibir tidak bergerigi dan dapat digerakkan serta daun-daun

insang terpisah. Pada rahang terdapat 3-4 pasang sungut peraba yang panjang,

sirip punggung pendek, memiliki sepasang patil dan memiliki sirip punggung

tambahan atau sirip lemak. Sirip ekor bercagak dan tidak berhubungan dengan

sirip punggung maupun sirip dubur. Sirip dubur pendek dan sirip dada

mempunyai jari-jari keras yang sangat kuat serta bergerigi (Kottelat et al, 1993).

Induk betina ikan baung bertubuh lebih pendek dan mempunyai dua buah

lubang kelamin yang bentuknya bulat, sedangkan induk jantan ikan baung

bertubuh lebih panjang dengan satu buah lubang kelamin yang bentuknya panjang

(BBPBAT Sukabumi, 1998).

2.1.3 Habitat

Makanan dan kondisi lingkungan menjadi faktor penting dalam proses

pertumbuhan dan reproduksi. Apabila makanan mencukupi dan kondisi

lingkungan baik, maka keberlangsungan hidup suatu sumberdaya dapat berjalan

dengan baik. Saat ini, lingkungan perairan terus menerus mendapat tekanan dari

adanya kegiatan manusia yang menimbulkan pencemaran cukup tinggi sehingga

membuat kondisi ikan menjadi terganggu (Effendie, 2002).

Ikan baung adalah ikan asli Indonesia yang banyak hidup di perairan tawar.

Daerah yang paling disukai adalah perairan yang tenang, bukan air yang deras.

Karena itu, ikan baung banyak ditemukan di rawa-rawa, danau, waduk dan

perairan yang tenang lainnya. Meski begitu, ikan baung tetap memerlukan oksigen

yang tinggi untuk kehidupannya.

Ikan baung tumbuh dan berkembang di perairan tropis. Daya adaptasinya

tergolong rendah, kurang tahan terhadap perubahan lingkungan, dan serangan

penyakit. Ketidaktahanan pada keduanya terutama terjadi pada fase benih yaitu

dari ukuran 0,5 – 2 cm (Hardjamulia, 2000).

Aspek penting dalam pemeliharaan ikan adalah kualitas air. Ada beberapa

variabel penting yang berhubungan dengan kualitas air. Variabel-variabel tersebut

7

berhubungan dengan sifat kimia air (kandungan oksigen, karbondioksida, pH, zat-

zat beracun dan kekeruhan air). Selain sifat kimia tersebut, air juga memiliki sifat

fisika, antara lain yang berhubungan dengan suhu, kekeruhan, dan warna air

(Amri dan Khairuman, 2010).

Oksigen diperlukan untuk proses respirasi dan metabolisme dalam tubuh

ikan untuk aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi, laju pertumbuhan, dan

konversi pakan. Nilai oksigen di dalam pengelolaan kesehatan ikan sangat penting

karena kondisi yang kurang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan dapat

mengakibatkan ikan stress sehingga mudah terserang penyakit (Sucipto dan

Prihartono, 2005).

Ikan baung dapat hidup pada ketinggian sampai 1.000 m di atas permukaan

laut, hidup baik pada suhu antara 25 - 32 O C, derajat keasaman (pH) antara 6,5 -

8, kandungan oksigen kisaran 3 – 8 ppm, kandungan amoniak di bawah 0,3 dan

air yang tidak terlalu keruh (Tabel 1).

Tabel 1. Nilai kualitas air benih ikan baung

Parameter Nilai Kisaran

Suhu (oC)

pH

Oksigen Terlarut (ppm)

Amoniak (mg/l)

25o – 32

o(a)

6,5 – 8(a)

3 – 8 (b)

>0,3(b)

Sumber : a) Amri dan Khairuman (2010)

b) Suhenda (2010)

2.2 Kebutuhan Nutrisi Ikan Baung

Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kualitas dan

kuantitas pakan yang diberikan. Untuk dapat tumbuh dengan baik, ikan pada

umumnya membutuhkan nutrien/gizi yang lengkap. Aspek kebutuhan gizi pada

ikan sama dengan makhluk hidup lain, yaitu protein, karbohidrat, lemak, vitamin,

dan mineral agar dapat melakukan proses fisiologi dan biokimia selama hidupnya.

