Date post: | 20-Jul-2016 |
Category: |
Documents |
Upload: | imam-pranadipa |
View: | 89 times |
Download: | 8 times |
OPTIMALISASI STIMULASI HYDRAULIC
FRACTURING PADA SUMUR-SUMUR DI LAPANGAN
PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA
PROPOSAL TUGAS AKHIR
OLEH:
IMAM PRANADIPA
(113050106)
JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONA “VETERAN”
YOGYAKARTA
2011
OPTIMALISASI STIMULASI HYDRAULIC
FRACTURING PADA SUMUR-SUMUR DI LAPANGAN
PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA
OLEH:
IMAM PRANADIPA
(113050106)
Disetujui Untuk Jurusan Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta,
Oleh :
Pembimbing I, Pembimbing II,
(Ir. Bambang Bintarto, MT.) (Ir. H. Sayoga Heru P., MT.)
I. JUDUL
Optimalisasi stimulasi hydraulic fracturing (perekahan hidrolik) pada
sumur-sumur di lapangan PT. Chevron Pacific Indonesia.
II. LATAR BELAKANG MASALAH
Kerusakan formasi di sekitar lubang sumur sebagai akibat operasi
pemboran dan aktivitas produksi berupa suatu zona skin di sekitar lubang sumur
akan menyebabkan terhambatnya atau menurunnya aliran fluida produksi dari
formasi ke lubang sumur. Tentunya penurunan laju alir ini akan menyebabkan
turunnya produktivitas formasi. Hal ini disebabkan harga kskin yang lebih kecil
daripada harga k formasi.Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan stimulasi
guna memperbesar harga permeabilitas di sekitar lubang sumur.
Dalam perkembangannya perekahan hidrolik dianggap sebagai teknik
komplesi yang efektif untuk memproduksikan hidrokarbon dari resevoir yang
unconsolidated, dangkal, kontras permeabilitas vertikal yang tinggi tetapi
mempunyai cadangan hidrokarbon yang menjanjikan. Tujuan lain adalah untuk
mengurangi problem kepasiran yang muncul pasca pekerjaan, dengan teknik
komplesi konvensional, tujuan-tujuan tadi sulit untuk dicapai.
Perekahan hidrolik pada umumnya bertujuan untuk mengatasi kerusakan
formasi atau untuk mengatasi problem reservoir dengan permeabilitas kecil.
Kegiatan perekahan akan mampu membentuk jalur konduktivitas baru ke dalam
lubang sumur, sehingga hidrokarbon akan lebih mudah mengalir dari batuan ke
lubang sumur.
III. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan Tujuan dari tugas akhir ini menganalisa keberhasilan dari
suatu perekahan hidrolik dengan menganalisa tekanan transien, yaitu pada saat
sebelum dan sesudah perkahan hidrolik pada beberapa sumur di lapangan PT.
Chevron Pacific Indonesia, serta merencanakan perekahan hidrolik di masa yang
akan datang agar dapat memberikan hasil yang optimal.
IV. TINJAUAN PUSTAKA
Hydraulic fracturing (perekahan hidrolik) adalah teknik stimulasi yang
digunakan untuk meningkatkan produktivitas sumur dengan memperbesar
permeabilitasnya. Metode ini dilakukan dengan membuat rekahan dalam media
berpori dengan menginjeksikan fluida perekah bertekanan lebih besar daripada
tekanan rekah formasi sehingga akan terbentuk rekahan.
4.1. Dasar Dilakukan Stimulasi Hydraulic Fracturing
Perekahan hidrolik (hydraulic fracturing) dilakukan pada sumur-sumur
yang mengalami penurunan laju produksi sehingga produktivitas sumur
berkurang. Hydraulic fracturing juga dilakukan pada formasi batuan yang cukup
kompak (consolidated), dimana fluida reservoir sulit untuk mengalir sehingga
perlu dilakukan stimulasi perekahan hidrolik.
4.2. Kerusakan Formasi
Terjadinya kerusakan formasi akan menyebabkan penurunan permeabilitas
batuan, akibatnya kemampuan fluida formasi untuk mengisi lubang sumur dari
formasi produktif menjadi berkurang, hal ini akan menyebabkan penurunan
produktivitas sumur. Kerusakan formasi dapat terjadi pada tahap pemboran,
komplesi sumur meliputi penyemenan dan perforasi serta pada tahap produksi.
Pada dasarnya, terjadinya kerusakan formasi disebabkan oleh filtrat
maupun padatan. Filtrat dapat menyebabkan : clay swelling, water block, emulsi,
perubahan wettability batuan, scale parafin dan asphalthene, sedangkan padatan
akan mengakibatkan penyumbatan pori melalui fine migration, endapan dari hasil
reaksi kimia dan endapan oleh garam serta penyumbatan oleh bakteri.
4.2.1. Identifikasi Kerusakan Formasi
Adanya kerusakan formasi dapat diidentifikasi melalui suatu pengujian
sumur dengan pressure build test dan melalui analisa data produksi.
A. Pressure Build Up Test
Terjadinya kerusakan formasi dapat diketahui dari analisa tekanan
transien/ uji sumur, yaitu melalui pressure build up test (PBU test). Dari tes ini
akan didapatkan data tekanan dasar sumur pada periode penutupan (Pws) dan
waktu penutupan (t). Data yang didapat tersebut diplot pada skala semilog antara
Pws dengan horner time ((tp+t)/Δp).
Dari plot tersebut akan didapatkan kemiringan kurva/slope (m),
keterangan dari harga m yang didapat ini bisa dicari harga skin factor (S).
............................................................................(4-1)
Untuk menentukan apakah terjadi kerusakan atau perbaikan formasi yang
ditandai oleh harga skin factor (S), maka digunakan persamaan :
..............(4-2)
Selanjutnya apabila ”S” ini :
a. Berharga positif (+) berarti ada kerusakan (damage) yang pada umumnya
dikarenakan adanya filtrat lumpur pemboran yang meresap ke dalam formasi
atau mud cake di sekeliling lubang bor pada formasi produktif yang kita amati.
b. Berharga negatif (–) berarti menunjukkan adanya perbaikan, yang biasanya
terjadi setelah dilakukan pengasaman atau suatu perekahan hidraulik.
B. Analisa Data Produksi
Selain dari uji sumur, kerusakan formasi dapat juga diperkirakan dengan
melihat kelakuan produksi (decline curve), jika terjadi penurunan produksi secara
signifikan maka kemungkinan telah terjadi kerusakan pada formasi dan dengan
membandingkan besarnya produksi dengan sumur-sumur di sekitarnya yang
memproduksikan minyak dari satu lapisan, apabila kapasitas produksi sumur
tersebut jauh lebih kecil dibandingkan kapasitas produksi sumur-sumur sekitarnya
maka kemungkinan terdapat permasalahan pada sumur tersebut yang bisa
disebabkan oleh terjadinya kerusakan formasi.
4.3. Mekanika Batuan
Batuan dalam bumi akan mengalami tegangan-tegangan yang diakibatkan
oleh gaya-gaya yang bekerja atau dikenakan kepadanya. Beberapa parameter
mekanika batuan yang penting, diantaranya: stress, strain, poisson’s ratio,
young’s modulus, dan tensile strength.
4.4. Fluida Perekah dan Aditif
Fluida yang dipakai dalam perekahan hidrolik dibedakan menjadi tiga
jenis yaitu:
1. water base fluid (fluida perekah dengan bahan dasar air).
2. oil base fluid (fluida perekah dengan bahan dasar minyak).
3. emulsion base fluid (fluida perekah dengan bahan dasar asam).
Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh setiap fluida perekah adalah:
1. stabil.
2. tidak menyebabkan kerusakan formasi.
3. mempunyai friction loss pemompaan yang rendah.
4. mampu membawa bahan pengganjal ke dalam rekahan yang dibuat
4.5. Material Pengganjal (Proppant)
Proppant merupakan material untuk mengganjal agar rekahan yang
terbentuk tidak menutup kembali akibat closure pressure ketika pemompaan
dihentikan dan diharapkan mampu berfungsi sebagai media alir yang lebih baik
bagi fluida yang diproduksikan pada kondisi tekanan dan temperatur reservoir.