Penelitian tentang kebutuhan gizi pada ikan baung masih terbatas, sehingga untuk

pendekatan kebutuhan nutrisi pakan disesuaikan dengan ikan lele yang relatif

lebih lengkap.

8

Tabel 2. Kebutuhan nutrisi ikan baung dan ikan lele

Unsur Ikan Baung Ikan Lele

Protein (%)

Karbohidrat (%)

Lemak (%)

Vitamin (%)

Mineral (%)

40 1)

25 - 35 2)

10 - 15 2)

< 20 2)

1 2)

< 12)

Sumber : 1) Khan et al. (1993)

2) NRC (1993)

2.2.1 Kebutuhan Protein

Protein merupakan zat gizi yang sangat diperlukan oleh ikan untuk

memelihara sel-sel tubuh, pembentukan jaringan, penggantian jaringan tubuh

yang rusak, dan penambahan protein tubuh dalam proses pertumbuhan. Protein

juga digunakan sebagai sumber energi jika kebutuhan energi dari lemak dan

karbohidrat tidak terpenuhi. Karena protein memiliki peranan penting bagi

pertumbuhan, maka penyediaan protein dalam pakan perlu diberikan dalam

jumlah yang cukup dan bermutu baik. Kebutuhan protein dalam pakan

berhubungan erat dengan pola asam amino essensial. Oleh karena itu, untuk

mencegah pakan kekurangan asam amino, maka pembuatan ransum pakan ikan

dianjurkan menggunakan berbagai sumber protein.

Ikan baung membutuhkan protein dalam jumlah yang cukup besar.

Berdasarkan penelitian Khan et al. (1993) menganjurkan pertumbuhan juvenil

ikan baung dapat optimal sebaiknya diberikan pakan dengan protein 40 %.

2.2.2 Kebutuhan Karbohidrat

Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi. Kandungan karbohidrat

dalam pakan menjadi sangat penting karena kelebihan energi dan kekurangan

energi dapat berakibat negative bagi pertumbuhan ikan. Jika kelebihan energi

dalam pakan, ikan akan berhenti makan. Sebaliknya jika kekurangan energi dalam

pakan, ikan akan menggunakan energi dari protein untuk memenuhi kebutuhan

energinya. Padahal, penggunaan protein sebagai sumber energi sangat tidak

efisien.

9

Kebutuhan karbohidrat pada ikan baung belum ada data yang tersedia. Oleh

karena itu, kebutuhan karbohidrat kita dapat menggunakan patokan kebutuhan

karbohidrat pada ikan lele (Glorias batrachus), yaitu sebesar 10 % - 15 %.

2.2.3 Kebutuhan Lemak

Seperti halnya karbohidrat, lemak merupakan sumber energi, di samping

berfungsi memelihara bentuk dan fungsi membran atau jaringan sel yang penting

bagi organ tertentu, membantu dalam penyerapan vitamin yang larut dalam lemak,

mempertahankan daya apung tubuh, dan sebagai antioksidan.

Kebutuhan lemak ikan baung belum diteliti, maka kebutuhan lemak dapat

menggunakan patokan kebutuhan lemak pada ikan lele (Glorias batrachus), yaitu

lebih kecil dari 20 %.

2.2.4 Kebutuhan Vitamin

Ikan membutuhkan vitamin dalam pakan untuk pertumbuhan yang normal,

perawatan tubuh, dan reproduksi. Kekurangan vitamin dapat menimbulkan

penyakit, nafsu makan menurun, pertumbuhan lambat, dan pendarahan pada sirip.

Pada umumnya, ikan membutuhkan 1 % vitamin dari total komponen pakan.

2.2.5 Kebutuhan Mineral

Kebutuhan mineral pada ikan dapat diperoleh sebagian dari air melalui

insang, ginjal, lapisan mukosa di rongga mulut serta kulit, dan sebagian lagi

diperoleh dari makanannya. Fungsi utama mineral dalam tubuh ikan adalah untuk

pembentukan struktur rangka, memelihara sistem koloid (tekanan osmosis,

viskositas, difusi), dan regulasi keseimbangan asam basa. Mineral juga merupakan

komponen penting dari hormon - hormon dan enzim-enzim serta aktivitas enzim

(NRC, 1993).

Walaupun ikan mampu mengambil mineral dari lingkungannya,

penambahan mineral pada pakan tetap dibutuhkan. Pakan yang tidak mengandung

mineral dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan, pertumbuhan lambat, dan

10

pembentukan tulang tidak sempurna. Kebutuhan mineral ikan baung belum

didapatkan, tetapi untuk kebanyakan ikan mineral sebaiknya lebih kecil dari 1%.

2.3 Komposisi Enzim

Enzim dikatakan sebagai suatu kelompok protein yang berperan sangat

penting dalam aktivitas biologis. Dalam jumlah yang sangat kecil, enzim dapat

mengatur reaksi tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi

penyimpangan-penyimpangan hasil akhir reaksinya. Enzim ini akan kehilangan

aktivitasnya akibat panas, asam atau basa kuat, pelarut organik, atau pengaruh lain

yang bisa menyebabkan denaturasi protein. Enzim dikatakan mempunyai sifat

sangat khas, karena hanya bekerja pada substratnya (Girindra, 1990).

Pemanfaatan materi dan energi pakan untuk pertumbuhan terlebih dahulu

melalui suatu proses pencernaan dan metabolisme. Dalam proses pencernaan,

makanan yang tadinya merupakan senyawa kompleks akan dipecah menjadi

senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah diserap melalui dinding usus dan

disebarkan ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Protein dihidrolisis

menjadi asam amino bebas dan peptida-peptida pendek, karbohidrat dipecah

menjadi gula-gula sederhana dan lemak menjadi asam-asam lemak dan gliserol.

Proses-proses di atas dilakukan oleh enzim-enzim pencernaan (Tillman et al.

1991).

Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang

berbeda-beda karena enzim adalah protein yang dapat mengalami perubahan

bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang sesuai, enzim

tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan.

Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim

juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan

aktivitas enzim, sedangkan aktivator adalah yang meningkatkan aktivitas enzim.

Kecernaan pakan dipengaruhi oleh keberadaan enzim dalam saluran

pencernaan ikan, tingkat aktivitas enzim-enzim pencernaan dan lama kontak

pakan yang dimakan dengan enzim pencernaan. Dengan demikian peranan enzim

pencernaan dalam proses pencernaan sangat dominan, yaitu berperan dalam

11

menghidrolisis senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang siap untuk

diserap (Hepher, 1990).

Enzim adalah katalisator biologis dalam reaksi kimia yang sangat

dibutuhkan dalam kehidupan. Enzim adalah protein, yang disintesis di dalam sel

dan dikeluarkan dari sel yang membentuknya melalui proses eksositosis. Enzim

yang disekresikan ke luar sel digunakan untuk pencernaan di luar sel (di dalam

rongga pencernaan) atau ”extra cellular digestion”, sedangkan enzim yang

dipertahankan di dalam sel digunakan untuk pencernaan di dalam sel itu sendiri

atau disebut ”intra cellular digestion” (Affandi et al., 2004).

Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 10

11 kali lebih cepat

dibandingkan ketika reaksi tersebut tidak menggunakan katalis. Seperti katalis

lainnya, enzim juga menurunkan atau memperkecil energi aktivasi suatu reaksi

kimia (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009). Dalam raksi tersebut enzim mengubah

senyawa yang selanjutnya disebut substrat menjadi suatu senyawa yang baru yaitu

produk, namun enzim tidak ikut berubah dalam reaksi tersebut (Palmer, 1991).

Enzim yang dikenal luas penggunaannya adalah enzim amilase, lipase, dan

protease yang merupakan enzim hidrolitik pemecah senyawa makromolekul

karbohidrat, lemak, dan protein.

2.3.1 Enzim Protease

Enzim protease mempunyai dua pengertian, yaitu proteinase yang

mengkatalisis hidrolisis molekul protein menjadi fragmen-fragmen yang lebih

sederhana, dan peptidase yang menghidirolisis fragmen polipeptida menjadi asam

amino. Enzim proteolitik yang berasal dari mikroorganisme adalah protease yang

mengandung proteinase dan peptidase (Ferdiansyah, 2005).

Protease adalah enzim yang menghidrolisis ikatan peptida pada molekul

protein yang menghasilkan peptida atau asam amino. Protein terdiri atas molekul

asam amino yang bervariasi jumlahnya, berkisar antara 10 sampai ribuan yang

berfungsi sebagai unit penyusun polimer protein yang terangkai melalui ikatan

peptida. Protein yang memiliki lebih dari 10 asam amino disebut polipeptida

12

sedangkan istilah protein ditujukan bagi polimer asam amino dengan jumlah di

atas 100 (Suhartono, 1989).