Beberapa jenis proppant yang umum digunakan adalah pasir alami, pasir berlapis
resin (resin coated sand), dan proppant keramik (ceramic proppant).
4.6. Model Geometri Rekahan
Bentuk geometri perekahan hidrolik perlu diperkirakan untuk mengetahui
berapa produksi, material yang diperlukan, tekanan, fluid loss, dan lain-lain.
Pendekatan model geometri dibuat berdasarkan mekanika batuan, sifat-sifat fluida
perekah, seperti kondisi injeksi fluida dan stress yang bekerja di batuan.
Model geometri perekahan secara umum dikelompokan menjadi :
1. Model perekahan dua dimensi (2-D)
Tinggi tetap, aliran fluida satu dimensi (1-D). Aplikasi dari model ini yaitu :
Metode Perkins-Kern-Nordgren (PKN)
Metode Khristianovich-Zheltov-Geertsma-de Klerk (KGD)
2. Model perekahan pseudo tiga dimensi (P-3-D)
Perkembangan dari dua dimensi dengan ketinggian bertambah, aliran 1 atau 2D
3. Model 3 dimensi (3-D)
Perluasan rekahan planar 3D, aliran fluida 2D. Aplikasinya adalah memerlukan
software komputer.
4.7. Perencanaan Perekahan Hidrolik (Hydraulic Fracturing)
Perencanaan perekahan (datafrac) dilakukan untuk memperoleh
parameter-parameter perekahan setempat secara tepat. Data yang diukur antara
lain tekanan menutup rekahan (clossure pressure), pengukuran leak-off dan
efisiensi fluida. Prosedur pada datafrac ini meliputi antara lain: formation
breakdown, data perekahan yang pernah dilakukan pada formasi tersebut, step
rate test (uji laju bertingkat), shut-in decline test (uji penutupan), back flow test
(uji aliran balik), minifrac (rekahan mini), leak-off test (uji kebocoran fluida).
4.8. Optimalisasi Perekahan Hidrolik (Hydraulic Fracturing)
Analisa indeks produktivitas (PI) sebelum dan sesudah perekahan hidrolik
dilakukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan berhasil atau tidak, baik secara
teoritis maupun secara aktual. Dengan demikian dapat memberikan kesimpulan
apa yang harus dilakukan agar proses perekahan hidrolik dapat berjalan lebih
optimal di masa mendatang, seperti proses kerja, desain fluida perekahan yang
optimal, dll.
4.8.1. Optimalisasi Keberhasilan Perekahan Hidrolik Berdasarkan Indeks
Produktivitas secara Teoritis
Perekahan Hidrolik bisa dikatakan berhasil bila terdapat kenaikan indeks
produktivitas yang cukup berarti. Biasanya dengan membandingkan antara harga
indeks produktivitas sebelum dengan indeks produktivitas setelah rekahan. Untuk
menganalisa suatu perekahan hidrolik dapat dipergunakan beberapa metode.
Metode yang akan digunakan adalah Prats dan Cinco Ley dan Samaniego untuk
sumur pada steady state. Menurut Gilbert, indeks produktivitas suatu sumur
minyak dapat dituliskan sebagai berikut:
.........................................................................................(4-3)
atau,
..............................................................................(4-4)
Keterangan:
PI = J = Productivity Index, stb/day/psi
q = laju produksi, bbl/day
Ps = tekanan statik formasi, psia
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psia
k = permeabilitas efektif, md
h = ketebalan formasi produktif, ft
= viskositas minyak, cp
= faktor volume formasi minyak, stb/bbl
re = jari-jari pengurasan, ft
rw = jari-jari sumur, ft
4.8.2. Optimalisasi Keberhasilan Perekahan Hidrolik berdasarkan Indeks
Produktivitas Secara Aktual
Optimalisasi keberhasilan perekahan hidrolik berdasarkan indeks
produktivitas (PI) secara aktual, maksudnya adalah menganalisa dengan cara
membandingkan harga indeks produktivitas sebelum rekahan dengan harga indeks
produktivitas setelah rekahan sesuai dengan data-data aktual di lapangan sehingga
dapat direncanakan pada masa yang akan datang agar pelaksanaan perekahan
hidrolik lebih optimal.
V. METODE YANG DIGUNAKAN
5.1. Analisa Laju Produksi
Pengujian produksi pada suatu sumur dimaksudkan untuk menentukan
kapasitas produksi sumur sehinggga dapat diketahui sumur-sumur yang
formasinya mengalami kerusakan (skin). Untuk mengetahui kinerja suatu sumur
dalam berproduksi, kita dapat melihat dari berberapa cara yaitu:
Berdasarkan perubahan indeks produktivitas formasi sebelum dan sesudah
perekahan hidrolik.
Berdasarkan perubahan profil kurva IPR sebelum dan sesudah perekahan
hidrolik.
5.2. Metode Geometri Perekahan
Pada tugas akhir ini hanya akan digunakan model perekahan 2D dengan
tiga model dimensi perekahan karena masih bisa dipecahkan secara manual
dengan bantuan matematika atau grafis, yaitu:
5.2.1. PAN American Model
Howard dan Fast memperkenalkan metode ini yang kemudian dipecahkan
secara matematis oleh Carter. Untuk menurunkan persamaannya maka dibuat
beberapa asumsi :
a. rekahan tetap lebarnya
b. aliran ke rekahan linier dan arahnya tegak lurus pada muka rekahan
c. kecepatan aliran leak-off ke formasi pada titik rekahan tergantung dari
panjang waktu pada titik permukaan tersebut mulai mendapat aliran
d. fungsi kecepatan v = f(t) sama untuk setiap titik di formasi, tetapi nol pada
waktu pertama kali cairan mulai mencapai titik tersebut
e. tekanan di rekahan adalah sama dengan tekanan di titik injeksi di formasi,
dan dianggap konstan
Dengan asumsi tersebut Carter menurunkan persamaan untuk luas bidang rekah
satu sayap :
1
Wt4C
Wte
C4Wq
A(t)2
22
i
.......................(5-1)
atau :
12xxe
C4WqA(t)
2x2
i
...................................................(5-2)
keterangan :
wtCx .2
A(t) = luas, ft2 untuk satu sisi pada waktu t
qi = laju injeksi, cuft/menit
W = lebar rekahan, ft
t = waktu injeksi, menit
C = total leak off coeffisient, ft/menit1/2
erfc = complementary error function
5.2.2. PKN (Perkins-Kern-Nordgren)
Metode ini diterapkan dengan berdasarkan anggapan bahwa:
a. panjang rekahan/ penetrasi rekahan jauh lebih besar daripada tinggi rekahannya
(xf>>>hf).
b. tinggi rekahan sama dengan tebal reservoir.
c. tekanan dianggap konstan pada arah irisan vertikal, stiffness batuan bereaksi
vertikal.
Berdasarkan anggapan-anggapan di atas, metode ini cocok diterapkan pada
formasi dengan harga permeabilitasnya memang kecil.
Model PKN mempunyai irisan bentuk elips di muka sumur. Lebar
maksimum terletak di bagian tengah ellips tersebut dan berharga nol di bagian
puncak dan paling bawah. Persamaan umum metode PKN untuk fluida perekah
newtonian adalah sebagai berikut :
....................................................................(5-3)
keterangan :
................................................................................................(5-4)
Dan untuk lebar rata-rata :
.................................................................(5-5)
keterangan :
= 0.75
Persamaan di atas menggunakan satuan metrik, sehingga untuk satuan
lapangan persamaan menjadi :
..................................................................(5-6)
keterangan :
w = lebar rekahan rat-rata,inch
qi = laju injeksi, bpm
= viskositas fluida perekah, cp
xf = panjang rekahan, ft
G = shear modulus elastik, psi
Untuk fluida perekah non-newtonian, perhitungan dipengaruhi oleh faktor
reologi (power law) dari fluida. Dengan assumsi efek fluid loss diabaikan.