Protease berperan dalam sejumlah reaksi biokimia seluler. Selain diperlukan

untuk degradasi protein nutrien, enzim protease terlibat dalam sejumlah

mekanisme patogenisitas, proses koagulasi darah, proses sporulasi, diferensiasi,

sejumlah proses pasca translasi protein, dan mekanisme ekspresi ekstraseluler

(Rao, et al., 1998).

2.3.2 Enzim Amilase

Amilase dapat diperoleh dari berbagai sumber mikroorganisme, tanaman,

dan hewan (Aiyer, 2005). Molekul amilum akan dipecah oleh amilase pada ikatan

α-1,4-glikosida dan α-1,6-glikosida (Richana, 2000). Amilase dibedakan menjadi

endoamilase dan eksoamilase. Endoamilase umumnya dikenal seagai α-amilase,

sedangkan eksoamilase dikenal sebagai β-amilase (Sumardjo, 2009).

Enzim amilase digunakan untuk memecah karbohidrat menjadi glukosa.

Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat tergantung pada

kemampuannya dalam menghasilkan enzim amilase (pemecah karbohidrat).

Karbohidrat diserap oleh jaringan tubuh terutama dalam bentuk glukosa, yang

berfungsi dalam metabolisme yaitu sebagai sumber energi, sebagai cadangan

energi yang ditimbun dalam bentuk glikogen, dan untuk diubah menjadi

trigliserida maupun asam-asam amino non esensial. Umumnya, ikan menyimpan

pati dalam bentuk α-amilase (Buwono, 2000).

2.3.3 Enzim Lipase

Enzim lipase adalah enzim yang bekerja untuk menghidrolisis lemak dan

minyak. Berdasarkan fungsi fisiologisnya enzim lipase mempunyai peranan

penting menghidrolisis lemak dan minyak menjadi asam lemak dan gliserol yang

dibutuhkan dalam proses metabolisme. Enzim lipase ini dapat memecah ikatan

ester pada lemak sehingga menjadi asam lemak dan gliserol (Poedjiadi dan

Supriyanti, 2007). Lipase merupakan kelompok enzim yang secara umum

13

berfungsi dalam hidrolisis triasilgliserol (trigliserida) untuk menghasilkan asam

lemak rantai panjang dan gliserol (Yu, et al., 2007).

Enzim lipase memecah molekul lipid menjadi asam lemak dan gliserol yang

memiliki molekul lebih sederhana dan lebih kecil. Di dalam tubuh lemak perlu

dipecah karena merupakan molekul kompleks yang tidak bisa diangkut oleh

cairan getah bening sehingga perlu di pecah menjadi bentuk yang lebih sederhana

oleh bantuan enzim lipase. Pemberian enzim pada pakan komersial tidak

mengakibatkan penambahan kandungan lemak kasar, karena enzim adalah protein

dan tidak mengandung lemak (Poedjiadi dan Supriyanti, 2005).

14

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Mei 2017, bertempat di

Laboratorium Budidaya Perairan Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kolam terpal berukuran 400

cm x 200 cm x 60 cm, waring, timbangan digital, termometer, DO meter, kertas

pH, alat tulis dan kamera.

3.2.2 Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan baung

(Gambar 2) yang berasal dari Balai Benih Sentra Purbolinggo, Lampung Timur

dengan bobot 5-7 gram.

3.2.3 Enzim

Enzim yang digunakan adalah enzim hidrolisis dengan kandungan bahan

aktif enzim protease sebesar 0,16 mµ/g, enzim lipase sebesar 2,40 mµ/g dan

enzim amilase sebesar 0,73 mµ/g yang diproduksi oleh Balai Besar

Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara.

3.2.4 Pakan Uji

Pakan uji yang digunakan yaitu pakan dengan kandungan protein 39-41%,

lemak 5%, serat 6%, abu 18% dan air 10% yang diberikan tambahan komposisi

enzim sebesar 0,5%; 2,25%; dan 4%.

15

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara eksperimen, menggunakan Rancangan Acak

Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dengan masing-masing 3 ulangan.

Penempatan tempat uji dilakukan secara acak. Perlakuan yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

Perlakuan A : Tanpa penambahan komposisi enzim pada pakan komersil.

Perlakuan B : Penambahan komposisi enzim 0,5% pada pakan komersil.