Economides memberikan persamaan untuk metode PKN :
..........................................................................................................................(5-7)
keterangan :
wmax = lebar rekahan maksimum, inch
w = (wmax x /4) lebar rekahan rata-rata, inch
n’ = faktor reologi fluida perekah,
qi = laju injeksi, bpm
K’ = viskositas power law
xf = panjang rekahan, ft
5.2.3. Metode Khristianovich-Zheltov-Geertsma-de Klerk (KGD Model)
Metode ini diterapkan dengan assumsi :
a. panjang rekahannya jauh lebih kecil daripada tinggi rekahan (xf << hf)
b. tinggi rekahan sama dengan tebal reservoir.
c. stiffness batuan bekerja pada arah horizontal.
Dengan memperhatikan pendekatan-pendekatan di atas, maka metode ini
sanagt tepat diaplikasikan untuk sumur-sumur dengan problem kerusakan formasi
di sekitar lubang sumur, dimana permeabilitas zona skin (kskin) hanya pada radius
tertentu di sekitar lubang sumur. Sehingga tidak dibutuhkan penetrasi yang jauh
ke formasi. Model KGD ini mempunyai lebar rekahan sama sepanjang
rekahannya dan berbentuk setengah ellips di bagian ujungnya. Efek dari profil
seperti ini memberikan volum rekahan yang lebih besar.
Persamaan untuk menghitung lebar rata-rata tekanan adalah sebagai
berikut:
...............................................................(5-8)
atau dalam satuan lapangan:
..............................................................(5-9)
keterangan:
w = lebar rekahan rat-rata, inch
qi = laju injeksi, bpm
= viskositas fluida perekah, cp
xf = panjang rekahan, ft
G = shear modulus elastik, psi
hf = tinggi rekahan, psi
Perhitungan di atas hanya berlaku untuk fluida perekahan Newtonian,
sedangakan untuk jenis fluida non-newtonian dimana faktor reologi sangat
berpengaruh, perhitungannya menggunakan aplikasi komputer.
5.3. Indeks Produktivitas
Indeks produktivitas adalah parameter yang menunjukkan kemampuan
suatu formasi untuk berproduksi pada suatu kondisi tekanan tertentu. Sehingga
dapat dilihat perbandingan laju produksi yang dihasilkan formasi produktif pada
tekanan drawdown tertentu. Persamaan untuk menghitung indeks produktivitas
adalah:
................................................................................................(5-10)
Untuk suatu pendekatan yang praktis di lapangan berdasarkan data swab
test, PI dihitung berdasarkan data laju swab, SFL (Static Fluid Level) dan WFL
(Working Fluid Level).
Ps = ( Top Interval Depth – SFL ) x gradien fluida................................(5-11)
Pwf = (Top Interval Depth – WFL ) x gradient fluida...............................(5-12)
Dimana gradien fluida dihitung dengan persamaan:
Gradien fluida = 0.433 x SGfluid ...............................................................(5-13)
5.4. Kurva Inflow Performance Relationship ( IPR )
Kurva IPR adalah grafik yang menyatakan perilaku aliran fluida dari
reservoir menuju sumur, sesuai nilai indeks produktivitas formasinya. Grafik ini
merupakan hubungan antara laju produksi fluida (Qfluid) dengan tekanan alir dasar
sumur (Pwf). Untuk membuat kurva IPR, maka diperlukan data-data sesuai dengan
definisi PI, seperti : laju produksi minyak (qo), tekanan aliran dasar sumur (Pwf),
dan tekanan statik (Ps). Berdasarkan ketiga data tersebut, maka dapat dibuat grafik
IPR-nya sesuai dengan kondisi alirannya (fluida satu fasa, dua fasa, dan tiga fasa).
Pada suatu keadaan tertentu, Ps mempunyai nilai tertentu, sehingga jika PI
dianggap konstan, maka plot antara Pwf dan qo akan merupakan suatu garis lurus.
5.5. Analisa Tekanan Transien
Analisa tekanan transien suatu sumur dilakukan dengan memberikan
“gangguan kesetimbangan tekanan” terhadap sumur yang diuji. Kelipatan
kenaikan produktivitas sumur dapat diketahui dengan menggunakan analisa
tekanan transien. Pada sistem reservoir yang tidak terbatas maupun terbatas,
pengaruh dari perekahan terhadap respon sentara tekanan terdapat beberapa
anggapan dasar yaitu:
1. uniform-flux fracture yaitu anggapan bahwa fluida memasuki rekahan dengan
laju aliran yang seragam per-satuan luas permukaan rekahan tersebut.
2. infinite-conductivity fracture yaitu anggapan bahwa rekahan tersebut
mempunyai permeabilitas yang tidak terbatas.
3. finite-conductivity fracture atau “finite fracture flow capacity” yaitu sesuai
dengan kenyataan bahwa adanya pressure drop yang terjadi sepanjang bidang
rekahan dimana besarnya menjadi berarti.
Analisa tekanan transien pada suatu kandidat sumur dilakukan berdasarkan
dari pengujian pressure buildup test ( PBU ) yaitu data tekanan dan waktu.
Metode yang dipakai adalah metode Horner Plot (sebelum perekahan), metode
Prats (sesudah perekahan) dan metode Cinco ley dan Samaniego (sesudah
perekahan).
5.5.1. Metode Horner Plot
Dasar analisa pressure buildup test dilakukan oleh Horner, yang pada
prinsipnya adalah memplot tekanan terhadap suatu fungsi waktu. Pressure
buildup test merupakan suatu teknik pengujian tekanan transien yang dilakukan
dengan memproduksikan sumur pada laju aliran yang konstan selama selang
waktu tertentu. Kemudian menutup sumur tersebut sehingga tekanan akan naik
dan kenaikan tekanan dicatat sebagai fungsi waktu.
Metodologi interpretasi pressure buildup test dengan menggunakan metode
Horner Plot, secara manual adalah sebagai berikut:
1. Persiapkan data produksi fluida dan petrofisika.
2. Persiapkan data tekanan dan waktu berdasarkan hasil uji sumur.
3. Plot data tekanan(∆p) tiap periode dan selang waktu
Dari langkah 3 akan didapat kemiringan garis lurus (m)
4. Perhitungan permeabilitas (K)
.....................................................................................(5-14)
5. Ekstrapolasi garis lurus tadi ke .
Dari Hasil ektrapolasi didapat P* = Pi
6. Perhitungan harga Skin
........................................(5-15)
7. Perhitungan penurunan tekanan (∆ps)
............................................................................(5-16)
8. Hitung flow efficiency
......................................................................(5-17)
9. Hitung Jari-jari efektif sumur
Sww err .'.......................................................................................(5-18)
10. Hitung indeks produktivitas
......................................................................................(5-19)
5.5.2. Metode Prats
Anggapan dalam persamaan Prats adalah steady state, di daerah silinder,
incompressible, konduktivitas rekahan tak terhingga dan tinggi rekahan sama
dengan tinggi formasi. Prats menunjukkan bahwa bila radius lubang sumur kecil
dan kapasitas rekahan besar maka radius sumur efektif bisa dianggap ¼ dari total
panjang rekahan. Persamaan Prats adalah sebagai berikut :
...........................................................................................(5-20)
Data-data yang diperlukan:
Parameter Keterangan Satuan
qf production rate setelah rekahan bbl/day
qo production rate open hole bbl/day
re jari-jari pengurasan ft
rw jari-jari sumur ft
Prats menganalogikan perekahan dengan penambahan harga radius sumur.