Perlakuan C : Penambahan komposisi enzim 2,25% pada pakan komersil.

Perlakuan D : Penambahan komposisi enzim 4% pada pakan komersil.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Persiapan Wadah

Gambar 3. Denah Kolam

Keterangan :

B3 : Perlakuan B ulangan 3 B2 : Perlakuan C ulangan 2

A3 : Perlakuan A ulangan 3 D2 : Perlakuan C ulangan 2

C1 : Perlakuan A ulangan 1 B1 : Perlakuan C ulangan 1

C2 : Perlakuan B ulangan 2 D1 : Perlakuan D ulangan 1

A1 : Perlakuan B ulangan 1 C3 : Perlakuan D ulangan 3

D3 : Perlakuan B ulangan 3 A2 : Perlakuan D ulangan 2

D1 B1 A3 A1

D3 C1 D2 B2

C2 A2 B3 C3

16

Wadah pemeliharaan yang akan digunakan berupa kolam terpal berukuran

400 cm x 200 cm x 60 cm yang kemudian diberi sekat berukuran 100 cm x 100

cm. Hal pertama yang dilakukan dalam persiapan wadah yaitu pengeringan

kolam. Setelah itu kolam diisi air dengan ketinggian 40 cm.

3.4.2 Pakan Perlakuan

Aplikasi pemberian enzim untuk pakan dilakukan dengan metode spray.

Tahapan awal adalah dengan melarutkan enzim sesuai dosis yang ditetapkan

dengan air bersih. Lalu larutan enzim dimasukkan ke botol dan kemudian

disimpan di kulkas. Setelah itu larutan enzim disemprotkan ke pakan dan

kemudian di keringkan selama 10 menit lalu selanjutnya pakan diberikan ke ikan.

Sisa pakan yang sudah diberi enzim dapat disimpan di dalam kulkas.

3.5 Pelaksanaan

3.5.1 Pemeliharaan dan Pemberian Pakan

Penebaran benih dilakukan pada pagi hari. Benih yang ditebar dengan bobot

5-7 gram dimasukkan ke dalam kolam terpal yang sudah diberi sekat dengan

padat tebar 10ekor/m2. Sebelumnya ikan diaklimatisasi terhadap habitat dan pakan

selama 3-7 hari. Pemeliharaan dilakukan selama 40 hari. Pakan yang diberikan

selama pemeliharaan adalah pakan pelet dengan frekuensi pemberian pakan tiga

kali sehari pada pukul 08.00 pagi, 12.00 siang dan 16.00 sore dengan feeding rate

(FR) 3% dari bobot tubuh.

3.6 Pengumpulan Data

Variabel yang dikaji meliputi pertumbuhan mutlak, pertumbuhan harian

(ADG), rasio konversi pakan (FCR), dan kualitas air.

3.6.1 Pertumbuhan Berat Mutlak

Pertumbuhan berat mutlak diukur dengan menggunakan timbangan digital.

Pertumbuhan mutlak dihitung dengan menggunakan rumus Effendie (2002)

sebagai berikut :

17

W = Wt – Wo

Keterangan :

W = Pertumbuhan berat mutlak (g)

Wt = Berat rata-rata akhir (g)

Wo = berat rata-rata awal (g)

3.6.2 Pertumbuhan Harian (ADG)

Pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus Zonneveld et al

(1991) sebagai berikut :

Keterangan :

ADG = Laju pertumbuhan harian (g/hari) ( Average Daily Growth)

Wt = Bobot rata-rata ikan baung pada hari ke-t (g)

Wo = Bobot rata-rata ikan baung pada hari ke-0 (g)

t = Waktu pemeliharaan (hari)

3.6.3 Rasio Konversi Pakan (FCR)

Rasio konversi pakan atau Feed Convertion Rasio (FCR) adalah

perbandingan antara jumlah pakan yang diberikan dengan berat ikan baung yang

dihasilkan. Effendie (2002) menyatakan FCR dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

FCR = Feed Convertion Ratio

F = Jumlah pakan yang dimakan selama masa pemeliharaan (kg)

Wt = Biomas akhir (kg)

Wo = Biomas awal (kg)

18

3.6.4 Pengamatan Kualitas Air

Pengamatan kualitas air meliputi suhu, oksigen terlarut (DO), dan tingkat

keasaman (pH). Pengamatan kualitas air yang terdiri dari kandungan amonia

(NH3) dilakukan pada awal, pertengahan dan akhir penelitian. Pengamatan

kualitas air dilaksanakan pada awal, pertengahan dan akhir pemeliharaan.