Aliran fluida dari formasi ke area perekahan dianggap seperti aliran radial dari
formasi ke lubang sumur, tanpa perekahan dengan radius efektif sumur sebagai
fungsi dari konduktifitas rekahan tanpa dimensi. Persamaannya adalah:
..............................................................................................(5-21)
Keterangan :
CFD = Dimensionless Fracture Conductivity
Kf = Permeabilitas rekahan, md
K = Permeabilitas formasi, md
W = Tebal rekahan, inchi
Lf = Setengah panjang rekahan, ft
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam persamaan Prats adalah :
Fluida incompressible dan steady state
Konduktivitas rekahan tidak terbatas
Tinggi rekahan sama dengan tinggi formasi
Kelemahan metode ini adalah bahwa semua keadaan dianggap ideal.
5.5.3. Metode Cinco Ley dan Samaniego
Metode Cinco-Ley dan Samaniego dalam menentukan indeks
produktivitas setelah perekahan menggunakan beberapa anggapan, yaitu :
area pengurasan silindris
komplesi sumur cased hole
memperhitungkan permeabilitas dan konduktivitas serta panjang rekahan
aliran fluida steady state
Metode interpretasi pressure buildup test dengan menggunakan metode ini secara
manual adalah sebagai berikut:
1. Plot data tekanan tiap periode dan selang waktu ( t1/4 ) untuk bilinear flow pada
skala log-log.
2. Plot data tekanan tiap periode dan selang waktu ( t1/2 ) untuk linear flow pada
skala log-log.
3. Pada langkah no 1 diperoleh slope (kemiringan) mblf .
4. Pada langkah no 2 diperoleh slope (kemiringan) mlf
5. Perhitungan Kfw
.................................................................(5-22)
6. Perhitungan xf
.................................................................(5-23)
7. Perhitungan FcD
......................................................................................(5-24)
Keterangan
w = lebar rekahan setelah menutup (pada proppant), ft
Kf
= Permeabilitas rekahan, mD
K = Permeabilitas formasi, mD
Xf
= Panjang rekahan satu sayap, ft
8. Hitung Jari-jari efektif sumur (rw
¹) dimana xf≈Lf dengan plot Fcd
ke kurva
Cinco-ley et al.
Gambar 5.1
Grafik Hubungan Antara r’w
dan Fcd
9. Peningkatan produktivitas setelah perekahan hidraulik:
......................................................................................(5-25)
VI. KESIMPULAN SEMENTARA
1. Stimulasi perekahan hidrolik dilakukan sebagai perangsangan dengan tujuan
untuk meningkatkan laju produksi minyak dengan memperbaiki permeabilitas
batuan di sekitar lubang sumur yang mengalami kerusakan dan untuk
membuat / memperbesar rekahan sebagai saluran konduktif aliran fluida dari
reservoir menuju lubang sumur. Diharapkan dengan adanya saluran-saluran
tersebut maka laju produksi/ suplay fluida dari formasi produktif menuju
lubang sumur akan meningkat.
2. Untuk mendapatkan hasil pekerjaan perekahan sesuai dengan yang
diharapkan, maka dalam proyek perekahan perlu dilakukan perencanaan yang
meliputi penentuan gradien rekah formasi, perhitungan laju injeksi fluida,
perhitungan tekanan injeksi dipermukaan dan penentuan volum fluida yang
digunakan, perhitungan waktu injeksi, perhitungan jumlah material
pengganjal, penentuan daya pompa dan lain sebagainya.
3. Optimalisasi proyek perekahan hidrolik dilakukan dengan cara
membandingkan keberhasilan pelaksanaan proyek beberapa sumur di
lapangan terhadap peningkatan laju produksi (Q), peningkatan indeks
produktivitas (PI) dan secara grafis dapat dengan melakukan analisa terhadap
kurva IPR sebelum dan sesudah stimulasi perekahan dilakukan, yaitu pada
harga Pwf yang sama akan didapatkan harga laju produksi minyak yang lebih
besar (beberapa ahli menyebutkan perekahan hidrolik dapat dikatakan sukses
dengan batasan peningkatan laju produksi minyak sepuluh kali lipat).
VII.RENCANA KERJA
NO KEGIATAN
WAKTU (BULAN)
1 2 3 4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Proposal
2 Studi Lapangan dan
Pengambilan Data
3 Penyusunan Tugas
Akhir
4 Bimbingan Tugas
Akhir
5 Sidang
VIII. RENCANA DAFTAR PUSTAKA
1. Economides,M.J.,”Reservoir Stimulation 3rd Edition”, PTR
Prentice Hall, Englewood Cliffs,New Jersey, 1991.
2. Economides, M.J., Tony Martin, “Modern Fracturing”, ET
Publishing, TX, Houston, 2007.
3. H. Yew, Ching, “Mechanics of Hydraulic Fracturing”, Gulf
Publishing Company, Texas, Houston.
4. Howard G. C., Henry L. Doherty, Hydraulic Fracturing, Society
of Prtroleum Engineering of AIME, Houston, Texas, 1970.
5. Lee, J., Well Testing, Society of Petroleum Engineering, Dallas,
Texas, 1967.
6. Nind T. E. W., Principle of Oil Well Production, Second Edition,
Mc. Graw Hill Book Company, New York-Toronto-London,1981.
7. Schechter R. S. Oil Well Stimulation, Prentice Hall Englewood
Cliffs, New Jersey 07632, 1992.
IX. RENCANA DAFTAR ISI
RINGKASAN ..................................................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................
BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN ................................................
2.1. Sejarah Lapangan “X” .............................................................
2.2. Letak Geografis Lapangan “X” ...............................................
2.3. Stratigrafi Lapangan “X” .........................................................
2.4. Karakterisik Batuan dan Fluida Lapangan “X”........................
2.5. Sejarah Produksi Minyak Pada Lapangan “X” .......................
BAB III. TEORI DASAR ...............................................................................
3.1. Penentuan Kelayakan Sumur Untuk Operasi Perekahan
Dari Data Tes Tekanan Build Up ................................................
3.2. Proses Perekahan Hidrolik ........................................................
3.3. Mekanika Batuan ........................................................................
3.4. Fluida Perekah...........................................................................
3.4.1. Mekanika Fluida ...........................................................
3.4.1.1. Rheologi Fluida Perekah ......................................
3.4.1.2. Fluid Loss ..................................................................
3.4.1.3. Hidrolika Fluida Perekah ..........................................
3.4.2. Fluida Dasar dan Additive ..............................................
3.5. Material Pengganjal (propant) .................................................
3.6. Model Geometri Perekahan ......................................................
3.7. Menentukan Indeks Produktivitas Sumur ................................
3.7.1. Metode Horner Plot .........................................................
3.7.2. Metode Prats ....................................................................
3.7.2. Metode Cinco Ley dan Samaniego ................................
BAB IV. OPTIMALISASI STIMULASI PEREKAHAN HIDROLIK .........
4.1. Preparasi Data Awal ...................................................................
4.2. Perencanaan Perekahan Hidrolik ..............................................
4.2.1. Pemilihan Fluida Perekah ...............................................
4.2.2. Pemilihan Material Pengganjal .......................................
4.2.3. Perencanaan Geometri Perekahan ..................................
4.2.4. Penataan Peralatan Perekahan ........................................
4.3. Pelaksanaan Operasi Stimulasi Hydraulic Fracturing...............
4.2.1. Fill Up.............................................................................
4.2.2. Step Rate Test...................................................................
4.2.3. Minifrac...........................................................................
4.2.4. Optimalisasi Minifrac (Minifrac Matching)....................
4.2.4. Main Fracturing..............................................................
4.4. Tes Aliran Setelah Perekahan....................................................
4.5. Optimalisasi Perekahan Hidrolik...............................................
4.5.1. Evaluasi Produksi Setelah Perekahan Hidrolik...............
4.5.1.1. Indeks Produktivitas .............................................
4.5.1.2. Metode Horner Plot ..............................................
4.5.1.3. Metode Prats .........................................................
4.5.1.4. Metode Cinco Ley dan Samaniego ......................
4.5.2. Perhitungan Geometri Perekahan....................................
4.5.3. Optimalisasi Perekahan Hidrolik......................................
BAB V. PEMBAHASAN .............................................................................
BAB VI. KESIMPULAN ...............................................................................
DAFTAR SIMBOL .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN ....................................................................................................