3.7 Analisis Data

Data yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah pertumbuhan berat

mutlak, pertumbuhan harian (ADG), dan rasio konversi pakan (FCR). Data

dianalisis ragam (Uji F) untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan pada taraf

kepercayaan 95%. Data kualitas air yang didapatkan berdasarkan hasil

pengukuran kemudian dianalisis secara deskriptif. Bila terdapat perbedaan yang

nyata dilakukan uji lanjut BNT untuk mendapatkan perlakuan yang terbaik.

26

5. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian

komposisi enzim pada pakan memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan

mutlak dan laju pertumbuhan harian (ADG) tetapi tidak berpengaruh nyata

terhadap rasio konversi pakan (FCR). Dosis optimal penambahan komposisi

enzim yaitu pada perlakuan C sebesar 2,25%.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk jenis ikan baung dengan feeding rate dan

komposisi enzim yang berbeda.

27

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., D. S. Sjafei., M. F. Rahardjo, & Sulistiono. (2004). Fisiologi Ikan

Pencernaan dan Penyerapan Makanan . Bogor : IPB. Hal 64-74.

Aiyer, P.V. (2005). Amylases And Their Applications. African Journal Of

Biotechnology 4(13). 1525-1529.

Amalia, R., Subandiyono & Endang, A. (2013). Penggaruh Penggunaan Papain

terhadap Tingkat Pemanfaatan Protein Pakan dan Pertumbuhan Lele Dumbo

(Clarias gariepinus). Journal of Aquaculture Management and Technology

2(1): 136-143.

Amri, K., & Khairuman. (2010). Ikan baung, peluang usaha dan teknik budidaya

intensif. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 88 hal.

BBPBAT Sukabumi. (1998). Petunjuk Teknis Pembenihan Ikan Baung. Balai

Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar: Sukabumi. 47 hal.

Buwono, I. D. (2000). Kebutuhan Asam Amino Esensial dalam Ransum Ikan.

Yogyakarta: Kanisius. 56 hal.

Dunham, R.A. (2004). Aquaculture and Fisheries Biotechnology. Genetic

Approach. CABI Publishing. Cambridge, USA. 85-99p.

Effendie, M.I. (2002). Biologi Perikanan. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Yayasan

Pustaka Nusantara. 163 hal.

Ferdiansyah, V. (2005). Pemanfaatan Kitosan Dari Cangkang Udang Sebagai

Matriks Penyangga Pada Imobilisasi Enzim Protease [Skripsi]. Fakultas

Perikanan Dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. 73 hal.

Furuichi, M. (1988). Dietary Activity of Carbohydrates. In Fish nutition and

Mariculture. Watanabe, T. Departement of Aquatic Biosciences Tokyo

University of Fishes, Tokyo. 77p.

Girindra, A. (1990). BIOKIMIA I Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia. 76 hal.

Hardjamulia. (2000). Beberapa Catatan Tentang Penentuan Kadar Oksigen dalam

Air Berdasarkan Metode Winkler. Oseana, 10(4) : 138-149.

Hasan, O.D.S. 2000. Pengaruh pemberian enzim papain dalam pakan buatan

terhadap pemanfaatan protein dan pertumbuhan benih ikan Gurame

(Osphronemus gouramy Lac). [Tesis] Program Pascasarjana IPB, Bogor. 75

hal.

28

Hepher, B. (1990). Nutrition of pond fishes. New York: Cambridge University

Press. Canbridge. 388p.

Huet, M. (1971). Textbook of Fish Culture, Cyre and Sportis Woode Ltd. London.

436p.

Khan, M.S., K.J. Ang, M.A. Ambak & C.R. Saad. (1994). Optimum dietary

protein requirement of a Malaysian catfish, Mystus nemurus. Aquaculture,

112: 227-235.

Kim, W., Bae, S., Park, K., Choi, W., & Han, S. (2011). Biochemical

characterization of digestive enzymes in The Black Soldier Fly, Hermetia

illucencs (Diptera : Stratiomyidae). Journal of Asia Pacific Entomology,

14(1), 11-14.

Kordi, G. (2009). Budidaya Perairan Jilid 2. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Bandung. 115 hal.

Kottelat, M., Kartikasari, S. N., & Wirjoatmodjo, S. (1993). Ikan air tawar

Indonesia bagian barat dan Sulawesi. Periplus editions. 291 hal.

Lovell, R.T. (1988). Nutrition and Feeding Ain Fish. Auburn University An AVI,

Book. 16-31p.

Mudjiman, A. (2004). Makanan Ikan. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.

109 hal.

NRC (National Research Council). (1993). Nutrient Requirement of Fish.

National Academy Press, Washington D.C. 45-83p.

Palmer, T. (1991). Understanding Enzyme Third Edition. England: Ellis Horwood

Limited. 399p.

Pascual, F.P. (2009). Status of shrimp nuntrision and feed development in

Southeast Asia. In Nutrision Research in Asia by De Silva (Ed.).

Proceeding of The Third Asian Fish Nutrition Network Meeting. Asian

Fisheries Society. 80-89p.

Poedjiadi, A., & Supriyanti T. F. M. (2005). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-

Press. 476 hal.

Rayes, R. D., Sutresna, I. W., Diniarti, N., & Supii, A. I. (2013). Pengaruh

Perubahan Salinitas Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Ikan Kakap

Putih (Lates calcarifer Bloch). Jurnal KELAUTAN, 6(1), 54-55.

Richana, N. 2000. Prospek Dan Produksi Enzim α-Amilase Dari Mikroorganisme.

Agro Bio, 3(2):15-58p.

29

Rosmawati. (2005). Hidrolisis Pakan Buatan Oleh Enzim Pepsin dan Pankreatin

Untuk Meningkatkan Daya Cerna dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami

(Osphronemus gouramy). [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian

Bogor.

Robert, T. R. (1989). The freshwater fishes of Western Borneo (Kalimantan Barat,

Indonesia). California : Academy of Science. 210p.

Sari, W. A. P., Subandiyono, & Hastuti. S. (2013). Pemberian Enzim Papain

untuk Meningkatkan Pemanfaatan Protein Pakan dan Pertumbuhan Benih

Ikan Nila Larasati (Oreochromis niloticus Var.). Journal of Aquaculture

Management and Technology, 2(1): 1-12.

Sucipto, A., & Prihartono, R. E. (2005). Pembesaran Nila Merah Bangkok.

Jakarta: Penebar Swadaya. 47 Hal.

Suhenda, N. 2010. Penentuan Awal Pemberian Pakan untuk Mendukung Sintasan

dan Pertumbuhan Larva Ikan Baung (Hemibagrus nemurus). Balai Riset

Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor. 53 hal.

Sumardjo, D. (2009). Pengantar Kimia. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC. 650 hal.

Suryanti, Y & A. Priyadi, (2002). Penentuan saat awal pemberian pakan buatan

dan hubungannya dengan perkembangan aktivitas enzim pencernaan pada

benih ikan baung (Mystus nemurus C.V.). Jurnal Penelitian Perikanan

Indonesia, 8(5) : 37-42.

Tang, U.M., H. Alawi, & R.M. Putra. (2002). Pematangan Gonad Ikan Baung

(Mystus nemurus) Dengan Pakan Dan Lingkungan Yang Berbeda. Hayati,

6(1): 10-12p.

Taqwdasbriliani, E. B., Hutabarat, J., & Arini, E. (2013). Pengaruh Kombinasi

Enzim Papain dan Enzim Bromelin terhadap Pemanfaatan Pakan dan

Pertumbuhan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutattus). Journal of

Aquaculture Management and Technology, 2(3): 58-76p

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo S. Prawirokusumo & S.

Lebdosoekojo. (1991). Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press. 158 hal.

Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition and Marine Culture. JICA Text Book the

General Aquaculture Broscienees. Tokyo University of Fisheries. 233p.

Yamin. M, Neltje N.P, & Rachmansyah. 2008. Aktivitas enzim protease dalam

lambung dan usus ikan kerapu macan setelah pemberian pakan. Media

Akuakultur, 3(1): 267-285p.

30

Yu, G., He, P., Shao, L., & Lee, D. 2007. Enzyme Activities In Activated Sludge

Flocs. Applied Microbiology And Biotechnology, 77: 605-612.

Zonneveld, N., Huisman, E.A., & Boom, J.H. (1991). Prinsip-prinsip budidaya

ikan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 122 hal.


Recommended